Você está na página 1de 20

10 CONTOH KEMASAN MAKANAN

10 Contoh Kemasan Makanan untuk Anda yang cari inspirasi dan sumber ide desain produk packaging dan ide desain kemasan makanan, kue, snack dan semacamnya. Perkembangan ekonomi yang bergejolak pesat dan kompetitif membuat semakin banyak perusahaan bermunculan. Baik

perusahaan kecil maupun besar, sekelas perusahaan Perseroan Terbatas PT , Commanditaire Vennontschap ( CV ), Usaha dagang (UD atau kelas UKM ( Usaha Kecil Menengah ). Perihal tersebut akan memberikan konsumen pilihan yang semakin banyak dan variatif dengan berbagai merek produk dan kemilau kemasan yang selalu mengoyahkan keputusan pembeliannya. Tentu itu diluar pembicaraan tentang harga produk yang ditwaarkan oleh pasar yang kian bervariasi yang tersebar di berbagai penjuru daerah.

Mungkin Anda akan tertarik dengan tulisan berikut 1. Tips membuat brosur yang tepat guna 2. Membuat desain brosur dengan photoshop 3. Cara bikin desain brosur dengan coreldraw 4. Cara membuat desain brosur dengan illustrator 5. 10 Contoh Desain Brosur Makanan yang Menarik

Meskipun tujuan utama dari adanya kemasan untuk tempat produk kini bisa menjadi fungsi lain. Yaitu branding dan pendorong utama pembelian produk tersebut tanpa adanya promosi atau mereka yang belum tahu tentang produk tersebut. Desain kemasan unik dan kreatif mendorong calon pembeli untuk membeli produk, packaging desain yang lain daripada lainnya juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang menginginkan ide desain packaging. Perlu juga diperhatika semakin aneh atau semakin beda dengan kemasan lain biasanya akan mempengaruhi cost produksi. Jadi pintar-pintarnya

kita untuk memilih dan memilih. Bentuknya yang bagus atau desain kemasan produk saja yang baus atau keduanya. Berkenaan dengan semakin banyaknya jumlah saran dan pertanyaan mengenai inovasi kemasan terbaru kami membuat artikel contoh kemasan menarik berikut. Ya, di sana sangat banyak dijumpai orang atau calon klien kami yang mencari packaging untuk kotak makanan juga kue bahkan tak jarang ditemui merka yang membutuhkan kardus produk franchise. Tersedia juga market yang jual kotak kemasan dan memberikan penawaran kemasan kotak terbaik dengan harga murah tapi nggak murahan. Semoga contoh kemasan makanan berikut membantu Anda menemukan desain food packaging yang sesuai dengan keinginan Anda.

PENTINGNYA DESAIN KEMASAN PRODUK

Kali ini saya tertarik untuk men-sharing-kan kepada anda tentang pentingnya desain kemasan produk. Anda harus tahu, desain kemasan produk termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Saya akan bagikan sedikit pengalaman saya tempoe doeloe. Dulu saya punya kenangan buruk. Tahun 2005 saya bersama 3 tema n saya menjadi distributor sebuah produk deterjen. Produknya cukup bagus. Mungkin kualitasnya diatas deterjen-deterjen yang lain pada waktu itu. Apalagi kalau di-demokan, efeknya luar biasa. Kami menjualnya dari satu arisan ke arisan yang lain. Kami menggunakan salesman untuk menjualnya. Sales kami dibekali beberapa peralatan demo seperti gelas plastik kecil, deterjen kompetitor, kain putih bersih, sendok teh dan tinta stempel. Prosesnya seperti ini, tinta stempel dimasukan ke dalam gelas plastik yang berisi air. Setelah warna air berubah menjadi hijau

