Você está na página 1de 601

1

Strategi Politik
Edisi Cetakan Ketiga, Maret 2010


Peter Schrder












Friedrich-Naumann-Stiftung fr die Freiheit, Indonesia


2

Strategi Politik (Politische Strategien)
Edisi asli dan pertama dalam bahasa Jerman
Penerbit: Nomos, Baden-Baden, 2000
Dicetak di Jerman. Hak cipta dilindungi undang-undang, termasuk hak pencetakan ulang
kutipan-kutipan, copyright dan penerjemahan.


Strategi Politik
Edisi Bahasa Indonesia, Desember 2003 (edisi pertama)
Edisi revisi untuk Pemilu 2009, Desember 2008
Edisi Cetakan Ketiga, Maret 2010
Edisi Revisi oleh Penulis, Juni 2013
Penerbit: Friedrich-Naumann-Stiftung fr die Freiheit, Indonesia

Penerjemah: Aviantie Agoesman

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dipersilakan mengutip atau memperbanyak sebagian isi buku ini
dengan seizin tertulis dari penulis dan/atau penerbit.

Indeks
ISBN: .

Friedrich-Naumann-Stiftung fuer die Freiheit
Jl. Kertanegara No. 51, Kebayoran Baru, Jakarta 12110
Tel.: 62-21-7256012-13
Fax: 62-21-7279 9539
E-mail: Jakarta@fnst.org
www.fnf-indonesia.org


3


Daftar Isi
1. Pengantar
2. Pendahuluan

3. Perencanaan strategi mengapa diperlukan?
3.1 Pertarungan untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh
3.1.1 Strategi-strategi politik
3.1.2 Strategi untuk kampanye Pemilihan Umum (Pemilu)
3.1.3 Strategi-strategi karir
3.2. Perencanaan taktis
3.2.1 Membedakan antara perencanaan taktis dan perencanaan strategis
3.3. Pengaruh berbagai budaya terhadap perumusan strategi

4. Metode-metode perencanaan strategi
4.1. Pendekatan metodologis: kemiliteran, berorientasi pasar, politis
4.2. Model kemiliteran
4.2.1 Hakekat perang
4.2.2 Lokasi perang
4.2.3 Saat yang tepat (timing) untuk perang
4.2.4 Bobot titik berat
4.3. Model perencanaan korporasi
4.4. Model perencanaan politis
4.4.1 Proses perencanaan strategis dengan menggunakan pola SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats)
4.4.2 Visi, pernyataan misi, tujuan, bidang-bidang hasil kunci dan indikator kinerja
4.4.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan analisa lingkungan eksternal
4.4.4 Evaluasi internal (penilaian)
4.4.5 Analisa SWOT
4.4.6 Pemilihan strategi dan implementasinya

4

4.4.7 Metode perencanaan konseptual

5. Perencanaan konseptual
5.1. Sepuluh langkah perencanaan
5.2. Merumuskan misi
5.3. Penilaian situasional dan evaluasi
5.3.1 Pengumpulan fakta
5.3.2 Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
5.3.3. Analisa kekuatan dan kelemahan
5.3.4. Umpan balik misi (feedback)
5.4. Perumusan sub-strategi
5.4.1 Menyusun tugas-tugas
5.4.2 Merumuskan strategi
5.4.3 Mengevaluasi strategi
5.5. Perumusan sasaran
5.6. Target image (citra yang diinginkan)
5.7. Kelompok-kelompok target
5.8. Pesan kelompok target
5.9. Instrumen-instrumen kunci
5.10. Implementasi strategi
5.11. Pengendalian strategi

6. Misi apa yang harus direncanakan?
6.1. Contoh-contoh beserta komentar
6.2. Misi: antara realisme, optimisme dan pesimisme
6.3. Masalah dalam penggambaran tujuan besar strategi

7. Pengumpulan fakta
7.1. Membuat penggambaran
7.1.1 Kasus 1: Pembukaan sebuah pasar pemilih di Afrika Selatan

5

7.1.2 Kasus 2: Formula untuk pemberantasan korupsi
7.1.3 Kasus 3: Regulasi untuk perjuangan melawan terorisme
7.2. Pengumpulan fakta beberapa faktor
7.3. Produk profil, individu, program, kompetensi, kinerja
7.3.1 Profil
7.3.2 Individu
7.3.3 Program
7.3.4 Kompetensi
7.3.5 Kinerja
7.3.6 Problem keselarasan
7.4. Multiplikator, aliansi
7.4.1 Motivasi/ketertarikan
7.4.2 Efektivitas
7.4.3 Biaya
7.5. Sumberdaya
7.5.1 Sumberdaya manusia
7.5.2 Sumberdaya finansial
7.5.3 Struktur
7.5.4 Jejaring
7.6. Kepemimpinan
7.7. Komunikasi
7.8. Sasaran-sasaran

8. Pengumpulan fakta fakta-fakta tentang pesaing
8.1. Fakta-fakta tentang pesaing politik
8.2. Mendapatkan informasi tentang lawan/pengumpulan data intelijen

9. Pengumpulan fakta - fakta- faktor lingkungan eksternal
9.1. Struktur masyarakat
9.1.1 Rakyat/pemilih

6

9.1.2 Perilaku
9.1.3 Kebutuhan
9.2. Perubahan masyarakat
9.2.1 Perubahan nilai
9.2.2 Perubahan struktur
9.2.3 Perubahan perilaku
9.2.4. Perubahan dalam kebutuhan
9.2.5. Perubahan teknologi
9.3. Kecenderungan/tren-tren politik
9.4. Komunikasi
9.5. Kerangka persyaratan
9.5.1 Perundang atau undang-undangan
9.5.2 Ancaman
9.5.3 Intervensi
9.5.4 Jadwal pasti

10. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
10.1. Kekuatan-kekuatan
10.2. Kelemahan-kelemahan
10.3. Fakta-fakta yang bukan merupakan kekuatan maupun kelemahan
10.4. Kelemahan yang ada, yang tidak relevan dengan misi atau tidak
dapat diubah
10.5. Matriks kekuatan dan kelemahan
10.6. Analisa matriks
10.7. Keunggulan Strategis berdasarkan kekuatan adalah relatif
10.7.1 Analisis kekuatan berdasarkan penggunaan di dalam strategi

11. Umpan-balik dan misi fase Kritis dalam perencanaan
11.1. Peran perencana strategi dalam proses perencanaan


7

12. Pemilihan strategi dan perumusan tugas-tugas strategis
12.1. Perumusan tugas (sub-strategi)
12.1.1. Perumusan tugas untuk kelemahan yang sama dan berulang dalam situasi
persaingan terbuka
12.1.2 Perumusan tugas untuk kelemahan yang terus berulang dalam situasi tidak
adanya persaingan terbuka
12.1.3 Urutan langkah dalam perumusan tugas
12.2. Prinsip-prinsip dasar perumusan strategi
12.3. Jenis-jenis strategi
12.4. Strategi ofensif
12.4.1 Strategi perluasan pasar
12.4.2 Strategi menembus pasar
12.5. Strategi defensif
12.5.1 Strategi mempertahankan pasar
12.5.2 Strategi melepas atau menyerahkan pasar
12.5.3 Tinjauan tentang pendekatan-pendekatan dalam berbagai strategi
12.5.4 Campuran strategi defensif dan ofensif
12.6. Pekerjaan dengan Faktor-faktor Penarik dan Pendorong (kampanye positif dan
kampanye negatif)

13. Pola-pola strategis khusus
13.1. Strategi untuk yang memimpin (leaders) dan yang membuntuti (followers)
13.2. Strategi yang bergantung pada urutan kejadian
13.2.1 Keputusan strategis menggunakan kejadian-kejadian berurutan
13.2.2 Keputusan strategis menggunakan langkah-langkah simultan
13.2.3 Strategi yang muncul dari dilema tahanan
13.2.4 Langkah-langkah strategis
13.2.5 Strategi bumi hangus
13.2.6 Strategi langkah-langkah kecil
13.2.7 Permainan jurang - Brinkmanship

8

13.2.8 Strategi dalam permainan jumlah nol dan bukan permainan jumlah nol
13.2.9 Strategi tak terduga
13.2.10 Strategi disinformasi
13.2.11 Strategi mengaku clearance
13.3. Prioritas untuk sub-strategi
13.3.1 Menyerang strategi lawan
13.3.2 Menghancurkan aliansi lawan
13.3.3. Menyerang lawan
13.3.4. Menduduki benteng lawan
13.4. Merumuskan strategi
13.4.1 Pemilihan isu
13.4.2 Karakteristik medan pertempuran
13.4.3. Pemusatan kekuatan
13.4.4 Politik penyerangan
13.4.5 Politik niche (celah)
13.4.6 Pertukaran antara kekuatan langsung dan kekuatan tidak langsung
13.5. Evalusasi perumusan strategi
13.5.1 Evaluasi subyektif untuk menetapkan pencapaian misi
13.5.2. Evaluasi objektif

14. Mendefinisikan sasaran-sasaran
14.1. Merumuskan sasaran
14.2. Sasaran-sasaran sebagai peralihan dari strategi menuju taktik
14.3. Evaluasi perumusan sasaran

15. Target image (citra yang diinginkan)
15.1. Fungsi target image
15.2. Penempatan diri (positioning)
15.3. Pengambilan keputusan: rasional atau emosional
15.3.1 Pengambilan Keputusan

9

15.4. Mendukung motif-motif untuk pengambilan keputusan
15.5. Argumen pemenuhan kebutuhan
15.5.1 Hirarki kebutuhan Maslow
15.5.2 Fokus pada tiga tingkat kebutuhan politis
15.5.3 Problem masyarakat heterogen
15.5.4 Pemilihan isu-isu yang tepat
15.6 Argumen kompetensi
15.7. Argumen fungsional
15.8. Argumen kepribadian
15.9. Penyesuaian citra terhadap citra yang diinginkan masyarakat
15.10. Target image - internal
15.11. Mengevaluasi target image
15.12. Contoh
15.12.1 Contoh: Target image Partai Neue Weg
15.12.2 Contoh: Target image untuk sebuah pemilihan walikota di Herwald
15.12.3 Contoh: Target image untuk kota Santa Mar
15.12.4 Contoh: Target image untuk sebuah pemerintahan
15.12.5 Contoh: Perumusan target image yang mestinya tidak dilakukan

16. Kelompok target
16.1. Kelompok target sosial
16.2. Kelompok target gaya hidup
16.3. Memperoleh kelompok target dari target image dan sasaran-sasaran
16.3.1. Contoh penyimpulan kelompok target yang diambil dari citra yang diinginkan
16.3.2. Contoh yang menggambarkan bagaimana menarik kelompok target dari
sasaran-sasaran
16.4. Akses formal ke kelompok target
16.5. Akses informal ke kelompok target
16.6. Akses medial ke kelompok target
16.7. Jejaring sosial dan Web 2.0

10

16.8. Multiplikator dan pemimpin opini (opinion leader)
16.9. Menentukan preferensi nilai kelompok target
16.9.1 Problem irisan
16.10. Aksesibilitas ke kelompok target
16.11. Evaluasi terhadap kelompok target dari target image
16.12. Umpan-balik terhadap sasaran
16.13. Umpan-balik terhadap misi

17. Pesan kelompok target
17.1. Pesan yang didefinisikan untuk masing-masing kelompok target
17.2. Pesan kelompok target bagi kelompok target yang disimpulkan
dari sasaran-sasaran
17.3. Problem insentif tambahan dan tumpang-tindihnya pasar informasi
17.4. Mengevaluasi target image kelompok target

18. Instrumen-instrumen kunci
18.1. Perilaku komunikatif kelompok politik
18.1.1 Propaganda
18.1.2 Iklan
18.1.3 Hubungan masyarakat (Public Relations/PR)
18.2. Media komunikasi
18.2.1 Media berbayar
18.2.2 Media tidak berbayar
18.2.3 Media campuran
18.3. Instrumen komunikasi
18.3.1 Kontak langsung dengan warga
18.3.2. Acara-acara khusus
18.3.3. Media cetak
18.3.4. Media untuk iklan di luar ruang
18.3.5. Media elektronik

11

18.4. Aksi tanpa kekerasan
18.4.1 Metode protes dan tekanan
18.4.2 Metode non-kooperatif
18.4.3 Metode non-kooperatif ekonomis: Boikot
18.4. Metode non-kooperatif ekonomis: Mogok
18.4.5 Metode non-kooperatif politis
18.4.6 Metode intervensi tanpa kekerasan
18.5. Aksi dengan kekerasan
18.6. Mengevaluasi pemilihan instrumen-instrumen kunci

19. Implementasi strategi
19.1. Faktor-faktor manusia
19.1.1 Kepemimpinan politik
19.1.2 Manajer kampanye pemilu
19.1.3 Aktivis
19.1.4 Motivasi sukarelawan
19.2. Faktor-faktor operasional
19.2.1 Prinsip desakan waktu
19.2.2 Prinsip penyesuaian yang fleksibel
19.2.3 Prinsip ilusi

20. Pengendalian strategi
20.1. Pengumpulan data intelijen dan mendapatkan informasi
20.1.1 Survei representatif (Survei lapangan kuantitatif)
20.1.2 Survei Delphi dan survey kelompok focus (Survey kelompok target kualitatif)
20.1.3 Survei Omnibus
20.1.4 Evaluasi media
20.1.5 Spionase
20.1.6 Pengumpulan data intelijen dari sekutu lawan
20.2. Pengendalian

12

20.2.1 Instrumen pengendalian
20.2.2 Balanced score card
20.2.3 Laporan pengendalian
20.3. Keamanan dan melindungi informasi
20.3.1 Kerahasiaan rencana strategis
20.3.2 Langkah pengamanan yang ketat
20.3.3 Hukuman yang memiliki efek jera
20.3.4 Menciptakan mispersepsi dan situasi yang sulit diduga (unpredictability)

21. Merumuskan kegiatan dari sasaran-sasaran
21.1. Kegiatan, sasaran, strategi, misi: satu kesatuan
21.2. Daftar kontrol kegiatan
21.2.1 Proses penemuan ide kreatif
21.2.2 Evaluasi ide
21.3 Rencana dan jadwal operasional
21.3.1 Menggabungkan kegiatan ke dalam sebuah rencana
21.3.2. Evaluasi rencana dan jadwal operasional

22. Organisasi partai, kampanye dan pemilu
22.1. Tugas-tugas tetap untuk partai dan pengorganisasiannya
22.1.1 Tugas-tugas penting yang harus diselesaikan oleh sebuah partai nasional
22.1.2 Penjabaran masing-masing tugas
22.2. Tugas-tugas khusus atau luar biasa
22.3. Memindahkan bidang-bidang operasional ke dalam bagan organisasi .
22.4. Organisasi proyek
22.4.1. Definisi proyek
22.4.2 Institusi proyek
22.4.3 Contoh merumuskan sebuah misi proyek oleh dewan pengurus partai untuk
kelompok pelaksana proyek

13

22.5. Deskripsi kegiatan yang harus diselesaikan di tingkat wilayah atau daerah
dalam kampanye Pemilu (struktur Dewan Kehormatan dan organisasi-organisasi
matriks)
23. Fundraising dan pendanaan partai
23.1. Pendanaan kampanye
23.1.1 Pendanaan dari Pemerintah
23.1.2 Dana sponsor (sponsorship)
23.1.3 Penggalangan dana
23.1.4. Partisipan (pihak-pihak yang terlibat)
23.1.5. Instrumen-instrumen fundraising
23.2. Pendanaan partai
23.2.1 Iuran anggota
23.2.2 Biaya penerimaan anggota baru
23.2.3 Sumbangan
23.2.4 Pemberian berupa barang atau materi
23.2.5 Pendanaan oleh pemerintah
23.2.6 Dana dari kegiatan bisnis Partai

24. Sistem pemerintahan
24.1. Deskripsi
24.1.1 Rezim totaliter
24.1.2 Sistem otoriter
24.1.3 Sistem demokratis
24.1.4 Bentuk campuran
24.2. Pengaruh terhadap strategi

25. Partai dan sistem kepartaian
25.1. Klasifikasi partai (penggolongan tipe-tipe partai)
25.1.1 Klasifikasi berdasarkan sifat dan kepentingan para pengikutnya
25.1.2 Klasifikasi berdasarkan struktur organisasi
25.1.3 Klasifikasi berdasarkan sasaran-sasaran politis dan strategis

14

25.1.4 Klasifikasi berdasarkan tingkat institusionalisasi/pelembagaan
25.1.5 Klasifikasi berdasarkan fungsinya dalam masyarakat arakat
25.2. Perkembangan berbagai sistem yang berbeda

26. Sistem Pemilu dan Pemilu
26.1. Pengaruh sistem Pemilu terhadap strategi
26.1.1 Susunan dan tipe-tipe dasar sistem pemilu
26.1.2 Pembagian ke dalam daerah-daerah pemiihan
26.1.3 Bersaing dalam pemilu
26.1.4 Pemberian suara
26.1.5 Rumus penghitungan suara
26.2. Tipe-tipe sistem pemilu
26.2.1 Sistem pemilu mayoritas (first-past-the post)
26.2.2 Pemilu langsung dalam distrik pemilihan tunggal
26.2.3 Pemilu langsung dalam distrik pemilihan jamak
26.2.4 Pemilu Pemilu dengan sistem proporsional melalui daftar calon, regional atau
nasional
26.2.5 Hybrid form atau bentuk campuran
26.2.6 Ley de Lemas
26.2.7 Sistem suara perorangan yang dapat dipindahkan (single transferable vote,
STV)
26.2.8 Suara tambahan (Supplementary Vote, SV)
26.2.9 Sistem pemilu dengan kuota
26.3. Hak memilih
26.3.1 Daftar pemilih
26.3.2 Pembatasan daerah pemilihan
26.3.3 Pencalonan kandidat
26.4. Monitoring/pemantauan

27. Lampiran

15

1. Strategi melawan fundamentalisme
1.1. Apa itu fundamentalisme?
1.2. Perkembangan historis
1.2.1 Sejarah
1.2.2 Upaya-upaya memahami fundamentalisme
1.3. Apa kritik kaum fundamentalis terhadap berbagai negara?
1.4. Apa Kritik kaum fundamentalis terhadap perekonomian?
1.5. Apa yang dikehendaki kaum fundamentalis yang aktif dalam politik?
1.5.1 Eksodus
1.5.2 Persatuan
1.5.3 Paksaan
1.6. Tinjauan tentang tahap-tahap perkembangan dan manifestasi
gerakan fundamentalis
1.6.1 Tahap-tahap perkembangan
1.7. Strategi fundamentalisme
1.7.1 Strategi penyangkat dunia
1.7.2 Strategi pencipta dunia
1.7.3 Strategi pengubah dunia
1.7.4 Strategi penakluk dunia
1.8. Strategi perlawanan

2. Strategi memerangi korupsi
2.1. Upaya membuat suatu definisi
2.2. Faktor-faktor yang mendorong korupsi
2.3. Bidang-bidang yang memungkinkan perilaku korup
2.4. Sumber penyebab perilaku korup
2.5. Pengaruh korupsi
2.6. Pendekatan strategis dalam memerangi korupsi
2.6.1 Checks and Balances: Mekanisme untuk memastikan pertanggungjawaban
2.6.2 Pembatasan dan desentralisasi kekuasaan pusat

16

2.6.3 Mekanise pengawasan eksternal

3. Strategi pengelolaan konflik
3.1. Definisi konflik
3.2. Pengelolaan konflik
3.2.1 Pengelolaan konflik individual
3.2.2 Konflik peranan
3.2.3 Konflik antar-kelompok
3.2.4 Konflik sosial
3.2.5 Konflik internasional
3.2.6 Strategi untuk mengurangi penggunaan kekerasan dalam konflik internasional
3.3. Prinsip-prinsip dasar resolusi konflik
3.3.1 Diskusi tentang skema
3.4. Situasi-situasi paska konflik dan pencegahan konflik


Daftar pustaka

Index











17

Kata Pengantar

Perencanaan dan pemikiran strategis sudah merupakan hal yang umum dilakukan
dalam perencanaan ekonomi dan kemiliteran. Kecuali dalam politik. Namun
demikian, arena politik pun sesungguhnya membutuhkan perencanaan dan
pemikiran strategis. Perencanaan strategis dapat membentuk basis bagi
pelaksanaan kampanye yang berhasil.

Oleh sebab itulah maka Friedrich-Naumann-Stiftung fr die Freiheit berkeinginan
menarik pelajaran dari pengalaman praktis penulis buku ini, Peter Schrder, untuk
menyediakan bahan pelatihan dalam bentuk sebuah buku. Buku ini berisi strategi
yang ditulis dengan jelas dan padat, yang dapat diikuti oleh para politisi yang ingin
meraih sukses dalam politik.

Kami ingin mengajak para politisi untuk menjadikan perencanaan dan pemikiran
strategis sebagai dasar bagi setiap kampanye dan keputusan-keputusan politiknya.
Tujuan kami adalah menyediakan seperangkat alat bagi para politisi untuk melihat ke
depan melampaui sekedar taktik, dan sebaliknya mendorong mereka untuk
menggunakan pendekatan strategis jangka panjang dalam praktek politik mereka
untuk tujuan memperbaiki kehidupan rakyat.

Meskipun begitu, buku ini tidaklah ditujukan untuk para politisi di dalam partai politik
saja. Buku ini dapat pula dimanfaatkan oleh para manajer politik yang bekerja di
LSM-LSM, sehingga mereka pun dapat merencanakan strategi yang lebih baik untuk
urusan politik sehari-hari dalam kerja-kerja LSM.

Penerbitan buku ini merupakan bagian dari upaya terus menerus dari Friedrich-
Naumann-Stiftung fr die Freiheit untuk memberikan kontribusi pada pemahaman
yang lebih baik terhadap nilai-nilai, proses-proses serta institusi-institusi demokrasi.
Diharapkan agar gagasan-gagasan di dalam buku ini akan menyumbang pada
strategi politik yang lebih transparan dan lebih jelas bagi semua pihak yang
menggunakannya.


Desember 2008,
Rainer Heufers
Resident Representative
Friedrich-Naumann-Stiftung fr die Freiheit Indonesia

18

1.Pendahuluan

Ketika seseorang telah bertahun-tahun bergelut sebagai konsultan politik dan terlibat
dalam kampanye-kampanye pemilu, dikeluarkannya kebijakan-kebijakan baru atau
merencanakan jalur karir orang-orang terkemuka, biasanya ia kemudian ditanya,
kapan ia akan menuangkan pengalaman-pengalaman tersebut di atas kertas dan
menerbitkan sebuah buku tentang perencanaan strategis. Pada awalnya yang
muncul adalah rasa panik bagaimana jika ada orang yang membayangkan bahwa
buku seperti itu berisi solusi-solusi model untuk diterapkan pada situasi yang
terbayang maupun tak terbayang yang mungkin muncul selama proses pembuatan
dan implementasi kebijakan? Solusi model, tentu saja, adalah sesuatu yang tidak
mungkin diciptakan sebab masing-masing situasi jelas berbeda dan tentu
memerlukan solusi yang berbeda pula.

Lalu apa yang dapat ditawarkan oleh sebuah buku tentang perencanaan strategis
dan taktis dari proses-proses politik? Sebenarnyalah tidak lebih dari menyampaikan
sebuah kesadaran bahwa strategi itu penting; kesadaran bahwa "inspirasi surgawi"
seorang politisi atau konsultan yang muncul secara tiba-tiba tidaklah cukup untuk
mengimplementasikan kebijakan. Siapa pun yang mengharapkan tercapainya suatu
efek jangka panjang haruslah membuat rencana yang lebih dari sekedar pemuasan
segera atas keinginannya untuk memperoleh kekuasaan. Kontinuitas dan
kehandalan harus masuk dalam perhitungan. Perubahan politik dengan
mengesampingkan revolusi dan kudeta hanya dapat dicapai bersama rakyat yang
akan terpengaruh oleh perubahan tersebut. Proses perubahan politik adalah suatu
proses yang panjang dan sulit. Menciptakan sebuah perubahan ke dalam parameter
sosial dapat diumpamakan seperti berenang di kolam berisi lem yang pekat, atau
meminjam istilah Max Weber, seperti melubangi papan yang tebal.

Buku ini berupaya meyakinkan para pembaca, dan terutama para politisi, bahwa
keberhasilan mereka ditentukan oleh strategi yang terencana dengan baik dan
implemetasi strategi tersebut secara konsekuen. Buku ini juga ingin membuat para
pembaca menyadari betapa menariknya keragaman solusi strategis yang tersedia.


19

Dalam karya ini, bagian-bagian utama diuraikan di bawah ini dan akan berfungsi
sebagai pedoman bagi pembaca dalam menggunakan buku ini. Terdapat berbagai
referensi silang di seluruh bagian buku sehingga memungkinkan pembaca memilih
Bab-bab atau bagian-bagian yang menarik secara terpisah.

Bab 3 dan Bab 4 menggambarkan perkembangan pemikiran strategis, aplikasi-
aplikasinya dewasa ini serta pendekatan-pendekatan dan metode-metode yang
tersedia bagi para perencana strategis.

Bab 5 berisi tinjauan atas metode-metode perencanaan konseptual yang menjadi
inti buku ini.

Bab 6 sampai Bab 11 memaparkan langkah-langkah metodologi awal dan
menitikberatkan pada penilaian situasional, yang menjadi dasar bagi setiap
pertimbangan strategis.

Proses sebenarnya untuk sampai pada suatu strategi diuraikan dalam Bab 12 dan
Bab 13. Bab 13 didedikasikan pada pola-pola strategi yang spesifik. Bagi yang ingin
mencari tinjauan mengenai berbagai kemungkinan pendekatan strategis akan
menemukan banyak bahan di sini.

Selanjutnya, alat yang digunakan untuk membuka jalan bagi implementasi strategi
dan dengan demikian menetapkan kerangka taktis yang pada gilirannya ditentukan
oleh strategi dibahas dalam Bab 14-19. Sementara Bab 19 sendiri memusatkan
pembahasan sepenuhnya pada aspek-aspek implementasi.
Instrumen-instrumen pengendalian strategi dan akuisisi data dibahas dalam Bab 20.
Dengan pembasahan instrumen ini, siklus perencanaan strategi telah dijalani dengan
utuh, dan kembali ke langkah pertama penilaian situasi.

Bab 21-23 didedikasikan pada rencana-rencana aksi yang muncul dari strategi yang
dipilih, syarat-syarat organisasional bagi implementasi rencana-rencana tersebut
serta pendanaannya.


20

Sebab-sebab dan faktor-faktor khusus yang mendasari penentuan arah yang diambil
oleh perencanaan strategis dibahas dalam Bab 24-26. Di dalamnya termasuk sistem-
sistem konstitusional, sistem-sistem kepartaian dan sistem-sistem pemilu, serta
pengaruh spesifiknya terhadap perencanaan strategi.

Terakhir, Bab 27 memaparkan berbagai permasalahan strategi yang kompleks
beserta solusinya. Pemaparan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran betapa
pentingnya pendekatan strategis terhadap masalah-masalah seperti
fundamentalisme, korupsi dan pengelolaan konflik.

Meski telah memberikan sejumlah contoh dan uraian yang mendetail tentang situasi-
situasi yang konkrit, buku ini tidak bisa mengklaim telah melakukan lebih dari
sekedar mempresentasikan suatu metode untuk merencanakan proses-proses
politik. Metode ini memberikan petunjuk yang jika diikuti dapat menuntun ke arah
pencapaian sasaran. Namun demikian, sasaran-sasaran tersebut dapat dicapai
melalui berbagai jalan yang sangat beragam yang terdapat di berbagai belahan
dunia. Kadang jalan ini sangat berbelit, dan cara untuk mencapai sasaran tergantung
pada lingkungan budaya dan lingkungan hukumnya. Cara-cara tersebut bisa sangat
berbeda-beda, sehingga metodologi yang dipakai terkadang perlu diadaptasikan
dengan konteks khusus tertentu untuk memaksimalkan respon.

Yang perlu diingat adalah bahwa, bahkan ketika semua kondisi saling bertentangan,
tujuan kita harus tetap pada pengembangan strategi yang jelas dan sederhana,
karena hanya strategi yang demikian sajalah yang dapat dipahami,
diimplementasikan, dan hasilnya dapat dimonitor. Bahkan daya tarik sekaligus
kemenangan perencanaan strategi terletak dalam kesederhanaannya, dalam
mengurangi permasalahan-permasalahan hingga pada intinya, dan dalam
memfokuskan diri pada tujuan strategisnya.

Semoga buku ini membantu pemahaman yang dalam terhadap konsep-konsep di
atas.

Peter Schrder


21






3. PERENCANAAN STRATEGIS MENGAPA DIPERLUKAN?

Pengertian strategi berasal dari konsep militer, dan kata itu sendiri berasal dari
bahasa Yunani
1
. Pertimbangan-pertimbangan strategis senantiasa memainkan
peranan ketika sekelompok besar orang butuh dipimpin dan diberi pengarahan. Di
masa lalu, ada banyak prospek perang yang menciptakan kebutuhan ini.

Hingga awal masa industrialisasi, istilah strategi masih dipakai sebatas konotasi
militer saja. Baru setelah itu kepemimpinan atas sejumlah besar orang diperlukan
pula di bidang ekonomi. Sejak itu pengertian strategi meluas, dan lahirlah strategi
manajerial untuk memudahkan pengelolaan orang-orang dalam sebuah organisasi.
Selanjutnya, sedikit demi sedikit konsep strategi makin meluas ke berbagai aspek
masyarakat, termasuk, tentu saja ke bidang politik. Politik juga bertujuan memimpin
kelompok-kelompok besar masyarakat atau anggota partai politik dan organisasi ke
arah sasaran khusus.

Walaupun istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, hendaknya jangan
beranggapan bahwa sebelum periode itu tidak ada strategi atau perencanaan
strategis. Setiap pemikiran dan perencanaan yang diarahkan pada tujuan khusus
dan sengaja dijalankan dengan bersandar pada tujuan ini, sebenarnya merupakan
perencanaan strategis. Salah satu karya penting yang membahas perencanaan
strategis adalah karya Sun Tzu yang berjudul Seni Berperang
2
, yang ditulis di Cina
lebih dari 2000 tahun yang lalu, dan hingga sekarang bahkan masih menjadi salah
satu buku paling berpengaruh dan menjadi bacaan standar bagi politisi dan manajer
di Asia.


1
Yunani: Strategia "kepemimpinan atas pasukan, seni memimpin pasukan".
2
Sun Tzu : Tiga belas Aturan Seni Berperang (dari bahasa Cina 1972).

22

Seiring dengan berjalannya waktu, pengertian strategi semakin diperhalus dan
disesuaikan dengan kepentingan militer, tetapi kemudian juga disesuaikan dengan
kepentingan bisnis dan politik. Perkembangan ini melahirkan perbedaan antara
strategi dan taktik. Hingga abad ke-18, angkatan-angkatan perang membentuk satu
unit taktis selama berperang, dan komandan pasukan sekaligus juga merupakan
ketua taktis. Tahun-tahun setelah itu, unit semacam ini semakin dipecah ke dalam
unit-unit operasional yang independen. Di sinilah semakin diperlukan pemisahan
antara strategi menyeluruh, strategi militer dan aspek-aspek taktis.

Dalam uraian filosofisnya, Carl von Clausewitz
3
menciptakan definisi tentang hakekat
perang yang masih berlaku hingga kini. Berdasarkan definisi tersebut, yang disebut
taktik adalah ajaran tentang pemanfaatan angkatan perang dalam pertempuran,
sementara strategi adalah ajaran tentang pemanfaatan pertempuran untuk tujuan
perang. Menurut Clausewitz, angkatan perang merupakan sarana untuk mencapai
tujuan perang itu sendiri yaitu memperoleh kemenangan. Tetapi kemenangan itu
hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir dari strategi, yakni
perdamaian. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat strategi, akan semakin
mewujud menjadi politik yang berkesinambungan, hingga akhirnya tak ada
perubahan lagi.

Karena itu, von Clausewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi bukanlah
kemenangan yang nampak di permukaan, melainkan kedamaian yang terletak di
belakangnya. Bagi kita, memahami hal ini sangatlah penting dalam perencanaan
strategi politik. Dan dengan demikian, menjadi penting mengenali apa yang
tersembunyi di balik tujuan akhir sebuah kemenangan pemilu atau apa yang
direncanakan dengan pemberlakuan sebuah peraturan baru. Banyak tujuan strategi
di bidang politik terungkap sebagaimana adanya, yakni: perlombaan untuk
memperkaya diri sendiri, pertarungan untuk memperoleh kekuasaan, atau
perjuangan untuk mencapai tujuan yang tersembunyi atau tujuan yang berbeda
dari tujuan yang diumumkan di depan publik. Banyak contoh yang dapat mendukung
pernyataan ini.


3
Preu. Jendral dan Penulis di bidang militer, 1780-1831. Karya peninggalan tentang perang dan cara
memimpin perang, 10 jilid (diterbitkan tahun 1832-1837), jilid 1-3 : Vom Kriege (Tentang Perang).

23

Ada strategi kampanye untuk calon-calon Presiden yang tidak memiliki
manifesto. Tujuan apa yang mungkin tersembunyi di balik kemenangannya
dalam pemilu?
Contoh lain adalah strategi pembentukan partai di bekas negara-negara
sosialis yang sebenarnya tidak memiliki tujuan untuk duduk di parlemen,
melainkan semata-mata hanya ingin memperoleh alokasi dana dari negara
untuk partai baru.
Ada pula strategi untuk memperkenalkan undang-undang lingkungan
hidup yang sebenarnya tidak bertujuan untuk memberlakukan undang-
undang itu sendiri, melainkan hanya untuk memudahkan aksi suap.
Ada lagi strategi untuk mengancam perdagangan obat bius/narkoba yang
sebenarnya tidak bertujuan untuk memerangi perdagangan obat bius itu
sendiri, melainkan hanya untuk membebaskan diri dari tekanan
internasional dan sekedar ikut berperan dalam penanganan perdagangan
obat bius yang dilakukan oleh negara-negara lainnya.
Ada juga strategi untuk menuding musuh asing, dengan tujuan
mengalihkan perhatian dari masalah domestik, dan untuk menciptakan
persepsi ancaman bersama.

Contoh-contoh di atas cukup membuktikan bahwa sangatlah penting membuat
kejelasan mengenai motivasi politik yang melandasi suatu strategi sebelum strategi
tersebut direncanakan.

Penulis memperoleh jawaban yang sangat jujur dari satu kelompok
pemimpin sebuah partai di Afrika. Ketika penulis bertanya kepada mereka,
mengapa mereka ingin mengambil-alih pemerintahan, mereka menjawab:
Now we want to eat. yang maksudnya kira-kira Sekarang kami juga ingin
kebagian kue.

Strategi itu sendiri selalu memiliki tujuan, yakni kemenangan. Kemenangan akan
tetap menjadi fokus, baik tercermin dalam mandat, dalam perolehan tambahan
suara, dalam sebuah kemenangan pemilu bagi kandidat atau dalam memperoleh
suara mayoritas untuk pemberlakuan suatu peraturan atau kebijakan. Bagaimana

24

kemenangan itu digunakan, itulah tujuan politik yang ada di balik hasil yang muncul
di permukaan.
Persyaratan berikutnya untuk keperluan merencanakan secara strategis adalah
jumlah yang pas-pasan dari sumber daya yang diupayakan. Apakah sekarang
berkaitan dengan sebuah lowongan pekerjaan, yang ingin diraih dengan
perencanaan strategis, atau lebih kepada pangsa pasar, baik itu di dalam bidang
politik maupun di bidang ekonomi, selama sumber dayanya tidak pas-pasan, tidak
diperlukan adanya strategi. Jika sumber dayanya pas-pasan dan dengan demikian
perlu diperjuangkan, maka perencanaan strategis diperlukan. Sehubungan dengan
persyaratan ini terdapat sebuah definisi untuk sebuah strategi. Definisi tersebut
adalah:
"Sebuah strategi adalah dampak dari langkah-langkah yang dilakukan dengan
maksud untuk mencapai tujuan dengan menjaga sumber daya. Tujuan tersebut pada
sebagian besar kasus membawa kerugian kepada seseorang atau beberapa orang
lainnya.


3.1. Pertarungan untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh

Politik dan strategi; bagaimana kedua hal tersebut dapat berjalan beriringan? Ini
adalah sebuah pertanyaan yang berulang kali diajukan oleh para politisi dan partai,
bahkan terkadang oleh pemerintah. Jawaban yang biasa diberikan adalah Kita tidak
sedang berada dalam situasi perang. Atau, Lawan politik kita bukan lah musuh.
Atau, Maksud dan gagasan kita sangatlah baik sehingga kedua hal tersebut dapat
terwujud tanpa strategi sekalipun.

Tentu saja kita tidak berada dalam situasi perang, apabila kita mengejar tujuan politik
atau berada dalam kampanye pemilu. Tetapi setiap ide politik yang dikemukakan
oleh seseorang atau sebuah kelompok akan memecah masyarakat pada saat ide
tersebut diumumkan. Hal ini disebabkan karena setiap ide politik akan mengubah
keadaan, dan dalam setiap keadaan selalu ada pihak yang diuntungkan dan pihak

25

yang dirugikan. Machiavelli
4
, seorang yang bukunya tentang kekuasaan menjadi
sangat terkenal di seantero dunia mengetahui benar hal ini. Setiap perubahan
menciptakan adanya pihak yang menang dan pihak yang kalah. Hal ini hampir
selamanya begitu, karena dalam politik, kecenderungan yang berlaku adalah yang
dikenal dengan istilah permainan jumlah nol
5
. Oleh karena itu, setiap ide pasti akan
memiliki pendukung dan penentang.
Catatan strategis : kita tak mungkin disukai oleh semua orang.

Seorang pejuang lingkungan hidup akan memperoleh pendukung dari pihak yang
dirugikan akibat pencemaran lingkungan hidup atau mereka yang menyadari bahaya
yang ditimbulkan oleh pencemaran yang terlalu kuat, dan oleh karena itu turut
mendukung aksi-aksi perlindungan lingkungan hidup walaupun tidak secara
langsung terkena dampaknya. Namun ia juga akan memiliki penentang, misalnya
dari mereka yang selama ini diuntungkan oleh situasi. Para penentang ini bukan saja
terbatas pada pemilik perusahaan atau pemilik modal yang kejam. Banyak politisi
yang terkejut saat mendapati kaum pekerja sebagai penentang ide-ide mereka,
karena para pekerja tersebut merasa tempat kerjanya terancam.

Pendukung dan penentang sebuah ide seringkali sulit diidentifikasi, karena
keberadaan para penentang biasanya tersembunyi dan banyak melakukan kegiatan
dengan membuat perencanaan secara diam-diam. Hal ini membuat mereka semakin
sulit dikenali, terutama jika sebuah keputusan atau persetujuan umum dibuat secara
verbal.

Orang yang berjuang memberantas korupsi akan mendapat dukungan, terutama dari
orang-orang yang secara umum menggolongkan korupsi sebagai sesuatu yang
negatif. Tetapi ia tentu akan ditentang oleh orang-orang yang diuntungkan dari
korupsi tersebut. Selain itu, masih banyak politisi yang salah perhitungan di saat
mereka ingin memberantas korupsi, karena pemberantasan korupsi sangat
tergantung pada jenis korupsi yang terjadi di negara setempat. Jika yang
dipermasalahkan adalah korupsi besar-besaran di eselon atas departemen

4
Dalam Bab 6 bukunya yang berjudul "der Frst (Sang Bangsawan)", Machiavelli menyatakan "karena
setiap pendatang baru memiliki semua musuh yang diuntungkan dari tatanan yang lama, dan ia hanya memiliki
pembela-pembela lemah yang mengharapkan keuntungan dari tatanan baru."
5
Petunjuk mengenai permainan jumlah nol dst.: lihat Bab 13.2.8

26

pemerintahan, para pejuang anti korupsi itu akan mendapat dukungan luas dari
lapisan masyarakat. Tapi jika yang akan diberantas adalah korupsi kecil-kecilan di
tingkat bawah, dukungan yang mereka peroleh dari masyarakat tidak seluas itu,
karena masyarakat bawah akan mulai berpikir, bagaimana mereka bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa adanya suap kecil-kecilan. Dalam kasus ini bisa terjadi
aliansi antara yang menyuap dan yang disuap, dan biasanya korupsi telah menjadi
bagian yang alami dari budaya masyarakat. Perang strategis melawan korupsi
merupakan sebuah perang yang melibatkan bayak uang dan pengaruh. Karena itu,
perang ini biasanya menjadi sebuah pertarungan sengit.

Berkaitan dengan itu, Machiavelli menyatakan: Itulah sebabnya semua
nabi yang bersenjata memenangkan pertempuran dan yang tidak
bersenjata mengalami kekalahan. Di samping yang sudah saya katakan,
masyarakat biasanya memiliki sifat plin-plan; mereka sangat mudah
diyakinkan untuk melakukan sesuatu, tetapi sangat sulit dipertahankan
semangatnya agar tidak menyerah.

Dengan kata lain, setiap gagasan politik, betapapun baik niatnya, hanya dapat
diwujudkan dalam konfrontasi dengan penentang gagasan tersebut. Implementasi
sebuah gagasan tidak banyak berhubungan dengan alasan atau rasionalitas, tetapi
lebih berhubungan dengan kekuasaan dan pengaruh. Hal yang sama berlaku pula
bagi perencanaan strategi kampanye. Bahkan kata kampanye sesungguhnya
menutupi isu yang sebenarnya, yakni suatu pertarungan untuk mempertahankan
atau merebut kekuasaan. Kata dalam bahasa Jerman untuk kampanye adalah
Wahlkampf yang arti harafiahnya adalah kampanye pemilu. Dari sini jelas bahwa
yang diperjuangkan adalah kekuasaan dan pengaruh, karena pada kenyataannya
yang dipersoalkan senantiasa adalah perolehan atau kehilangan kekuasaan. Kata
kampanye yang dipakai dalam berbagai bahasa lain mengaburkan masalah ini.

3.1.1. Strategi-strategi Politik

Strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita politik.
Contohnya adalah pemberlakuan peraturan baru, pembentukan suatu struktur baru
dalam administrasi pemerintahan, atau dijalankannya program deregulasi, privatisasi

27

atau desentralisasi. Pengalaman membuktikan bahwa langkah semacam itu
biasanya tidak direncanakan secara cukup matang, baik oleh partai politik maupun
oleh pemerintah. Jika tidak demikian halnya, tidak mungkin ada begitu banyak
proyek yang gagal. Dalam praktiknya, seringkali hasil proyek dan perencanaan yang
demikian mengakibatkan masyarakat pertama-pertama berusaha memberikan
perlawanan, kemudian tidak menaati peraturan, dan bahkan sama sekali tidak
mengakui keberadaan peraturan tersebut karena mereka berpendapat bahwa
pemerintah terlalu lemah untuk menerapkan peraturan itu.
Sebuah petunjuk akan adanya kekurangan dalam perencanaan strategis di dalam
pemerintahan dan administrasi adalah absennya instansi pengawas strategis.
Meskipun lembaga pengawas keuangan eksis di banyak negara dan juga berfungsi
dengan baik di beberapa negara, namun kontrol strategis tidak ada. Hal tersebut
biasanya dikarenakan karena para politikus merasa malu untuk mendefinisikan
tujuan-tujuan strategis dan taktis mereka, karena mereka takut bahwa nantinya
mereka pun akan diukur.

Strategi-strategi politik penting bukan hanya untuk partai politik dan pemerintah saja,
tetapi juga untuk organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organization/NGO)
yang juga aktif dalam politik. Semua NGO, baik serikat buruh, kelompok pejuang
lingkungan hidup, organisasi Hak Azasi Manusia (HAM), dsb. membutuhkan strategi
untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka.

Tanpa strategi politik, perubahan jangka panjang atau proyek-proyek besar sama
sekali tidak dapat diwujudkan. Sebagai contoh, dalam program desentralisasi, yakni
dalam pemberlakuan tingkatan pemerintahan atau otonomi daerah, harus ada
perencanaan yang jelas. Beberapa aspek sekaligus perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan ini: kewenangan pemerintah daerah, bentuk organisasinya,
pendanaannya, pemilihan mandatarisnya atau wakil-wakil rakyatnya, pemilihan
pejabat pemerintahan, dan sebagainya. Hanya dengan sebuah perencanaan yang
menyeluruh dan dengan strategi jangka panjang saja, kesalahan-kesalahan yang
terjadi berulang kali di berbagai negara dapat dihindari.


28

Tak jarang terjadi, wakil-wakil daerah dipilih tanpa ada kejelasan mengenai
kekuasaan dan kewenangan mereka. Ada kewenangan yang tidak
diserahkan karena birokrasi enggan melepaskan kewenangan ini. Ada
pula kewenangan yang diserahkan tetapi tidak dijamin anggarannya. Ada
aparat pemerintah daerah yang dipilih tetapi mereka tidak siap
menghadapi tugas mereka.

Contoh-contoh semacam itu seringkali timbul ketika mengeluarkan suatu kebijakan
baru. Partisipasi warga tidak dapat diharapkan jika mereka tidak memperoleh
informasi yang cukup. Perlindungan lingkungan hidup tidak dapat dijalankan apabila
warga tidak siap. Privatisasi akan kehilangan maknanya dan mengancam eksisitensi
berbagai tempat kerja apabila diterapkan dengan menentang warga dan tidak
melibatkan mereka. Pengenalan ekonomi pasar bukan hanya sekedar membongkar
ekonomi terpimpin, melainkan juga menyangkut pembangunan berbagai pasar
terkait (pasar barang, pasar jasa, pasar kerja, pasar uang, tempat tinggal, dsb.). Jadi
tidak cukup hanya dengan sekedar memprivatisasi beberapa perusahaan, lalu
tinggal menunggu hasilnya saja.

Sekarang pertanyaannya adalah, mengapa hanya ada sedikit strategi yang
direncanakan di dalam ranah politik? Salah satu penyebab utamanya adalah
kesombongan yang tidak terukur dari sekelompok orang, yang ditunjukkan melalui
kekuasaannya atas kelompok lain yang berada di bawah perintahnya atau yang
dianggap sebagai musuhnya. Daniel Kahnemann dan Jonathan Renson
6

menggambarkan hal tersebut dalam artikel mereka yang berjudul "Why hawks win?"
7

Mereka memaparkan di antaranya: "Optimisme yang berlebihan adalah salah satu
kesalahan besar, yang telah diidentifikasikan oleh para psikolog. Penelitian
menunjukkan, bahwa sebagian besar manusia, dan terutama para politikus,
beranggapan bahwa mereka lebih pandai, lebih menarik dan lebih berbakat di atas
rata-rata yang lain, dan mereka sering menyombongkan diri tentang keberhasilan

6
Daniel Kahneman adalah pemenang hadiah Nobel untuk bidang ekonomi dari Universitas Princeton
Woodrow Wilson School, sekolah untuk kebijakan publik dan internasional; Jonathan Renshon adalah kandidat
Doktor di jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Harvard.
7
Why Hawks win? dalam Foreign Policy Jan/Feb 2007, Washington.

29

mereka di masa depan. Mereka secara konsekuen melebih-lebihkan pengawasan,
yang ternyata berhasil.

Perencanaan strategis untuk perubahan dan proses politik merupakan suatu analisa
yang gamblang dari keadaan kekuasaan, gambaran yang jelas tentang tujuan akhir
yang akan dicapai dan pemusatan segala kekuatan untuk mencapai tujuan
termaksud. Apabila politisi yang dipilih saja tidak mengerti apa yang dimaksud
dengan ekonomi pasar atau demokrasi, bagaimana mungkin bisa diharapkan
bahwa tujuan yang tidak jelas itu dapat dikejar dengan penuh intensitas. Apabila
pihak legislatif tidak mendukung eksekutif dalam pelaksanaan kebijakan strategis
melainkan hanya terus mempertanyakan tujuan dari kebijakan tersebut, tak perlu
heran apabila banyak proyek yang gagal.

Politisi yang disebut baik ini yang berusaha merealisasikan rencana yang
ambisius tanpa strategi, seringkali menjadi pihak yang harus bertanggungjawab
dalam menciptakan kondisi sosial yang menyebabkan jutaan manusia menderita.

3.1.2. StrategI untuk Kampanye Pemilihan Umum (Pemilu)

Strategi kampanye adalah bentuk khusus dari strategi politik. Tujuannya adalah
untuk memperoleh kekuasaan dan pengaruh sebanyak mungkin dengan cara
memperoleh hasil yang baik dalam pemilu, agar dapat mendorong kebijakan-
kebijakan yang dapat mengarah kepada perubahan masyarakat.

Dalam masyarakat demokratis, pengambil-alihan kekuasaan dan peluang untuk
merebut pengaruh dilakukan melalui pemilu yang demokratis dalam berbagai bentuk.
Tujuannya adalah untuk memperoleh bagian suara yang cukup dalam pasar pemilu,
agar dapat memiliki pengaruh atas pihak eksekutif secara konstitusional. Hal ini
sangat bervariasi antara satu sistem dengan sistem lainnya
8
: sistem parlementer,
sistem presidensial dan berbagai bentuk campuran lainnya sangatlah berbeda. Oleh
karenanya, pertempuran untuk memperoleh suara pemilih, yang untuk partai-partai
juga merupakan sumber daya yang terbatas, harus direncanakan secara hati-hati
dan untuk itu diperlukan strategi.

