Você está na página 1de 5

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

Anak yang berhadapan dengan hukum menunjukkan bahwa situasi sulit yang dihadapi oleh anak tidak hanya disebabkan oleh tindakan orang per orang tetapi juga dapat disebabkan oleh sistem yang dibuat oleh manusia, seperti halnya sistem hukum.
Tabel 7.3 Data Anak Berhadapan Dengan Hukum menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun 2008
NAMA KANTOR WILAYAH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU KEPULAUAN RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN KEPULAUAN BABEL LAMPUNG BENGKULU BANTEN DKI JAKARTA JAWA BARAT D.I.YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA GORONTALO SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI BARAT SULAWESI TENGGARA BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR TAHANAN ANAK L 64 7395 263 1457 648 221 2258 203 1451 331 333 3137 2545 176 14116 2713 557 364 589 348 306 79 163 664 175 646 124 192 188 P 3 101 9 63 14 0 15 18 22 5 70 300 83 1 50 107 19 17 1 35 7 5 8 75 0 10 8 11 6 JML 67 7496 272 1520 662 221 2273 221 1473 336 403 3437 2628 177 14166 2820 576 381 590 383 313 84 171 739 175 656 132 203 194 L 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 14 0 2 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 3 ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN ANAK SIPIL P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 JML 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 15 0 2 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 3 ANAK NEGARA L 12 9 24 0 0 0 17 5 0 6 120 0 0 9 142 317 36 11 0 15 10 0 16 10 0 0 43 0 10 P 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 3 0 0 10 19 0 18 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 JML 13 9 24 0 0 0 17 5 0 6 124 3 0 9 152 336 36 29 0 15 10 0 16 16 0 0 43 0 10 L 89 5932 374 2132 280 310 3910 219 1364 432 2722 1605 1992 289 2216 2007 792 610 290 831 491 155 212 993 62 488 248 272 713 ANAK PIDANA P 6 129 1 77 50 7 6 54 80 6 449 111 34 35 64 19 83 22 987 34 4 6 12 62 0 2 10 19 10 JML 95 6061 375 2209 330 317 3916 273 1444 438 3171 1716 2026 324 2280 2026 875 632 1277 865 495 161 224 1055 62 490 258 291 723

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

1|P age

30 31 32 33

MALUKU MALUKU UTARA PAPUA PAPUA BARAT JUMLAH

15 5 55 7 41.788

0 3 0 0 1.066

15 8 55 7 42.854

0 0 0 0 35

0 0 0 0 1

0 0 0 0 36

0 0 0 0 812

0 0 0 0 61

0 0 0 0 873

98 30 111 42 32.311

0 0 0 0 2.379

98 30 111 42 34.690

sumber : dirjen pemasyarakatan, dephukham

Di Indonesia, jumlah anak-anak yang berhadapan dengan hukum cukup banyak seperti data yang dikumpulkan oleh Dirjen pemasyarakatan, Dephukham jumlahnya mencapai kurang lebih 78 ribu anak baik laki-laki maupun perempuan, yang tersebar menurut kasus dan wilayah provinsi. Jumlah anak yang berhadapan dengan hukum banyak terjadi pada wilayah dengan jumlah penduduk padat seperti Jawa dan Sumatera, berdasarkan data tersebut tertinggi terjadi 5 wilayah provinsi tertinggi adalah Jawa Tengah, Sumatera Utara, D.K.I Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Tabel. 7.4

N0. KEKERASAN SEKS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. PENCABULAN PEMERKOSAAN PERSETUBUHAN BAWA LARI ANAK SODOMI PELECEHAN SEKS KDRT ABORSI
DATA SEMENTARA

JUMLAH KSS

KEKERASAN FISIK

JUMLAH KSS 280 60 50 45 1 3 10 15 464 KSS

145 PENGANIAYAAN 130 CURI 35 CURAS 10 CURAT 4 BAWA SENJATA TAJAM 10 PEMERASAN 10 PEMBUNUHAN 3 PENGEROYOKAN 347 KSS
DATA SEMENTARA

