Você está na página 1de 9

MAKALAH AGAMA HAID, NIFAS, DAN KHITAN WANITA OLEH KELOMPOK II ANGGOTA : 1.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kodrat perempuan, bahwa perempuan mengalami haid atau datang, bagi wanita merupakan salah satu bentuk nikmat dari Allah. Keberadaan darah haid pada wanita menunjukkan bahwa wanita tersebut memiliki kemampuan untuk memiliki keturunan, kemudian hamil dan melahirkan anak. Setelah melahirkan perempuan mengeluarkan darah dari rahimnya. Beberapa beberapa hukum Islam yang terkait dengan beberapa macam darah yang keluar dari rahim perempuan, maka perlunya kaum perempuan itu sendiri memahami beberapa jenis darah yang keluar dan hukum-hukum yang berkaitan dengan hal itu. Namun masih banyak kaum perempuan yang belum paham akan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan haid dan nifas, sehingga ketika sedang mengalami haid ataupun nifas cenderung bertindak ceroboh. B. Rumusan Masalah. Melihat uraian diatas maka timbul pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud dengnga Haid ? 2. Apa yang dimaksud dengan Nifas ? 3. Apa saja ketentuan yang berlaku wanita yang sedang Haid dan Nifas? 4. Apa hukum islam mengenai khitan bagi wanita? 5. Apa dampak khitan bagi wanita? C. Tujuan 1. Agar dapat mengerti dan paham tentang haid dan nifas serta hal-hal yang dilarang dilakukan oleh orang yang sedang haid dan nifas. 2. Menjadi bacaan bagi mahasiswa mengenai hukum khitan bagi wanita serta dampak positif dan negative dari khitan itu sendiri. 3. Sebagai tugas pribadi mata kuliah Pengamalan Ibadah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Haid dan hukumnya.

Secara bahasa, haid berarti mengalirnya sesuatu. Sementara menurut syara berarti darah yang keluar secara periodik dari faraj (kemaluan) wanita ketika sehat, tanpa sebab persalinan, ataupun penyakit. Darah haid termasuk darah kotor / najis, sehingga seseorang tidak boleh melakukan senggama ketika istrinya dalam keadaan haid, atau seseorang juga tidak dapat melaksanakan ibadah tertentu (khusus) ketika sedang haid. Haid ini mulai dialamai seseorang wanita ketika memasuki akil baligh, yang biasanya berkisar pada umur 9 tahun. Biasanya berakhir secara tetap pada usia lanjut yang disebut dengan masa monopouse, kendati setiap wanita memasuki masa monopouse pada kisaran umur yang berbeda. Warna darah haid ini bermacam-macam, tergantung kondisi fisik, lingkungan, cuaca sekitarnya. Ada yang bewarna hitam, merah, kuning, seperti nanah dan keruh, yakni seperti warna putih dan hitam seperti air kotor. Warna kuning dan keruh ini, dianggap haid, bil keluar di waktu haid, sementara bila keluar bukan dim as siklus haid sedang berlangsung, maka dianggap tidak haid. Tidak ada batasan berapa lama wanita mengalami haid. Semuanya kembali kepada kebiasaan masing-masing atau faktor eksternal yang mempengruhinya. Secara umum, kecendrungan masa masa haid berlangsung selama 6 sampai 7 hari. Inilah pendapat yang benar, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Ibnu Taymiyah. Ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah ra: beliau bertanya kepada Rasulullah SAW tentang wanita yang terus menerus keluar darah, maka Rasulullah SAW bersabda: Hendaknya wanita itu menghitung jumlah hari dan malam haidnya dan rentang waktunya setiap bulan. Maka ia tinggalkan shalat dihari-hari itu, setelah lewat masanya, ia mandi dan memakai pembalut kemudian shalat. (H.R.Bukhari dan Muslim). Sementara jika wanita tersebut tidak mempunyai

kebiasaan haid yang dapat dijadikan standar, misalnyaia terus keluar darah semenjak balighnya tanpa henti, maka yang menjadi ukuran adalah warna darahnya. Imam SyafiI mengatakan paling sedikit haid adalah hari 1 malam, dan paling banyak 15 hari. Beliau mendasarkan ini kepada kebiasaan yang dialami para wanita saat itu, dan bukan bermaksud sebagai batasan baku. Sebahagian ulama (jumhur) cenderung menyatakan, bila telah lebih dari 17 hari, namun tetap saja darah tersebut keluar, maka ia tidak dapat lagi dikategorikan dengan haid, namun ini termasuk kepada istihadah (penyakit). Hikmah yang terkandung dalam haid adalah Janin yang ada dalam kandungan ibu, mengkonsumsi makanan yang berbeda dengan makhluk hidup di luar. Karenanya Allah SWT menciptakan enzim darah yang masuk ke dalam janin lewat pusarnya. Itu sebabnya seseorang wanita biasanya tidak haid bila sedang hamil.