8
Lihat Bab 24 tentang Sistem Pemerintahan.

30


Strategi kampanye untuk memperoleh kekuasaan seringkali dipandang sebagai hal
yang buruk, bahkan oleh partai politik sendiri. Tetapi jelas bahwa tanpa adanya
kekuasaan yang dimiliki oleh politisi atau partai sendiri, maka konsep politik pihak
lainlah yang akan diterapkan. Adalah lazim apabila politisi atau partai politik akan
menganggap bahwa konsep yang dibuat oleh pihak lain itu tidak lebih baik daripada
konsep yang mereka buat sendiri.

Kelompok kritis di dalam masyarakat yang kebanyakan terdiri dari kaum
intelektual, wartawan dan sebagainya, biasanya melontarkan kritik terhadap
kekuasaan. Kritik ini kerap muncul terutama di antara mereka yang terbentur pada
batasan kekuasaan pihak lain, atau mereka yang membutuhkan kebebasan untuk
melakukan pekerjaannya, atau mereka yang menentang penyalahgunaan
kekuasaan, atau mereka yang menyarankan pihak yang berkuasa untuk
menggunakan kekuasaannya secara benar. Meskipun kritik terhadap
penyalahgunaan kekuasaan sah saja dilontarkan, tetapi sayangnya yang ditentang
seringkali adalah semua bentuk pelaksanaan kekuasaan tanpa kecuali, terutama
upaya-upaya pemusatan kekuasaan. Kritik tanpa kecuali semacam ini tidak
mengarah pada politik yang lebih baik, melainkan justru pada kompromi-kompromi
yang berdampak buruk dan pelaksanaan kekuasaan yang plin-plan.

Pertempuran untuk kekuasaan ini akan berdampak buruk dan merugikan budaya
politik apabila dijalankan tanpa konsep, tanpa perencanaan untuk perubahan
masyarakat, dan tanpa kerangka politik yang diperlukan untuk pembangunan atau
dengan kata lain: keinginan memperoleh kekuasaan untuk kepentingan sendiri.

Kekuasaan di dalam demokrasi dibatasi untuk waktu yang tertentu (periode
legislatif). Para pemilih memiliki harapan terhadap para politisi, bahwa mereka
memanfaatkan kekuasaan yang telah dipercayakan kepada mereka, untuk meraih
tujuan yang sudah dijanjikan sebelumnya oleh para politikus kepada pemilihnya. Jika
mereka menyalahgunakan politik ini, maka pada Pemilu berikutnya ada
kemungkinan bahwa kekuasaan mereka akan dicabut.


31


3.1.3. Strategi-strategi karir

Strategi karir bahkan memiliki konotasi yang lebih negatif. Tapi sekalipun begitu, di
sini perlu ada pembedaan. Jika strategi ini semata-mata dipakai untuk menghentikan
langkah lawan politik dengan menghalalkan segala cara, maka sebuah kecaman
sudahlah pada tempatnya. Tapi apabila yang direncanakan adalah cara untuk
memusatkan dan mengerahkan segala daya upaya untuk mencapai sebuah tujuan,
maka strategi semacam ini sangatlah membantu dan benar-benar diperlukan.

Yang dimaksud di sini adalah strategi karir untuk profesi atau jabatan. Lalu apa yang
salah dengan strategi ini? Tanpa disadari, setiap harinya, semua orang mengambil
keputusan strategis bagi karir mereka. Tetapi selama keputusan ini diambil secara
kebetulan dan tidak direncanakan secara strategis untuk jangka panjang, maka akan
ada banyak bagian dari keputusan strategis yang diambil itu menjadi keputusan
taktis yang salah.

Selain itu, ada pula strategi untuk karir politik. Hal ini penting untuk menguraikan
gagasan atau pandangan politik yang dimiliki, dan untuk memperoleh peluang dalam
merealisasikan gagasan ini menjadi kenyataan, terutama di partai-partai besar yang
demokratis, tetapi juga di dalam partai-partai kecil yang dipimpin oleh sekelompok
elit tertentu. Struktur demokratis di dalam partai-partai tersebut memiliki peran
khusus di sini. Dalam partai yang non-demokratis, perencanaan strategi dibutuhkan
untuk menggantikan posisi para pimpinan partai yang berkuasa. Tapi dalam partai
yang demokratis pun, perencanaan strategis juga merupakan prasayarat untuk
mencapai keberhasilan.

Kelompok penekan (pressure groups) kecil merupakan satu contoh bentuk
khusus dari strategi karir. Kelompok-kelompok penekan berupaya memperkenalkan
pendekatan baru yang akan terberangus tanpa adanya perencanaan strategi.
Sekelompok inisiator perlindungan lingkungan hidup misalnya, bisa mencapai
keberhasilan yang lebih baik semata-mata karena sebuah kelompok penekan yang
kecil berhasil mempengaruhi partai atau organisasi lainnya dengan memanfaatkan

32

strategi secara jitu. Perencanaan karir dalam sebuah kelompok seringkali menjadi
faktor yang menentukan, karena isu politik yang diusung terkait erat dengan para
pribadi yang mendukungnya. Sebagi contoh, kita dapat menemukan kelompok
penekan yang bergerak dalam bidang kesetaraan gender, kebijakan untuk para
pemuda, untuk hak asasi manusia, dan sebagainya di mana yang terpenting di sini
adalah wakil-wakil kelompok tersebut memiliki hubungan yang erat dengan isu
terkait, dan dapat menunjukkan adanya kesamaan
9
yang dekat antara isu dan
pribadi mereka.

3.2.Perencanaan taktis

Syarat untuk sebuah perencanaan taktis adalah adanya perencanaan strategis.
Keputusan taktis dan perencanaan aksi hanya bermanfaat apabila sebuah strategi
direncanakan secara cermat. Jadi perencanaan taktis dapat menjawab pertanyaan:
siapa akan melalkkan apa, kapan, di mana, bagaimana dan mengapa. Dengan
keputusan dari perencanaan taktis ini diharapkan masing-masing tujuan taktis dapat
tercapai, yang nantinya kalau digabungkan semuanya akan merupakan pencapaian
tujuan strategis utama. Keputusan di tingkat taktis ini digunakan untuk mencapai
setiap tujuan strategis. Keputusan-keputusan ini terutama tergantung pada
pengetahuan tentang konteks, ruang lingkup dan kemampuan pribadi. Oleh karena
itu, perencanaan taktis hendaknya tidak direncanakan di tingkat strategis, melainkan
oleh pimpinan yang ada di tingkat taktis, karena pimpinan di tingkat ini memliki
pengetahuan yang cukup, yang dibutuhkan untuk sebuah perencanaan.

Apabila pemerintah suatu negara mengambil sebuah keputusan strategis untuk
menarik minat investor asing, ada sebuah pilihan dari berbagai taktik yang berbeda
yang dapat diterapkan berdasarkan kerangka prasyarat yang ada. Pihak yang satu
mungkin akan menetapkan upah dan ongkos produksi yang rendah (faktor lokasi
setempat), yang lain mengarah pada bahan baku yang tersedia, sementara pihak
lainnya lagi lebih fokus pada infrastruktur yang baik. Namun ada pula taktik yang
menitik-beratkan pada pasar penjualan atau pada aturan dan perundang-undangan
yang fleksibel. Meskipun semua taktik di atas bertujuan untuk menarik investor asing,
namun pelaksanaannya sendiri sangat bervariasi.

9
Lihat Bab 7.3.6 tentang Problem Keselarasan.

33


Keputusan mendasar dalam perencanaan taktis yang faktanya ditetapkan oleh
strategi dan sekaligus oleh perencanaan jadwal dan operasional, merupakan sarana
untuk implementasi strategi. Tanpa perencanaan taktis dan operasional, sebuah
strategi bisa saja ada, tapi tidak akan efektif karena tidak diimplementasikan. Karena
itu, implementasi strategi ataupun perencanaan taktis adalah hal yang sangat
penting.

3.2.1.Membedakan antara perencanaan taktis dan perencanaan strategis

Di mata para pembual, kaum taktis (para perencana atau pengatur taktik) kerap
direndahkan sebagai mereka yang hanya mengambil keputusan jangka pendek, di
mana keputusannya tidak terintegrasi dengan strategi secara menyeluruh. Dengan
demikian, keputusan tersebut tidak memiliki tujuan dan arah, dan dengan demikian
pula, bukan merupakan keputusan yang taktis melainkan hanya mencerminkan sikap
para aktivis yang terlalu ngotot.

Kaum taktis yang sesungguhnya akan bergerak dalam rencana yang bersandar pada
kerangka kerja/pedoman strategis dan penggunaan pengetahuan yang tepat tentang
situasi lingkungan, dan secara terampil dapat memanfaatkan situasi, dalam hal ini
strategi, untuk keberhasilan yang gemilang.



Dengan demikian, perencanaan taktis dan perencanaan strategis merupakan ikatan
yang tak terpisahkan. Perbedaannya adalah, perencanaan strategis
mempertimbangkan situasi secara menyeluruh dan mengambil keputusan untuk

34

seluruh organisasi, seluruh partai atau seluruh bangsa, sementara perencanaan
taktis yang diproses dari masing-masing tujuan strategi disiapkan untuk
pelaksanaannya, berdasarkan faktor-faktor khusus yang relevan.

3.3. Pengaruh berbagai budaya terhadap perumusan strategi

Perlu diingat bahwa mekanisme pengambilan keputusan strategis dan pemikiran
strategis tidak bergantung pada perbedaan geografis, budaya ataupun perbedaan
lainnya. Strategi-strategi tersebut disusun dengan mengacu pada tujuan utama.
Untuk mencapai sasaran ini, prasyarat yang dibutuhkan dibuat melalui perencanaan.
Hal ini berlaku sama di seluruh dunia.

Tapi bagaimanapun budaya akan mempengaruhi jenis strategi yang diambil sebagai
suatu kerangka kerja/pedoman strategis, karena budaya merupakan bagian dari
kondisi lingkungan yang spesifik, meskipun pengaruhnya akan jauh lebih besar di
tingkat taktis. Misalnya, suatu strategi akan terpengaruh, jika seseorang di dalam
sebuah lingkup budaya merencanakan strategi untuk sebuah membentuk suatu
oposisi, di mana konsep oposisi di dalam politik tidak dapat diterima. Hal ini terjadi di
sebagian besar benua Afrika dan Asia. Apakah hal tersebut berkaitan dengan
sebuah lingkup budaya yang berlandaskan pada musyawarah-mufakat, pada
akhirnya hanya relevan untuk keputusan-keputusan taktis. Kalau itu yang terjadi
maka di beberapa bagian dunia ini seperti di Afrika, Asia Tenggara dan Asia Timur
tentu tidak akan terjadi perang dan konflik yang berkepanjangan. Namun justru di
negara-negara inilah konflik dalam bentuk perang dan kekerasan kerap memainkan
peranan penting.

Ini berarti bahwa faktor budaya seperti orientasi agama, sosial dan latar belakang
sejarah, bentuk komunikasi tertentu dan sebagainya, patut diperhitungkan dalam
penyusunan strategi dan taktik. Namun hal ini tidak lebih penting dari faktor-faktor
lainnya seperti struktur kebutuhan, kerangka hukum atau struktur organisasi, yang
pada dasarnya sudah dibentuk oleh pengaruh budaya.


35

Jadi, pada saat membuat perencanaan, penyusun strategi harus memperhatikan
keadaan lingkungan secara umum termasuk faktor budaya, namun tidak boleh hanya
bertumpu pada elemen itu saja. Budaya hanya boleh dinilai sebagaimana adanya,
yakni sebagai faktor yang perlu dipertimbangkan saat membuat perencanaan.


4. METODE-METODE PERENCANAAN STRATEGI

Perencanaan strategi merupakan analisa sistematis dan perumusan sasaran
kedepan, respon-respon dan pilihan-pilihan, pemilihan optimal dan penetapan
instruksi-instruksi untuk mengimplementasikannya secara rasional.
10


Jelaslah bahwa suatu seni perencanaan yang sama tuanya dengan perencanaan
strategi telah mengembangkan berbagai metode masing-masing dipertimbangkan
kesesuaiannya untuk proses-proses perencanaan perencanaan politik. Buku ini tidak
berupaya mengidentifikasi metode yang terbaik untuk proses perencanaan politik,
meskipun tentu saja, sebuah preferensi tertentu akan terlihat. Penulis menyadari
bahwa proses perencanaan dan lingkungan perencanaan dapat sangat berbeda,
sehingga fokus pada semua cakupan metode akan menjadi kesalahan besar dalam
perencanaan.

Metode-metode tersebut harus dibedakan sekalipun hanya secara marginal, karena
ada perbedaan-perbedaan di setiap elemen, baik dalam tujuan yang ingin dicapai,
tugas yang harus dipenuhi, maupun jalannya proses perencanaan dan komunikasi.
Selain itu, tingkat partisipasi dan ketaatan juga bervariasi karena hirarki perintah juga
sangat berbeda.

Mintzberg
11
memberikan penjelasan mengenai 10 mazhab yang berbeda terhadap
pembentukan strategi. Tiga diantaranya memberikan petunjuk yang menentukan,
dengan cara berusaha menguraikan "jalan yang benar yang perlu ditempuh dalam
membentuk sebuah strategi.


10
Ensiklopedi Brockhaus, edisi ke-19
11
Henry Mintzberg: The Rise and Fall of Strategic Planning (Kebangkitan dan Keruntuhan Perencanaan
Strategis), 1994, hal. 2 pp, Maxwell Macmillan Canada, Toronto 1994.

36

Salah satu dari ketiga petunjuk itu adalah yang dikenal dengan "mazhab desain",
yang memandang perencanaan strategi sebagai sebuah proses konseptual yang
non-formal, yang merupakan ciri khas dari gaya kepemimpinan yang penuh percaya
diri dan setara. Model atau pola mazhab desain ini dikenal juga dengan istilah
SWOT
12
, yakni singkatan dari Strength, Weakness, Opportunities, Threats yang
berarti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Model inilah yang diterapkan oleh mazhab perencanaan tersebut. Mazhab ini
mengajarkan bahwa meskipun proses perencanaan itu pada dasarnya bersifat non-
formal, tetapi pimpinan sebuah organisasi memegang peranan kunci di sini. Model
kedua, meskipun bersifat marginal, berbeda dengan model yang pertama.
Perbedaan-perbedaan ini sepertinya memang tidak penting, tapi dalam praktik
proses perencanaan sangat relevan.

Mazhab berpikir yang ketiga adalah mazhab posisi. Yang ditekankan di sini lebih
mengarah pada isi strategi (pembedaan, diversifikasi, dsb), dan tidak terlalu
mementingkan proses pembentukan strategi itu sendiri. Mazhab posisi ini
mengadaptasi beberapa bagian yang penting dari mazhab perencanaan dan
memasukkan metode-metode mazhab perencanaan ini ke dalam bagian isi strategi
yang aktual. Metode ini berkaitan erat dengan metode "perencanaan konseptual"
yang menjadi titik fokus buku ini.

Tujuh mazhab lainnya lebih bersifat deskriptif daripada preskriptif. Cognitive-School
atau mazhab kognitif menitikberatkan pada bagaimana kerja otak manusia
sehubungan dengan pembentukan sebuah strategi. Karena itu, mazhab ini
memandang proses tersebut sebagai sebuah proses "mental".

Mazhab wira usaha (Entrepreneurial School) menggambarkan perencanaan strategi
sebagai sebuah proses visioner dari seorang pemimpin dengan sifat kepemimpinan
yang kuat.


12
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Lihat Bab 4.4.1.

37

Mazhab pembelajaran (Learning School) memandang bahwa strategi berasal dari
sebuah proses pembelajaran kolektif.

Mazhab politik (Political School) memusatkan perhatiannya pada konflik dan
eksploitasi kekuasaan dalam sebuah proses.

Mazhab budaya (Cultural School) memperhatikan dimensi kolektif dan kooperatif dari
sebuah proses.

Mazhab lingkungan hidup (Environmental School) memandang pembentukan
strategi sebagai jawaban yang pasif terhadap kekuatan eksternal.

Yang terakhir, mazhab konfigurasi (Configurational School) berusaha menyatukan
semua mazhab dengan mengaitkannya pada konteks episode yang berbeda dalam
sebuah proses.

Dengan demikian ada berbagai macam metode yang bisa digunakan untuk
merencanakan sebuah strategi. Sementara Mintzberg memfokuskan diri pada
metode perencanaan dan mazhab strategi korporasi, masih ada jenis perencanaan,
yakni, tentu saja, model militer. Beberapa contoh diantaranya adalah fungsi militer
yang dapat kita jumpai dalam perencanaan strategi yang disusun oleh Peacock
(1984) dan model strategi Sun Tzu yang komprehensif. Banyak di antara model
tersebut yang dapat digunakan. Bersamaan dengan metode perencanaan "SWOT"
dan perencanaan konseptual, model militer a la Sun Tzu yang sudah berusia lebih
dari 2000 tahun ini hingga kini menjadi fondasi yang penting bagi proses
perencanaan strategi, termasuk perencanaan strategi politik.

Sementara SWOT membatasi diri pada penilaian situasi dan perumusan strategi,
"perencanaan konseptual" bergerak lebih jauh pada evaluasi strategi dan terutama
pada pelaksanaannya. Di sini digunakan perencanaan taktis untuk mengembangkan
perencanaan jadwal dan operasi. Perencanaan konseptual memberi penekanan
khusus pada pelaksanaan perencanaan pekerjaan kehumasan. Oleh karena itu
metode ini sangat cocok digunakan untuk proses politik sosial. Seperti model Sun

38

Tzu, evaluasi strategi, implementasi dan pengawasannya menjadi prioritas utama
dalam perencanaan konseptual.













4.1. Pendekatan metodologis: kemiliteran, berorientasi pasar, politis

Berikut ini adalah gambaran mengenai pendekatan terhadap perencanaan strategi
yang diterapkan dalam bidang militer, korporasi, dalam konteks politik dan
berorientasi pasar, yang masing-masing memiliki perbedaan namun juga memiliki
persamaan. Pendekatan-pendekatan tersebut saling berpotongan tidak hanya
karena dalam persamaan metodologinya, tetapi juga karena beberapa pendekatan
menjadi bagian dari strategi lainnya. Dengan demikian strategi militer dapat atau
harus selalu menjadi bagian dari strategi politis. Perang dapat menjadi kelanjutan
dari kebijakan dengan cara
13
lain, tapi juga sebaliknya. Dan sebuah strategi politis
juga selalu merupakan strategi pasar, atau setidaknya menunjukkan adanya
orientasi pasar yang perlu kita lihat hanya pada saat kampaye pemilu. Ini
menunjukkan bahwa tidak mudah membuat pembatasan-pembatasan.

4.2. Model Kemiliteran

Untuk lebih menghargai penerapan strategi militer atas strategi lainnya, seseorang
perlu memiliki beberapa pengetahuan dasar mengenai konsep dan prinsip perang.

13
V. Clausewitz.: Vom Kriege, edisi ke-19. Ferd. Dmmler Verlag, Bonn, hal. 200.
Analisa
Situasi
Pengendalian
Strategi
Perumusan
Strategi
Pelaksanaan Strategi
Evaluasi
Strategi
Model Perencanaan Sun Tzu

39

Hal ini bisa diperoleh dengan membaca karya Admiral J.C. Wylie
14
dan Colonel
William E. Peacock
15
seperti yang diutamakan Clausewitz karena lebih
memaparkan cara pandang yang berlaku hingga kini.

Peacock pernah berdinas di Vietnam, Okinawa dan di Pentagon. Dengan demikian ia
telah mengalami secara langsung, baik sisi perencanaan maupun sisi implementasi
suatu strategi. Dalam mendiskusikan karya kedua penulis tersebut, bagian-bagian
relevan dari "Seni Perang" Sun Tzu juga ikut diperhatikan untuk menggambarkan
signifikansi dari filosofisnya dalam konteks militer masa kini.

Menurut Wylie, tujuan awal seorang perencana strategi dalam perang adalah
memiliki kontrol atas musuhnya. Kontrol ini terjadi melalui suatu pola perang yang
dimanipulasi dengan cara agar titik berat perang tersebut bergerak ke arah yang
menguntungkan si perencana strategi dan merugikan musuh.

Titik berat perang menentukan hasil perang tersebut. Oleh karena itu, tujuan utama
strategi adalah memindahkan titik berat perang bagi keuntungan pihak sendiri. Hal ini
tergantung pada beberapa faktor: hakekat perang, tempat dan waktu perang, serta
bobot titik berat.

4.2.1. Hakekat Perang

Hakekat perang terus-menerus mengalami perubahan pesat. Sebagaimana
perkembangan strategi baru yang digunakan untuk menenggelamkan armada
Spanyol yaitu meriam berkekuatan besar yang dapat menembak dengan tepat dan
membawa perubahan besar dalam perang di laut
16
, cara melancarkan serangan ke
medan perang pun memperoleh dimensi baru melalui perkembangan ilmu
pengetahuan. Sekarang ini, ada dua kategori konflik perang baru: perang udara
(yang mencakup perang nuklir dan perang bintang) dan perang gerilya
17
, yang
melengkapi perang tradisional yakni perang darat dan perang laut.

14
Wyle, J.C (1967) Military Strategy : A General Theory of Power Control (Teori Umum Pengendalian
Kekuasaan). Rutgers University Press USA.
15
Peacock, W.E (1984) Corporate Combat (Perang Korporasi). Maple Vail : London.
16
John Knox Laughton, The Defeat of the Spanish Armada 1588. State Papers, Suffolk 1987.
17
Mao Tse-tung Theorie des Guerille-Krieges (Teori Perang Gerilya), rororo 886, Reinbek.

40


Sebuah diskusi terbaru tentang perubahan dalam pelaksanaan peperangan muncul
akibat serangan terhadap World Trade Center di New York tahun 2001. Slogan yang
diserukan oleh pemerintah Amerika yang dikenal dengan Perang melawan teror
sementara ini sudah tidak dipakai lagi.
18
,
19
Strategi yang menyibukkan diri dengan
perjuangan melawan serangan terorisme telah menghilang, menjadi tidak jelas dan
tidak begitu berhasil. Hal itu disebabkan karena strategi melawan teror bukan
merupakan strategi militer, yang menyerang ruang, melainkan sebuah strategi
komunikasi, yang seharusnya mempengaruhi pemikiran. Strategi komunikasi ini
terutama dilakukan oleh Amerika Serikat dan mitra-mitranya dengan strategi
militernya. Risiko kegagalan strategi militer ini dengan demikian jelas dan sebaiknya
dilengkapi paling tidak oleh sebuah strategi komunikasi, jika tidak sebaiknya diganti.


Prinsip dasar keempat jenis cara berperang (perang di darat, di laut, di udara dan
perang gerilya) sangat serupa kecuali perang gerilya. Perbedaan antara perang
klasik dan perang gerilya menjadi jelas manakala kita membandingkan definisi
perang dari V. Clausewitz dan Mao Tse-tung. Berdasarkan definisi Von Clausewitz
"perang merupakan suatu tindakan kekerasan untuk memaksa musuh agar
memenuhi kehendak kita." Sementara Mao mendefinisikannya sebagai berikut: "akar
segala pemikiran tentang perang adalah prinsip dasar untuk mempertahankan
kelangsungan diri sendiri dan membinasakan musuh." Menurut Von Clausewitz
musuh tidak boleh dibinasakan, tetapi hanya boleh dikalahkan, karena kita tidak
akan bisa memaksakan kehendak kita kepada musuh yang sudah tiada.

Dalam perang laut klasik, pengadaan dan penggunaan kontrol rute laut dan selat
kerap sangat menentukan bagi penataan kekuasaan di darat dan di udara. Dengan
alasan ini, ada banyak armada laut di Atlantik dan Pasifik dipertahankan.

18
Richard Jackson: Writing the War on Terrorism. Language, Politics and Counter-Terrorism.
Manchester United Press, Manchester/New York 2005, ISBN 0-7190-7121-6.
Markus Kotzur: "Krieg gegen den Terrorismus" politische Rhetorik oder neue Konturen des
"Kriegsbegriffs" im Vlkerrecht? Dalam: Archiv des Vlkerrechts (AVR). 40. Bd., 2002, hal. 454-479.
19
Andrian Keys: Bushs Kriegsrhetorik hat ausgedient. Sddeutsche Zeitung, 1. April 2009.

41

Pengawasan dan pengaturan rute laut juga sangat penting bagi perlindungan dan
pergerakan pasukan serta logistik baik dalam waktu damai maupun saat perang.

Demikian juga halnya dengan pengawasan udara yang penting untuk menjaga
teritori darat. Menghancurkan angkatan perang udara musuh sebelum mereka
memiliki peluang menyerang adalah cara paling praktis untuk menghindar dari
serangan mereka terhadap angkatan perang sendiri. Pihak yang memiliki kedaulatan
udara berada dalam posisi mencegah peluang musuh untuk terbang, sementara
pada saat yang sama ia sendiri memiliki peluang untuk terbang. Bahkan konsep
program perang bintang Amerika Serikat diarahkan untuk menjadi pihak yang
dominan di ruang angkasa, dengan tujuan memiliki keuntungan strategis di darat.

Dalam perang darat, medan perang menentukan jenis pertempuran yang dapat
diterapkan, jenis persenjataan yang dapat digunakan, jenis pasukan dan jenis
gerakan yang dilakukan. Sekarang semakin banyak sistem persenjataan yang
dikembangkan untuk pertempuran darat. Beberapa jenis persenjataan tersebut
membantu mengatasi pembatasan medan. Pada akhirnya, bagaimanapun juga,
untuk dapat mencapai tujuan, pihak-pihak yang berperang harus memerangi musuh
tanpa pandang bulu di manapun juga.


Dalam perang gerilya, yang menjadi tujuan utama bukanlah memenangkan
pertempuran yang menentukan, melainkan membuat kerugian atau kerusakan
sebesar-besarnya pada pasukan musuh dan menghancurkan semangat musuh
dengan menggunakan satuan-satuan kecil yang independen. Strategi-strategi
semacam ini sangat berguna jika pihak musuh memiliki kekuasaan perang yang
lebih besar dan medan yang dipilih memungkinkan jenis perang semacam ini.
Perang Cina-Jepang di bawah Mao Tse-tung merupakan awal jenis perang ini, dan
perang Vietnam adalah bentuk penerapan yang konsisten sebuah perang gerilya
dengan efektivitas yang tinggi.

Berdasarkan definisi klasik, perang gerilya adalah pertempuran yang dilakukan di
medan yang diduduki pasukan bersenjata musuh yang bukan merupakan anggota

42

suatu angkatan perang yang terorganisir. Mereka bertempur secara terpencar dalam
satuan-satuan yang terus berpindah-pindah dan mengutamakan metode serangan
dadakan, perangkap dan sabotase.
20


Dalam praktiknya, perang gerilya menunjukkan hubungan erat antara strategi militer
dan strategi politis. Instrumen ini kerap dimanfaatkan untuk mencapai tujuan politis,
seperti dekolonialisasi dan pertempuran antar kelas. Mao Tse-tung dan Che
Guevara
21
memanfaatkan perang gerilya di daerah pedesaan sebagai sarana untuk
membebaskan diri dari rezim kolonial dan neokolonial. Sementara gerilya kota
pertama kali diterapkan di Uruguay (Tupamaros
22
,
23
) untuk memperlemah
masyarakat industri di kota metropolis mereka.

4.2.2.Lokasi Perang

Karya Sun Tzu yang berjudul "Prinsip-prinsip memilih lokasi atau medan perang
24

menyebutkan bahwa suatu komponen kunci bagi kemenangan adalah kepastian
bahwa medan perang tersebut akan lebih menguntungkan pasukan sendiri dibanding
pasukan lawan. Ada dua elemen dalam hal ini, yaitu kebutuhan untuk memperoleh
keuntungan khusus seperti menempati posisi-posisi kunci, dan kepentingan untuk
memilih medan perang yang diabaikan oleh lawan.

Dalam perang Vietnam, pasukan Vietcong jarang sekali menyerang
pasukan Amerika di medan terbuka. Melalui sabotase dan penyerangan
kecil-kecilan, seringkali mereka memaksa pasukan Amerika untuk
mengejar mereka ke dalam rimba belantara. Hal ini menyebabkan
pasukan Amerika masuk perangkap dan tertipu, dan dengan demikian
harus menanggung kerugian yang besar.


20
Brockhaus, edisi ke-19.
21
Lehrmeister des kleinen Krieges. Von Clausewitz bis Mao Tse-tung und Che Guevara (Panduan
Perang Kecil. Dari Clausewitz sampai Mao Tse-tung dan Che Guevara). Penerbit v.W.Hahlberg, 1968.
22
Nama tersebut berasal dari nama pemimpin pemberontak Peru Tpac Amaru II. (1738-1781).
23
Labrousse, Alain: Die Tupamaros: Stadtguerilla in Uruguay (Tupamaros: Gerilyawan Kota di
Uruguay). Mnchen: Hanser, 1971. ISBN 3-446-11419- X.
24
Untuk bagian politik lihat Bab 13.4.2 tentang Karakteristik Medan Perang.

43

Dengan menjebak pasukan Amerika untuk berperang di hutan rimba, pasukan
Vietcong menyerang musuhnya di medan yang mereka kuasai, dan dengan
demikian mampu memperoleh kemenangan yang berarti. Mereka berhasil mencapai
kemenangan ini, meskipun dari segi perlengkapan dan persenjataan tentara
Vietcong kalah dibandingkan dengan pasukan Amerika.

4.2.3.Saat yang tepat (timing) untuk perang

Menentukan saat yang tepat ("timing") untuk perang berhubungan dengan keputusan
yang menetapkan kapan dan di mana perang akan dilakukan. Pentingnya masalah
timing ini paling baik diilustrasikan pada saat perang, khususnya ketika hidup dan
mati dipertaruhkan. Pentingnya elemen ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa dalam
setiap latihan militer, pencocokan jarum jam tangan merupakan hal yang wajib
dilakukan, sebelum rencana perang dilaksanakan. Setiap langkah, setiap gerakan
pasukan dan persenjataan harus direncanakan secara cermat, dan dijalankan sesuai
dengan rencana tersebut. Sebagai contoh, saat menaklukkan sebuah bukit di medan
musuh, pasukan udara harus tahu dengan tepat kapan mereka harus mulai
melakukan pemboman, pasukan artileri harus tahu kapan dan berapa lama mereka
mulai melakukan penembakan, dan pasukan infanteri harus mengetahui setiap
momen kapan mereka harus tiba di lokasi tujuan dan mendaki bukit lawan.
Kesalahan dalam perhitungan waktu dapat membahayakan pasukan sendiri.

Elemen-elemen lokasi perang dan waktu sangat tergantung pada penilaian
subjektif terhadap situasi pertempuran, kekuatan relatif pasukan yang menyerang
dibandingkan dengan pasukan yang bertahan, dan sekaligus tergantung pada
banyak faktor lainnya. Nampak jelas bahwa keputusan semacam ini tergantung pada
kemampuan dan intuisi kemiliteran si perencana strategi, atau dalam hal ini intuisi
perencana taktik.

4.2.4. Bobot titik berat

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, titik berat (sebagaimana dikemukakan
Wylie) merupakan titik kritis yang menentukan hasil akhir suatu pertempuran. Untuk
memindahkan titik berat pertempuran demi keuntungan sendiri, Wylie mengusulkan

44

dua pola strategi, yaitu pola sekuensiel (bertahap) dan pola kumulatif (kumpulan).
Dua pola ini memiliki efek sinergis apabila dimanfaatkan secara bersamaan.

Dalam pola sekuensiel, proses perang diibaratkan seperti sebuah rantai. Setiap
bagian merupakan aksi yang terpisah yang tumbuh secara alami dan berlandaskan
pada apa yang dicapai oleh aksi sebelumnya. Di lain pihak, pola kumulatif
memandang perang sebagai kumpulan aksi-aksi kecil yang tidak saling tergantung
secara sekuensiel. Setiap aksi hanya merupakan sebuah plus-minus pada papan
penunjuk komandan perang, yang apabila dijumlahkan akan sampai pada sebuah
hasil yang menentukan kemenangan atau kekalahan.

Satu kesalahan yang kerap dilakukan adalah pemikiran bahwa satu-satunya cara
melaksanakan perang adalah dengan meniadakan lawan. Kesalahan ini terjadi
karena perang disalah-artikan sebagai pertarungan fisik bersenjata. Perang
merupakan konflik militer yang melibatkan dua negara atau lebih, sementara
pertarungan fisik bersenjata merupakan pertarungan bersenjata yang aktual di mana
kekuatan militer saling berhadapan. Walaupun dalam perang ada banyak
pertarungan fisik bersenjata, namun kemenangan dalam pertarungan fisik tersebut
tidak menjamin kemenangan perang. Kemenangan dalam perang hendaknya berarti
kontrol yang layak dan pantas atas pihak lawan, untuk menjamin bahwa mereka
dapat kembali memperoleh statusnya sebagai anggota masyarakat dunia yang
terpandang. Jika tidak demikian, kemenangan mutlak tidak akan dapat diperoleh.

Perang Teluk serta sanksi yang diberikan terhadap Irak setelahnya
merupakan salah satu contoh aksi semacam itu. Sanksi itu diterapkan
semata-mata untuk menghukum Irak dan tidak untuk mengembalikan
reputasi Irak sebagai anggota masyarakat dunia. Oleh karena itu Irak akan
tetap berada pada titik terancam bahaya perang, sepanjang masalah
statusnya belum mendapat penyelesaian yang positif.

Situasi serupa terjadi pula pada saat kampanye pemilu. Apabila sebuah partai
berhasil mengontrol sepenuhnya aktivitas partai lain, dan partai lawan membiarkan
isu dan aksi-aksinya dimanipulasi, maka hampir dipastikan partai tersebut dapat
memenangkan pemilu.

45


4.3. Model perencanaan korporasi

Tingkat pertumbuhan yang semakin berkurang, pasar yang stagnan dan persaingan
yang bertambah ketat dapat mengancam keberadaan perusahaan. Pertumbuhan
yang dibutuhkan untuk menjamin eksistensi perusahaan tidak lagi dapat dicapai
hanya dengan meningkatkan produktivitas secara kuantitatif semata. Hal ini
berdampak pada manajemen perusahaan dan terutama pada perencanaan
perusahaan.

Bertolak dari latar belakang perkembangan ekonomi yang berakibat pada perlunya
menyusun pendekatan baru dalam kepemimpinan perusahaan, strategi khususnya
strategi korporasi menjadi sangat penting. Dengan menyiapkan filosofi fundamental
dan pedoman kunci yang meyakinkan, strategi tidak hanya memberikan keuntungan
yang kompetitif tetapi juga mampu memobilisasi pekerja dan memaksa konsentrasi
kolektif untuk mencapai tujuan bersama.

Perencanaan korporasi merupakan analisa sistematis dan perumusan tujuan yang
mengarah ke depan, yang mencakup cara dan pilihan-pilihan bersikap, pilihan
optimal yang dimiliki dan penetapan instruksi-instruksi untuk merealisasikannya
secara rasional.
25


Strategi produk dan strategi pasar mengikuti aturan klasik perencanaan strategis.
Contoh yang tepat untuk menggambarkan hal ini adalah perkembangan strategi
pasar dunia oleh orang-orang Jepang yang hampir dalam setiap bidang
berorientasi pada prinsip dasar Sun Tzu.

4.4. Model perencanaan politis

Dalam proses perencanaan politis ada dua pola yang diutamakan. Yang pertama
adalah pola perencanaan berdasarkan SWOT, dan yang kedua adalah
"Perencanaan Konseptual". Pola SWOT akan dipaparkan secara singkat di bawah

25
Ensiklopedi Brockhaus, edisi ke-19

46

ini, sementara "Pola Konseptual" akan diperkenalkan mulai bab 4 secara rinci dan
dalam setiap fasetnya.

4.4.1. Proses perencanaan strategis dengan menggunakan pola SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats)

Menurut SWOT, perencanaan strategi yang baik bekerja pada dua tingkat. Di tingkat
pertama, perencana strategi membuat gambaran yang jelas mengenai arah yang
hendak dituju oleh organisasi (visi) dan apa yang menjadi tujuan serta alasan
eksistensi organisasi tersebut (definisi atau mission statement). Berdasarkan visi
dan ini, perencana strategi mengembangkan tujuan yang merepresentasikan hasil
akhir yang dapat diukur secara kualitatif dan dihitung secara kuantitatif. Langkah ini
dapat menunjukkan apakah organisasi tersebut semakin mendekat kepada visi dan
tujuan utama atau justru menjauhinya. Strategi-strategi dalam kasus ini harus
menetapkan bidang mana saja yang diharapkan menjadi tujuan kunci (Key result
area), upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan dan bidang mana saja yang dapat
dimonitor dan dinilai dengan menggunakan indikator kinerja spesifik.

Di tingkat kedua, perencana strategi melakukan upaya untuk memposisikan
organisasi berdasarkan realitas lingkungan operasionalnya. Ada dua jenis
lingkungan: lingkungan eksternal yang merupakan wilayah di mana kekuatan atau
faktor lain mempengaruhi atau dipengaruhi oleh organisasi tersebut, dan yang kedua
adalah lingkungan internal yang terdiri atas sumberdaya-sumberdaya, kekuatan,
peluang serta tuntutan dari dalam organisasi itu sendiri. Perencana strategi harus
mampu mengenali dan menilai peluang dan ancaman yang terjadi di lingkungan
eksternal yang berhubungan dengan visi, serta tujuan akhir organisasi.

4.4.2. Visi, pernyataan misi, tujuan, bidang-bidang hasil kunci dan indikator
kinerja

Visi adalah kondisi ideal atau persyaratan ideal yang ingin dicapai oleh sebuah
organisasi. Tapi hendaknya visi ini tidak terlalu idealistis, agar tidak kehilangan
relevansi dengan realita. Sebuah visi merupakan sebuah skenario akhir yang dapat
dicapai setelah tahapan-tahapan dari skenario sementara tersebut dijalankan secara

47

berurutan. Penting untuk menguraikan dan menyajikan skenario tersebut dalam
istilah-istilah yang bersemangat dan berkobar-kobar untuk menginspirasi dan
memotivasi pihak-pihak yang terlibat. Contoh visi untuk suatu proyek pembangunan
dapat diuraikan seperti berikut:

"Desa X adalah komunitas yang cinta damai, harmonis dan hidup
berdampingan secara adil dan sejahtera, yang mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya sendiri dan mampu menyediakan sumberdaya yang
diperlukan untuk keseimbangan ekologis dan pembangunan yang
berkelanjutan.


Visi
Indikator Kinerja
Tujuan
Pernyataan Misi
Strategi
Kelemahan-
Peluang
Strategi
Kelemahan-
Ancaman
Kekuatan
Peluangn Ancaman
Kelemahan
Faktor ekologis
Faktor ekonomis
Faktor politis
Faktor sosial
Analisa lingkungan eksternal
Bidang-bidang
hasil kunci
Strategi
Kekuatan-
Ancaman
Strategi
Kekuatan-
Peluang
Filter bagi Relevansi, Ukuran,
Kadar Kepentingan, Urgensi

48

Pernyataan memberikan arahan untuk sebuah organisasi dan dibatasi oleh visi. Ini
merupakan motivasi awal sebuah organisasi dan menjadi alasan utama atas
keberadaan organisasi tersebut. Visi haruslah cukup luas sehingga dapat memberi
inspirasi bagi setiap anggota organisasi, tetapi sekaligus harus cukup sempit
sehingga dapat fokus pada tindakan-tindakan yang harus dilakukan.
Contoh sederhana tentang pernyataan untuk sebuah organisasi non-
pemerintah (NGO) dapat berbunyi sebagai berikut: "Perbaikan kualitas
hidup kaum miskin di ..."

Tujuan merupakan hasil akhir yang dapat diukur, yang ditarik dari pernyataan
tersebut. Sebagai contoh, tujuan ini dapat berbunyi:

1. Penghasilan orang-orang yang berada di bawah ambang batas minimum
ditingkatkan sehingga mereka mampu mencukupi kebutuhan dasarnya sendiri.

2. Perawatan kesehatan yang baik disediakan bagi semua orang.

Tujuan-tujuan tersebut sebaiknya diterjemahkan ke dalam bidang-bidang hasil kunci
(Key Results Area, KRA). Untuk tujuan nomor 1, KRA dapat berupa kesempatan
bagi masyarakat untuk dapat memiliki penghasilan yang cukup dan memiliki akses
yang layak ke sumberdaya eksternal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar
dalam bidang pangan, sandang, papan, pendidikan, air, energi, dan lain sebagainya.
Indikator kinerja yang spesifik hendaknya bersumber dari KRA tersebut. Tingkat
penghasilan yang dapat diukur secara kuantitatif yang didasarkan pada kebutuhan
minimum harus ditetapkan sebagai basis sehingga dapat menjamin kehidupan yang
layak.

Tujuan nomor 2 hendaknya memiliki KRA berupa kesehatan yang baik, yang dapat
diukur melalui kriteria kesehatan yang spesifik (seperti harapan hidup rata-rata,
wabah penyakit, angka kelahiran, grafik pertumbuhan yang berhubungan dengan
usia dan berat badan, angka kematian bayi dan perlindungan kerja), yang dapat
dijadikan indikator kinerja.



49

4.4.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan analisa lingkungan eksternal

Penilaian dan analisa terhadap lingkungan eksternal harus memperhitungkan empat
bidang utama kepentingan. Keempat bidang tersebut adalah faktor sosial, politis,
ekonomis dan ekologis.

Faktor sosial mencakup perkembangan demografis dalam masyarakat, khususnya
parameter-parameter yang berkaitan dengan usia rata-rata, tingkat kematian dan
jenis kelamin. Data-data mengenai tingkat pendidikan dan jenis lulusan, kesehatan,
kondisi keamanan fisik dan psikologis dikumpulkan untuk kebutuhan ini. Kebutuhan
faktor sosial hendaknya juga mempertimbangkan nilai-nilai religius serta adat-istiadat
dan budaya. Selain itu juga faktor dalam struktur masyarakat, hubungan dan
interaksi antar kelompok masyarakat dan tatanan masyarakat berdasarkan hirarki
sosial juga perlu diperhatikan.

Faktor-faktor politis berhubungan dengan struktur kekuasaan dan kekuatan yang
mempengaruhi lingkungan internal di mana pemerintah bekerja dan juga
hubungan-hubungan internasionalnya. Struktur-struktur dan kekuatan tersebut
mencakup kewenangan elit pemerintahan yang sedang berkuasa dan lawan
politiknya, sekte-sekte keagamaan, kaum anarkis, raksasa perekonomian, aktivis,
kaum reaksioner, militer, kaum revolusioner, pemilik properti, petani, manajer, serikat
pekerja, para pemilih dan lain-lain. Faktor-faktor ini merajut sebuah jaring kaum
protagonis dan antagonis, sebuah pola kerjasama dan konflik
26
. Faktor-faktor
tersebut berlandaskan konstitusi atau kerangka hukum tertentu, yang ditaati oleh
pihak yang satu tetapi ingin dihancurkan oleh pihak yang lain. Faktor-faktor ini
berhubungan dengan pengendalian dan pengelolaan sumberdaya utama yang
mencakup manusia, sumberdaya alam dan uang. Selain itu, kekuatan politik
berusaha untuk menarik sumberdaya eksternal ke dalam lingkungannya, sementara
pada saat yang sama berusaha untuk menjauhkan elemen-elemen destruktif dari
lingkungan mereka.

Faktor-faktor ekonomis berhubungan dengan semua kekuatan produktif modal,
lahan dan pekerja yang aktif dalam sektor formal maupun dalam sektor informal.

26
Lihat juga Bab 16.9. Menentukan preferensi nilai kelompok target.

50

Berbagai bentuk investasi dan sumber-sumber terkait meletakkan fondasi untuk
pembentukan dan pembagian kekayaan ekonomis. Mereka dibentuk melalui
penggunaan teknologi, pengetahuan manajemen, kualifikasi, profitabilitas, pola
konsumsi, tingkat investasi, mobilisasi modal, dan produktivitas. Faktor ekonomis
menentukan kualitas hidup warga yang tinggal di lingkungan setempat.

Faktor ekologis menggambarkan bagaimana berbagai bagian ekosistem atau
lingkungan ekologis saling mempengaruhi. Faktor ekologis ini menelaah bagaimana
bagian-bagian ini bersifat membangun atau merusak. Mereka menentukan
kenyamanan makhluk hidup yang tinggal di sana, baik manusia, hewan maupun
tumbuhan, sebagaimana juga kemampuan untuk berkembang secara berkelanjutan.
Faktor ekologis menentukan kualitas hidup yang dihasilkan oleh lingkungan hidup,
dan hal ini tergantung pada produktivitas atau program perlindungan lingkungan
hidup. Faktor ekologis menentukan kondisi sumberdaya alam dan tingkat
pemanfaatan serta eksploitasinya. Mereka menentukan tingkat polusi yang
ditimbulkan oleh kegiatan ekonomis dan sosial.

Faktor-faktor sosial, politis, ekonomis dan ekologis adalah parameter di mana kondisi
lingkungan hidup baik di masa lampau, sekarang maupun masa depan dapat dinilai.
Penilaian tersebut dapat ditinjau dari berbagai perspektif yang berbeda, tergantung
pada sikap dan pandangan pribadi.

4.4.4. Evaluasi internal (Penilaian)

Dalam melakukan penilaian internal terhadap suatu perkembangan, yang pertama
kali harus dilakukan adalah menentukan kinerja berdasarkan mandat yang diberikan
atau yang diterima (visi, , tujuan). Namun mandat tersebut harus diterjemahkan ke
dalam indikator kinerja yang berorientasikan hasil, yang mendefinisikan pengaruh
organisasi terhadap penerima yang ditargetkan. Dalam hal kinerja yang
berorientasikan hasil, baik atau tidaknya organisasi dalam memberikan aneka jasa
tidaklah penting. Apabila jasa yang diberikan tidak mengarah kepada hasil atau
keuntungan yang jelas dan terukur, maka jasa tersebut menjadi sia-sia.


51

Oleh karena itu, tugas pertama adalah membandingkan hasil yang dicapai dengan
hasil yang direncanakan.

Tugas yang kedua adalah mengukur kemampuan anggota organisasi dalam
melaksanakan strategi. Sebuah organisasi bisa saja memutuskan untuk mencapai
hasil yang lebih baik, namun karena anggota organisasi tersebut kurang kompeten,
hasil tersebut tak dapat dicapai.

Tugas yang ketiga adalah memeriksa apakah tersedia cukup sumberdaya untuk
mencapai tujuan-tujuan organisatoris yang telah ditetapkan dalam strategi. Strategi-
strategi yang dibuat bisa saja baik, dan sumberdaya manusia yang tersedia bisa saja
kompeten, namun organisasi tidak menyediakan dana pada waktu dan tempat yang
tepat.

Tugas yang keempat adalah menilai sistem, proses dan prosedur yang lazim dalam
sebuah organisasi untuk menentukan apakah aspek-aspek tersebut cocok untuk
implementasi strategi dan pencapaian tujuan. Sistem yang digunakan hendaknya
difokuskan pada hal-hal untuk keperluan perencanaan, organisasi, personil,
manajemen, keuangan, penilaian dan insentif lebih dari sekedar melaksanakan
strategi dan mencapai tujuan.

Tugas kelima adalah memeriksa berbagai fungsi operasional suatu organisasi,
program-programnya, proyek, serta jasa pendukung untuk mengetahui apakah
organisasi benar-benar medukung strategi tersebut dan menaruh perhatian pada
tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, penilaian haruslah menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah fungsi-fungsi, program-program, dan jasa
yang tersedia dijalankan secara efisien, cepat, dan efektif?

Tugas keenam memeriksa setiap manajer dan timnya apakah gaya manajemen,
perilaku, sistem penilaian, relasi, etika, kebersamaan, orientasi pada pelanggan, dan
kinerja mereka cocok dengan kriteria yang berorientasikan pada hasil yang ingin
diraih.


52

Ketujuh, struktur organisasi, lingkungan dan syarat-syarat kerja organisasi harus
diperiksa apakah sudah mencukupi persyaratan organisatoris dan mengarah pada
kinerja yang baik.

Kedelapan, perlu ditelaah peranan apa yang dimainkan oleh hubungan eksternal
organisasi, komunikasi, relasi, jaringan dan aliansi bagi efektivitas organisasi.

Kesembilan, perlu dinilai apakah manajer utama dan para pimpinan mampu
menggali dukungan dan kinerja dari para stafnya, kemampuan mereka untuk
mengambil keputusan, kebijakan-kebijakan yang mereka terapkan, instruksi yang
mereka berikan dan pengaruhnya secara keseluruhan terhadap organisasi.

