Você está na página 1de 13

PERANAN PUSTAKAWAN DALAM MEMASYARAKATKAN PERPUSTAKAAN Oleh jamridafrizal,.S.Ag.S.S.,M.Hum Alumni Pasca FIB UI 2007 A.

LATAR BELAKANG Perpustakaan memiliki peran yang cukup besar dalam proses pembentukan budaya baca sebuah bangsa. Bagaiman sebuah perpustakaan mampu menarik orang untuk berbondong-bondong datang perpustakaan, dan mampu melakukan berbagai kegiatan Information Literacy adalah hal yang cukup berat. Perpustakaan harus mampu memberikan informasi-informasi yang mampu menggugah selera masyarakat terhadap sesuatu hal yang menjadi ketertarikannya. Untuk melakukan semuanya itu perlu adanya kerjasama semua pihak terutama mereka yang memang oleh negara sudah diberikan amanah untuk melakukan hal itu Dalam makalah ini penulis hanya akan membahasa hal yang berkaitan dengan bagaimana peran pustakawan dalam memasyarakatkan perpustakaan. Point penting yang akan didiskusikan adalah yaitu, 1) Pustakawan 2) memasyarakatkan dan 3) Perpustakaan. B. PEMBAHASAN PUSTAKAWAN Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007, Pasal 1( setiap pasal yang disebutkan dalam makalah ini merujuk pada Undangundang Nomor 43 Tahun 2007) , menyebutkan bahwa Pustakawan adalah seorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Kompetisi menjadi kata kunci pertama dalam definisi tersebut karena siapa pun dia, asal memiliki kompetensi dan bekerja di perpustakaan tanpa memandang perpustakaan negeri atau swasta dapat masuk menjadi pustakawan. Bagi pustakawan negeri pun seharusnya juga menyambut gembira akan hal ini. Pada Pasal 1, Ayat 10 dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seseorang dalam melaksanakan keprofesionalan. I.

Kata kunci kedua adalah bekerja di perpustakaan baik perpustkaan negeri atau swasta. Seseorang sekali pun memiliki komptensi dengan dilengkapi keterampilan dan keahlian jika tidak bertugas di perpustakaan tidak dapat disebut sebagai pustakawan. Seseorang memiliki kompetensi, mempunyai keterampilan dan keahlian, bekerja di perpustakaan itu saja tidak cukup untuk disebut sebagai seorang pustakawan, akan tetapi seseorang harus mampu mengumpulkan Angka Kredit dengan jumlah tertentu sesuai dengan jenjang pangkat/jabatannya dan dalam jangka waktu tertentu (maksimal 5 tahun). Sedangkan menurut Aanggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pustakawan Indonesia (AD ART IPI), Pasal 1, Pustakawan adalah pegawai yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan pada unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi baik di instansi pemerintah maupun swasta. Dalam pasal 1 AD ART IPI tersebut lebih dijelaskan dengan tegas bahwa pustakwan yang dimaksud tidak terbatas pada pegawai perpustakaan pemerintah, akan tetapi juga pegawai perpustakaan yang bekerja di lembaga/intansi swasta. Menurut Depertemen Pendidikan Nasional RI (2004:25) menyatakan bahwa staf perpustakaan dewasa ini sebaiknya terdiri atas pustakawan, asisten pustakawan, tenaga administrasi, dan tenaga fungsional lainnya sebagai berikut: 1) Pustakawan dengan pendidikan paling rendah Strata 1 (S1) dalam bidang Ilmu Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi (Pusdokinfo), atau S1 bidang studi lain yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan perpustakaan, dengan tugas melaksanakan tugas keprofesian dalam bidang perpustakaan. 2) Asisten pustakawan dengan pendidikan ilmu perpustakaan tingkat diploma dalam bidang Ilmu Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi (Pusdokinfo) dengan tugas melaksanakan tugas keprofesian dalam bidang perpustakaan. 3) Tenaga fungsional lain dengan pendidikan kejuruan atau keahlian tingkat kesarjanaan dengan tugas melaksanakan pekerjaan penunjang keprofesian seperti pranata computer dan kearsipan. 4) Tenaga administrasi dengan tugas melaksanakan kegiatan kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, perlengkapan, penjilidan, perlistrikan, grafika, dan lain-lain.

