Você está na página 1de 15

Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)

Indikasi : Kelainan depresi Mayor Episode Manik Schizophrenia Indikasi lainnya : terdapat penelitian kecil yang menyatakan efektifitas terapi kejang listrik pada katatonia, gejala yang berhubungan dengan gangguan mood, schzophrenia. ECT juga bermanfaat untuk terapi SNM, fenomena. Kontrindikasi : Tidak ada kontraindikasi absout ECT Pada pasien dengan lesi desak ruang akan meningatkan risiko edema dan herniasi otak setelah ECT. Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya perdarahan serebral.

Thn 1937 diperkenalkan oleh Carletti & Bini : dengan menimbulkan kejang melalui aliran listrik utk menyembuhkan penderita skizofrenik.
Metode : 1. Metode bifrontal = bilateral, elektroda diletakkan pd daerah temporofrontalis kiri & kanan 2. Metode unilateral, elektroda pd daerah non-dominan hemisphere. Frekuensi : - Blm ada patokan pasti. Bisa diberikan 12-30x dlm suatu paket pengobatan - Frekuensi umumnya 2x/minggu - Umumnya 1 paket pengobatan 10x pemberian ECT; dengan frekuensi 2x/minggu

ECT
Sekarang ternyata pemikiran ini tidak benar. Cerletti dan Bini menemukan alat ECT memakai aliran listrik yg melalui 2 elektroda yg diletakkan secara bifrontal. Dengan alat ECT yg lebih modern besarnya arus (ampere , voltase dan lamanya dapat diatur secara otomatis)

Indikasi
Depresi berat termasuk depresi involutif (pd usia lanjut) Gangguan bipolar Schizophrenia , terutama : Tipe katatonik Tipe schizoafektif tipe Akut

kontraIndikasi
Mutlak SOL (Space Occupying Lesion) Infark Myocard Relatif 1. Penyakit jantung: dekompensasio kordis, angina pektoris, A-V Block, aneurisma aorta, dll 2. Kelainan tulang skoliosis, kiphosis, dll 3. Kehamilan keguguran 4. Hipertensi berat 5. Hiperpireksia 6. Diatesa Haemoragic 7. Epilepsi (?) 8. Ansietas berat

Komplikasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kematian sangat jarang Dislokasi + fraktur Apneu (berhenti bernafas) Cardiac arrest Reaktivasi proses tambah lama Pneumonia Amnesia Delirium lebih sering

Persiapan :
1. Pemeriksaan fisik diagnostik 2. Pem. laboratorium rutin (darah & urin) 3. Kalau perlu : - EKG; EEG atau pem. radiologik (bila ada indikasi keraguan) 4. Gigi palsu ditanggal 5. Kandung kemih dikosongkan 6. Pasien puasa 4 jam sebelum ECT

Fase-fase dlm Kejang Listrik


1. 2. 3. Fase laten: 2-5 tremor cepat Fase tonik: kurang lebih 10 seluruh sistem otot kerangka kejang tonik Fase klonik : kurang lebih 30 kejang klonik (berdenyut) menyeluruh makin lama makin berkurang Fase Apneu dan belum sadar beberapa detik Fase bernafas spontan : makin lama makin teratur beberapa menit Fase sadar kembali: 5 sesudah kejang berhenti. Pasien disorientasi beberapa menit Fase tidur : - 1 jam sesudah pasien menguasai lagi orientasinya

4. 5.
6. 7.

Mekanisme Kerja
Pasti belum diketahui Pada kejang listrik cortex cerebri (otak besar) terangsang dg cepat dan hebat.
Oksigen otak habis sedang supply-oxygen darah tak cukup An-oksemia otak hilang kesadaran

3 Teori
1. Teori Psikologik 2. Teori Ketidak - sadaran 3. Teori Somatik

Teori Psikologik
Pada kejang listrik timbul perasaan ancaman maut yg hebat pasien dapat dianggap dapat memobilisasi semua naluri (instinct) vital dan mekanisme defense yg kuat. Tetapi pemberian anesthesi sebelum ECT tidak mempengaruhi efek terapeutik (meniadakan perasaan ancaman maut)

Teori Ketidaksadaran
Keadaan tidak sadar merupakan faktor terapi yg pokok Tetapi keadaan tidak sadar oleh karena obatobatan (ether, barbiturat tak memberi efek terapeutik seperti ECT)

Teori Somatik
Carletti : adanya ancaman maut menimbulkan pula mekanisme defense biologik terbentuk zat agonin efek terapi

Você também pode gostar