Você está na página 1de 14

B. Mak Asasi Manusia 1. Pengertian HAM Dalam Tap MPR No.

XVII/1998, HAM adalah hak dasar yang melekat p a d a manusia secara kodrati, universal dan abadi, sebagai anu gerah TuhanY M E . H a k - h a k i t u m e l i p u t i h a k u n t u k h i d u p , h a k b e r k e l u a r g a , h a k mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak k e a m a n a n d a n h a k k e s e j a h t e r a a n . H a k h a k i t u t i d a k , b o l e h d i a b a i k a n a t a u dirampas oleh siapapun.Sedangkan dalam UU No. 39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormatl, dijunjung tinggi dandilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatanserta perlindungan harkat dan martabat manusia (Ketentuan Umum, pasal 1 sub1). 2. Pengakuan atas Martabat dan Hak-Hak yang sama sebagai Manusia Hidupdi Dunia Sejarah mutakhir HAM dimulai ketika PD II usai, dimana HAM diinjak-injak, kemudian timbul keinginan untuk merumuskan HAM itu dalam suatunaskah internasional. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan diterimanya Universal Declaration ot Human Rights (Pernyataan Sedunia tentang HAM)oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB.H A M b e r k e m b a n g m e l a l u i t a h a p - t a h a p a n d a l a m b e b e r a p a n a s k a h . Naskah tersebut adalah sebagai berikut (Budiarjo, 1998 :120-121):a. Magna Charta ( P i a g a m A g u n g , 1 2 1 5 ) , s u a t u d o k u m e n y a n g m e n c a t a t beberapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris kepada beberapa bangsawan hawahannya atas tuntutan mereka. b. Bill of Rights (Undang-Undang Hak, 1689), suatu undang-undang yangditerima oleh Parlemen Inggris sesudah berhasil dalam tahun sebelumnyamengadakan perlawanan terhadap Raja James II dalam suatu revolusi tak berdarah (Vie Glorious Revolution of 1688). c. Declaration des droits de'I'homme et du citoyan (Pernyataan hak-hak m a n u s i a d a n w a r g a n e g a r a , 1 7 8 9 ) , s u a t u n a s k a h y a n g d i c e t u s k a n p a d a permulaan Revolusi Peraneis, sebagai perlawanan terhadap kesewenangandari rezim lama.d. Bill of Rights (Undang-Undang Hak), s u a t u n a s k a h y a n g d i s u s u n o l e h rakyat Amerika dalam tahun 1789, dan yang rnenjadi bagian dari undang-undang dasar pada tahun 1791.H a k - h a k y a n g d i r u m u s k a n d a l a m a b a d k e - 1 7 d a n k e - 1 8 t e r s e b u t dipengaruhi oleh gagasan mengenai Hukum Alam dan hanya terbatas pada hak-hak yang bersifat politik saja. Akan tetapi dalam abad ke-20, hak-hak politik inidianggap kurang sempurna, dan mulai dicetuskan beberapa hak lain yang lebih l u a s r u a n g lingkupnya. Yang sangat terkenal adalah 4 (empat) hak

yangdirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. R o s e v e l t p a d a permulaan PD II. Hak-hak tersebut terkenal dengan istilah four Freedoms (empat kebebasan) yaitu :a . K e b e b a s a n u n t u k b e r b i c a r a d a n m e n y a t a k a n pendapat (freedom of speech) b.Kebebasan beragama (freedom of religion) c.Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear) d.Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want) Sejalan dengan pemikiran itu, maka Komisi Hak-Hak Asasi y a n g didirikan pada tahun 1946 oleh PBB telah menetapkan P e r n y a t a a n S e d u n i a tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) padatahun 1943. Kemudian disusul dengan Perjanjian tentang Hak-Hak Ekonomi,Sosial dan Budaya (Covenant on Economic, Social and Cultural Righ fs) sertaPerjanjian tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (Couenan t on Civil and Political Rights) pada tahun 1966. Selanjutnya rnuncul Declaration cti the Rights of People to Peace (1984) dan Declaration on the Rights to Development (1986). ,A p a b i l a k i t a k a j i h a k - h a k y a n g t e r c a n t u m d a l a m t h e U n i v e r s a l Declaration of Human Rights, ternyata terdapat 3 (tiga) kelornpok hak (Paul S. Baut & Benny Harman K dalam Sumantri, 2002 : 4) yaitu :a . Y a n g m e n y a n g k u t h a k - h a k p o l i t i k d a n y u r i d i s . b.Yang rnenyangkut hak-hak atas martabat dan integritas manusia dan c.Yang menyangkut hak-hak sosial ekonomi dan budayaLebih lanjut juga dikatakan bahwa ciri khas the Universal Declarationo f H u m a n R i g h t s a d a l a h a d a n y a p e m b a b a k a n k o n s e p s i d a s a r h a k - h a k a s a s i dalam 3 (tiga) tiga tahap, yaitu : a. Generasi I hak-hak asasi manusia dalam bidang politik b. Generasi II hak-hak asasi manusia yang diwarnai d e n g a n m u n c u l n y a tuntutan hak asasi dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya. c. Generasi III hak asasi man usia yang dikenal dengan sebutan

the rights todevelopment. 3. Penghargaan dan Penghormatan atas Hak-Hak M a n u s i a d e n g a n Perlindungan Hukum di Indonesia. Seperti halnya dengan negara-negara baru lainnya, Indonesia t e l a h mencaturnkan beberapa hak asasi di daiaiu undang-undang dasarnya, baik dalamUUD 1945 maupun dalam undang-undang dasar berikutnya. Hak-hak asasi yangtercantum dalam UUD 1945 tersebar dalam beberapa pasal, terutama pasal 27sampai pasal 34.A k a n t e t a p i h a k - h a k a s a s i y a n g d i m u a t t e r b a t a s j u m l a h n y a d a n dirumuskan secara singkat. Hal ini tidak mengherankan mengingat bahwan a s k a h i n i d i s u s u n p a d a a k h i r m a s a p e n d u d u k a n J e p a n g d a l a m s u a s a n a mendesak. Sehingga tidak memungkinkan membicarakan hak-hak asasi secara mendalam sekali.S e l a i n d a r i i t u d i a n t a r a t o k o h - t o k o h m a s y a r a k a t t e r d a p a t p e r b e d a a n pendapat mengenai peranan hak-hak asasi di dalam negara demokrasi Soekarnowaktu itu menyatakan, jikalau kita betul-betul hendak merdasarkan negara kita kepada faham kekeluargaan, faham tolong menolong, faham gotong royong dankeadilan sosial, enyahkanlah tiap-tiap pikiran, tiap faham individualisme dan liberalisme daripadanya.Sebaliknya Hatta, menyatakan bahwa walaupun yang dibentuk itu negarakekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak dan warga negara, jangan sampai timbul negara kekuasaan.

Review Universal Declaration of Human Rights Universal Declaration of Human Rights (1948) adalah sebuah pernyataan dari seluruh umat manusia mengenai HAM. Meskipun dalam sejarahnya terdapat banyak perdebatan dalam pembentukanya, namun akhirnya deklarasi tersebut dapat diterima oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Pengertian HAM yang dimaksudkan di sini adalah HAM dalam arti universal atau HAM yang dianggap berlaku bagi semua bangsa. Dimulai dari pengertian dasar, yaitu hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan atau disebut juga sebagai hak-hak dasar yang bersifat kodrati. Definisi HAM sekalipun sudah memiliki rumusan yang konkret, akan tetapi masih membawar persoalan yang sesungguhnya dapat melanggar butir-butir pokok di dalam definisi HAM itu sendiri. PBB melalui organisasi-organisasi independen seringkali masih memaksakan definisi HAM berlaku bagi semua bangsa. Sementara itu, setiap bangsa terbentuk dan dibentuk dari situasi dan sejarah masa lalu yang berbeda dengan bangsabangsa lainnya. Jika saja pemaksaan kehendak dianggap melanggar HAM, maka pelaksanaan konsep HAM itu sendiri tidak boleh dipaksakan begitu saja. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan suatu permasalahan yang telah menjadi sebuah topik hangat di dunia pada saat ini. Hal ini timbul dikarenakan masalah HAM menyangkut kehidupan manusia, baik sebagai makhluk Tuhan maupun makhluk social.

