Você está na página 1de 3

Ada 2 tipe kehilangan, actual (sungguh terjadi) dan perceived (dirasakan). Actual dapat dilihat oleh orang lain.

Perceived dialami oleh seseorang tetapi orang lain belum tentu tahu. Kehilangan psikologi biasanya menjadi dasar dari perceived. Sebagai contoh, seorang yang kehilangan pekerjaannya untuk mengurus anak dirumah bisa mengalami perceived yang kehilangan kebebasan dan kemandirian. Kehilangan antisipatori dirasakan sebelum kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh, wanita yang suaminya meninggal bisa mengalami kehilangan actual dalam mengantisipasi kehilangan suaminya. Kehilangan bisa terjadi secara situasional atau berkembang. Kehilangan pekerjaan, anak, atau kemampuan karena penyakit atau kecelakaan merupakan kehilangan situasional. Istirahat bekerja, kehilangan anak karena menikah merupakan kehilangan developmental karena sudah diantisipasi dan dipersiapkan. Beberapa sumber kehilangan: kehilangan bagian didalam diri (salah satu bagian tubuh, fungsi fisiologis) ; kehilangan objek luar dari diri (binatang kesayangan, uang) ; perpisahan dari lingkungan yang biasa; kehilangan orang yang dicinta. Tipe dari pengalaman berduka cita pada klien Hampir setiap keadaan berduka selalu diikuti dengan perasaan sedih. Berduka yang sehat meliputi perasaan marah, frustasi, bersalah dan menderita. Setiap orang memiliki pengalaman berduka yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Sara telah mengetahui bahwa suaminya sudah akan mendekati ajal karena penyakit kronisnya 6 bulan sebelumnya. Sehingga sudah menjalani proses terhadap perasaan menuju kehilangannya. Disini Sara berada pada periode Anticipatory grieving, dimana dia melihat bulan demi bulan kemampuan suaminya mulai melemah dan tidak mampu, hingga ajal menjemput suaminya. Dan selama saat itu, sara mencari pertolongan selama proses berdukanya terjadi. Tanda-tanda berduka yang tidak terselesaikan dan mengarah pada depresi antara lain perubahan BB, makan, dan pola tidur bahkan kehilangan minat melakukan aktivitas. Menarik diri dari lingkungan social dan merasa tidak berguna dapat juga terjadi. Pemberian asuhan keperawatan pada proses berduka cita Hubungan antara perawat-klien

Mengkaji klien dalam menghadapi proses berduka Tipe respon berduka Reaksi duka cita secara normal bisa singkat (abbreviated) atau diantisipasi (anticipatory). Kehilangan secara singkat dengan benar dirasakan. Sebagai contoh, kehilangan sesuatu tidak menjadi suatu hal yang penting karena sudah dapat digantikan dengan hal yang lain. Kehilangan anticipatory lebih kepada persiapan seseorang akan kehilangan orang yang disayang sebelum benar-benar pergi. Duka cita tidak mampu mengungkapkan keinginan ( disenfranchised grief). Situasi dimana yang terjadi berhubungan dengan kehilangan yang tidak dapat diterima oleh social seperti bunuh diri, adopsi, aborsi. Duka cita disfungsional setelah kematian dapat diobservasi dengan: Klien gagal unruk berduka (suami tidak menangis ketika orang yang disayang pergi) Klien menolak untuk ikut dalam upacara mengenang walaupun masuk dalam budaya, menolak ke kuburan Keluhan simptomatik klien kambuh setiap hari saat hari kehilangan Klien mengembangkan perasaan bersalah yang tetap dan konsep diri yang rendah Klien tetap mencari orang yang hilang walaupun sudah berlalu sekian lama Klien tetap menangis, dan suara serak karena menangis walaupun waktu sudah lewat lama Hubungan klien dengan teman menjadi memburuk setelah kehilangan

TINGKATAN BERDUKA (KUBLER ROSS) 1. Denial Bingung untuk percaya bahwa kehilangan telah terjadi 2. Anger Klien atau keluarga secara langsung marah kepada perawat atau staf tentang sesuatu yang secara normal tidak ada masalah 3. Bargaining

Tawar menawar terhadap kehilangan. Merasa bersalah, takut akan hukuman yang akan diterima 4. Depression Berduka secara berlebih terhadap apa yang telah terjadi, berkata tidak beraturan. 5. Accpetance Memiliki keinginan untuk membuat rencana akan datang Mulai menerima akan kehilangan

Pada kasus penyakit kronis terminal, tingkatan kesadaran diperlihatkan oleh seseorang yang akan meninggal dan keluarganya. Antara lain: 1. Closed Awareness, klien tidak sadar akan kematiannya. Keluarga belum paham betul kenapa klien sakit, dan mereka percaya bahwa klien yang sakit bisa sembuh. Dokter percaya bahwa tidak memberitahu keadaan yang sebenarnya adalah yang terbaik untuk klien. Disini perawat mengalami dilemma etik. 2. Mutual pretense, klien, keluarga dan tenaga kesehatan tahu bahwa hasilnya adalah terminal tetapi tidak ingin dibicarakan, focus kepada selalu berusaha tanpa berfokus hanya akan hasil. Klien akan merasa tidak nyamanakan tenaga kesehatan. Klien diberikan privasi dan gengsi. 3. Open awareness, klien dan orang sekitarnya tahu tentang kematian yang akan datang dan merasa nyaman membicarakannya, walau sedikit sulit.

Você também pode gostar