Kesepuluh, pemeriksaan harus mampu melihat untuk menetapkan apakah strategi
yang disiapkan oleh organisasi, strukturnya, sistemnya, sumberdayanya serta
personilnya konsisten dengan visi, dan tujuan yang telah ditetapkan.

Ada tiga proses manajemen yang perlu ditekankan di sini:
1. Apakah motivasi dan proses penilaian mendorong personil untuk melaksanakan
strategi dan tugasnya?
2. Apakah struktur organisasi, sistem, dan sumberdaya untuk perencanaan,
pengambilan keputusan, dan implementasi memungkinkan pencapaian strategi dan
tugas yang dipilih?
3. Apakah struktur organisasi, sistem dan sumberdaya menjamin adanya pimpinan
yang tepat, pemilihan orang-orang yang tepat, perbaikan hubungan dan dukungan
dari para pekerja?

4.4.5. Analisa SWOT

Setelah menjalani langkah pembentukan visi atau pembentukan tujuan dan analisa
lingkungan eksternal, organisasi harus mengembangkan pilihan strategis atau jalan
alternatif untuk mencapai tujuan akhir. Dengan memperbandingkan kekuatan dan
kelemahan organisasi dengan peluang dan ancaman di lingkungan eksternal, pilihan
semacam ini dapat dikembangkan. Inilah yang disebut analisa SWOT, di mana ada
empat kemungkinan kombinasi:

53

1. Strategi Kekuatan-Peluang: Tanyakan... bagaimana kekuatan organisatoris dapat
digunakan untuk memperoleh keuntungan dari berbagai peluang untuk berkembang?
2. Strategi Kekuatan-Ancaman: Tanyakan... bagaimana kekuatan dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan
dan pengejaran peluang?
3. Strategi Kelemahan-Peluang: Tanyakan... bagaimana kelemahan dapat diatasi
untuk memperoleh keuntungan dari berbagai peluang yang berkembang?
4. Strategi Kelemahan-Ancaman: Tanyakan... bagaimana kelemahan dapat diatasi
un tuk mengatasi ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan dan
pengejaran peluang?

4.4.6. Pemilihan strategi dan implementasinya

Pilihan strategis akan dievaluasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh organisasi
yang merupakan hasil dari visi, tujuan, bidang hasil kunci dan indikator kinerja.
Sebuah keputusan harus diambil. Keputusan yang diambil haruslah berdasarkan
analisa kritis dengan menanyakan hal apakah yang kiranya gagal, untuk
mempersiapkan diri akan kejadian tak terduga atau untuk mengubah keputusan jika
perlu.

Setelah pilihan strategis diambil dan kejadian tak terduga diperhitungkan, strategi
harus diterjemahkan ke dalam struktur organisasi yang tepat, ke dalam sistem serta
prosedur implementasi. Setelah itu perlu disusun jadwal kegiatan dalam kerangka
waktu tertentu, dan diturunkan menjadi tugas-tugas yang didistribusikan kepada
kelompok-kelompok atau individu dengan target waktu yang jelas. Strategi tersebut
harus dimonitor dan dievaluasi berdasarkan indikator kinerja dan bidang hasil kunci
yang telah ditetapkan. Keduanya dilakukan untuk tujuan pengendalian manajemen
dan memudahkan pengulangan penerapan atas strategi-strategi yang berhasil.

4.4.7. Metode perencanaan konseptual

Metode ini merupakan titik fokus buku ini, dan dijabarkan dalam bab 3, karena
berdasarkan pandangan penulis, hal ini menunjukkan diperlukannya keteguhan tapi
juga fleksibilitas dalam perencanaan strategi untuk merespon perubahan

54

masyarakat. Metode ini menjamin bahwa perubahan atas strategi yang telah
direncanakan hanya dilakukan apabila batas nilai threshold terlewati, sehingga
terjadi ketenangan dan menghindari reaksi yang tergesa-gesa dan terlalu
emosional. Di pihak lain, perencanaan konseptual memandang faktor lingkungan
sebagai variabel, karena tujuan utama strategi politik adalah untuk mengubah
lingkungan, masyarakat dan kerangka hukum.

55

5. PERENCANAAN KONSEPTUAL
27


5.1. Sepuluh langkah perencanaan

Perencanaan konseptual terdiri dari 10 langkah yang harus dijalankan secara
berurutan. Langkah-langkah ini terbagi dalam 3 fase, yaitu:
1. Perumusan Misi dan Analisa Situasi
2. Keputusan Strategis
3. Implementasi Strategi

Dalam menjalankan 10 langkah tersebut, pertanyaan-pertanyaan berikut harus
dijawab:
1. Apakah yang seharusnya direncanakan, dan dengan tujuan strategis yang
mana?
2. Bagaimana kita menilai situasi di mana strategi akan dijalankan? (Analisa
dan evaluasi situasi)
3. Keputusan strategis apa yang harus diambil agar strategi tersebut dapat
dijalankan dengan sukses dalam situasi yang ada? (Perumusan sub-strategi)
4. Tujuan taktis manakah yang harus dicapai untuk menjalankan strategi?
(Perumusan tujuan)
5. Bagaimanakah lingkungan internal dan eksternal mengenali atau
mengidentifikasi strategi kita? (Target image)
6. Kelompok mana sajakah (internal dan eksternal) yang penting bagi
pencapaian tujuan taktis, dan kelompok mana sajakah yang menaruh minat
khusus terhadap kita berdasarkan citra yang kita inginkan? (Kelompok
target)
7. Faktor citra manakah yang penting bagi kelompok target tertentu? (Pesan
kelompok target)
8. Bagaimana kita dapat mencapai tujuan kita bersama kelompok target kita?
(Instrumen kunci)
9. Bagaimana kita menerjemahkan strategi ke dalam perencanaan taktis?
(Rencana jadwal dan operasional)

27
Metode ini dikembangkan oleh Bruno Kalusche di Wuppertal, tempat Institut fr
Kommunikationsforschung e.V. (Institut Penelitian Komunikasi) dulu berkedudukan. Sejak tahun 1978 metode
ini dikembangkan oleh penulis yang mengambil alih Institut tersebut pada tahun 1987.

56

10. Instrumen mana yang kita gunakan untuk mengontrol implementasi
strategi dan untuk mendata perubahan-perubahan data lingkungan sehingga
strategi dapat disesuaikan? (Pengendalian strategi)

Dengan menjawab 10 pertanyaan ini, semua elemen yang memiliki hubungan dalam
strategi dan taktik ditetapkan, dan dengan demikian siap diterapkan dalam rencana
operasional unit-unit taktis
28
.



























28
Untuk membatasi langkah-langkah perencanaan strategis dan taktis, lihat Bab 3.2.1

57





Misi
Fakta tentang
organisasi
sendiri
Fakta pesaing
Kelemahan
Kerangka kerja untuk
Perencanaan Taktis


Rencana dan jadwal
operasi
Sub-strategi
Kerangka kerja untuk
Kegiatan Kehumasan

Pesan Kelompok
Target
Instrumen Kunci
Kelompok Target
Tujuan Target image
Kekuatan
Fakta lingkungan
eksternal

58

5.2. Merumuskan misi

Perumusan misi menjabarkan hal apa saja yang perlu direncanakan secara strategis.
Hal ini harus mencakup sekurang-kurangnya tiga elemen:
1. Tujuan secara keseluruhan yang menguraikan posisi yang ingin kita capai
melalui perencanaan strategi tersebut.
2. Alasan pentingnya mencapai tujuan secara keseluruhan.
3. Kerangka waktu (kurun waktu) dimana keseluruhan tujuan harus dicapai.

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab 1, alasan yang mendasari pencapaian
tujuan secara keseluruhan sangatlah penting. Bagi von Clausewitz
29
, kemenangan
dalam perang mungkin menjadi tujuan awal, tetapi tujuan perang yang
sesungguhnya yang juga menjadi alasan berperang adalah perdamaian. Hal ini
dicapai melalui perang defensif di wilayah kekuasaan sendiri dan perang agresi di
wilayah asing.

5.3. Penilaian situasional dan evaluasi

Analisa situasi dan evaluasi membahas evaluasi fakta-fakta yang dikumpulkan, yang
dikelompokkan ke dalam kekuatan dan kelemahan, serta perkiraan kemungkinan
keberhasilan tujuan yang terealisasi. Fakta-fakta yang dimaksud di sini termasuk
fakta-fakta organisasi sendiri, fakta-fakta mengenai pekerja jika ada dan fakta-
fakta lingkungan di mana akan dicapai.

5.3.1. Pengumpulan fakta
30


Pengumpulan fakta
31
berarti mengumpulkan fakta-fakta internal dan eksternal yang
relevan bagi rencana strategis. Fakta-fakta internal adalah fakta yang menyangkut
organisasi sendiri. Fakta-fakta eksternal adalah fakta yang menyangkut para pekerja
atau lingkungan di mana strategi tersebut akan direalisir.


29
Lihat catatan kaki 3.
30
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai pengumpulan fakta lihat Bab 7 tentang Pengumpulan Fakta.
31
Untuk pengumpulan fakta lihat juga Bab 20.

59

Pembatasan antara fakta internal dan eksternal tidak selalu mudah. Tapi
pembatasan ini bagaimanapun harus didefinisikan secara jelas sebelum proses
pengumpulan fakta dimulai, untuk menghindari munculnya kesalahpahaman.

Sebagai contoh, apabila organisasi sayap kepemudaan sebuah partai
merencanakan sebuah strategi untuk memerangi pengangguran di
kalangan remaja, maka muncul pertanyaan, hal apa saja yang
termasuk "internal" dan apa saja yang "eksternal". Apabila partai induk
dianggap sebagai "internal", maka harus diasumsikan bahwa sayap
kepemudaan tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap partai
induknya. Tapi jika sebaliknya, maka partai induk juga perlu
dipengaruhi, karena reaksi atas setiap upaya pada pengaruh tersebut
didiktekan oleh partai induk. Hal ini berarti, bahwa partai induk harus
digolongkan ke dalam organisasi "eksternal".

Contoh lain adalah, apabila sebuah partai koalisi pemerintah
merencanakan sebuah inisiatif untuk menurunkan pajak, maka perlu
dipertanyakan apakah pemerintah akan digolongkan sebagai pihak
"internal" atau "eksternal". Dalam kasus seperti ini, selalu disarankan
bahwa pemerintah dikategorikan sebagai "eksternal", terutama apabila
muncul perbedaan pendapat di antara partai-partai koalisi.

Apabila partai tersebut merencanakan sebuah kampanye pemilu, maka
muncul pertanyaan apakah organisasi-organisasi politik afiliasi partai
tersebut (inisiatif pemilih, partner aliansi, organisasi sayap pemuda
partai atau organisasi sayap perempuan partai, dsb.) dikategorikan
sebagai "internal" atau "eksternal". Keputusan untuk penggolongan ini
berdasarkan sejauh mana partai tersebut dapat mempengaruhi
organisasi-organisasi aliansinya secara langsung, meskipun jika perlu
dengan cara paksaan. Jika ada saling ketergantungan yang jelas
antara struktur-struktur, maka organisasi tersebut tergolong "internal",
jika tidak, sebaliknya ia harus digolongkan sebagai "eksternal".


60

Fakta-fakta kompetitor atau pesaing adalah fakta yang berasal dari organisasi-
organisasi yang merupakan pesaing langsung dari organisasi kita sendiri, misalnya
pesaing dalam pemilu, atau mereka yang berseberangan, misalnya serikat buruh
pada saat penerapan program privatisasi. Fakta-fakta lingkungan adalah fakta yang
berasal dari masyarakat di mana strategi akan dijalankan.

5.3.2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

Apabila fakta-fakta telah terkumpul, secara sistematis digolongkan dan ditimbang
berdasarkan kadar relevansi, ukuran, kepentingan dan urgensinya, maka kemudian
fakta-fakta ini dapat dikaitkan dengan strategi yang ada. Setiap fakta diteliti untuk
menentukan apakah fakta-fakta tersebut mendukung atau justru mengganggu
pelaksanaan strategi.

Apabila sebuah fakta mendukung, fakta ini akan menjadi kekuatan. Sebaliknya,
apabila ia mengganggu pelaksanaan, ia akan menjadi kelemahan. Selain itu, banyak
fakta yang tidak tergolong mendukung maupun mengganggu. Fakta semacam ini
hanya akan menjadi bahan pelengkap yang hanya akan berperan dalam
perencanaan operasional pada keadaan tertentu saja.

Dari cara kekuatan dan kelemahan tersebut didefinisikan, tampak bahwa kekuatan
pihak pesaing adalah kelemahan bagi organisasi kita, dan sebaliknya, kelemahan
pesaing dapat menjadi kekuatan bagi pihak kita.

5.3.3. Analisa kekuatan dan kelemahan

Apabila kekuatan dan kelemahan sudah diketahui, maka keduanya harus dievaluasi.
Setelah mengelompokan mereka berdasarkan kadar kepentingan, perlu ditetapkan
apakah kita memiliki pengaruh terhadap kelemahan-kelemahan tersebut dalam arti
dapat mengeliminir atau setidaknya menguranginya. Tentu saja lebih mudah bagi
kita untuk mempengaruhi kelemahan kita sendiri, dibandingkan mempengaruhi
kekuatan lawan yang menjadi kelemahan kita.


61

Dapat-tidaknya kita memanfaatkan kelemahan lawan kita, tergantung pada apakah
kita memiliki sarana yang tepat (isu, sumberdaya manusia, aliansi) yang menjadi
kekuatan kita untuk menyerang kelemahan mereka.

Dalam menganalisa dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan kita yang
diperhadapkan dengan pesaing atau lawan dalam konteks perencanaaan strategi
politik, pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu dijawab:
1. Isu-isu apa sajakah yang lebih kuat/unggul?
2. Siapa yang memiliki kepemimpinan yang lebih baik?
3. Siapa yang memiliki sumberdaya manusia yang lebih baik?
3. Siapa yang memiliki disiplin yang lebih baik?
4. Siapa yang memiliki motivasi yang lebih baik?

Sementara itu, dalam menganalisa dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang
berasal dari pengamatan lingkungan eksternal, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu
dijawab:
1. Siapa yang lebih memenuhi tren yang ada di masyarakat saat ini?
2. Siapa yang lebih kompeten dalam isu-isu yang aktual?
3. Siapa yang memiliki sistem nilai yang lebih sesuai dengan masyarakat atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat?
4. Siapa yang lebih baik dalam memanfaatkan peluang?

Jika ditinjau secara keseluruhan, ada tiga jenis kekuatan dan tiga tipe kelemahan.
Tiga tipe kelemahan tersebut masing-masing adalah:
1. Kelemahan sendiri, yang menghambat kita dalam mencapai keberhasilan
strategi.
2. Kelemahan yang berasal dari kekuatan lawan, dan merintangi kita
dalam mencapai keberhasilan strategi.
3. Kelemahan yang bersumber dari lingkungan eksternal, dan menghambat
kita dalam pencapaian terlaksananya strategi.

Sementara tiga tipe kekuatan adalah:
1. Kekuatan sendiri, yang membantu kita untuk mencapai keberhasilan strategi.
2. Kekuatan yang berasal dari kelemahan lawan, dan dapat kita

62

manfaatkan dalam mencapai keberhasilan strategi.
3. Kekuatan yang bersumber dari lingkungan eksternal, dan memudahkan
kita untuk mencapai keberhasilan strategi.

5.3.4. Umpan-balik (feedback)

Setelah menganalisa kekuatan dan kelemahan, langkah berikutnya adalah
menentukan apakah dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. Apabila
analisa kekuatan dan kelemahan menunjukkan bahwa ada keuntungan strategis
yang jelas sehingga kemenangan pasti dapat diperoleh, dan bahwa kelemahan-
kelemahan cukup dapat dilindungi, maka strategi tersebut memiliki kemungkinan
untuk dapat dicapai. Perumusan situasional karenanya dapat diikuti dengan
perumusan tugas dan strategi.

Tetapi apabila analisa menunjukkan bahwa ada kelemahan-kelemahan yang tidak
dapat dilindungi, bahwa hampir tidak ada keuntungan strategis dibandingkan dengan
pesaing atau lawan, dan jika ada keraguan pada diri kita untuk dapat meraih
kemenangan, maka kemungkinan besar strategi tersebut tidak dapat dicapai. Dalam
kasus semacam ini, alternatif perlu disiapkan dengan memodifikasi tujuan secara
keseluruhan untuk menetapkan target yang lebih mungkin dapat dicapai. Hal ini
dapat berarti penarikan diri dari arena politik. Dalam setiap kasus, hasil analisa
situasi harus selalu berumpan-balik pada strategi yang telah ditetapkan.

Umpan-balik terhadap strategi ditunjukkan oleh skema dalam gambar berikut ini:




63


Penilaian situasional
Fakta-fakta tentang
organisasi sendiri
Fakta-fakta tetang
kompetitor/pesaing
Fakta-fakta tentang
lingkungan eksternal

Isu-isu mana yang lebih kuat?

Siapa yang memiliki kepemimpinan yang
lebih baik?

Siapa yang memiliki sumberdaya manusia
yang lebih baik?

Siapa yang memiliki disiplin yang lebih
baik?

Siapa yang memiliki motivasi yang lebih
baik?

Siapa yang memiliki sumberdaya yang
lebih baik?



Siapa yang lebih mengikuti tren
tren di masyarakat?

Siapa yang lebih kompeten dalam
isu-isu aktual?

Siapa yang memiliki sistem nilai
yang lebih sesuai dengan nilai-
nilai di masyarakat?

Siapa yang lebih baik dalam
menangkap peluang?

Adakah keuntungan
strategisnya?

Adakah kepastian
untuk menang?

Mungkinkah
membentengi
kelemahan yang ada?

Tidak Ya

Merumuskan
sub-strategi
Mencari alternatif
atau mundur

64

5.4. Perumusan sub-strategi

Sementara langkah penilaian situasional lebih menyibukkan diri dengan keadaan
dan situasi masa lalu, fokus kita harus bergerak maju ke depan untuk perumusan
sub-strategi. Apabila penilaian situasional sudah selesai, menjadi jelas apakah
sebuah strategi akan dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan atau
masih perlu direvisi. Dari situ muncul tugas-tugas yang perlu didukung dengan
keputusan strategis.

5.4.1. Menyusun tugas-tugas

Berdasarkan analisa kekuatan dan kelemahan, lahirlah tugas-tugas yang harus
diselesaikan. Tugas-tugas tersebut adalah:
1. Pertama, kita meneliti kelemahan-kelemahan kita. Apabila ada kelemahan
yang dapat kita pengaruhi, maka kelemahan ini harus dieliminir.
2. Apabila kelemahan-kelemahan itu tidak dapat dieliminir sepenuhnya, maka
sebuah pertahanan (dengan cara menutupi, mengalihkan perhatian, dsb.)
harus dibangun.
3. Setelah itu kita menelaah kekuatan-kekuatan kita. Apabila ada bidang-
bidang di mana kita bisa menikmati keuntungan strategis, bidang-bidang ini
harus digunakan untuk menyerang lawan.
4. Apabila lawan menunjukkan kelemahan-kelemahan tertentu yang tidak
berhubungan dengan kekuatan-kekuatan kita, maka kita harus membangun
kekuatan-kekuatan ini.

Menangani tugas-tugas sesuai urutan di atas akan menggarisbawahi signifikansi
serangan di dalam pertimbangan strategis. Kemenangan hanya dapat diperoleh jika
salah satu pihak menyerang. Pihak yang defensif atau bersikap mempertahankan diri
bisa saja tak terkalahkan, tetapi ia tidak akan pernah memperoleh kemenangan.

Tentang hal ini Sun Tzu berpendapat: Kemampuan mempertahankan diri
sendiri dari kekalahan, ada di tangan kita sendiri; dan peluang untuk
mengalahkan musuh ada di tangan musuh itu sendiri. Mereka yang terlatih

65

dalam seni berperang dapat menjadikan dirinya tak terkalahkan, tetapi
mereka tidak dapat memastikan kekalahan musuh.
Mereka yang tidak dapat menang harus mempertahankan diri, mereka
yang dapat menang harus menyerang.

5.4.2. Merumuskan strategi

Perumusan strategi berlandaskan pada prinsip-prinsip berikut:
Pertama-tama harus dipilih isu-isu yang akan diperhadapkan dengan pesaing atau
lawan. Isu-isu ini hendaknya berupa isu atau argumen yang membawa keuntungan
yang jelas, atau yang selama ini diabaikan oleh lawan.

Lingkungan di mana sebuah rencana dijalankan memainkan peranan yang penting
dalam penentuan isu. Dengan kata lain, saat menentukan isu, lingkungan tempat kita
akan bergerak menentukan kemungkinan untuk menggunakan isu-isu tertentu.
Apabila lingkungan tersebut tidak tertarik pada isu tertentu, maka sia-sia saja jika kita
menggunakan isu ini untuk menyerang lawan.

Lebih jauh, kita perlu mencoba berada pada satu posisi superioritas relatif. Jalan
satu-satunya untuk mencapai hal ini adalah dengan tujuan memusatkan kekuatan
dan semua penyerangan hanya pada satu isu dan dalam waktu tertentu saja. Tetapi
hal ini hanya mungkin terjadi jika kita menyerang bidang-bidang tertentu yang
diabaikan lawan saja, atau kita menipu lawan dengan cara merahasiakan rencana
strategis kita secara ketat sehingga lawan mengumpulkan kekuatannya di sebuah
bidang yang sama sekali tidak akan kita serang. Dengan demikian, kita dapat
memulai penyerangan yang sesungguhnya dengan efek yang lebih dashyat.

Fakta pentingnya sebuah penyerangan sudah dibahas. Tapi sebuah penyerangan
saja tentu tidak cukup; yang terutama harus dicapai adalah kemenangan yang
menguntungkan. Karenanya, tidak ada gunanya seseorang melakukan banyak
penyerangan secara kecil-kecilan jika penyerangan itu tidak akan membawa
keuntungan yang signifikan. Lebih baik memfokuskan diri pada isu-isu pertempuran
yang menentukan yang jelas-jelas dapat memperlemah lawan atau dapat
melumpuhkannya dalam satu kejatuhan yang telak. Jadi yang dibahas di sini

66

bukanlah kemenangan di sepuluh atau lebih medan pertempuran sampingan,
melainkan kemenangan di medan pertempuran utama. Medan pertempuran utama
dalam politik ini belum tentu ditetapkan oleh kita atau lawan, melainkan kerap
ditentukan oleh media atau oleh sikap masyarakat yakni oleh lingkungan eksternal.

Apabila keadaan tidak memungkinkan kita untuk memperoleh kemenangan, upaya
selanjutnya sebaiknya menutup celah sebanyak mungkin agar setidaknya
memperoleh kemenangan-kemenangan parsial. Dalam keadaan tertentu bahkan
dapat diterapkan strategi gerilya, yang nanti akan dibahas lebih lanjut.

Perumusan strategi secara keseluruhan juga harus mencakup kemungkinan-
kemungkinan untuk membuat variasi sehingga langkah kita tidak dapat diduga atau
diperkirakan oleh pihak lawan. Kejadian kebetulan yang direncanakan ini harus
mengejutkan lawan, dan membuatnya menjadi gamang atau kehilangan keyakinan.

Sebuah contoh yang baik mengenai hal yang tidak dapat diperkirakan ini
adalah pembukaan pasar dunia oleh perusahaan-perusahan Jepang.
Pesaing-pesaing di pasar dunia tidak pernah menduga, bagaimana
Jepang akan membuka pasar tersebut. Jepang menjual produknya
seperti jam, baja dan mobil, pertama-tama di dalam negeri Jepang,
kemudian di negara berkembang, dan pada akhirnya di negara industri.
Jalan kedua yang mereka tempuh adalah dengan menjual produk-produk
hi-tech seperti komputer dan semi-konduktor. Di sini pertama-tama
Jepang memasok pasarnya sendiri, kemudian pasar negara-negara
industri dan terakhir pasar negara berkembang. Tetapi masih ada jalan
ketiga. Dalam kasus ini, Jepang pertama kali membuka pasar negara
industri, sebelum mereka membuka pasar-pasarnya sendiri di Jepang, dan
baru sesudah itu mereka masuk ke negara-negara berkembang.
32






32
Kotler et.al. (1985), The New Competition (Kompetisi Baru). Prentice Hall : New Jersey, Englewood
Cliffs.

67

5.4.3. Mengevaluasi strategi

Masing-masing strategi yang dipilih untuk menyelesaikan tugas haruslah saling
melengkapi. Mereka harus saling cocok, baik di tingkat sub-sub strategi maupun
dalam strategi keseluruhan. Karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap strategi-
strategi yang dipilih setelah strategi-strategi itu dirumuskan.

5.5. Perumusan sasaran

Setelah sasaran diputuskan, tanggung jawab selanjutnya adalah memindahkan
strategi ke unit-unit taktis, dan diimplementasikan melalui pembagian tugas.

Begitu pun bila strategi-strategi telah ditetapkan, maka pendekatan untuk
memanfaatkan kekuatan terhadap kelemahan lawan dan untuk memecahkan
persoalan (kelemahan) sendiri juga ditetapkan. Dengan demikian, tujuan taktis yang
rinci dan jelas harus didefinisikan.

Sasaran harus menggambarkan keadaan pada akhir sebuah proses dalam jangka
waktu tertentu. Sasaran ini harus dapat dicapai dan tidak boleh menjadi ilusi belaka.
Semua sasaran ini juga harus terfokus pada tujuan utama yang telah disebutkan
dalam perencanaan.

Apabila sasaran sudah dirumuskan, masing-masing strategi harus direalisasikan dan
dijalankan. Sasaran ini masing-masing harus dibagi ke dalam unit taktis yang
bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan. Karena itu, kuantitas, kualitas, jangka
waktu dan tanggung jawab harus ditetapkan setelah sasaran-sasaran ini
dirumuskan.

5.6. Target image (citra yang diinginkan)

Strategi untuk kegiatan kehumasan atau Public Relations (PR) dirumuskan dan
diimplementasikan di tingkat PR, setelah keputusan mengenai citra yang
diinginkan (target image) ditetapkan.


68

Letak kelemahan pemerintah dan departemen-departemen banyak sekali
ditemukan dalam pekerjaan bidang kehumasan ini. Dengan pandangan
yang salah bahwa mereka memiliki kekuasaan yang cukup, mereka
mengimplementasikan berbagai tindakan seperti kenaikan pajak, kenaikan
harga bahan pangan, privatisasi, dsb. tanpa melakukan persiapan yang
cukup melalui pekerjaan kehumasan. Hal ini seringkali menimbulkan reaksi
penolakan yang kuat dari masyarakat, yang akhirnya dimanfaatkan oleh
pihak oposisi dan kelompok lainnya yang berkepentingan sehingga
rencana reformasi tersebut perlu ditarik kembali.

Target image melukiskan citra yang diharapkan, yang hendak dicapai setelah
dijalankannya rangkaian pekerjaan kehumasan yang panjang dalam kelompok-
kelompok target. Target image ditentukan oleh keputusan strategis mengenai
perumusan tugas dan pilihan-pilihan yang dibuat yang berkaitan dengan isu, gaya,
jenis konfrontasi dan orang-orang yang diperhitungkan.

Target Image menetapkan landasan untuk pekerjaan kehumasan. Semua kegiatan
kehumasan ditujukan untuk penyebarluasan target image ini dan menanamkannya
dalam benak orang-orang yang menjadi sasaran.

5.7. Kelompok-kelompok target

Kelompok target adalah kelompok-kelompok masyarakat atau organisasi-
organisasinya yang penting untuk pencapaian misi. Mereka perlu didekati dalam
waktu yang telah ditetapkan. Kelompok-kelompok target ini diidentifikasi dengan
menginterpretasikan keputusan strategis, khususnya tujuan taktis, dan melalui
analisa citra yang diinginkan (target image).

Apabila kelompok-kelompok target telah didefinisikan, fondasi untuk implementasi
strategi yang komunikatif ditetapkan. Fondasi ini dilengkapi dengan pesan kelompok
target dan instrumen-instrumen kunci.




69

5.8. Pesan kelompok target

Kelompok target yang telah dibahas di atas membutuhkan informasi-informasi
tertentu berdasarkan keputusan strategis yang telah diambil sebelumnya, untuk
memungkinkan mereka bereaksi sesuai dengan apa yang telah direncanakan secara
strategis. Untuk itu, harus diketahui dengan jelas, aspek-aspek target image mana
sajakah yang akan mendapat respon positif dari kelompok target. Hal ini
menjelaskan semua argumen yang dapat memotivisir kelompok target.

Terkadang dimungkinkan untuk memasukkan informasi-informasi tambahan ke
dalam pesan kelompok target untuk masing-masing kelompok target lebih dari
target image secara keseluruhan. Informasi-informasi ini dapat dikomunikasikan
secara khusus dengan masing-masing kelompok target, dan tidak untuk semua
kelompok target yang ada.

Sebagai contoh adalah strategi yang digunakan dalam sebuah kampanye
pemilu. Dalam kampanye pemilu semacam itu, kelompok target atau
kelompok-kelompok pemilih tertentu donatur potensial dan para anggota
partai sendiri, turut memainkan peran masing-masing sebagai kelompok
target. Ketiga kelompok target tersebut masing-masing membutuhkan
informasi yang berbeda, untuk dapat bereaksi sesuai dengan strategi.

Para pemilih diharapkan memilih partai atau kandidat. Ini berarti bahwa
pemilih perlu dimotivasi melalui visi politik atau melalui janji-janji yang
menguntungkan mereka.

Donatur diharapkan memberikan sejumlah dana kepada partai. Untuk itu,
partai harus menawarkan keuntungan lain bagi kelompok target ini di
samping keuntungan yang mereka tawarkan kepada pemilih lainnya.

Anggota-anggota partai diharapkan dapat aktif dan dapat meyakinkan para
pemilih dalam pengaruh mereka. Untuk itu mereka membutuhkan
informasi dan keyakinan tertentu yang jauh lebih besar dari yang
dibutuhkan oleh para pemilih lainnya.

70


Perlu diperhatikan bahwa pesan yang diterima masing-masing kelompok target tidak
boleh saling bertentangan. Ini artinya, bahwa masing-masing kelompok target bisa
saja memperoleh pesan atau informasi tertentu, namun pesan-pesan ini harus
menunjukkan konsistensi atau kesesuaian satu sama lainnya.

Perluasan pesan kelompok target merupakan instrumen yang kerap digunakan pada
tahap akhir masa kampanye, untuk memberikan janji tertentu kepada suatu
kelompok pemilih tertentu. Janji semacam ini diberikan melalui saluran komunikasi
yang tertutup, agar tidak diketahui oleh kelompok pemilih lainnya. Perlu diketahui
bahwa pemanfaatan instrumen untuk tujuan semacam ini sebaiknya dihindari
mengingat saluran komunikasi biasanya tidaklah aman/tertutup dan hal ini dapat
menimbulkan efek komunikasi yang "tumpah-ruah" (spill-over).

Contoh bagaimana sebuah pesan kelompok dalam fase akhir suatu
kampanye pemilu digunakan: Sebuah partai menjanjikan akan menaikkan
gaji guru apabila partai tersebut memenangkan pemilu. Tentu saja janji ini
menarik bagi kaum guru. Partai akan berusaha menyebarluaskan janji ini
melalui saluran informasi yang tertutup, untuk menghindari bahwa pegawai
negeri lainnya juga menuntut kenaikan gaji. Namun apabila informasi ini
bocor karena saluran informasi yang digunakan tidak benar-benar
tertutup, maka hal ini hanya akan menimbulkan keresahan pada
kelompok-kelompok lainnya, dan akan memperkecil kemungkinan partai ini
untuk menang.

5.9. Instrumen-instrumen kunci

Pemilihan instrumen kunci terutama berkaitan dengan aksi-aksi dan alat komunikasi
yang akan digunakan. Instrumen-instrumen dan aksi ini disesuaikan secara khusus
bagi kelompok-kelompok target.

Sebagai contoh adalah pendekatan yang diterapkan terhadap remaja dan
warga masyarakat yang lebih tua. Kedua kelompok target ini

71

memanfaatkan media yang berbeda, dan dengan demikian dapat didekati
secara positif melalui berbagai jenis aksi.

Untuk itu ada syarat bahwa kelompok yang ingin dijadikan kelompok target telah
dikenali terlebih dahulu, karena setiap kelompok target hanya dapat diraih melalui
pendekatan atau komunikasi tertentu. Pemilihan instrumen-instrumen kunci yang
akan digunakan sekaligus menghasilkan keputusan-keputusan penting yang terkait
dengan sumberdaya untuk mengimplementasikan strategi serta efektivitas
kampanye. Keputusan ini, beserta kelompok-kelompok target yang dipilih, menjadi
prasyarat bagi keberhasilan pelaksanaan strategi.

5.10. Implementasi strategi

Dalam pengimplementasian strategi, faktor manusia dan faktor operasional perlu
diperhitungkan. Sebelum implementasi strategi dilakukan, terlebih dahulu perlu
diambil keputusan tentang tujuan taktis, perumusan citra yang diinginkan, identifikasi
kelompok target, pesan kelompok target dan instrumen-instrumen kunci.

Setelah itu, barulah aturan-aturan untuk implementasi strategi perlu ditetapkan.
Aturan ini merupakan bagian yang penting dalam implementasi strategi. Untuk itu,
pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu dijawab:
1. Siapa yang bertanggung jawab atas pengimplementasian strategi?
2. Pengaruh apa yang dimiliki pimpinan politik terhadap strategi?
3. Siapa yang berwenang mengangkat dan memecat orang-orang yang
dipercaya untuk menjalankan strategi tersebut?
4. Kualitas atau kemampuan apa saja yang perlu dimiliki oleh pimpinan
pelaksana strategi?

Dalam mengimplementasikan strategi politik, faktor manusia menjadi signifikan untuk
tiga aspek: Pimpinan politik, pimpinan partai yang bekerja penuh dan anggota partai
yang bekerja paruh waktu atau sukarelawan. Hubungan antara ketiga pihak ini,
kuantitas, kualitas, pendidikan, motivasi dan etika merupakan syarat awal bagi
keberhasilan implementasi strategi.


72

Sementara dalam bidang operasional, syarat awal bagi keberhasilannya tergantung
pada prinsip-prinsip kecepatan, penyesuaian diri dan tipu daya.

Penundaan yang tidak perlu dapat membahayakan setiap perencanaan, karena
penundaan hanya akan menimbulkan kelelahan dan kekecewaan dalam organisasi
sendiri. Oleh karena itu, penundaan harus dihindari.

5.11. Pengendalian strategi

Pengendalian strategi terdiri dari dua unsur, dan keduanya menentukan keberhasilan
penerapan suatu strategi.

1. Unsur pertama adalah prinsip pengumpulan data intelijen dan perolehan
informasi. Penting diperhatikan bahwa kita perlu memantau lawan dan
mengatur arus informasi secara terus-menerus setiap saat, bahkan pada saat
pertama kali melaksanakan strategi. Karena itu, kontak yang
berkesinambungan dengan anggota, simpatisan beserta aliansi lawan
beserta laporan-laporan dan dokumentasi juga tercakup di dalamnya.
Termasuk juga di sini, pengumpulan data melalui survei, analisa media, dan
juga, tentu saja, perolehan informasi dari kantor pusat pihak lawan. Dengan
bantuan data intelijen dan informasi yang diperoleh, proses kontrol strategi
dapat dijalankan secara teratur. Hal ini mencegah terjadinya suatu kejutan
yang tak diinginkan, penilaian yang keliru serta pengambilan keputusan yang
salah.

2. Unsur kedua adalah prinsip keamanan dan perlindungan informasi di pihak
sendiri. Dalam praktiknya, hal ini berarti perlindungan terhadap tindakan
penyusupan dari organisasi lawan. Karena itu, rencana-rencana strategis
harus sangat dirahasiakan. Dalam organisasi yang demokratis,
kecenderungannya adalah mendiskusikan dan mengembangkan perencanaan
strategis secara terbuka dan partisipatif. Tapi, hal ini dapat membahayakan
kerahasiaan perencanaan. Tindakan pengamanan yang tegas dan hukuman
yang keras (mengancam) bagi mereka yang membocorkan rahasia strategi,

73

atau penggunaan manuver-manuver tipuan dapat dijadikan unsur dalam
pengendalian strategi ini.


74

6. MISI: APA YANG HARUS DIRENCANAKAN ?

Pertama-tama, misi mendefinisikan:
Apa yang perlu direncanakan?
Setelah itu harus dijelaskan:
Sasaran mana atau apa (X) yang sebenarnya akan dicapai?

Dalam pemilu, misalnya, sasaran dapat berupa mayoritas suara, jumlah tertentu
kursi yang diperoleh di parlemen, dipilihnya orang-orang tertentu, dsb.

Dalam sebuah strategi politik, ini dapat berarti: persetujuan atas suatu peraturan atau
undang-undang, resolusi isu-isu tertentu, pencapaian sasaran politik, implementasi
program desentralisasi atau privatisasi, dll.

Dalam sebuah perencanaan karir politik, misalnya dicapainya suatu posisi tertentu,
partisipasi dalam suatu tugas tertentu, dipilih sebagai kandidat, dst.

Misi tersebut harus menyatakan untuk siapa strategi itu direncanakan.
Siapa (P) yang berharap mencapai sasaran?
Apakah sebuah partai, atau sebuah pemerintahan, atau sebuah kelompok penekan
(pressure group), atau sebuah inisiatif warga, atau seorang individu, atau... ?

Dengan demikian misi dapat menetapkan suatu kerangka atau batasan, dan dengan
demikian dapat menetapkan informasi tentang Bagaimana:
Dengan sarana apa atau bagaimana (W) sasaran tersebut akan dicapai?
Apakah yang boleh digunakan hanya cara-cara yang legal ataukah juga yang ilegal?;
apakah sentimen keagamaan atau kesukuan boleh dimainkan atau apakah hal
seperti itu dilarang?; apakah cara-cara kekerasan harus dihindari atau segala cara
bisa dihalalkan?; atau...?

Misi tersebut harus mengidentifikasi jangka waktu, hingga kapan keseluruhan
sasaran harus dicapai:
Sampai kapan (T) sasaran tersebut akan dicapai?

75

Apakah sampai pemungutan suara berikut, atau dalam kurun waktu tiga tahun, atau,
atau...
Misi tersebut juga harus menjelaskan mengapa suatu hal tertentu harus terjadi:
Mengapa (Z) sasaran harus dicapai?

Pandangan von Clausewitz bahwa bukan kemenangan yang menjadi tujan utama
perang melainkan perdamaian, juga harus diterapkan dalam strategi politik. Hal ini
memaksa klien harus menyadari secara jelas tentang motivasinya. Karena itu, harus
selalu dijelaskan mengapa sebuah kemenangan pemilu harus dicapai, atau
mengapa mayoritas tertentu diharapkan, atau mengapa sebuah peraturan atau
undang-undang tertentu harus disetujui, atau mengapa program privatisasi harus
dijalankan, atau mengapa sebuah posisi tertentu diinginkan, atau...

Sebuah pernyataan misi biasanya dirumuskan sebagai berikut:
"Sebuah strategi bagi (K) harus dikembangkan,
untuk mencapai (X),
dengan memperhatikan (W)
dalam jangka waktu (T), untuk mewujudkan (Z)".

Misi antara realisme, optimisme dan pesimisme

Misi tidak boleh dirumuskan secara terlalu optimistis sehingga menjadi tidak realistis.
Karena bila ini terjadi, misi tersebut sudah terpaksa harus dikurangi skalanya, segera
setelah dilakukan penilaian situasional.

Tetapi di lain pihak, sebuah misi juga tidak boleh terlalu pesimistis. Para politisi dan
pemegang jabatan yang sudah berpengalaman seringkali cenderung menurunkan
standar keseluruhan sasaran, karena mereka kerap dikecewakan oleh harapan-
harapan yang terlalu muluk atau karena mereka ingin menggunakan pesimisme
mereka untuk menjalankan politik.

Oleh karena itu, sasaran sebuah misi harus selalu diletakkan sedikit di atas garis
hasil yang realistis untuk dicapai. Sasaran yang ditetapkan dengan standar demikian,
seringkali bisa dicapai di luar dugaan si perencana strategi. Yang paling penting

76

adalah, misi tersebut harus dirumuskan dengan cara-cara di atas, sehingga dapat
memberi motivasi yang positif bagi mereka yang bekerja untuk mencapai misi.

6.1. Contoh-contoh beserta komentar

Contoh 1: Perumusan strategi yang dapat kami, partai AB, gunakan akan
dapat mematahkan mayoritas mutlak partai X pada pemilu berikutnya.

Misi ini tidak memiliki komponen yang positif. Dalam misi ini tidak disebutkan apa
yang hendak "kami" capai. Tidak ada jawaban atas pertanyaan "mengapa" dan
"bagaimana". Misi tersebut sebaiknya berbunyi begini:

"Perumusan sebuah strategi, yang dapat kami, partai AB, gunakan, untuk bersama
dengan partai oposisi lainnya mematahkan mayoritas mutlak Partai X dalam
pemilu berikutnya, dan dengan demikian dapat mematahkan kekuasaan tunggal
dan politik pemerintahan mereka mereka sehingga kami dapat mempengaruhi
kebijakan melalui program-program kami."

Sebaliknya, misi dalam strategi Partai X dapat dinyatakan seperti ini:
Perumusan strategi yang dapat mempertahankan mayoritas mutlak kami dalam
pemilu berikutnya, sehingga sasaran-sasaran program kami dapat terwujud tanpa
dipengaruhi oleh partai-partai lain.

Contoh 2: Perumusan sebuah strategi yang menjamin pembangunan
sebuah sekolah swasta di kota B.

Misi ini sama sekali tidak menyebutkan untuk siapa strategi dibuat, juga tidak
mencantumkan kurun waktu dan "bagaimana" serta "mengapa" tugas tersebut
diberikan. Pernyataan misi yang lengkap sebaiknya berbunyi:
"Perumusan sebuah strategi untuk inisiatif warga "pro sekolah umum", yang
menjamin pendirian sebuah sekolah umum di kota B dengan menggunakan semua
sarana yang sah dalam kurun waktu tiga tahun, sehingga fasilitas pendidikan
akan menjadi lebih lengkap dan mengarah pada kepentingan murid dan orang
tua."

77


Berikut ini masih ada beberapa contoh perumusan strategi yang benar yang diambil
dari pengalaman praktis:

Contoh 3: Kami merumuskan sebuah strategi untuk perhimpunan koperasi
di negara bagian A, untuk bersama-sama dengan sebanyak mungkin
kekuatan politik di negara bagian, dalam kurun waktu periode legislatif
yang sedang berjalan memberlakukan sebuah undang-undang tentang
koperasi yang memungkinkan berkembangnya koperasi-koperasi swasta.

Contoh 4: Kami merumuskan sebuah strategi bagi pemerintah C di negara
bagian E, agar sebelum akhir periode legislatif, perusahaaan telepon
negara diprivatisasi untuk menerapkan persaingan usaha dan
meningkatkan pelayanan serta menurunkan tarif telekomunikasi.

Contoh 5: Kami merumuskan sebuah strategi bagi Ibu P untuk menjadi
ketua Partai ABC dalam jangka waktu tiga tahun, sehingga partai tersebut
dapat diremajakan dan ada pembaharuan program di bawah
kepemimpinannya.

6.2. Misi: antara Realisme, Optimisme dan Pesimisme
Misi tidak boleh dirumuskan secara terlalu optimistis sehingga menjadi tidak realistis.
Karena bila ini terjadi, misi tersebut sudah terpaksa harus dikurangi skalanya, sesuai
dengan hasil analisa situasi.

Tetapi di lain pihak, sebuah misi juga tidak boleh terlalu pesimistis. Para politisi dan
pemegang jabatan fungsional seringkali cenderung menurunkan standar
keseluruhan sasaran, karena mereka kerap dikecewakan oleh harapan-harapan
yang terlalu muluk atau karena mereka ingin menggunakan pesimisme mereka untuk
menjalankan politik.


78

Oleh karena itu, sasaran sebuah misi harus selalu diletakkan sedikit di atas garis
hasil yang realistis untuk dicapai. Sasaran yang ditetapkan dengan standar demikian,
seringkali bisa dicapai di luar dugaan si perencana strategi. Yang paling penting
adalah, misi tersebut harus dirumuskan dengan cara-cara di atas, sehingga dapat
memberi motivasi yang positif bagi semua yang terlibat dan berkepentingan dengan
pencapaian misi tersebut.

6.3. Masalah dalam Penggambaran Tujuan Besar Strategi
Dalam menetapkan tujuan sebuah strategi timbul kesulitan besar pada sebagian
pengambil keputusan, karena mereka dihadapkan pada tuntutan-tuntutan yang sulit
untuk dapat dipenuhi. Karena di dalam ranah politik, dan bahkan juga di dalam
bidang ekonomi
33
kita menghadapi masalah-masalah seperti ini, yang biasanya
ditandai oleh ciri-ciri berikut ini:
- Kompleksitas dan Jejaring
- Sifat sistem yang dinamis
- Tidak ada transparansi

Pengambil keputusan harus pula berjuang menghadapi masalah-masalah
tambahan berikut ini:
- Informasi yang tidak memadai dan ketidapahaman mengenai struktur
- Asumsi yang salah dan sudah meluas tentang dampak dari sistem
- Formulasi sasaran yang tidak memadai

Dalam situasi seperti ini pengambil keputusan politis haruslah merupakan pejabat
pemerintahan, anggota dewan di parlemen atau pemilih dalam menetapkan
keputusannya. Dalam berbagai simulasi yang dilakukan, dari sudut penelitian
ditunjukkan bahwa sebagian besar keputusan yang salah terjadi karena orang tidak
dapat menyesuaikan diri dengan jalinan kompleksitas, jejaring, dinamika dan
ketidaktahuan.
Untuk pertanggungjawaban yang strategis karena itu diperlukan cara untuk
menghadapi tantangan-tantangan yang ada dan menemukan solusinya, serta

33
IBM: Kepemimpinan perusahaan di dalam sebuah dunia yang rumit: www.ibm.com/ceostudy/de 2010

79

sedapat mungkin menghindari perkembangan-perkembangan yang keliru. Karena itu
kita sebaiknya lebih menyibukkan diri secara intensif dengan komponen-komponen
masing-masing dari karakteristik-karakteristik pengambilan keputusan.

1. Kompleksitas dan Jejaring

Kompleksitas disebabkan karena di dalam bagian-bagian tertentu realitas terdapat
banyak variabel yang saling tergantung satu sama lain. Di sini sejak awal sebaiknya
kita menghindari tuntutan untuk menghubungkan tindakan kita dengan semua
variabel yang mungkin dalam sistem global. Karena itu kita hanya memilih satu
bagian saja dari realitas, yang paling tidak sudah kita kuasai dengan baik.

Contoh: jika kita menetapkan kriteria-kriteria untuk kualitas barang mainan
impor demi melindungi anak-anak di negara kita dari bahan-bahan
plastik yang mengandung bahan-bahan penyebab kanker, maka kita
mengabaikan dampaknya terhadap perekonomian negara pengekspor
dan hanya memperhatikan variabel-variabel yang berpengaruh di
negara kita.


Seberapa besar jendela dibuka seringkali sudah menjadi titik perselisihan di antara
para pemegang keputusan politik. Bila jendela itu terbuka terlalu lebar, maka akan
terjadi kesulitan-kesulitan dalam pengumpulan informasi, yang kebanyakan tidak
dapat dicapai titik temunya. Karena itu dalam beberapa kasus terdapat metode untuk
membuka jendela lebar-lebar agar keputusan benar-benar dapat dihindari.

Contoh: pada diskusi-diskusi dalam konferensi dunia tentang iklim di
Kopenhagen, untuk memutuskan tindakan-tindakan yang sesuai dan
mengikat demi menghindari pemanasan global dan perubahan iklim,
pendekatan strategi semacam itu terlihat jelas.


Jadi bila kita menganggap kompleksitas sebuah masalah di dalam sebuah jendela
yang terpilih, maka derajat kompleksitas tersebut tergantung dari jumlah unsur-unsur
yang saling bertautan.



80



Pertalian Variabel-variabel




Gambar di atas menunjukkan, bahwa variabel V1 berhubungan langsung dengan
variabel-variabel V3, V4 dan V5. Gambar tersebut juga memperlihatkan bahwa
melalui perubahan dari varibel V1 akan mempengaruhi variabel-variabel V2, V6 dan
V7. Perubahan-perubahan ini bisa saja positif, namun bisa juga negatif terhadap
keseluruhan sistem dan dengan demikian dapat memperkuat keberhasilan sebuah
tindakan atau melemahkannya.

Mengenali dampak-dampak tersebut sulit untuk dipahami, yang seringkali kemudian
menyebabkan kejutan-kejutan yang tidak menyenangkan. Kegagalan mengenali
dampak dalam kaitan-kaitan tersebut justru disukai oleh para politisi, karena dengan
demikian mereka terbebas dari beban dampak jangka panjang dan dampak
sampingan perbuatan mereka. Para politisi tidak ingin menghilangkan semua
variabel tersebut, yang tidak langsung berhubungan dengan solusi sebuah masalah
yang sedang mereka perjuangkan dan mereduksi dalam argumentasinya masalah-
masalah yang seringkali dalam kaitan-kaitannya justru merupakan penyebab
tunggal.

