Você está na página 1de 3

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada setiap pihak yang telah banyak memberikan dukungan sehingga pameran tunggal saya yang pertama ini dapat terwujud. Mungkin bagi sebagian besar masyarakat kota Medan, sebuah pameran seni bukan sebuah ajang yang penting untuk diperhatikan. Namun kemungkinan tersebut tidak demikian adanya bagi saya. Sebagai butiran kecil dalam dunia seni rupa, saya merasa sebuah pameran mempunyai arti sebagai sebuah forum apresiasi terhadap pencapaian estetika yang telah saya tekuni selama ini. Apresiasi dalam bentuk apa pun yang akan diberikan terhadap pameran ini, saya yakin, mempunyai nilai-nilai positif bagi perkembangan karya-karya saya di masa mendatang. Kesenian, bagi saya, bagaikan berada di sebuah taman bermain dengan beragam mainan yang tersebar di mana-mana. Benda-benda yang ada di sekitar saya merupakan sumber imajinasi saya, sedangkan apa yang saya alami atau rasakan merupakan dorongan saya dalam berkarya. Bagaikan seorang musisi ketika ditanya bagaimana ia menemukan nada untuk komposisinya atau ketika seorang penyair ditanya dari mana ia mendapatkan kata-kata untuk sajak-sajaknya, saya juga tidak mampu menjelaskan tampilan visual dalam karya-karya saya. Yang pasti, setiap materi yang saya gunakan telah pernah berbicara dengan saya dan setiap garis merupakan bagian dari apa yang saya rasakan. Dalam pameran ini terdapat beberapa karya yang sifatnya pribadi sehingga mungkin tidak dapat diakrabi secara penuh. Itu lah nafas karya-karya saya yang juga merupakan serpihan catatan harian saya. Dalam berkarya, saya tidak berusaha tampil berbeda, tetapi saya berusaha untuk tampil apa adanya. Harapan saya, semoga pameran ini tidak menjadi suara klakson yang hanya bergema sesaat dan mampu menawarkan sebuah wacana baru. Bagi saya pribadi, karya-karya saya telah membuat titik kehidupan saya menjadi lebih berarti lagi. Akhir kata, semoga Medan dan masyarakat seni rupa dapat menerima apa yang saya tampilkan.

Medan 4 Juli 2011 Franky Pandana

TENTANG FRANKY DAN KARYANYA Pameran Franky kali ini di Ruang Pamer Taman Budaya Medan menampilkan karya-karya yang digarapnya selama kurun waktu dua tahun terakhir. Karya-karya ini bias dianggap sebagai sebuah pertanggung jawaban pribadi dalam perwujudan eksistensi dirinya selama kurun waktu itu. Karya-karya kali ini menampilkan hal yang mungkin bagi kebanyakan pengunjung adalah lain dari biasa. Dalam suatu pameran luksian kebanyakan mengharapkan lukisan realis, yang meniru atau menyajikan alam fotografis, hamper persis. Bahkan bagi kebanyakan pengunjung derajat kemiripan merupakan tingkat keberhasilan sebagai pelukis. Tidak selalu demikian, bagi Franky Pandana, seperti yang sama-sama kita lihat, berbeda. Karyakaryanya lebih merupakan perwujudan dari impulse atau ide yang datang menyentuh, suatu irama dan melodi yang muncul dalam hati dan pikirannya, yang dinikmatinya. Garis, goresan, sapuan kuas, baginya adalah perwujudan dari dorongan perasaan dalam ekst asilalu hadir seperti makhluk atau kepribadian lain salam bentuk sebuah karya di hadapannyaberdialog dengannya. Tentu lahirnya semua karya-karya itu tidak lepas dari kehidupan pribadinya. Franky Pandana menjalani berkesenian yang tegas mengikuti pandangan hidup. Bebas menentukan sendiri pilihan goresan-goresannya dan mematangkan jiwanya dengan genre yang dipilihnya itu. Dengan bebas maksudnya, dia tidak ingin Preferensi Visual-nya dipaksakan dari luar. Dia ingin menentukan dan sekaligus mempertanggungjawabkan. Dia tidak ingin Preferensi Visual-nya direduksi oleh berbagai pengaruh yang mendeterminasi. Berbagai rangsangan visual lainnya memang hadir, semua bersinggungan dengan dirinya, tetapi tetap saja dia adalah pemain utama yang menentukan pilihan. Franky Pandana meyakini dirinya berbeda; dia hanya satu diantara banyak Preferensi Visual, dan dengan itu dia akan ikut memperkaya dunia seni rupa. Lebih jauh Franky Pandana bahkan yakin idealismenya dalam berkarya bukan suatu yang secara mudah bias di-share dengan orang lain. Seperti dijelaskan tadi, seni lukis baginya adalah dorongan kreatif merealisir segala potensi yang dimilikinya secara otonom, lepas dari alienasu atau kelatahan meniru. Kegiatan seni lukis baginya adalah dinamis dan berevolusi seiring dengan perkembangan kepribadiannya. Di sana dia menarik angan-angannya dari awing-awang ke dunia konkrit. Angan-angannya itu adalah hasil pergelutan yang berkaitan dengan perealisasian segala potensinya menuju hidup sejati. Dengan membuat pilihan, Franky juga mengerti bahwa dirinya kadang kala harus menghadapi berbagai krisis, menjadi diri yang sulit dipahami, tetapi dia berani menghadapi berbagai konflik hidup. Karya-karyanya menjadi jalan untuk memahami kebenaran dan realitas atau sebaliknya realitas dipahaminya melalui karya-karya itu. Karya-karya itu dengan demikian menjadi refleksi

seorang pribadi yang merasakan dirinya khusus, unik, berkarakter, berproses seiring dengan perjalanannya melalui berbagai peristiwa tahap demi tahap perkembangan kepribadiannya lebih mendewasa. Di situ dia menampilkan otensitas identitas pribadi. Dan ternyata dia dengan karya-karyanya bisa muncul sebagai tidak sekedar selera kerumunan. Demikianlah dia menerima Preferensi Visual-nya, sekaligus berusaha mengolahnya. Tetapi, Preferensi Visual baginya tetaplah bukan sebuah term dalam logika yang sudah pasti, preferensi tetaplah preferensi, bukan entitas yang dapat disistematisasikan. Dengan karyakarya yang dipersembahkannya kali ini, Franky Pandana sebagai pribadi berusaha menunaikan tanggung jawab pada dirinya, dan pada gilirannya kepada masyarakat, kepada kebudayaan secara lebih luas. Sampai pada pemikiran ini, Franky Pandana menyadari bahwa kebenaran yang bisa didapatkan oleh manusia, selalu subyektif. Selamat berpameran sahabatku, Franky.

Kalimantan, 26 Juni 2011 Jimmy Siahaan

Você também pode gostar