Você está na página 1de 37

Kelompok 6

Eka Cania B Fajar Al Habibi Ikbal Sidik Lewi Martha Furi M. Rezha Remontito M Iqbal Tafwid Nolanda Trikamti Rinavi Adrin Satya Adi Nugraha Vindita Mentari Mega Novia Sari

( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (

0918011040 ) 0918011043 ) 0918011049 ) 0918011064 ) 0918011059 ) 0918011063 ) 0918011067 ) 0918011072 ) 0918011077 ) 0918011023 ) 0918011120 )

Anakku Sesak
Seorang ibu datang ke UGD RSUDAM dengan membawa bayi 3 bulan dalam keadaasesak dan demm. Dari anamnesis diketahui ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan RR:60x/menit, T:390C, inspeksi terlihat bayi sianosis, dispneu,NCH(+),retraksi dinding dada.Perkusi didapatkan pekak dan auskultasi terdengar ronki basah halus di basal paru. Hasil laboratorium didapatkan leukositosis. Sang bayi kemudian dirawat dan diberikan terapi.

Apa

etiologi penyakit pada kasus? Apa saja faktor resiko terjadinya penyakit? Bagaimana perjalanan penyakitnya hingga menimbulkan manifestasi sesak nafas? Bagaimana cara penegakan diagnosisnya & pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan? Bagaimana tatalaksana penyakit tsb?

Pneumonia dalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch).

Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukan bahwa di negara berkembang Streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9 % aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya isebabkan oleh virus.

Neonatus

dan bayi kecil o Streptokokus grup B o Bakteri gram negatif seperti E. Colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp o Chlamydia trachomatis

Bayi

yang lebih besar dan anak

balita
o Streptococcus

pneumoniae o Haemophillus influenzae tipe B o Staphylococcus aureus

Anak

yang lebih besar dan remaja o Mycoplasma pneumoniae o Streptococcus pneumoniae

Kelompok

anak berusia 2 tahun ke atas mempunyai etiologi infeksi bakteri yang lebih banyak daripada anak berusia di bawah 2 tahun.

Epidemiologis

Pneumonia

komunitas Pneumonia nasokomial Pneumonia aspirasi Pneumonia imunocompromised

Gambaran
o

radiologis

Tipikal mengenai lobus/lobular Disebabkan oleh bakteri yang responsif terhadap pengobatan dengan antibiotik beta-laktam Atipikal berupa infiltrat,bilateral,menenai hilus

Tidak responsif dengan antibiotik betalaktam Terutama disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae

Pneumonia
Pneumonia Pneumonia

Lobaris
Interstitial Lobularis (Bronkopneumonia)

Faktor resiko yang meningkatkan insiden Pneumonia Umur < 2 bulan: Laki-laki Gizi kurang Barat badan lahir rendah Tidak mendapat ASI memadai Polusi udara Kepadatan tempat tinggal Imunisasi yang tidak memadai Membedung anak (selimut berlebihan) Defisiensi Vitamin A Pembarian makanan tambahan terlalu dini.

Invasi mikroba melalui port d entre

Inflamasi pada jaringan perenkim paru

Gangguan pernafasan

St.Kongesti

Kapiler melebar serat kapiler didalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu, permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveoli terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus kapiler karena tidak lagi kongesti Eksudat berkurang dalam alveoli makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrio dan menghilang serta patologis anatomis bronchopneumonia berbeda dengan pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak- bercak dengan distribusi yang

St.hepatisasi merah St.Hepatisasi kelabu

St resolusi

Sebagian

besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja
sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.

Hanya

Demam
Sakit

kepala Gelisah Malaise Penurunan napsu makan Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare

Batuk
Sesak

napas Retraksi dada Takipnea Napas cuping hidung Air hunger Merintih Sianosis

Anamnesis Riwayat ispa Demam Sesak & sianosis Pemeriksaan fisik T:39C,takipneu,dyspneu,nafas cuping hidung,sianosis,retraksi,ronki basah halus Pemeriksaan penunjang Leukositosis Hipoksenia Kultur kuman

Sulit

dilakukan karena sulitnya mendapatkan spesimen yang memuaskan, terutama pada anak-anak dibawah usia 8 tahun
sampel sputum yang baik:

Syarat

o o o

> 25 sel polinuklear per lapang pandang Mukus Sel squamosa <10 per lapang pandang

Leukositosis

yang berkisar antara 15.00040.000/mm3 dengan predominan PMN Leukopenia (<5.000mm3) Pada infeksi Chlamydia pneumonia kadangkadang ditemukan eosinofilia Hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti

Uji

serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta beberapa virus seperti RSV, Sitomegalo, campak, Parainfluenza 1, 2,3, Influenza A dan B, dan Adeno

Infiltrat

interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi
alveolar, merupakan konsolidasi paru-paru dengan air bronchogram

Infiltrat

Bronkopneumonia,

ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

Conclusive
o o o

Darah Cairan pleura Spesimen yang didapat melalui open lung biopsy atau lung puncture

Occasionally conclusive
o o o

Bronchoscopy Kultur dari sekret setelah tracheotomi Aspirasi transtracheal

Dubious o Aspirasi nasotrakeal o Apus tenggorokan


Pada pasien yang diduga menderita pneumonia, pemeriksaan mikrobiologik dari sedian conclusive dapat menyimpulkan etiologi penyebab

Bayi dan anak berusia 2bln 5 tahun Pneumonia berat - bila ada sesak napas - Harus dirawat dan diberikan antibiotika Pneumonia - bila tidak ada sesak napas - ada napas cepat * >50x/menit usia 2 bln 1 tahun * >40x/menit usia > 1 5tahun * tidak perlu dirawat, diberikan antibiotika oral Bukan Pneumonia - bila tidak ada napas cepat dan sesak napas - tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotika, hanya diberikan pengobatan simtomatis

Rawat jalan kasus ringan Rawat inap sedang berat

Komponen pengobatan Oksigenasi Terapi cairan & diet Pemebrian antibiotik simptomati

Dasar

penatalaksanaan pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotika yang sesuai, serta tindakan suportif Antibiotik dipilih berdasarkan pertimbangan empiris, yaitu kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor epidemiologis

Pada

pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/KgBB Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP 20 mg/kgBB sulfametoksazol).

Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari

Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau kloramfenikol Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi

Pleuritis Efusi pleura/ empiema Pneumotoraks Piopneumotoraks Abses paru Gagal nafas

Raharjoe,

Nastiti N. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama: IDAI. Badan Penerbit IDAI. Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Você também pode gostar