Você está na página 1de 20

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara abortus yang disengaja dan abortus spontan. Di seluruh duniah pelaksanaan gugur kandungan masih banyak di kerjakan oleh dukun (75 %-80%)sehingga komlikasinya sangat membahayakan jiwa sampai kematian yang di sebabkan oleh pendarahan dan infeksi.pelaksanaan gugur kandungan oleh dukun tampa jaminan sterilitas dan pengetahuan anatomi alat kelamin wanita sehingga dapat menimbulkan bahaya,kematian karna gugur kandungan oleh dukun di perkirakan terjadi antara 200.000350.000 setiap tahunnya di seluruh dunia. B. RUMUSAN MASALAH a. Apa yang dimaksud dengan abortus? b. Bagaimana klasifikasi abortus? c. Bagaimana etiologi abortus? d. Bagaimana manifestasi klinik abortus? e. Bagaimana Pemeriksaan penunjang abortus? f. Bagaimana penatalaksanaan abortus? g. Bagaimana konsep asuhan keperawatan abortus?

C. TUJUAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah a. untuk mengetahui konsep abortus b. untuk mengetahui klasifikasi abortus c. untuk mengetahui manifestasi klinik d. untuk mengetahui pemeriksaan penunjang abortus e. untuk mengetahui penatalaksanaan abortus f. untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan abortus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. LANDASAN TEORITIS

1. PENGERTIAN Abor-tus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK UNPAD, Obstetri Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius). Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, h1m:260 FKUI Jakarta: Media. Aesculapius). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Klasifikasi a. Abortus spontan Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata oleh faktor alamiah. Klinis abortus spontan dapat dibagi atas : 1. Abortus imminens Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. 2. Abortus insipiens Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang

berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit. 3. Abortus inkompletus Perdarahan pada kehamilan muda di mana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. 4. Abortus kompletus Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri. 5. Abortus Habitualis ( keguguran berulang ) : adalah dimana penderita mengalami keguguran 3 kali berturut-turut atau lebih. 6. Abortus infeksiosa Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis. 7. Missed abortion Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan hanya dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulangan. 8. Abortus Provakatus ( induced abortion ) Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi : Abortus medisinalis (Abortus therapeutica) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis ). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. Abortus kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

2. ETIOLOGI

Peryebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut: a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena: Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak sernula pertemuan kromosom, terinasuk kromosorn seks. Faktor lingkungan endometritum. Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

Pengaruh luar Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

b. Kelainan pada plasenta Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran. c. Penyakit ibu Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta: Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit

diabetes melitus. d. Kelainan yang terdapat dalam Rahim Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum. 3. MANIFESTASI KLINIS Adapun tanda dan gejalanya adalah : a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu. b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai hasil konsepsi. d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus. e. Pemeriksaan ginekologis. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam Inspeksi perdarahan pada kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup. Colok vagina porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan ginekologi :


1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium

atau tidak bau busuk dari vulva.


2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada

atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Vagina touche : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan

dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri

Pemeriksaan Penunjang
1.

Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.

2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup. 3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion. 4. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan

anomali kongenital.
5. BMR dan kadar udium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan

glandula thyroidea
6. Resiko analisa 7. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Abortus iminens

a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang melanik berkurang. b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4 jam bila pasien panas. c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg. e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C. f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.

Abortus insipiens
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan

selama 36 jam dengan diberikan morfin.


b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani

dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul

dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.


c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IU dalam dekstrose

5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin keluar, tetapi plasenta masih tertinggal di dalam , lakukan pengeluaran

plasenta dengan cara manual.


3. Abortus inkomplit a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer

laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.


b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikan ergometrin

0,2 mg intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, maka lakukan pengeluaran

plasenta secara manual.


d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. 4. Abortus komplit a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3 sampai 5 hari. b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah. c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral. 5. Missed abortion a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam

ovum lalu dengan kuret tajam.


b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum

atau ketika mengeluarkan konsepsi.


c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang

laminaria selama 12 jam laulu dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil engan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan diestilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse

oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat 1 hari.

e. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan

menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding


6. Abortus septik

Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit. Penyalahgunaan infeksi :


a. Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuscular tiap 12 jam

ditambah kloramfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 gmg peroral tiap 6 jam.


b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah

metronidazol 500 mg tiap 6 jam.


c. Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloramfenikol, penisilin dan metronidazol,

ampsilin dan gentamicin, penisilin dan gentamisin.


d. Tingkatkan asupan cairan. e. Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah. f.

Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

g. Pada pasien menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada

pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari.


7. Abortus Habitualis

Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD.