Dalam aktualisasinya, dalam instrument HAM yang tercantum dalam UDHR dapat ditarik beberapa kritik. Pertama, HAM dipandang tidak efektif bagi negara-negara yang meratifikasi UDHR ataupun tidak. Dalam konsepnya, HAM tidak memiliki ikatan yang kuat atas regulasi maupun aturan yang jelas jika suatu negara melakukan pelanggaran atas nama HAM. Hal ini dapat dilihat dari tindakan invasi Amerika ke Irak yang secara commonsense maupun empiris terlihat jelas melanggar HAM warga sipil Irak. Kedua, HAM dipandang terlalu mengeneralisasikan masyarakat yang ada. Dalam prakteknya, dikenal konsep one-size-fits-all yang dipakai untuk masyarakat yang multikutural dan bermazhab politik berbeda. Dalam hal tersebut, HAM dinilai telah menodai tentang adanya perbedaan dan HAM dipandang sangat individualistik dibandingkan dengan klaim bahwa HAM berdasarkan masyarakat umum. Contohnya, Arab Saudi yang tidak menyetujui banyak prinsip HAM karena bertentangan dengan hokum syariat Islam yang ada, seperti contoh HAM membolehkan adanya perkawinan antar agama. Dalam kacamata lain, diterapkannya HAM secara universal merupakan bentuk upaya meliberalisasi dunia secara utuh. Hal tersebut jelas menimbulkan konflik bagi Negara yang tidak memiliki ideologi sejalan seperti sang penemu HAM, yaitu masyarakat liberal Eropa. Ketiga, HAM selama ini terlalu banyak memberikan janji tanpa adanya aktualisasi bagi terselesaikannya masalah. Selama ini masih banyak negara yang melakukan pelanggaran HAM bagi rakyatnya maupun rakyat negara lain, hal ini mungkin berbatasan dengan konsepsi HAM yang berkonsentrasi tentang pemecahan masalah bukan pencegahan masalah. Hak asasi manusia merupakan sebuah dinamika baru dalam dunia politik internasional, dalam era yang global sebuah negara tak dapat menghindari sebuah isu dengan begitu saja. Walaupun kita tidak bisa mengetahui bagaimana atau seperti apa masa depan dari hak asasi manusia, kita sebagai masyarakat global tak dapat menghindari hal ini, tetapi kita semua diharuskan untuk menyelesaikan banyak problem yangsaat ini mungkin belum bisa terselesaikan oleh tangan-tangan HAM. Setiap manusia yang terlibat dalam penegakan ataupun pembelajar studi HAM pasti memiliki cara sendiri dalam memandang. Meskipun terdapat banyak kebiasan ataupun debat, dalam studi ini kita semua dapat belajar bagaimana harus memperlakukan orang lain dengan semestinya.

