Você está na página 1de 45

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasawarasa terakhir ini, dunia internasioanl nampaknya benarbenar terguncang.

Bagaimana tidak jika lebih dari 500.000 perempuan

meninggal setiap tahun akibat persalinan, beberapa juta lagi menjadi sakit atau cacat. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha tersebut terlihat dari berbagai program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (Making Pregnancy Safing Program) yang dilaksanakan oleh WHO (World Health Organisation), atau program gerakan sayang ibu (Safe Motherhood program) yang dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomindasi dari konfrensi internasional di Mesir, Kairo tahun 1994 (Swara Rahma, 2007). Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2015 lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal dunia saat hamil atau bersalin. Di Indonesia setiap jamnya 10 bayi dari sekitar 520 bayi yang lahir meninggal dunia (Rumah Zakat Indonesia, 2007).

Sebagaimana dilaporkan WHO (1999), sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas,yaitu hemorrhage (pendarahan) 34% infeksi 21% aborsi yang tidak aman 18%, kelainan hipertensi 16% dan kesulitan sewaktu melahirkan 11% keadaan itu diperburuk oleh terlalu banyak anak, jarak kelahiran terlalu rapat, dan terlalu tua atau terlalu muda saat melahirkan, sisanya 20% kematian maternal secara tak langsung disebabkan oleh anemia, malaria, hepatitis, sakit jantung dan diabetes (Yulianto, 2003). Angka kematian ibu yang masih tinggi denga penurunan lambat merupakan fenomena dibanyak negara berkembang. Situasi yang

memprihatinkan ini mendorong kelahiran Initiaitv For Material Mortality Progame Assessment (IMMPACT). Sejauh ini IMMPSCT dilakukan ditiga neraga, yaitu Ghana, Burkina Faso di Afrika dan Indonesia. IMMPACT merupakan suatu inisiatif riset global bertujuan menentukan strategi penurunan kematian ibu yang cocok dalam arti efektif dan kosefektif berdasarkan bukti dengan sosial budaya dibanyak negara berkembang, dan menilai kelayakan strategi dalam mendorong pemeratan dan kesinambungan pelayaan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ( University Of Indonesia, 2005). Dalam pelayanan obstetri, selain Angka Kematian Materal (AKM) terdapat Angka Kematian Perinatal (AKP) yang dapat digunakan sebagai

parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan AKM di negara-negara maju saat ini menganggap AKP merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. (Ketut Sudhabrata. 1998) Berdasarkan Survei Demogarfi dan Kesahatan Indonesia (SDKI) 2002 -2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio (MMR) di Indonesia untuk periode 1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hihup, atau setipa jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab (DepKes, 2004). Di banding negara tetangga, angka kematian ibu di Indonesia termasuk tertinggi di Asia (Kompas, 2006). Baru tahun 2010 angka itu ditagetkan turun, dari 307 ibu menjadi 150 per 100.000 kelahiran hidup dan dari 20 kematian bayi manjadi 14 per 1.000 kleahiran. (Kompas, 2006). Di Sumatera Salatan, angka kematian ibu melahirkan masih tinggi. Pada tahun 2006 tercatat 242 per 100.000 kelahiran, jauh diatas angka kematian ibu melahirkan di Indonesia. Tingginya angka kematian ibu melahirkan ini akibat tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke dokter atau bidan, padahal kehamilan harus dikontrol untuk mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan janin (Dewabrat, 2007). Terjadinya pre-eklampsi tidak dapat dicegah, tapi bisa dicegah untuk tidak menjadi berat. Karena itu, lebih baik

diketahui gejalnya sejak dini sehingga bisa dilakukan pencegahan (Republika Online, 2009). Menurut buku laporan tahunan dari angka kejadian pre-eklampsi di Instalasi Kebidanan RSUP Dr.Mohammad Hoesin Pelembang sebanyak 15 kasus selama tahun 2008 dan dalam tiga bulan terakhir di tahun 2009 dilaporkan sebanyak 8 kasus ibu pre-eklampsi (Medrek RSMH, 2009). Dengan adanya data-data tersebut diatas walau terjadi penurunan, tetapi pre eklampsi ini tetap menjadi masalah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku ibu terhadap upaya pencegahan terjadinya pre-eklampsi berat di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Pelembang pada tahun 2010 2.1 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya perilaku ibu terhadap upaya pencegahan terjadinya preeklampsi berat di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Pelembang pada tahun 2010. 2.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut :

Bagaimanakah perilaku ibu terhadap upaya pencegahan terjadinya preeklampsi berat sehingga meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Pelembang pada tahun 2010. 1.4 1.1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Diperolehnya informasi tentang perilaku ibu terhadap upaya

pencegahan terjadinya pre eklampsi berat di poliklinik Dr.Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2010 1.4.2 Tujuan Khusus

KIA RSUP

1. Diperolehnya informasi mendalam tentang pengetahuan ibu mengenai upaya pencegahan terjadina pre-eklampsi berat. 2. Diperolehnya informasi mendalam tentang sikap ibu terhadap upaya pencegahan terjadinya pre-eklampsi berat. 3. Diperolehnya informasi mendalam tentang tindakan yang dlakukan ibu terhadap upaya pencegahan trejadinya pre eklampsi berat.

