Você está na página 1de 12

Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kri s ten, dan Islam) dan agama

bumi (Hindu, Buddha , dll) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini. Agama bumi dan agama langit. Dr. H.M . Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya Empat Kuli y ah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan aga m a-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Bud h a. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia Duta Wacana di Yogyakarta sebagai berikut: Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacammacam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adala h satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama. 1) Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul Agama Islam a dalah Agama Samawi Terakhir Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh. Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Quran sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil). Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pendangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan? Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satusatunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-

satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God). Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah m e milikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya. Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya. Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agamaagama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain. Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian L ama dan P erjanjian B aru yang terdapat di dalam A l-Quran? Apakah bagianbagian itu dipinjam da ri Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu? Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada agama langit) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, menurunkan wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan agama langit itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit. Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden) . Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di

bumi seperti Rama dan Krishna menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara. Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika truth claim yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar, dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat. Pandangan supremasis ini membawa serta sikap triumpalis, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu cara apapun itu berarti kekerasan, perang, penaklukan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama. Masalah wahyu Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi. Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh. Pertama, kesalahan mengenai fakta. Kitab-suci kitab-suci agama in i, menyatakan bumi in i datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataa nn ya bumi in i bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih da ri tujuh, bumi te ta p saja bergoyang, karena gempat. Ked u a, kontradiksi- kontradiksi. Banyak terdapat kontradiksi - kontradiksi intra maupun anta r kitab suci - kitab suci agamaagama in i. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuha n (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Quran mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan H agar, budak Ibrahim yang asal Mesir

Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), seangkan Quran menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan. Ketiga, kesalahan strukt u r kali m at atau tata b ahasa. Di dalam kitab-kitab suci in i terdapat doa-doa, kisah-kisah, b erita - berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (da ri obyek be r ita, dalam hal in i Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya s e ndiri, seperti Allah, Yahweh , dl l . Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata - kata atau kalimat-kalimat pe j oratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui in i pastilah dibuat ol e h manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri. Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian. Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit in i banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Quran terdapat ayat - ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal in i , betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran - ajaran kebeneian in i menjadi sumber kekerasan sepanjang massa? Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang m e nurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu keben c ian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan). Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma da ri agama - agama lain, bahkan da ri komunitas yang mereka sebut pen y embah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti ha ri kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan ter akhir dipinjam oleh agama Yahudi da ri agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam da ri leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno . Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran da ri agama-agama atau tradisi buatan manusia? Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AIQuran masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengena i kedua kitab suci in i. Bahwa kedua kitab suci in i mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. I a meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.

Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya. Kesimpulan. Tidak ada kriteria yang disepa k ati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena - mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal in i sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan I slam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka. Di samping it u tidak ada saksi dan bukti untuk m e mverifikasi dan mem fal sifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu da ri Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adala h isi atau ajara n yang dikandung kitab suci - kitab suci itu apaka h ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai - nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, keb a ikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan? Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat , menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak peoggolongan in i menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhir n ya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasi l nya ada l ah kekerasan. Melihat berbaga i cacat da ri kitab suc i- kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang da ri Tuhan, tetapi da ri manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan- T uhan mereka adalah buatan manusia. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi in i tidak dipergunakan di dalam ba i k buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. D ianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abraham ik dan agama Timur. (Ngakan Putu Putra sebagaian bahan da ri SATS ; SemuaAgama Tidak Sama ). Catatan kaki: I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53 2). Lihat Kare n Amstrong : A History of God 3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648. 4). Ibid hal 720. (Sumber: Majalah Media Hindu Edisi 35, Januari 2007)

Agama Langit, ciptaan siapakah?