Ntion stAte PENDAHULUAN Dalam melihat bentuk negara, terdapat beberapa konsep yang menjadi diskursus bagi para pemikir, diantara diskursus tersebut adalah negara dalam bentuk negara bangsa (nation state). Sebuah negara bangsa adalah suatu jiwa, sebuah prinsip kerohanian, dengan landasan nasionalisme yang merupakan suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi harus diserahkan kepada negara kebangsaan yang didalamnya terdapat unsur etnisitas, bahasa dan agama sebagai identitas bersama (common identity). Ia juga mempunyai unsur lain yang bersifat kontraktual, karena ia muncul secara artifisal dan didesak oleh suatu kebutuhan kontrak sosial, dengan didalamnya terdapat sebuah ikatan timbal balik yang berbentuk hak dan kewajiban antar negara bangsa dengan warganya. Dalam perkembangan peradaban manusia, interaksi sesama manusia berubah menjadi bentuk yang lebih kompleks dan rumit. Dimulai dari tumbuhnya kesadaran untuk menentukan nasib sendiri dikalangan bangsabangsa yang tertindas kolonialisme dunia, seperti Indonesia salah satunya hingga melahirkan semangat untuk mandiri dan bebas menentukan masa depannya sendiri. Kini bisa diprediksikan bahwa negara bangsa sedang mengalami krisis legitimasi. Krisis ini seperti dikatakan oleh Habernas, dikarenakan proyek pencerahan sebagai landasan modernitas telah banyak digugat, semisal kemakmuran negara ternyata tidak bisa menjadi kesejahteraan rakyat, gangguan ekosistem dunia karena imbas teknologi demi memenuhi kepentingan negara bangsa.[1]

PEMBAHASAN Negara bangsa adalah suatu gagasan tentang negara yang di dirikan untuk seluruh bangsa atau untuk seluruh umat, berdasarkan kesepakatan bersama yang menghasilkan hubungan kontraktual dan transaksional terbuka antara pihak-pihak yang mengadakan kesepakatan itu.[2] Negara Bangsa merupakan hasil sejarah alamiah yang semi kontraktual dimana nasionalisme merupakan landasan bangunannya yang paling kuat. Nasionalisme dapat dikatakakan sebagai sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Dalam situasi perjuangan kemerdekaan, di butuhkan suatu konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntunan terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat ke-ikutsertaan semua orang atas nama sebuah bangsa. Dasar pembenaran tersebut, selanjutnya mengkristal dalam konsep paham ideologi kebangsaan yang biasa disebut dengan nasionalisme. Dari sinilah kemudian lahir konsep-konsep turunannya seperti bangsa ( nation), negara (state) dan gabungan keduanya menjadi konsep negara bangsa ( nation state) sebagai komponen-komponen yang membentuk identitas nasional atau kabangsaan. Bahwa setiap orang dalam negaranya masing-masing memiliki nasionalitas yang sama, dan demikian juga bahasa yang sama, dan dapat berperan serta dalam perdebatan yang bermakna mengenai kebudayaan, akan tetapi kebanyakan negara adalah multi-kebangsaan yang terdiri dari dua atau lebih komunitas bahasa.[3] Dengan demikian bangsa (nation) merupakan suatu badan atau wadah yang didalamnya terhimpun orang-orang yang memiliki persamaan keyakinan yang mereka miliki seperti ras, etnis, agama, bahasa dan budaya. Dan gabungan dari dua ide tentang bangsa (nation) dan negara (state) tersebut terwujud dalam sebuah konsep tentang negara bangsa atau lebih dikenal dengan Nation-State dengan pengertian yang lebih luas dari sekedar sebuah negara dalam pengertian state.

Dengan demikian, negara bangsa mutlak memerlukan good governance, pengelolaan yang baik, yang bertumpu kepada kemutlakan adanya transparansi, partisipasi terbuka, dan pertanggung jawaban di dalam semua kegiatan kenegaraan di setiap jenjang pengelolaan negara sehingga terbentuk pemerintahan yang bersih.[4] Dan merupakan sebuah bangsa yang memiliki bangunan politik (political building), seperti ketentuan-ketentuan perbatasan teritorial, pemerintahan yang sah, pengakuan luar negeri dan merupakan akibat langsung dari gerakan nasionalisme yang sekaligus telah melahirkan perbedaan pengertian tentang kewarganegaraan dari masa sebelum kemerdekaan.[5] Konsep Negara Bangsa (Nation State) adalah konsep tentang negara modern yang terkait erat dengan paham kebangsaan atau nasionalisme. Seperti telah didefinisikan diatas, suatu negara dikatakan telah memenuhi syarat sebagai sebuah negara modern, setidak-nya memenuhi syarat-syarat pokok selain faktor kewilayahan dan penduduk yang merupakan modal sebuah bangsa (Nation) sebelum menjadi sebuah negara bangsa maka syarat-syarat yang lain adalah adanya batas-batas teritorial wilayah, pemerintahan yang sah, dan adanya pengakuan dari negara lain.[6] PENUTUP Pada dasarnya bentuk negara apapun adalah ideal, namun yang menjadi persoalannya adalah ke-ideal-an tersebut terkadang sukar untuk bertemu di alam realita karena beberapa hal, sehingga yang paling penting untuk mencapai taraf yang ideal tersebut adalah sebuah komitmen dan selalu konsisten dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang ada. Wallhua`lam...