Ketentuan Hukum yang Berlaku Bagi Wanita Haid a. Wanita yang dalam keadaan berhaid ataupun bernifas, dilarang menunaikan shalat. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda jika haidmu datang, maka tinggalkanlah shalatmu (HR Bukhari Muslim) Para ulama sepakat bahwa diharamkan shalat bagi wanita haid dan nifas, baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Dan mereka pun sepakat bahwa wanita haid tidak memiliki kewajiban shalat dan tidak perlu mengqodho atau menggantinya ketika ia suci. Dari Abu Said, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa? Itulah kekurangan agama si wanita. (Muttafaqun alaih, HR. Bukhari no. 1951 dan Muslim no. 79) b. Puasa; dalam sebuah hadist digambarkan Dari Muadzah berkata Saya bertanya kepada Aisyah, Saya katakana kenapa wanita haid disuruh mengganti puasa dan tidak mengganti shalat? Aisyah berkata Apakah kamu ini golongan Hurariyah? Saya katakana; Bukan, saya bukan golongan Hurariyah, namun saya bertanya ! Aisyah

berkata; Kami (para istri nabi / wanita) mengalami hal itu dan kami hanya diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak mengqadha shalat. (H.R Muslim) c. Berhubungan suami istri / jima ; keterangan tentang larangan bersetubuh dengan istri yang sedang haid terdapat dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 222:


Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. d. Thawaf (mengelilingi Kabah ketika haji / umrah di Baitullah; dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Aisyah pernah pergi haji bersama Rasulullah SAW, lalu ia mendapati haid ketika hendak masuk Makkah. Rasulullah melihatnya dalam keadaan menangis, sembari bertanya, Aisyah menjawab bahwa ia sedang dalam keadaan haid . Rasulullah bersabda ketika mengetahui bahwa Aisyah menangis karena hid, sementara ia berniat melaksanakan haji. Itu lakukanlah semua apa yang dilakukan oleh orang yag melaksanakan haji, namun jangan engkau melakukan thawaf hingga kamu suci! (HR. Bukhari) e. Thalak. Jika seorang laki-laki telah mencraikan istrinya dalam keadaan haid, maka ia telah berdosa, dan harus bertaubat. Ia harus menarik istrinya kembali pada saat itu juga, hingga lewat masa haidnya, masa suci, dan masa haid yang berikutnya. Ketika telah suci, maka sang suami boleh memilih, apakah tetap mempertahankan istrinya, atau menthalaknya saat itu dengan syart belum digauli (pada masa suci tersebut). Larangan thalak pada masa haid ini dikecualikan pada tiga keadaan :

Wanita tersebut belum pernah digauli semenjak terjadi akad nikah, maka boleh menthalaknya pada masa haid, karena ia tidak punya masa iddah.

Jika haidnya terjadi pada waktu hamil Jiak thalaknya karena khulu adalah putusnya hubungan perkawinan, dimana istri yang meminta cerai karena sesuatu sebab yang dibolehkan / dibenarkan oleh agama.

B. Nifas dan Hukumnya Secara hukum nifas artinya adalah; Darah yang keluar dari faraj wanita, mengiringi persalinan, baik keluar di tengah persalinan, sesudah persalinan atau sebelumnya. tidak ada batas minimal nifas, bisa terjadi sesaat setelah melahirkan, dan langsung berhenti seketika. Sementara batas maksimal, ulama berbeda pendapat. Imam Syafii mengatakan 60 hari, sementara yang lain mengatakan 40 hari. Namun kebiasaan yang berlangsung adalah 40 hari. Jika lebih dari 40 hari masih tetap dihitung masa nifas hingga berlangsung 60 hari. Jika sudah lebih dari 60 hari maka tidak lagi dihitung sebagai kondisi nifas melainkan dipandang sebagai darah penyakit Para ulama dari kalangan sahabat Rasulullah SAW dan para tabiin telah menempuh kesepakatan, bahwa wanita-wanita yang sedang menjalani masa nifas harus meninggalkan solat selama 40 hari. Apabila telah suci sebelum masa tersebut, maka hendaklah mandi dan mengerjakan sholat, demikian dikatakan oleh imam tirmidzi. Tidak batas minimal dalam masa nifas yaitu bisa terjadi dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu apabila seseorang wanita melahirkan lalu tidak lama kemudian darah nifasnya berhenti maka ia berkewajiban mengerjakan sholat, puasa, dan ibadah lainnya, seperti layaknya wanita yang berada dalam keadaan suci. Sedangkan batas minimal adalah 40 hari, sesuai dengan hadist dari ummu salamah diatas.