5) Menurut Sulistyo-Basuki (1991:51-52) menyatakan bahwa ditinjau dari segi jasa perpustakaan maka terdapat perbedaan mencolok antara perpustakaan perguruan tinggi dengan perpustakaan sekolah. Kalau pada perpustakaan sekolah, pustakawan merupakan jembatan antara guru dengan murid maka pada perpustakaan perguruan tinggi terdapat bentuk yang berlainan (lihat gambar di bawah) karena mahasiswa sudah dianggap mandiri dalam hal bacaan, penelusuran informasi, maupun kegiatan membaca lainnya. Tenaga Perpustakaan,dalam Pasal 29 diuraikan mengenai tenaga Perpustakaan. (1) Tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. (2) Pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar nasional perpustakaan. (3) Tugas tenaga teknis perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dirangkap oleh pustakawan sesuai dengan kondisi perpustakaan yang bersangkutan. Karena adanya pengaruh teknologi comunikasi dan informasi di Inggris terjadi pengembangan profesi pustakawan lebih luas dan beragama,misalnya McMaster University telah mengangkat 7 kelompok pustakawan baru, yaitu: (1) gaming librarian, (2) digital strategist, (3) digital technologist, (4) eresources librarian, (5) archivist librarian, (6) marketing and communication librarian, dan (7) teaching and learning librarian. MEMASYRAKATKAN 1. Pengertian Masyarakat Pengertian masyarakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) yang dikutip Sutarno dalam buku Perpustakaan dan Masyarakat (2006 : 15) adalah sekelompok manusia yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Masyarakat yang timbul dan terbentuk dari kelompok atau perhimpunan yang dilandasi anggapan yang sepadan, seide dan senasib seperjuangan adalah sesuai dengan sifat dan hakikat manusia. Hal tersebut menimbulkan berbagai kelompok masyarakat, seperti masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat majemuk, masyarakat modern dan mayarakat ekonomi lemah. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut akan terus berupaya untuk mempertahankan keberadaan dan eksistensinya, ditengahtengah gelombang kehidupan yang makin kompleks. Manyarakat yang pandai menyesuaikan diri dan mampu mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi di sekitar akan dapat tetap bertahan. Sedangkan kelompok masyarakat yang tidak dapat bertahan akan II.