Arsip untuk volonte generale Sarjana2 Tatanegara Seluruh Dunia

Posted in Filsafat, Sarjana Tatanegara, Tatanegara dengan kaitan (tags) contract social, personne moral, volonte generale, volonte particuliere on April 15, 2011 by Handari Yektiwi Alchosih

29. Rousseau (1712-1778 ) J.J. Rousseau, seorang anak dari tukang arloji dari Geneva, dalam tahun lebih kurang 1760 telah menulis buku yang termashur, yaitu Contract Social yang mengenai kenegaraan. Semua manusia dilahirkan bebas, tetapi dimana saja manusia itu terbelenggu, yaitu dalam ikatan negara, sehingga ia tak merdeka lagi melakukan apa yang disukainya secara semau-maunya dan sebebasnya. Rousseau tidak menyelidiki bagaimana hal itu telah terjadi dalam sejarah, tetapi Rousseau hanya menciptakan hipotesa tentang kejadian itu menurut pikirannya sendiri. Manusia semestinya telah mengadakan kontrak atau perjanjian yang bertujuan membentuk suatu perkumpulan sebagai suatu personne moral, yang diberinya seluruh kekuasaan oleh para kontraktan itu tidak kehilangan kebebasannya, dan perkumpulan masyarakat yang berdaulat sepenuhnya itu harus berkuasa untuk memaksa seorang yang melanggar peraturan, supaya warga itu tetap bebas. Jadi ada badan yang berdaulat diatas seluruhnya, tetapi badan itu tidak boleh mengikat pada anggotanya, sedang badan itu berkuasa memaksa seseorang supaya tetap bebas! Kelihatannya semuanya itu seolah-olah onlogis! Badan itu mempunyai Volonte Generale, kemauan umum yang berdaulat yang dapat mengubah kebebasan liar menjadi kebebasan politis. Kebebasan liar dalam masyarakat ialah onvrijheid, yaitu ketidakbebasan, sebab hanya kebebasan politiklah yang berarti sungguh-sungguh bebas bagi warga negara.

Manusia warga negara akan tetap bebas dalam artian politis, jika ia mematuhi Volonte Generale itu. Volonte Particuliere, yaitu kemauan pribadi harus dibatasi olah Volonte Generale.