(kami memakai tinta warna hijau), barulah kami masukan satu sendok teh deterjen ke gelas plastik tadi. Setelah ditunggu beberapa menit, gelas yang tadinya berwarna hijau berangsur-angsur kembali berwarna seperti semula. Produk lain tidak bisa seperti itu. Warna airnya tetap hijau. Ibu-ibu arisan sangat terpukau dengan demo kami. Akhirnya dagangan kami pun laris. Berbekal dengan kepercayaan akan produk yang tinggi, akhirnya salah satu agen kami berani untuk menitipkan deterjen tersebut ke minimarket. Kemudian deterjen kami disandingkan dengan deterjen kompetitor. Setelah beberapa minggu, ternyata deterjen kami tidak berubah jumlahnya. Sedangkan deterjen kompetitor, tumpukannya berhasil melorot jauhlaku keras!!! Waduh, kok jadi begini ya, pikir kami. Padahal kami tahu dengan pasti kualitas deterjen kami lebih bagus. Anda tahu sebabnya? Deterjen kami desain kemasan produknya sangat memprihatinkan. Cuman plastik transparan yang disablon dengan sablon biasa. Jadi kalau sablonannya keseringan kena tangan, lama-lama hilang. Nggak perlu tunggu waktu yang lama. Jadi selang beberapa waktu kemudian sudah kelihatan kucel, basi dan wah, pokoknya hancur dah. Ibarat roti bolu, roti kami kelihatan sudah basi dan tidak mengundang selera. Itulah sebabnya mengapa desain kemasan produk yang menjual itu penting sekali. Desain kemasan produk itu berhubungan dengan branding produk anda. Logikanya seperti ini. Sebuah produk apalagi produk baru, harus bisa menarik hati para

konsumennya. Sedangkan ciri desain kemasan produk yang menarik hati konsumen adalah kemasan yang menjual. Ingat, desain kemasan produk yang menjual. Bukan desain kemasan produk yang mahal, bukan juga desain kemasan produk yang terlihat rumit atau desain kemasan produk yang warnanya banyak. Pokoknya desain kemasan produk yang menjual. Nah, sekarang bisa anda bayangkan, ketika anda menjual produk anda ke konsumen yang baru mengenal produk anda, apa jadinya kalau desain kemasan produk anda tidak menarik? Konsumen tidak akan berpaling ke produk anda. Lha kalau berpaling saja nggak mau, bagaimana dengan memutuskan untuk membeli produk anda? Pasti tidak akan pernah, walaupun produk anda sangat bagus kualitasnya. Apalagi kalau produk anda mereknya belum terkenal. Karena yang mereka lihat pertama kali adalah desain kemasan produk anda, bukan isinya. Mereka tidak bisa mencoba produk anda, kecuali kalau ada menggunakan teknik promosi free sampel. Nah, ciri-ciri desain kemasan produk yang menjual menurut bung Frans M. Royan adalah :

1. Bisa menimbulkan daya tarik bagi konsumen karena bentuknya yang berbeda. Contohnya, waktu dulu saya beli kartu perdana operator seluler X, desain kemasan produknya sangat unik. Kalau yang lainnya

menggunakan kotak biasa untuk membungkusnya, kartu seluler yang saya beli berbentuk tabung kecil yang bertingkat, bisa diputar. Anda tidak perlu membuat desain kemasan produk yang mahal seperti itu. Yang penting kemasan anda dapat menimbulkan rangsangan bagi konsumen untuk membuat pertimbangan membeli produk anda.

2. Langsung mengenai persepsi pembeli. Artinya begini, desain kemasan produk yang dibuat harus langsung dapat ditangkap maksudnya oleh konsumen tanpa harus berpikir terlalu lama. Misalnya jika produk tersebut adalah kecap, maka isi kecap harus tampak menonjol pada desain kemasan produknya. Sehingga begitu konsumen lihat produk tersebut, mereka langsung mengenali bahwa produk tersebut adalah kecap, bukan jamu. Kira-kira anda sudah paham kan? Nggak susah kok. Intinya adalah kemasan anda harus menjual, dapat menimbulkan rangsangan bagi konsumen dan langsung mengenai tepat di benak konsumen. Tapi ingat, desain kemasan produk anda tetap harus yang disukai oleh konsumen. Bukan disukai oleh anda. Caranya gimana? Dengan melakukan riset pemasaran. Anda bisa tanyakan ke mereka, Pak, bukemasan ini menarik nggak buat anda?

KENALI KEMASAN MAKANAN DAN MINUMAN KITA

Saat ke fitness center, saya beberapa kali memperhatikan botol minum yang sering dibawa orang-orang pada saat beraktifitas di tempat tersebut. Beberapa membawa botol minuman yang memang dibuat khusus sebagai kemasan minuman, ada yang membawa botol minuman yang bisa menghasilkan antioksidan, namun tak sedikit juga yang menggunakan botol AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) entah itu baru atau hanya diisi ulang. AMDK merupakan pilihan praktis buat orang-orang tertentu yang tidak mau repot dengan bawaannya. Selain mudah diperoleh dimana saja, botolnya pun bisa langsung dibuang. Banyak orang sering menggunakan botol bekas AMDK ini berulang kali, bahkan karena beberapa merek mempunyai bentuk kemasan yang unik sehingga dipakai terus sampai benar-benar tidak bisa digunakan. Tapi apakah botol bekas AMDK ini bisa digunakan berulang kali? Tunggu sebentar. Kita ikuti penjelasan berikut ini.

