Você está na página 1de 11

1

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA Fathol Arifin Universitas Negeri Malang E-mail: fathol16@yahoo.co.id
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) perkembangan psikologi tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi pada episode awal, (2) perkembangan psikologi tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi pada episode tengah, (3) perkembangan psikologi tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi pada episode akhir. Hasil penelitian ini adalah: (1) perkembangan psikologi tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi pada episode awal, yaitu (a) perkembangan psikologi dari sudut pandang emosi: mudah marah dan cepat tersinggung; (b) sudut pandang moral: sering melakukan hal-hal yang dilarang; (c) sudut pandang sosial: tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan mulai tertarik kepada lawan jenis; (2) perkembangan psikologi tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi pada episode tengah, yaitu (a) perkembangan psikologi dari sudut pandang emosi: emosi mulai stabil, sering melamun dan menyendiri; (b) sudut pandang moral: bisa hidup mandiri; (c) sudut pandang sosial: mampu memilih karir tertentu; (3) perkembangan psikologi tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi pada episode akhir, yaitu (a) perkembangan psikologi dari sudut pandang emosi: prilaku dewasa dan emosi stabil; (b) sudut pandang moral: mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi; (c) sudut pandang sosial: mampu memenuhi harapan dan keinginan masyarakat. Kata Kunci: perkembangan psikologi, tokoh utama, remaja, novel

Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia, baik dari aspek manusia yang memanfaatkannya bagi pengalaman hidupnya, maupun dari aspek penciptanya, mengekspresikan pengalaman batinya ke dalam karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra selain berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga berguna untuk menambah pengalaman batin bagi para pembacanya. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di dalamnya dan memberikan pesan positif bagi pembacanya (Endraswara, 2003: 160). Di dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial seorang individu, interaksinya dengan individu lainnya dalam suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan,

serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh rekaan dalam cerita. Sastra mempersoalkan manusia dalam berbagai kehidupannya. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra diharapkan dapat memunculkan pemikiran-pemikiran yang positif bagi pembacanya, sehingga pembaca peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk berperilaku yang baik. Novel dapat dijadikan bahan perenungan untuk mencari pengalaman karena novel mengandung nilai-nilai kehidupan, pendidikan, serta pesan moral yang cukup bervariasi. Pengalaman batin dalam sebuah novel dapat memperkaya kehidupan batin penikmatnya. Novel juga mengungkapkan fenomena sosial dalam aspek-aspek kehidupan yang sangat kompleks. Hal ini tentunya akan dapat digunakan sebagai sarana mengenal manusia dan jamannya. Fenomena sosial yang kemudian diangkat menjadi sebuah karya seni, khususnya novel, semakin menarik seiring eksistensi para penulis novel yang sangat kreatif. Salah satu novel karya penulis Indonesia yang dianggap memiliki pengaruh positif yang besar terhadap kondisi psikologi pembacanya yaitu novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Salah satu bagian dari tetralogi Laskar Pelangi ini memiliki cerita yang cukup menarik jika dikaji untuk pemanfaatannya di dunia pendidikan..Novel ini sangat membangun dan sarat pesan positif. Sisi psikologis remaja inilah yang memiliki pengaruh positif bagi psikologi pembaca, khususnya pembaca usia remaja. Semangat menggebu-gebu dalam kondisi psikologis yang labil, dimanfaatkan penulis untuk diolah sedemikian rupa menjadi novel pembangun yang tetap realistis. Dalam ceritanya, semangat membara kaum muda ditunjukkan secara apik, dikemas dengan bahasa yang menarik serta sarat pesan yang motivatif. Semua kelebihan itu ada dalam satu paket bacaan yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana membangun kondisi psikologi remaja agar tidak salah informasi dan motivasi. Pada umumnya, usia remaja memiliki ciri khas pada tiap aspek hidupnya. Selain pertumbuhan secara fisiologis, pertumbuhan mental (pola pikir) dan kejiwaan (psikologis) mereka juga tengah berkembang. Perubahan-perubahan di berbagai aspek dalam dirinya, membuat remaja menjadi kurang nyaman dengan segala keadaan dan cenderung berakibat negatif pada dirinya. Proses pertumbuhan