1.5

Mafaat Penelitian

1.5.1 Bagi peneliti Penelitian ini merupakan salah satu sarana penerapan ilmu pengetahan yang diperleh selama pendidikan di PSIK STIK Siti Khadijah Palembang dan dipergunakan untuk menambah wawasan, serta memberikan pengalaman bagi peneliti. 1.5.2 Bagi poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

Hasil penelitan ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2010 1.5.2 Bagi STIK Siti Khadijah Palembang Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa dan acuan bagi penelitian selanjutnya. 1.6 1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian Tempat Penelitian Tempat ini dilakukan di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2010

1.6.2

Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada ibu bersalin yang pada saat hamil mengalami pre eklampsi ringan.

1.6.3

Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 30 Juli 2010 sampai 6 Agustus 2010.

1.6.4

Masalah yang Diteliti Masalah dalam penelitian ini perilaku ibu terhdap upaya pencegahan terjadinya pre eklampsi berat.

1.6.5

Alasan Dilakukan Penelitian

Belum diketahuinya perilaku ibu terhadap upaya pencegahan terjadinya pre eklampsi berat di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2010. 1.6.6 Metode Penelitian Penelitian ini mengunakan metode desktiptif kualitatif, dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan data sekunder yang diperoleh dari dokomentasi rumah sakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pre-eklampsi Pengertian Pre-eklampsi adalah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia dan merupakan penyakit yang kompleks. Ada juga yang mendefinisikan pre-eklampsi sebagai hipertensi akibat kehamilan dengan proteinuria dan atau edema yang terjadi pada kehamilan setelah berumur 2 minggu, bersalin, atau nifas, menyertai pre-eklampsi dan bukan karena kelainan neurologic. Penyakit ini mempengaruhi hati, ginjal, system saraf pusat, dan mekanisme koagulasi darah dengan sangat eksterm dan dapat menyebabkan kejang maternal (ekalampsia), pendarahan intrakranial, edema paru, serta gangguan pembekuan (Wheerler, 2004 : 112). 2.1.2 Etiologi Etiologi pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor tertentu sebagai prediposisi : 1. Kekhasan pada kehamilan 2. Terutama mengenai primigravida

3. Overdistensi uterus (seperti pada kehamilan kembar, polidramnion, abnormalitas janin). 4. Penyulit beberapa kondisi medis, seperti penyakit ginjal, hipertensi esensial, diabetes. 5. Disfungsi plasenta, misalnya infar atau degenerasi 6. Pada ibu yang memiliki saudara perempuan yang pernah mengalami eklampsia atau pre-eklampsia berat. 7. Berusia lebih muda atau lebih tua dari biasanya. 8. Insidensi lebih tinggi kalu makanan ibu memiliki mutu yang buruk (Farrer, 2001). Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut diatas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain 1. Peran Prosrasiklin dan Tromboksan Peran pre- eklampsi didapat keruasakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada

kehamilan normal meningkat, aktivitas pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti dengan thrombin dan plasmin. Thrombin aikan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin, seingga terjadi vasos pasme dan kerusakan endotel. 2. Peran faktor Imunologis Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie F.M (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita pre-eklampsi. Beberapa wanita dengan pre- eklampsi- eklampsi mempunyai kompleks imun dalam serum. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktvitas sistem komplemen pada pre eklmpsia-eklampsia diikuti dengan proteinuri. Stirst (1986) menyimpulkan, meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa sistem imun humeral dan aktivitas komplemen trejadi pada pre- eklampsia- eklampsia. Tetapi tidak ada bukti bahwa system imunologi bisa menyebabkan pre eklampsia- eklampsia.