Kemasan Makanan Kemasan makanan, termasuk juga botol minuman, dapat terbuat dari bahanbahan seperti gelas atau wadah kaca lainnya, kaleng, karton/kertas, plastik keras, kemasan fleksibel, dan kaleng komposit. Jenis-jenis kemasan ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam mengemas suatu produk makanan atau minuman. Saya tidak akan membahas secara rinci setiap jenis kemasan makanan pada artikel ini, namun saya akan menitikberatkan pada kemasan yang terbuat dari plastik.

Zat Aditif Dalam Kemasan Plastik Sejak pertama kali plastik ditemukan, bahan yang satu ini mulai merambah ke berbagai aktifitas manusia. Dari yang ukuran paling kecil sampai yang paling besar, dari yang digunakan untuk non-food sampai digunakan untuk mengemas makanan/minuman. Pengembangan teknologi plastik yang disesuaikan dengan tujuan penggunaannya pun banyak dilakukan. Plastik yang awalnya hanya tersusun dari satu jenis polimer, sekarang sudah berkembang menjadi berbagai jenis polimer yang penggunaannya pun berbeda-beda tergantung dari jenis polimernya. Selain itu untuk ada juga zat-zat aditif yang ditambahkan untuk menyempurnakan fungsi dan kegunaan kemasan plastik tersebut.

Beberapa jenis zat aditif yang ditambahkan pada suatu plastik antara lain yaitu: 1. Plasticizer (pemlastis) yang digunakan untuk membantu proses melancarkan proses dan membuat polimer plastik menjadi lentur. 2. Stabilizer digunakan untuk mencegah terurainya polimer apabila terkena panas atau sinar UV. 3. Antioksidan digunakan untuk mencegah proses oksidasi yang tidak diinginkan. 4. Slip dan antistatic additive. Slip additive berfungsi untuk mengurangi pergesekan pada permukaan plastik dan untuk meningkatkan sifat dari produk akhir. Sedangkan antistatic additive berfungsi menurunkan daya hantar listrik dari plastik. Kedua jenis bahan ini biasanya digunakan bersamaan. 5. Coloring agent digunakan untuk mewarnai bahan plastik.

Migrasi Polimer dan Aditif ke Bahan Makanan Yang Dikemas Suatu bahan kemasan makanan yang baik harus memiliki sifat inert atau tidak mudah bereaksi dengan bahan yang dikemasnya. Bahan kemasan yang terbuat dari gelas atau kaca sudah terbukti bersifat inert, sedangkan bahan kemasan yang terbuat dari plastik bersifat inert hanya sampai pada batas tertentu. Dengan demikian penggunaan kemasan yang terbuat dari plastik harus mendapat perhatian dari penggunanya. Karena sifatnya yang tidak sama dengan kaca/gelas, pada makanan dan minuman yang dikemas dengan kemasan yang terbuat dari plastik terjadi suatu peristiwa yang disebut migrasi yaitu berpindahnya polimer dan/atau bahan aditif dari penyusun plastik ke bahan makanan/minuman yang dikemas.

Polimer dan bahan aditif inilah yang bisa masuk ke dalam tubuh bersama makanan/minuman yang dikonsumsi. Meskipun yang masuk dalam jumlah yang kecil, tapi bahan-bahan ini dapat menumpuk dalam tubuh karena tidak bisa diuraikan oleh tubuh. Jumlah bahan aditif atau polimer yang bermigrasi ke bahan makanan yang dikemas bisa bertambah melebihi ambang batas jika penanganannya tidak benar. Bahan-bahan inilah yang menyebabkan timbulnya penyakit seperti kanker dan penyakit degeneratif, bahkan sampai ke mutasi genetik yang tidak diinginkan. Alasan inilah sehingga The Society of The Plastic Industry (SPI) pada tahun 1988 memperkenalkan sistem pengkodean plastik atau disebut juga plastic recycling code (kode daur-ulang plastik). Informasi kode ini ditujukan untuk pendaur-ulang, industri pengguna, dan konsumen, sehingga penggunaan kemasan plastik ini nantinya akan cukup aman bagi manusia. Kode-kode ini menjelaskan sifat dari plastik tersebut, kegunaanya (apakah untuk makanan atau tidak untuk makanan), dan jenis produk daur-ulangnya. Kode ini biasanya dicetak di bagian bawah kemasan plastik, dan berbentuk segitiga dengan angka di dalamnya. Nah, Anda tentu ingin tahu apa saja kode dan maksud dari kode-kode yang tercetak pada kemasan plastik dari makanan ataupun minuman yang Anda konsumsi setiap hari. Jangan khawatir, saya akan membagikan informasi mengenai 7 kode tanda pengenal jenis plastik yang beredar di pasaran. Tunggu di artikel berikutnya!