6. KOMPLIKASI
1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera

dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
4. Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci,

staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium

perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
5. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan

pembekuan darah.

7. WOC (Terlampir)

E. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat

Keluhan utama : adanya perdarahan pervaginam berulang Riwayat kesehatan, yang terdiri atas : Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung , hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Pemeriksaan fisik, meliputi : a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,

perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal Pemeriksaan tinggi fundus uteri:
1. Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan. 2. Tinggi dan besamya sudah rnengecil. 3. Fundus uteri tidak teraba diatas simfisis.

c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak. d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

b. Asuhan Keperawatan

NO

DIAGNOSA

NOC (KRITERIA HASIL) Kontrol nyeri - Mengenal faktor penyebab - Mengenal permulaan nyeri - Menggunakan tindakan pencegahan - Menggunakan tindakan pertolongan non-analgetic - Menggunakan analgetic dengan tepat - Laporkan gejala utk perawatan kesehatan profesional - Mengenal gejala nyeri - Mengunakan diary nyeri - Laporkan pengontrolan nyeri. Nyeri: Efek pengganggu - Membahayakan kerja - Mengganggu konsentrasi - Mengganggu tidur - Mengganggu mobilitas fisik - Gangguan eliminasi Tingkatan Nyeri - Laporkan nyeri - Frekuensi nyeri

NIC (INTERVENSI KEPERAWATAN) Manajemen Nyeri - Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif - Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal - Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri - Menyediakan informasi tentang nyeri - Mendorong pasien dalam memonitor nyerinya sendiri - Menyediakan analgesic yang dibutuhkan dalam mengatasi nyeri - Menyertakan keluarga dalam mengembangkan metoda mengatasi nyeri Pemberian Analgetic - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,dan hebatnya nyeri sebelum mengobati pasien - Cek order medis mengenai obat, dosis dan frekuensi analgesik yang diberikan

Nyeri Batasan Karakteristik: Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal Posisi untuk mengurangi nyeri Gerakan untuk melindungi Tingkah laku berhati-hati Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) Fokus pada diri sendiri Tingkah laku distraksi (jalanjalan, menemui orang lain, aktifitas berulang) Respon otonom (diaporesis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dilatasi

pupil) Perubahan otonom dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang, mengeluh) Perubahan dalam nafsu makan

- Lamanya episode nyeri - Ekspresi mulut ketika nyeri - Ekspresi muka ketika nyeri - Kegelisahan - Tegangan otot - Keringat - Kehilangan nafsu makan Tingkat Kenyamanan - Laporkan kesehatan fisik - Laporkan kepuasan dengan kontrol gejala - Laporkan kesehatan

- Cek riwayat alergi obat - Pilih analgesik yang tepat atau kombinasi analgesik ketika lebih dari satu obat yang diresepkan - Monitor tanda tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat analgesik narkotik dengan dosis pertama - Dokumentasikan respon analgesik dan dampak negative

Faktor yang berhubungan: Agen cedera (biologi, psikologi, kimia, fisika)

kejiwaan - Mengungkapkan kepuasan dg fisik disekeliling - Mengungkapkan kepuasan dg hubungan sosial - Mengungkapkan kepuasan spiritual - Laporkan kepuasan dg tingkat kemandirian - Mengungkapkan kepuasan dg kontrol nyeri Tak ada manifestasi dehidrasi, Rresolusi oedema, Pantau: Tanda-tanda vital, evaluais nadi perifer, pengisian kapiler. Warna

Resiko Deficit Volume Cairan Batasaan Karakteristik: Kehilangan berlebihan

melalui rute normal dan atau abnormal (perdarahan).

Elektrolit serum dalam batas normal, Haluaran urine di atas 30 ml/jam.

urine. Masukan dan haluaran. Status umum setiap 8 jam. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap. Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi. Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. Perthanakn kleuhan haus. Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam sesuai toleransi tubuh. Kolaborasi: Berikan cairan IV sesuai indikasi.

Kelemahan Batasan Karakteristik: Penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan; perubahan

Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas. Kelemahan dan kelelahan berkurang. Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan. Frekuensi jantung/irama

Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa diganggu. Rencanakan perawatan utk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktifitas periodic bila pasien mempunyai energi banyak. Libatkan

dan Td dalam batas normal.

kimia tubuh; perdarahan.

Kulit hangat, merah muda dan kering

pasien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan. Dorong masukan nutrisi. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.