Dengan tiada ikatan kontrak sosial, misalnya dalam rapat-rapat biasa, maka para hadirin paling banyak hanya dapat melahirkan volonte des toutes, yaitu kemauan orang banyak, bukan kemauan umum. Sebelum ada kontract sosial yaitu dalam masyarakat kuno, hanya ada kebebasan yang liar. Jika sesuatu anggota dari masyarakat itu patuh pada negara, maka ia sebenarnya patuh pada volonte generale yaitu pada dirinya sendiri yang berkontract sosial yaitu malah menjadi bebas dalam artian politis sebagai warga negara. Volonte Generale ialah pada dasarnya Undang Undang Negara yang maksudnya menginsyafkan warga negara atas hak kebebasan politisnya. Pemerintah yang melakukan undang-undang negara bukanlah merupakan kekuasaaan yang berdaulat tersendiri karena kekuasaan oleh masyarakat rakyat yang berdaulat. Pemerintah bukanlah kontractan, tetapi hanya mandataris, seorang mandor yang hanya diangkat dan dapat diberhentikan oleh kedaulatan rakyat yang diorganisir dengan kontract sosial itu. Negara timbul karena kontract sosial tetapi pemerintah ialah ditentukan oleh negara. Pemerintah tidak berdaulat sendiri, tetapi mendapat hak-haknya dari rakyat yang bernegara. Kemauan pemerintah hanya mewujudkan Volonte des Corps, yaitu kemauan golongan belaka. Rakyat yang bernegara itulah souverein, pemegang kuasa yang satu-satunya. Souvereiniteit itu tak dapat dibagi-bagi, sebab kontractnya lalu akan terpecah dan tak dapat dioperkan pada orang lain, sebab ini akan mengakibatkan hapusnya kebebasan politis dari rakyat. Teori contract social, kedaulatan rakyat dalam negara, volonte generale dan pemerintah sebagai mandataris itulah sari pandangan Rousseau yang mempengaruhi Revolusi Perancis, ibarat menjadi pedomannya. Perbedaan antara volonte generale dan volonte dea toutes menyatakan bahwa Rousseau telah mulai berpikir sosiologis yaitu memandang masyarakat itu bukan lagi sebagai totaal dari jumlah anggotanya. Rousseau dari individualis nasionalis sud ah mendoyong kearah collectivisme. (Diambil dari Sari Pandangan Sarjana2 Tatanegara Seluruh Dunia dari Socrates hingga Ir. Soekarno, yang ditulis oleh Mr. Soenarko, Penerbit NV. Hidup Jakarta, 11 Oktober 1951, dengan perubahan beberapa kalimat tanpa mengubah arti). http://handari.wordpress.com/tag/volonte-generale/

Negara wajib sejahterakan rakyat


04/05/2011

by khambali

Jean Jacques Rousseau berteori: Negara terjadi karena adanya perjanjian masyarakat, yang esensinya untuk menemukan suatu bentuk kesatuan yang membela dan melindungi kekuasaan bersama, disamping kekuasaan pribadi dan milik setiap individu. Jadi yang diserahkan oleh setiap individu kepada kesatuannya hanyalah kekuasaan/beberapa kekuasaannya saja, bukan kedaulatannya. Dengan adanya perjanjian tersebut timbullah 2 (dua) fenomena: (1) Terbentuknya kemauan umum (volonte generale) yakni kesatuan dari kemauan setiap individu yang telah menyelenggarakan perjanjian masyarakat tersebut. Volonte generale inilah yang merupakan kekuasaan tertinggi yang merupakan embrio dari kedaulatan. (2) Terbentuknya masyarakat (gemenschaft) yakni kesatuan dari orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian masyarakat tersebut. Masyarakat inilah yang memiliki kemauan umum (volonte generale). Dalam perkembangannya, masyarakat secara keseluruhan tidak mungkin melaksanakan pemerintahan, melainkan hanya sebagai pemegang kedaulatan. Dalam hal ini masyarakat menyerahkan hak tersebut kepada penguasa guna melaksanakan fungsi pemerintahan. Berangkat dari teori tersebut, pemerintah adalah suatu badan di dalam negara yang tidak berdiri sendiri, melainkan bersandar kepada masyarakat (rakyat) yang berdaulat. Kemauan yang dimiliki oleh pemerintah disebut volonte de corps, karena pemerintah terdiri dari sekelompok orang yang dipercaya oleh masyarakat (rakyat). Idealnya, volonte de corps harus sesuai dan mencerminkan volonte generale. Paralel dengan J. J. Rousseau adalah Prof. Mr. R. Kranenburg. Beliau menyatakan bahwa: Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jelaslah bahwa fungsi negara adalah menyelenggarakan kepentingan bersama dari anggota kelompok yang disebut bangsa. Fungsi negara yang bersifat universal yakni kewajiban negara untuk mewujudkan kepentingan masyarakat atau yang lebih tepat dikatakan kepentingan umum, tidak peduli dengan bentuk atau sistim pemerintahan yang digunakan oleh negara tersebut. Secara rinci, fungsi negara adalah: 1. Regular Function (fungsi regular):