PENGEMASAN INFORMASI
PENGERTIAN
Secara umum sebetulnya konsep pengemasan informasi masih belum jelas, namun dari berbagai diskusi yang pernah dilakukan berikut beberapa pengertian pengemasan informasi.
a. Menurut Alan Bunch, 1984 (dalam Stilwell, 2004) menggambarkan pengemasan informasi sebagai sebuah pendekatan untuk membantu diri sendiri, menekankan pada permasalahan bahwa layanan informasi adalah memilih informasi yang sesuai, dan memproses ulang informasi tersebut dalam sebuah bentuk yang benarbenar dapat dipahami, mengemas informasi, dan merancang semua bahan ini dalam sebuah media yang tepat bagi pengguna, sehingga mengkombinasikan dua konsep yang melekat dalam istilah pengemasan (yakni memproses ulang dan mengemas). b. Menurut Websters New World College Dictionary, 1995 menyatakan bahwa repackaging is to package again in or as in a better or more attractive package. Jadi dapat dikatakan bahwa pengemasan merupakan sebuah usaha mengemas kembali ke dalam bentuk yang lebih baik dan menarik.

LATAR BELAKANG MASALAH


Melihat pengertian di atas sebetulnya dapat kita lihat bahwa pengemasan informasi adalah sebuah proses untuk mengolah kembali informasi yang ada sehingga mampu ditampilkan ke dalam kemasan yang lebih baik dan siap pakai bagi pengguna dan pencari informasi. Yang menjadi pertanyaan sekarang

adalah, mengapa pengemasan informasi ini penting bagi sebuah layanan perpustakaan terutama bagi pengguna agar lebih dekat dengan sumber sumber informasi yang dibutuhkan? Ada beberapa permasalahan yang dapat dijadikan dasar mengapa pengemasan informasi ini penting:
1. Banjir Informasi. Banyaknya informasi yang ada dari berbagai sumber informasi baik tercetak, non cetak, maupun digital membuat kebingungan tersendiri bagi pengguna untuk mendapatkan informasi terbaik dan sesuai dengan

kebutuhannya. Banyaknya informasi seringkali menjadikan pengguna dihadapkan pada informasi yang tidak sesuai, kandungan informasinya kurang tepat, tidak relevan sampai informasi aspal, asli tapi palsu yang tidak dapat dipercaya. Untuk itu perlu sebuah tindakan dari perpustakaan untuk mengantisipasi apa yang biasa disebut sebagai banjir informasi. Pengemasan informasi yang menghasilkan produk terseleksi adalah salah satu jawabannya. 2. Kebutuhan Pemakai Informasi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang begitu cepat, maka kebutuhan pemakai informasi juga semakin meningkat, yakni kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat dan

mudah. Perpustakaan sebagai institusi yang bertanggungjawab kepada transfer informasi ini juga harus dapat melihat fenomena pergeseran orientasi kebutuhan pengguna akan informasi ini, untuk itu perlu dilakukan inovasi berbasis kebutuhan pemakai informasi ini. Pengemasan informasi adalah salah satu bentuk yang dapat dipakai oleh perpustakaan sebagai bentuk inovasi menjawab kebutuhan pemakai informasi ini. 3. Kebutuhan Peningkatan Layanan Perpustakaan. Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi sudah semestinya dapat meningkatkan pelayanan dari waktu ke waktu, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan penggunanya. Perpustakaan yang tidak mau meningkatkan dan menyesuaikan layanannya dengan perkembangan global di dunia tentunya akan ditinggalkan oleh penggunanya. Peningkatan layanan perpustakaan ini harus didukung berbagai aspek termasuk kemasan dari informasi yang ingin ditampilkan dan disajikan kepada penggunanya. Untuk itu pengemasan informasi menjadi penting agar pengguna dapat merasakan sebuah peningkatan yang signifikan dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini. 4. Orientasi Ekonomis. Informasi yang tak terbentung dan terus bertambah akan menyebabkan perpustakaan menjadi gudang informasi yang apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan pengeluaran biaya yang tidak sedikit. Penggunapun akan semakin sulit menemukan informasi yang tepat dan uptodate. Untuk itu perlu diambil langkah penghematan (biaya, ruang dan tenaga) diantaranya dapat dilakukan melalui pengemasan informasi. Secara ekonomis, hasil kemas informasi merupakan produk yang sangat mungkin untuk dijual kepada khalayak umum dengan segmentasi tertentu, sehingga membuka peluang usaha bagi perpustakaan. Selain itu pengguna akan menghemat banyak waktu, tenaga dan biaya untuk sekedar mendapatkan informasi yang sesuai, mudah, cepat dan tepat.