10

3. Peran Faktor Genetik/ familian Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian pre eklampsia- eklampsia antara lain ; a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia b. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pada anakanak dari ibu yang menderita pre eklampsia-eklampsia. c. Kecendrungan meningkatkan frekuensi pre eklampsia- eklampsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat dan bukan pre eklampsia- eklampsia pada ipar mereka. d. Peran Renin- Angiotensin- Aldo steron system (RAAS) (Kompas, 2008) 2.1.3 Patofisiologi Patofisiologi preeklmpsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Peda pre eklampsi, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit meternal. Perubahan ini menyebabkan perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin uteroplasenta. Vasospasme silkik lebih lanjut

11

menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah. Sehingga kapasitas oksigen maternal menurun (Mochtar R, 1997;1998). Avasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda gejala yang menyertai pre-eclampsia. Vasospasme akibat peningkatan sensivitas terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensis II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara protasiklin prostaglandin dan tombokssan A2 (Consensus eports, 1990). Penelitian telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor

prostaglandin) untuk mengubah potofisikologi pre eclampsia dengan mengganggu produksi tromboksan (Schiff, dkk, 1989, Walsh, 1990). Investigasi pemakai aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeclampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin/neonates masih terus berlangsung. Selain kerusakan endothelial, vasospasme arteral turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapilar. Keadaan ini meningkatkan edema dan

lebih lanjut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapilar. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intrevaskular, mepredisposisi pasien yang mengalami pre-ekampsia mudah menderita edema paru (Dildy, dkk., 1999).

12

Ensterling dan Beneditti (1989) menyatakan bahwa pre eclampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinuri akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi ke ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan menebabkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeclampsia. Biopsi ginjal ditemukan spasmehebat arteriola glomerulis. Pada beberapa kasus, lumen artiola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua orteriola mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigensisasi jaringan dapat diatasi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retenis air dan garam. Proteinuri dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomoserulis. Hubungan sistem imun dengan pre eklampsi menunjukan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan pre eklampsia (Sibai, 1991). Keberadaan protein asing, plasenta, atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut. Teori ini di dukung oleh pengangkatan insiden pre eklampsia-eklampsia pada ibu baru (pertama kali

13

terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari pasangan yang baru / meteri genetik yang berbeda (Bobak, 2005;630). 2.1.4 Penatalaksanaan

2.1.4.1 Pencegahan a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengali tanda-tanda sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor-faktor predisposisi. c. Berikan penjelasan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan (Mochtar, 1997:202) d. Memahami perlunya perawatan di rumah sakit, tirah baring, karena mungkin penderita marasa sehat dan tidak mempunyai keluhan. 2.1.4.2 Tujuan Penanganan a. Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi

14

b. Hendaknya janin lahir hidup c. Trauma pada janin seminimal mungkin 2.2 Klasifikasi preeklampsia 2.2.1 2.2.1.1 Preeklampsia Ringan Definisi klinik Pre eklampsi ringan yaitu sindromspesifik kehamilan dengan penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasma dan sktivitas endothel. 2.2.1.2 Kriteria diagnosik : 1. Desakan darah : 140/9 mmHg 160/110mmHg. Kenaikan sedakan sistolik > 30mmHg dan kenaikan desakan diastolik 15mmHg, tidak dimasukkan dalam kriteria diagnosik pre

eklampsia, tetapi perlu observasi yang cermat 2. Proteinuria : 300 mg/24 jam jumlah urine atau dipstick : 1+ 3. Edema : local pada tungkai dan tidak dimasukkan dalam kriteria kecuali anasarka.

15

2.2.1.3

Pengelolaan Pengelolaan pre-eklampsia ringan dapat dengan cara : a. Rawat jalan (ambulatoir)

1. Tidak mutlak harus tirah ringan, dianjurkan ambulasi sesuai dengan keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan. 2. Diet regular, tidak perlu diet khusus 3. Tidak perlu restristik konsumsi garam 4. Tidak perlu diuterik, antihipertensi dan sedativum 5. Kunjungna kerumah sakit tiap minggu. b. Pengelolaan dengan cara rawat inap (hospitalisasi)

1. Indikasi pre-eklampsia ringan dirawat inap (hospitalisasi) a) Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu b) Proteinuria menetap > 2 minggu c) Hasil tes laboratorium yang abnormal d) Adanya gejala atau tanda 1(satu) atu lebih pre- eklampsia berat. 2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu a) Pengukuran desakan darah tiap 4 jamm kecuali ibu tidur

16

b) Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen c) Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan setipa hari 3. Nyeri kepala frontal ata oksipital 4. Gangguan visus 5. Nyeri epigastrium 6. Pemeriksaan laboratorium 7. Pemeriksaan kesejahteraan janin : a) Proteinuria dddengan dipstick pada waktu masuk dan sekurangnya diikuti 2 hari setelahnya b) Hematokritdan trombosit : 2x seminggu c) Tes fungsi hepar : 2x seminggu d) Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat dan BUN e) Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetep). 8. Pemeriksaan kesejahteraan janin ; a) Pengamatan gerakan janin setiap hari