Contoh: kenaikan pajak atau penurunan pajak seringkali hanya diinterpretasikan
sebagai dampak fiskalnya terhadap rumah tangga, namun jarang dilihat
sebagai dampak-dampak terhadap struktur sosial di dalam masyarakat dan
dampaknya terhadap perekonomian. Di dalam debat-debat politik di antara
partai-partai, hanya variabel tertentu yang diperhatikan, dan dengan demikian
mereka memperoleh keuntungan pertarungan dalam debat-debat pada
beberapa kelompok sasaran.

81



Satu masalah lain dalam hal kompleksitas dalam pengambilan keputusan adalah
bahwa tingkat kesulitan atau kompleksitas bukanlah merupakan sifat objektif dari
sebuah sistem, melainkan diinterpretasikan secara objektif. Pengambil keputusan
biasanya sudah cukup mahir untuk tidak tenggelam dalam padatnya informasi,
dengan pengalaman yang meningkat yang disebut sebagai tanda yang kuat.
34
Tanda
yang kuat mencakup informasi-informasi tertentu yang berbasis pengalaman, yang
tentu saja subjektif dan dengan demikian dapat mengandung kesalahan interpretasi.


2. Sifat Sistem yang Dinamis

Sistem yang diamati ini, yang di dalamnya efek-efek yang diinginkan harus dicapai
melalui keputusan-keputusan strategis, berkembang terus menerus tanpa
keikutsertaan dari pengambil keputusan. Dalam sebuah pengambilan keputusan
perkembangan tersebut harus diperhatikan dengan besaran-besaran perubahannya,
dengan demikian tindakan-tindakan yang diambil tidak selalu terlambat dan tidak
berhasil, karena sistem tersebut tidak bisa diubah lagi oleh tindakan-tindakan
tertentu. Dengan demikian fenomena dinamika semacam ini menghasilkan tekanan
waktu bagi para pengambil keputusan. Dan tekanan waktu ini menyebabkan
besaran-besaran perubahan hanya dapat dikira-kira bahwa kumpulan informasi
tersebut tidak lengkap dan dengan demikian keputusan-keputusan itu masuk ke
dalam kabut ketidaktahuan. Hal tersebut membuat pengambilan keputusan menjadi
sebuah risiko besar dengan kemungkinan kerugian yang besar pula.

Contoh: ketika pada tahun 2010 yang lalu hutang Yunani yang sangat besar
menyebabkan krisis bagi mata uang bersama Eropa, Euro. Pada suatu
akhir pekan artinya saat bursa sedang tutup menteri-menteri keuangan
Eropa harus mengambil keputusan yang memiliki arti yang sangat luas.
Dalam situasi tersebut tidak ada tanda yang super maupun informasi yang
cukup, yang bisa dipakai untuk mengambil keputusan yang strategis.
Tekanan waktunya sedemikian besar, karena para menteri keuangan dan

34
Dengan kesadarannya manusia memiliki kemampuan untuk menyimpulkan tanda-tanda elementer
menjadi tanda yang super. Unsur-unsur informasi ditautkan oleh hal-hal yang kompleks, kelas-kelas atau relasi-
relasi menjadi kesatuan yang baru. Tanda yang super dapat diinterpretasikan sebagai informasi yang tahan bocor,
yang misalnya dapat berfungsi di dalam kognisi tentang bahaya.

82

pemerintah mereka harus mencapai suatu kesepakatan sebelum dibukanya
bursa efek pada hari Senin.


Situasi semacam ini terjadi karena informasi yang sudah diketahui disimpan
sedemikian lama dan karena alasan-alasan politis keseluruhan fakta ditutup-tutupi,
agar tidak terjadi keributan yang tidak perlu akibat pengumuman yang terlalu dini.
Yang masuk akal di sini adalah sebuah rencana pertahanan yang proaktif terhadap
bahaya, yang dimainkan secara tenang dalam berbagai skenario dan kemudian
rencana itu digulirkan sedemikian rupa, sehingga dinamika sistem dalam arti
pengambil keputusan berkembang.

Langkah-langkah penting semacam ini sebenarnya tidak mungkin terjadi dalam
sistem politik dengan partai-partai yang saling bersaing dan media yang selalu
tampil, kecuali bahwa usaha tersebut dilakukan untuk merencanakan politik secara
strategis dan dengan demikian mengimplementasikan tindakan-tindakan keamanan
terkait dengan perlindungan atas strategi-strategi yang ada.


3. Ketiadaan transparansi

Satu malasah mendasar lainnya dalam pengambilan keputusan adalah ketiadaan
transparansi yang sesungguhnya atau instransparansi sistem akibat kesalahan
sendiri. Situasi sebenarnya dari suatu sistem menjadi tidak teridentifikasi dengan
jelas. Ini bisa terjadi karena informasi-informasi tertentu tidak terkumpul secara
memadai dan kaitan antara variabel-variabel tidak cukup dianalisis. Hal itu juga bisa
terjadi karena, akibat alasan-alasan politik, data-data dan informasi-informasi
tersebut secara sadar dipalsukan atau ditahan. Tentu saja hal tersebut
mengakibatkan ketidakpastian dalam situasi perencanaan dan pengambilan
keputusan.

Contoh:
keputusan parlemen Inggris untuk ikutserta dalam Perang Irak
tahun 2003 dibuat atas dasar sebuah berita dari seorang agen rahasia
dan kata-kata yang sudah dikomentari oleh Tony Blair: Irak memiliki
senjata kimia dan senjata biologis. Roket-roket mereka sudah siap

83

dalam waktu 45 menit. Sekarang pihak-pihak yang berkepentingan
mengetahui bahwa berita itu ternyata keliru dan bahwa masyarakat

dan parlemen telah sampai pada sebuah keputusan berdasarkan
informasi yang keliru tersebut, yang berdasarkan intransparansi situasi
tersebut.


4. Informasi yang Tidak Memadai dan Ketidaktahuan Mengenai Struktur

Satu problem besar lain dalam pengambilan keputusan adalah ketidaktahuan para
pengambil keputusan mengenai struktur, terutama berkenaan dengan tidak
diketahuinya bagaimana variabel-variabel di dalam sebuah sistem saling bergantung,
bukan hanya menyangkut pertalian linear, melainkan juga menyangkut pertalian
dengan fungsi-fungsi matematika yang rumit.
Fungsi-fungsi tersebut hanya jarang dikenal dan dengan demikian tentu saja
mempengaruhi model realitas, yang dianggap diperlukan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Akibat ketidakpastian di dalam model tersebut para politisi
cenderung untuk menggunakan model realitas secara implisit. Hal itu berarti bahwa
mereka tidak mengetahui mengapa mereka mengambil sebuah keputusan,
melainkan mereka menetapkan sebuah keputusan secara intuitif, sesuai dengan
intuisi mereka. Sebuah model realitas yang eksplisit sebaliknya dapat diuji setiap
saat, dapat dikomunikasikan dan disadari oleh pengambil keputusan.

5. Asumsi yang Salah dan Sudah Meluas tentang Dampak dari Sistem

Sebuah model realitas semacam ini dapat saja benar atau salah. Di dalam politik
para politisi tidak begitu melihat apakah model-model realitas tersebut benar atau
salah, melainkan lebih dinilai sesuai dengan gambaran dunia mereka sendiri, dengan
demikian berarti sesuai dengan ide-ide politik mereka atau ideologi dari partai
mereka. Realitas dibengkokkan selama realitas tersebut dapat digolongkan dan
dibuktikan salah. Namun kemudian banyak pengambil keputusan yang merasa sulit

84

melepaskan diri dari model-model keliru yang selama ini sudah dikenal. Sikap ini
dalam bidang psikologi sosial dikenal dengan istilah disonansi kognitif.
35


Di dalam perdebatan-perdebatan besar tentang masa depan menyangkut energi,
iklim, sumber daya alam dan sebagainya model-model realitas semacam ini
memegang peranan penting. IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)
memegang peranan penting dalam perkembangan berita-berita semacam itu. Dan
lembaga yang telah mendapat hadiah Nobel ini telah dikritik dalam kaitannya dengan
pemberitaan kondisi tertentu.
36
Karena pemberitaan tentang kondisi khusus
semacam itu merupakan dasar bagi keputusan-keputusan strategis dalam bidang
politik, berarti pula sebenarnya merupakan sebuah perselisihan tentang kualitas dari
analisis sistem, yang kembali hanya dapat diputuskan secara intuitif, yang dapat saja
berdampak merugikan terhadap negara-negara dan manusianya. Apakah di sini
dapat atau harus dilakukan menurut metode yang tersedia dalam perencanaan
strategi, yaitu penggunaan worst case scenarios (skenario terburuk), hal ini dapat
menjadi perdebatan sengit mengingat dampak-dampaknya terhadap perekonomian
rakyat dan masyarakat.

6. Formulasi Sasaran yang Tidak Memadai

Dalam mendefinisikan sasaran-sasaran strategis utama terdapat serangkaian
tantangan yang harus ditaklukkan. Di dalam ranah politik, para politisi dan juga para
aktivis NGO di dalam program-program mereka cenderung untuk menformulasikan
sasaran-sasaran mereka sedemikian rupa sehingga keberhasilan atau
ketidakberhasilan mereka tidak dapat terukur.
Kemudian harus dibedakan antara sasaran-sasaran negatif dan sasaran-sasaran
positif. Dalam hal sasaran positif harus dipaparkan secara jelas apa saja yang harus

35
Dalam fabel karya Aesop yang berjudul Sang Rubah dan Buah Anggur , sang rubah ingin melahap
anggur tersebut, namun ia tidak mampu menjangkaunya. Alih-alih mengakui kegagalannya, sang rubah
mengatakan bahwa anggur tersebut rasanya terlalu asam dan tidak berharga untuk diperoleh.
36
Pekerjaan IPCC terkait dengan kontroversi tentang pemanasan global dipandang secara kiritis, yang
disampaikan dari berbagai aspek baik maupun buruk. Setelah terkuaknya kesalahan dalam laporan IPCC tahun
2007 tentang kecepatan melelehnya gletser di Himalaya, muncul dorongan yang kuat untuk mereformasi
gremium tersebut beserta mekanisme pengawasannya. Pada Februari 2010 IPCC menyampaikan adanya
gremium independen yang terdiri dari para pakar yang bertugas memverifikasi isi dari laporan bidang khusus
keempat. Selain itu proses pembuatan laporan harus diuji berdasarkan kaidah-kaidah standar ilmu pengetahuan.
Konflik kepentingan dulu dibahas karena adanya pengaruh politik dalam redaksi akhir pembuatan
kesimpulan. Sehubungan dengan laporan bidang khusus keempat itu diketahui bahwa beberapa pemerintahan
(antara lain Amerika Serikat dan China) telah jelas-jelas melakukan pelanggaran dalam pembuatan laporan yang
telah disusun oleh para ilmuwan.

85

dicapai. Dengan demikian menjadi jelas pula apa yang harus diperjuangkan dan
analisa fakta akan menunjukkan di tempat mana saja strategi harus dijalankan untuk
meraih keberhasilan. Sebaliknya sasaran negatif akan terlihat berbeda sekali.
Contohnya misalnya untuk mengatasi situasi yang serba kekurangan.
Penanggulangan kelaparan dan kemiskinan, mencegah peningkatan suhu udara
dalam iklim, pengentasan pengangguran, penghapusan diskriminasi terhadap
perempuan dan sebagainya. Semua sasaran ini senantiasa diangkat dalam
perdebatan terbuka, masalah-masalah tersebut merupakan bahan setiap diskusi
dalam institusi-institusi global, seperti UNO, OSZE dan sebagainya. Dan sasaran-
sasaran tersebut sesuai dengan sasaran dari berbagai NGO, seperti yang misalnya
diangkat sebagai tema dalam konferensi tentang iklim di Kopenhagen.

Georg Christoph Lichtenberg
37
pernah mengucapkan sebuah kalimat yang sangat
bermakna tentang masalah yang ada pada sasaran-sasaran negatif tersebut. Beliau
mengatakan: Saya tidak dapat dengan bebas mengatakan apakah akan menjadi
lebih baik, bila terjadi hal yang berbeda; namun saya dapat mengatakan, hal itu
harus menjadi berbeda, bila hal itu harus menjadi baik. Sebuah sasaran negatif
kebanyakan menanggung beban moral yang tinggi, yang diikuti dengan maksud
untuk menimbulkan dampak edukatif dan untuk dilihat sebagai pencapaian hal yang
konkret. Sasaran-sasaran negatif sebagai penghindaran sasaran-sasaran seringkali
terlalu global dan terlalu umum untuk digunakan sebagai pedoman bagi rencana dan
tindakan yang konkret. Karena itu sasaran-sasaran negatif tersebut harus diubah
menjadi sasaran-sasaran yang positif.


Kita dapat membagi perumusan sasaran dalam kriteria-kriteria berikut:

Positif Negatif
Spesifik Umum
Jelas Tidak jelas
Masing-masing Beberapa
Eksplisit Implisit
Tabel: Jenis-jenis perumusan sasaran

Di atas sudah disinggung beberapa hal tentang sasaran-sasaran positif maupun
negatif. Tentu saja akan lebih bermakna bagi pengembangan strategi yang berhasil

37
Georg Christoph Lichtenberg, sastrawan Jerman, kritikus seni dan fisikawan (1742-1791)

86

jika kita mengubah sasaran penghindaran (sasaran negatif) menjadi sasaran positif.
Dalam perubahan ini kita akan menetapkan, bahwa di balik sebuah sasaran negatif
tersembunyi sejumlah besar sasaran-sasaran positif. Sekumpulan sasaran ini harus
dilihat menurut skala prioritas, agar dapat dikelola dengan baik.

Contoh: Sebuah sasaran penghindaran yang klasik adalah: pengentasan
pengangguran. Dalam perubahan menjadi sasaran positif maka
keanekaragaman kemungkinan menjadi jelas. Sasaran-sasaran positif (di sini
contohnya tidak dapat dihitung) bisa saja berupa: penciptaan lapangan kerja
baru, penempatan lokasi perusahaan-perusahaan dengan lapangan kerja,
mempertahankan lapangan kerja yang terancam, pembagian pekerjaan
kepada beberapa orang, kualifikasi dari beberapa kelompok sasaran untuk
pekerjaan, pengurangan jam kerja dan sebagainya. Di balik sasaran-sasaran
positif ini terdapat konsep-konsep politik yang berbeda. Karena itu di dalam
bidang politik harus diputuskan, dengan prioritas yang mana tugas tersebut
harus didekati.

Sistem Meilenstein


Kelompok kedua dari pendefinisian sasaran
adalah sasaran- sasaran yang umum atau global
dan sasaran-sasaran yang spesifik. Sasaran-
sasaran yang umum harus lebih dikonkretkan dan
karena itu diubah menjadi sasaran yang spesifik.
Dalam situasi yang kompleks hal itu kadang-
kadang sulit untuk diselesaikan. Sasaran semacam
itu misalnya berbunyi sebagai berikut: Kami, Partai
A, ingin dalam waktu 10 tahun mengambil alih pemerintahan di Negara V. Maksud
tersebut memang konkret dan dinyatakan secara positif. Namun ia merupakan tujuan
jangka panjang. Tujuan semacam itu haruslah dikonkretkan dengan peletakan batu-
batu tonggak (milestones). Rainer Oesterreich
38
mengacu kepada langkah antara
yang harus menunjukkan perbedaan efisensi yang tinggi. Hal itu berarti bahwa harus

38
Rainer Oesterreich: Handlungsregulation und Kontrolle. Mnchen: Urban & Schwarzenberg, 1981.

87

diciptakan sebanyak mungkin pilihan dengan kemungkinan efisiensi yang tinggi. Bila
dalam rangka sebuah strategi jangka panjang batu-batu tonggak dievaluasi kembali
setelah waktu yang telah ditetapkan, sasaran utama yang global menjadi penanda
orientasi yang dapat dicapai dengan berbagai cara. Itu sebabnya hal ini menjadi
penting adanya, karena dalam pencapaian tujuan bukan hanya pemilik strategi yang
aktif, melainkan juga situasi sekeliling dan aksi-aksi musuh strategi juga selalu
berubah.

Kelompok ketiga dari pendefinisian sasaran muncul melalui sasaran-sasaran yang
jelas atau yang tidak jelas. Perkembangan ini sering terjadi jika sasaran dengan
istilah-istilah perbandingan dapat ditetapkan. Pemerintahan yang lebih dekat
dengan masyarakat, Kota yang lebih bersahabat untuk anak-anak, Perpustakaan
yang lebih bersahabat bagi penggunanya, komunikasi internal yang lebih baik.
Dalam sasaran-sasaran semacam ini selain ketidakjelasan terdapat pula sasaran
yang berlipat ganda. Sasaran semacam ini bukan hanya dapat digunakan untuk
perencanaan strategi yang baik dan karena itu harus didekomposisi, ia juga dapat
menghasilan sejumlah besar sasaran yang berbeda-beda pada tempat berbeda dan
pada waktu yang berbeda. Seringkali sasaran-sasaran itu pun terjalin dan orang
mengenali jalinan tersebut baru setelah adanya dekomposisi.


Dekomposisi dari Sasaran-sasaran yang Tidak Jelas



Jika dilakukan dekomposisi, maka untuk itu harus dibuat juga pembentukan prioritas
dengan tujuan masing-masing yang jelas dan harus dikembangkan pula sebuah

88

scanning waktu. Ini terutama berlaku untuk sasaran-sasaran yang saling terjalin.
Selain itu diperlukan pula sasaran sentral untuk mengidentifikasi pemecahan
masalah karena sasaran tersebut harus ditangani terlebih dulu dan kadang-kadang
memecahkan banyak masalah lain. Di sini juga dibicarakan tentang sasaran-sasaran
yang terkait dengan masalah leher botol (bottle neck) sebab di beberapa kasus
pemecahan sebuah masalah yang berlapis-lapis dan kompleks kadang hanya
tergantung pada satu masalah sentral yang disebut leher botol.

Contoh sasaran yang berupa kumpulan masalah: penurunan angka kriminalitas,
pemberantasan korupsi, pengentasan pengangguran. Untuk setiap sasaran
tersebut semua partai politik dan masyarakat akan memberi sinyal
persetujuan. Namun ke arah yang mana dan sasaran tunggal yang mana
yang akan diatasi, tidak didenisikan lebih dulu dan karena itu tindakan dan
hasilnya tidak akan dituntut.

Kategori terakhir dari pendefinisian sasaran adalah sasaran implisit dan sasaran
eksplisit. Semantara di satu pihak sasaran implisit tidak segera dijelaskan, di lain
pihak sasaran eksplisit mudah dikenali.
Untuk itu ada sebuah contoh: bagi seorang manusia yang sehat
kesehatan itu tentu saja penting, namun kesehatan menggambarkan
sebuah sasaran yang implisit, karena sasaran tersebut tidak terletak di
pusat kepentingan yang aktual. Sebaliknya bagi seorang yang sakit hal
itu merupakan sasaran yang eksplisit, karena kesehatan baginya
mempunyai makna yang penting bagi kelangsungan hidupnya.

Pertanyaan tentang sasaran implisit dan eksplist muncul terutama dalam nilai-nilai
post-material. Tentu saja kebebasan, perdamaian, keadilan, transparansi dan
partisipasi merupakan sasaran-sasaran penting, sasaran-sasaran tersebut selalu
hanya bersifat implisit, jika sebuah cacat tidak tampak jelas. Masalah ini terlihat di
beberapa kampanye pemilu jika suatu partai mengutamakan menawarkan sasaran
yang implisit dan dengan demikian tidak mengena pada pemikiran pemilihnya, atau
hanya mengena pada sedikit pemilih yang sensibilitasnya tinggi.


89

7. PENGUMPULAN FAKTA

Masalah yang berulang kali muncul dalam pengumpulan fakta adalah bahwa
informasi yang tersedia terlalu sedikit atau terlalu banyak, tapi informasi tersebut
tidak menyediakan cukup fakta. Pengumpulan fakta diperlukan untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam melaksanakan sebuah misi. Oleh
karena itu, pengumpulan fakta harus dilakukan secara terarah. Selain itu perlu
diupayakan untuk menggunakan dan mempertanyakan secara cermat fakta-fakta
khusus untuk mengetahui fakta-fakta yang lupa dipresentasikan oleh para pihak
yang terlibat dalam kegiatan ini, baik karena alasan kelalaian maupun yang dengan
sengaja tidak diungkapkan oleh peserta yang terlibat dalam diskusi perencanaan.

Untuk mengelola informasi, ada dua metode yang dapat dipakai: analisa dan sintesa.

Profesor Eduardo Morato dari Asian Institute of Management mendeskripsikan kedua
metode ini secara lebih detail dalam kaitannya dengan perencanaan strategi.
Menurutnya:
"Apabila kita memilah setumpuk informasi untuk menemukan hal-hal penting yang
diperlukan dalam evaluasi dan pengambilan keputusan tanpa menggunakan sebuah
'saringan', jelas akan menjadi sangat sulit. Ada dua latihan mental yang diperlukan
untuk proses penelaahan ini. Latihan yang pertama adalah analisa, yang membagi
informasi ke dalam beberapa bagian, yang kemudian dipresentasikan berdasarkan
relevansi, ukuran, kepentingan, dan urgensinya. Latihan yang kedua adalah sintesa,
yang menggabungkan informasi-informasi tunggal ke dalam unit yang lebih besar
dan lebih signifikan, sehingga tercipta sebuah gambaran utuh dan signifikansi
informasi tersebut menjadi jelas. Latihan yang terakhir didukung melalui
pembentukan pola, hubungan dan kecenderungan data-data, untuk dapat
memutuskan bagaimana data-data ini saling berhubungan dan bagaimana kira-kira
gambaran skenario data ini kedepannya. Analisa dan sintesa merupakan sebuah
kontribusi bagi seni berpikir secara kritis. Secara singkat, pemikiran kritis
memisahkan hal yang penting dan yang tidak penting. Hal ini memungkinkan adanya
konsentrasi yang jelas dan berkembangnya pengetahuan.


90

Untuk memulai dengan bagian analitis, pertama-tama data harus diklasifikasikan
secara akurat. Setiap usulan yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
lingkungan eksternal dapat diterapkan. Setelah data-data tersebut disortir, maka
"saringan" data dapat digunakan dengan mempertimbangkan relevansi kriteria,
ukuran, kadar kepentingan dan urgensinya.

Relevansi menggambarkan hubungan antara informasi dan misi, dengan penjelasan
logis atas sebuah topik atau sebuah situasi dari sudut pandang institusi atau
organisasi. Sebagai contoh, sebuah kelompok yang bergerak di bidang perlindungan
hutan alam dan memiliki misi yang berhubungan dengan masalah itu, akan
mempertimbangkan data yang relevan bagi mereka, yaitu data-data yang
berhubungan dengan perusakan atau reboisasi lahan hutan, atau mengenai
kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan hutan, atau apa yang dilakukan
masyarakat sekitar hutan dengan properti miliknya, atau data-data mengenai
ekosistem yang didukung oleh hutan. Oleh karena itu, data-data menjadi relevan jika
berhubungan dengan alasan eksistensi dan sasaran dasar organisasi tersebut.

Pada saat pemilu, data-data yang relevan adalah data yang berhubungan dengan
sistem pemilu, pembagian pemilih, pertimbangan pemungutan suara yang muncul
sebelumnya, dan sebagainya.

Ukuran menggambarkan dimensi kuantitatif dan pengaruh yang dimiliki faktor-faktor
tertentu atas sebuah isu atau permasalahan. Ukuran atau penyebaran adalah
perangkat operatif pengukuran. Sebagai contoh, dalam pengujian kapasitas produksi
suatu wilayah tertentu, ukuran kuantitas yang relevan adalah yang berhubungan
dengan jumlah manusia yang mampu bekerja dan dapat dipekerjakan. Atau dalam
penyediaan pendidikan gratis sekolah dasar, ukuran yang menentukan adalah
jumlah anak-anak usia sekolah dasar.

Dalam sebuah kampanye politik yang melibatkan sukarelawan, jumlah sukarelawan
dan penyebarannya di daerah kampanye menjadi parameter yang signifikan.

Kadar kepentingan menggambarkan tingkat kualitatif pengaruh yang dimiliki faktor-
faktor tertentu atas sebuah situasi tertentu. Sebagai contoh, kepercayaan religius

91

bisa memiliki kontribusi yang penting bagi sistem nilai manusia. Tingkat pemasukan
sangat menentukan daya beli masyarakat. Jenis iklim dapat menjadi sangat penting
dalam memanen produk pertanian tertentu. Oleh karena itu, kadar kepentingan
ditentukan oleh dampak signifikan atau kedalaman pengaruh yang dimiliki oleh satu
faktor lingkungan atas faktor lainnya.

Urgensi berhubungan dengan data-data yang tergantung pada waktu atau yang
membutuhkan jawaban atas sebuah problem tertentu dalam kurun waktu tertentu.
Sebagai contoh, gempa bumi besar yang jarang terjadi (tingkat frekuensinya rendah)
bukanlah merupakan hal yang menentukan bagi kekayaan sebuah bangsa (tingkat
pengaruhnya rendah apabila hanya muncul secara terbatas); dan bukan pula
menjadi kegiatan utama bagi sebuah pemerintahan (relevansinya rendah), tapi
semua perhatian dan mesin pemerintahan harus dicurahkan pada peristiwa gempa
bumi ini, karena ada urgensi yang tinggi untuk menyelamatkan jiwa dan materi.

Jika terjadi pecah perang (kerusuhan yang bersifat massif) pada saat pelaksanaan
pemilu, maka fakta tersebut memiliki urgensi yang tinggi, dan dengan demikian
menjadi fakta yang penting.

Sintesa menyatukan bagian-bagian tersebut. Sebuah perangkat untuk melakukan
hal itu adalah meneliti masa lalu, memanfaatkan analisa tentang kecenderungan
yang ada, serta membuat proyeksi atau prakiraan masa depan. Berangkat dari
analisa data, kita sampai pada sintesa dengan cara mengembangkan skenario
keseluruhan dari masa lampau, masa sekarang dan masa depan. Dengan sintesa
kita juga dapat membuat pola dari data-data yang dianalisa, seperti sebuah mosaik
yang membawa kita kepada pandangan-pandangan baru. Kita mulai mengenali
sebab-akibat, korelasi atau kurangnya korelasi, urutan dan rantai kejadian serta
paralel-paralel. Sintesa dapat dicapai melalui proses pemikiran yang rasional atau
melalui lebih banyak percobaan intuitif. Yang pertama membutuhkan penerapan
logika, sementara yang kedua membutuhkan loncatan intelektual dan penemuan
yang kreatif. Oleh karena itu, perangkat-perangkat sintesa mencakup teknik
perkiraan, penelitian tentang sebab-akibat, integrasi data melalui pembentukan pola,
pembentukan rangkaian kejadian-kejadian dengan menggunakan parameter waktu

92

atau melalui tingkat pengaruh atau dampaknya, korelasi dan proses kreatif termasuk
pembentukan skenario baru, pemikiran inovatif dan intuisi atau loncatan mental."

7.1. Membuat penggambaran
Agar dapat mengelola secara efektif data-data dari analisis, disarankan untuk
mengubah pengetahuan di dalam gambar-gambar atau rumus-rumus untuk
memahami sistemnya. Hanya jika penyebab dan akibatnya dapat dikenali, jika
ketergantungannya terlihat, maka lokasi regulator yang tepat dapat diputar untuk
sebuah strategi yang berhasil. Penemuan regulator dalam proses pembentukan
strategi merupakan salah satu dari tugas-tugas penting. Berikut ini akan ditunjukkan
beberapa gambar, yang muncul dalam konsultasi praktis dan akan diinterpretasikan
keterkaitannya.
7.1.1 Kasus I: Pembukaan sebuah Pasar Pemilih di Afrika Selatan


Contoh pertama berasal dari konsultasi Democratic Alliance (DA) di Afrika Selatan.
Harus dipahami bagaimana DA dapat berhasil membangun potensi pemilih mereka
di dalam sebuah desa yang hampir 100 persen penduduknya adalah masyarakat
berkulit hitam. Dalam situasi normal yang mendominasi di desa tersebut adalah
African National Congress (ANC) dan sebagai sebuah partai yang memiliki image
sebagai partai kulit putih DA seharusnya memperoleh hasil yang sedikit. Di dalam
gambar tersebut terlihat gambaran pemilih di dalam sebuah desa yang dipengaruhi
sangat kuat oleh ANC. Karena kekecewaan terhadap pemerintahan ANC dan karena
administrasi pemerintahan komunal yang buruk dari ANC menyediakan potensi yang

93

cukup besar yang sebenarnya dituju oleh DA. Dalam gambar di atas kita melihat DA
dengan penawaran mereka, yang merupakan perpaduan dari image, tawaran pribadi
dan tawaran untuk menyampaikan beberapa jasa pelayanan. Kita menyebut
kombinasi tersebut sebagai produk dari DA. Jika produk tersebut dibentuk
sedemikian rupa, bahwa sesuatu yang menarik dipaparkan untuk pemilih DA yang
potensial, pesan tentang produk dapat mencapai pemilihnya. Hal itu berarti bahwa
produk harus dikomunikasikan. Komunikasi tersebut hanya berarti dan efektif jika
berlangsung di tingkat kepercayaan. Kepercayaan tersebut harus dibangun dengan
kehadiran atau kemunculan yang sering di daerah pemilihan, dengan cara
menunjukkan keterlibatan dengan masalah-masalah para pemilih dan melalui
keyakinan dari pengambil keputusan di dalam lingkungan sosial tersebut.
Melalui penggambaran di atas maka terlihat jelas di mana sekarang kekurangannya.
DA tadinya hanya secara sporadis datang ke daerah pemilihan dan tidak mencoba
membangun kepercayaan secara berkelanjutan. Mereka mengikuti strategi invader
(penyerangan), yang tidak berhasil membawa mereka pada hasil yang baik. Strategi
tersebut kemudian diganti dengan strategi residen, yang jelas-jelas memperbaiki
hasilnya. Setelah presentasi gambar tersebut dalam komite pengambil keputusan,
lebih mudah bagi para konsultan untuk meyakinkan para pengambil keputusan
tentang kelebihan dari strategi residen.

7.1.2 Kasus 2: Rumus untuk Pemberantasan Korupsi

Sebagai pengganti gambar di sini digunakan sebuah rumus yang menggambarkan
hubungan sebab akibat. Dengan bantuan rumus ini sekarang titik-titik intervensi
(regulator) dapat dikenali dan strategi dapat diterapkan pada regulator-regulator
tersebut. Rumus ini memaparkan bagaimana korupsi dapat dipengaruhi. Rumus ini
didasarkan pada rumus yang dikembangkan secara signifikan oleh Robert
Klitgaard
39
, yang di sini diubah sedikit oleh penulis.


39
Robert Klitgaard: Controlling Corruption (University of California Press, 1988).

94


Rumus Klitgaard yang divariasikan

Kemudian, tingkat korupsi itu mulanya tergantung dari situasi monopoli (M) yang di
dalamnya terdapat pengambil keputusan. Jika monopoli dihentikan sirna pula
kemungkinan untuk melakukan tindak korupsi. Ruang gerak untuk pengambilan
keputusan dari pengambil keputusan (D) meningkatkan pula kemungkinan untuk
korupsi yang lebih banyak karena pelaku korupsi dapat mempertahankan posisinya
melalui tindak korupsi di dalam ruang gerak bagi pengambilan keputusan. Maka
akan semakin sedikit kasusnya jika semakin banyak transparansi (T) yang
dipraktekkan. Bila proses benar-benar terbuka dan transparan, maka korupsi tidak
mungkin dan tidak perlu dilakukan. Dalam korupsi yang berperan penting adalah
kemungkinan untuk tidak ketahuan dan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban
(A). Semakin besar kemungkinannya bahwa korupsi tersebut dapat terbongkar dan
benar-benar dapat dihukum maka akan semakin rendah godaan untuk bertindak
korup.
Berdasarkan hal tersebut penulis telah merancang sebuah strategi anti korupsi bagi
Kementerian Keuangan di Macedonia. Ancaman melalui strategi yang muncul bagi
politisi yang terlibat korupsi sedemikian tinggi sehingga menteri Keuangan kemudian
dijauhkan dari jabatannya.

7.1.3 Kasus 3: Regulasi untuk Perjuangan Melawan Terorisme

Gambar ini dikembangkan terkait dengan saran yang diberikan oleh para politisi.
Tujuannya adalah untuk memberikan informasi tentang instrumen-instrumen yang
efektif untuk mencegah terorisme, sehingga hal tersebut pada akhirnya akan sejalan
dengan agenda politik mereka.

95







Pemberantasan Terorisme
Dalam gambar di atas ditunjukkan regulator-regulator untuk melawan terorisme.
Regulator yang penting adalah pemisahan, artinya kemungkinan pembatasan (Kami
Mereka). Kami menggambarkan sarang teroris, sementara mereka adalah
masyarakat umumnya. Jika pembatasan tersebut sulit atau tidak mungkin, maka
dampak-dampak yang merugikan akan berefek terhadap sarang teroris. Regulator-
regulator berikutnya adalah harapan dan keyakinan akan sesuatu hal atau sebuah
ajaran dan kesetiaan yang teguh pada pimpinan. Karena tanpa elemen-elemen
tersebut para pendukung yang diperlukan teroris sebenarnya (T) menjadi tidak yakin
dan mungkin akan berbalik meninggalkan sarang teroris. Jumlah pendukung
tergantung dari situasi masyarakat untuk lingkungan sosial sekitarnya. Semakin
banyak keraguan, paksaan dan kondisi sosial yang buruk, maka semakin besar
dukungan dari masyarakat dan semakin banyak anggota masyarakat yang
bergabung ke sarang teroris. Regulator yang selanjutnya adalah jumlah sumber daya
yang tersedia. Perbekalan sumber daya dengan demikian memegang peranan
penting untuk memfungsikan aksi-aksi tersebut. Dari sisi masyarakat, persepsi publik
dan gema media terhadap aksi-aksi teroris merupakan faktor keberhasilan yang
penting bagi terorisme. Tanpa gema media aksi teroris akan kehilangan dampak riil
mereka. Dampak dari propanda perbuatan tersebut telah digambarkan oleh Michail
Bakunin dalam kalimat berikut: Kita harus menyebarluaskan prinsip-prinsip kita

96

bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan, karena ini adalah bentuk
yang paling populer, paling kuat dan paling menarik dari sebuah propaganda.
40


Pembuatan gambar dari situasi tersebut menyebabkan keterkaitan dan
ketergantungan bisa dikenali lebih awal dan dengan demikian mengcegah
diambilnya keputusan yang tidak berdasarkan fakta. Sejauh ini seorang perencana
strategi yang tidak memiliki kemampuan untuk merancang sebuah gambar dari
sebuah situasi, hanya dapat mengembangkan sebuah strategi yang sukses berkat
keberuntungan, sementara rancangan sebuah gambar dengan keterkaitan yang
sungguh-sungguh akan berujung pada kuota keberhasilan yang lebih tinggi secara
signifikan. Rancangan gambaran-gambaran seperti ini mensyaratkan dilakukannya
pengumpulan fakta yang luas dan bahwa sistem tersebut harus dipahami. Dalam
melampaui batas-batas lingkup budaya terkadang gambar-gambar yang benar-benar
salah menghantui kepala para konsultan, yang sudah dipastikan menyebabkan
munculnya sebuah kekeliruan.

Contoh: Seorang konsultan Barat, yang selama ini lebih banyak bekerja untuk
partai-partai yang berorientasi program di Eropa Tengah, akan
mengalami kegagalan dalam menangani negara-negara yang berorientasi
suku bangsa atau klan di Afrika atau di negara-negara Barat, karena di
sana keputusan dalam pemilu dipengaruhi oleh kriteria-kriteria yang
berbeda, dan bukan oleh kriteria yang berdasarkan program dan ideologi.
Perubahan ke gambar yang lain kadang-kadang bertabrakan dengan
gambaran dunia sendiri. Siapa yang tidak siap untuk menyerahkan
gambaran dunianya sendiri dan membuat gambaran yang efektif untuk
dasar sebuah keputusan strategis, sebaiknya menjadi missionaris saja dan
tidak menjadi perencana strategi.

7.2. Pengumpulan fakta beberapa faktor

Pengumpulan fakta dimulai dengan analisa internal, yaitu analisa situasi organisasi
sendiri. Biasanya kita memiliki cukup banyak informasi tentang organisasi kita.

40
Michael Bakunin, Anachist, 1814 1876 in Letter to a Frenchman on the Present Crisis,
1870

97

Problem yang dihadapi dalam pengumpulan informasi biasanya terdapat dalam
informasi tentang persepsi eksternal (citra) terhadap partai dan individu. Ini terjadi
bila tidak ada survei yang cukup atau survei yang dilakukan tidak memadai. Dalam
kasus seperti ini, sebaiknya dilakukan penilaian dengan bantuan pihak luar
(multiplikator, pembentuk opini, dsb.).

7.3. Produk: Profil, individu, program, kompetensi, kinerja

Kutipan: Masyarakat umum membeli nama dan wajah bukan program
partai. Dan seorang kandidat pejabat publik harus diperdagangkan dengan
cara serupa seperti produk-produk lainnya (Richard Nixon, 1957).

Dalam strategi politik, kita juga bicara tentang sebuah produk yang perlu
diperdagangkan dan ditawarkan di pasar pemilih. Hal ini juga berlaku untuk strategi
yang tidak secara langsung berorientasi pada hari pemungutan suara, tapi lebih
berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas politik.

Produk terdiri dari beberapa komponen yang dapat memiliki bobot yang berbeda,
tergantung dari jenis strategi yang direncanakan, lingkungan dan budayanya. Bagi
sebuah partai, sebuah kelompok politik atau seorang figur, produk yang dapat
bersaing dengan produk-produk lainnya mencakup:

Program Profil
Produk
Kinerja Kompetensi
Figur Individu

98


- Profil
Dalam banyak hal, profil merupakan citra sebuah organisasi atau figur individu. Di
sini terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat dikenali publik dan dikategorikan penting.
Bila sebuah profil yang jelas tidak dikembangkan, maka menjadi sulit bagi khalayak
umum untuk menemukan elemen-elemen yang menonjol dan menyimpannya dalam
ingatan mereka. Karena itulah organisasi-organisasi tanpa profil yang jelas
kebanyakan sama sekali tidak dikenal.


- Individu
Individu memegang peranan yang penting dalam pendeskripsian sebuah produk,
tetapi hal ini juga tergantung pada lingkungan budaya atau pengaruh sistem pemilu
setempat. Sebagai contoh, perhatian yang lebih kuat ditekankan pada seorang
individu untuk pembentukan sebuah produk dalam sistem pemilu langsung
dibandingkan sistem pemilu proporsional yang menggunakan daftar calon. Personil
kunci juga dapat memainkan peran yang menentukan bahkan dalam strategi-
strategi yang tidak memfokuskan diri pada pemilu, tetapi bertujuan untuk
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tertentu, karena mereka seringkali
menginspirasi pembentukan kepercayaan diri dalam kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan.

- Program
Produk secara signifikan dibentuk oleh agenda politik (program partai, manifesto
pemilu) dari sebuah organisasi politik atau seorang kandidat, atau oleh paket
langkah-langkah yang diusulkan untuk diimplementasikan oleh partai tersebut, tentu
saja di tempat-tempat yang masyarakatnya memiliki orientasi program.


- Kompetensi
Dalam pembuatan produk, kompetensi perlu diperhatikan secara khusus. Tidaklah
cukup hanya memiliki program yang bagus atau calon yang bagus saja jika ada

99

keraguan bahwa kelompok politik yang bersangkutan mampu mewujudkan program-
programnya.

- Kinerja
Yang dimaksud dengan kinerja di sini bukanlah kinerja di masa yang akan datang,
melainkan kinerja masa lalu sebuah kelompok politik atau kandidat. Kinerja yang
telah dicapai sebelumnya adalah bagian dari produk, meskipun pengaruhnya
terhadap organisasi politik seringkali dinilai terlalu tinggi. Kinerja di masa lalu dapat
dimanfaatkan sebagai faktor citra yang membangun kepercayaan untuk
meningkatkan kompetensi.

Karena itu, produk sebuah partai politik, sebuah organisasi atau seorang kandidat
terdiri atas lima komponen yang akan dinilai dan dievaluasi oleh pasar di mana
mereka memiliki kompetensi. Dalam hal ini, penilaian terhadap produk sangat
melekat dengan keuntungan yang dapat ditarik oleh calon pemilih, pembeli atau
pendukung dari produk tersebut. Produk tersebut akan mendapat dukungan atau
penolakan, akan mendorong pemilih partai atau kandidat untuk memilih atau
menolaknya, menarik simpati atau antipati terhadap pemerintah, walikota, para
pejabat pemerintahan, atau bahkan serikat buruh, gereja, dsb.

Faktor yang akan sangat mendukung keputusan strategis yang akan diambil
kemudian muncul pada titik ini: bahwa sebuah produk yang telah ditetapkan tidak
pernah menimbulkan reaksi yang sama di semua pasar, namun akan dinilai secara
berbeda di berbagai segmen pasar.
Dengan pembentukan produk tersebut strategi itu juga mengembangkan sesuatu
yang membantu strategi tersebut untuk dapat mengontrol cara-cara bertindak dari
orang-orang yang dituju. Kontrol ini kebanyakan tidak menimbulkan argumentasi
yang benar-benar rasional, karena orang-orang yang dituju memutuskan secara
emosional dalam situasi-situasi yang kompleks
41
. Karena itu keputusan tersebut juga
harus didukung oleh argumentasi emosional.


41
Mengenai tema pengambilan keputusan rasional atau emosional lihat Bab 15.3.

100

0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
m
o
d
e
r
n
b
a
r
u
t
e
r
k
e
n
a
l
s
o
s
i
a
l
k
o
n
s
e
r
v
a
t
i
f
l
i
b
e
r
a
l
s
e
r
i
u
s
d
a
p
a
t

d
i
p
e
r
c
a
y
a
Partai A
Partai B
Partai C


7.3.1. Profil
Profil meliputi nilai citra secara umum yang berhubungan dengan sebuah organisasi.
Profil ini biasanya diperoleh melalui survei. Nilai citra ini kerap digabung secara
berpasangan, sehingga organisasi tersebut berada di antara dua posisi ekstrem
dalam sebuah skala. Beberapa tipe pasangan profil yang khas adalah: lama baru;
solid tidak solid; terkenal tidak terkenal; maju terbelakang; sosial asosial;
dapat dipercaya tidak dapat dipercaya; jujur korup; dsb.

3 2 1 0 1 2 3
Lama X Baru
Solid X Tidak solid
Terkenal X Tidak terkenal
Jujur X Korup
Dapat dipercaya X Tidak dapat dipercaya
Sosial X Asosial

Apabila survei menghasilkan fakta-fakta seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas,
maka organisasi yang bersangkutan merupakan organisasi yang memiliki profil yang
jelas. Organisasi ini dianggap sebagai organisasi yang telah lama berdiri, terkenal,
tidak serius, korup, dan tidak dapat dipercaya. Ini berarti bahwa organisasi tersebut
memiliki profil yang jelas, tapi sayangnya yang lebih menonjol adalah faktor-faktor
yang negatif.

Profil yang jelas tentu menarik apabila diperbandingkan dengan profil organisasi lain
yang bergerak di pasar yang sama. Perbandingan semacam itu ditunjukkan oleh
grafik hasil sebuah survei dalam gambar berikut:






101










Di sini ditunjukkan bahwa partai C secara jelas memiliki profil yang berbeda dari
partai A dan partai B. Kesimpulan yang dapat ditarik dari sini harus ditetapkan
melalui analisa kekuatan dan kelemahan (lihat Bab bersangkutan) dalam
hubungannya dengan informasi yang berasal dari analisa lingkungan eksternal.

7.3.2. Individu

Peran individu atau perorangan tampak dengan jelas dalam suatu pemilu individual,
yaitu dalam pemilu langsung di suatu daerah pemilihan. Dalam hal ini, individu atau
orang yang bersangkutan seringkali memegang peranan yang menentukan. Dalam
pembuatan produk, peran komponen-komponen lain berada dibawahnya.

Dalam pemilu (tak langsung) yang menggunakan daftar calon pun, individu-individu
yang mewakili sebuah organisasi merupakan bagian yang penting dari produk.
Dalam sebuah proses politik dan dalam pemungutan suara, mereka memiliki
peranan yang penting sebagai pengemban kepercayaan. Sebagian besar
pemungutan suara didorong oleh keyakinan akan kapabilitas, kesediaan dan
integritas pribadi orang yang bersangkutan. Hal ini tampak lebih jelas pada pemilihan
langsung dibandingkan dalam pemilihan yang menggunakan daftar calon. Tetapi,
dalam pemilihan yang menggunakan daftar calon pun, sebagian besar pemilih juga
ingin melihat satu atau lebih figur yang dapat mereka percaya.

Berkaitan dengan kelesuan politik yang biasanya bukan disebabkan oleh
kekecewaan terhadap politik itu sendiri melainkan lebih dikarenakan sikap para

102

politisi, komponen pribadi dari produk sebuah organisasi politik justru semakin
penting.

Pemilihan individu dalam organisasi dan partai yang memiliki struktur demokratis
biasanya didasarkan pada proses pemilihan internal. Karena itu, pengaruh kriteria
strategis terhadap pemilihan individu ini biasanya relatif kecil. Ini berarti bahwa
individu atau kelompok individu yang dipilih dalam proses demokratis adalah orang
yang harus diajak bekerjasama, terlepas dari apakah mereka akan meningkatkan
peluang produk di pasaran atau tidak.
42


Untuk menilai individu atau perorangan, dibutuhkan faktor-faktor berikut ini:
- Tingkat popularitas
Di sini harus dibedakan antara tingkat popularitas di antara penduduk
yang kritis terhadap sebuah keputusan atau tingkat popularitas di
segmen pasar tertentu di lingkungan tersebut.

- Citra
Citra memberikan informasi mengenai karakter seseorang yang
ditangkap oleh masyarakat umum. Yang perlu diperhatikan di sini
adalah bahwa tingkat popularitas memiliki pengaruh besar terhadap
pembentukan citra dan bahwa citra dapat sangat berbeda dalam
berbagai segmen pasar.

Pada skala popularitas dengan nilai -5 (penolakan) sampai +5
(persetujuan/dukungan), seorang kandidat yang memiliki nilai 0 dapat
memperoleh penilaian yang sangat positif dalam segmen pasarnya,
tetapi memperoleh penilaian yang sangat negatif dalam segmen pasar
lawan. Ini mengidentifikasikan bahwa reputasi sang kandidat memiliki
hubungan yang sangat erat dengan kelompok pemilihnya. Di lain pihak,
nilai 0 juga menunjukkan bahwa sang kandidat tidak memiliki profil
yang jelas dan relatif kurang populer. Oleh karena itu, penilaian yang
hanya dikumpulkan dari faktor-faktor citra (lihat juga Bab mengenai

42
Mengenai cara untuk menempatkan seseorang ke dalam strategi, lihat Bab 12 tentang Pemilihan
Strategi dan Bab 15 tentang Citra yang Diinginkan.

103

survei) tidaklah cukup. Analisa harus pula diperluas ke segmen pasar
yang berbeda-beda.

Seorang kandidat yang memiliki simpati tertinggi dalam mayoritas masyarakat
seringkali justru merupakan kandidat yang buruk, karena ia tidak memiliki
kekuatan yang cukup untuk menentukan atau menerjemahkan luasnya simpati ke
dalam pemungutan suara.
Contoh-contoh khas untuk ini ditemui pada banyak menteri luar negeri
Jerman. Kebanyakan dari mereka memiliki tingkat popularitas yang tinggi,
karena mereka sering muncul di televisi dan di media-media massa lainnya.
Namun mereka kebanyakan tidak melibatkan diri dalam politik dalam negeri
Jerman dan tidak memposisikan diri di wilayah-wilayah yang relevan untuk
sebuah keputusan pemilu. Jika seorang menteri luar negeri memasuki wilayah
politik dalam negeri, maka nilainya dalam jajak pendapat akan turun secara
drastis.

Penerimaan/dukungan internal
Citra yang dimiliki seseorang dalam organisasi sangat penting untuk
memperoleh dukungan yang terus-menerus dari barisan sendiri
(internal), dan dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi produk
yang dihasilkan. Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab di sini,
seperti:
Apakah orang ini memperoleh dukungan dari segenap organisasi atau
anggota, atau para staff di dalam organisasi itu terbagi antara yang
mendukung dan menentang?
Apakah ada keraguan di dalam organisasi terhadap kredibilitas orang
ini?

104

Apakah ada keraguan terhadap keberhasilan yang dapat dicapai oleh
orang ini?

Pertanyaan yang terakhir sering menimbulkan situasi yang sulit dalam
pembuatan produk, terlebih jika anggota atau staff organisasi sendiri berdebat di
depan publik tentang apakah kandidat mereka memiliki peluang ataukah ia justru
merupakan seorang pecundang.