Keempat permasalahan di atas terkait satu dengan lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan. Satu dengan lainnya akan membawa kepada sebuah sinergitas dalam menentukan arah dan langkah dalam penyajian informasi yang lebih baik demi kepentingan bersama. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk penyajian informasi seperti apa yang layak dilayankan saat ini di perpustakaan. Kemasan informasi sendiri harus dapat memberikan nilai lebih bagi informasi itu sendiri. Informasi dikatakan mempunyai nilai (menurut Djatin) apabila diukur dari:
Mampu menurunkan biaya penelitian, pengembangan dan pelaksanaan Menghemat waktu, sehingga implementasi dan inovasi bisa lebih cepat Membuat kebijakan lebih efektif

Mendukung ke arah pencapaian tujuan/sasaran strategis organisasi Mengatasi Ke-ketidaktahuan Memuaskan manajemen dan pemakai

BENTUK PENGEMASAN INFORMASI


Berdasarkan analisa ketiga hal dalam permasalahan di atas maka selanjutnya perpustakaan dapat menentukan sejauh mana bentuk kemasan informasi tersebut harus diwujudkan. Berikut adalah beberapa contoh bentuk kemasan informasi yang ada sampai saat ini dan relevan digunakan bagi pengguna perpustakaan.

Publikasi Cetak.

Pengemasan informasi biasanya dapat juga diwujudkan dalam bentuk publikasi cetak seperti Brosur, Newsletter, Prosiding, Indeks Majalah, Indeks Artikel, Kumpulan Artikel Terpilih, Bibliografi, dan bentuk publikasi terseleksi lainnya. Kemasan dalam bentuk publikasi cetak ini akan sangat membantu pengguna dalam menemukan informasi tercetak yang terpilih sesuai dengan bidang kajian dan kebutuhannya. Sehingga pengguna tidak perlu membuang waktu untuk menelusur satu demi satu kebutuhan informasinya dalam belantara informasi di perpustakaan.

Media Audio-Visual.

Informasi juga dapat dikemas dalam bentuk Audio-Visual seperti dalam bentuk Audio-Video Cassette, CD- Interaktif, VCD, DVD, dan bentuk lainnya. Kemasan informasi ini merupakan kemasan yang menarik karena akan mengajak pengguna menggunakan informasi dalam bentuk gambar dan suara.

Pangkalan Data Lokal.

Kemasan informasi juga dapat diwujudkan dalam pangkalan data (database) lokal. Sekitar 2 tahun yang lalu, konsep pangkalan data lokal ini banyak digunakan di Indonesia, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi ilmiah bagi para pengguna melalui semacam server lokal, baik yang berupa file maupun CD-ROM. Contohnya adalah CD Database ERIC, CD Database Medline, CD-Database Agricola, dan sebagainya.

Pangkalan Data Online.

Saat

ini

di

Indonesia

pangkalan

data

Online

sedang

mengalami

perkembangan yang cukup baik, baik dengan membeli kemasan yang sudah jadi, mengambil dari sumber-sumber gratis maupun membangun sendiri. Kemasan informasi dalam bentuk ini telah memberikan kesempatan akses informasi secara lebih luas tidak terbatas dalam perpustakaan. Hal ini berkat kemajuan teknologi internet yang mau tidak mau harus diikuti oleh perpustakaan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pada

penggunanya. Contoh beberapa kemasan informasi siap pakai dalam bentuk pangkalan data online yang diproduksi antara lain EBSCOHost, ProQuest, ScienceDirect, IEEE Database, JSTOR dan lain sebagainya.
TAHAPAN PENGEMASAN INFORMASI