17

b) NST : 2x seminggu c) Profil biostik janin :bila NST non reaktif d) Evaluasi perkembangan janin dengan USG setiap 3-4 minggu e) Ultrasound Doppler arteri umbilikasi, arteri urine 2.2.1.4 Terapi terapi medikamentosa a. Pada dasarnya sama dengan terapi ambularoir b. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-pre eklampsia umur kehamilan 37 minggu, masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan 2.2.1.5 Pengelolaan obstertik Bila penderita tidak inpartu 1 Umur kehamilan > 37 minggu Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai atrem 2 Umur kehamilan >37 minggu 1. Kehamilan dipertahankann sampai timbul onset partus

18

2. Bila serviks matang pada teksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan dilakukan induksi persalinan Bila penderita sudah in partu Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Grafik Friendman atau Potograf WHO ,konsultasi, selama dirawat dirumah sakit dilakukan konsultasi pada : 1. Bagian penyakit mata 2. Bagian penyakit jantung 3. Bagian lain atas indeksi 2.2.2 2.2.2.1 Preeklampsia Berat Definisi Klinik Pre eklampsia berat yaitu pre eklampsia dengan salah satu atau lebih gejala dan tanda dibawah ini. Diagnosa PEB ditegakakn apabila pada kehamilan didapatkan satu/ lebih gejala/tanda di bawah ini : 1. Tekanan darah 160/110. Syarta : (a) Bumil (Ibu hamil) dalam keadaan relaksasi ( pengukuran T minimal setelah istirahat 10 menit; dan (b) ibu hamil tidak dalam keadaan his. 20 minggu

19

2. Proteinuria 5 gr/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara kualitatif. 3. Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan kreatini plasma 4. Gangguan visus dan serebral : perubahan kasadaran, nyeri kepala, scotomata, dan pandanagn kabur 5. Nyeri epigastrum/ hipokondrium kanan abdomen : disebabkan tergangannya kapsula Glisone. Nyeri sebagai gejala awal rupture hepar. 6. Edema paru dan sianosis. 7. Gangguan pertumbuhan janin 8. Adanya Help Syndrome (Hemolysis, Elevated Liver enzyme, Low Plantelet count) 9. Kenaikan kreatinin serum 10. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspirate amino transferase. 11. Hemolisis mikroangiopatik 12. Trombositopenia : < 100.000cell/mm3

20

2.2.2.2 Pembangian pre-eklampsia : Pre-eklampsia berat padat bibagi berbagai katagori : 1. Pre-eklampsi berat tanpa impending eklampsi 2. Pre-eklampsi berat tanpa impending eklamisi, dengan gejala-gejala impending : a. Nyeri kepala b. Mata kabur c. Mual dan muntah d. Nyeri epigastrium e. Nyeri kuadran kanan atas abdomen 2.2.2.3 Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini :

21

Tabel 2.1 Pemeriksaan Laboratorium (POGI, 2005) :

No

Tes Dianostik

Penjelasan Peningkatan hemoglobin dan hematokrit berarti :

Hemoglobin dan hematokrit

1. Adanya hemoglobin yang menukung diagnosis pre-eklampsi 2. Menggambarkan beratnya hipovolemia 3. Nilai ini akan menurun jika terjadi hemolisis Untuk menentukan :

Marfologi sel darah merah pada apusan sel darah tepi

1. Adanya mikroangiopatik anemia 2. Marfologi abnormal eritricyte scizocytosis dan spherocytotis Thrombocitpenia menggambarkan pre-eklampsia berat

Thrombocyte

Peningkatannya menggambarkan : Kretinium serum Asam urat Nitrogen urea darah 1. Bertanya hipovolemia 2. Tanda penurunannya aliran darah ke ginjal 3. Oligouria 4. Tanda pre-eklampsia berat 5 Transamine serum Peningkatan transamine serum menggambarkan

22

pre eklmpsai berta dengan gangguan fungsi hepar Lactic acyd 6 dehidrogense Albmine serum dan 7 faktor koagulusi kemungkinan koagulapati Menggambarkan kebocoran endothel, dan Menggambarkan adanya hemolisis

2.2.2.4 Dasar pengelolahan pre eklampsia berat : Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar sebagai berikut: 1. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitannya : yaitu terapi medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya 2. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya : yang tergantung pada umur kehamilan. Sikap terhadap kehamilannya dibagi manjadi 2, yaitu : a) Ekpektatif ; konservatif : bila umur kehamilan , 37 minggu, artinya : kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa

23

b) Aktif agresif : bila umur kehamilan > 37 minggu, artinya : kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilitas ibu (POGI, 2005 : 1-19). 2.2.2.5 Terapi dasar medikamentosa a. Segera masuk rumah sakit b. Tirah baring miring kiri secara intermiten c. Infos ringer laktat atau ringer dsetrose 5% d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegah terapi kejang pemberian MgSO4 dibagi : 1. Loading dose (initial doise) : dosis awal 2. Mainteinance dose : dosis lanjutan e. Anti hipertensi 1. Diberiak bila tensi 180/110 ata MAP 126 2. Jenis obat : nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 enit.maksimm diberikan 120 mg dalam 24 jam. Nifedipine tidak dibenarkan diberikan dibawah mukosa lidah (sublingual karena absorbs yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan)

24

3. Desakan darah diturunkan secara bertahap : 1. Penurunan awal 25% dari desakan sistolik 2. Desakan darah diturunkan mencapai : <160/105, MAP < 125. 4. Diuretikum Diuretikum tidak dibenarkan secara rutin, karena : 1. Memperberat penurunan perfusi 2. Memperberat hipovolemia 3. Meningkatkan hemokonsentrasi Diuretikum yang diberikan hanya atas indekasi : 1. Edema paru 2. Payah jantung kongestiv 3. Edema anasarka f. Diet Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan alori yang berlebih. (POGI, 2005)

25

2.3 2.3.1

Domain Perilaku Tinjauan Penelitian Menurut Leavel dan Clark, dalam Hidayat (2004), dalam memberikan

pelayanan kesehatan harus memandang tingkat pelayanan yang akan diberikan pelayanan kesehatan harus memandang tingkat pelayanan yang akan diberikan. Pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat berupa tingkat pelayanan primer/ utama meliputi promosi kesehatan dan perlindunagn khusus (health promotion and specific production). Pelayanan tingkat skunder meliputi diagnosis awal dan pengobatan segera (eary diagnosis and propt treatment) serta tingkat tersier yaitu berupa rehabilitasi (rehabilitation). Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan. Tingkat pelayanan ini salah satunya adalah layanan prenatal. Umtuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, peran serta masyarakat sengatlah dibutuhkan terutama pada tingka primer yaitu pencegahan terhapad masalah kesehatan, khususnya [ada ibu hamil ( Notoatmodjo, 2000: 11). 2.3.2 Teori Lawrence Green Green menganalisis, bahwa faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

26

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi (predisposing Factors) Faktor- faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadi perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, keyakinan, nilai-nilai tradisi, social ekonomi, dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pemungkin (enabling Factor) Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana ata fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, tempat olah raga, dan sebagainya. 3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Factor) Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas kesehatan, juga termasuk perundang-undangan. Secara matematis, perilaku menurut Green itu dapat digambarkan sebagai berikut :

B = F (Pf, Ef. Rf)

27

B = Behaviour F = Fungsi Pf = Predisposing factors Ef = Enabling factors Rf = Reinforcing factors 2.3.3 Teori Benyamin Bloom Sedangkan Benyamin Bloom, yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (1997), perilaku manusia dapat dibagi dalma tiga domain. Pengukuran domain perilaku tersebut terdiri dari : 1. Cagnitive domain, diukur dari knowledge (penetahuan) Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinagn terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (over behavior). Perlaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgang.

28

Proses adopsi perilaku menurut Notoatmodjo S. (1997) yang mengutip pendapat Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut trejadi seatu proses yang berurutan (akronim IETA), yaitu ; a. Awareness ( kesadaran), individu menyadari adanya stimulus. b. Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus c. Evaluation (menimbang-nimbang), ibdividu menimbnag-nimbnag

tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini baik subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi. d. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru. e. Adaption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus. Menurut Rogers, adopsi perilaku tidak selalu melewati tahapIETA sehingga umumnya perilaku baru tersebut tidak langgang. Sebaliknaya, perilaku yang melalui proses IETA akan bersifat langgeng. Tingkat pengetahuan didalam kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu a. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang

29

telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpensikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan cuntoh, dan menyimpulkan c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata ata dapat menggunakan hokum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata. d. Analisis, artinya kemampuan untuk menguraikan objek tersebut kedalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain . ukuran kemampuan adalah ia dapat mengambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan prosese adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertain psikologi dan fisiologi. e. Sintesis, yaitu sutau kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruahn yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkas,