Kurangnya pengetahuan

- Mendiskripsikan proses penyakit - Mendiskripsikan faktor

- Berikan penilaian tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang specific - Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit - Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Batasan karakteristik: - Instruksi yang tidak akurat - Keterbatasan kognitif - Verbalisasi masalah

penyebab - Mendiskripsikan komplikasi - Mendiskripsikan tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi

- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat - Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi yang akan datang 5 Resiko Infeksi Faktor Resiko: Penyakit kronis Ketidakadekuatan imunitas yang spesifik/dibutuhkan Pertahanan primer tidak adekuat (misalnya: kerusakan kulit, kerusakan jaringan, penurunan aksi silia, stasis of body fluids, change in pH secretions, altered peristalsis) Pertahanan sekunder tidak adekuat ( misalnya: penurunan kadar Pengetahuan : Pengendalian infeksi - Menjelaskan tanda dan gejala - Menjelaskan perawatan untuk infeksi yang terdiagnosa Pengendalian resiko - Mengembangkan strategi pengendalian resiko efektif - Mencegah pemaparan yang dapat mengancam kesehatan Integritas jaringan : Kulit dan membran mukosa Perilaku perawatan : Penyakit dan perlukaan - Patuh pada anjuran Control infeksi - Membersihkan lingkungan setelah digunakan pasien - Cuci tangan sebelum & sesudah perawatan pasien - Meningkatkan intake nutrisi dan cairan - Memastikan teknik perawatan luka yg benar. Proteksi dari Infeksi - Pantau tanda & gejala infeksi baik secara local atau sistemik - Pantau factor-faktor yg rentan thdp infeksi - Inspeksi luka insisi/bedah - Inspeksi kulit & membrane mukosa dari kemerahan, hangat dan

hemoglobin, leukopenia, suppressed inflammatory response) pemaparan lingkungan terhadap patogen kekebalan tubuh Prosedur invasif Pengetahuan yang kurang Ruptur prematur dari membran amnion Trauma Kerusakan jaringan 6 Cemas Batasan karakteristik: Scaning kewaspadaan Kontak mata yang buruk Ketidakberdayaan meningkat Kerusakan perhatian dan

tindakan pencegahan - Melaksanakan perawatan diri yang sesuai dengan kemampuan

adanya drainase - Ajari pasien & keluarga mengenai tanda & gejala infeksi dan kapan harus melapor pd petugas.

- Pantau intensitas kecemasan - Menyingkirkan tanda kecemasan - Mencari informasi untuk menurunkan cemas - Mempertahankan konsentrasi - Laporankan durasi dari episode cemas - Memanajemen masalah - Melibatkan anggota keluarga dalam membuat

- Tenangkan klien - Jelaskan seluruh posedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan - Berikan informasi diagnosa, prognosis, dan tindakan - Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan - Gunakan pendekatan dan

keputusan - Mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional - Menunjukkan strategi penurunan stress - Menggunakan support sosial

sentuhan, untuk meyakinkan pasien tidak sendiri. - Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan - Hargai pemahamnan pasien tentang pemahaman penyakit - Sediakan pilihan yang realisis tentang aspek perawatan saat ini - Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan - Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya diakhiri dengan abortus. Dan kejadian abortus sangat banyak ditemukan yang merupakan salah satu dari perdarahan dalam masa kehamilan. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus ada 2 macam, baik itu spontan maupun buatan. Dan masing-masing dari abortus ini terbagi lagi. Sehingga ada banyak bentuk-bentuk abortus yang kita temui. Ada banyak faktor yang mempengaruhi abortus dalam kehamilan baik itu dari faktor ibu, bapak, janin dan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya abortus atau kehamilan yang tidak dapat dipertahankan. B. SARAN Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah: a. Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai hal-hal yang patologi dalam kehamilan khususnya abortus dalam kehamilan. b. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan program kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi dini terhadap kehamilan-kehamilan yang beresiko. Kepada masyarakat luas dapat membantu dan mematuhi program kesehatan yang telah dicanangkan pemerintah maupun instansi kesehatan sehingga mau bekerjasama dalam upaya peningkatan tingakat kesehatan masyarakat, terutama menyangkut kehamilan yang beresiko ini.

DAFTAR PUSTAKA

Monsjoer,arif.2001.kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.jakarta:media aesculapius. Prawirohardjo,sarwono.2008.ilmu kebidanan edisi keempat.jakarta:PT.bina pustaka Prawirohardjo,sarwono.2007.ilmu kebidanan edisi ketiga.jakarta:PT.bina pustaka Wiknjosastro,hanifa.2005.ilmu kandungan edisi 2.jakarta.yayasan bina pustaka. Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika Wiknjosastro,hanifa dkk.2006.pelayan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Hidayat, Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogyakarta:Nuha Medika

Você também pode gostar