Keputusan sebuah perpustakaan untuk melakukan dan menggunakan kemasan informasi harus diikuti dengan mempersiapkan langkah-langkah yang tepat agar tidak terjadi kesia-siaan. Beberapa langkah yang secara umum dilakukan oleh perpustakaan dalam rangka pengemasan informasi adalah:
1. Orientasi kebutuhan dan tuntutan pemakai/pengguna informasi di perpustakaan 2. Seleksi dan Penetapan Topik informasi yang akan dikemas. Penetapan dan seleksi ini biasanya akan melibatkan ide-ide dan masukan dari staf ahli, produsen produk kemasan informasi, konsumen produk & jasa informasi, karyawan, dan manajemen puncak. 3. Menentukan bentuk kemasan informasi 4. Penetapan strategi pencarian informasi yang akan dikemas 5. Penetapan lokasi informasi dan cara mengaksesnya 6. Pengolahan informasi, mengevaluasi, dan mensitir informasi 7. Mengemas informasi dalam bentuk yang telah ditetapkan 8. Mengevaluasi produk yang dikeluarkan dan proses pembuatannya Pada kasus penentuan kemasan informasi dalam bentuk non cetak terutama pangkalan data sering kali tidak semua langkah di atas dilakukan. Hal ini dikarenakan produk dalam bentuk pangkalan data sering kali merupakan produk kemasan informasi yang siap pakai, karena prosedur seleksi informasi dan proses pengolahan hingga menjadi produk sudah dilakukan oleh produsen. Pada kasus ini posisi perpustakaan adalah sebagai user selector dan user evaluator saja.

DAMPAK EKONOMIS PENGEMASAN INFORMASI

Pengemasan informasi merupakan bagian dari sebuah usaha ekonomis dari perpustakaan atau penyedia informasi yang juga akan membawa dampak ekonomis bagi perpustakaan /penyedia informasi dan juga

masyarakat/pengguna yang memanfaatkannya. Beberapa dampak ekonomis dari adanya pengemasan informasi diantaranya adalah:
1. Perpustakaan mampu menyediakan kemasan-kemasan informasi yang siap pakai yang dapat dijual kepada masyarakat/pengguna dengan segmentasi yang telah ditentukan, misal informasi bidang kedokteran yang terkemas akan sangat berguna bagi para praktisi dan pemerhati di bidang kedokteran. 2. Banjir informasi yang terus menerus apabila tidak ditangani oleh perpustakaan akan membawa dampak pada pembengkakan cost perawatan dan pengelolaan, sehingga apabila dibandingkan dengan biaya yang dihasilkan dari pemanfaatan informasi akan sangat tidak signifikan. Dengan pengemasan informasi maka perpustakaan dapat menekan biaya (cost) bagi perawatan dan pengelolaan, sekaligus dapat memanfaatkan hasilnya sebagai bentuk layanan informasi di perpustakaan kepada pengguna yang membutuhkan. 3. Bagi pengguna, adanya kemasan informasi ini akan memotong biaya dan juga waktu yang dibutuhkan oleh pengguna dalam mencari, memilih, dan memperoleh informasi yang dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan pengguna dengan mudah mendapatkan kemasan informasi yang siap pakai dan disediakan oleh penjualan

perpustakaan secara mudah, cepat, tepat dan hemat waktu. Misalnya, untuk mendapatkan informasi tertentu di perpustakaan, pengguna cukup mengakses database perpustakaan melalui internet yang menyediakan berbagai koleksi digital hasil kemas informasi di berbagai bidang. 4. Pengemasan informasi ini merupakan peluang komoditas bagi perpustakaan yang berpotensi sebagai bidang usaha informasi di perpustakaan yang akan mampu menghasilkan pemasukan. Hal ini tentunya akan membantu melepaskan image perpustakaan sebagai cost institution menjadi benefit institution. Artinya perpustakaan tidak lagi dianggap sebagai lembaga yang hanya menyedot biaya dan punya ketergantungan terhadap biaya, menjadi perpustakaan yang mampu memberikan keuntungan dan membiayai kegiatannnya sendiri. Misalnya

perpustakaan mengeluarkan produk kumpulan artikel dalam bidang X yang dikemas baik menggunakan media digital (CD, Disket, etc) maupun cetak yang dapat dipasarkan (dijual) kepada pengguna dengan segmentasi tertentu (sesuai dengan bidang X tersebut). Contoh: Perpustakaan Fakultas Kedokteran mengeluarkan produk Kumpulan Artikel Bidang Kedokteran khusus masalah Flu Burung yang dapat dijual kepada dokter maupun masyarakat umum yang konsen terhadap permasahan flu burung ini.