tergeser dan terpinggirkan, yang kemudian akan membentuk kelompok yang baru 2. Pengertian Perpustakaan Masyarakat dan Masyarakat Perpustakaan Perpustakaan masyarakat adalah perpustakaan yang dimiliki oleh masyarakat. Keberadaan perpustakaan di dalam masyarakat atas kehendak, keinginan dan sepenuhnya digunakan oleh nyarakat untuk membantu memenuhi kebutuhan akan informasi. Dari situlah seharusnya tercipta suatu hubungan yang saling membutuhkan, antara perpustakaan sebagai penyedia berbagai informasi (supply) dan masyarakat sekitar sebagai pengguna perpustakaan yang tentunya menghendaki terpenuhinya informasi yang mereka inginkan (demand). Masyarakat perpustakaan adalah perpustakaan-perpustakaan yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat, yang berfungsi sebagai tempat (wadah) untuk menampung, menyimpan dan menyajikan kembali semua hasil karya manusia di dalamnya. Tempat (wadah) ini biasanya disebut dengan komunitas/organisasi yang memiliki tugas menampung, merespon, memperjuangkan nasib dan cita-cita komunitas/organisasi. Contoh komunitas/organisasi ini misalnya Forum Perpustakaan Umum Indonesia (FPUI), Forum Komunikasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FKPPTI), Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Klub Pecinta Bacaan Anak (KPBA) dan masih banyak lagi. 3. Pemasyarakatan Perpustakaan Pemasyarakatan (sosialisasi) perpustakaan adalah upaya untuk mensosialisasikan, mempromosikan dan mempublikaiskan informasi yang ada dalam perpustakaan di suatu masyarakat tertentu. Dengan kata lain memasyarakatkan perpustakaaan adalah upaya untuk menempatkan perpustakaan menjadi bagian dari kehidupan dan aktifitas masyarakat, sehingga masyarakat akan mendapatkaan nilai tambah dalam hal informasi, ilmu pengetahuan dan jasa perpustakaan yang lain. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka sosialisasi perpustakaan tersebut adalah 1) Membuat papan petunjuk tentang lokasi perpustakaan, 2) Membuat brosur, pamflet atau selebaran untuk disebar di masyarakat, 3) Publikasi dan promosi melalui media cetak dan media elektronik, 4) Mengadakan berbagai kegiatan perlombaan dalam rangka sosialisasi perpustakaaan, 5) Membuka akses informasi secara luas dan terbuka untuk semua orang, serta 6) Melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk memperluas hubungan/jaringan. Pemasyarakatan (sosialisasi) perpustakaaan memiliki tujuan untuk menumbuhkan minat baca dalam masyarakat. Budaya tutur, oral dan lisan yang telah berkembang sekian lama dalam masyarakat, diharapkan bisa berubah menjadi budaya baca tulis. Suatu proses

perubahan yang sangat berat dan melelahkan, yang merupakan tugas utama perpustakaan dalam masyarakat. Perpustakaan memiliki peran yang cukup besar dalam proses pembentukan budaya baca seseorang. Bagaiman sebuah perpustakaan mampu menarik orang untuk berbondong-bondong datang perpustakaan, dan mampu melakukan berbagai kegiatan Information Literacy adalah hal yang cukup berat. Perpustakaan harus mampu memberikan informasi-informasi yang mampu menggugah selera masyarakat terhadap sesuatu hal yang menjadi ketertarikannya. Disinilah bagaimana komitmen berbagai pihak mulai diuji. Pustakawan secara pribadi, organisasi pustakawan, perpustakaan, dan para pengelola pendidikan Ilmu Perpustakaan harus memikirkan bagaimana sebuah transisi besar akan dimulai. Pustakawan dan calon pustakawan harus dibuka wawasannya agar tidak terjebak dalam kungkungan rutinitas yang tertera dalam jabatan fungsionalnya. Jika pustakawan sudah merasa cukup puas dengan tugas-tugas rutin saja, maka cita-cita masyarakat Indonesia yang terliterasi mungkin hanya tinggal mimpi kosong yang entah sampai kapan bisa terwujud. Selanjutnya, Memasyarakatkan perpustakaan sesungguhnya dapat juga dipahami dari Pasal 32 bahwa Tenaga perpustakaan berkewajiban: a. memberikan layanan prima terhadap pemustaka; b. menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif; dan c. memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Hubungan timbal balik antara masyarakat dengan pustakawan dapat dipahami dari Peran Serta Masyarakat Pasal 43, Masyarakat berperan serta dalam pembentukan, penyelenggaraan, pengelolaan, pengembangan, dan pengawasan perpustakaan. Dan Pasal 51, Perpustakaan wajib mendukung dan memasyarakatkan gerakan nasional gemar membaca melalui penyediaan karya tulis, karya cetak, dan karya rekam Secara lebih rinci dapat diuraikan mengenai peran pustakawan dalam memasyarakatkan perpustakaan dapat dilihat dari Bidang Kegiatan dan Tugas Pokok Pustakawan pokok sbb: Bidang kegiatan pustakawan meliputi: Unsur Utama dan Unsur Penunjang. Unsur Utama terdiri atas: 1) Pendidikan, 2) Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi, 3)Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi,4) Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi,dan 5) Pengembangan Profesi.