7.3.3. Program

Ketika berhubungan dengan organisasi politik, ada asumsi bahwa setiap program
politik partai atau organisasi politik akan sangat mempengaruhi produk. Tapi
sebenarnya tidaklah selalu demikian. Di negara-negara yang memiliki orientasi tinggi
terhadap figur (ketokohan individu), program politik menjadi bagian yang tidak
signifikan bagi sebuah produk.

Di negara-negara yang lebih berorientasi pada platform dan 'partai-partai ideologis',
program partai menjadi sangat penting untuk pembuatan sebuah produk. Yang dapat
dijadikan contoh di sini adalah partai-partai sosialis, sosial-demokrat, liberal,
konservatif atau juga partai ekologis. Dengan demikian, produk sangat kuat diwarnai
oleh ideologi partai yang besangkutan.

Kebijakan partai karenanya berorientasi pada pola-pola politik tersebut. Dalam
produk-produk politik semacam ini, individu hanya berperan sebagai penyedia jasa
bagi pencapaian sasaran politik.

Dalam menganalisa fakta, perlu ditelaah arah politik seperti apa yang dimiliki oleh
sebuah organisasi, politik khusus mana yang ia wakili, persoalan politik apa saja
yang hendak dijawab oleh program partai ini.


105

Sebuah platform partai menentukan karakter partai tersebut. Berdasarkan hal itu,
partai-partai politik dapat dikategorikan sebagai berikut:

- Partai fasis
- Partai ekstrem kanan
- Partai konservatif
- Partai liberal
- Partai sosial-demokrat
- Partai sosialis
- Partai komunis
- Partai ekologis
- Partai keagamaan
- Partai etnis

Demarkasi antara partai-partai tersebut biasanya berubah-ubah, sehingga sulit
ditarik perbedaannya secara jelas.
43


7.3.4. Kompetensi

Kompetensi dalam pemecahan masalah yang dianggap penting oleh warga memiliki
pengaruh yang sangat besar bagi penilaian terhadap sebuah partai atau seorang
kandidat, karena kompetensi membangun keyakinan dan tingkat keyakinan dalam
sebuah organisasi atau seorang kandidat merupakan faktor yang penting dalam
pemungutan suara.

Kemampuan pemecahan masalah juga memegang peranan penting dalam hal
dukungan kelompok inisiatif dan dalam pengumpulan dana. Kemampuan
pemecahan masalah biasanya dapat diketahui melalui sebuah survei yang
representatif.

Apabila sebuah partai atau seorang kandidat dianggap tidak kompeten dalam suatu
bidang politik tertentu, tidaklah berguna mengadakan kampanye pemilu dalam

43
Lihat juga Bab 25 mengenai Partai dan Sistem Kepartaian, yang mencoba untuk membuat
penggolongan yang lebih jelas.

106

bidang tersebut. Jika memiliki kekurang-mampuan dalam pemecahan masalah, hal
ini dapat diatasi dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan kehumasan secara intensif.
Tetapi langkah ini hanya dapat berhasil jika dilakukan secara perlahan-lahan dan
harus dimulai cukup awal.

Biasanya sebuah daftar isu digunakan dalam survei terhadap persepsi kompetensi.
Kepada pihak-pihak yang diwawancara, akan diajukan pertanyaan-pertanyaan
seperti, "Partai mana yang menurut anda paling mampu menyelesaikan masalah?"
atau "Politisi mana yang menurut anda paling mampu menyelesaikan masalah yang
ada?". Biasanya lembaga-lembaga survei akan berkonsentrasi pada pertanyaan
tentang hal-hal atau persoalan yang dianggap paling penting oleh mayoritas publik.

Contoh 1: Hasil survei tentang isu-isu penting:
Pertanyaan: Dari daftar isu yang diajukan berikut ini, isu mana
yang menurut anda sangat penting atau penting?

Isu/Tema Sangat penting Penting
Jaminan lapangan kerja 78,1 19,5
Stabilitas harga 75,8 21,7
Penanganan kriminalitas 61,4 20,9
Pemberantasan korupsi 50,3 10,8
Kebijakan pendidikan 20,9 19,9
Perlindungan lingkungan hidup 17,9 24,3
Aborsi 5,9 14,1

Pertanyaan: Partai mana yang menurut anda paling mampu mengatasi problem yang muncul
sehubungan dengan isu yang diajukan di atas?

Isu/Tema Partai
A
Partai
B
Partai
C
Partai
D
Tdk tahu
Jaminan lapangan kerja 20,5 47,3 3,6 7,9 8,9
Stabilitas harga 55,1 27,2 1,4 9,8 7,5
Penanganan kriminalitas 49,2 23,1 9,9 14,5 3,3

107

Pemberantasan korupsi 14,1 13,5 4,6 35,7 32,1
Kebijakan pendidikan 22,2 23,4 5,6 41,2 7,6
Perlindungan lingkungan hidup 15,9 31,8 10,7 29,8 11,8
Aborsi 2,8 9,6 80,1 0,4 6,9

Dalam contoh 1, tabel pertama menunjukkan isu apa yang dianggap sangat penting
atau penting oleh masyarakat secara umum, di mana tampak perbedaan yang
menyolok. Isu "Jaminan lapangan kerja" dianggap sangat penting atau penting oleh
97,6% penduduk, sementara tema "Aborsi" dianggap sangat penting atau penting
hanya oleh 20% penduduk.

Dalam tabel kedua, pertanyaan yang diajukan dalam survei adalah mengenai
kompetensi dalam memecahkan masalah. Di sini terlihat jelas bahwa Partai A
memiliki kompetensi dalam pengendalian stabilitas harga dan penanganan
kriminalitas. Kedua isu tersebut juga merupakan isu yang dianggap penting oleh
penduduk. Partai B memiliki kompetensi dalam penyediaan lapangan kerja serta
setidaknya menunjukkan kompetensi dalam bidang perlindungan lingkungan hidup.
Partai C tidak memiliki kompetensi apapun dalam bidang-bidang yang dianggap
sangat penting atau penting oleh masyarakat; partai ini hanya menunjukkan
kemampuan di bidang aborsi sebuah isu yang dianggap sangat penting atau
penting hanya oleh 20% penduduk saja. Partai D memiliki kompetensi dalam
memecahkan permasalahan di bidang kebijakan pendidikan dan pemberantasan
korupsi. Ada peluang pula bagi partai ini untuk meningkatkan kompetensi di bidang
perlindungan lingkungan hidup.

Survei di atas menunjukkan data tentang persepsi kompetensi yang dimiliki partai A,
B, C dan D. Semua partai, terutama partai A dan B, memiliki peluang yang baik
dalam pasar pemilu. Partai C memiliki satu kompetensi khusus dalam satu pasar
tertentu. Oleh karena itu, partai C harus mengambil kebijakan 'Niche'
44
dalam
menempatkan diri di pasar pemilu.

Contoh 2: Kompetensi pemerintah dan oposisi

44
Lihat juga Bab 13.4.4.

108

Pertanyaan: Siapakah yang paling mampu menangani problem di bawah
ini secara memuaskan menurut ukuran Anda: pemerintah, oposisi,
keduanya atau tidak kedua-duanya?

Isu/Tema Pemerintah Oposisi Keduanya Tidak kedua-duanya
Jaminan lapangan
kerja
39,4 27,3 14,6 16,7
Penanganan
kriminalitas
39,1 20,3 23,8 14,9
Peningkatan
ekonomi
50,3 21,2 18,6 8,1
Perlindungan
lingkungan hidup
27,7 39,8 18,4 12,4
Keamanan sosial 39,8 26,2 19,8 12,4
Perlindungan data 32,6 27,8 23,6 14,2
Pengendalian
inflasi
47,6 20,2 20,5 9,7
Pengurangan
hutang negara
49,1 18,7 17,1 13

Dalam sistem dua partai dan juga dalam koalisi pemerintahan atau koalisi antara
pemerintah dan oposisi, kompetensi terbagi antara pemerintah dan oposisi. Dalam
contoh 2 terlihat bahwa pemerintah menunjukkan kompetensinya di semua bidang
kecuali pada isu perlindungan lingkungan hidup. Di beberapa bagian, pemerintah
memiliki keunggulan kompetensi yang jauh lebih menonjol dibandingkan oposisi.
Hasil survei semacam ini seringkali terlihat saat menjelang pemilu, karena di
sebagian besar kasus, oposisi jarang sekali memperoleh peluang untuk
menunjukkan kompetensinya, sementara pemerintah yang selama periode
pemerintahannya secara terus-menerus selalu disorot oleh media dapat
meningkatkan persepsi kompetensinya.





109

7.3.5. Kinerja

Sebagai bagian dari produk, kinerja pertama-tama dan terutama harus
menunjukkan kemampuan untuk merealisasikan dan melaksanakan hal-hal yang
ingin dicapai. Yang harus dipahami di sini adalah mengenali kinerja sebagai indikator
kompetensi, dan bukan kinerja sebagai pencapaian sesuatu di masa lalu. Karena
apa-apa yang telah dicapai bukanlah merupakan hal yang mempengaruhi keputusan
pemungutan suara di kemudian hari dan dengan menciptakan rasa percaya.

Contoh: sebuah partai pemerintah telah berhasil menerapkan reformasi
pajak dengan menurunkan pajak pada periode pemerintahan mereka
sebelumnya; suatu hasil yang dapat diamati dan dirasakan oleh warga.
Partai ini sekarang ingin membangun kampanye pemilu mereka dengan
menggunakan pencapaian kinerja ini.

Adalah keliru untuk menjual prestasi penurunan pajak ini guna memperoleh suara
lebih banyak pada pemilu berikutnya. Para pemilih tidaklah tertarik pada apa yang
telah perah dicapai oleh sebuah partai, melainkan pada apa yang akan dapat
mereka raih di kemudian hari. Pencapaian prestasi di masa lalu hanya dapat
dijadikan penunjang untuk meningkatkan rasa percaya diri dan persepsi kompetensi.


Semboyan strategis: Pemilih tidak tahu berterima kasih

Ini berarti bahwa pengumpulan fakta tentang prestasi dimasa lalu tidak terpusat pada
apakah pencapaian individu dipandang sebagai sesuatu yang positif oleh pemilih
dalam kaitannya dengan nilai mereka. Pencapaian prestasi hanya relevan dalam
kompetensi dan pembangunan rasa percaya diri. Karena itu, penilaian prestasi
betapapun berlebihannya sulit untuk menghapus pandangan tersebut dan
karenanya harus dibentuk dengan sasaran yang telah disebutkan di atas.





110

7.3.6. Problem keselarasan

Masing-masing komponen produk (individu, profil, kompetensi, program dan kinerja)
sebisa mungkin harus selaras satu sama lain. Keselarasan ini harus menjadi bagian
dari pengumpulan fakta. Untuk itu, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu diajukan:
1. Apakah profil individu (sang kandidat) selaras dengan program yang
dipresentasikan? Apakah individu tersebut dapat menjelaskan program secara
meyakinkan atau apakah ada persoalan dengan dirinya? Apabila isu pemberantasan
korupsi menjadi isu utama yang diangkat dalam kampanye sementara sang kandidat
memiliki citra sebagai politisi yang korup, maka kredibilitas keputusan organisasi
terancam bahaya besar. Atau apabila yang diangkat adalah isu perlindungan
lingkungan hidup sementara sang kandidat dikenal memiliki pabrik-pabrik yang
merusak lingkungan, maka masalah serupa itu pun akan muncul.
2. Apakah program yang dipresentasikan partai selaras dengan kompetensi yang
dimiliki dan prestasinya? Sebuah partai yang dikenal memiliki citra yang sangat
berorientasi ekonomi karena partai tersebut memiliki kompetensi yang tinggi dan
memiliki catatan yang baik di bidang ekonomi pasar, maka partai tersebut akan
mendapat kesulitan untuk menampilkan dirinya sebagai partai sosial yang
melindungi kaum lemah, khususnya jika partai tersebut juga terlihat sangat dekat
dengan para pengusaha.
3. Apakah para kandidat memiliki kompetensi yang cukup untuk mewakili partai
dalam isu-isu yang dipilih?

Masalah-masalah dalam hal keselarasan ini dapat sangat menjatuhkan jika
kredibilitas isu-isu tersebut menjadi titik perhatian. Dan masalah-masalah tersebut
juga dapat memberikan peluang kepada lawan untuk menyerang.

7.4. Multiplikator, aliansi

Dalam konteks komunikasi politik, multiplikator sama dengan multiply yang berarti
pengganda atau penyebar sebuah pesan politik.


111

Sementara aliansi adalah kelompok atau organisasi yang ingin mencapai sasaran
bersama dengan organisasi kita; dan, oleh karena itu, mereka bekerja sama dengan
kita.

Peran aliansi tidak boleh diremehkan dan memegang peranan yang bertambah
penting. Dalam banyak kasus dipakai istilah aliansi-aliansi strategis. Yang paling
terkenal adalah aliansi dari perusahaan-perusahaan penerbangan internasional,
seperti Star Alliance, One World, Skywards atay Flying Blue. Aliansi-aliansi atau
jejaring semacam itu saat ini disetarakan sebagai sumber daya dan sebaiknya juga
diperlakukan seperti itu.
45



Multiplikator adalah orang-orang yang melalui pekerjaannya atau keanggotaannya
dalam sebuah organisasi seperti klub, perhimpunan, perkumpulan, gereja, serikat
pekerja, inisiatif warga, tetangga, keluarga, dan kerabat, atau melalui kerjasama
dalam sebuah tim dan sebagainya banyak bertemu dengan orang-orang lain dan
dengan demikian banyak berkomunikasi.

Multiplikator juga bisa merupakan wakil-wakil organisasi profesional yang
pekerjaannya menyebarkan informasi atau gagasan-gagasan, misalnya, orang-orang
dari media atau para pekerja dari biro humas atau biro iklan.

Selain itu, multiplikator juga dapat merupakan wakil aliansi yang bersama organisasi
kita ingin mencapai sasaran bersama, dan oleh karenanya bersedia menyebarkan
pesan-pesan kita. Sebagai contoh adalah partai-partai aliansi, tapi juga inisiatif
warga atau inisiatif pemilih.

Sebuah daftar multiplikator dan partai aliansi yang ada perlu dibuat pada saat
melakukan pengumpulan fakta. Dalam berbagai kasus tampak jelas bahwa untuk
berbagai strategi politik dan bahkan strategi kampanye, jumlah multiplikator yang
dapat diandalkan sangat sedikit.


45
Lihat bab 7.5.4

112

Kuesioner berikut dapat digunakan untuk memperoleh penilaian yang akurat dan
kualitatif atas seorang multiplikator:

1. Apakah nama, alamat, nomor telepon (kantor dan rumah) sang multiplikator
tersedia? (jika tidak, maka multiplikator tersebut tidak dapat digunakan).
2. Apakah ada komunikasi yang rutin dengan multiplikator? (jika tidak, bagaimana
hubungan ini dapat dipelihara dan bagaimana sang multiplikator tetap dapat
memperoleh informasi aktual sehubungan dengan pekerjaannya sebagai penyebar
pesan?).
3. Apakah ada seorang penghubung dari organisasi kita yang bertanggung jawab
atas multiplikator ini?
4. Apakah sang multiplikator sudah pernah bekerja bagi kita?
5. Apakah ada laporan pengalaman sehubungan dengan pekerjaannya tersebut?
6. Apakah pengalaman yang diperoleh merupakan pengalaman yang positif?

Apabila pertanyaan 1 sampai 3 dapat dijawab dengan "ya", maka multiplikator
tersebut dapat dimasukkan ke dalam daftar multiplikator. Apabila pertanyaan-
pertanyaan berikutnya juga dapat dijawab dengan "ya", maka multiplikator tersebut
adalah multiplikator yang efektif dan aktif.

7.4.1 Motivasi/ketertarikan

Ketika melakukan penilaian terhadap para multiplikator, motivasi mereka juga perlu
diuji. Apabila sang multiplikator merupakan multiplikator yang profesional,
motivasinya biasanya ditentukan dengan imbalan finansial. Hal ini umumnya
diterapkan pada para pekerja partai atau orang yang bekerja di sebuah biro iklan,
biro humas/PR, dsb.

Motivasi yang dimiliki oleh multiplikator-multiplikator lainnya tidak selalu dapat
dikenali secara langsung. Tetapi motivasi mereka itu perlu diperiksa secara lebih
cermat, untuk mengetahui apakah dalam kondisi tertentu motivasi itu akan tetap
mendukung sasaran kita. Motivasi yang dimiliki seseorang untuk menawarkan dirinya
sebagai multiplikator bisa saja dipicu oleh adanya kepentingan bahwa partai lawan
ingin memperoleh informasi yang berguna dari kita, atau mereka ingin memiliki

113

informasi sejak dini tentang argumentasi-argumentasi kita. Apabila motivasi mereka
didorong oleh keyakinan politik atau karena mereka memiliki sasaran yang sama
dengan kita, maka penting bagi kita untuk menjaga hubungan dengan multiplikator
tersebut.

7.4.2. Efektivitas

Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelaahan terhadap efektivitas para
multiplikator dan organisasi mereka sudah semestinya diajukan. Seringkali banyak
waktu dan uang yang diinvestasikan untuk mereka yang sebenarnya sejak awal
kinerjanya tidak efektif atau sudah tidak efektif lagi.

Sebagai contoh: Pada tahun 70-an, dalam kampanye pemilu di Jerman
dan beberapa negara lainnya muncul apa yang disebut dengan "inisiatif
pemilih", yang memiliki sejumlah besar multiplikator aktif untuk mendukung
partai. Pada saat itu inisiatif pemilih seperti ini cukup efektif. Tetapi kini,
karena terlalu banyak yang harus diinvestasikan untuk keperluan ini,
efektivitasnya tidak lagi terlihat setidaknya di negara Jerman.

Terkadang efektivitas para multiplikator juga berkurang karena ada isu tertentu yang
tidak lagi penting, sehingga hubungannya dengan kelompok target tertentu menjadi
tidak diperlukan lagi.

Misalnya: Karena terjadi perubahan struktur, kelompok target para
peternak di Uruguay terkikis tingkat kepentingannya. Di masa lalu,
perkembangan politik hampir tidak dimungkinkan tanpa keberadaan
kelompok ini, sehingga jasa multiplikator di antara para peternak di sana
menjadi sangat penting. Setelah terjadi perubahan struktur masyarakat
menuju masyarakat jasa dan masyarakat komunikasi, sektor peternakan
tersebut menjadi sangat tidak signifikan sehingga keberadaan para
multiplikator di sana kehilangan efektivitasnya.




114

7.4.3. Biaya

Biaya yang dikeluarkan untuk para multiplikator profesional, dapat mudah dipahami.
Biaya yang dikeluarkan ini adalah biaya untuk para agen dan biro iklan. Biaya ini
harus dilihat secara kritis, apakah seimbang dengan pekerjaan yang dilakukan oleh
para multiplikator atau tidak.

Bagi multiplikator media (wartawan), seharusnya tidak ada biaya yang perlu
dikeluarkan. Tetapi di berbagai negara, seringkali partai, pemerintah, dsb. melakukan
pendekatan dengan para wartawan untuk mendorongnya melakukan pekerjaan
multiplikator dengan imbalan uang. Hal ini tentu saja salah, karena setelah sistem ini
diperkenalkan dan kemudian berkembang, ternyata sulit untuk dihapuskan. Dengan
demikian, alokasi pembiayaan untuk multiplikator ini harus ditinjau kembali.

Di sisi lain, biaya yang biasanya diukur secara material dalam jumlah uang yang
seharusnya dialokasikan bagi para multiplikator kemungkinan akan dituntut oleh
para multiplikator tersebut setelah pemilu usai. Tuntutan atau penagihan
pembayaran (dalam bentuk lain) ini biasanya dilakukan oleh para multiplikator yang
tidak dibayar (para sukarelawan). Dengan demikian banyak aktivis yang
sesungguhnya hanya aktif karena ingin memiliki peluang untuk memperoleh
pekerjaan yang lebih baik atau bahkan sekedar ingin memiliki pekerjaan setelah
pemilu. Kasus lain yang juga muncul adalah jika para multiplikator dari organisasi-
organisasi dengan kepentingan tertentu ikut aktif. Dalam kasus ini, tuntutan politis
yang menghendaki didukungnya kebijakan-kebijakan tertentu atau dihentikannya
suatu kebijakan tertentu biasanya diajukan setelah sebuah pemilu yang sukses,
meskipun hal itu bukan merupakan kepentingan partai atau politisi yang
bersangkutan.

Contoh: Dukungan yang diberikan gereja Katolik kepada sebuah partai
kerap membawa akibat; sesudah (pemberian dukungan) itu, gereja
menuntut diambilnya sikap atas isu-isu moral atau etika yang sesuai
dengan pandangan gereja, misalnya sikap yang berkaitan dengan
permasalahan aborsi, dsb.


115

7.5. Sumberdaya

Yang dimaksud sumberdaya di sini adalah:
1. Sumberdaya manusia
2. Sumberdaya keuangan
3. Sumberdaya organisatoris

Dalam berbagai kegiatan politik dan strategi, sumberdaya menentukan peluang
untuk menang. Tapi kurangnya sumberdaya keuangan seringkali hanya dijadikan
alasan atas kelemahan-kelemahan lain dalam organisasi politik. Uang tentu saja
penting, namun tidak selalu menentukan kemenangan atau kekalahan. Dan yang
lebih penting, kekurangan uang bukan merupakan hambatan untuk melakukan kerja-
kerja politik.

7.5.1. Sumberdaya manusia

Sumberdaya manusia terdiri dari anggota-anggota organisasi, pemegang jabatan
dan para pekerja penuh waktu (full-time), pekerja kehormatan atau pekerja paruh
waktu (part-time). Tingkat pendidikan dan motivasi juga penting dalam penilaian
sumberdaya manusia ini. Apa gunanya memiliki banyak anggota jika mereka tidak
memiliki motivasi? Atau apa gunanya kita memiliki banyak personil atau pegawai
apabila mereka tidak bisa menjalankan tugas?

Anggota

Dalam pengumpulan fakta, masalah keuangan dan jumlah anggota seringkali tidak
diungkapkan secara jujur. Oleh karena itu kedua sumber daya ini perlu didiskusikan
secara detail dan dinilai secara realistis. Dalam banyak kasus, yang disebut sebagai
jumlah anggota biasanya adalah jumlah pemilih dan terkadang bahkan dilebih-
lebihkan.

Dalam berbagai diskusi dengan para fungsionaris partai, kami mengembangkan
sebuah sistem keanggotaan partai yang kami nilai paling baik, dengan menggunakan

116

sistem yang berlaku di Amerika Latin. Di sana ada 3 kelompok anggota, yaitu
militantes, afiliados, dan coreligionarios.
- Kaum militantes
Kelompok ini terdiri dari aktivis partai atau "pejuang partai". Kelompok ini siap
setiap saat memenuhi tugas yang diberikan kepada mereka. Organisasi dapat
mengandalkan mereka sepenuhnya.
- Kaum afiliados
Mereka adalah anggota yang pernah menandatangani formulir penerimaan
anggota baru dan memenuhi kewajiban mereka yang kerap tidak lebih dari
sekedar membayar iuran anggota. Tapi ada beberapa tingkatan dalam
kelompok ini: anggota yang pada suatu waktu bersedia melakukan sesuatu
demi partainya, atau setidaknya menyebarkan pesan partai kepada orang-
orang di lingkungan mereka.
- Kaum coreligionarios
Dalam banyak pengertian, kaum coreligionarios berkaitan dengan pemilih
tetap partai. Keanggotaan semacam ini tampak jelas di tempat-tempat di
mana pemilih harus mendaftarkan diri terlebih dahulu agar masuk dalam suatu
daftar pemilih untuk dapat berpartisipasi dalam pra-pemilu partai. Di sini
mereka harus memutuskan partai mana yang mereka pilih. Pencatatan dalam
daftar pemilih ini dalam beberapa kasus tertentu kemudian akan
diperbandingkan dengan daftar pemilih tetap pemilu.

Di beberapa tempat, terkadang ada keharusan tertentu untuk dapat dicatat dalam
daftar pemilih tetap pemilu misalnya dengan menunjukkan bukti identitas diri (KTP,
dsb.). Hal ini dapat berakibat bahwa akan ada lebih banyak anggota yang tercatat
dalam daftar partai, dibandingkan yang tercatat secara resmi dalam daftar pemilih
tetap Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Dalam pengumpulan fakta, sangat penting megetahui secara pasti dan mencatat
jumlah pemilih tetap yang terdaftar di KPU. Apabila anggota partai tidak tercatat
dalam daftar pemilih tetap KPU karena satu dan lain hal, maka mereka nantinya juga
tidak dapat memilih, dan dengan demikian akan menurunkan prospek partai untuk
menang.


117

Sementara itu, dalam proses pengumpulan data anggota, fakta-fakta di bawah ini
juga penting diperhatikan:
Berapa jumlah rasio pemilih yang menjadi anggota partai di tingkat regional? Atau, di
manakah area yang masih kosong di dalam peta (di mana partai belum memiliki
anggota) dan mengapa?

Bagaimana keterwakilan kelompok-kelompok masyarakat dalam partai? Apakah
prosentase jumlah remaja, perempuan dan sebagainya cukup seimbang dengan
komposisi mereka dalam masyarakat pemilih? Jika tidak, di manakah letak
selisihnya?
Apakah ada penjelasan untuk itu?
Bagaimana komposisi keagamaan dan kesukuan dalam partai? Apakah ada hal
yang menonjol? Apakah ada fluktuasi keanggotaan yang tinggi?

Pemegang jabatan

Pemegang jabatan adalah orang yang dipilih atau ditunjuk (dalam partai yang
struktur organisasinya tidak mengharuskan adanya pemilihan untuk menetapkan
setiap posisi atau jabatan), pemegang jabatan adalah individu yang diangkat atau
dipekerjakan untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi partai. Contohnya adalah:
- Pimpinan sebuah Dewan Pimpinan Daerah
- Anggota Dewan Pimpinan di berbagai tingkatan
- Delegasi, dalam partai yang menggunakan sistem delegasi

Pemegang jabatan biasanya menduduki jabatan sukarela di dalam partai. Oleh
karena itu, dalam melakukan penilaian terhadap pemegang jabatan, faktor-faktor
berikut ini penting untuk diperhatikan:
1. Apakah setiap posisi diduduki oleh pemegang jabatan, atau apakah ada banyak
posisi yang kosong? Apabila ya, mengapa?
2. Apakah pemegang jabatan tersebut dipilih untuk menduduki sebuah jabatan, atau
mereka ditunjuk oleh pejabat yang lebih tinggi dalam hirarki organisasi?
3. Seberapa tinggi tingkat keaktifan pemegang jabatan?

118

4. Apakah oposisi di dalam partai juga duduk dalam dewan pimpinan, atau apakah
partai tersebut memiliki struktur yang berbeda-beda sesuai dengan keragaman
sayapnya?
5. Seberapa banyak posisi yang diatur dalam penentuan pos-pos jabatan mana yang
lebih penting dari yang lain?

Dalam mengidentifikasi situasi internal di dalam organisasi seringkali dapat
ditunjukkan melalui tingkat nasional bahwa terdapat kepemimpinan yang lemah di
level menengah dan di level bawah. Pernyataan ini harus ditelusuri secara intensif.
Ada beberapa alasan khas tentang kepemimpinan yang lemah ini dan seringkali
kondisi tersebut sesuai dengan ungkapan berikut: Bau busuk ikan selalu bermula
dari kepalanya. Maksudnya, perbuatan buruk dalam level menengah dan level
bawah hampir selalu diakibatkan oleh kesalahan manajemen di level yang lebih
tinggi. Sangat sering terjadi bahwa terdapat kepemimpinan yang lemah di level yang
tertinggi, atau tidak berfungsinya komunikasi internal dengan baik, atau bisa juga
kepempinan level menengah dan level bawah merasa ditinggalkan sendirian oleh
level yang tertinggi.

Para pemegang mandat yang terpilih seperti anggota legislatif atau pejabat di
berbagai tingkat pemerintahan, memiliki peran khusus bagi para pemegang jabatan.
Untuk itu, data-data berikut perlu dikumpulkan untuk mengetahui kasus semacam ini:
1. Seberapa besar kekuatan para pemegang mandat mewakili partai di berbagai
tingkatan?
2. Apakah ada kerjasama yang erat antara pemegang mandat dan partai?
3. Apakah para pemegang mandat terorganisir di dalam fraksi-fraksi, dan apakah
mereka berperan dalam pengambilan keputusan?

Pemegang jabatan dan pemegang mandat partai di berbagai tingkat sangat penting
untuk proses evaluasi strategi, karena mereka sangat berpengaruh dalam
menentukan citra partai. Pada saat-saat di luar masa kampanye pemilu, merekalah
yang memonopoli citra partai di lingkungan eksternal.

Pekerja inti, pekerja kehormatan dan pekerja paruh-waktu


119

Berapa jumlah pekerja inti (full-timer), pekerja kehormatan dan pekerja paruh waktu
(part-timer) yang tersedia? Di manakah para personil ini menempati posisinya?
Apakah mereka langsung dikontrak, ataukah disediakan oleh sebuah institusi lain?
Berapa jumlah uang harian/mingguan yang tersedia untuk membayar mereka?

Di sini timbul pertanyaan, personil mana yang perlu dibiayai dan seberapa besar?
Fakta-fakta ini kelak diperlukan untuk memeriksa apakah personil yang ada cukup
untuk menempati posisi-posisi yang diperlukan guna memenuhi tugas yang ada.

Contoh sebuah daftar personil/pegawai:

Nama pegawai Lokasi
Bagian/Unit
Kualifikasi
Pendidikan
Pelatihan
Jam kerja Status/
Biaya
Nomor Pegawai
Heber,
Hermann
Dewan
Pimpinan
Daerah
- Humas
Wartawan
Pelatihan
sebagai
moderator radio
Sepanjang
hari/full time
Jabatan utama
Pegawai partai
40.000 Euro
/thn
17-003
Seeman,
Frauke
Dewan
Pimpinan
Wilayah
Kantor Cabang
Kota xy
Pengalaman di
bidang
kesekretariatan
4 jam/minggu Sukarelawan
5000 Euro/thn
356-001
Aller,
Klaus
Dewan
Pimpinan
Wilayah Kota
xy
- Humas
Guru
Seminar 2,5 hari
tentang
kehumasan
Sesuai
kebutuhan
Sekitar 3 jam/
minggu
Anggota
Dewan
Pimpinan
Sukarelawan
Tanpa biaya
356-002


120

Partai-partai seringkali mengalami kekurangan jumlah tenaga profesional. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama, penempatan kantor pusat dan
kantor-kantor cabang partai tersebut tidak dilihat sebagai tugas yang permanen; di
mata para pimpinan partai kantor-kantor itu hanya dianggap berperan penting
selama masa-masa kampanye Pemilu saja. Di luar masa kampanye partai tersebut
mencoba untuk menjalankan partai dengan tenaga yang minimal, yang berakibat
sangat diabaikannya tugas-tugas utama partai, seperti konsolidasi struktur regional,
usaha keuangan, kualifikasi dan pembinaan SDM, perekrutan anggota,
perkembangan politik dan pengamatan pasar.
Faktor lainnya yang seringkali terjadi adalah bahwa setelah Pemilu sebagian besar
tenaga yang berkualifikasi tinggi diserap oleh fraksi atau oleh pemerintahan yang
sedang dibentuk. Kejadiannya selalu begitu, bahwa meskipun mereka adalah staf di
dalam partai, namun mereka menganggap bahwa partai adalah batu loncatan untuk
karir yang lebih tinggi. Alasan lainnya adalah kondisi keuangan partai yang seringkali
buruk, yang menyebabkan partai tersebut di luar masa kampanye tidak mampu
menjalankan administrasi secara aktif. Bila terjadi situasi seperti itu, maka tugas-
tugas manajemen partai biasanya menjadi beban dari pimpinan partai. Masalahnya,
seringkali politisi yang berkualifikasi tinggi belum tentu adalah manajer yang
berkualifikasi baik. Akibatnya kualitas kepemimpinan dan kepengurusan partai
menjadi tidak baik pula.

Tingkat pendidikan

Ketersediaan sumberdaya manusia semata tidaklah cukup; tingkat pendidikan atau
kualifikasi keahlian tertentu juga penting dipertimbangkan. Hal ini terutama berlaku
bagi pekerja kehormatan dan pekerja paruh-waktu. Tapi hal ini juga bisa
diberlakukan bagi pekerja inti.

Jadi pada tahap pengumpulan fakta ini, perlu dibuat sebuah daftar personil di
berbagai lokasi, sekaligus dengan kualifikasi pendidikan mereka. Kebutuhan akan
kualifikasi ini biasanya baru muncul setelah strategi selesai disusun dan setelah
diketahui tugas-tugas apa saja yang perlu dilakukan. Setelah itu daftar

121

personil/kualifikasi perlu diperhadapkan sekali lagi dengan strategi yang telah
disusun, untuk melihat kemungkinan adanya kekurangan-kekuarangan.

Motivasi

Motivasi pekerja inti, pekerja kehormatan dan pekerja paruh-waktu merupakan
aspek-aspek penting dalam mengimplementasikan strategi. Karena itu saat
melakukan pengumpulan fakta, tingkat motivasi juga perlu dinilai. Tujuan utama
penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi masalah motif yang nantinya harus
diralat, serta tingkat dan jenis motivasi yang ada.
46


Fluktuasi dan penyebabnya

Fluktuasi keanggotaan dapat menjadi indikator kecocokan dan motivasi anggota
sebuah organisasi.

Tingginya fluktuasi, baik yang terjadi di kalangan anggota maupun personil biasanya
menunjukkan adanya permasalahan dalam kepemimpinan, sasaran, ataupun
komunikasi.

Fluktuasi yang rendah dapat terjadi karena berbagai sebab. Hal ini bisa dikarenakan
adanya permasalahan internal organisasi, sehingga tidak ada jumlah anggota yang
masuk ataupun keluar. Atau bisa jadi organisasi tersebut merupakan organisasi yang
berjalan dengan baik di mana para anggotanya puas dan tatanan organisasinya
optimal.

Tingkat fluktuasi di kalangan pegawai inti dan pekerja paruh-waktu dapat diukur
melalui penerimaan pekerja baru dan jumlah pekerja yang berhenti dalam 12 bulan
terakhir. Sementara fluktuasi di kalangan pekerja kehormatan atau sukarelawan,
yang biasanya keluar dari keanggotaan partai, diukur melalui masuknya anggota
baru dan jumlah anggota yang keluar dalam 12 bulan terakhir. Tapi alasan keluarnya
anggota ini perlu dianalisa secara hati-hati. Apakah disebabkan oleh a) kepindahan,
b) kematian, atau c) pernyataan mundur dari organisasi. Hanya dengan analisa inilah

46
Untuk panduan bagi sukarelawan dan dukungan motivasi lihat bab 19.1.4.

122

penjelasan tentang motivasi keterlibatan anggota dalam sebuah organisasi dapat
diketahui.

7.5.2. Sumberdaya finansial

Kurangnya sumberdaya finansial seringkali dijadikan alasan kegagalan atas
pencapaian tujuan dalam strategi politik. Tentu saja kurangnya dana memiliki
pengaruh dalam suatu kegagalan, tetapi hal ini tidaklah selalu menjadi alasan yang
menentukan. Ada banyak strategi politik yang tidak memerlukan banyak dana, atau
dapat sukses tanpa sarana keuangan yang memadai. Sebaliknya ada pula strategi-
strategi yang meskipun didukung banyak dana tetapi tetap gagal, karena kerangka
persyaratan lainnya tidak terpenuhi.

Ada banyak kampanye pemilu yang gagal karena partai atau kandidatnya lemah dan
bukan karena tidak tersedianya dana yang memadai. Tetapi seringkali juga ada
korelasi di sini. Tidak akan ada yang mau menginvestasikan uangnya untuk kandidat
yang lemah atau sebuah partai yang tidak solid, karena tidak ada orang yang
berharap bahwa partai atau kandidat tersebut dapat menang.

Keuntungan yang dapat diperoleh atas tersedianya sumberdaya finansial yang cukup
yang dimiliki oleh organisasi adalah bahwa mereka dapat melakukan kompensasi
atau menutupi kelemahan-kelemahan lainnya. Sebuah organisasi yang lemah,
misalnya, dapat membeli jasa eksternal jika memiliki cukup uang. Apabila para
anggota kurang memiliki motivasi, ketersediaan uang yang cukup dapat digunakan
untuk melakukan serangkaian kegiatan PR yang dapat menutupi kekurangan
tersebut.

Di masa kini, sumberdaya finansial sangatlah penting, tetapi tidak menentukan
segalanya. Dan karena bersifat sangat penting, komponen ini harus diperiksa secara
cermat dan teliti. Dalam pemeriksaan ini, seringkali muncul kesulitan karena adanya
resistensi dari kandidat dan partai yang tidak mau membuka kartu mereka yang
menolak untuk diperiksa jumlah serta asal-usul uang yang dimilikinya. Hal ini tentu
saja sangat menyulitkan perencanaan sebuah strategi yang baik, karena informasi
penting yang diperlukan untuk implementasi strategi tersebut tidak cukup.

123


Dalam hal pemeriksaan terhadap pemerintah, gubernur dan walikota akan jauh lebih
mudah, karena sarana yang ada pada mereka adalah sejumlah anggaran belanja
yang memang sudah dialokasikan. Dan, meskipun klarifikasi yang diperlukan tidak
selalu diberikan, tetapi penelusuran bisa dilakukan lebih mendalam, karena
sumberdaya keuangannya benar-benar jelas dan telah terdefinisikan sejak awal.

-Penggalangan dana (fund-raising)

Bab 24 akan membahas lebih lanjut masalah penggalangan dana (fund-raising) dan
pendanaan kampanye pemilu. Di sini hanya akan diberikan gambaran singkat untuk
keperluan pengumpulan fakta.
Berapa besar aset yang dimiliki organisasi termasuk di kas dan di bank?
Berapa besar volume kredit yang tidak digunakan?
Sampai akhir kampanye, berapa besar pemasukan yang diharapkan dari:
1. Iuran anggota
2. Iuran penerimaan anggota
3. Sumbangan
4. Pendanaan oleh negara (uang yang diterima dari negara)
5. Kegiatan usaha organisasi

Adakah sumbangan material atau pemasukan lain? Dalam bentuk apa? Apakah para
personil sudah didayagunakan?

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam pengumpulan fakta adalah yang terkait
dengan sumber-sumber keuangan dalam penggalangan dana. Seperti telah
dikemukakan sebelumnya, dalam pengumpulan fakta seringkali muncul kesulitan
karena sang sumber data tidak bersedia atau menghindari penyampaian fakta.
Dalam kasus semacam ini, yang perlu digali adalah hal-hal yang diuraikan dalam
peraturan atau AD/ART (misalnya jumlah dan pemanfaatan kontribusi anggota, iuran
penerimaan anggota, alokasi dari pemegang mandat atau anggota pemerintah) saja,
atau hal-hal yang memang harus dikemukakan berdasarkan peraturan keuangan
partai.


124

- Kerangka hukum

Undang-undang tentang partai politik dan pemilu harus dianalisa secara cermat
sehingga benar-benar ada kejelasan dalam segi finansial. Undang-undang tersebut
berisi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan sarana-sarana yang diijinkan dan
batas-batas mengenai pendanaan partai. Sebagai contoh, di beberapa negara, partai
atau wakil partai di dalam parlemen memperoleh dana yang cukup besar dari
negaranya, tapi ada juga negara lain yang pemerintahnya sama sekali tidak
memberikan bantuan dana bagi partai.

Namun begitu, biasanya negara-negara semacam ini memberi kemungkinan bagi
partai untuk melakukan kegiatan usaha, seperti menyelenggarakan lotere, dsb.
Beragamnya jenis pendanaan tentu saja mempengaruhi sikap partai di hadapan
publik dan karenanya mempengaruhi kerangka strategis.

Lebih dari itu, yang didokumentasikan dalam undang-undang politik tidak terbatas
pada peraturan finansial semata, tetapi juga termasuk hak-hak partai politik untuk
memperoleh fasilitas bebas biaya atas siaran gratis di radio dan televisi, akses ke
media-media tertentu, memperoleh ruang iklan atau tempat untuk menempelkan
poster, dsb.

- Penggunaan dana

Aspek ketiga yang perlu diperiksa dari perspektif strategis adalah penggunaan dana.
Untuk apa saja organisasi menggunakan dananya? Apakah lebih untuk biaya tetap
seperti menggaji personil, biaya administrasi dan biaya lain (misalnya bunga
pinjaman, pelunasan pembelian, dsb.), atau untuk sarana kampanye? Berapa jumlah
dana yang dikeluarkan untuk kampanye sebelumnya, berapa biaya untuk kegiatan,
aksi dan cetak alat kampanye?

Dalam memeriksa penggunaan dana, yang terutama perlu dicermati adalah apakah
perubahan cost break-up dimungkinkan atau tidak.

- Administrasi keuangan

125


Aspek keempat yang perlu diperiksa secara cermat adalah bagaimana administrasi
keuangan dikelola. Apakah ada administrasi keuangan yang terpusat atau
terdesentralisir, dan kompetensi apakah yang ada di berbagai tingkatan yang
berbeda?
Apakah administrasi keuangan memiliki komponen-komponen seperti:
1. Akuisisi
2. Rencana anggaran
3. Pembukuan?

7.5.3. Struktur

Struktur seperti apakah yang dimiliki organisasi yang akan dibuatkan perencanaan
strategisnya? Di sini kita perlu membedakan antara struktur administratif dan struktur
politis. Yang dimaksud dengan struktur di sini adalah struktur organisasi politik.

Struktur organisasi politik termasuk hal-hal yang berkaitan dengan hirarki organisasi,
hak berpartisipasi di dalam organisasi, identifikasi pusat kekuasaan organisasi, serta
struktur mekanisme pengambilan keputusan dan pemilu.

Data-data ini bisa dijadikan informasi untuk implementasi strategi, atau untuk
kebutuhan mempertimbangkan akan melibatkan atau tidak melibatkan orang-orang
atau fungsi tertentu di dalam proses perencanaan.

Organisasi

Yang dimaksud dengan organisasi adalah struktur administratif, yang menyangkut
perlengkapan fisik administratif, kantor-kantor cabang, departemen, dan fungsi-
fungsi beserta cakupan luas dan kedalamannya.

Struktur administratif diperlukan untuk merealisasikan kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan. Jika tidak dimungkinkan melakukan itu semua, pelaksanaan kegiatan
harus didelegasikan. Dalam kasus semacam ini, tidak adanya atau tidak

126

berfungsinya struktur dalam sebuah organisasi, dapat dikompensasikan atau diatasi
dengan uang.

Pembentukan organisasi

Untuk meninjau bagaimana sebuah organisasi dibangun, terlebih dahulu perlu dilihat
tingkat kedalaman hirarkis yang dimiliki organisasi tersebut. Hal ini dapat dilakukan
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Ada berapa tingkat hirarki di dalam organisasi itu?
Bagaimana masing-masing tingkatan tersebut berhubungan dengan tingkatan
lainnya?
Apakah ada struktur yang jelas antara tingkatan yang lebih tinggi dan lebih rendah?
Apakah struktur tersebut dapat diterima oleh berbagai tingkatan yang berbeda?

Satu contoh lain ditampilkan oleh apa yang dikenal dengan istilah organisasi induk.
Organisasi induk ini didirikan oleh satuan-satuan organisasi yang independen, yang
kemudian bergabung di bawah satu payung, yang biasanya dimaksudkan untuk
mewakili kepentingan mereka. Secara tradisional, organisasi induk semacam ini
lemah dalam mewujudkan sasaran organisasi-organisasi anggotanya. Selain itu,
perencanaan yang dibuat oleh organisasi induk seringkali ditentang atau diboikot
oleh anak organisasi mereka. Apabila ada persoalan yang muncul dari struktur-
struktur semacam ini, maka kegiatan internal yang harus semakin digiatkan adalah
yang bertujuan meyakinkan para penentang itu.

Dalam sebuah organisasi klasik, sangatlah penting memeriksa apakah kebutuhan
akan pimpinan sudah cukup memadai, sehingga mekanisme pengawasan
terbentang secara optimal. Untuk mengetahui hal ini, sebaiknya digunakan analisa
yang dapat mengetahui berapa jumlah pekerja atau berapa departemen yang
dipimpin oleh satu orang. Apabila seorang pemimpin membawahi lebih dari delapan
staff, maka kita dapat mengasumsikan bahwa pimpinan ini seringkali dipaksa bekerja
melampaui kapasitasnya. Dan dengan demikian, pendelegasian tugas yang rasional
atau mekanisme pengawasan terhadap pendelegasian tugas ini akan menjadi tidak
maksimal.


127

Partai-partai politik biasanya memiliki sebuah persoalan khusus yang terkait dengan
mekanisme demokrasi internal organisasi. Apabila organisasi menerapkan
demokrasi internal, maka biasanya dewan pimpinan dalam sebuah wilayah atau
tingkatan akan dipilih oleh rapat anggota atau badan-badan yang tingkatannya lebih
rendah. Di tingkat-tingkat yang lebih tinggi, sidang partai yang terdiri dari delegasi-
delegasi yang mewakili dewan pimpinan tingkat di bawahnya akan bertemu.
Delegasi ini pun memiliki hak untuk memilih dewan pimpinan, menetapkan prioritas
kerja-kerja politik, dan menetapkan kandidat untuk sebuah pemilu. Yang dimaksud di
sini adalah sebuah organisasi yang kekuasaannya berkembang dari bawah ke atas
(bottom-up). Organisasi semacam ini sulit dipimpin, karena ada masa-masa tertentu
dalam kampanye pemilu di mana berlaku prinsip komando (dari atas) yang harus
ditaati secara mutlak (dari bawah). Sasaran strategis dan taktis yang harus dicapai
oleh dewan pimpinan di atasnya harus ditetapkan. Sasaran-sasaran ini tidak dapat
didiskusikan secara panjang-lebar dengan melibatkan semua pihak, karena segala
daya upaya harus dikerahkan untuk mencapai sasaran tersebut. (Siapa pun pasti
belum pernah melihat adanya diskusi demokratis pada saat pemadam kebakaran
sedang beraksi menjalankan tugasnya, di mana para anggota pemadam kebakaran
berdiskusi terlebih dahulu dan kemudian memutuskan secara demokratis bagaimana
seharusnya api dipadamkan, bukan?). Karena itu dalam mengimplementasikan
sebuah strategi tidak ada ruang untuk diskusi dan pengambilan keputusan
berdasarkan suara terbanyak, melainkan harus didasarkan pada sebuah prinsip,
bahwa pimpinanlah yang memutuskan dan setelah penetapan strategi tersebut
pimpinanlah yang harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.
Pertentangan antara fase pembentukan kehendak secara demokratis dan fase
ketaatan ini seringkali melemahkan kemampuan banyak partai untuk bertindak.

Proses operasional

Mengatur berbagai proses seperti pembagian tugas, pembagian kewenangan,
proses kerja dan komunikasi, penting untuk menentukan keberhasilan implementasi
strategi. Dalam kampanye, dalam mengimplementasikan strategi dan pemilu, akan
ada tuntutan-tuntutan tambahan dan spesifik untuk proses operasional. Dan
biasanya di sinilah struktur organisasi klasik mengalami kegagalan, karena roda
organisasi dijalankan secara rutin. Tetapi, aktivitas yang dilakukan berdasarkan

128

strategi politik yang telah direncanakan, biasanya tidak menjadi sebuah rutinitas.
Oleh karena itu, seringkali dibutuhkan keterlibatan organisasi-organisasi pelaksana.
47

Untuk menjamin proses pelaksanaan berjalan lancar dan optimal, perlu dilakukan
penilaian atas semua proses operasional dan rangkaian pekerjaan. Adanya
gangguan dapat mengakibatkan penundaan yang membahayakan dan hilangnya
informasi.

7.5.4. Jejaring
Jejaring termasuk juga ke dalam sumberdaya. Yang dimaksud jejaring di sini adalah
social networks. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di bab 16.7. Jejaring yang
digambarkan di sini terdiri dari kerjasama yang tidak bersifat ekonomis di antara
organisasi-organisasi yang berbeda.

Jejaring strategis timbul sebagai hasil dari perbedaan-perbedaan yang melampaui
batas-batas organisasi dan integrasi dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam
institusi-institusi yang terorganisir di dalamnya. Dasarnya adalah pemfokusan
organisasi-organisasi tersebut dalam kompetensi-kompetensi utamanya. Seluruh
kegiatan yang berada di luar kompetensi utama tersebut, diambil alih oleh rekan
jejaringnya. Motif utama dari kerjasama di dalam jejaring strategis ini adalah
pemanfaatan potensi keuangan dan potensi sinergi yang fungsional dengan
fleksibilitas yang tinggi, agar dapat bereaksi dengan cepat atas syarat-syarat
persaingan yang berubah. Keterikatan terhadap organisasi yang formal dan
ketergantungan di dalam jejaring tersebut bisa membatasi fleksibilitas di atas.