Agama Samawi Tergelitik hati saya untuk membahas agama samawi dilihat dari sisi sejarah dan secara realistis, Agama samawi yaitu Islam, Kristen dan yahudi. Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal).Dilihat dari asal-usulnya ketiga agama ini merupakan agama serumpun. Lahir dan berakar sama-sama dari nabi Ibrahim Agama ini sama-sama mengenal tuhan yang maha esa. Meskipun cara penyembahan yang berbeda-beda tapi saya yakin ada missing link diantara ketiga agama samawi ini. walaupun saya bukan seorang yang mendalami ilmu teologi tapi saya mencoba mengungkapkan pandangan-pandangan saya selama ini. Yahudi lahir lebih dahulu daripada dua lainnya, Islam dan Kristen. Agama ini dibawa oleh Musa/Moses dan resmi diajarkan setelah Musa menerima 10 perintah Yahweh di bukit sinai. Sebenarnya bibit-bibit kepercayaan terhadap tuhan yang esa sudah ada sebelum ajaran musa, namun karena masih banyaknya kepercayaan orang pada saat itu kepada dewa-dewa seperti di mesir, mesopotamia, dan pada saat itu bangsa israil menghadapi bangsa Canaan, mesir dan Philistin yang mereka anggap kafir dan antagonis. Awalnya Ibrahim yang hidup di daerah mesopotamia yang menyembah bintang membangkang terhadap kaumnya karena ia pikir tuhan itu bukan lah berwujud benda langit, tapi suatu dzat yang tidak bisa dijamah oleh manusia. Anaknya melalui sarah, ishak juga melanjutkan ajaran bapaknya hingga Yaqub cucunya dan Yusuf cicitnya. Tapi setelah zaman Musa-lah ajaran yahudi resmi diajarkan dengan kitab taurat atau yang sering disebut dengan prjanjian lama. Sedangkan kristen, agama yang lahir dari pembaharuan ajaran yahudi yang dianggap telah menyimpang pada saat itu, dan diutuslah Isa Almasih yang akhirnya dipuja sebagai tuhan oleh umat nasrani, Islam agama samawi terakhir lahir pada zaman jahilliah bangsa arab bar-bar di mekkah dan memuja Allah sebagai yang maha kuasa. Karen Amstrong dalam bukunya A History of God mengatakan bahwa asal mula sejarah bangsa Yahudi menganggap tuhan Yahweh adalah sebagai dewa perang dan umat kristen mengatakan jesus salah seorang dari trinitas sebagai tuhan dan tuhan Allah islam berasal dari dewa hujan yang merupakan dewa tertinggi pada kepercayaan masyarakat arab pada saat itu. Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya. Masing-masing dari agama tersebut menerima wahyu dari tuhan, bagaimana kedudukan perjanjian lama pada perjanjian baru, bagaimana kedudukan perjanjian lama dan perjanjian baru dalam al-quran, terdapat kisah-kisah yang sama dan menarik untuk dibahas. Apakah bagianbagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau

persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu? Atau dapat disimpulkan kitab-kitab itu ciptaan manusia? Yang jelas wahyu tersebut dikirim kepada rasul yang menerima nya melalui malaikat, menurut keyakinan umat kristen malaikat yang menyampaikan wahyu adalah malaikat Gabriel, dan dalam islam nama malaikatnya Jibril. Lha,sepertinya ada kesamaan nama diantara Gabriel (baca:Jebreiil) dan Jibril. Apakah malaikat ini adalah orang yang sama? Kenapa mengabdi kepada dua tuhan yang berbeda? Pertanyaannya benarkah kitab-kitab suci itu wahyu tuhan? Apabila memang kitab ini memang wahyu tuhan pastilah bebas dari kesalahan walau kesalahan kecil sekalipun. Namun dapat kita lihat bahwa banyak kesalahan diantaranya: Pertama, kesalahan mengenai fakta. Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini pusat tata surya dan seluruh benda langit, serta berbentuk datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi in i bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempa. Kedua, kontradiksi- kontradiksi. Banyak terdapat kontradiksi - kontradiksi intra maupun antar kitab suci - kitab suci agamaagama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Ishak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Quran mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), seangkan Quran menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan. Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa. Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita - berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh , dll . Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata - kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri. Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian. Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Quran terdapat ayat - ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini , betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran - ajaran kebeneian in i menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang m enurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan). Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama - agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno . Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran da ri agama-agama atau tradisi buatan manusia? NB: tulisan ini hanya bentuk dari pikiran seorang yang dangkal dan gila (baca gila) seperti saya, yang membuat pembaca harus hati-hati dalam membaca tulisan ini) baca juga Surat Gugatan, sebuah surat dari iblis kepada tuhannya Referensi : Karen Amstrong : A History of God Semua Agama Tidak Sama Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash : Light of TruthIbid Majalah Media Hindu Edisi 35
http://catra.wordpress.com/2008/05/12/agama-langit-ciptaan-siapakah\