Unsur Penunjang, antara lain terdiri dari: 1) Mengajar, 2) Melatih, 3) Membimbing mahasiswa dalam penyusunan skripsi, thesis dan disertasi yang berkaitan dengan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi, 4) Memberikan konsultasi teknis sarana dan prasarana perpustakaan, dokumentasi dan informasi, 5) Mengikuti Seminar, lokakarya dan pertemuan sejenisnya di bidang kepustakawanan, 6) Menjadi anggota organisasi profesi kepustakawanan, 7) Mendapat pengharagaan/tanda jasa, 8) Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya, 9) Menyunting risalah pertemuan ilmiah, 10) Keikutsertaan dalam tim penilai jabatan pustakawan. Di samping itu juga memiliki Tugas Pokok, yaitu : tugas pustakawan yang wajib dilakukan oleh setiap pustakawan sesuai jenjang jabatannya. a) Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi, b) Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi; c) Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. 4. Peran Pustakawan Sebagai Makhluk Sosial di Perpustakaan Pustakawan sebagai makhluk individual, maka dalam tindakantindakannya pustakawan kadang-kadang menjurus kepada kepentingan pribadi. Namun karena pustakawan juga sebagai makhluk sosial, dalam tindakan-tindakannya pustakawan juga sering menjurus kepada kepentingan-kepentingan masyarakat. Sikap Pustawakan Indonesia mempunyai pegangan tingkah laku yang harus dipedomani: (IPI : 2007) 1) Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya; 2) Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan; 3) Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi; 4) Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya, berdasarkan pertimbangan professional; 5) Tidak menyalah gunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi; 6) Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan mapun perbuatan.

Untuk dapat mewujudkan sifat-sifat tersebut, maka perlu adanya jalinan hubungan yang harmonis antara pustakawan dengan pihakpihak yang terkait, di antaranya ialah: 1) Hubungan dengan pemustaka: pustakawan perlu memberikan akses yang seluas-luasnya kepada pemustaka dan bersikap adil, tanpa memandang ras, agama, status social, gender, dll. kecuali dintentukan oleh peraturan yang berlaku. Pemustaka bertanggung jawab atas informasi yang diperolehnya dari perpustakaan tanpa melibatkan pustakawan sebagai penyedia informasi. Pemustaka perlu mendapat perlindungan hak privasinya atas kerahasiaan yang menyangkut informasi yang dicari. 2) Hubungan dengan antar pustakawan. Pustakawan berusaha untuk selalu mengembangkan diri untuk mecapai keunggulan dalam profesinya dan senantiasa menjalin kerjasama antar pustakawan dalam rangka mengembangkan kompetensinya. Sebagai makhluk social pustakawan tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pustakawan lainnya, maka saling tukar informasi mutlak diperlukan. 3) Hubungan dengan perpustakaan. Pustakawan tentunya perlu ikut aktif dalam setiap perumusan kebijakan yang menyangkut kegiatan kepustakawanan. Memberikan masukan bagi pengembangan perpustakaan yang menyangkut kegiatan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hubungan dengan organisasi profesi. Organisasi tidak dapat begerak dengan sehat kecuali ditopang dengan dana yang cukup, maka peran aktif dari pustkawan dalam membayar iuran sangat dibutuhkan. Pustakawan mempunyai kewajiban didalam mengembangkan organisasinya yakni dengan berperan aktif dalam setiap kegiatan. Hubungan dengan masyarakat. Pustakawan bekerja sama dengan anggota komunitas dan organisasi yang sesuai, berupaya meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan serta komunitas yang dilayaninya. Peran pustakawan di perpustakaan sangat dominan terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat perpustakaan (pemustaka). Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka yang beraneka ragam, tentunya diperlukan cara-cara yang dapat memikat bagi mereka. Menurut Mangkunegara::2005 kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan

dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila konsumen kebutuhannya tidak terpenuhi, ia akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi rasa puasnya. Misi perpustakaan adalah menyebarluaskan informasi kepada pemustaka yang membutuhkannya. Koleksi perpustakaan lengkap dan bagus, tempatnya nyaman, namun sepi pengunjung. Tentunya ini ada penyebabnya, salah satunya adalah kurangnya promosi. Maka peran pustakawan untuk memasarkan produknya untuk memuaskan konsumen, maka sangat diperlukan promosi. Dalam hal mempromosikan perpustakaan, maka pustakawan perlu mengenal perilaku konsumen. 5. Peran Pustakawan Dalam Era Digital World Seiring dengan berkembangnya teknology informasi dan komunikasi, maka pustakawan akan memiliki peran dan tugas, antara lain: A. Information Manager 1) librarian as knowledge/information manager (pustakawan sebagai manajer ilmu pengetahuan/informasi). Seiring dengan peran perpustakaannya, para pustakawan diposisikan sebagai sumberdaya handal dalam mengelola ilmu pengatahuan/informasi. 2) librarian as publisher (pustakawan sebagai penerbit). Ini bisa ditunjukkan dengan berbagai terbitan yang dihasilkan oleh perpustakaan. 3) librarians as organizers of networked resources (pustakawan sebagai pengorganisasi jaringan sumber informasi). Jaringan informasi tidak akan bisa berjalan sesuai yang diharapkan, apabila tidak dikelola dengan baik dan rapih. Karena itu, pustakawan dituntut untuk memahami jaringan informasi sampai belahan dunia manapun, sekaligus mampu mengelola jaringan tersebut agar bisa dimanfaatkan secara maksimal. 4) librarians as advocates for information policy development (pustakawan sebagai penilai kebijakan pengembangan informasi). Pustakawan diharapkan mampu memberikan penilaian informasi mana yang layak dipublikasikan dan dilayankan, dan mana informasi yang perlu di-discard. 5) librarians as sifters of information resources (pustakawan sebagai penyaring sumber informasi). Pustakawan harus mampu memposisikan dirinya sebagai filtering informasi. B. Team Work:

1) librarians as community partners (pustakawan sebagai parter masyarakat). Masyarakat mempunyai peran ganda, sebagai pengguna dan kontributor informasi. Oleh karenanya, partnership ini perlu dikembangkan untuk menjaga keharmonisan. 2) librarian as a member of the digital library design team (pustakawan sebagai tim desain). User interface dan fiturfitur akan lebih menaik dan mengena apabila dirancang/didesain bersama-sama antara pustakawan dengan perancang web. 3) librarians as collaborators with technology resource providers (pustakawan sebagai kolaborator penyedia sumberdaya teknologi). Pustakawan adalah pengguna teknologi dan yang mengetahui kebutuhannya akan teknologi informasi, sekaligus memahami kebutuhan pengguna akan teknologi infirormasi. Oleh sebab itu, pustakawan harus mampu menempatkan dirinya untuk bisa berpartner dengan para penyedia sumberdaya teknologi. C. Teacher, Consultant and Researcher 1) librarian as teacher and consultant (pustakawan sebagai guru dan consultant). Implementasi digital library memerlukan sosialisasi dan pendidikan pengguna. Inilah saatnya, pustakawan yang lebih memahami content dari digital library dituntut untuk berberan sebagai guru, paling tidak dalam akses informasi, sekaligus sebagai konsultan untuk bisa memberikan alternatif, misalnya sumber-sumber informasi. 2) librarian as researcher (pustakawan sebagai peneliti). Peran pustakawan tidak lagi hanya sebagai pengelola dan penjaja informasi, namun sebagai peneliti. Hasil penelitian dan pengkajian diharapkan sebagai bahan dalam pengembangan perpustakaan ke depan. Perpustakaan sebagai pusat dokumentasi dan informasi dan masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan informasi, adalah dua hal yang saling berhubungan. Dua hal yang diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang saling berhubungan dan tak terpisahkan. Keduanya saling melengkapi dan bergandengan erat dalam upaya mewujudkan hubungan yang harmonis tersebut. Perpustakaan dengan kemampuan mengolah dan menyajikan informasi serta segala fasilitas yang dimiliki, terus mengembangkan diri dalam melayani pemakai informasi. Begitu juga dengan masyarakat sebagai klien perpustakaan, akan terus memahami, menghayati dan memaknai pentingnya informasi dalam kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat akan terus memanfaatkan perpustakaan sebagai rantai penghubung sejarah bagi masa lalu, pijakan bagi kehidupan di masa sekarang, dan merupakan pembimbing untuk melangkah ke masa depan. Dalam sejarah perkembangan informasi, perpustakaan memiliki peran yang cukup besar. Perpustakaan yang yang ada saat ini dan akan