kematangan psikologis remaja sering disebut sebagai perkembangan psikologi remaja. Perkembangan psikologi remaja berkaitan erat terhadap aspek emosi, mental, kemauan dan keadaan moral remaja. Setelah emosi, hal kedua yang akan terpengaruh adalah cara pikir remaja. Dan ketika aspek emosi dikolaborasikan dengan cara pikir, aspek selanjutnya yang terpengaruh adalah aspek sosial remaja. Begitu kompleks aspek yang bermasalah dalam diri remaja. Untuk itu, harus ada cara kreatif untuk memberikan informasi secara utuh pada diri remaja. Salah satu usaha memberi informasi positif terhadap diri remaja adalah melalui novel-novel pembangun seperti Sang Pemimpi ini. Dalam penelitian berjudul Perkembangan Psikologi Tokoh Utama dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata ini akan diulas lebih dalam mengenai perkembangan psikologi tokoh-tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi agar dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk memotivasi siswa usia remaja. METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Semi (1993: 23), menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris. Hal itu bisa peneliti lakukan setelah membaca novel Sang Pemimpi berulang-ulang sehingga pada akhirnya peneliti bisa memahami hubungan perkembangan psikologi tokoh utama dari segi emosi, moral, dan sosial pada episode awal hingga episode akhir. Penerapan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata, kalimat, maupun dialog dalam bentuk kutipankutipan. Oleh karena itu penyajian laporan dalam penelitian ini, analisisnya disampaikan dengan menyertakan kutipan-kutipan data yang telah peneliti kumpulkan. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif lebih mengutamakan proses daripada hasil, analisis data cenderung induktif, dan makna merupakan hal yang esensial (Semi, 1993: 59). Penelitian novel karya Andre Hirata ini, dapat dipahami dengan metode kualitatif deskriptif, karena peneliti mendeskripsikan perkembangan psikologi tokoh utama yang terdapat dalam novel tersebut.

Perkembangan psikologi tokoh utama tersebut dapat dilihat dari aspek emosi, moral, dan sosial. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, hasil penelitian yang didapat berupa kata, kalimat, dialog, monolog, maupun narasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra digunakan karena dalam penelitian ini, peneliti melihat tentang hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Studi ini dapat diarahkan pada teori-teori psikologi, misalnya psikoanalisis ke dalam sebuah teks sastra (Wellek dan Warren 1990). Studi ini juga mengangkat teks sastra sebagai wilayah kajian. Dalam hal ini, peneliti mengangkat perkembangan psikologi tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi karya Andre Hirata. Perkembangan tersebut diteliti karena menggambarkan secara jelas bagaimana perjalanan psikologi tokoh utama dari segi emosi, moral, maupun sosial. Sejalan dengan Wellek dan Warren, Endraswara (2003: 97) menyatakan bahwa psikologi sastra menggunakan pendekatan kontekstual, yang mengkaji aspes psikologis tokoh dalam karya sastra. Aspek psikologis yang kami maksud adalah perkembangan psikologi Arai dan Ikal selaku tokoh utama dalam novel Sang Pemimpi. Perkembangan tersebut kami lihat dari segi emosi, moral, dan sosial pada episode awal hingga episode akhir. Dari sini peneliti diarahkan untuk mengungkap apakah teks sastra, melalui pelaku-pelakunya dapat merefleksikan unsur-unsur perkembangan psikologi seperti disebutkan di atas. Apabila unsur tersebut terpenuhi, tentu penelitian ini bisa mengulas secara detail sehingga nantinya akan menemukan faktor yang menjadi stimulus perkembangan tokoh utama tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Psikologi Tokoh Utama Pada Episode Awal Perkembangan psikologi utama di episode awal dapt dilihat dari tiga faktor, yaitu emosi, moral, dan sosial. Faktor emosi yang dominan dimiliki tokoh utama adalah pemarah dan mudah tersinggung. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi baik terhadap