Organisasi-organisasi yang terlibat mengambil peran-peran yang berbeda di dalam
jejaring tersebut. Bisa terdiri dari satu atau beberapa organisasi, yang disebut
dengan organisasi utama, yang memegang tampuk kepemimpinan strategis.
Organisasi tersebut memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan
organisasi lainnya terhadap:
situasi pasar, di mana jejaring tersebut bergerak
metode dan kandungan visi yang diwakili bersama dan tujuan-tujuan
konkretnya
strategi pengolahan pasar serta

47
Lihat bab 23.4.

129

bentuk dan isi dari relasi-relasi antar organisasi.

Jika sebuah organisasi utama seperti itu aktif, maka orang benar-benar dapat
berbicara tentang sebuah bentuk yang efektif dari suatu jejaring yang strategis.
Banyaknya jejaring di dalam lembaga-lembaga NGO, yang bekerjasama di bawah
istilah networking, seringkali merupakan sebuah jaringan bersama dari organisasi-
organisasi, yang saling tukar menukar informasi, namun mereka tidak dapat
disatukan menjadi sebuah organisasi satu atap yang berpengaruh besar.
Ada tujuh langkah yang diperlukan untuk membangun sebuah jejaring, yang
dideskripsikan dalam grafik berikut ini:

Langkah-langkah membangun suatu jejaring
Pertama-tama harus didefinisikan secara jelas tujuan yang akan dicapai oleh
organisasi utama. Hal ini biasanya sudah diperoleh dari sasaran strategis utama.
Kemudian kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam organisasi tersebut harus
dideskripsikan, dengan demikian agar menjadi jelas, profil seperti apa yang dituntut
oleh organisasi itu. Kekurangan itu biasanya adalah bidang-bidang yang berada di
luar kompetensi utama organisasi tersebut. Bisa saja itu adalah divisi think-tank,
pemangku jabatan tertentu, perhimpunan, perkumpulan, organisasi-organisasi garis
depan, institusi-institusi pendidikan dan sebagainya. Selanjutnya organisasi-
organisasi tersebut diidentifikasi, mana di antara mereka yang memberikan
penawaran yang sesuai tetapi tidak mengambil kesempatan untuk menggunakan
penawaran itu dan juga kemudian tidak membayarnya. Di sini lebih diperlukan untuk
mencari organisasi-organisasi lain yang dalam kondisi saling memberi manfaat juga
bisa meraih keuntungan, bahwa mereka bisa bekerjasama dengan organisasi yang
utama. Jika saja hasil kerjasama dari organisasi tersebut dikalkulasi dengan uang,
maka kita melihat sebuah relasi pasar yang jelas antara pelaksana tugas dan

130

pemberi tugas. Dalam membangun sebuah jejaring selalu diperlukan pemikiran
tentang bagaimana menciptakan situasi yang saling menguntungkan.

Setelah proses identifikasi, harus dilakukan analisis terhadap mitra yang dianggap
potensial, untuk mengetahui, apakah mitra tersebut cocok dengan kita dalam hal
cara dan metode yang mereka definisikan, dalam penampilan mereka dan juga
tujuan mereka. Kemudian dalam bentuk yang lebih menyeluruh harus dijelaskan,
keuntungan non material dan keuntungan material apa yang diperoleh dari mitra
tersebut dalam kerjasama di dalam jejaring. Di sini berlaku pula prinsip dari dunia
marketing secara umum: Tidak seorangpun akan melakukan sesuatu, tanpa ia
memperoleh imbalan untuk itu. Dalam jejaring, pencarian untuk meraih keuntungan
non-material dan efek sinergi yang saling menguntungkan kedua pihak memegang
peranan penting, karena hanya dalam situasi khusus sebuah relasi ekonomis yang
sungguh-sungguh dengan mitra kerja dapat tercipta.

Bila seluruh pertanyaan awal sudah terjawab, berikutnya adalah penentuan cara
kerjasama. Hal ini berarti pembuatan model dari jejaring dengan segala prosedur
dan aturan mainnya. Di sini harus jelas bagaimana kerjasama yang diinginkan,
bagaimana kerjasama tersebut diupayakan, dan di mana batas-batas kerjasama itu,
yang berarti, kapan kerjasama tersebut harus diakhiri.

7.6. Kepemimpinan

Peran pimpinan sangat penting dalam implementasi sebuah strategi politik.
Lemahnya kepemimpinan dapat mengakibatkan keraguan dalam pelaksanaan, dan
dapat membawa akibat buruk tidak saja terhadap timing, tetapi juga bagi motivasi
orang-orang yang dipimpin. Hilangnya kepercayaan terhadap pimpinan dapat
menghapuskan segala upaya strategis yang telah dijalankan dan mengarah kepada
gagalnya aktivitas yang telah direncanakan, atau, lebih jauh, mengakibatkan
kekalahan dalam pemilu.

Oleh karena itu kita perlu menguji, apakah pimpinan kita memiliki kemampuan
manajerial untuk memimpin pelaksanaan di unit-unit taktis. Lebih jauh perlu

131

ditemukan juga, apakah selain memiliki kemampuan memimpin, ia juga memiliki latar
belakang profesional yang dibutuhkan dan dapat diterima.

Sun Tzu menyebutkan lima kualifikasi yang perlu dimiliki oleh pemimpin dan lima
sifat negatif yang merugikan. Suatu evaluasi yang menggunakan kriteria-kriteria di
bawah ini dapat membantu dalam menilai pemimpin organisasi.

Menurut Sun Tzu, sifat-sifat positif adalah lima kebajikan, yaitu kebijaksanaan,
kejujuran, kemurahan hati, keberanian dan ketegasan.

1. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan maksudnya adalah bahwa pemimpin tidak hanya memiliki
pengetahuan tentang situasi yang terjadi, melainkan juga mampu memahami hal-hal
yang sedang terjadi dan dapat memprediksi perkembangan masa depan dari strategi
yang dilakukannya. Maka gambar-gambar dan skenario-skenario yang telah dibahas
di bab-bab sebelumnya menjadi penting. Di lain pihak pengetahuan dan pengalaman
merupakan persyaratan untuk memperoleh kepercayaan dari para anggota. Selain
itu pemimpin harus siap sedia untuk menghabiskan waktu dan mengumpulkan
informasi, baik dengan rekan sesama pemimpin maupun dengan anak buahnya. Dari
sini dapat diketahui bagaimana perasaaan para anak buah dan merupakan sistem
peringatan dini yang memungkinkan pimpinan untuk melakukan tindakan yang
proaktif.
2. Kejujuran

Pempimpin harus berupaya untuk memotivasi anak buahnya untuk meraih tujuan
yang telah ditetapkan dan tidak menghilangkan motivasi mereka dengan berbagai
ancaman. Karena itu, pemimpin harus segera mendeteksi siapa saja yang memiliki
keberatan atau bahkan menentang, mencoba untuk merangkul mereka dan memberi
mereka tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan anak buah lainnya dalam
melaksanakan strategi. Maka dibutuhkan pengumpulan dan penggunaan informasi,
yang diperoleh pimpinan dari berbagai sumber. Hal-hal tersebut harus digunakan
untuk menjamin implementasi strategi dan bukan digunakan untuk mengancam anak
buah dan memarahi mereka habis-habisan. Kejujuran juga berarti, bahwa pimpinan
secara terbuka memberhentikan anak buahnya yang tidak siap untuk bekerja meraih

132

tujuan bersama. Bila pemimpin mulai melakukan mobbing, maka itu berarti
pempimpin tersebut tidak melaksanakan kejujuran.
3. Kerendahan hati
Di sini terkait dengan keramahan dan cara memperlakukan anak buah. Iklim di
dalam satuan kerja sebuah organisasi yang merupakan tanggung jawab pimpinan
harus baik. Berarti pimpinan harus memberi perhatian kepada anak buahnya,
pimpinan harus memperlakukan anak buah sebagai manusia dengan segala
problema dan masalah yang dihadapinya, namun pimpinan juga tidak boleh diperas
oleh anak buahnya. Prinsip yang disukai dari pendelegasian ke atas membuat
pimpinan menjadi staf dan membuat anak buah menjadi pimpinan.

4.Keberanian

Kemampuan untuk mengatakan tidak menuntut keberanian dari banyak pemimpin,
karena banyak dari mereka yang tidak bisa melakukannya. Namun pemimpin yang
tidak mampu untuk mengatakan tidak, semakin lama akan semakin ditimbuni
pekerjaan sehingga menjadi tidak efektif bekerja atau mereka tidak mampu lagi
meraih tujuan mereka.
Ketika Steve Jobs, sebagai iCEO
48
perusahaan Apple di tahun 1997 kembali ke
perusahaannya, ia menemukan sebuah paket produk yang terlalu luas dan tampak
sia-sia. Ia harus mengembalikan Apple pada kompetensi utama mereka. Untuk itu
diperlukan banyak keberanian, terutama keberanian untuk mengatakan tidak
kepada produk-produk yang dianggap menghambat pembentukan fokus utama.
49



5. Ketegasan
Para anak buah, baik yang tetap maupun yang sukarelawan, mengharapkan
kejelasan dan ketegasan dari pimpinan, Jika pimpinan senantiasa ragu-ragu dan
menunjukkan disiplin yang rendah, maka akibatnya akan terjadi pula
ketidakdisiplinan di tingkat yang lebih rendah. Bila petunjuk dan perintah tidak

48
iCEO = CEO interim
49
Leander Kahney Steve Jobs kleines Weibuch, 2008, Finanzbuchverlag Mnchen, ISBN 978-3-
89879-351-3 , judul asli Inside Steves Brain diterbitkan oleh Portfolio.

133

dilaksanakan dan tidak ada hukuman untuk itu, maka merupakan pertanda bahwa
orang tidak harus taat kepada perintah. Bila peraturan selalu dilanggar oleh
pemimpin itu sendiri, maka organisasi tersebut tidak memiliki aturan dan hal itu
menjadi bagian dari tindakan sehari-hari.

Sifat-sifat negatif adalah:
1. Nekat (pemimpin dapat membahayakan seluruh strategi dan mudah masuk
perangkap atau mudah dijebak).
2. Pengecut (pemimpin akan dipermainkan oleh lawan, karena ia senantiasa
berusaha menghindari serangan lawan).
3. Gampang marah (pemimpin akan mudah diprovokasi dan dalam bereaksi seperti
itu, ia akan membuat kesalahan yang tidak perlu).
4. Sensitif (pemimpin mudah dilecehkan dan cepat tersinggung), dikendalikan oleh
emosi dan karena itu sering melakukan kesalahan.
5. Terlalu banyak berempati (pemimpin mengalihkan perhatian dari berbagai hal
penting), karena itu kehilangan fungsinya sebagai pimpinan.

Tetapi karena pimpinan politik biasanya tidak mengejar sasaran jangka panjang
melainkan berorientasi pada keberhasilan jangka pendek, maka cara mereka
menangani 'human capital' (sumberdaya manusia) seringkali bersifat boros dan tidak
ada upaya untuk merawat dan meningkatkan kualifikasi mereka. Ini alasan lain
mengapa politisi sebaiknya tidak menjabat sebagai pimpinan kampanye pemilu atau
pelaksana kebijakan. Perlu diuji apakah ada pemisahan secara konsekuen antara
pimpinan politis (raja, pimpinan partai, menteri) dan pimpinan strategis (jenderal,
sekjen, pejabat, dsb.) dan hal tersebut harus dilaksanakan.

7.7. Komunikasi

Kondisi dan mekanisme komunikasi internal sebuah organisasi menentukan
bagaimana informasi, perintah, dan umpan-balik (feedback) disampaikan. Dalam
situasi tertentu seperti kampanye pemilu atau kampanye lainnya, komunikasi vertikal
sangat penting. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini perlu diajukan:

134

1. Melalui jalur mana komunikasi dilakukan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk
mencapai tingkat berikutnya?
2. Seberapa jauh jangkauan komunikasi?
3. Seberapa amankah komunikasi yang dilakukan?
4. Adakah jalur komunikasi yang tertutup dan aman dari penyadapan?
5. Apakah jalur komunikasi tersebut teruji atau perlu dirombak ulang?
6. Seberapa cepat feedback (umpan-balik) yang diterima dari tingkat terendah ke
tingkat puncak? Apakah di sini terdapat filter yang dapat menyaring pesan negatif
kepada pengambil keputusan dan dengan demikian dapat mencegah mereka
mengambil keputusan yang salah diakibatkan oleh adanya kesalahan informasi?

Komunikasi horizontal juga diperlukan dalam pelatihan jaringan dan pada saat
dilakukan kerjasama dengan aliansi. Untuk itu, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu
dijawab:
1. Apakah sistem komunikasi yang digunakan antara peserta atau pihak-pihak yang
terlibat cukup selaras?
2. Apakah para mitra komunikasi (pengirim dan penerima) terdefinisikan dengan
jelas?
3. Apakah para mitra komunikasi tersebut juga terjamin keamanannya?

7.8. Sasaran-sasaran

Sasaran-sasaran yang sebenarnya dari sebuah organisasi sudah didefinisikan di
dalam pernyataan misi.
50
Tapi masih ada yang perlu ditelaah, apakah masih ada
"hidden agenda" atau agenda terselubung yang tidak dinyatakan secara terbuka.
Apabila ada sasaran-sasaran semacam itu, hal ini akan dapat membahayakan
seluruh strategi yang telah disusun. Dalam dunia politik maupun dalam dunia
ekonomi kita sering menemukan agenda terselubung semacam ini dari pihak internal
saingan kita. Berbagai agenda pribadi dari jajaran pimpinan akan memblokade
seluruh proses penyusunan strategi atau mengakibatkan blokade dalam
implementasinya.
Ini adalah contoh yang diambil dari pengalaman praktis: ada tujuan
terselubung dalam satu pemilihan tertentu di mana partai mengalami

50
Lihat bab 6.3. Masalah dalam mendefinisikan sasaran utama.

135

kekalahan berturut-turut. Kekalahan ini sesungguhnya bertujuan untuk
mengalihkan motivasi anggota dan para pemilih pada pemilu berikutnya,
dengan harapan partai dapat memperoleh kemenangan yang lebih besar.

Kita bisa mencurigai adanya agenda terselubung semacam itu, apabila berulang kali
ditemukan blokade atau hambatan secara finansial maupun pribadi, atau apabila
jadwal-jadwal pertemuan tidak ditepati, dsb., jika selalu terdapat sebuah alasan baru
untuk menentang tugas yang sesuai dengan langkah-langkah strategis. Namun
pengkhianatan terhadap strategi atau pembocoran sebagian dari strategi kepada
pihak lawan atau kepada masyarakat termasuk ke dalam cara-cara dari mereka yang
ingin melaksanakan sasarannya sendiri dan melawan sasaran strategi. Tidak perlu
dipertanyakan lagi, apakah seorang perancang strategi harus mundur atau harus
melindungi seluruh komplotan. Namun melalui proses ini terlalu banyak amunisi yang
dinyalakan, sehingga sebuah kerja lanjutan yang berarti tidak dimungkinkan lagi.
Dalam situasi semacam ini tentu saja si perencana strategi sebaiknya
mengundurkan diri dari posisinya.


136

8. PENGUMPULAN FAKTA: FAKTA-FAKTA TENTANG PESAING

8.1. Fakta-fakta tentang pesaing politik

Pertama-tama perlu dijelaskan lebih dulu, siapakah pesaing kita sebenarnya? Istilah
lain untuk pesaing antara lain adalah 'lawan', atau, dalam kasus-kasus tertentu
bahkan dapat disebut 'musuh'. Hal ini tergantung pada iklim politik dan senantiasa
dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Berkaitan dengan kampanye pemilu, cukuplah mudah mendefinisikan pesaing, yakni
setiap kandidat atau kelompok (partai, kelompok pemilih, dsb.) yang mencoba
mendapatkan bagian dalam pasar pemilih. Di suatu negara atau daerah di mana
ketegangan-ketegangan etnis atau keagamaan cukup kuat, kelompok-kelompok
seperti perhimpunan gereja, suku, dsb. dapat juga menjadi lawan. Mereka mungkin
tidak secara langsung menjadi pesaing dalam pasar pemilih, tetapi sikap
bermusuhan mereka dapat mempengaruhi hasil akhir.

Dalam hal di mana suatu kebijakan tertentu ingin diberlakukan di tengah masyarakat,
pesaing atau lawan dapat sangat beragam tergantung pada isu dan dampak yang
mungkin ditimbulkannya.

Contoh: Pemberantasan korupsi. Lawan dalam kasus ini adalah setiap
pihak yang selama ini memperoleh keuntungan dari korupsi, baik secara
aktif maupun pasif. Tetapi partai atau kandidat lawan yang tidak
menghendaki keberhasilan pemerintah dalam penanganan korupsi juga
dapat menjadi lawan.

Contoh: Privatisasi. Argumen yang muncul dalam kasus privatisasi
biasanya bersifat ideologis dan tergantung pada orientasi politik. Karena
itu perlu diantisipasi bahwa partai-partai politik yang tidak menyetujui ide
privatisasi haruslah dipandang sebagai lawan. Selain itu, serikat buruh dan
buruh-buruh perusahaan terkait yang terancam pemutusan hubungan
kerja atau mutasi juga harus diidentifikasi sebagai lawan.

137

Contoh: Pemberlakuan kebijakan untuk perlindungan lingkungan hidup.
Sangat jelas bahwa mereka yang selama ini mendapat keuntungan dari
eksploitasi alam secara tidak terbatas, perlu digolongkan sebagai lawan.
Jika dalam hal ini penduduk juga terkait secara langsung, mereka yang
'apatis' dan 'tidak peduli' juga bisa digolongkan sebagai pesaing.

Contoh: Meningkatkan komitmen sosial para sukarelawan dalam kegiatan-
kegiatan tanpa bayaran atau meningkatkan motivasi anggota partai untuk
berperan serta dalam kampanye pemilu. Dalam kasus semacam ini,
biasanya tidak ada pesaing langsung. Yang harus dilawan sesungguhnya
adalah kemalasan, bekerja hanya untuk mengisi waktu luang, ikatan
kekeluargaan, dsb.

Sebelum memutuskan faktor-faktor mana saja yang diperlukan, identifikasi "musuh"
harus diketahui terlebih dahulu. Proses mempertimbangan siapa saja yang akan
menyukai atau menentang sebuah tujuan tertentu merupakan latihan strategis yang
penting bagi kita, karena hal ini dapat melindungi diri dari kemungkinan terjadinya
serangan lawan secara tiba-tiba atau tak terduga.

Menyusun daftar pihak-pihak yang potensial menjadi pesaing, lawan atau musuh,
merupakan latihan strategis yang sangat berguna, tetapi hal ini tidak mengharuskan
kita untuk mengumpulkan fakta-fakta yang berhubungan dengan semua kelompok
tersebut. Beberapa kelompok bisa diabaikan, karena mereka tidak terlalu
berpengaruh terhadap hasil yang ingin kita capai.

Jika suatu partai liberal tampil dalam kampanye pemilu di suatu negara
yang sangat kuat dipengaruhi oleh partai-partai ideologis, ia dapat
mengenyampingkan partai ekstrem kiri dan ekstrem kanan dalam
pengumpulan fakta, karena partai-partai tersebut tidak bergerak di segmen
pasar pemilih yang sama dengan partai liberal.





138



Saingan dan musuh

Untuk memperkirakan partai-partai mana saja yang benar-benar berbahaya bagi
posisi kita dan dalam proses Pemilu maka perlu dipertimbangkan partai mana yang
memiliki visi yang mirip dengan partai kita sendiri. Secara umum berlaku aturan
bahwa partai-partai dan kelompok-kelompok yang sangat mirip merupakan saingan
terberat kita (W). Sebab bagi pemilih tidak banyak bedanya untuk memilih di antara
kedua partai yang sangat mirip tersebut. Karena itu di antara pesaing yang berat
seringkali terjadi pertukaran pemilih besar-besaran.

Makin berbeda visi yang dimiliki sebuah partai dari partai yang lainnya, maka makin
sedikit pula terjadi pertukaran pemilih. Untuk melakukan positioning seperti ini, kita
tidak perlu melawan musuh-musuh kita (F), karena hal tersebut malahan bisa
memberikan publisitas tambahan kepada mereka. Sebaiknya kita harus
memperhatikan kelompok pemilih yang telah diinformasikan dan menunjukkan
perbedaan yang menarik di antara partai-partai yang saling berdekatan tadi.
Apabila perbedaan yang menarik di antara kedua partai tidak terlihat, maka pemilih
cenderung akan memilih partai yang lebih besar, karena mereka mengharapkan
kemampuan yang lebih banyak dari partai besar tersebut.

Jika ada banyak partai-partai pecahan kecil yang berkompetisi di sebuah
pemilu, partai-partai ini dapat diabaikan sepanjang mereka tidak
menyatakan penolakannya secara eksplisit terhadap partai kita.


139

Jika ada banyak NGO atau kelompok inisiatif warga yang menolak
dilaksanakannya suatu kebijakan tertentu, tidak diperlukan pengumpulan
fakta tentang masing-masing organisasi tersebut. Usaha yang harus kita
lakukan adalah membuat kategori kelompok-kelompok lawan tersebut
sebagai satu kesatuan dan mengidentifikasi kesamaan fakta yang dimiliki
oleh seluruh organisasi tersebut.

Pengumpulan fakta tentang pesaing sama dengan struktur pengumpulan fakta untuk
organisasi atau kandidat kita sendiri. Fakta-fakta tersebut dapat dikelompokkan
seperti berikut:
1. Produk
2. Multiplikator, aliansi
3. Sumberdaya
4. Struktur
5. Kepemimpinan
6. Komunikasi
7. Sasaran-sasaran

8.2. Mendapatkan informasi tentang lawan/pengumpulan data intelijen

Mendapatkan informasi tentang pesaing adalah salah satu tugas terpenting dalam
mempersiapkan perencanaan strategi. Ketidaktahuan atau kesalahan penilaian
tentang maksud, rencana, kekuatan dan kelemahan pesaing akan mengakibatkan
kesalahan estimasi yang tinggi dalam perencanaan strategi politik. Tidak ada
perusahaan yang akan berani mengambil risiko untuk melepas suatu produk ke
pasar tanpa melakukan analisa pasar dan tanpa memiliki pengetahuan yang akurat
tentang pesaing. Partai politik dan pemerintahan melakukan hal ini setiap harinya
dan sebagian besar dilakukan berdasarkan penilaian sendiri secara berlebihan.
Sikap seperti ini tentunya membawa akibat yang buruk dan sangat disayangkan,
terutama jika suatu pemerintah akan menerapkan kebijakan-kebijakan yang
sebenarnya baik tetapi mereka tidak berhasil mewujudkan kebijakan itu (hanya)
karena kekurangan informasi tentang lawan. Hal ini juga terjadi pada banyak NGO
yang bermaksud baik, yang sama sekali tidak memahami mengapa ada pihak-pihak
yang menolak maksud "baik" mereka.

140


Sun Tzu berpendapat: Jika kamu mengenal dirimu sendiri dan orang lain
secara mendalam, dalam seratus peperangan pun kamu tidak akan
berada dalam bahaya; jika kamu mengenal dirimu sendiri tetapi tidak
mengenal orang lain, kamu akan sesekali menang dan sesekali kalah; jika
kamu tidak mengenal dirimu sendiri dan juga tidak mengenal orang lain,
maka kamu akan hancur di setiap peperangan.

Metode-metode umum untuk mendapatkan informasi dan pengumpulan data
intelijen
51
adalah sebagai berikut:
1. Informasi dari kubu pesaing
2. Spionase
3. Analisa survei
4. Analisa media
5. Pengumpulan data dari aliansi pesaing

51
Tentang berbagai metode untuk memperoleh informasi dibahas secara jelas dalam Bab 18 tentang
Pengendalian Strategi.

141

9. PENGUMPULAN FAKTA: FAKTA-FAKTA LINGKUNGAN EKSTERNAL

9.1. Struktur masyarakat

Pengetahuan tentang masyarakat mana, di mana, bagaimana, dan apa tujuan yang
hendak dicapainya merupakan hal yang sangat penting dan menentukan di dalam
perencanaan strategi. Karena itu, penting untuk memiliki data tentang jumlah
penduduk, penyebaran penduduk secara regional, komposisi etnis, jenis kelamin,
agama serta usia, hal mana mempengaruhi situasi politik, antisipasi, harapan,
kebutuhan dan sikap berbagai kelompok masyarakat.

Sebagaimana halnya dalam pengetahuan tentang pesaing, dalam situasi
perencanaan strategi selalu dapat disimpulkan bahwa ada kekurangan informasi
tentang keadaan masyarakat.

Kekurangan pengetahuan tentang keadaan dan 'situasi penduduk sering
dapat dilihat dengan jelas dalam penerapan ketentuan IMF. Kita ambil saja
contoh kasus kenaikan harga bahan pokok; pemerintah baru menyadari
kuatnya reaksi masyarakat atas hal tersebut setelah kebijakan tersebut
diberlakukan. Dalam kasus ini sebenarnya pemberontakan dan
demonstrasi dapat dihindari jika sejak semula situasi telah dikenali dan
diantisipasi secara tepat.

Yang juga sering tidak diketahui adalah kebutuhan kelompok-kelompok masyarakat
tertentu, yang tidak dapat dikenali lagi dari hasil-hasil survei. Ini disebabkan karena
ukuran sampling penduduk yang disurvei makin lama makin mengecil, sehingga sulit
dilakukannya diferensiasi. Selain itu, pengurangan jumlah pertanyaan survei akan
menyulitkan upaya mengaitkan dan melakukan korelasi dengan data-data penting
lainnya. Survei kuantitatif tidak lagi menampilkan data-data yang penting yang
diperlukan untuk menilai suasana hati berbagai kelompok masyarakat yang berbeda.
Untuk itu, survei semacam ini harus dilengkapi dengan survei yang mampu

142

menampilkan data-data kualitatif dari kelompok masyarakat tertentu (survei Delphi
atau survei kelompok fokus).
52


9.1.1. Penduduk/Pemilih

Pertama-tama perlu ditelaah, bagaimana penyebaran penduduk di negara atau di
daerah-daerah kampanye. Rasio penyebaran penduduk di daerah perkotaan dan
pedesaan memegang peranan penting. Demikian pula konsentrasi penduduk di
daerah tertentu suatu negara, penyebaran perkampungan etnis/suku dan agama
haruslah dicatat, sepanjang data-data tersebut relevan dengan misi. Dalam
kampanye pemilu, pengelompokan penduduk berdasarkan usia sangatlah penting.

Jika ada data tentang pekerjaan, pendidikan formal, status perkawinan dan tingkat
penghasilan, data-data ini harus dipresentasikan selengkap-lengkapnya bersama
dengan tingkat pendaftaran di dalam registrasi Pemilu. Dalam pengumpulan data-
data tersebut, kriteria pilihan dari penyaringan data (Bab 7) yaitu relevansi, ukuran,
tingkat kepentingan dan urgensi haruslah sungguh-sungguh diperhatikan; karena jika
tidak, jumlah data yang terkumpul akan terlalu luas.

Untuk beberapa negara yang penduduknya banyak yang berdiam di luar negeri, data
tentang penduduk tersebut sangat besar artinya dalam pemilu dan juga dalam
pengumpulan dana. Karena itu, data-data mereka sangat perlu dipresentasikan.

9.1.2. Perilaku

Selama komponen penduduk secara umum menjadi titik perhatian, ragam sikap
warga menjadi relevan.

Dalam pemilu, perilaku-perilaku pada pemilu sebelumnya memegang peranan
penting, misalnya:
1. pembagian pemilih dalam partai-partai
2. tren dalam partisipasi pemilu
3. sikap warga yang tidak memilih (golput)

52
Mengenai survei lihat Bab 20.1.1 dst.

143

4. perpindahan pemilih
5. perilaku pemilih tetap dan pemilih musiman
6. alasan-alasan untuk menentukan pilihan.

Strategi untuk penerapan kebijakan terkait dengan:
1. Sikap dan penempatan diri dalam bidang politik,
2. Tingkat potensial mobilisasi, yaitu jumlah penduduk yang dapat dimobilisasi/
digerakkan sedemikian rupa untuk mendukung ataupun menentang rencana
perubahan kebijakan, sehingga mereka dapat saja melakukan aksi-aksi tertentu
(demonstrasi, mogok, melakukan tindak kekerasan).

Secara umum, hal di atas berhubungan dengan sikap dalam situasi konflik,
ketegangan etnis atau agama, serta sikap dalam situasi politik dan sosial tertentu.

9.1.3. Kebutuhan

Kebutuhan adalah rasa kekurangan dari keadaan yang dialami, yang berhubungan
dengan upaya peningkatan atau pemuasan. Istilah ini berasal dari bidang psikologi
motivasi, dan, karenanya memiliki peranan yang penting dalam memahami sikap
pemilu atau sikap dalam masyarakat. Berdasarkan teori, perbedaan antara
kebutuhan primer seperti pangan, pertahanan diri, dsb. merupakan kebutuhan yang
dibawa sejak lahir, sementara kebutuhan sekunder (pengakuan, kepentingan sosial
dan religius) muncul karena ada kebutuhan sosial atau lingkungan.

Maslow mengembangkan suatu model hirarki kebutuhan dengan tingkatan-tingkatan
sebagai berikut
53
:
- Aktualisasi diri
- Penghargaan
- Cinta dan kebutuhan memiliki
- Rasa aman, dan
- Kebutuhan fisiologis


53
Penggunaan piramida kebutuhan dan penerjemahannya ke dalam kategori politik dibahas dalam Bab
15.4

144

Strategi politik harus mengidentifikasi kebutuhan warga, terutama pada saat
menyusun perencanaan pemilu. Sebagian besar dasar keputusan dalam memilih
berhubungan dengan harapan akan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Dalam strategi yang lebih berhubungan dengan penerapan kebijakan, yang
diperlukan adalah mengenali sejak awal dampak dari dikeluarkannya suatu kebijakan
tertentu bagi masyarakat, yang terkait dengan kebutuhan mereka. Misalnya,
kebutuhan apa saja yang akan terkena dampak dan kemungkinan terancam bahaya
dan kebutuhan-kebutuhan baru apa saja yang akan diciptakan.

9.2. Perubahan masyarakat

Di sebagian besar negara, masyarakat mengalami proses perubahan secara terus-
menerus. Beberapa perubahan terjadi dengan tersendat-sendat dan hampir tidak
terlihat. Di beberapa kasus, terutama setelah revolusi, perang, dan dekolonialisasi,
proses perubahan terjadi sangat cepat. Teknologi komunikasi modern berpengaruh
besar terhadap perubahan masyarakat, karena memungkinkan tersedianya informasi
dari segenap penjuru dunia dalam waktu singkat dan dengan demikian dapat
membangkitkan kebutuhan dan emosi. Karena itu beberapa negara mencoba untuk
melarang akses ke internet dan media sosial atau setidaknya mencoba
menghalanginya. Mengenali perubahan semacam ini sedini mungkin di berbagai
tingkat dan bidang, mampu memanfaatkan keadaan dan mempercepat atau
memperlambat perubahan-perubahan tersebut, adalah ciri dan tugas dari sebuah
kebijakan sosial yang aktif. Dan dengan demikian, juga menjadi tugas yang harus
dikuasai oleh perencana strategi.

Kecenderungan dalam perubahan masyarakat juga merupakan dasar bagi partai-
partai politik untuk menempatkan diri apakah lebih cenderung ke garis konservatif
atau progresif. Sebab setiap perubahan atau yang secara umum diistilahkan
sebagai "modernisasi" mengakibatkan adanya pihak yang menang dan pihak yang
kalah dalam proses modernisasi tersebut. Di era informasi sekarang dengan
kecenderungan globalisasi, tingkat migrasi yang tinggi dan pembauran agama serta
sistem nilai, muncul skala yang sangat luas untuk strategi-strategi bagi yang pro dan
kontra dalam perubahan masyarakat. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai
kelompok masyarakat untuk kepentingannya masing-masing. Beberapa contoh

145

akibat adalah timbulnya fundamentalisme, perang etnis dan agama, tindakan
kekerasan, penurunan nilai-nilai, isolasi dan penelantaran.

9.2.1. Perubahan nilai

Perubahan nilai berarti perubahan norma dan aturan yang digariskan oleh
masyarakat, serta perubahan larangan yang dipengaruhi oleh agama serta etnis
maupun nilai-nilai individual serta nilai-nilai keteladanan lainnya.

Sebagai contoh, masyarakat sekarang mulai mempertanyakan struktur
otoritas tradisional seperti prinsip berprestasi dan tingkat pertumbuhan
ekonomi. Di sisi lain, bentuk-bentuk kehidupan yang berorientasi pada
keadilan sosial dan ekologi juga mendapat kemajuan.

Dalam masyarakat lain, sistem sosialis dengan ekonomi terencananya, ide
internasionalismenya dan solidaritas yang diatur negara, mulai mengalami
keruntuhan. Sistem ini digantikan oleh bentuk perekonomian kapitalis dan
kemajuan bagi individu-individu.

Di negara-negara lain meningkat menjadi kelahiran kembali
sosialisme. Setelah terjadinya krisis perekonomian global,
kapitalisme dan seluruh elemennya menimbulkan keraguan dan
membentuk kelompok-kelompok besar masyarakat yang mencari
bentuk baru perekonomian atau setidaknya menolak dengan
keras segala bentuk perekonomian kapitalistis.

Di beberapa tempat, gerakan sosial mendobrak struktur-struktur lama:
perempuan berhasil menempatkan dirinya dalam masyarakat, dan
perlindungan lingkungan hidup, menjadi orientasi dalam melakukan
kegiatan ekonomi.

Pada saat yang sama, di negara-negara lain bangunan konsep nasionalis
mulai runtuh, dan terjadi pergerakan kembali ke ide kesukuan atau lingkup
masyarakat yang lebih kecil. Susunan "kuno" kembali ditegakkan.

146


Hilangnya kekuasaan gereja yang mapan dan hilangnya orientasi serta
arahan dijawab oleh munculnya norma-norma yang dapat diterima
masyarakat dengan mencari pelarian atau tempat perlindungan di dalam
sekte-sekte dan gerakan fundamentalis yang memberikan aturan serta
komando hirarkis yang jelas kepada para anggotanya.

Pengetahuan tentang proses perubahan nilai yang telah terjadi sebelumnya dalam
suatu masyarakat sangat penting bagi rencana-rencana politik dan juga bagi proses
perubahan itu sendiri. Ketidakmampuan pemerintah untuk menangani gerakan-
gerakan fundamentalis dan sekte-sekte tertentu menunjukkan betapa jarangnya
pemerintah bereaksi terhadap perubahan nilai secara strategis. Dan mereka
seringkali hanya mengembangkan strategi defensif, yang dalam praktiknya hanya
sedikit atau bahkan sama sekali tidak berguna.

9.2.2. Perubahan struktural

Jika perubahan nilai didasari oleh perubahan norma dan aturan sosial, perubahan
struktur seringkali disebabkan oleh perubahan ekonomis. Perubahan dari
masyarakat agraris ke masyarakat industri, dan perubahan ke arah masyarakat jasa
dan informatika mendasari perubahan struktural yang substansial, yang terkait
dengan penghapusan lapangan kerja secara besar-besaran di beberapa tempat, dan
pengadaan lapangan kerja baru di tempat lain.

Perubahan struktural dapat disebabkan oleh persaingan global dan tersingkirnya
produk domestik dari pasar dunia, seperti yang dapat diamati pada produksi tekstil,
pembuatan kapal dan industri baja.

Proses perubahan struktural semacam ini harus dihadapi secara strategis. Tetapi,
yang lebih penting lagi adalah menciptakan produksi alternatif di daerah-daerah yang
kalah, atau, setidaknya, partai atau kandidat harus mengambil posisi yang tepat
dalam proses perubahan struktural tersebut.


147

Perubahan struktur besar-besaran dalam demografi di dalam banyak masyarakat
ditandai dengan banyaknya penduduk lansia. Sebagian disebabkan oleh kebijakan
politik hanya satu anak seperti yang terjadi di Cina atau karena dilaksanakannya
program keluarga berencana. Dislokasi yang sangat besar terjadi di dalam komposisi
masyarakat disebabkan oleh banyaknya penduduk usia produktif yang meninggal
karena terkena HIV. Akibatnya adalah peningkatan jumlah anak-anak yatim piatu
korban AIDS.

9.2.3. Perubahan sikap

Perubahan sikap dalam memilih tentu ada sebabnya. Entah tidak adanya tawaran
akan pemenuhan kebutuhan bagi kelompok pemilih, atau kelompok dan partai lain
memberi tawaran-tawaran yang lebih kompeten dan lebih dapat dipercaya.
Perubahan pola atau sikap memilih dari kelompok tertentu misalnya kelompok
pemuda, kelompok profesi atau kelompok gaya hidup dapat menjadi sinyal positif
ataupun negatif. Hal ini perlu dipahami secara jernih agar keputusan yang tepat
dapat diambil.

Contoh: Sikap agresif beberapa bangsa terhadap warga asing dan pencari
suaka yang berkembang pada saat meningkatnya ketidak-pastian akan
peluang kerja dan masa depan, merupakan fakta yang harus dipandang
penting dalam perencanaan strategi.
Fenomena penting berikutnya yang terjadi di dalam masyarakat
yang sudah memiliki pengalaman demokrasi lebih panjang
adalah penyimpangan ikatan pemilih dan munculnya swing
voters. Kelompok swing voters ini dapat digerakkan oleh
peristiwa-peristiwa kecil untuk meninggalkan partai pilihannya
dan memilih partai-partai yang tidak jelas profilnya, seperti
munculnya Partai Bajak Laut dalam Pemilu Parlemen Eropa
tahun 2009 lalu.

Perubahan sikap di bidang kriminalitas dan penggunaan kekerasan adalah tanda
perubahan dalam masyarakat, dan dapat digunakan oleh kelompok atau partai

148

politik. Di lain pihak, hal ini dapat pula memberi peluang bagi pemerintah dan
pemegang kekuasaan lainnya untuk mengambil tindakan.

9.2.4. Perubahan dalam kebutuhan

Perubahan dalam kebutuhan tergantung dari perkembangan psikologis individu dan
juga jumlah kelompok masyarakat. Perubahan ini sangat dipengaruhi dan didasari
oleh perubahan struktur ekonomi dan perubahan sistem jaminan sosial. Semakin
baik kebutuhan dasar yang dimiliki suatu kelompok masyarakat, dan kebutuhan akan
keamanan serta sosialnya juga terpenuhi, kelompok tersebut akan semakin
cenderung menuntut pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi daripada sekedar
materi (kebutuhan post-material). Proses semacam ini hendaknya tidak diabaikan,
karena bisa mengakibatkan hilangnya peluang. Dalam hal ini harus disadari bahwa
data makro tidak memberikan gambaran yang benar mengenai situasi masyarakat.
Permintaan yang tinggi akan kebutuhan post-material belum tentu berarti bahwa
kebutuhan dasar mereka telah terpenuhi dengan baik dan merata, terutama apabila
dalam masyarakat tersebut tidak terdapat golongan kelas menengah. Dalam setiap
masyarakat selalu ada pihak-pihak yang memiliki status tertentu, dan status ini
menentukan pula orientasi pemenuhan kebutuhan tertentu bagi pihak tersebut. Hal
ini berlaku baik di negara berkembang maupun di negara maju.

Suatu perubahan orientasi akan kebutuhan haruslah diteliti dengan cermat:
bagaimana perubahan ini dapat terjadi, apa penyebabnya dan sampai sejauh mana
perubahan tersebut dapat diamati sebagai sesuatu yang stabil. Menyebut beberapa
contoh, kestabilan tergantung dari faktor-faktor penyebab dapat berupa peristiwa
aktual maupun kejadian-kejadian yang baru muncul (bencana seperti Chernobyl,
peristiwa kriminal tertentu seperti penembakan membabi-buta di sebuah sekolah
menengah di Amerika, serangan teroris, kekacauan iklim dsb.), yang mempengaruhi
kebutuhan untuk waktu yang singkat ataupun lama.
54





54
Keterangan lebih lanjut tentang perubahan dan kenapa perubahan terhadap isu harus dilakukan, dapat
dilihat pada Bab 13.4.4. tentang Pemilihan Isu Yang Tepat.

149

9.2.5. Perubahan teknologi

Perubahan teknologi yang paling jelas terlihat adalah yang terkait dengan teknologi
informasi. Dulu, untuk memonopoli informasi hanya diperlukan pendudukan atas
stasiun radio suatu negara. Sekarang hal seperti itu sudah menjadi masa lalu. Kini
manusia dan negara tidak lagi dapat dipisahkan dari informasi. Telepon genggam,
satelit dan internet membuat peristiwa regional tidak lagi terpisahkan dari perhatian
dunia luas.
Apakah pemberontakan yang dilakukan para biarawan di
Myanmar, tekanan terhadap penyebaran informasi di Cina, atau
percobaan kudeta di Moskow diikuti dengan pendudukan
Gedung Putih? Berkat telefon seluler hal-hal tersebut
diinformasikan ke seluruh dunia. Semuanya menjadi tontonan
dunia dan masyarakat menjadi saksi serta pengawas seluruh
peristiwa.

Demikian pula bagi komunikasi internal dari organisasi-organisasi dan partai-partai di
negara-negara di mana pos dan telepon tidak berfungsi, maka teknologi modern
menjadi sarana untuk memberikan informasi ke bawah dan dari bawah ke atas, dan
dengan demikian merupakan syarat penting untuk mengimplementasikan strategi.


9.3. Kecenderungan/tren-tren politik

Kecenderungan atau tren-tren politik mempengaruhi hasil akhir suatu pemilu atau
proses-proses kompetitif lainnya jauh melebih sebuah strategi yang dirumuskan
sebagai sebuah hasil atau sebagai jawaban atas kecenderungan-kecenderungan
tersebut. Dalam karyanya, Sun Tzu kembali menekankan bahwa timing (waktu yang
tepat) dan momentum memiliki pengaruh yang besar bagi hasil akhir.

Mengenai hal itu Sun Tzu berpendapat: Jika serangan elang berhasil
mematahkan tulang belakang mangsanya, itu disebabkan karena
ketepatan waktu yang sempurna.

150

Soal dorongan, Sun Tzu berpendapat: Jika air bah dapat menggeser
cadas bebatuan, itu disebabkan karena momentumnya.

Strategi yang sangat baik sekalipun, tidak akan dapat melawan tren politik, timing
dan momentum yang ada. Oleh sebab itu, terkadang masuk akal untuk tidak
berusaha mencapai suatu sasaran tertentu pada waktu yang tidak tepat dan dengan
melawan tren politik, karena hal ini hanya akan menyebabkan hancurnya sasaran
dan hilangnya kredibilitas. Karena itu analisa tentang tren ini sangat menentukan
dalam memprediksi apakah suatu strategi akan berhasil atau tidak. Terkadang ada
baiknya juga sedikit menunggu dan menggunakan terjadinya perubahan tren politik,
daripada harus berupaya keras berperang melawan arus dan mengalami kekalahan.

Strategi jangka panjang diperlukan untuk dapat mengantisipasi tren yang sesuai
dengan harapan untuk kemudian dapat menggunakannya secara optimal.

Contoh: Suatu kecenderungan yang dapat dikalkulasi oleh partai
pemerintah yang berkuasa di tingkat nasional adalah bahwa mereka
biasanya akan memiliki citra yang buruk pada pertengahan periode
pemerintahannya, karena banyak harapan dari para pendukungnya yang
tidak terpenuhi. Kecenderungan yang dapat dikalkulasi ini dapat
dipergunakan oleh pihak oposisi untuk mengambil keuntungan pada
pemilu regional yang dilakukan di tengah periode pemerintahan tersebut.

Contoh: Suatu pemerintahan yang telah mengetahui bahwa ia akan
mengalami kesulitan di masa depan karena kejadian-kejadian atau
rencana tertentu dan karenanya juga akan kehilangan dukungan pemilih,
harus mencegah terjadinya kecenderungan-kecenderungan tersebut.
Untuk itu, misalnya pada saat yang tepat pemerintah yang bersangkutan
harus dapat menciptakan musuh eksternal atau memanfaatkan peristiwa
eksternal yang terjadi (bencana alam, peristiwa-peristiwa di negara-negara
yang jauh, dsb.) yang dapat mengalihkan perhatian orang-orang dari
kecenderungan yang ada, sehingga oposisi tidak dapat memanfaatkan
kecenderungan ini demi keuntungannya sendiri.


151

Keberhasilan dalam memanfaatkan tren hanya akan terjadi jika tren-tren tersebut
telah terlebih dahulu dikenali dan dianalisa sebelum dikembangkan.

9.4. Komunikasi

Pengumpulan fakta tentang komunikasi meliputi jenis-jenis dan cara komunikasi
dengan masyarakat dan bagian-bagian dalam kelompok masyarakat. Setiap
kemungkinan adanya akses ke kelompok target beserta biaya dan ketersediaan
kebutuhan, haruslah dianalisa pada saat yang tepat.

Berikut ini adalah kelompok-kelompok akses utama beserta sub-kategorinya:
- Akses media:
Media cetak
Media elektronik
Iklan di luar ruang (outdoor)
- Akses formal:
Asosiasi
Multiplikator
- Akses informal:
Aktivitas pemimpin opini
Aktivitas tatap muka (face-to-face)
Akses jejaring
Aktivitas jejaring sosial

Pengetahuan tentang berbagai akses komunikasi dan biayanya sangat penting untuk
keputusan strategis dan taktis. Misalnya di beberapa negara, partai oposisi tidak
memiliki akses ke media, baik surat kabar, program televisi maupun radio, karena
sarana-sarana tersebut dikontrol oleh negara. Akses alternatif untuk menyebarkan
informasi harus ditemukan, sehingga komunikasi dapat dilakukan melalui jalur
informal.

Pengetahuan tentang biaya penggunaan berbagai media dan ketersedian waktu
yang kita miliki sangat diperlukan untuk menyusun anggaran dan perencanan waktu
serta operasional.

152


Di samping jalur informasi yang umum dikenal, ada pula berbagai sistem komunikasi
informal yang digunakan masyarakat, dan sistem-sistem ini memiliki efek yang
sangat mengagumkan. Rumor, misalnya, dan berbagai info sejenis, dapat
disebarkan melalui saluran-saluran informasi tertentu yang tidak dapat diatur atau
disadap. Posisi sebagai penyebar berita dalam sistem informal ini menjadi sangat
penting, karena dapat memberikan kemungkinan untuk menghindar dari sistem
informasi formal.

9.5. Kerangka persyaratan

9.5.1. Peraturan atau undang-undang

Peraturan atau undang-undang sangat penting dalam kerangka kerja eksternal. Di
sebagian besar negara, hampir semua keputusan yang memiliki arti strategis
dipengaruhi oleh undang-undang.

Jika suatu strategi politik tentang privatisasi direncanakan dan akan dilaksanakan,
undang-undang tentang hak milik, peralihan hak milik, undang-undang sosial serta
banyak peraturan-peraturan lainnya menjadi sangat penting.

Jika kita akan menjadi peserta pemilu, pengetahuan tentang undang-undang pemilu,
undang-undang partai dan pendanaan partai serta undang-undang tentang media
dan penggunaan media sangatlah penting. Oleh karena itu, semua upaya kreatif
dalam pengembangan sebuah strategi haruslah terlebih dahulu ditelaah dasar
hukumnya, karena peraturan dan undang-undang ini kerap menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu strategi. Peraturan-peraturan tersebut terkait
dengan hal-hal yang telah sering disinggung Sun Tzu di berbagai kesempatan.

Contoh: Perencanaan strategi bergantung pada hal-hal yang menentukan,
antara lain, apakah sistem pemilu yang digunakan adalah sistem pemilu
yang berlaku sebelumnya (apakah sistem distrik atau proporsional, atau
sistem lain yang tercantum dalam undang-undang pemilu); bagaimana

153

bentuk dan rupa kertas pemungutan suara; bagaimana akses ke media,
bagaimana aturan pendanaan yang mungkin bagi partai, dsb.

Berikut ini adalah peraturan-peraturan yang relevan untuk aktivitas politik:
1. Konstitusi/UUD
2. Undang-undang tentang partai politik
3. Undang-undang tentang pemilu
4. Undang-undang tentang pers dan media
5. Undang-undang lainnya yang terkait dengan strategi politik yang bermasalah.

Versi terbaru dari peraturan atau undang-undang terkait harus selalu digunakan
dalam menganalisa peraturan atau undang-undang. Untuk perencanaan strategi,
yang harus digunakan adalah versi asli undang-undang tersebut dan bukan yang
berasal dari pemberitaan atau pengamatan semata. Kemampuan untuk
memanfaatkan peraturan dan undang-undang secara optimal bergantung pada
kemampuan untuk menguasai pasal-pasal dan ayat-ayat serta rinciannya.

Menganalisa situasi perundang-undangan harus mencakup pula pengujian apakah
undang-undang tersebut benar-benar diterapkan. Beberapa masalah dapat timbul
dari sana, seperti kecurangan Pemilu, tekanan dari partai-partai oposisi dsb.

