Você está na página 1de 5

Cacingan Bikin Anak Jadi Bodoh

Banjarmasinpost.co.id - Selasa, 5 Oktober 2010 | Dibaca 223 kali | Komentar (0)

mages

BANJARMASINPOST.CO.ID Ukurannya renik, tetapi mereka bisa merampas masa depan anak-anak. Karena cacingan, otak dan otot anak tidak tumbuh sempurna sehingga mereka kurang gizi dan bodoh. Tangkal dengan gaya hidup sehat. Lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Saking reniknya, telurtelur itu tidak akan pecah meski telah digilas ban kendaraan bermotor. Di usus, cacing membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. "Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak," kata dr Handrawan Nadesul, pengamat masalah kesehatan, yang ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu. Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2 milimeter darah per hari. "Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan darah yang harus dipikul?" kata dokter yang mengasuh rubrik kesehatan di berbagai media ini. Sebagai gambaran, seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000 telur! Baik berkurangnya zat gizi maupun darah, keduanya berdampak pada tingkat kecerdasan, selain berujung anemia. "Anemia akan menurunkan prestasi belajar dan produktivitas. Menurut penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat kecerdasannya bisa menurun hingga 2 digit," imbuh Handrawan. Tak kurang gawat, anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di bawah lima tahun (balita) sehingga cacingan bisa menyebabkan penyakit lain yang akan mengganggu tumbuh kembangnya. Bisa jadi nyawa taruhannya. Kenali gejalanya Diperkirakan, 60 persen orang Indonesia mengidap cacingan, terbanyak pada usia 5-14 tahun. Kecacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun perkotaan. Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini. Curigai anak Anda cacingan jika ia sering lesu, tak bergairah, suka mengantuk, badan kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur karena bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang beraksi. Untuk memastikan, tinja sebaiknya diperiksa dengan mikroskop. Menurut Handrawan, kunci pencegahan penyakit cacingan adalah memperbaiki gaya hidup bersih dan sanitasi lingkungan. Misalnya, membiasakan cuci tangan setelah menyentuh sesuatu yang kotor sebelum masak atau makan dengan air bersih menggunakan sabun. Tentu saja dengan menerapkan cuci tangan yang betul-betul bersih, mulai dari jari-jari sampai kuku-kuku jari. Karena cacing bisa menular lewat makanan, selalu cuci bahan makanan yang akan dimasak di bawah air mengalir. Hindari pula menggunakan air yang sudah tercemar. Dengan begitu, rantai penularan cacing bisa diputus.

"Ongkos ekonomi yang ditimbulkan akibat penyakit cacing mencapai Rp 33 miliar setiap tahun. Cuci tangan sebetulnya cost-effective bagi negara," kata Handrawan. Dana yang dihemat itu bisa dipakai untuk memperbaiki infrastruktur saluran air bersih dan sanitasi. Yang sudah telanjur cacingan tentu harus diobati dengan obat cacing. Namun, meski semua anak sudah minum obat cacing, tak berarti masalah cacingan akan selesai saat itu juga. Pemberantasan cacingan adalah pekerjaan panjang yang memakan waktu bertahun-tahun. Itu sebabnya mencegah lebih baik daripada mengobati. kompas.com