perangsang-perangsang eksternal maupun internal (Poerbakawatja, 1982). Pada novel SP ini, dapat dilihat dengan jelas bagaimana perkembangan psikologi tokoh utama pada tahap awal. Mereka cenderung memiliki emosi yang masih labil. Seringkali mereka menyendiri sehingga merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau mempedulikannya. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit sehingga mengakibatkan mereka cepat marah. Faktor yang kedua adalah moral. Pada episode awal, tokoh utama sering melakukan hal-hal yang dilarang ataupun dianggap tabu oleh masyarakat. Gunarsa (1986) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan, mendefinisikan istilah moral sebagai tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Dalam pengertian yang lebih lengkap, istilah moral dapat diartikan sebagai kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya di mana individu sebagai anggota sosial. Perkembangan moral remaja pada episode awal dalam novel ini, cenderung ke arah negatif. Hal itu terjadi karena tokoh utama sering melakukan atau menyukai hal-hal yang dilarang atau dianggap tabu oleh masyarakat. Remaja pada tahap ini cenderung melakukan hal-hal yang dilarang dan dianggap tabu oleh masyarakat. Faktor sosial yang sering dilakukan tokoh utama adalah memilih-milih teman, tidak bisa mengambil keputusan sendiri, serta mulai tertarik kepada lawan jenis. Hal itu dikarenakan Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimanakan cara melakukan hubungan secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya, baik yang berupa fisik maupun sosial. Alisyahbana, dkk (1984) menjelaskan bahwa hubungan sosial menyangkut penyesuaian diri terhadap lingkungannya, seperti makan dan minum sendiri, berpakaian sendiri, menaati peraturan, membangun komitmen bersama dalam kelompok, atau organisasinya, dan sejenisnya. Dalam proses interaksi sosial dengan lingkungan, anak remaja pada tahap awal

cenderung dominan melakukan dua hal, yaitu memilah-milih teman yang dianggap sesuai dengan dirinya dan pada hal-hal tertentu yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, cenderung mengikuti temannya (tidak bisa membuat keputusan sendiri). Pada perkembangan sosial tahap awal ada kecenderungan tokoh utama selektif dalam memilih teman. Hanya anak yang dianggap sepenanggungan yang bisa menjadi temannya. Masa remaja selalu identik dengan masa peralihan. Sebagai masa transisi, tentu para remaja sedikit kesulitan dalam menghadapi tranformasi ini. Adaptasi terhadap lingkungan merupakan salah satu solusi yang biasa dilakukan. Dalam proses adaptasi, kita sering memadukan pendapat kita dengan teman saat mau mengambil suatu keputusan. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah sulitnya mengambil keputusan saat diperlukan. Tentu menjadi sebuah masalah ketika pendapat kita berbeda dengan teman. Dengan berbagai pertimbangan, terkadang kita lebih menyetujui pendapat teman sejawat kita disbanding pendapat kita sendiri. Remaja yang kondisi psikologisnya masih labil, sangat mudah untuk dibujuk. Hal itu dikarenakan mereka masih kebingungan dalam menempatkan pikiran logis atau naluri dalam pengambilan keputusan. Tidak jarang ketika mengambil keputusan, mereka dianggap salah oleh orang lain. Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaimana pandangan lawan jenis mengenai dirinya. Dalam konteks ini, Kublen (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984: 153) menegaskan bahwa: the social interest of adolescent are essentially sex social interest. Oleh sebab itu, masa remaja sering kali desebut juga dengan masa biseksual. Hubungan sosial yang tidak terlalu menghuraukan perbedaan jenis kelamin pada masa-masa sebeumnya, kinni beralih kea rah hubungan sosial yang dihiasi perhatian terhadap perbedaan jenis kelamin. Pada masa remaja tahap awal, sudah mulai ada kesadaran untuk memulai hubungan sosial dengan lawan jenis. Sesuatu yang belum mereka pikirkan saat masih anak-anak. Agar bisa mewujudkan hal tersebut, tokoh utama cenderung melakukan sesuatu yang nyeleneh agar bisa mendapat perhatian yang lebih dari orang yang menjadi incarannya.