9.5.2. Ancaman

Memperhatikan ancaman pada saat implementasi strategi politik atau strategi
kampanye penting dalam memprediksikan kemungkinan dukungan yang diperoleh:
apakah sikap pasif masyarakat ataukah sikap penolakan yang disebabkan oleh rasa
takut.

Contoh: Suatu situasi yang khusus terjadi di Amerika berkenaan dengan
undang-undang aborsi. Di sana sering terjadi ancaman pribadi yang serius
tidak hanya terhadap politisi, tetapi juga terhadap seluruh pekerja klinik
aborsi dan juga pendukung undang-undang aborsi. Ancaman tersebut
sedapat mungkin harus dijadikan bagian dari pengumpulan fakta dalam
strategi, agar situasi semacam itu dapat diantisipasi sedini mungkin.

154


Ancaman dalam kampanye pemilu dapat muncul dalam berbagai bentuk. Di
beberapa negara, anggota partai oposisi diancam secara fisik oleh kekuatan negara,
dimasukkan ke dalam penjara atau mendapat tekanan lainnya. Di negara lain,
berbagai kelompok politik yang berbeda-beda dan sangat militan saling mengancam
satu sama lain, sehingga pembunuhan terus-menerus terjadi misalnya antar
berbagai kelompok etnis atau kelompok agama yang berbeda, atau juga antar
anggota keluarga para kandidat.

Di negara-negara tertentu, sejumlah pembunuhan politik saat pemilu merupakan
bukti adanya ancaman-ancaman tersebut. Situasi keamanan saat kampanye pemilu,
pelaksanaan pemilu serta keamanan para kandidat harus diperhatikan sejak dini
agar dapat diambil langkah-langkah penanganan yang tepat, atau sebuah lembaga
keamananan dapat dibentuk oleh organisasi kita sendiri.

Contoh: Dalam pemilu lokal di Sri Lanka tahun 1997, terjadi 6
pembunuhan, 2 percobaan pembunuhan, 40 tindakan kekerasan, 519
serangan, 242 intimidasi, 53 perampokan, 50 pembakaran, 733 ancaman,
249 perusakan properti.
55

Dalam pemilu regional di propinsi Barat Laut Sri Lanka tahun 1999, di
propinsi tersebut terjadi 3 pembunuhan, 11 percobaan pembunuhan, 45
tindakan kekerasan, 215 serangan, 119 intimidasi, 52 perampokan, 22
pembakaran, 194 ancaman, dan 110 perusakan properti.
56


9.5.3. Intervensi

Jika dalam strategi politik ancaman didefinisikan sebagai sesuatu yang berasal dari
dalam negara, maka intervensi adalah faktor yang berasal dari luar. Intervensi sering
berasal dari negara-negara tetangga, tetapi sering juga dari negara-negara yang
ingin mempengaruhi negara-negara lain.

55
Sumber: Center for Monitoring Election Violence (CMEV, Pusat Pengawasan Kekerasan Pemilu):
Final Report of Election Related Violence During the Local Government Election Campaign 1997 (laporan akhir
tentang kekerasan sehubungan pemilu selama kampanye pemerintahan lokal 1997), ISBN 955-9537-00-8.
56
Sumber: Center for Monitoring Election Violence (CMEV, Pusat Pengawasan Kekerasan Pemilu):
Final Report on the North-Western Provincial Council Elections (laporan akhir tentang pemilihan Dewan
Propinsi Barat laut 1999).

155


Intervensi semacam ini sudah sering terjadi dan tidak jarang pula menimbulkan
perang. Terkadang intervensi tersebut bersifat terbuka dan ancamannya dilakukan
secara langsung.
Contoh: Jepang menamakan tekanan Amerika Serikat yang melebihi batas
agar Jepang membuka pasarnya terhadap barang-barang Amerika
Serikat sebagai "Kembalinya sang kapal hitam". Sebutan ini berasal dari
peristiwa tahun 1853 saat Admiral Matthew C. Percy dengan kapal perang
hitamnya meyakinkan para shogun untuk membuka pasar Jepang
terhadap perdagangan Amerika Serikat.

Terkadang ancaman dilakukan secara terselubung atau sering juga sama sekali
tidak terlihat, tetapi ancaman tersebut tetap mampu mempengaruhi kejadian-
kejadian sehingga hasil yang diinginkan dari ancaman tersebut dapat tercapai. Hal
ini berlaku baik dalam pemilu maupun dalam penerapan suatu kebijakan .

Contoh: Dalam pemilihan presiden di Guatemala, anggota suatu tim
perencana strategi menyampaikan kepada saya bahwa yang dapat
menjadi presiden Guatemala hanyalah orang yang memperoleh dukungan
dari kedutaan Amerika, militer dan "sector privado." Saat pemilu
berlangsung, saya akhirnya menyaksikan sendiri kebenarannya.

Contoh: Saat pemilihan presiden di Taiwan tahun 1995, seorang kandidat
DPP (Democratic Progressive Party) menerapkan kebijakan yang
menentang penyatuan kembali Taiwan dengan Cina daratan. Sebagai
reaksi atas hal itu, Cina mengirimkan banyak sekali kapal perang ke
Formosa Street, hal mana menimbulkan ketakutan di pihak Taiwan,
sehingga kandidat Kuomingtang terpilih ulang.

9.5.4. Jadwal-jadwal tetap

Jadwal-jadwal tetap tidak memiliki pengaruh yang jelas dalam strategi politik, tetapi
jadwal-jadwal tersebut termasuk penting dan dapat mendukung ataupun
menghalangi keberadaan kelompok-kelompok politik tertentu. Jadwal-jadwal itu pun

156

menawarkan kesempatan kepada negara-negara tertentu untuk melakukan hal-hal
yang selama ini tidak mungkin dilaksanakan. Contohnya adalah peristiwa-peristiwa
yang memicu perhatian dari seluruh dunia, seperti Olimpiade atau Kejuaraan Dunia
Sepak Bola dsb.
Terjadinya kerusuhan di Tibet sebelum Olimpiade musim panas di Beijing pada
tahun 2008 adalah salah satu contohnya. Seandainya tidak ada pertandingan
Olimpiade, mungkin reaksi pemimpin Cina akan jauh lebih keras dan terutama media
akan lebih sedikit memberitakan peristiwa tersebut sesaat sebelum Olimpiade
berlangsung.

Yang dimaksud jadwal-jadwal tetap terutama adalah hari-hari libur yang dapat
mempengaruhi strategi yang telah direncanakan sebelumnya.

Contoh: Hari-hari libur yang panjang seperti libur Natal dan tahun baru
akan menginterupsi dan dapat sangat menganggu jalannya kampanye, jika
kampanye tersebut tidak direncanakan sedemikian rupa pada waktu yang
tepat. Hal ini terjadi pada sebuah pemilu di Jerman, yang jatuh pada bulan
Januari. Langkah-langkah yang diperlukan harus diambil untuk
memastikan agar bangunan dan teknik kampanye dapat mengarah pada
tujuan yang diinginkan.

Hal yang sama terjadi pula di negara muslim pada bulan Ramadhan.

Selain jadwal-jadwal tetap berupa hari libur atau waktu senggang, peristiwa olahraga
dan peristiwa politik besar atau kejadian-kejadian besar lainnya juga sangat
signifikan untuk perencanaan strategi. Jadwal-jadwal semacam ini kadang membawa
kerugian, karena lawan politik dapat menggunakan hal tersebut secara cermat dan
lebih baik, atau karena perhatian sebagian besar warga teralihkan. Mereka lebih
suka memberikan perhatian pada sepak bola, NBA-Playoffs, kejuaraan dunia criket
(Cricket-World-Cup) atau basket daripada politik. Di sisi lain, peristiwa-peristiwa
tersebut juga memberikan peluang yang tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja
tanpa dimanfaatkan.


157

10. MENGIDENTIFIKASI KEKUATAN DAN KELEMAHAN

Fakta yang diperoleh dalam pengumpulan fakta berkaitan erat dengan misi untuk
menetapkan kekuatan dan kelemahan. Ini berarti bahwa setiap data yang
terdokumentasi akan dikontraskan dengan misi, dengan mengajukan pertanyaan:
Apakah fakta tersebut mendukung pencapaian seluruh sasaran yang diformulasikan
dalam misi ataukah tidak?

10.1. Kekuatan-kekuatan

Jika sebuah fakta mendukung dicapainya misi, maka fakta tersebut merupakan
kekuatan. Sebaliknya, jika sebuah fakta menghalangi pencapaian sasaran-sasaran
misi, maka fakta tersebut merupakan kelemahan. Mari pertama-tama kita bahas
kekuatan terlebih dulu. Kekuatan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori
yang berbeda. Beberapa contoh misalnya:

Jika struktur organisasi partai kita benar-benar efisien dan berfungsi
dengan baik, ini adalah kekuatan partai.

Kekuatan semacam ini datang dari dalam organisasi sendiri dan tidak dapat
dirampas. Paling jauh, lawan dapat berusaha menyamai kita dengan cara
memperbaiki struktur organisasinya sendiri. Namun demikian, kekuatan kita tetap
tidak tersentuh.

Jika kita dapat mengandalkan basis keanggotaan dan sukarelawan yang
aktif yang memiliki antusiasme sangat tinggi selama kampanye pemilu, ini
merupakan kekuatan yang muncul dari organisasi kita sendiri.

Kita dapat mengendalikan kekuatan ini. Tapi, bagaimanapun, kekuatan haruslah
selalu dijaga dan dipertahankan, karena motivasi anggota dan para sukarelawan
dapat dilunturkan oleh tindakan-tindakan lawan. Jika kekuatan kita menimbulkan
kelemahan yang riil bagi lawan, haruslah diperhitungkan bahwa lawan akan
mencoba menghancurkan kekuatan kita dengan menggunakan strategi khusus.


158

Jika program partai kita lebih baik dan lebih lengkap terkait dengan suatu
isu yang menarik bagi suatu kelompok target tertentu, maka kita memiliki
kekuatan dibandingkan lawan kita.

Dalam konflik dengan pesaing-pesaing politik, kekuatan semacam ini harus
dimanfaatkan seoptimal mungkin, karena tak seorang pun dapat menghalangi pihak
lawan untuk menyajikan program-program yang tak kalah menarik dari program kita.

Jika partai pemerintah sebagai lawan kita menunjukkan kinerja yang buruk
dan dinilai buruk oleh masyarakat, ini berarti kelemahan bagi partai
pemerintah dan kekuatan bagi kita.

Kelemahan lawan menjadi kekuatan kita, jika kita dapat memanfaatkan kelemahan
lawan tersebut. Kita dapat memperoleh kekuatan dari lawan kita yang lemah, jika kita
mampu memanfaatkan kelemahan-kelemahan tersebut. Tetapi hal ini sangat rentan
terhadap kesalahan prediksi. Dengan demikian, kesalahan yang dibuat partai
pemerintah misalnya, merupakan kelemahan pemerintah. Tetapi jika partai oposisi
tidak mampu mempergunakan kelemahan ini dengan cara mempresentasikan solusi
yang lebih atraktif kepada masyarakat pemilih, kelemahan tersebut tidak dapat
dimanfaatkan. Kritik negatif terhadap suatu kebijakan yang menjadi kelemahan pihak
lawan, tidak selalu menghasilkan kekuatan bagi pihak kita.

10.2. Kelemahan-kelemahan

Sekarang akan kita bahas mengenai kelemahan-kelemahan kita. Seperti halnya
kekuatan, kelemahan juga dapat dikategorisasikan. Beberapa contoh untuk
menggambarkannya misalnya:
Jika sistem komunikasi internal kita tidak berfungsi, berarti kita memiliki
kelemahan yang akan menghalangi pencapaian sasaran. Karena itu, kita
harus berusaha untuk menghapus atau mengurangi kelemahan ini.

Kelemahan yang ada pada pihak kita ini hanya dapat dihilangkan oleh kita sendiri
tanpa pengaruh pihak lawan. Lawan juga tidak mungkin mampu menghambat proses
tersebut.

159

Jika terjadi konflik internal tentang satu isu politik di dalam organisasi kita,
setiap saat lawan selalu dapat menggunakan konflik tersebut untuk
menyerang kita, dan akan menggoyahkan kredibilitas kita atas isu itu di
depan publik.

Kelemahan kita itu dapat memberikan kekuatan kepada lawan, jika lawan mampu
memanfaatkannya. Agar kita yakin bahwa lawan tidak mampu melakukan serangan
terhadap kita, kita harus menemukan solusi strategis untuk mengamankan titik lemah
kita tersebut.

Jika lawan politik kita memiliki hubungan yang kuat dengan serikat buruh
dan dukungan serikat buruh tersebut cukup signifikan, berarti kita memiliki
kelemahan yang berasal dari kekuatan lawan.

Kelemahan semacam ini hanya bisa dihilangkan dengan cara mengurangi kekuatan
lawan.

10.3. Fakta-fakta yang bukan merupakan kekuatan maupun kelemahan

Tentu saja terdapat banyak fakta yang bukan merupakan kekuatan maupun
kelemahan. Fakta-fakta ini sering terkait dengan kerangka prasyarat yang
selanjutnya bisa relevan pada saat dirumuskannya rencana-rencana taktis atau
rencana waktu dan operasional. Karena itu fakta-fakta ini dikumpulkan bukannya
tanpa alasan.

Jika pemilu diadakan pada saat dilangsungkannya Olimpiade, fakta ini
bukanlah merupakan kekuatan ataupun kelemahan bagi pencapaian
keseluruhan sasaran misi. Tetapi, bagaimanapun, kegiatan-kegiatan
penting dalam Olimpiade haruslah dipertimbangkan dalam perencanaan,
karena perhatian pemilih akan teralihkan dari konflik-konflik politik.





160

10.4. Kelemahan yang tidak relevan dengan misi atau tidak dapat diubah

Kelemahan dapat memiliki arti penting, tetapi dapat pula diabaikan jika tidak penting
bagi misi kita.

Contoh: Kekurangan dana bukan merupakan kelemahan yang penting
jika sebuah partai bermaksud menetapkan suatu program baru. Tetapi di
lain pihak, kekurangan dana menjadi kelemahan besar bagi partai dalam
pelaksanaan kampanye pemilu.

Kelemahan lain bisa jadi memiliki relevansi, tetapi kelemahan-kelemahan tersebut
tidak dapat diperbaiki. Ini berarti bahwa tingkat pengaruh terhadap suatu kelemahan
dapat bervariasi.

Contoh: Tujuan untuk menghapuskan kelemahan pada "struktur-struktur
organisasi yang tidak demokratis" melalui sebuah "reformasi yang
demokratis" dapat diwujudkan karena wewenang ini masih berada dalam
pengaruh kita.
Tujuan sebuah partai oposisi untuk mengubah undang-undang pemilu
yang tidak menguntungkan mereka adalah sesuatu yang tidak mungkin
karena masalah tersebut tidak berada dalam pengaruh mereka.

Oleh karena itu, dalam menganalisa kelemahan dan kekuatan, pertama-tama perlu
diuji apakah kelemahan dan kekuatan tersebut memang penting untuk pencapaian
keseluruhan sasaran; apakah kelemahan tersebut dapat kita perbaiki, dan apakah
kekuatan yang kita miliki dapat diubah oleh pihak lain.

10.5. Matriks kekuatan dan kelemahan

Untuk dapat mengenali situasi, maka perlu dibuat klasifikasi:
1. Kekuatan ditempatkan dalam sebuah raster/koordinat di mana sumbu X
menggambarkan pengaruh yang dimiliki lawan terhadap kekuatan kita yaitu tingkat
ancaman terhadap kekuatan kita, dan sumbu Y menggambarkan signifikansi
kekuatan-kekuatan yang dimiliki untuk pencapaian misi.

161

2. Kelemahan ditempatkan dalam sebuah raster/kordinat di mana sumbu X
menggambarkan pengaruh yang kita miliki untuk mengubah kekurangan kita, dan
sumbu Y menggambarkan siignifikansi kelemahan-kelemahan yang dimiliki untuk
diperhadapkan dengan misi kita.

Kekuatan-kekuatan dibagi ke dalam bidang-bidang berikut:
Bidang aa menggambarkan: Kekuatan yang sangat signifikan, yang tidak
dapat dipengaruhi oleh lawan (tidak terancam bahaya)
Bidang ab menggambarkan: Kekuatan yang sangat signifikan, yang dapat
dipengaruhi lawan secara terbatas (terancam bahaya sebagian)
Bidang ac menggambarkan: Kekuatan yang sangat signifikan, yang dapat
sepenuhnya dipengaruhi lawan (terancam bahaya)
Bidang ba menggambarkan: Kekuatan yang signifikan, yang tidak dapat
dipengaruhi lawan (tidak terancam bahaya)
Bidang bb menggambarkan: Kekuatan yang signifikan, yang dapat
dipengaruhi lawan secara terbatas (terancam bahaya sebagian)
Bidang bc menggambarkan: Kekuatan yang signifikan, yang dapat
sepenuhnya dipengaruhi lawan (terancam bahaya)
Bidang ca menggambarkan: Kekuatan yang tidak signifikan, yang tidak dapat
dipengaruhi lawan (tidak terancam bahaya)
Bidang cb menggambarkan: Kekuatan yang tidak signifikan, yang dapat
dipengaruhi lawan secara terbatas (terancam bahaya sebagian)
Bidang cc menggambarkan: Kekuatan yang tidak signifikan, yang dapat
dipengaruhi lawan sepenuhnya (terancam bahaya)

sangat signifikan
aa


ab

ac

ba


bb

bc

ca
tidak signifikan
tidak terancam bahaya

cb

cc

terancam bahaya

162


Kelemahan-kelemahan dibagi ke dalam bidang-bidang berikut:
Bidang AA menggambarkan: Kelemahan yang sangat signifikan yang secara
umum masih bisa dipengaruhi.
Bidang AB menggambarkan: Kelemahan yang sangat signifikan, yang dapat
dipengaruhi secara terbatas.
Bidang AC menggambarkan: Kelemahan yang sangat signifikan yang tidak
dapat diubah.
Bidang BA menggambarkan: Kelemahan yang agak signifikan, yang secara
umum bisa dipengaruhi.
Bidang BB menggambarkan: Kelemahan yang agak signifikan, yang cukup
dapat dipengaruhi.
Bidang BC menggambarkan: Kelemahan yang agak signifikan yang tidak
dapat diubah.
Bidang CA menggambarkan: Kelemahan yang tidak signifikan, yang secara
umum bisa dipengaruhi.
Bidang CB menggambarkan: Kelemahan yang tidak signifikan, yang cukup
dapat dipengaruhi.
Bidang CC menggambarkan:Kelemahan yang tidak signifikan yang tidak dapat
diubah.

sangat signifikan
AA


AB

AC

BA


BB

BC

CA
tidak signifikan
dapat diubah

CB

CC

tidak dapat diubah

Raster yang digunakan dalam pengumpulan fakta dapat memberikan bantuan dalam
menganalisa kekuatan dan kelemahan. Karena itu, kelemahan-kelemahan dinilai

163

berdasarkan signifikansinya, dengan menggunakan kriteria yang relevan, ukuran,
dan urgensi kemudian ditempatkan dalam matriks kelemahan.

10.6. Analisa matriks

Jika dalam analisa ini ditemukan bahwa kelemahan-kelemahan yang tidak dapat
diubah sangat banyak dan signifikan bagi pencapaian misi (bidang AC dan BC),
maka kita tidak akan mampu mencapai sasaran misi yang telah kita tetapkan.
Dengan demikian, keseluruhan sasaran haruslah dimodifikasi atau setidaknya
dikurangi, dan ini akan berpengaruh pada kelemahan-kelemahan itu sendiri.
Hasilnya, sebagian kelemahan akan hilang, sementara signifikansi kelemahan
lainnya akan berubah dan menjadi tidak relevan.

sangat signifikan
4


17

1,2,3,5,7,16

18


9,10,13

6,8,12,15,19,20


tidak signifikan
dapat diubah





tidak dapat diubah

Grafik di atas menggambarkan keadaan yang dibahas dalam paragraf sebelumnya.
Ada banyak kelemahan yang tidak dipengaruhi oleh organisasi kita, sehingga tidak
dapat kita pengaruhi atau kita ubah. (Kelemahan 1,2,3,5,6,7,8,12,15,16,19,20). Di
sisi lain, kelemahan-kelemahan ini signifikan. Melalui analisa awal, kita sudah dapat
mengetahui apakah keseluruhan sasaran yang dijabarkan dalam misi dapat dicapai
seluruhnya atau tidak. Apabila keseluruhan sasaran tidak akan dapat dicapai, isu ini
harus didiskusikan secara terbuka, agar tidak menyia-nyiakan sumberdaya untuk
hal-hal yang tak perlu.

Apabila situasi tampak seperti apa yang ditampilkan di dalam matriks, kita harus
mengurangi skala misi. Jika situasi semacam ini sudah dapat dikenali sepenuhnya,

164

maka tindakan mempertahankan misi yang ada merupakan tindakan yang tidak
bertanggung jawab. Dalam situasi semacam itu, seorang pimpinan yang berpikiran
sehat akan bersedia mengurangi sasarannya, agar tidak mengalami kekalahan atau
kegagalan yang tidak perlu.

Pengamatan seperti yang digambarkan di sini hanya berlaku apabila organisasi
tersebut memegang teguh undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku. Di
beberapa negara dan dalam situasi tertentu organisasi-organisasi tersebut kerapkali
melanggar aturan-aturan dan undang-undang, untuk mencapai sebuah misi strategis
utama. Hal ini mungkin saja terjadi dan dapat diterima bahwa dalam sebuah
pemerintahan diktatur aturan-aturan yang berlaku harus dilanggar dengan tujuan
untuk melawan diktatur tersebut dan sedapat mungkin menghapuskannya.

Di dalam konstitusi negara Jerman, yaitu pada pasal 20 ayat 4,
ada pernyataan mengenai hak untuk melakukan perlawanan.
Bunyi ayat tersebut adalaIah: Semua warga Jerman berhak
untuk melakulan perlawanan terhadap siapapun yang berbuat
sesuatu untuk mengganggu ketertiban, jika cara lain tidak
memungkinkan.

Memang di beberapa negara misalnya di dalam kampaye terjadi tindakan-tindakan
yang menggunakan kekerasan yang tidak sah, contohnya adalah pembunuhan
terhadap kandidat lawan, pembakaran, penyerangan-penyerangan dsb. Seberapa
jauh sebuah partai dapat bertindak dengan sistem represif seperti ini, hal tersebut
harus diputuskan oleh pimpinan partai setelah melalui debat yang intensif.

Sebaliknya, apabila dalam analisa ini ditetapkan bahwa organisasi dapat
mempengaruhi kelemahan-kelemahan yang signifikan tapi tidak dapat mengubah
kelemahan yang tidak signifikan, maka kemungkinan bahwa sasaran yang telah
ditetapkan dalam misi dapat tercapai, sangatlah besar. Situasi ini akan ditunjukkan
dalam matriks berikut.

Dalam matriks ini, semua kelemahan yang signifikan ada dalam cakupan kekuasaan
atau pengaruh organisasi kita, sehingga misi dapat tercapai. Bahkan dapat

165

dikatakan, apabila dalam kasus seperti ini misi tidak dapat dicapai, hal ini semata-
mata disebabkan oleh kesalahan organisasi sendiri karena tidak ada keinginan
atau tidak mampu mengatasi kelemahan-kelemahannya.












Seringkali kita tidak memperoleh gambaran yang jelas seperti yang ditunjukkan oleh
matrik di atas ini. Ada banyak bentuk campuran, di mana keputusan untuk
mengurangi atau mempertahankan sebuah misi tergantung pada penilaian subyektif
seorang perencana strategi.

sangat signifikan
1,4,8,15


9,10,18

2,3,13,14

7,16,17


5,6

11,12

19
tidak signifikan
dapat diubah

20



tidak dapat diubah

Dalam matriks di atas, keputusan dapat dilakukan secara terbuka. Ada beberapa
kelemahan yang signifikan, yang tidak dapat diatasi oleh organisasi. Apakah hal ini
menentukan atau tidak, harus kita serahkan kepada penilaian sang perencana
sangat signifikan
1,2,3,12,16


4,6,13,18



5,14,19


9,10,11,20

7,8,15,17



tidak signifikan
dapat diubah




tidak dapat diubah


166

strategi. Dalam kasus ini, tidak ada orang yang dapat memastikan apakah misi dapat
dicapai atau tidak.

Dalam hal di mana jalan keluarnya terbuka, analisa matriks kekuatan perlu
dilakukan. Apabila kita memiliki kekuatan dalam bidang yang tidak dimiliki oleh
lawan, atau kekuatan lawan sangat terbatas, ini artinya kekuatan kita tidak dapat
dipengaruhi atau tidak terancam bahaya. Dengan demikian, peluang untuk meraih
keberhasilan juga semakin besar. Tetapi jika sebagian besar kekuatan kita terancam
bahaya, maka peluang untuk meraih keberhasilan juga semakin menurun.

Distribusi kekuatan yang baik untuk mencapai keseluruhan sasaran:

sangat signifikan
1,3,7


8,11

10

2,4


5,6,9




tidak signifikan
tidak terancam bahaya





terancam bahaya

Distribusi kekuatan yang buruk untuk mencapai keseluruhan sasaran:
sangat signifikan





1,3,4,6,10,11




7,9

2,5,8


tidak signifikan
tidak terancam bahaya





terancam bahaya


167

Serangkaian strategi yang berhasil dapat berakibat bahwa kelemahan-kelemahan
yang banyak atau yang cukup kita pengaruhi bisa lenyap seiring berjalannya waktu.
Dalam kasus seperti ini, kelemahan-kelemahan yang tersisa hanyalah kelemahan-
kelemahan yang tidak dapat kita pengaruhi. Analisa dari matriks kelemahan
semacam ini dapat menghasilkan asumsi yang keliru bahwa keseluruhan sasaran
tidak akan dapat kita capai. Tetapi yang sering terjadi adalah hal yang sebaliknya,
karena kelemahan-kelemahan yang bisa kita pengaruhi telah teratasi. Di sini jelas
terlihat bahwa dalam menilai situasi, matriks kekuatan juga perlu dipertimbangkan.

Matriks kelemahan:

sangat signifikan




1,2,3,5,7,16





6,8,12,15,19,20

tidak signifikan
dapat diubah




tidak dapat diubah


Matriks kekuatan:
sangat signifikan
1,3,7


8,11

10

2,4


5,6,9




tidak signifikan
tidak terancam bahaya





terancam bahaya





168

10.7. Keunggulan strategis berdasarkan kekuatan adalah relatif

Kekuatan yang kita miliki memungkinkan kita untuk menyerang lawan. Tetapi ini
hanya dapat dilakukan apabila kita memiliki keunggulan strategis atas lawan.
Maksudnya, apabila kekuatan yang kita miliki terletak dalam suatu bidang tertentu,
maka dalam bidang itulah kita harus unggul atas lawan. Apabila lawan kita juga
memiliki kekuatan dalam bidang yang sama, atau memiliki perlawanan yang baik,
maka sebuah konflik atau perdebatan tidak ada gunanya. Dalam kasus seperti ini,
kita tidak akan dapat memanfaatkan kekuatan kita, karena situasinya berimbang.

Apabila kekuatan kita merupakan kelemahan lawan, maka kita sudah memiliki
keunggulan strategis. Oleh karena itu, kekuatan ini harus dimanfaatkan secara
intensif dan tidak boleh disia-siakan.

Contoh: Bila kita tahu bahwa ada perselisihan internal di pihak lawan
dalam bidang politik di mana kita lebih kuat dan unggul, kita harus
melakukan penyerangan. Keuntungan strategis semacam ini tidak boleh
disia-siakan.

10.7.1. Analisa kekuatan untuk menetapkan manfaat strategis

Semua kekuatan yang telah kita kenali perlu diuji untuk mengetahui apakah
kekuatan-kekuatan ini memang dapat dimanfaatkan secara strategis terhadap lawan
atau pesaing kita. Kita perlu tahu lebih dulu, apakah ada keunggulan strategis yang
kita miliki, dan jika ada, di mana letak keunggulan strategis tersebut. Untuk itu, perlu
diajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut, berdasarkan jenis kekuatan yang
kita miliki:
Organisasi dan kepemimpinan siapa yang lebih baik?
Isu-isu mana yang lebih kuat, dan siapa yang lebih berkompeten dalam isu
tersebut?
Siapa yang memiliki aliansi yang lebih stabil?
Siapa yang memiliki tim dengan kualifikasi yang lebih baik?
Siapa yang memiliki disiplin lebih baik?
Siapa yang memiliki motivasi lebih baik?

169

Siapa yang memiliki isu-isu yang lebih cocok dengan tren masyarakat?
Siapa yang lebih dapat menangkap peluang?

Gambar berikut kiranya dapat memperjelas permasalahan analisa kekuatan:

Kekuatan yang dimiliki melalui
kelemahan lawan
Apa yang dapat kita lakukan? Keunggulan?
Lawan memiliki kandidat yang
lemah
Apakah kita memiliki kandidat
yang lebih baik?
?
Lawan berselisih dalam
permasalahan/isu tertentu
Apakah kita memiliki suara bulat
mengenai permasalahan ini,
atau apakah kita pun tidak solid?
?
Lawan memiliki krisis
kepemimpinan
Apakah kita memiliki pimpinan
yang solid?
?
Lawan kehilangan mitra aliansi Apakah kita dapat mengambil-
alih mitra aliansi tersebut?
?

Kekuatan yang berasal dari kelemahan lawan dapat dimanfaatkan hanya jika
organisasi kita tidak menunjukkan kelemahan serupa, melainkan setidaknya dapat
menunjukkan adanya keunggulan strategis.

Kekuatan sendiri Situasi lawan Keunggulan?
Kita memiliki kandidat yang baik Apakah lawan memiliki kandidat
yang lebih lemah?
?
Kita memiliki posisi yang kuat di
kota X
Apakah lawan juga memiliki
posisi yang kuat di kota X?
?
Kita memiliki program baru yang
baik
Apakah ada kelemahan dalam
program atau platform lawan?
?
Kita memiliki juru kampanye
yang bermotivasi tinggi
Apakah juru kampanye pihak
lawan juga memiliki motivasi
yang tinggi?
?

Susunan ini menunjukkan bahwa kekuatan yang kita miliki hanya dapat
dimanfaatkan apabila kekuatan tersebut merupakan kontra dari kelemahan lawan.

170

Oleh karena itu, tidak disarankan untuk mengandalkan kekuatan yang kita miliki
apabila kekuatan ini sebanding dengan kekuatan lawan.

Karenanya, untuk keperluan perencanaan strategi, kekuatan sendiri dan kekuatan
lawan menjadi tidak begitu signifikan dibandingkan dengan kelemahan sendiri dan
kelemahan pihak lawan.

Sun Tzu berpendapat: Kemampuan mempertahankan diri dari kekalahan
ada di tangan kita sendiri; dan peluang untuk mengalahkan musuh ada di
tangan musuh itu sendiri. Mereka yang terlatih dalam seni berperang dapat
menjadikan dirinya tak terkalahkan, tetapi mereka tidak dapat memastikan
kekalahan musuh.

Karena itu, yang pertama kali perlu dilakukan adalah mengatasi setiap kelemahan
sendiri untuk menghindari serangan yang tidak perlu, dan menjadi pihak yang "tak
terkalahkan." Setelah itu kita harus menggunakan kekuatan-kekuatan yang dapat
mengeksploitir kelemahan lawan. Jelaslah bahwa mendapatkan informasi tentang
lawan merupakan prasyarat untuk memanfaatkan kekuatan secara strategis. Tanpa
mengenali kelemahan lawan, kita tidak dapat menggunakan kekuatan secara efektif.


171

11. UMPAN-BALIK DAN MISI FASE KRITIS DALAM PERENCANAAN

Salah satu tugas tersulit bagi seorang perencana strategi adalah memberikan
umpan-balik (feedback) atas hasil penilaian situasi dan mengkontraskannya dengan
misi untuk kemudian menetapkan hal-hal berikut ini:
1. apakah misi dapat dicapai atau tidak ?
2. sejauh mana suatu perubahan harus dilakukan, sehingga memiliki kemungkinan
untuk mencapai keberhasilan ?
3. apakah keseluruhan sasaran yang dibuat di awal perumusan misi sebaiknya
dimasukkan ke dalam strategi jangka panjang, dan misi yang sesungguhnya
dimodifikasi untuk mempertahankan keberadaan strategi yang sudah ada ?

Tentu saja metode-metode yang telah dijelaskan dalam Bab 2 turut membantu untuk
lebih memahami situasi. Namun ada banyak penilaian yang tetap bersifat subyektif,
baik di sisi perencana strategi maupun di sisi pihak yang mengembangkan strategi
tersebut. Ini berarti bahwa, meskipun telah dilakukan analisa yang mendalam,
kemenangan ataupun kekalahan tak pernah bisa diprediksikan seratus persen
secara tepat. Memang ada indikasi yang mengarah pada salah satu atau lainnya,
tapi kebenaran yang mutlak tidak dapat diperkirakan.

11.1. Peran perencana strategi dalam proses perencanaan

Meskipun perencanaan strategi dapat lebih memberikan kepastian, namun perasaan
terhadap situasi dan intuisi tetap memainkan peranan. Tolok ukur yang sangat
subyektif yang juga dipengaruhi oleh perasaan dan emosi ini mengubah teknokrat
perencana strategi yang mekanis menjadi seorang perencana strategi yang berhasil.

Dengan demikian, "perencanaan konseptual" memang sangat membantu untuk
merencanakan langkah demi langkah secara logis, dan ini berlaku untuk berbagai
langkah perencanaan. Namun dalam fase-fase evaluasi, perumusan strategi dan
umpan-balik berdasarkan analisa situasi lebih bergantung pada naluri sang
perencana strategi.


172

Langkah ini juga sangat sulit untuk berbagai alasan lainnya. Seringkali si perencana
strategi harus mengakomodir pandangan si pemberi tugas (klien) terutama para
"Do-gooder" (pelaku kebaikan) yang terlibat dalam aktivitas NGO, dsb. untuk
memperhatikan situasi nyata yang mereka hadapi. Banyak organisasi tiba-tiba
menyadari bahwa pekerjaan yang mereka lakukan selama bertahun-tahun ternyata
sia-sia, dan lebih parah lagi, tidak bertujuan. Dengan demikian, berbagai organisasi
yang pada awalnya tidak menempatkan tindakan konkret tetapi hanya merumuskan
perubahan status quo sebagai tujuan organisasi mereka, merasa terpana dan tak
berdaya saat menemukan kenyataan bahwa mereka tak mampu memberikan
pengaruh apa-apa.

Ketika memberikan umpan-balik terhadap misi, adalah bijak untuk pertama-tama
membiarkan pihak-pihak yang terlibat menilai sendiri situasi yang mereka hadapi dan
memberikan usul-usul bagaimana mereka dapat mengubah misi yang dianggap
perlu. Tetapi jika pihak-pihak yang terlibat tidak bersedia melakukan introspeksi dan
refleksi seperti itu, maka tugas perencana strategi adalah mengikis ilusi-ilusi,
membongkar impian-impian yang ada dan memberikan saran-saran kepada mereka.
Proses ini dapat mengguncang organisasi, karena menyentuh substansi dan dapat
menimbulkan konflik antara si perencana strategi dan pihak-pihak lain yang terlibat.
Jika konflik semacam ini timbul, perencana strategi harus memikirkan kembali
perannya dalam proses perencanaan, dan jika diperlukan, ia bisa keluar atau
berhenti dari proses tersebut. Langkah ini perlu diambil terutama jika kepercayaan
terhadap perencana strategi telah rusak dan terkikis.

Biasanya, partai-partai politik, pemerintah dan organisasi-organisasi lainnya baru
akan menghubungi seorang perencana strategi ketika mereka menyadari bahwa
mereka tidak mampu mencapai sasaran-sasaran tertentu, atau apabila eksistensi
mereka yang sangat kuat terancam bahaya. Tak banyak organisasi dalam bidang
politik yang memandang ke depan dan merencanakan tujuan yang jelas bagi masa
depan mereka. Oleh karena itu perencana strategi seringkali diharapkan dapat
menyelamatkan mereka dari situasi yang sulit. Tak heran jika sang perencana
memperoleh citra sebagai "Guru," yang dinikmati oleh beberapa rekannya di
organisasi tersebut. Sikap ini berbahaya bagi organisasi sendiri, karena terlalu
bergantung kepada sang perencana strategi yang diharapkan akan membawa

173

keberhasilan dan keajaiban. Padahal sebenarnya, keberhasilan hanya dapat dicapai
jika organisasi itu sendiri mengambil tindakan.

Masalah lain yang perlu dibahas di sini adalah bahwa ada kemungkinan sang
perencana strategi mengidentifikasikan diri mereka terlalu dekat dengan rencana-
rencana (misi) si pemberi tugas (klien). Apabila perencana strategi tidak menjaga
jarak dengan si pemberi tugas, maka sang perencana tidak lagi menjadi pendamping
proses yang obyektif, melainkan hanya akan menjadi protagonis sebuah ide. Jika itu
terjadi, berarti ia membatasi kemampuannya dalam memberikan penilaian, dan lebih
jauh akan membahayakan penilaian atas peluang untuk mencapai keseluruhan
sasaran sebuah misi.



174

12. PEMILIHAN STRATEGI DAN PERUMUSAN TUGAS-TUGAS STRATEGIS

Langkah terpenting dalam merencanakan strategi politik adalah memilih sub-strategi
sebagai jalan keluar dari kelemahan yang telah diidentifikasi, dan memilih kekuatan
yang akan digunakan untuk menyerang kelemahan lawan. Pada dasarnya, selalu
ada sub-strategi yang khusus dikembangkan bagi tiap-tiap kelemahan, dan tentu
saja ada beberapa solusi yang tersedia untuk setiap kelemahan tersebut sehingga
respon yang tersedia tidak terbatas pada satu jawaban saja, melainkan ada
beberapa alternatif lain.

Pemilihan strategi berkisar pada penemuan solusi yang efektif dan sehemat mungkin
memanfaatkan sumberdaya yang besar kemungkinannya untuk dapat diterapkan
dalam praktik. Lebih jauh, solusi ini juga harus bisa mengintegrasikan sub-strategi ke
dalam strategi secara keseluruhan dan tidak saling bertentangan.

12.1. Perumusan tugas (sub-strategi)
Bertolak dari kelemahan-kelemahan yang sedang berubah dari organisasi kita, perlu
diupayakan solusi-solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut, yang jika mungkin
seharusnya dicapai dengan kekuatan kita sendiri.
Saat mencari solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dapat diubah oleh
organisasi kita, sebisa mungkin kita harus memanfaatkan kekuatan kita sendiri.
Kelemahan yang dapat kita ubah ini dapat kita lihat dalam matriks kelemahan dalam
bidang AA, AB, BA dan BB
57
. Kelemahan yang terdapat dalam bidang AC dan BC
tidak dapat kita ubah sendiri, karena memang tidak dapat kita pengaruhi. Oleh
karena itu, kita tidak akan berusaha mencari solusi bagi kelemahan ini. Kelemahan
yang terdapat dalam bidang CA, CB dan CC tidak signifikan dan tidak masuk dalam
prioritas untuk dicarikan jalan keluarnya dalam waktu yang segera. Pada saat
merumuskan tugas, hendaknya kita fokuskan ke arah mana kita akan menggerakkan
keadaan A dari kelemahan m ke keadaan baru B, dengan bantuan kekuatan y dan z.


57
Lihat Bab 10.5 tentang Matriks Kekuatan dan Kelemahan

175



Contohnya, jika yang menjadi kelemahan adalah "terlalu sedikitnya sumberdaya
finansial", maka ada banyak kemungkinan untuk dapat merumuskan tugas. Tugas
dasar dapat berbunyi: "mencukupkan sumberdaya finansial". Tugas ini dapat
dijalankan dengan beberapa cara, misalnya:
1. Kita mengetuk para pengusaha yang menjadi kontak kita untuk memperoleh
dukungan finansial yang cukup (strategi pendanaan eksternal).
2. Kita memperoleh sumberdaya finansial yang cukup melalui iuran dan kontribusi
anggota (strategi pendanaan internal).
3. Kita mengalokasikan kembali pengeluaran-pengeluaran sebelumnya, dan dengan
demikian tersedia sumberdaya yang dapat digunakan (strategi restrukturisasi).
4. Kita memperoleh subsidi negara untuk mendanai program kita (strategi subsidi
negara).
5. Kita mendiskreditkan pesaing melalui media, dengan cara mempertanyakan
sumber finansial mereka (strategi pendiskreditan/merusak nama baik).

Semua solusi ini terkait dengan pendekatan hukum. Pengalaman menunjukkan
bahwa beberapa partai atau organisasi politik berhasil menemukan jalan keluar
strategis lain untuk masalah finansial yang mereka hadapi. Solusi-solusi yang
dimaksud, antara lain adalah:
KELEMAHAN KEKUATAN
k m o

g u x
A B
A B C
c
t
A

B

C
Matrik
s
y, z

176

1. Sebagai partai pemerintah, kami menggunakan keuangan negara untuk memiliki
sumberdaya finansial yang cukup.
2. Kami terpaksa terlibat dalam tindakan kriminal untuk memperoleh sumberdaya
finansial.
3. Kami menerima dana dari hasil perdagangan obat bius dan mafia.

Contoh di atas menggambarkan dengan jelas bahwa cara yang ilegal juga dapat
digunakan untuk mengatasi kelemahan. Sejauh mana bentuk-bentuk semacam
itu diterapkan dalam praktik politik, tergantung pada keputusan kelompok yang
merencanakannya dan tergantung pada hati nurani kelompok itu sendiri. Selain
itu, budaya politik setempat juga turut mempengaruhi.

12.1.1. Perumusan tugas untuk kelemahan yang sama dan berulang dalam
situasi persaingan terbuka

Dalam melakukan kegiatan strategis yang melibatkan partai-partai politik, NGO
dan pemerintahan, kelemahan-kelemahan yang serupa cenderung berulang atau
muncul kembali dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi kelemahan yang terus
berulang ini dikembangkanlah suatu solusi standar yang dijadikan pedoman.
Untuk itu, pertama-tama semua solusi ilegal harus dikesampingkan, dan hanya
solusi yang tidak berdampak buruk pada budaya politik dalam jangka waktu
panjang saja yang ditawarkan. Ini berarti bahwa, dalam situasi tertentu ada solusi
lain yang lebih masuk akal dan lebih baik. Selain itu masih ada solusi-solusi legal
lainnya yang tidak disebut-sebut di sini, karena tidak lazim atau tidak digunakan
secara luas. Dalam tabel berikut I adalah kelemahan internal, K adalah
kelemahan yang berkembang akibat dari kekuatan pesaing dan E adalah
kelemahan yang berasal dari lingkungan sekitar.

No.
urut
Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
I-001 Terdapat kekurangan/kelemahan
dalam program.
Kita propagandakan hanya program
unggulan yang kita kuasai dengan baik
di depan publik.
Alternatif lainnya:
Kita memperbaiki kekurangan yang
kita miliki melalui kerja program
jika memang itu yang diharapkan oleh

177

No.
urut
Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
kelompok target kita.
I-002 Citra yang diinginkan tidak jelas atau
komponen citra yang dimiliki buruk.
Kita membangun citra yang lebih baik.
Alternatif lainnya:
Kita biarkan citra yang negatif
yang disukai oleh kelompok target kita,
atau,
Kita menerima adanya penyebaran
citra yang tidak jelas untuk
menghindari ditonjolkannya perbedaan
yang ada.
I-003 Tidak ada motivasi. Kita bangun motivasi di antara para
anggota dan pemegang jabatan
(strategi Niche).
Alternatif lainnya:
Kita buat sebuah rencana kampanye
yang tidak bergantung pada motivasi
anggota dan pemegang jabatan
(strategi defensif).
I-004 Sumberdaya manusia (anggota)
terlalu sedikit.
Kita merekrut anggota baru dan
meningkatkan partisipasi sukarelawan
atau pegawai honorer.
Alternatif lainnya:
Kita buat sebuah rencana kampanye
yang tidak mengandalkan anggota dan
pemegang jabatan.
I-005 Tidak ada pelatihan bagi anggota
atau pemegang jabatan.
Kita mengadakan pelatihan bagi
anggota dan pemegang jabatan.
Alternatif lainnya:
Kita buat sebuah rencana kampanye
yang tidak mengandalkan anggota dan
pemegang jabatan.
I-006 Sumberdaya finansial yang tersedia
terlalu sedikit.
Kita mengupayakan agar sumberdaya
finansial yang tersedia mencukupi.
Alternatif lainnya:
Kita meninjau kembali neraca
anggaran (antara rencana dan
pengeluaran),
Atau,
Kita mempermasalahkan dana yang
diterima lawan bersumber dari
kegiatan kriminal.
I-007 Organisasi tidak berfungsi. Kita memberdayakan organisasi agar
berfungsi.
Alternatif lainnya:
Kita sub-kontrakkan kegiatan
organisasi kepada pihak lain,
atau,
Kita membentuk unit organisasi baru.

178

No.
urut
Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
I-008 Tidak ada kepemimpinan, atau
kepemimpinan yang ada terlalu
lemah.
Kita mengganti pimpinan.
Alternatif lainnya:
Kita mengkualifikasi pimpinan,
atau,
Kita memindahkan kewenangan
pengambilan keputusan kepada organ
atau individu yang bersedia memimpin.
I-009 Ada perebutan kekuasaan internal
menyangkut kepemimpinan.
Kita menciptakan musuh bersama
yang jelas yang berasal dari luar dan
dapat dikenali.
Alternatif lainnya:
Kita memindahkan kewenangan
pengambilan keputusan kepada organ
atau individu yang mampu,
atau,
Kita eliminir sebagian pimpinan yang
ada.
I-010 Anggota yang dimiliki terlalu beragam
(tidak ada homogenitas internal).
Kita menciptakan musuh bersama
yang jelas yang berasal dari luar dan
dapat dikenali di tengah rakyat jelata.
Alternatif lainnya:
Kita menyatukan sayap-sayap partai
(jika perlu melalui pembagian hasil).
I-011 Kurangnya demokrasi di dalam
struktur internal organisasi.
Kita ciptakan struktur internal yang
demokratis.
Alternatif lainnya:
Kita tidak mengubah struktur yang ada,
tetapi menciptakan sebuah sistem
partisipasi semu,
atau,
Kita menampilkan sosok seorang
pimpinan yang meyakinkan dan
karismatik.
I-012 Sistem komunikasi internal tidak
berfungsi.
Kita membangun sebuah jaringan
komunikasi internal yang fungsional.
Alternatif lainnya:
Kita merencanakan sebuah kampanye
pemilu yang tidak mengandalkan
anggota dan pemegang jabatan.

K-001 Pihak lawan memiliki tawaran
program/platform yang lebih baik.
Kita hanya mengembangkan sebuah
program yang baru.
Alternatif lainnya:
Kita mempropagandakan bidang
program yang kita kuasai dengan baik
di depan publik.
Atau,
Kita berargumentasi bahwa program

179

No.
urut
Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
yang ditawarkan lawan bertentangan
dengan kepentingan kelompok target
kita.
K-002 Pihak lawan memiliki personil yang
lebih baik.
Kita mengganti personil kita.
Alternatif lainnya:
Kita memperbaiki citra yang dimiliki
personil kita,
atau,
Kita buat citra personil lawan menjadi
buruk dengan memanfaatkan bantuan
pihak ketiga (kekuatan tidak langsung,
kampanye negatif),
Atau,
Kita membangun sebuah citra yang
bertentangan dengan lawan, yang
dapat diterima oleh kelompok target
kita.
K-003 Pihak lawan memiliki kompetensi
yang lebih baik.
Kita membangun citra yang kompeten.
Alternatif lainnya:
Kita buat agar kompetensi lawan
menjadi diragukan (sebaiknya dengan
bantuan pihak ketiga),
atau,
Kita membangun citra bahwa kitalah
pihak yang mewakili "akal sehat"
manusia.
K-004 Pihak lawan memiliki citra yang lebih
baik.
Kita membangun citra yang lebih baik
(sesuai harapan kelompok target).
Alternatif lainnya:
Kita buat bahwa citra lawan menjadi
buruk dengan memanfaatkan bantuan
pihak ketiga (kampanye negatif),
atau,
Kita menampilkan faktor-faktor citra
yang positif dibandingkan dengan
kelemahan citra lawan.
K-005 Lawan lebih mengikuti tren. Kita menciptakan isu-isu baru yang
sesuai dengan kelompok target kita.
Alternatif lainnya:
Kita abaikan tren baru yang sedang
hangat dibicarakan di masyarakat, tapi
menggugah emosi masyarakat
terhadap isu lain di luar isu aktual,
Atau,
Seperti halnya kelompok target kita,
kita tidak mengurusi tren-tren baru,
atau,
Kita mengembangkan kompetensi
yang tinggi dalam bidang-bidang yang

180

No.
urut
Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
sedang menjadi pembicaraan yang
hangat di masyarakat.
E-001 Kita memiliki prestasi kerja yang
buruk berdasarkan survai.
Kita mempertanyakan kredibilitas
survai yang dilakukan.
Alternatif lainnya:
Kita memusatkan diri dan menggiatkan
pekerjaan kehumasan bagi kelompok
target.
Alternatif:
Kita melakukan survai sendiri dengan
hasil yang lebih bagus.
E-002 Tidak ada akses ke media. Kita membangun hubungan dengan
media yang bebas dari pengaruh dan
memanfaatkannya.
Alternatif lainnya:
Kita memanfaatkan media yang dapat
dipengaruhi,
atau,
Kita merencanakan sebuah kampanye
yang tidak bergantung pada media,
atau,
Kita membangun media sendiri.
E-003 Tidak ada akses ke asosiasi dan
organisasi-organisasi di luar partai.
Kita membangun hubungan dengan
asosiasi-asosiasi dan organisasi di luar
partai kita.
Alternatif lainnya
Kita menghancurkan aliansi lawan,
atau,
Kita menampilkan "independensi" kita
dari afiliasi.
E-004 Tidak memiliki pemilih potensial. Kita mendefinisikan pemilih potensial
kita dan membangun potensi ini.
Alternatif lainnya:
Kita merumuskan kembali misi kita,
misalnya dengan tidak ikut serta dalam
pemilu berikutnya.
E-005 Tidak memiliki pemilih tradisional
atau pemilih tetap.
Kita mengintensifkan aktivitas kita
dalam kelompok target, dan
menawarkan hubungan keterikatan
yang lebih erat.
Alternatif lainnya:
Kita menargetkan pemilih-pemilih
musiman (yang tidak secara tetap
memilih satu partai tertentu atau tidak
setia kepada satu partai saja).
E-006 Peraturan atau undang-undang yang
membatasi (undang-undang partai,
undang-undang pemilu).
Kita berusaha untuk dilakukan
perubahan terhadap peraturan atau
undang- undang yang ada.

