Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Apapun arti orang sebutkan tentang pernikahan, ISLAM memandang sebagai Ikatan kuat, (mithaqun Ghaliiz). Sebuah pengertian tentang janji dalam arti sepenuhnya ini adalah sebuah janji untuk mengarungi kehidupan dari masing-masing pasangan. Bermasyarakat dan untuk saling menghargai arti sepenuhnya dari kelangsungan hidup umat manusia. Ini adalah sesuatu janji yang di buat antara pasangan pengantin. Yang membuat satu dan lainya lebih baik di mata Tuhan. Macam-macam dari ikatan perjanjian. Yang mana mereka menemukan penyelesaian bersama dan realisasi masing-masing yaitu, cinta dan damai, menbgasihi dan ketentraman, kenyamanan dan harapan. Semua itu merupakan pengecualian. Didalam islam hal pertama yang paling penting adalah hormat- menghormati dan tanggungjawab serta kesetiaan dalam hidup rukun. Pengawasan nafsu dapat berupa keberhasilan dalam moral. Reproduksi adalah kebutuhan social dalam memaknai akan kesehatan yang seutuhnya. Namun, nilai-nilai yang terkandung dalam pernikahan islam memiliki arti khusus dan dapat diperkuat jika mereka saling menjalin pemikiran terhadap Tuhan. Dan semua itu merupakan poin umama di dalam pernikahan dalm islam, Dibeberpa ayat-ayat dalam Al-Quran. Disebutkan umat manusia untuk patuh terhadap tuhan yang menciptakannya dari sebuah jiwa dan dari itu atau menciptakan pasangan diantaranya, tersebarlah antara laki-laki dan perempuan untuk mereka cari dalam belahahan dunia. (4: 1) tuhan menciptakan seorang suami dan diciptakannya kepadanya istri. Agar dapat hidup bahagia bersamanya, dan semua itu adlah tanda-tanda kebesaran Tuhan. Dan diciptakannya untuk laki-laki mereka itu sendiri untuk mencari pasangan dari kelompok mereka masing-masing, dalam hidup yang damai dan sentosa dan berkumpul bersamanya dalam cinta dan rahmat, tentu saja di dalamnya pertanda itu agar selalu direnungkan ( 30:21). Sesungguhnya didalam pernikahan, akan ada ujian didalam kehidupanyya, terjadi pertengkaran dan proses pengadilan. Al-Quran mengingatkan kita didlamnya beberapa bagian, memberitahukan kepada mereka, agar menjadi baik satu sama lain, bermurah hati satu sama lain dan diatas semua itu adalah kepatuhannya terhadap Tuhan yang maha esa.
Dan janganlah kamu takut atau khawatir bahwa dengan Perkawinan itu kamu akan bangkrut atau miskin atau terlantar, bahwa dengan melakukan perkawinan akan dapat lebih meningkatkan prestasi dan menambah semangat berusaha, bekerja dan dengan sendirinya akan bertambah harta kekayaan di samping mendapat kenikmatan hidup yang aman dan tenteram.
Syarat Wali :
Telah dewasa dan berakal sehat dalam arti anak kecil atau orang gila tidak berhak menjadi wali. Laki-laki. Tidak boleh perempuan menjadi wali. Muslim, tidak sah orang yang tidak beragama Islam menjadi wali untuk Muslim dan orang merdeka Tidak berada dalam pengampuan atau mahjur alaih. Berfikiran baik. Orang yang terganggu pikirannya karena ketuaannya tidak boleh menjadi wali, karena dikhawatirkan tidak Akan mendatangkan maslahat dalam perkawinan tersebut. Adil dalam arti tidak pernah terlibat dengan dosa besar dan tidak sering terlibat dengan dosa kecil serta tetap memelihara muruah atau sopan santun. Tidak sedang melakukan ihram, untuk haji atau umrah. Hal ini berdasarkan kepada hadits Nabi dari 'Usman menurut riwayat Muslim yang mengatakan: Orang yang sedang ihram tidak boleh menikahkan seseorang dan tidak boleh pula dinikahkan oleh seseorang. 5. Harus ada mahar (mas kawin) dari calon pengantin laki-laki yang diberikan setelah resmi menjadi suami istri kepada istrinya; 6. Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang adil dan laki-laki Islam merdeka;
7. Harus ada upacara ijab qabul, ijab ialah penawaran dari pihak calon istri atau walinya atau wakilnya dan qabul penerimaan oleh calon suami dengan menyebutkan besarnya mahar (mas kawin) yang diberikan. Setelah proses ijab dan qabul itu resmilah terjadinya perkawinan (akad nikah) antara seorang wanita dengan seorang pria membentuk rumah tangga (keluarga). 8. Sebagai tanda bahwa telah resmi terjadinya akad nikah (perkawinan) maka diadakan walimah (pesta pernikahan) walaupun hanya sekedar minum teh manis. 9. Sebagai bukti autentik terjadinya perkawinan, sesuai dengan analog! Q. II: 282 harus diadakan ilanun nikah (pendaftaran nikah), kepada Pejabat Pencatat Nikah, sesuai pula dengan Undang-undang No. 22 Tahun 1946 no. Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954 jo. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 (lihat juga pasal 7 Kompilasi Hukum Islam (Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991).
Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhan-muyang menjadikan kamu dari diri yang satu daripadanya Allah menjadikan istri-istri; dan dari keduanya A.llah menjadikan anak keturunan yang banyak, laki-laki dan perempuan. b. Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang. Artinya : Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia mencipta-kan untukmu istri-istri darijenismu sendiri, supaya kamu menemukan ketenanganpadanya dan menjadikan di antara-mu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar menjadi tanda-tanda bagi yang berfikir. Adapun di antara hikmah yang dapat ditemukan dalam perkawinan itu adalah menghalangi mata dari melihat kepada hal-hal yang tidak diizinkan syara' dan menjaga kehormatan diri dari terjatuh pada kerusakan seksual. Hal ini adalah se-bagaimana yang dinyatakan sendiri oleh Nabi dalam hadits-nya yang muttafaq alaih yang berasal dari Abdullah ibn Mas'ud, ucapan Nabi:
Artinya : Wahai para pemuda, siapa di antaramu telah mempunyai kemampuan untuk kawin, maka kamnlah; karena perkawinan itu lebih menghalangi penglihatan (dari maksiat) dan lebih menjaga kehormatan (dari kerusakan seksual). Siapa yang belum mampu hendaklah berpuasa; karenapuasa itu baginya akan mengekang syahwat. Imam Ghazali membagi tujuan dan faedah perkawinan kepada lima hal, seperti berikut: 1. Memperoleh keturunan yang sah yang akan melangsungkan keturunan serta memperkembangkan suku-suku bangsa manusia. 2. Memenuhi tuntutan naluriah hidup kemanusiaan. 3. Memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan. 4. Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis pertama dari masyarakat yang besar di atas dasar kecintaan dan kasih sayang. 5. Menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang halal, dan memperbesar rasa tanggung jawab.