Setiap negara pasti melaksanakan fungsi ini, karena pelaksanaan fungsi ini merupakan causa prima jalannya roda pemerintahan. Dengan kata lain, tanpa adanya pelaksanaan fungsi ini, secar de jure negara itu tidak ada. Fungsi regular ini meliputi: a. Political function (fungsi politik). Fungsi ini merupakan kewajiban negara yang pertama kali muncul setelah negara tersebut lahir. Sehingga fungsi ini sering disebut sebagai fungsi negara yang klasik (the classical function of goverment), yaitu: (1) Pemeliharaan ketenangan dan ketertiban (maintenance of peace and order). Tujuan pelaksanaan fungsi ini untuk menanggulangi baik preventif maupun represif terhadap gangguan yang berasal dari masyarakat itu sendiri, yang tendensinya mengancam kedamaian kehidupan masyarakat. (2) Pertahanan dan keamanan (security). Pelaksanaan fungsi ini ditujukan terhadap ancaman-ancaman yang berasal dari luar, yang membahayakan eksistensi negara itu sendiri. b. Diplomatical function (fungsi diplomatik). Sebagaimana manusia yang tidak mungkin hidup tanpa berhubungan dengan manusia yang lain, demikian pula negara. Sebagai gejala sosial, negara tidak akan hidup secara sempurna tanpa berhubungan dengan negara lain. Itulah hakekat fungsi diplomatik. Negara berhubungan dengan negara lain atas dasar rasa persahabatan yang bertanggung-jawab, bukan atas dasasr penjajahan atau sejenisnya. Masing-masing negara harus saling menghormati kedaulatan masing-masing, sehingga dapat dihindari terjadinya de lhomme par lhomme. c. Legal funstion (fungsi yuridis). Dalam melaksanakan fungsinya, negara harus dapat menjamin adanya rasa keadilan dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini negara berkewajiban untuk mengatur tata bernegara dan taat bermasyarakat, agar supaya konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat diselesaikan menurut kriteria yang telah hidup dan diakui kebenarannya oleh masyarakat itu sendiri, yakni kriteria hukum. Segala perbuatan yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun negara sendiri harus dapat dikembalikan kepada aturan hukum yang berlaku. Segala sepak terjang pemerintah harus berlandaskan kepada aturan permainan yang diatur oleh kaidah-kaidah hukum. d. Administrative function (fungsi administratif). Fungsi ini menuntut agar negara berkewajiban menata birokrasinya, demi terwujudnya tujuan negara. Dalam menata birokrasi seharusnya bukan atas dasar kemauan negara semata-mata, akan tetapi selalu bersumber pada aturan hukum yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Developing Function (fungsi pembangunan) Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan yang terencana yang dilakukan secara terus-menerus untuk menuju pada suatu perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pembangunan merupakan tujuan negara juga yang biasanya ditetapkan dalam peraturan dasar dari negara yang bersangkutan.

Di Negara Kesatuan Republik Indonesia tujuan pembangunan ini harus berakar kepada peraturan dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah Undang-Undang Dasar 1945, tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, yang menyatakan: Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam UUD Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi, fungsi pembangunan pada hakekatnya adalah suatu kewajiban negara untuk mensejahterakan warganya secara merata, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. http://konsultanku.com/?p=208

A. Contoh Hak Warga Negara Indonesia 1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum 2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak 3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan 4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai 5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran 6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari serangan musuh 7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku B. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia 1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh 2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)

3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya 4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara indonesia 5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik. [...] http://syadiashare.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara.html [...]

Você também pode gostar