Agama Langit dan Agama Bumi


Wednesday, 29 August 2007

Di suatu sore di Surabaya yang panas. Sehabis kuliah, tapi enggan pulang. Seperti kebiasaan mahasiswa lainnya, saya memilih cangkruk di kampus. Kebetulan ada teman. Kami berbincang banyak hal, mulai dari politik, kampus hingga masalah musik. Entah kenapa tiba-tiba obrolan ini berbelok arah menjadi perbincangan agama. Menurut teman saya ini, agama diklasifikasikan menjadi 2, yakni agama langit (samawi) dan agama bumi. Agama langit adalah agama-agama yang diturunkan dari langit, berdasarkan wahyu Tuhan yang diterima oleh orangorang suci. Agama bumi adalah agama-agama ciptaan manusia tanpa

adanya wahyu dari Tuhan, atau agama pagan. Hindu dan Budha merupakan salah satu contoh dari agama bumi. Terlepas dari semuanya, dikotomi pengklasifikasian ini secara akal sehat akan susah dibuktikan kebenarannya. Karena ketika kita berbicara masalah pengklasifikasian, maka kita pasti berbicara mengenai standar-standar tertentu yang dijadikan patokan untuk pengklasifikasian tersebut. Permasalahannya, standar apa dan yang mana yang akan dipakai dalam mengklasifikasikannya. Dan akan sangat jelas objektifitas ilmu pengetahuan tidak akan berlaku disini. Warna subjektif akan terasa kental karena akan didasari oleh maksud-maksud tertentu yang dipergunakan untuk membela ranah-ranah pribadi, dalam hal ini agama yang diyakini. Siapa yang akan menjamin menjamin standar tersebut akan objektif adanya? Dan siapa pula yang dapat membuktikan bahwa klasifikasi tersebut tidak akan condong mengarah pada satu kepentingan agama tertentu saja. Maka jadilah klasifikasi tak bertanggungjawab yang tak bisa dibuktikan kebenarannya. Oleh karenanya, tehadap pernyataan kawan saya tadi, saya hanya bisa menjawab sekenanya. Agama bumi diciptakan untuk kepentingan hidup manusia di bumi. Oleh karenanya sifatnya membumi. Sebab tujuan diciptakan memang untuk membawa kedamaian bagi makhluk bumi. Walau tak jarang dalam prakteknya tidak sedikit kesengsaraan ditimbulkan. Tapi harap maklum, karena ia cuma agama ciptaan manusia. Sedangkan agama langit diciptakan untuk kebaikan di langit. Oleh karena itu, sifatnya membumbung tinggi dilangit. Karena diciptakan untuk kebaikan di langit, maka ketika diturunkan ke bumi ia menjadi tidak cocok. Tidaklah heran bila mendapati catatan sejarah bahwa selama 2 milenium ini banyak darah yang tertumpah, baik secara langsung maupun tidak langsung, karenanya. Dan tidak usah heran pula bila melihat kenyataan bahwa diantara pemeluk agama-agama langit sejak dulu saling berperang dan saling mengkafirkan satu sama lain. Sangat susah menjaga objektifitas pemikiran diluar ranah ilmu pengetahuan. Terlebih lagi dalam hal agama. Sama seperti jawaban saya diatas. Walau saya berusaha mati-matian berteriak sampai serak bahwa jawaban itu sifatnya objektif, tetap saja banyak yang tidak percaya. Dan salah satu orang yang paling tidak percaya bahwa jawaban saya ini bersifat objektik, adalah saya sendiri.
http://www.meonx.com/2007/08/agama-langit-dan-agama-bumi/