terus berkembang pada masa yang akan datang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagi layanan jasa yang lain. Perpustakaan sebagai tempat pelestarian hasil budaya dan catatan (record) perjalanan sejarah manusia, telah mampu melebur dan memasyarakat kedalam kehidupan masyarakat. Segala sesuatu yang sedang terjadi saat ini, direkam dan dibukukan untuk disimpan dan dilestarikan di perpustakaan, dan dimanfaatkan secara bersama-sama bagi kehidupan seluruh umat manusia. Bukan lagi saatnya masyarakat hanya diposisikan sebagai objek layanan perpustakaan, tetapi juga bertindak sebagai aktor yang memiliki peran penting dalam pengembangan perpustakaan. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan perpustakaan dapat diwujudkan dalam bentuk materi, saran yang bersifat konstruktif serta berperan aktif dalam mendirikan perpustakaan desa atau perpustakaan lembaga keagama seperti perpustakaan masjid dan gereja. Dukungan materi yang diberikan masyarakat dapat berupa uang, buku atau barangbarang lainnya yang dapat dimanfaatkan perpustakaan sebagai sarana pendukung layanan. Sedangkan saran-saran yang bersifat konstruktif sangat diperlukan perpustakaan dalam usaha mewujudkan perpustakaan yang sesuai dengan harapan masyarakat. Berdasarkan saran-saran ini perpustakaan dapat berbenah guna menutupi kekurangannya dan mengembangkan perpustakaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat sebagai pengguna perpustakaan adalah pihak yang mengetahui kebutuhan informasi seperti apa yang ia butuhkan, untuk itu pihak pengelola perpustakaan perlu memperhatikan aspirasi masyarakat dalam pengembangan perpustakaan. Selain itu masyarakat juga dapat dimanfaatkan sebagai pelopor sekaligus pengelola perpustakaan di lingkungan sekitar. Perpustakaan tersebut dapat berupa perpustakaan desa, masjid, gereja dan lain sebagainya. Pendirian perpustakaan ditingkat lingkungan tersebut merupakan usaha pemerataan layanan perpustakaan. Pengertian Perpustakaan PERPUSTAKAAN Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti kitab atau buku. Dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2006 : 3) dijelaskan tentang pengertian yang lebih umum dan luas tentang perpustakaan yang tidak dapat dipahami sebatas sebagai sebuah gedung atau akomodasi fisik tempat menyimpan buku semata. Dan secara sederhana dapat dinyatakan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, 'ruang khusus', dan kumpulan koleksi sesuai dengan jenis perpustakaannya. Dijelaskan pula bahwa pengertian perpustakaan telah mengalami perubahan III.