PENUTUP

Pengemasan informasi ini merupakan usaha dari sebuah perpustakaan atau pusat informasi untuk mendekatkan pengguna kepada sumber-sumber informasi yang relevan, akurat, mudah dan terakses secara cepat. Namun informasi yang terkemas ini tidak akan dapat dimanfaatkan secara maksimal apabila tidak didukung oleh peran tenaga perpustakaan atau pustakawan dalam mensosialisasikan dan juga melakukan pendidikan pemakai perpustakaan. Intinya adalah proses pengemasan informasi tidak selesai begitu saja sampai pada produk terkemas dihasilkan. Akan tetapi juga pada pencapaian tujuan pengemasan informasi tersebut, yakni memberikan informasi yang lebih baik dan menarik bagi pengguna perpustakaan. Jadi perpustakaan akan selalu mempunyai tanggung jawab dan pekerjaan rumah yang besar bagi proses tranformasi informasi yang relevan dan sesuai tuntutan penggunanya dari waktu ke waktu. Di sisi lain, pengemasan informasi akan membawa dampak ekonomis yang cukup signifikan baik bagi perpustakaan maupun pengguna. Bahkan saat ini dapat dikatakan bahwa produk hasil kemas informasi merupakan komoditas yang dapat dijadikan alternatif usaha bagi perpustakaan, sehingga informasi tidak berhenti sebagai hal yang akan menguras biaya perawatan dan pengelolaan, tetapi juga dapat menjadi sumber pendapatan/pemasukan bagi perpustakaan. Penggunapun akan semakin mudah, hemat waktu dan hemat biaya dalam memperoleh informasi yang instant dan segera dibutuhkan oleh mereka. Jadi tunggu apa lagi? Kini saatnya anda hadir dalam bisnis informasi di era globalisasi informasi.

Logo Halal Pada Kemasan Produk Makanan

Merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim untuk berhati hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Ini tidak lain dikarenakan makanan yang akan masuk dalam perut kita akan menjadi pengganti sel-sel organ tubuh yang nantinya akan kita gunakan untuk beribadah kepada Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa efek dari makanan akan memengaruhi diterimanya suatu ibadah, salah satu contoh adalah Doa. Dalam sebuah hadits Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam mengisahkan seorang musafir yang berbekal makanan haram.

} }

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali dari yang baik dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan apa yang diperintahkan pula kepada para rasul, firman-Nya, Wahai para Rasul, makanlah dari yang baik-baik dan beramallah dengan amalan shalih, sesungguhnya aku mengetahui apa yang kalian kerjakan. Dan Firman-Nya, wahai orangorang yang beriman, makanlah dari hal yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian. Kemudian Rasulullah menceritakan seorang laki-laki yang bersafar jauh hingga acak-acakan rambutnya dan berdebu, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berkata, Ya Rabb Ya Rabb namun makanannya haram, minumannya haram, bajunya juga haram, serta diberi gizi haram, maka mana mungkin dijawab doanya?! (Riwayat Muslim no.1015) Bisa dibayangkan, betapa meruginya seorang muslim jika ia tidak dapat menikmati hasil dari ibadahnya dikarenakan mengonsumsi makanan haram. Seperti diketahui, aneka produk makanan yang beredar di pasaran baik impor maupun hasil lokal dengan beragam bentuk dan kemasan terkadang membingungkan masyarakat yang nota bene muslim ini untuk menyeleksi kehalalannya. Melihat realita di atas, produsen pun tidak tinggal diam untuk mendongkrak pemasaran mereka agar dapat dijual ke konsumen muslim, yang diantaranya adalah dengan mencantumkan label halal pada setiap produk makanan.

Seberapa Pentingkah Sertifikat halal?