Kemudian Bareskrim Mabes POLRI juga mencatat selam periode Januari Desember 2008 Anak yang Berhadapan dengan Hukum mencapai kurang lebih 800 anak, baik kekerasan seks dan kekerasan fisik, untuk itu masih diperlukan upayaupaya penanganan yang lebih komprehensif agar hak-haknya tetap dapat terlindungi.
2|P age

Menurut Herlina, 2007 bahwa sebagian besar anak berhadapan dengan hukum adalah anak yang berasal dari keluarga miskin, kebanyakan orangtua dari mereka berlatar belakang: sopir, pembantu rumah tangga, pedagang, petani, buruh bangunan, pensiunan, dan lain-lain dengan pendapatan minim dan tidak menentu.

Tabel 7.5 Narapidana dan tahanan anak Berdasarkan Jenis Kelamin No. 1. 2. Penghuni Narapidana Tahanan Laki-Laki 2.161 1.838 3.999 Perempuan 121 181 302 Jumlah 2.282 2.019 4.301

Jumlah Keseluruhan
Sumber: Dirjen Pemasyarakatan, 2008

Dirjen Pemasyarakatan, DepHukHam juga mencatat tentang jumlah narapidana. Menurut Dirjen Pemasyarakatan, DepHukHam selama kurun waktu tahun 2008 terdapat 4.301 narapidana dan tahanan anak, dengan rincian narapidana anak (2.282 anak) dan tahanan anak (2.019 anak), sudah dapat dipastikan secara umum didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, namun demikian ada hal yang menarik bahwa terdapat tahanan anak perempuan sebanyak (181 orang) dan narapidana anak perempuan sebanyak 121 orang. Meskipun jumlah anak berhadapan dengan hukum selalu meningkat, namun sampai saat ini jumlah lapas khusus anak belum semua pemerintah daerah memiliki lapas bagi anak. Sampai saat ini telah terdapat 16 provinsi yang memiliki Lapas Anak. Sementara di beberapa provinsi yang lain yang belum memiliki Lapas khusus anak, dicampur dengan tahanan dewasa, namun blok kamarnya dibedakan. Adapun ke 16 (enam belas) Lapas Anak tersebut meliputi: (i) Medan, Sumut, (ii) Sumbar, Tanjung Pati (iii) Riau, Pekanbaru, (iv) Jambi, Muna Bolian (v) Palembang, Sumatera Selatan (vi) Kota Bumi, Lampung (vii) Kutoarjo, Jateng, (viii) Tangerang (Perempuan), Banten, (ix) Tangerang (Laki-laki), Banten (x) Sungai Raya, Kalimantan Barat (xi) Martapura, Kalimantan Selatan, (xii) Tomohon, Sulawesi Utara (xiii) Pare-Pare, Sulawesi Selatan (xiv) Gianyar, Bali (xv) Kupang, NTT; dan (xvi) Blitar, Jawa Timur

3|P age

Tabel. 7.6 Data Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Tahun 2001 2007 Berdasarkan Usia Pelaku
Usia (Thn) <16 16 19 20 24 25 29 > 29 Rata2/ Tahun 124 1,789 6,136 6,376 9,938 24,372

NO. 1 2 3 4 5

2001 25 501 1,428 1,366 1,604

2002 23 494 1,755 1,386 1,652

2003 87 500 2,457 2,417 4,256

2004 71 763 2,879 2,888 4,722

2005 127 1,668 5,503 6,442 9,04

2006 175 2,447 8,383 8,105 12,525 31,635

2007 110 2,617 8,275 9,278 15,889 36,169

Total 618 8,990 30,68 31,882 49,688 121,858

JUMLAH 4,924 5,31 9,717 11,323 22,78 Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2008 (www.bnn.go.id)

Perkembangan kasus Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya (Napza) di Indonesia saat ini perkembangannya cukup mengkhawatirkan karena menjadi korbannya telah menjangkau anak usai sekolah. Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba. Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara fisik maupun mental. Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis uap yang dihirup. Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari

4|P age

beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya
(riset BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia).

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.858.korban. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya. Hal ini menegaskan bahwa sangat diperlukannya perlindungan anak dari bahaya narkoba. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

5|P age

Você também pode gostar