Bagaimana sebuah agama bisa dikatakan sebagai agama yang baik? Pertanyaan ini tentu akan mengundang bermacam-macam jawaban, tergantung kepada siapa pertanyaan itu dilontarkan. Tak menutup kemungkinan masing-masing individu akan berlomba-lomba mengatakan bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang terbaik sekaligus yang terbenar. Tentu saja menganggap agama yang dianut adalah sebuah kebaikan dan kebenaran tentu adalah hal yang bisa dimaklumi. Tapi jika persepsi subyektif semacam ini juga melahirkan pemikiran bahwa, karena agama yang dianut adalah satu-satunya kebenaran, maka agama yang lain adalah sesuatu yang tidak benar, tidak baik, dan karena itu para pemeluknya harus kita musuhi, tentu itu menjadi sebuah permasalahan tersendiri bagi kita yang hidup di negeri multikultur semacam Indonesia ini. Dalam alam multikultur seperti ini, semangat toleransi hendaknya ditumbuhkembangkan dalam masing-masing pribadi. Namun semangat penumbuhkenbangan toleransi ini kadangkala tak mendapat dukungan dari beberapa pihak yang tak menghendaki kita hidup damai dalam alam pluralitas, termasuk para pemuka agama yang masih berpikir menggunakan pakem lama tentang agama dogma. Ilmu perbandingan agama yang harusnya menjadi sebuah keniscayaaan dipelajari ketika kita menginginkan kesejajaran semua umat beragama dalam jenjang yang sama, kadangkala hanya sekedar menjadi ilmu formal yang dipelajari di sekolah-sekolah teologi yang tidak bisa bertindak obyektif, dimana rumus yang berlaku adalah A+B+C=A, yaitu ilmu perbandingan agama yang mempelajari tentang keberadaan agama lain tapi ujung-ujungnya selalu kembali kepada kebenaran mutlak agama yang dianut saja. Dan kadangkala proses pembelajaran semacam ini mengalami dekadensi fungsi dimana proses belajar tak lagi bertujuan untuk menempatkan berbagai macam agama dalam derajat yang sama sebagai sebuah hasil budaya, tapi hanya sekedar mencari kekurangankekurangan agama lain untuk dijadikan alat propaganda demi pembenaran atas agama yang dianut. Belum lagi sistem teologi aqidah yang mewajibkan kita untuk hanya mempelajari agama yang dianut dengan menutup mata dan telinga atas keberadaan agama lain yang ada di sekeliling kita. Rumus yang berlaku disini adalah A+A+A=A. Umat beragama semacam ini bisa diibaratkan sebagai umat berkaca mata kuda yang hanya sekedar bisa melihat ke satu arah, tanpa memberikan kesempatan bagi keberadaan otaknya untuk menelaah dan mencoba mempelajari fenomena yang ada di sekitarnya. Keberadaan umat semacam inilah yang melahirkan fundamentalisme dan puritanisame yang mengancam kehidupan keberagaman dan keberagaamaan di bumi ini, karena mereka hanya memandang kebenaran dari satu sudut pandang yang mereka yakini tanpa pernah membuka mata terhadap berbagai pendapat dari golongan lain. Dan yang disesalkan, fenomena pemikiran semacam ini tak hanya menjangkiti umat beragama kita yang berpendidikan