Cacingan dalam istilah sehari-hari adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh. Penyebab cacingan yang populer adalah cacing pita, cacing kremi, dan cacing tambang. Biasanya cacing bisa dengan mudah menular. Pantat gatal, merupakan salah satu gejala untuk jenis cacing Enterobius vermicularis. Pada spesies cacing ini, indung cacing keluar dari lubang anus, biasanya di malam hari ketika kita tidur, dan meletakkan telurnya di daerah peri-anal (sekeliling anus). Dengan menggunakan selotip, contoh telur-telur dapat diambil dan dapat dilihat dengan bantuan mikroskop untuk diagnosa. Penyakit cacingan sering dianggap sebagai penyakit yang sepele oleh sebagian besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkat kesehatan anak. Di antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah, ngantuk, malas beraktivitas serta berat badan rendah. Gejala penyakit cacingan pun akan sulit dideteksi, jika jumlah cacing yang bersarang dalam tubuh masih sedikit. Penyakit cacingan memang masih sulit didiagnosis dokter jika jumlah cacingnya sedikit. Biasanya gejala akan timbul jika sudah banyak larva cacing yang bersarang dalam tubuh, kata Dokter Anak sekaligus Koordinator Indonesia Sehat, Dr. Dani Hendarman Supandji di acara Combantrin Media Event Aku Bebas cacing Bebas Berkreasi di FX Lifestyle Mall, Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Cara masuknya cacing ke dalam tubuh pun beraneka ragam. Cacing gelang yang bersarang dalam tubuh dengan jumlah telur infektif 100.000-200.000 perhari biasanya masuk melalui makanan. Untuk cacing cambuk, telur infektif yang ada di dalam tubuh sebanyak 30005000 dalam waktu 3-6 minggu biasanya juga masuk lewat makanan. Sedangkan telur cacing tambang biasanya bisa berkembang dalam tubuh lewat makanan dan kulit. Telur cacing cambuk yang infektif bisanya berjumlah 9000-10.000 dalam waktu 3 hari. Berkembangnya penyakit ini juga dipengaruhi banyak faktor mulai dari faktor iklim tropis, kebersihan tubuh, sanitasi lingkungan, sosial ekonomi dan kepadatan penduduk, katanya. Oleh karena itu, rentan bagi mereka terkena penyakit cacingan jika tinggal di lingkungan yang tidak bersih. Untuk itu, para ibu khususnya juga perlu mengetahui gejala penyakit cacingan, agar si kecil bisa segera mendapatkan pertolongan dan cacing tidak terlalu lama bersarang. Apa saja gejala cacingan itu : 1. Lesu dan lemas akibat kurang darah (anemia) Disebabkan oleh cacing tambang, membuat tubuh menjadi lemas kekurangan darah karena dihisap cacing. 2. Berat badan rendah karena kekurangan gizi Nutrisi yang seharusnya diserap oleh tubuh juga menjadi makanan cacing. 3. Batuk tak sembuh-sembuh Ada juga cacing yang dapat hidup di paru-paru sehingga menyebabkan batuk yang tak sembuh-sembuh. 4. Nyeri di perut Cacingan juga dapat menimbulkan sakit perut yang dapat menyebabkan diare. Dr Dani menekankan, perilaku hidup sehat adalah cara terbaik menghindari cacingan. Karena cacing kebanyakan hidup di tanah maka hindari pula si kecil bermain tanah, sebab bisa saja cacing masuk melalui kuku anak. Penting memperhatikan kebersihan kuku anak. Membersihkan dan memotong kuku secara teratur harus dilakukan untuk mencegah cacingan. Minum obat cacing secara rutin tiap 6 bulan sekali bisa membunuh cacing yang bersarang dan gejala awal penyakit cacingan tidak selalu terlihat, makanya periksa dan pastikan anak bebas dari cacing secara rutin, katanya menegaskan. Cacingan Juga Menyerang Orang Dewasa

Biasanya cacingan, biasanya menyerang anak dan ternyata cacingan bisa juga menyerang orangtua atau golongan dewasa berusia di atas 20 tahun. Cacing pada orang dewasa disebabkan oleh cacing tambang, sedangkan pada anak-anak cacingan lebih banyak karena cacing gelang dan cacing cambuk. Dampaknya tentu saja akan menurunkan produktivitas kerja pada orang dewasa.

Penyakit Cacingan

17-04-2009 diposkan oleh melindacare


Tahukah Anda berapa persen anak-anak di Indonesia yang terserang penyakit cacingan? Ternyata 90% anak-anak di Indonesia menderita penyakit cacingan. Penyakit cacingan sering kali dianggap penyakit yang sepele, meski demikian, dampak penyakit ini bisa sangat fatal apalagi jika yang terserang adalah anak-anak yang masih kecil dan rentan terhadap penyakit. Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis yang penularan paling parahnya terjadi saat musim hujan. Dengan sanitasi lingkungan yang masih buruk atau disebabkan oleh banjir, meluapnya sungai dan selokan, akhirnya larva - larva cacing menyebar ke berbagai tempat yang sangat mungkin bersentuhan dengan manusia. Larva cacing masuk ke tubuh manusia melalui kontak langsung, seperti anak-anak yang bermain tanpa menggunakan alas kaki di daerah-daerah bekas aliran banjir atau pun saluran air yang meluap. Selain itu penularan penyakit cacingan juga bisa melalui makanan yang terkontaminasi oleh larva cacing. Larva cacing biasanya tidak akan menetas selama tidak masuk ke tubuh manusia. Larva ini dapat hidup selama berminggu-minggu dimana saja meski belum menemukan inangnya. Baru setelah larva tersebut masuk ke tubuh manusia, ia akan menetas di usus dan memakan makanan yang dicerna oleh manusia. Sehingga usus tidak bisa menyerap makanan tersebut karena sudah dibajak lebih dulu oleh cacing. Hal inilah yang mengakibatkan tubuh manusia menjadi lemah, kurus, dan menurunkan daya tahan tubuh sehingga penyakit-penyakit lain mulai menyerang. Selain itu, jika seseorang dibiarkan terlalu lama terjangkit penyakit cacingan, hal tersebut dikhawatirkan dapat mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas. Selain itu, cacingan juga dapat menyebabkan gangguan gizi serta anemia. Jadi, mulailah hidup bersih agar Anda dan kelurga anda tidak terserang penyakit cacingan, karena penyakit ini tidak mengenal orang dewasa maupun anak-anak.

Você também pode gostar