30

merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada atua disuse sendiri. 2. Affectif domain, diukur dari attitude ( sikap) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehinga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan kekesuaian respaon terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sifat adalah : a. Menerima b. Merespaon c. Menghargai d. Bertanggung jawab 3. Psikomotor domain, diukur dari psikomotor/practice

(keterampilan/tindakan)

31

Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan . agar siakp terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor penduung dan fasilitas. Tingkatan praktik, seperti halnya pengetahuan dan sikap praktek juga memiliki tingkatan-tingkatan, yaitu : a. Persepsi, yaitu memilih dan mengenai berbagai objek sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. b. Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuai urutan yang benar sesui contoh . c. Mekanisme, yaitu individu dapat melakukan sesuai urutan yang benar otomatis atau sudah menjadi kebiasaan. d. Adaptasi, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran. (Sunaryo, 2004:23).

32

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFENISI ISTILAH

3.1

Kerangka Pikir Berdasarkan tinjauan kepustakaan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka perilaku ibu hamil terhadap upaya pencegahan pre eklampsi berat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori perilaku Benyamin Bloom dinama perilaku manusia dapat dibagi dalam tiga domain. Pengukuran domain perilaku tresebut trediri dari Cognitive Domain, diukur dari knowledge ( pengetahuan ), Affective Domain, diukur dari attitude (sikap), dan Psychomotor Domain, diukur dari practice/ tindakan ( Benyamin Bloom, dikutip oleh Notoatmodjo, 1997) .

- Pengetahuan - Sikap - Tindakan

Upaya ibu terhadap pencegahan terjadinya Pre eklampsi

33

3.2 Defenisi Istilah Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Istilah

No Variabel Defenisi istilah 1. Upaya ibu terhadap Suatu usaha yang dilakukan informan dalam pencegahan terjadinya 2. 3. eklampsi berat Pengetahuan Sikap menunjukkan peran sertannya terhadap upaya pre pencegahan pre eklmpsi Pengetahuan infirnan tentang pre eklampsi Respon informan yang berkaitan dengan pre eklamsi, mencakup peran sertanya dalam upaya 4. Tindakan pencegahan pre eklamsi Tindakan yang dilakukan oleh informan terhadap upaya pencegahan pre eklampsi sesuai dengan apa yang diketahuinya.

BAB IV METODE PENELITIAN

34

4.1

Desain Penelitian Desain penelitian ini merapakan studi analisis deskriptif dengan

menggunakan

pendekatan

kualitatif.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mendeskripsikan (memaparkan) bagaimana perilaku ibu terhadap pencegahan terjadinya pre eklampsi berat. Deskipsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan. Hubungan antara variabel didenisikan untuk menggambarkan secara keseluruhan suatu peristiwa yang sedang diteliti. Digunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan

pemahaman tentang arti peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap orang dalam situasi tertentu serta menagkap pengertian tentang sesuatu yang sedang diteliti (Moleong, 2002). 4.2 4.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan melalui home visite dengan informan yang diperoleh dari data di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin

Palembang. Dengan pertimbangan poliklinik KIA di Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang dijadikan sarana bagi masyarakat khususnya ibu hamil untuk

35

memperoleh informasi dan pelayanana kesehatan dalam upaya pencegahan pre eklamsi berat. 4.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 30 Juli 2010 sampai 6 Agustus 2010. 4.3 Sumber Informasi Sebagai sumber informasi yang utama dalam pnelitian ini adalah ibu bersalin yang pada saat hamil mengalami pre eklampsi berjumlah 5 orang dan petugas kesehatan yaitu seorang bidan dan seorang perawat yang bertugas di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang .

Tabel 4.1 Sumber Informasi, metode, dan Jumlah Informan

36

Cross Chek No Sumber Informasi Data Skunder Ibu bersalin yang pada 1 saat hamil mengalami pre eklampsi Petugas kesehatan di 2 poliklinik KIA Jumlah Informan 7 orang 2 2 5 5 WM Jumlah informan

4.4

Jenis dan Keabsahan Informasi Informasi diperoleh langsung dari sumber/ subjek penelitian, yaitu ibu

bersalin yang saat pada hamil mengalami pre eklampsi ringan dan juga data sekunder yang diperoleh dari rumah sakit. Key informasinya yaitu perawat dan bidang yang bertugas di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin

Palembang. Untuk menjamin keabsahan informasi dalam penelitian ini dilakukan triangulasi sumber dengan pengecekan ulang antar informan yang satu dengan yang lainnya. selain itu, digunakan juga triangulasi data, yaitu dengan menggunakan dua sumber informasi yang diperoleh langsung dari informan dan informasi yang di peroleh dari buku dokumentasi rumah sakit.