rendah saja, melainkan juga dianggap sebagai kebenaran oleh para ulama dan pemuka agama yang mempunyai basis massa kuat, sehingga hal ini akan lebih menumbuhkembangkan fundamentalisme dan semangat totalitarianisme yang semakin mengancam semangat pluralisme di negeri ini. Belakangan ini ada beberapa pihak yang beranggapan bahwa pluralisme akan mengancam kesucian aqidah sebuah agama. Padahal ketika kita hidup di alam multikultur yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, etnis, ras seperti negeri kita ini, semangat ini menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan demi menjaga persatuan dan eksistensi sebuah bangsa. Bahkan semangat semacam ini sebenarnya bukan lagi sesuatu yang baru bagi kita. Jauh hari sebelum keberadaan negeri ini, semangat pluralisme sebenarnya sudah menjangkiti para pemimpin di masa lalu. Lihat saja proses akulturasi budaya di masa lalu yang masih bisa kita nikmati saat ini yang mencerminkan semangat saling menghargai perbedaan diantara umat manusia. Lihat bagaimana kesenian wayang dan gamelan yang sebenarnya adalah kebudayaan jawa digunakan oleh para wali untuk mengembangkan islam di negeri ini. Lihat juga alat musik beduk yang saat ini menjadi simbol agama islam yang sebenarnya adalah salah satu alat musik yang berasal dari negeri cina. Belum lagi keberadaan kubah di masjid yang sebenarnya adalah adopsi dari bangunan-bangunan di eropa. Tapi lihat apa yang ada di negeri tercinta kita saat ini? Masing-masing pihak saling berlomba-lomba untuk memonopoli kebenaran, hingga akhirnya melahirkan kasus kekerasan di Poso, Ambon, Bom Bali, dan; yang belakangan marak di sudut-sudut negeri; kasus kekerasan oleh massa FPI terhadap orang-orang yang dianggap tak menghargai bulan puasa. Dalam kondisi yang semakin mengkhawatirkan semacam ini, hendaknya masing-masing pihak mulai belajar menggunakan kecemerlangan logika dan nurani, hingga bisa berpikir jernih demi mencipta kedamaian bersama. Tak ada salahnya sesekali membuka mata untuk sekedar mencoba memahami seperti apa kebenaran yang dipercayai oleh tetangga atau teman-teman kita. Sehingga yang tercipta adalah rumus A+B+C = A+B+C, dimana meski masingmasing agama berada di ruang lingkup yang sama, masing-masing dari mereka tetaplah menyimpan keunikan tersendiri. Hilangkan buruk sangka bahwa semangat pluralisme semacam ini akan merusak aqidah karena terkesan mencampuradukkan ajaran agama. Karena semua ini hanya bertujuan untuk mencipta kedamaian dimana masing-masing dari kita belajar menempatkan sesuatu di posisi yang semestinya. Kita sebagai manusia adalah makhluk-makhlik gelisah yang akan terus berusaha mencari apa yang dipercaya sebagai sebuah kebenaran. Dimana dan kebenaran macam apa yang akan ditemukan masing-masing individu, itu semua mutlak adalah sebuah kemerdekaan yang harus terlepas dari intervensi pihak manapun, entah itu orang tua, masyarakat, atau bahkan fatwa agama. Percayalah, bagi kita yang beragama islam pasti akan menjadi semakin islam, ketika kita bisa menghargai dan

memahami apakah nasrani itu, apakah hindu itu, apakah budha itu. Dan demikian juga berlaku sebaliknya. Kembali lagi ke pertanyaan di awal tulisan ini, agama semacam apa yang bisa dikatakan sebagai sebuah agama yang baik? Menurut saya agama yang baik adalah agama yang menapak di bumi, yang tidak hanya bicara tentang keindahan istana langit di pedalaman surga atau terus menerus bicara tentang panasnya api di neraka sana. Agama yang baik adalah agama yang mencerdaskan dan bisa memberikan sumbangan solusi atas segala macam permasalahan yang ada di dunia ini, yang akan menjamin kedamaian bagi sesama umat manusia. Karena jika tidak, agama tak lebih menjadi penyakit masyarakat yang hanya mengajarkan umat untuk merenda mimpi di siang hari. http://lintanglanang.blogspot.com/2007/10/agama-langit-agama-bumi.html

Você também pode gostar