Perkembangan Psikologi Tokoh Utama Pada Episode Tengah Pada episode tengah, psikologi tokoh utama cendering mengalami perubahan. Emosi yang sering tertekan mengakibatkan tokoh utama sering melamun dan menyendiri. Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja salah satunya adalah mampu memikul sendiri juga menjadi masalah sendiri bagi diri mereka. Karena tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya tetapi juga dari masyarakat sekitarnya (Ali dan Asrori, 2011: 68). Hal itu juga dialami oleh tokoh utama. Beban yang sangat berat perlahan-lahan harus mereka tanggung sendiri. Semua itu membuat psikologi mereka semakin tertekan. Tidak jarang mereka mempunyai sikap yang berbeda dengan sebelumnya. Mereka akan cenderung menyendiri dalam memikirkan persoalan yang dihadapi. Mereka juga menjadi anak yang pendiam. Hal ini dapat ditemukan dalam kutipan berikut. Aspek moral tokoh utama di episode tengah juga mengalami perkembangan. Pada episode ini mereka lebih mandiri. Pada tingkat ini, tokoh utama sudah mulai bisa berpikir operasional. Mereka juga mulai bisa mandiri, dalam artian mulai bisa membedakan tentang nilai-nilai yang mereka pilih. Nilai itu baik atau buruk menurut masyarakat, sehingga mereka sadar akan resiko yang mungkin terjadi apabila pilihan mereka tidak sesuai dengan nilai yang sudah ditetapkan oleh masyarakat. Ali dan Asrori (2011: 138), menyatakan bahwa pada tahap ini seorang remaja mulai menaati aturan-aturan yang ada serta menuruti harapan keluarga, kelompok, atau masyarakat. Perkembangan aspek sosial juga dialami tokoh utama pada fase ini. Mereka berusaha untuk menemukan karakter diri mereka. Simanjuntak dan pasaribu (1984: 152) berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau perasaan kesunyian remaja disertai kesadaran sosial psikologis yang mendalam yang kemudian menimbulkan dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan untuk menemukan suatu bentuk tersendiri. Saat berusaha menemukan karakter

itulah mereka mulai melakukan pilihan-pilihan yang dianggap cocok untuk eksistensi mereka.

Perkembangan Psikologi Tokoh Utama Pada Episode Akhir Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Tentu pada masa remaja banyak sekali harapan agar seorang anak bisa menemukan jati dirinya. Hal itu sangat beralasan karena setelah melewati masa ini, seorang anak dianggap sudah dewasa. Bukan lagi anak kecil ataupun remaja yang cenderung melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keinginan masyarakat. Sebagai orang yang psikologinya sudah mulai matang, tentu segala hal yang akan dilakukan sudah terlebih dahulu dipikirkan. Sehingga segala perbuatannya bisa diterima oleh masyarakat. Pada episode akhir ini, emosi tokoh utama cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka (Ali dan Asrori, 2011) Pada episode ini, tokoh utama sudah mulai sadar akan tanggung jawab. Salah satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan nilai adalah bahwa remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang semakin matang (sarwono, 2011). Remaja pada tahap ini mulai memiliki tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dilakukan. Mereka juga sudah bisa membedakan antara nilai yang baik atau nilai yang buruk. Setelah mempunyai emosi yang stabil serta pikiran lebih dewasa, remaja pada tahap akhir ini juga sudah mulai bisa membedakan nilai yang baik dan buruk. Bukan hanya bisa membedakan, akan tetapi juga mulai menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Pada masa remaja tingkat akhir cenderung bisa membedakan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. Karena sudah bisa membedakan nilai sosial, mereka mulai diberi kepercayaan oleh masyarakat. Menurut Ali dan Asrori (2011) pada periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat. Puncak perkembangan sosial pada remaja akhir adalah mampu memenuhi kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat. Seperti yang terdapat dalam novel, dua tokoh utama dalam novel ini pada akhirnya mampu mewujudkan harapan masyarakat. Harapan itu berupa menjadi anak Belitong pertama yang menjadi sarjana. Setelah sarjana mereka diharapkan kembali ke tanah Belitong untuk menularkan ilmu beserta pengalamannya kepada anak-anak yang lain. PENUTUP Kesimpulan Pada episode awal emosi tokoh utama cenderung pemarah dan mudah tersinggung. Ditinjau dari segi moral, tokoh utama sering melakukan hal-hal yang dilarang. Apabila dilihat dari segi sosial, tokoh utama selalu memilih-milih teman, tidak bisa mengambil keputusan sendiri, serta mulai tertarik kepada lawan jenis. Hal ini terjadi karena remaja pada episode awal cenderung mengalami pergolakan untuk mencari identitas diri. Pergolakan tersebut bisa dari segi emosi, moral, maupun sosial. Apabila dilihat dari episode tengah, emosi tokoh utama cenderung stabil. Kestabilan itu dibuktikan dengan sikap tokoh utama yang lebih sering melamun dan menyendiri dalam interaksi setiap hari. Perlahan-lahan sifat pemarah dan