4.5

Metode Pengumpulan Informasi

37

Informasi

dari

informan

dikumpulkan

dengan

menggunakan

wawancara mendalam (indepth Interview). Pertama, dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan yaitu ibu bersalin yang saat hamil mengalami pre eklampsi berat dan petugas kesehatan yang bertugas disana untuk mengetahui permasalahan mengenai perilaku ibu terhadap upaya pencegahan terjadina pre eklampsi berat. Informasi juga dikumpulkan dari meng chross chek data sekunder dari dokumentasi rumah sakit. Dalam melakukan pengumpulan data, penelitian harus memperhatikan prinsip-prinsip etis dalam penelitian, yaitu (1) prinsip manfaat; (2) prinsip menghargai hak-hak subjek; (3) prinsip keadilan. 4.6 Instrument Penelitian Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan, amka instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman pertanyaan wawancara mendalam, alat tulis dan radio kaset. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang terstruktur sehingga memungkinkan adanya suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan peneliti. Tabel 4.2 Informasi yang Ingin Diketahui No Informan Informasi yang ingin diperoleh

38

1.

Ibu

hamil

yang Pengetahuan 1. Apakah ibu tahu berapa tekanan darahnya saat hamil waktu itu? a. Jika ya, berapa? b. Jika tidak, sebutkan alasannya!

pernah mengalami pre eklampsi berat

2. Adahkah riwayat kesehatan keluarga ibu yang mengalami kelainan dalam kehamilan? Jika ada, sebutkan kelainan apa dan siapa yang mengalaminya! 3. Pernahkah ibu mendapat penyuluhan selama memeriksa kehamilan tentang itu sendiri? 4. Informasi apa saja yang diperoleh? 5. Apakah ibu tahu tentang pre-eklampsi (darah tinggi dalam kehamilan)? Yang mencakup : a. Apakah pengertian pre-eklampsi? b. Bagaimana eklampsi? c. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam deteksi dini pre- eklampsi? tanda dan gejala pre-

39

d. Apakah ibu meminum secra teratur obat-obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan? e. Apakah ibu mengetahui bahaya dari pre-eklampsi ringna jika menjadi berta? a. Jika ya, sebutkan! b. Bagaimana upaya ibu dalam

meningkatkan pengetahuan ibu tentang pre eklampsi? c. Upaya apa yang ibu ketahui dalam pencegahan pre-eklampsi berat? Sikap a. Bagaimanakah sikap (pendapat) ibu terhadap upaya pencegahan terjadinya pre eklampsi berat sesuai dengan pengetahuan yang ibu miliki? b. Bagaimnakah sikap (pendapat) ibu terhadap cara pemeliharaan dan hidup sehat sebagai upaya untuk mencegah pre eklampsi berat? c. Bagaimanakah sikap (pendapat) ibu terhadap pengatran pola diet sebagai upaya pencegahan pre eklmapsi berat?

40

d. Bagaimanakah sikap( pendapat) ibu dalam menghindari stress psikologis sebagai salah satu upaya pencegahan pre eklampsi berat? e. Bagaimanakah sikap (pendapat) ibu terhadap aktivitas yang dilakukan selama masa

kehamilannya? f. Bagaimanakah sikap (pendapat ibu terhadap olah raga ringan yang dilakukan selama kehamilan ? g. Bagaimanakahsikap (pendapat) ibu terhadap pemeriksaan seharusnya kesehatan dilakukan secara untuk rtin yang

memperoleh

pertolongan segera jika adan kelainan? Tindakan 1. Apakah tindakan yang ibu lakukan untuk mencegah pre-eklampsi berat? 2. Bagaimanakah tindakan yang ibu lakukan dalma penetiran pola diet? Makanan apa yang biasa ibu konsumsi dan bagaimana variasinya? 3. Bagaimana tindakanyang ibu lakukan

menghindari stress psikologis?

41

4. Bagaimanakah

aktivitas

ibu

sehari-hari?