seiring dengan perubahan paradigma perpustakaan yang tidak hanya dipahami sebagai suatu tempat, tetapi juga harus dipahami sebagai suatu sistem yang didalamnya terdapat unsur tempat (institusi), koleksi yang disusun berdasarkan sistem tertentu, dan pemakai. Dalam bab 1 ketentuanumum pasal 1 defnisi perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka selanjutnya dalam Pasal 20,disebutkan bawa perpustakaan terdiri atas: a. Perpustakaan Nasional; b. Perpustakaan Umum; c. Perpustakaan Sekolah/Madrasah; d. Perpustakaan Perguruan Tinggi; dan e.Perpustakaan Khusus f. Taman bacaan masyarakat dan rumah baca (Pasal 49) KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan informasi, perpustakaan memiliki peran yang cukup besar. Perpustakaan yang yang ada saat ini dan akan terus berkembang pada masa yang akan datang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagi layanan jasa yang lain. Perpustakaan sebagai tempat pelestarian hasil budaya dan catatan (record) perjalanan sejarah manusia, telah mampu melebur dan memasyarakat kedalam kehidupan masyarakat. Segala sesuatu yang sedang terjadi saat ini, direkam dan dibukukan untuk disimpan dan dilestarikan di perpustakaan, dan dimanfaatkan secara bersama-sama bagi kehidupan seluruh umat manusia. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan perpustakaan dapat diwujudkan dalam bentuk materi, saran yang bersifat konstruktif serta berperan aktif dalam mendirikan perpustakaan desa atau perpustakaan lembaga keagama seperti perpustakaan masjid dan gereja. Dukungan materi yang diberikan masyarakat dapat berupa uang, buku atau barang-barang lainnya yang dapat dimanfaatkan perpustakaan sebagai sarana pendukung layanan. Sedangkan saransaran yang bersifat konstruktif sangat diperlukan perpustakaan dalam usaha mewujudkan perpustakaan yang sesuai dengan harapan masyarakat. Berdasarkan saran-saran ini perpustakaan dapat berbenah guna menutupi kekurangannya dan mengembangkan perpustakaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bagaimana sebuah perpustakaan mampu menarik orang untuk berbondong-bondong datang ke perpustakaan, dan mampu melakukan berbagai kegiatan Information Literacy adalah hal yang cukup berat.

Perpustakaan harus mampu memberikan informasi-informasi yang mampu menggugah selera masyarakat terhadap sesuatu hal yang menjadi ketertarikannya. Minat, kebiasaan dan budaya baca dalam masyarakat akan terbentuk jika hubungan yang harmonis antara perpustakaan dan masyarakat tercipta secara utuh dan menyeluruh. Kunci dari hubungan yang haronis tersebut adalah informasi dan komunikasi yang efektif, yang akan membuka dan memperlebar akses diantara keduanya. DAFTAR PUSTAKA 1. Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1996 2. Sutarno NS. Perpustakaan Dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006 Qalyubi, Syihabuddin, dkk. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan IPI Fakultas Adab UIN Suka, 2003 3. A.S. Moenir, 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara. 4. Ahmad. Profesionalisme Pustakawan di Era Global. Makalah dalam Rapat Kerja IPI XI, Jakarta: 5-7 November, 2001. 5. Arikunto, Ny. Suharsimi, 2009. Prosedur Penelitian, Bina Aksara, Jakarta. 6. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua. 7. Fandy Tjiptono. 1998. Prinsip-prinsip Total Service. Yogyakarta: Andi Offset. 8. -. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset. 9. Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14, Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. 10. Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43, Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. 11. IPI. 2007. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga disertai Kode Etik Ikatan Pustakawan Indonesia. 12. Kode Etik pustakawan dalam Kiprah Pustakawan. Jakarta: IPI, 1998. 13. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2005. Perilaku Konsumen, edisi revisi. Bandung : Refika Aditama. 14. Perpustakaan Nasional RI. 2003. Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya, Keputusan MENPAN Nomor: 132/KEP/M. PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala

Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 23 Tahun 2003; Nomor: 21 Tahun 2003. 15. Perpustakaan Nasional RI. 2006. Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya dengan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 10 Tahun 2004, tanggal 30 Maret 2004. 16. Prasetijo, Ristiyanti dan Ihalauw, John J.O.I. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Andi. 17. Presiden Republik Indonesia. 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Pustakawan. 18. Rosady Ruslan. 2001. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi). Jakarta : Raja Grafindo Persada. 19. S. Nasution, 2009. Pedoman Penulisan Disertasi, Tesis, Skripsi dan Makalah 20. Setiadi, Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta : Kencana. 21. Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 22. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: And

Você também pode gostar