Halal atau haramnya makanan sebenarnya merupakan perkara yang jelas dalam agama Islam, sehingga kebanyakan kaum muslimin mengetahui jenis makanan yang haram untuk dikonsumsi, hal tersebut telah dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah hadits,

Sesungguhnya halal itu jelas dan haram itu jelas (Riwayat Bukhari, No.2051 Muslim, No.1599) Namun bagaimana jika makanan tersebut telah dikemas sedemikian rupa dengan komposisi dari berbagai bahan? Tentu banyak dari kita tidak tahu tentang kandungan yang ada di dalamnya. Melihat fenomena ini maka bermunculan ide dari kaum muslimin untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Maka, muncullah ide pencantuman logo halal pada produk yang telah terdaftar halal pada lembaga yang diakui, yang kita kenal sekarang dengan Sertifikat Halal LPPOM MUI. Dengan demikian, setiap produk yang ingin mendapat sertifikat halal, mereka harus mengikuti proses menurut standar yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut. Selanjutnya lembaga ini memiliki auditor untuk melaksanakan audit halal, dari para ahli di bidang pangan, kimia, pertanian, biologi, fisika, hingga bidang kedokteran hewan, yang konon mereka dipilih melalui proses seleksi kompetensi, kualitas dan integritas, sebelum mereka ditugaskan. Jika kita tinjau dari usaha tersebut dan dari segi maslahat dan mafsadah, maka bisa kita kategorikan bahwa logo halal MUI ini sangat penting, karena ini merupakan salah satu sarana dalam melindungi konsumen muslim dari semua jenis makanan haram yang beredar di masyarakat. Dengan demikian, setiap produsen tidak bisa seenaknya sendiri mencantumkan logo halal pada produk mereka, karena untuk mendapatkan kepercayaan halal ini mereka akan mendaftarkan dulu produknya demi mendapatkan memo halal dari lembaga ini dengan proses menurut standar mereka.

Bagaimana kita bersikap?


Melihat logo halal MUI dalam kemasan makanan adalah cara termudah bagi orang awam dalam memilih makanan kemasan. Akan tetapi seberapa besar keabsahan sertifikat tersebut? Untuk itu kita kembalikan perkara ini kepada kaidah umum fikih yaitu tentang persaksian (syahadah), yaitu kesaksian dua orang laki-laki yang adil dalam syariat adalah sah menurut hukum. Dan tentunya mereka yang menjadi tim halal MUI ini lebih dari sekadar dua orang dan terlebih lagi mereka adalah pakar dalam bidang pangan. Apalagi, MUI adalah lembaga resmi yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat untuk sertifikat tersebut. Atas dasar ini, a logo tersebut dapat kita jadikan sarana dalam membantu memilih makanan halal pada produk kemasan. Namun, bagaimana jika ada isu haram dalam beberapa produk yang berlabel halal ini (contohnya, adanya kode E471/E472 yang diisukan mengandung lemak babi dalam beberapa produk makanan yang berlogo halal -red)? Tentu kita sebagai seorang muslim akan mengembalikan hal tersebut dengan cara bersikap bijak sebagaimana tuntunan Allah Taala dalam Al Quran,

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (al-Hujurat: 6) Kita perlu tabayyun (konfirmasi) dan berusaha mencari kebenaran berita tersebut, agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Sebab, hukum asal dari segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah halal kecuali yang diharamkan, sebagaimana sebuah kaidah fikih mengatakan,

Asal segala sesuatu adalah halal, sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya. Akan tetapi, cara berhati-hati adalah jalan terbaik dalam hal duniawi, yaitu wara dari makanan tersebut, sampai ditemukan kejelasan berita yang ada. Adapun arti wara menurut Syekh Ibnu Utsaimin dalam Fathu Dzil Jalali wal Ikram Syarah Bulugul Maram pada Muqadimah Kitab Zuhud wal Wara adalah: : Meninggalkan sesuatu yang membahayakan urusan akhirat. Jadi, ikhthiyat (hati-hati) dan wara bukan sebagai dasar pengharaman, namun keduanya adalah sebagai kewaspadaan belaka. Dan perlu ditegaskan, hal tersebut (ikhthiyat dan wara -red) tidak mengurangi legalitas sertifikat halal yang telah kita ketahui begitu besar manfaatnya. Dan didukung juga bahwa sertifikat tersebut dikeluarkan setelah adanya proses dari pakar makanan yang ahli dalam bidangnya. Karena untuk mengetahui kandungan kimia bahan makanan dalam kemasan adalah perkara yang tidak gampang, dan ini adalah perkara yang dikategorikan masalah ketrampilan duniawi, sedangkan Rasulullah telah menyerahkan perkara-perkara duniawi kepada orang yang memiliki keahlian tersebut, Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . Kalian lebih faham dengan perkara dunia kalian. (Riwaya Muslim No. 6277)

Nama Kelas Mapel

: Jainah : VII. 7 : Keterampilan

Você também pode gostar