10

mudah tersinggung sedikit berkurang. Begitu juga dengan perkembangan moral tokoh utama yang sudah mulai hidup mandiri. Perkembangan sosial yang dialami tokoh utama mengarah pada kemampuan untuk memilih jalan karir tertentu. Pada episode ini, tokoh utama sudah mulai menemukan identitas diri. Mereka hanya memerlukan pedoman yang lebih jelas agar bisa menjadi pribadi yang matang. Pada bagian akhir, perkembangan psikologi tokoh utama sudah berprilaku layaknya orang dewasa, serta didukung dengan emosi yang stabil. Apabila dilihat dari sudut pandang moral, tokoh utama sudah bisa membedakan antara nilai yang baik dan nilai yang buruk. Pada bagian akhir, dari segi sosial tokoh utama sudah mampu untuk memenuhi harapan dan keinginan masyarakat. Hal itu mendorong tokoh utama memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap keadaan di sekitarnya. Faktor emosi, moral, serta sosial memainkan peranan penting dalam pola pikir maupun tingkah laku tokoh utama. Faktor itu pula yang menuntun tokoh utama menuju pribadi yang matang sehingga bisa diterima dan diberi kepercayaan oleh keluarga serta masyarakat. Saran Penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi guru untuk menghadapi peserta didiknya, khususnya untuk menghadapi berbagai karakteristik remaja yang berbeda-beda. Setelah membaca penelitian ini, seorang pendidik tentu mempunyai referensi tambahan mengenai perkembangan psikologi remaja beserta masalah-masalahnya. Hal itu akan memudahkan guru dalam menghadapi dan memberikan solusi atas permasalahan yang dialami peserta didik. Penelitian ini juga diharapkan bisa digunakan sebagai referensi pengajaran Bahasa Indonesia, terutama untuk menemukan perkembangan psikologi tokoh utama yang terdapat dalam novel maupun cerpen pada siswa SMP dan SMA. Daftar Rujukan Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2011. PSIKOLOGI REMAJA; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara Alisjahbana, Anna, Sidharta M, dan Brouwer MAW. 1984. Menuju Kesejahteraan Jiwa. Jakarta: Gramedia.

11

Aminuddin. 1984. Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra Bagian II. Malang: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Malang. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Gunarsa, Singgih Dirga. 1988. Psikologi perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia. Hurlock, Elizabeth B. 1980. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga. Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Nurgiyanto, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Piaget, J. 1988. Antara Tindakan dan Pikiran, (alih bahasa oleh Agus Cremers). Jakarta: Gramedia. Poerbakawatja, Soegarda dan H.A.H. Harahap. 1982. Ensiklopedia pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Sarwono, Sarlito. 2011. Psikologi Remaja (edisi revisi). Jakarta: Rajawali Pers. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Você também pode gostar