Bagaimana pola istitahat ibu dan berapa jam tidur dalam sehari , serta aktivitas apa saja yang bias ibu lakukan? 5. Apa bentuk olah raga ibu lakukan dalam mnejaga kesehatan ibu dngan kondisi yang ibu saat itu? 6. Bagaimanakah tindakan yang ibu dalam

melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk memperoleh pertolongan segerajika ada kelainan. Apakah ibu rutin memeriksakan 2. Petugas kesehatan di poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang kehamilannya 1. Bagaimanakah pemeriksaan kesehatan ibu KIA

hamil yang dilaksanakan di poliklinik RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

2. Pelayanan apa yang telah diberiakn petugas kesehatan selama ibu hamil memeriksakan kehamilannya di poliklinik KIA RSUP

Dr.Mohammad Hoesin Palembang 3. Berapakah frekuensi rata-rata pemeriksaan prenatal (ANC) yang dilakukan ibu hamil di

42

poliklinik KIA RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang 4. Bagaimanakah kebijakan rumah sakitdalam upaya deteksi dini kelainan dalam kelainan kehamilan? 5. Apakah yang dilakukan oleh petugas kesehatan ketika ada ibu hamil yang mengalami pre eklampsi? 6. Apakah upaya yang dilaksanakan petugas kesehatan yang membantu dalam pencegahan pre eklampsi berat? 7. Bagaimanakah kesehatan yang dilakukan petugas pendidikan

dalam

memberikan

kesehatan kepada ibu hamil khususnya yang mengalami pre eklampsi? 8. Apakah petugas kesehatan memberikan

penyuluhan kepada ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya?

4.7

Analisa Informasi

43

Informasi yang diperoleh segera diolad dan diperoses. Informasi diperoleh dengan mencatat dan direkam radio kaset yang selanjutnya dibuat transkrip. Setelah itu, data digolongkan sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian. Informasi dianalisis secara manual yang disusun untuk mengetahui informasi mengenai perilaku ibu terhadap upaya pencegahan terjadinya pre eklampsi berat.

44

45

Você também pode gostar

  • SKRIPSI 03-LbrKonsulProposal1
    SKRIPSI 03-LbrKonsulProposal1
    Documento2 páginas
    SKRIPSI 03-LbrKonsulProposal1
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Documento2 páginas
    Abs Trak
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Proto Trichomonas
    Proto Trichomonas
    Documento8 páginas
    Proto Trichomonas
    Eko Heryanto
    Ainda não há avaliações
  • DAFTAR PUSTAKA - Kemangi
    DAFTAR PUSTAKA - Kemangi
    Documento3 páginas
    DAFTAR PUSTAKA - Kemangi
    susi_asnati
    100% (1)
  • Bab IV Kuanti
    Bab IV Kuanti
    Documento6 páginas
    Bab IV Kuanti
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Do Miki
    Do Miki
    Documento5 páginas
    Do Miki
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Skipsi Ku Miki
    Skipsi Ku Miki
    Documento53 páginas
    Skipsi Ku Miki
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Hetri Bab I
    Hetri Bab I
    Documento8 páginas
    Hetri Bab I
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab IV Dian Karolina
    Bab IV Dian Karolina
    Documento4 páginas
    Bab IV Dian Karolina
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Emidia Bab I
    Emidia Bab I
    Documento6 páginas
    Emidia Bab I
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Persembahan Dan Motto
    Persembahan Dan Motto
    Documento16 páginas
    Persembahan Dan Motto
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab III Dian Karolina
    Bab III Dian Karolina
    Documento5 páginas
    Bab III Dian Karolina
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Darmila Hipertensi Bab I
    Darmila Hipertensi Bab I
    Documento8 páginas
    Darmila Hipertensi Bab I
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab III Dian Karolina
    Bab III Dian Karolina
    Documento5 páginas
    Bab III Dian Karolina
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Eka T
    Bab I Eka T
    Documento5 páginas
    Bab I Eka T
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab IV Dian Karolina
    Bab IV Dian Karolina
    Documento4 páginas
    Bab IV Dian Karolina
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Dian Karolina
    Bab I Dian Karolina
    Documento5 páginas
    Bab I Dian Karolina
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustak1
    Daftar Pustak1
    Documento2 páginas
    Daftar Pustak1
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Darmila Asi e Bab 1
    Darmila Asi e Bab 1
    Documento34 páginas
    Darmila Asi e Bab 1
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Lampiran WM
    Lampiran WM
    Documento8 páginas
    Lampiran WM
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iii BR Nian
    Bab Iii BR Nian
    Documento2 páginas
    Bab Iii BR Nian
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Lampiran 3
    Lampiran 3
    Documento6 páginas
    Lampiran 3
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iv BR Nian
    Bab Iv BR Nian
    Documento5 páginas
    Bab Iv BR Nian
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii BR Nian
    Bab Ii BR Nian
    Documento22 páginas
    Bab Ii BR Nian
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Slide Ani
    Slide Ani
    Documento16 páginas
    Slide Ani
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    susi_asnati
    Ainda não há avaliações
  • No Everand
    Ainda não há avaliações
  • No Everand
    Ainda não há avaliações