Disunnahkan bagi wanita untuk mandi setelah melahirkan bagi yang melahirkan dengan mengeluarkan darah maupun tidak, demikian juga apabila mengalami keguguran pada masa kehamilan meskipun waktunya sangat sebentar. Para ulama berbeda pendapat tentang batas masa nifas. Syaikh taqiyuddin berkata dalam risalahnya tentang sebutan yang dijadikan kaitan hukum olehpembawa syariat : Nifas tidak ada batas minimal maupun maksima. Andaikata seorang wanita mendapati darahnya lebih dari 40, 60, atau 70 hari dan berhenti maka itu adalah nifas. Namun jikan berlanjut terus maka itu adalah arah kotor dan bila demikian yang terjadi maka batasnya 40 hari, karena hal itu merupakan batas umum sebagaiman dinyatakan oleh banyak hadist. Ada beberapa point yang harus difahami bagi wanita dalam permasalahan batas nifas: a. Batas lazim nidas seperti banyak diriwayatkan oleh hadist adalah 40 hari. Hal ini harus di pegang terlegih dahulu sebagai batas normal. b. Jika <40 hari, si wanita sudah melihat dirinya bersih dari darah, maka dia sudah masuk masa suci, kecuali jika berhentinya kurang dari 1 hari dan darah keluar lagi dalam masa 40 hari itu, maka itu termasuk masa nifas. c. Darah keluar terus menerus lebih dari 40 hari tetepi menmpakkan gejala atau tanda akan berhenti, maka tunggulah sampai benar benar berhenti, baru kemudian bersucilah. Jika darah tidak kunjung berhenti, dan tidak adaa tanda tanda akan berhenti maka masa nifas dicukupkan 40 hari. Karena itu adalah masa kelaziman nifas.

Hukum-hukum seputar nifas Terhadapa wanita yang mengalami nifas dilarang melakukan apa yang dilarang terhadap wanita haid, kecuali ada beberapa kondisi yang berbeda :

a. Nifas tidak bias dijadikan standar masa iddah. Jika thalak terjadi sebelum melahirkan, maka masa iddah berakhir sesaat setelah melahirkan. Tetapi bila thalak terjadi ketika masa nifas, maka perhitungan masa iddah harus menunggu perhitungan masa haid. b. Nifas tidak bias dihitung sebagai masa Ilaa, (Ilaa adalah seorang suami bersumpah untuk tidak menggauli istrinya), sedangkan haid bisa c. Baligh-nya usia seseorang tidak bias ditentukan dengan nifas, tetapi dengan haid.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pentingnya perempuan memahami dan mengetahui hal-hal yang menjadi kodrat perempuan yaitu haidh dan nifas. Adapun ketentuan hukum yang berlaku bagi perempuan yang sedang haid dan nifas wajib untuk diketahui karena semua itu telah ada aturan yang berdasarkan al Quran dan As Sunnah. Haid adalah darah yang mengalir keluar dari rahim permpuan secara alami yang telah dewasa atau baliqh, bukan disebabkan oleh suatu penyakit, luka, gangguan atau proses melahirkan.

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim disebabkan melahirkan, baik sebelum, bersamaan atau sesudah melahirkan, disertai dengan tanda-tanda akan melahirkan (seperti rasa sakit, dll) yang diikuti dengan proses kelahiran. Adapun hal-hal yang dilarang dilakukan oleh perempuan yang sedang haid dan nifas dalam beribadah adalah shalat, puasa, jima dan ditalak. Dan sebagian ulama ada yang membolehkan adapula yang melarang untuk berdiam diri di mesjid, membaca Al Quran dan menyentuh mushaf al Quran. Namun dalam perbedaan itu masing-masing memiliki dalil sebagai hukumnya. Dengan demikian maka sebaiknya perempuan mengetahui dan paham akan hukumhukum yang berlaku tersebut, hingga dapat berhati-hati ketika sedang mengalami haid atau nifas.

Você também pode gostar