181

No.
urut
Deskripsi situasi yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
Alternatif lainnya:
Kita mengelak dari peraturan atau
undang-undang yang ada,
atau,
Dari luar kita menekan legislatif atau
pembuat undang-undang,
atau,
Kita mencari celah di dalam sistem.


12.1.2. Perumusan tugas untuk kelemahan yang terus berulang dalam situasi
tidak adanya persaingan terbuka

No.
urut
Deskripsi keadaan yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
A-001 Tidak ada citra yang jelas atau
komponen citra yang dimiliki buruk.
Kita membangun citra yang lebih baik.
Alternatif lainnya:
Kita biarkan saja citra negatif kita yang
disukai oleh kelompok target.
A-002 Para pekerja tidak memiliki motivasi. Kita memotivasi para pekerja.
Alternatif lainnya:
Kita mengganti para pekerja yang tidak
memiliki motivasi.
A-003 Pimpinan tidak memiliki motivasi. Kita memotivasi pimpinan.
Alternatif lainnya:
Kita memodifikasi misi yang telah kita
tetapkan.
A-004 Sumberdaya manusia (anggota,
personil) terlalu sedikit.
Kita merekrut anggota baru dan
meningkatkan komitmen para
sukarelawan.
Alternatif lainnya:
Kita melakukan kerjasama dengan
organisasi lain,
atau,
Kita sub-kontrakkan aktivitas kita
kepada pihak lain.
A-005 Tidak ada pelatihan bagi anggota
atau pekerja.
Kita mengadakan pelatihan bagi
anggota dan pekerja.
Alternatif lainnya:
Kita buat sebuah rencana kampanye
yang tidak melibatkan anggota dan
pekerja.

A-006 Tidak ada disiplin. Kita ciptakan sebuah sistem yang
memberikan hukuman dan ganjaran.
Alternatif lainnya:

182

No.
urut
Deskripsi keadaan yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
Kita bangun motivasi yang tinggi,
atau,
Kita membuat sistem kontrol dan
pengawasan.
A-007 Sumberdaya finansial yang tersedia
terlalu sedikit.
Kita meningkatkan pemasukan.
Alternatif lainnya:
Kita memperbaiki neraca keuangan,
atau,
Kita memusatkan penggunaan dana
untuk kampanye,
atau,
Kita memodifikasi misi yang telah kita
tetapkan.
A-008 Organisasi tidak berfungsi. Kita buat organisasi agar berfungsi.
Alternatif lainnya:
Kita sub-kontrakkan aktivitas
organisasi ke pihak lain,
atau,
Kita membentuk unit-unit organisasi
baru.
A-009 Tidak ada pimpinan, atau pimpinan
yang ada terlalu lemah.
Kita mengganti pimpinan.
Alternatif lainnya:
Kita bina pimpinan,
atau,
Kita memindahkan kewenangan
pengambilan keputusan kepada organ
atau individu yang bersedia memimpin.
A-010 Ada perebutan kekuasaan internal
menyangkut kepemimpinan.
Kita memindahkan kewenangan
pengambilan keputusan kepada organ
atau individu yang bersedia.
Alternatif lainnya:
Kita memperbaiki misi,
atau,
Kita memastikan bahwa permasalahan
yang menyangkut kepemimpinan
sudah diputuskan.
A-011 Kurangnya fleksibilitas. Kita menerapkan daftar sasaran dan
pengawasan.
Alternatif lainnya:
Kita buang perencanaan yang sudah
dibuat,
atau,
Kita kurangi peraturan yang
berlebihan.
A-012 Kelompok target menunjukkan
apatisme.
Kita membangun ketertarikan
kelompok target.
Alternatif lainnya:
Kita mengganti kelompok target

183

No.
urut
Deskripsi keadaan yang dihadapi Deskripsi tugas strategis
atau,
Kita memperbaiki misi.


12.1.3. Urutan langkah dalam perumusan tugas

Karena kita tidak selalu memiliki kekuatan untuk mengeliminir kelemahan, terkadang
ada gunanya juga bila kita membuat beberapa langkah-antara. Untuk menjalankan
konsep yang dihasilkan dari perumusan misi, sebaiknya disiapkan kerangka waktu,
dan bersamaan dengan itu perlu ditetapkan pula sebuah daftar yang berisi jadwal
kegiatan dan perencanaan waktu. Di sini tidak ada gunanya memulai suatu
pekerjaan untuk memperbaiki citra apabila tingkat popularitas masih rendah. Contoh
sebuah perencanaan waktu yang berguna untuk kasus seperti ini adalah:

1. Meningkatkan tingkat popularitas dan
2. Memperbaiki faktor citra Z.

Karena itu, cara kita merumuskan tugas dapat mengarahkan jenis solusi untuk
mengatasi permasalahan. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, sekurang-
kurangnya ada dua cara, bahkan seringkali lebih. Input strategis yang riil dari
seorang perencana strategi merupakan saran dalam menentukan pilihan atas
kemungkinan-kemungkinan yang tepat dan menyiapkan beberapa solusi yang
potensial.

Solusi yang kita targetkan untuk memecahkan permasalahan haruslah realistis
dalam cakupan, jenis dan skala waktu. Setiap kesalahan terutama jika ada
penilaian yang terlalu tinggi dan menggelikan dapat menimbulkan bencana di
kemudian hari.

12.2. Prinsip-prinsip dasar perumusan strategi

Dalam karyanya tentang perumusan strategi, Sun Tzu menjelaskan bahwa pemilihan
strategi harus berlandaskan pada prioritas-prioritas tertentu.

184


Sun Tzu: "Bentuk yang tertinggi dari kepemimpinan adalah menyerang
strategi musuh; yang terbaik kedua adalah mengacaukan persekutuannya;
yang terbaik berikutnya adalah menyerang tentara musuh; dan kebijakan
yang paling buruk adalah mengepung kota-kota berbenteng." Lakukan
yang terakhir ini hanya jika tidak ada pilihan lain.

Untuk dapat menyerang strategi lawan, penting untuk mengenalinya terlebih dahulu
strategi mereka. Oleh karena itu, memperoleh informasi dari pihak lawan menjadi
sangat penting pula bagi kita. Jika tidak, bagaimana mungkin kita akan dapat
mengetahui rencana-rencana mereka. Menyerang strategi lawan berarti menggangu
langkah-langkah pelaksanaan strategi mereka secara terus-menerus sehingga
mereka tidak dapat merealisasikan rencana-rencananya. Dalam sepak bola, cara ini
dikenal dengan istilah gangguan dini yang menyebabkan pola permainan lawan
tidak dapat dibangun.

Jika tidak ada informasi yang tersedia mengenai strategi lawan, atau informasi yang
ada sangat tidak menyakinkan, maka aliansi lawan harus dihancurkan atau
setidaknya diganggu. Apabila lawan memiliki hubungan yang baik dan berpengaruh
dengan kelompok-kelompok masyarakat (misalnya serikat buruh, gereja, asosiasi
industri, tentara, partai-partai lain, dsb.) maka ikatan-ikatan ini harus diputus atau
direnggangkan. Hal yang dapat dilakukan adalah, antara lain, dengan membuat
tawaran yang menarik atau dengan merusak kredibilitas lawan, atau merusak
kepercayaan aliansi mereka terhadap lawan.

Pertarungan politis (isu, pribadi, dsb.) sebaiknya hanya dilakukan jika langkah-
langkah lain tidak lagi efektif (seperti misalnya, strategi maupun aliansi mereka tidak
dapat diserang). Isu-isu yang dipilih pun sebaiknya adalah isu yang membawa
keuntungan, atau isu yang diabaikan lawan.

Pilihan terburuk adalah menduduki daerah kekuatan lawan. Dengan demikian, isu
yang diserang janganlah isu yang menjadi kekuatan lawan.



185

12.3. Jenis-jenis strategi

Untuk dapat menetapkan pilihan yang tepat, kita harus memiliki kemampuan untuk
mengenali pola dasar strategi yang diperlukan. Setelah pola dasar strategi dibangun,
ada satu pilihan dari sederetan srtategi tunggal, di mana pilihan ini dipengaruhi oleh
syarat-syarat kerangka kerja, target image serta sasaran-sasaran organisasi. Secara
umum ada perbedaan antara strategi ofensif (menyerang) dan strategi defensif
(bertahan). Strategi ofensif dibagi lagi menjadi strategi untuk memperluas pasar dan
strategi untuk menembus pasar. Sementara strategi defensif menyangkut strategi
untuk mempertahankan pasar dan strategi menutup atau menyerahkan pasar.

Strategi ofensif Strategi defensif
Strategi memperluas pasar (strategi
persaingan).
Strategi mempertahankan pasar (strategi
pelanggan, strategi multiplikator).
Strategi menembus pasar (strategi
pelanggan)
Strategi menutup/menyerahkan pasar
(strategi lingkungan sekitar).


12.4. Strategi ofensif

Strategi ofensif selalu diperlukan jika partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya,
atau jika seorang eksekutif ingin mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam
kedua kasus tersebut, kampanye dapat berhasil hanya jika ada lebih banyak orang
yang memiliki pandangan positif terhadap partai atau proyek tersebut dibandingkan
sebelumnya.

Yang termasuk strategi ofensif adalah strategi memperluas pasar dan strategi
menembus pasar. Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat
kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita
dan partai-partai pesaing yang kelompok pemilihnya akan kita rebut. Strategi ofensif
yang digunakan untuk menerapkan kebijakan harus menjual atau menampilkan
perbedaan terhadap status quo atau keadaan yang berlaku saat itu dan menyoroti
keuntungan-keuntungan yang diharapkan darinya.


186

12.4.1. Strategi perluasan pasar

1. Dalam kampanye pemilu
Strategi perluasan pasar yang ofensif dalam sebuah pemilu bertujuan untuk
membentuk kelompok pemilih baru di samping para pemilih tradisional (tetap) yang
telah ada. Oleh karena itu harus ada penawaran baru atau penawaran yang lebih
baik bagi para pemilih yang selama ini memilih partai pesaing. Jadi yang dimaksud di
sini adalah strategi persaingan yang faktual, di mana berbagai partai yang berbeda
saling bertarung untuk segmen kelompok pemilih dalam sebuah kompetisi.

Strategi semacam ini perlu dipersiapkan melalui sebuah kampanye pengantar, untuk
menjelaskan kepada publik tentang penawaran baru apa saja dan penawaran mana
saja yang lebih baik, dibandingkan dengan penawaran partai-partai lainnya. Untuk
merumuskan penawaran baru ini, adalah bijak apabila memanfaatkan perubahan
nilai atau perubahan struktur yang terjadi di dalam masyarakat. Perluasan pasar
tidak mungkin dicapai dengan mengangkat isu-isu yang tidak laku dijual.

Bagi partai sendiri, persyaratan-persyaratan berikut harus dipenuhi dan
konsekuensinya harus dipertimbangkan:
1. Platform partai harus disertakan dan melengkapi program yang baru.
2. Bersamaan dengan ditampilkannya program yang baru, profil partai juga akan
berubah. Karena itu, profil yang baru harus tetap dapat diterima oleh pemilih lama
sehingga bertambahnya jumlah pemilih baru tidak diiringi oleh hilangnya pemilih
lama, atau jumlah pemilih seluruhnya makin berkurang dari jumlah semula.
3. Orang-orang tertentu harus selaras dengan program tertentu. Orang-orang
tersebut harus menampilkan keselarasan program dan individu.
4. Program atau isu baru tidak dapat dimunculkan secara tiba-tiba. Sebelumnya,
para pemegang jabatan atau wakil rakyat yang terpilih harus sudah dipersiapkan
melalui program pengembangan SDM.

Contoh: Dalam sebuah kejadian konkret, Sekjen sebuah partai
mengumumkan ide program baru kepada publik. Ide ini diterima
dengan antusias dan disebarluaskan oleh berbagai media.
Sayangnya anggota dan para pejabat partai sama sekali tidak

187

dipersiapkan. Karena ketidaksiapan itu, lalu muncul bantahan dari
para pejabat partai terhadap berita-berita media. Lebih dari itu,
anggota partai tidak dapat memobilisasi dukungan dari lingkungan
sekitar mereka terhadap ide ini, karena mereka tidak memiliki
informasi yang cukup. Akhirnya rencana ini terhenti dan tidak dapat
dihidupkan kembali.

Sebuah kampanye untuk memperluas pasar juga selalu memberikan peluang untuk
menarik anggota baru. Oleh karena itu, organisasi harus dipersiapkan untuk
menghadapi kelompok target baru ini. Harus dipastikan bahwa anggota-anggota
baru ini dirawat dan dijaga, dan mampu berpartisipasi. Untuk itu perlu dilakukan
investasi dalam bidang pengembangan (program), bidang pengembangan pribadi
(pelatihan atau pembinaan), dan bidang humas/PR.

2. Dalam penerapan kebijakan
Dalam hal ini, produk baru yang ditawarkan yakni kebijakan baru atau lebih
tepatnya keuntungan yang dihasilkan oleh kebijakan baru tersebut, perlu
dipropagandakan. Untuk itu, pertama-tama kebijakan tersebut harus dirumuskan
secara jelas. Kebijakan yang belum rampung sama tidak menariknya dengan produk
yang belum rampung. Para eksekutif seringkali salah bertindak karena produk dan
keuntungan yang ditawarkannya tidak dirumuskan secara jelas, sehingga tidak dapat
dimengerti oleh warga. Karena itu, sebelum pelaksanaan, perlu dilakukan pekerjaan
kehumasan yang cukup. Jika tidak, proyek tersebut dapat dicurigai dan diserang.

Terjadi banyak upaya implementasi politik yang gagal, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh organisasi-organisasi lainnya. Contohnya di sini
adalah berbagai upaya privatisasi yang gagal, demikian juga strategi IMF yang gagal
dalam hal mengurangi angka kemiskinan atau politik narkotika yang gagal di Amerika
Serikat. Politik-politik tersebut ditampilkan tidak utuh, diimplementasikan secara
tidak lengkap dan harus dikoreksi sebagian akibat munculnya perlawanan-
perlawanan atau benar-benar harus ditarik semuanya.

Perluasan pasar tidak mungkin dilakukan dengan menjual produk lama dalam
kemasan lama. Produk atau kebijakan yang sejak lama sudah ada di pasaran dan

188

belum berhasil dijalankan, atau bahkan gagal, tidak dapat dijual di bawah nama yang
sama.
58
Produk tersebut perlu dikemas dalam bungkus yang baru, diberi nama baru
dan diberi penjelasan tentang keuntungan-keuntungan baru yang ditawarkan.
Pertentangan internal perlu diatasi, dan sedapat mungkin dijauhkan sejauh-
jauhnya sebelum dilakukannya kampanye terbuka atas produk atau kebijakan
tersebut.

Dalam perluasan pasar yang berperan penting adalah apakah orang-orang yang
dituju mengerti tawaran tersebut dan mengetahui keuntungan-keuntungannya.
Dalam upaya perluasan pasar ini, baik itu di dalam partai atau di dalam
pemerintahan, terdapat kekurangan kualitas. Seringkali tawaran-tawaran tersebut
tidak dipahami, seringkali tawaran tersebut menentang semua konsep lama tanpa
mempertimbangkan bagaimana tawaran baru tersebut berpengaruh terhadap orang-
orang yang dituju. Secara keseluruhan dapat ditentukan bahwa para aktor politik
diharapkan menelurkan program yang berkualitas. Dalam hal perluasan pasar ini
perhatian lebih harus diberikan pada manajemen kualitas.

12.4.2. Strategi menembus pasar

Strategi menembus pasar bukan menyangkut ditariknya pemilih lawan atau warga
yang selama ini tidak aktif dengan memberikan penawaran yang lebih baik atau
baru, melainkan penggalian potensi yang sudah ada secara lebih optimal, atau
penggalian bagian yang dimiliki dalam kelompok target di mana keberhasilan telah
diraih sebelumnya. Sasaran yang mungkin ditargetkan misalnya adalah,
diperolehnya hasil yang lebih baik dalam sebuah kelompok target (misalnya dahulu
30%, sekarang 50%). Hal ini menyangkut pemasaran program secara lebih baik dan
peningkatan keselarasan antara program dan individu, seperti halnya memperbesar
tekanan terhadap kelompok target. Bagi organisasi, ini berarti:
1. Peningkatan motivasi para multiplikator dan pemegang jabatan melalui pemasaran
dan keuntungan-keuntungan yang lebih baik.
2. Pemanfaatan jalur komunikasi yang baru

58
Di Sri Lanka pada tahun 1980an istilah privatisation (privatisasi) berhasil digantikan dengan
istilah peoplisation (perakyatan).

189

3. Mengadakan pelatihan atau pembinaaan agar para penjual kita memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk meyakinkan para pembeli.
4. Penggerakan emosi kelompok target dengan memanfaatkan keadaan tertentu
atau dengan menciptakan musuh eksternal.

Investasi diutamakan untuk bidang kehumasan dan pelatihan.

12.5. Strategi defensif

Strategi defensif akan muncul ke permukaan jika partai pemerintah atau sebuah
koalisi pemerintahan yang terdiri atas beberapa partai ingin mempertahankan
mayoritasnya atau jika pangsa pasar ingin dipertahankan. Selain itu, strategi defensif
juga dapat muncul apabila sebuah pasar tidak akan dipertahankan lebih lanjut atau
ingin ditutup, dan penutupan pasar ini diharapkan dapat membawa keuntungan
sebesar-besarnya.

12.5.1. Strategi mempertahankan pasar

Strategi ini adalah tipikal strategi yang digunakan oleh pemerintah untuk
mempertahankan mayoritasnya. Partai pemerintah akan merawat pemilih tetap
mereka dan berusaha memperkuat pemahaman para pemilih musiman yang
sebelumnya memilih mereka. Dalam merespon partai oposisi yang menyerang,
partai pemerintah akan berusaha mengaburkan perbedaan yang ada dan membuat
perbedaan tersebut tidak dapat dikenali lagi. Pada akhirnya akan banyak ragam
strategi yang digunakan, dan di antara yang banyak itu ada satu strategi yang
disebut strategi disinformasi
59
. Partai yang ingin mempertahankan pasar, akan
mengambil sikap yang bertentangan dari partai-partai yang menerapkan strategi
ofensif. Bila partai-partai lain berusaha menonjolkan perbedaan untuk dapat
memberikan tawaran yang lebih menarik, sebaliknya partai-partai yang menerapkan
strategi defensif justru berupaya agar perbedaan yang ada tidak dikenali.

Dalam hubungannya dengan multiplikator dan aliansi, partai-partai yang menerapkan
strategi defensif akan berinteraksi secara intens dengan multiplikator dan

59
Lihat Bab 13.2.10 tentang Strategi Desinformasi.

190

menawarkan insentif kepada mereka. Data-data tentang keberhasilan yang diperoleh
disebarluaskan. Investasi terutama dilakukan dalam bidang kehumasan/PR. Di
dalam organisasi, proses semakin dipermudah dan rutinitas dikembangkan untuk
menekan pengeluaran.

12.5.2. Strategi melepas atau menyerahkan pasar

Strategi melepas pasar dapat memiliki dua arti. Pertama, sebuah partai ingin
menyerah dan dalam keadaan tertentu ingin melebur dengan partai lain. Kasus ini
tidak terlalu sering terjadi. Yang lebih sering terjadi adalah kasus kedua. Dalam
pemilu yang menggunakan kertas suara, di mana ada pemungutan suara putaran
kedua yang hanya diikuti oleh kandidat-kandidat terkuat dalam pemilu tahap
pertama, penyerahan pasar sementara waktu kepada pihak ketiga adalah sebuah
langkah yang sangat sering terjadi.

Sebagai contoh, jika dua minggu setelah pemungutan suara putaran pertama
diadakan pemungutan suara putaran kedua dimana pemungutan suara kedua ini
hanya boleh diikuti oleh dua kandidat yang memperoleh suara terbanyak dalam
pemungutan suara pertama, maka para kandidat lainnya dihadapkan pada
pertanyaan: strategi apa yang akan mereka terapkan dalam 14 hari kedepan?
Dalam hal ini tidak ada pasar yang dipertahankan dan tidak ada pula strategi ofensif
yang dapat diterapkan.

Tetapi jika para kandidat terpaksa menyerahkan pasarnya, mereka harus
mempertegas ketidak-ikutsertaan mereka dengan memberikan alasan yang
mendasar dan mengusulkan pilihan lain kepada para pemilih mereka. Dalam usulan
inilah terdapat posisi strategis yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan tawaran
kepada kandidat lain. Syarat-syarat yang diajukan kepada kandidat yang akan
menerima pasar kita itu dapat bervariasi dari konsesi politik hingga pembagian
kekuasaan. Dan, setiap ada perubahan atau kemajuan, sudah seharusnya disertai
dengan sebuah kampanye informasi untuk para multiplikator.


191

Apabila diputuskan untuk sepenuhnya menutup pasar dan bermaksud melakukan
peleburan, hal-hal seperti pengalihan anggota, pemasaran sumberdaya yang tersisa
dan perombakan atau penyerahan organisasi perlu direncanakan secara strategis.

Penutupan pasar juga terjadi dalam keadaan yang berbeda. Pemerintah di semua
tingkatan, memutuskan untuk menarik diri dari sebuah kegiatan yang semula
dijalankan oleh negara. Privatisasi dalam bentuknya yang tipikal dapat dijadikan
contoh di sini. Fakta yang sulit dibantah bahwa korupsi memperoleh porsi yang
sangat besar dalam proses privatisasi ini memperjelas tidak adanya perencanaan
strategi dalam langkah-langkah implementasinya. Dalam berbagai kasus, tidak
disiapkannya strategi seperti ini mengakibatkan seluruh proses menjadi tercemar.

Privatisasi, dengan begitu, bukan sekedar penjualan atau penyerahan sebuah
aktivitas semata, melainkan penyerahan sebuah pasar atau sebagian pasar yang
perlu direncanakan secara strategis, dengan mengikuti aturan-aturan tertentu.

12.5.3. Tinjauan tentang pendekatan-pendekatan dalam berbagai strategi

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku
Strategi ofensif
memperluas
pasar
Strategi ofensif
menembus
pasar
Strategi defensif
mempertahankan
pasar
Strategi defensif
menutup pasar
Pemilih Menarik
kelompok pemilih
baru
Memanfaatkan
potensi yang ada
agar lebih efektif
Memelihara
pemilih tetap/
pemilih tradisional,
memperkuat
pemilih musiman
Memberikan alasan
atas
ketidakikutsertaan,
mengusulkan pilihan
yang lain
Partai pesaing Memberi tawaran
yang lebih baik
(baru) bagi para
pemilih kelompok
pesaing
Merangkul
pemilih partai
pesaing
Mengaburkan
perbedaan
Merundingkan
syarat-syarat untuk
usulan pemilihan
Multiplikator,
perekrut,
penasehat
Melakukan
kampanye
pengantar
Target-target
untuk pembagian
suara, insentif
untuk berprestasi
Insentif,
memelihara
multiplikator
Kampanye informasi
bagi multiplikator
Lingkungan
eksternal
Memanfaatkan
perubahan nilai,
perubahan
struktural,
teknologi
komunikasi baru
Memanfaatkan
teknologi
komunikasi baru,
memanfaatkan
iklim yang ada.
Memanfaatkan
data pemilih tetap,
memanfaatkan
data-data tentang
keberhasilan.


192

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku
Strategi ofensif
memperluas
pasar
Strategi ofensif
menembus
pasar
Strategi defensif
mempertahankan
pasar
Strategi defensif
menutup pasar
Produk,
Personil,
Profil
Program baru
yang melengkapi,
perubahan dalam
profil,
mewujudkan
keselarasan
program/personal
Pemasaran
program yang
sudah ada,
mengintensifkan
keselarasan
program/personal
Pemasaran
program yang
sudah ada,
menunjukkan
keselarasan
program-individu
Membatalkan
langkah-langkah
penarikan diri atau
membatasi ruang
waktu penarikan diri
Anggota,
Pemegang jabatan
Perekrutan
anggota/
pengembangan
SDM
Memberi
pelatihan,
meningkatkan
motivasi
Memberikan
kompensasi untuk
kemerosotan
anggota
Menjamin pengalihan
anggota atau
menenangkan
anggota jika
penarikan melebihi
batas waktu
Keuangan Investasi dalam
bidang
pengembangan
dan humas
Investasi dalam
bidang humas
Investasi dalam
bidang humas
Menghentikan
investasi,
memasarkan sumber
daya yang tersisa
sebaik mungkin
Organisasi Mempersiapkan
organisasi untuk
kelompok target
baru,
memfasilitasi
partisipasi
kelompok target
baru, memelihara
anggota baru
Mengoptimalkan
proses
operasional,
memperluas
aplikasi teknologi
informasi
Mempermudah
proses,
mengembangkan
rutinitas,
menurunkan biaya
Membongkar
organisasi tahap
demi tahap


12.5.4. Campuran strategi defensif dan ofensif

Dalam keadaan tertentu, suatu partai bisa saja menerapkan strategi ofensif dan
defensif sekaligus. Meskipun secara strategis keputusan ini selalu berisiko, tapi
adakalanya cara ini membawa keberhasilan yang signifikan. Ada beberapa syarat
penting untuk penerapan strategi kombinasi seperti ini, yakni bahwa strategi harus
diarahkan secara tepat pada satu partai dalam waktu tertentu tanpa ambisi apa pun,
terlepas dari apakah yang diambil sikap ofensif atau defensif.

Sebuah strategi campuran dapat terjadi, jika salah satu partai dalam koalisi
pemerintahan menerapkan strategi defensif terhadap partai oposisi, dan pada saat
yang sama, di dalam koalisi ia melakukan strategi ofensif terhadap mitra koalisinya.
Strategi "kampanye pemilu internal" dalam koalisi biasanya dilakukan oleh mitra

193

koalisi yang lebih kecil terhadap partner koalisinya yang lebih besar, dan seringkali
membawa manfaat dan keberhasilan bagi partner koalisi yang kecil tersebut.
Masalah bisa saja timbul jika upaya-upaya yang dilakukan terlalu berfokus pada hal-
hal yang tidak jelas, sehingga kampanye penyerangan melawan partai oposisi jadi
terabaikan.

Sebuah contoh khusus dapat diambil dari undang-undang pemilu
khusus Ley de Lemas
60
. Dalam undang-undang ini, sebuah partai bisa
menempatkan beberapa kandidat di posisi yang sama, misalnya sebagai
presiden. Usai pemilu, suara yang dihitung terlebih dahulu adalah jumlah
suara keseluruhan yang diperoleh oleh setiap partai untuk semua
kandidatnya. Dari hasil perhitungan ini bisa diketahui partai mana yang
dapat menominasikan seorang presiden. Setelah itu, internal partai akan
menentukan: siapa yang memperoleh suara terbanyak, dialah yang
ditetapkan menjadi presiden. Jadi di sini harus ada perjuangan baik di
luar maupun di dalam di mana dalam perjuangan di luar partai,
pemerintah mengambil posisi defensif dan partai oposisi mengambil sikap
ofensif. Selain itu masih ada pertarungan di dalam, yang mengharuskan
setiap kandidat, kecuali penjabat presiden (apabila pencalonan kembali
incumbent diperbolehkan), bertarung secara ofensif satu sama lain.

12.6 Pekerjaan dengan Faktor-faktor Penarik dan Pendorong (kampanye positif
dan kampanye negatif)
Pertanyaan tentang strategi ofensif erat kaitannya dengan pertanyaan bagaimana
strategi tersebut dapat berhasil untuk meraih pemilih atau pendukung dari partai-
partai atau organisasi-organisasi lain. Seperti yang sudah dipaparkan dalam bab ini,
hal tersebut terkait dengan tawaran-tawaran yang menarik kepada para pemilih,
yang didekati dengan cara-cara perluasan pasar atau penetrasi pasar. Strategi ini
didasarkan pada faktor-faktor penarik untuk mendekati para pemilih. Terutama dalam
pemilihan kandidat seringkali yang dipentingkan bukanlah untuk meraih suara yang
banyak bagi calon tersebut, melainkan bisa saja untuk membuat kandidat lawan atau
partai pesaing memperoleh suara yang lebih sedikit dari kandidat kita atau partai

60
Lihat Bab 26.2.6 tentang Ley de Lemas.

194

kita. Kadang-kadang berpengaruh pula jika kita menempatkan seorang kandidat
bayangan yang memiliki tawaran yang sama dengan kandidat yang ingin kita
kalahkan. Dalam kasus seperti ini kandidat bayangan tersebut akan meraih
beberapa suara dari kandidat-kandidat lainnya dan dengan demikian melemahkan
mereka. Apabilai pelemahan ini berhasil, maka kita dengan hasil yang lebih sedikit
relatif dapat lebih kuat dibandingkan dengan saingan kita.

Metode yang paling sering digunakan adalah kampanye negatif, yang dikenal juga
dengan istilah kampanye kotor. Dalam kasus ini disampaikan hal-hal yang benar dan
yang tidak benar dari kandidat saingan kita. Yang penting adalah pandangan orang
terhadap image kandidat tersebut dirusak dan dengan demikian pemilih akan
menjauhkan diri dari kandidat tersebut atau memisahkan diri darinya. Dampak dari
kampanye negatif ini adalah media, dan juga pemilih, memiliki minat yang lebih
besar terhadap berita-berita yang negatif dibandingkan dengan berita-berita yang
bernada positif. Motto dari dunia jurnalistik adalah: Bad news are good news,
adalah dampak yang terlihat di sini. Bagi partai-partai yang ingin melakukan
kampanye negatif seperti ini, mereka pertama-tama harus mengawasi kandidat
saingan mereka serta menguntitnya dan selain itu mereka juga harus mengulik masa
lalunya. Selinting ganja di masa sekolah sudah dapat mengakhiri karir politik
seseorang.


Dampak dari faktor-faktor penarik dan pendorong
Faktor-faktor pendorong juga menjauhkan pemilih dari partai-partai atau kandidat-
kandidat saingan, namun tidak jelas bagaimana kemudian para pemilih tersebut
bertindak. Mereka bisa saja menjadi pemilih golput, karena partai mereka selama ini
telah kehilangan daya tarik melalui faktor-faktor pendorong. Mereka bisa juga

195

kemudian memilih partai lain. Pilihan mereka tidak secara otomatis diberikan kepada
partai yang telah melancarkan faktor-faktor pendorong itu. Hal ini berarti bahwa
tanpa faktor-faktor penarik tidak mungkin sebuah Pemilu dimenangkan.

Masalah berikutnya adalah, pengirim faktor-faktor pendorong dapat memegang
peranan penting dalam upaya meraih hasil. Apabila faktor-faktor pendorong (dalam
hal ini informasi-informasi negatif ataupun hanya berupa gosip) dilancarkan oleh
partai pesaing atau dari kandidat lawan, dapat menimbulkan efek-efek yang tidak
diinginkan. Efek yang paling terkenal disebut dengan efek Wagenburg (barikade
kereta).


Untuk menjelaskan mengenai efek barikade kereta ini kita harus
mengingat film-film cerita koboy jaman dulu. Saat itu biasanya
dibuat jalur yang panjang dari wilayah Timur ke wilayah Barat. Di
dalam jalur tersebut terdapat banyak konflik di antara para
pelakunya. Bisa disebabkan karena masalah siapa yang berhak
memimpin, masalah perampokan dan masalah perebutan
perempuan. Anggota jalur tersebut seringkali bertindak agresif
terhadap anggota jalur yang lainnya. Namun bila tiba-tiba orang
Indian menyerang jalur mereka, maka mereka akan membentuk
barikade kereta dan secara bersama-sama berjuang melawan
orang Indian. Kontan segala pertentangan internal dilupakan,
karena mereka berjuang ke luar kelompok mereka.


Hal ini terjadi di dalam dunia politik ketika sebuah partai diserang oleh partai lainnya
dengan sebuah kampanye negatif. Para anggota dan pemilih partai tersebut segera
bergabung bersama dan mempertahankan partai "mereka" meskipun sebelumnya
banyak pemilih yang sudah kecewa dengan partai mereka dan sebenarnya mereka
sudah berniat untuk pindah ke partai-partai lainnya. Bagi orang Indian demikian
juga bagi partai yang menyerang akan jauh lebih baik jika mereka menunjukkan
daya tarik mereka yang atraktif (dalam kasus orang Indian: daging segar, air bersih
dan produk-produk lainnya, yang menarik bagi pengendara kereta) dan dengan
demikian akan menarik perhatian pemilih, bahkan juga perhatian pengendara kereta.

196

Apabila kita ingin melakukan kampanye negatif yang berhasil, seperti yang
diperlihatkan di beberapa kampanye Pemilu belakangan ini, partai tersebut
sebaiknya tidak secara terang-terangan terlibat di dalamnya. Partai tersebut harus
membuat semacam "satuan tugas khusus", yang bertugas untuk mengumpulkan
gosip-gosip dan informasi negatif lainnya dan kemudian menyebarluaskannya.
Pimpinan partai harus setiap saat mampu untuk mengambil jarak dari kegiatan
kampanye negatif tersebut.

Apa yang harus dilakukan untuk melawan kampanye negatif, apalagi partai kita yang
diserang?

Reaksi normal dari partai-partai dan para kandidat adalah menyangkalnya. Sudah
pasti cara tersebut adalah cara yang salah, karena dengan demikian informasi yang
negatif itu akan diulang kembali dan dengan cara yang defensif seperti itu tidak akan
dapat menang. Karena sebagian besar masyarakat memiliki pandangan dasar yang
buruk terhadap politisi, maka kepercayaan terhadap penyangkalan itu akan lebih
lemah daripada berita negatif tersebut. Dalam beberapa tuduhan kadang-kadang
bahkan lebih baik untuk menyerah saja. Lihat juga bab 13.2.11 Strategi untuk
menyerah upaya pembebasan.

Meskipun terdengar tidak elok, seorang perencana strategi harus mengetahui bahwa
strategi terbaik untuk melawan sebuah kampanye negatif adalah dengan memiliki
kampanye negatif yang lebih baik. Hal ini berarti bahwa untuk berjaga-jaga,
sebelumnya kita harus mengumpulkan data-data tentang kandidat lawan, sehingga
jika terjadi kasus penyerangan kampanye negatif, kita dapat menyerang balik.


Semboyan strategi: strategi terbaik melawan kampanye negatif adalah:
lebih baik lagi dalam berkampanye negatif.

Metode untuk melawan kampanye negatif dengan melancarkan kampanye negatif
memiliki kemiripan dengan metode api melawan api. Dengan menyalakan api lawan
untuk memadamkan api, maka bahan untuk mematikan api terambil. Metode ini
memang berbahaya namun metode tersebut efektif.


197


Pada dasarnya kampanye negatif lama kelamaan dapat merugikan kultur
politik suatu negara dan sedapat mungkin harus dihindari. Di sisi lain
pihak-pihak yang tidak ingin melakukan provokasi dengan melancarkan
kampanye negatif tidak boleh menggunakan kampanye negatif semacam
ini dan dengan demikian menghambat keberhasilan dalam Pemilu.
Masalah sesungguhnya terletak pada pemilih, mereka mempunyai minat
yang sangat besar secara emosional untuk memperoleh gosip-gosip dan
berita-berita negatif, dibandingkan program kerja dan rangkaian
argumentasi yang rasional.

198

13. POLA-POLA STRATEGIS KHUSUS

Untuk situasi-situasi khusus, hanya pola-pola strategi tertentu saja yang bisa
diterapkan, yang pada gilirannya ditentukan oleh berbagai pertimbangan strategis.
Teori permainan (Spieltheorie)
61
memiliki relevansi khusus dalam proses ini.

13.1. Strategi untuk yang memimpin (leaders) dan yang membuntuti
(followers)

Strategi pemenangan bagi pemimpin (pihak yang unggul di depan) dan pengekor
(pihak yang membayangi/membuntuti di belakang) dapat dibatasi oleh aturan berikut
dalam hal ada dua pihak yang bersaing:





Contoh: Seorang kandidat yang memimpin hendaknya tidak memberi
kesempatan pengekornya untuk menunjukkan perbedaan yang ada,
karena ia dapat dibahayakan oleh adanya perbedaan ini. Sedapat mungkin
ia hendaknya menyatakan bahwa program-program yang diajukannya
telah memenuhi semua hal yang ditawarkan lawannya di pasar.

Seorang kandidat yang berada di posisi mengejar, hendaknya menunjukkan
perbedaan tawaran yang menarik yang tidak ditawarkan oleh lawannya kepada
para pemilih. Karena jika tidak, pihak yang memimpin tentu akan terus berada di
posisi depan hingga saat pemungutan suara tiba. Jika pihak yang memimpin terus
menerus berusaha untuk meniru pihak yang mengejar, maka pihak yang mengejar
harus terus menerus mencari bidang yang baru untuk dapat menunjukkan
perbedaan yang ia tawarkan, bahkan meskipun ia harus mengambil posisi yang
ekstrim yang tidak mungkin dapat ditiru oleh pihak yang memimpin tanpa
membuat para pemilih meragukannya.

61
Literatur tentang teori permainan yang mudah dimengerti dibandingkan literatur lain yang biasanya
lebih sulit: Dixit, Nalebuff: Spieltheorie fr Einsteiger (Teori permainan untuk pemula), Schaeffer-Poeschel-
Verlag, Stuttgart.
Semboyan strategi:
Pihak yang memimpin harus meniru pihak yang membuntuti atau pihak yang
berusaha mengejar atau yang berusaha mengalahkannya, sementara pihak yang
mengekor harus melakukan sesuatu yang lain dari pihak yang memimpin.

199


Dalam realitas, kita acap menemukan bahwa pihak yang mengejar justru berusaha
untuk menyesuaikan diri atau mengikuti sikap yang diambil pihak yang memimpin,
karena ia berharap bahwa dengan demikian ia memperbesar peluang untuk dapat
dipilih. Tapi sebenarnya, justru langkah yang sebaliknyalah yang dapat memberikan
kemenangan yang lebih besar baginya.

Tapi perlu dicatat, bahwa ketentuan-ketentuan tersebut hanya berlaku jika ada dua
pihak utama saja yang bersaing. Apabila ada lebih dari dua pesaing utama yang
setara keunggulannya, mengambil sikap meniru sang pengekor kerap kali tidak
dimungkinkan, karena kedua pengejar bisa memutuskan untuk mengambil jalan
yang bersimpangan.

Contoh: Seorang kandidat liberal memimpin satu bidang dalam kampanye
pemilu. Pengejar-pengejarnya adalah seorang politisi yang konservatif dan
seorang yang sosialis dan keduanya berusaha untuk menunjukkan
perbedaan masing-masing dalam bidang favorit mereka atau bidang
yang paling mereka kuasai. Dengan demikian, ekonomi pasar
diperhadapkan dengan ekonomi terpimpin, dan sektor privat
diperhadapkan dengan sektor publik. Dalam kasus semacam ini, pihak
yang memimpin akan sulit meniru pihak yang mengejar.

Dalam situasi semacam ini, sebaiknya diterapkan strategi yang lain, yang dikenal
dengan nama strategi disinformasi
62
.

Sebuah contoh disinformasi ini bisa ditunjukkan seperti yang dilakukan
Ludwig Ehrhardt di Jerman, saat ia menemukan istilah "ekonomi pasar
sosial" dalam kehumasan. Ia memunculkan istilah baru ini ke dalam
diskusi di mana bisa ditafsirkan oleh setiap orang sebagaimana mereka
ingin menafsirkannya.




62
Lihat Bab 11.2.10 Strategi Disinformasi.

200

13.2. Strategi yang bergantung pada urutan kejadian

Ada situasi di mana pihak protagonis mengambil langkah-langkah mereka secara
berurutan, dan dengan demikian memiliki kesempatan untuk mengevaluasi langkah
yang diambil oleh pihak pendahulu dan sengaja membiarkan hal ini mempengaruhi
keputusan mereka. Sikap ini dikenal sebagai keputusan dengan langkah-langkah
yang berurutan. Tetapi jika langkah-langkah tersebut diambil secara bersamaan
tanpa diketahui oleh pihak lainnya, sikap ini disebut sebagai keputusan strategis
dengan langkah-langkah simultan.

13.2.1. Keputusan strategis menggunakan kejadian-kejadian berurutan

Pada dasarnya, dalam keputusan strategis yang menggunakan kejadian-kejadian
yang berurutan adalah bahwa setiap pihak yang terlibat hendaknya berusaha
mencari respon yang diberikan oleh lawannya. Berdasarkan respon itu, ia dapat
memutuskan langkah berikutnya yang paling menguntungkan bagi dirinya dalam
situasi yang ada.


Dengan kata lain, jika kita mengetahui bagaimana lawan akan bereaksi dalam situasi
tertentu, kita dapat merencanakan kegiatan sendiri dengan lebih baik.

Keputusan bertahap semacam ini terkadang diperjelas dengan bantuan pohon
keputusan, yang menampilkan titik-titik keputusan atau persetujuan yang ditandai
dengan berbagai alternatif keputusan yang dapat diambil (terkadang dengan sebuah
probabilitas yang berkemungkinan besar dapat dijalankan).

Sebuah contoh yang khas adalah kesepakatan pemilu antar fraksi dalam
sebuah parlemen. Untuk pemilu mendatang, dua partner bersepakat saling
menjalin aliansi sementara agar mereka dapat saling membantu untuk
memperoleh mayoritas dalam parlemen.
Peraturan dasarnya berbunyi: melihat ke depan dan mengambil keputusan.

201



Grafik tersebut menunjukkan proses pengambilan keputusan. Dalam D1 partai A
memutuskan apakah ia akan membantu partai B untuk mencapai mayoritas atau
tidak. Dalam kasus tersebut partai A harus memikirkan apa yang akan terjadi apabila
partai B berhasil mencapai mayoritas seperti yang nampak dalam D2. Karena
setelah itu, partai B harus memutuskan, apakah kini ia sebaiknya akan membantu
partai A. Apabila tidak ada rencana kerjasama selanjutnya dan tidak ada pemilu
berikutnya yang berhubungan dengan kesepakatan ini, ada kemungkinan besar
bahwa partai B tidak akan menaati kesepakatan yang dibuat, karena partai B sudah
mencapai tujuannya, yakni menjadikan kandidatnya sebagai kandidat yang terpilih.
Tetapi, dalam keadaan seperti ini, kemungkinan bahwa partai B bisa meloloskan
kandidatnya sangatlah kecil. Oleh karena itu, partai A dalam keputusan D1
sebaiknya tidak menolong partai B atau mengambil tindakan pencegahan lainnya,
sehingga partai B dalam D2 terpaksa memilih kandidat partai A. Hal ini dapat terjadi
dengan cara membuat persetujuan untuk perjanjian di masa mendatang, di mana
partai B kembali akan diuntungkan.

13.2.2. Keputusan strategis menggunakan langkah-langkah simultan

Contoh langkah-langkah simultan yang paling terkenal adalah yang disebut dengan
dilema tahanan. Situasi ini ditandai dengan kejadian dimana tindakan rasional yang
dilakukan setiap individu untuk memanfaatkan hasil pribadi mereka secara maksimal
akan mengakibatkan kemungkinan terburuk bagi keseluruhan sasaran.
D1
A menolong B D2
B menolong A
A tidak menolong B
B tidak menolong A

202

Contoh situasi ini adalah sebagai berikut: Dua orang tahanan dicurigai
bahwa mereka secara bersama-sama telah melakukan sebuah tindakan
kejahatan. Hukuman terberat atas tindak kejahatan itu adalah lima tahun
penjara. Hakim memberikan tawaran kepada keduanya: "Jika anda
membongkar kejahatan ini, anda akan bebas dari hukuman dan kawanmu
sendirilah yang harus menanggung hukuman selama lima tahun penjara.
Jika kalian berdua tutup mulut, maka kami memiliki cukup bukti untuk
menghukum kalian dengan dua tahun penjara. Jika kalian berdua
mengaku, maka masing-masing kalian akan menjalani hukuman empat
tahun penjara.

Kedua tahanan tersebut tidak memiliki kesempatan untuk berkomunikasi satu sama
lain untuk membuat kesepakatan. Bagaimana mereka akan mengambil keputusan?

Setiap tahanan memiliki dua kemungkinan: tutup mulut atau mengaku. Dari sudut
pandang tahanan lainnya, ia dapat bekerjasama (dalam arti tutup mulut), atau tidak
bekerjasama (dalam arti mengaku). Situasi tahanan ini dapat diperjelas dalam
sebuah payoff-matriks yang biasanya digunakan dalam teori permainan.

A/B B tutup mulut B mengaku
A tutup mulut (-2,-2) (-5,0)
A mengaku (0,-5) (-4,-4)

Tabel tersebut menunjukkan payoff matriks untuk situasi yang telah dijelaskan di
atas. Waktu yang dihabiskan dalam penjara dinyatakan dalam bilangan negatif.
Apabila kita menempatkan diri dalam posisi para tahanan, kita dapat mengerti
mengapa hasil-hasil yang telah diprediksikan oleh teori permainan akan menjadi
kenyataan.

Tahanan A mengetahui bahwa tahanan B akan mengaku atau tetap tutup mulut.
Apabila B mengaku dan A tetap tutup mulut, maka A akan dihukum 5 tahun penjara.
Tapi ia hanya akan dihukum 4 tahun penjara jika ia juga mengaku. Jadi
bagaimanapun juga, bagi A akan lebih baik apabila ia mengaku. Jika B tutup mulut
dan A juga tutup mulut, ia hanya akan dihukum 2 tahun penjara. Tapi ia mendapat

203

peluang untuk bebas kalau ia mengaku. Jadi, lagi-lagi, bagi A lebih baik bila ia
mengaku. Karena itu, strategi yang dominan bagi A adalah mengaku. Dalam setiap
keputusan, strategi dominan akan memberi hasil yang lebih baik bagi pemain.

Di sel yang lain, B juga memikirkan hal yang sama dan tiba pada keputusan yang
sama. Jadi pada akhirnya mereka berdua akan mengaku, dan dengan demikian tidak
menerima hasil akhir yang paling menguntungkan bagi keduanya (yaitu 2 tahun
penjara). Mereka berdua akan memperoleh hasil terburuk kedua yaitu 4 tahun
penjara. Dari segi jumlah masa tahanan bagi keduanya, ini bahkan merupakan hasil
yang paling buruk.

Suatu contoh tipikal muncul dalam perundingan tentang perlucutan
senjata. Setiap pihak tentu lebih menginginkan agar pihak lainnya melucuti
senjatanya, sementara pihaknya sendiri dapat mempertahankan sejatanya
atas dasar kemananan". Yang terburuk bagi salah satu pihak adalah
apabila ia melucuti senjatanya sementara pihak lain mempertahankan
senjatanya. Oleh karena itu, hasil yang dicapai dari perundingan itu justru
bukan perlucutan senjata itu sendiri, melainkan dipertahankannya sistem
senjata yang dimiliki dan acap kali bahkan masing-masing pihak pada
akhirnya justru berlomba melengkapi persenjataannya. Biasanya kedua
pihak tersebut tidak berhasil memilih strategi yang terbaik kedua bagi
mereka.

Dengan alasan ini perlucutan senjata nuklir yang dahulu disepakati antara NATO dan
Republik Uni Sovyet (dahulu) juga tidak dapat diarahkan pada kesepakatan dengan
langkah-langkah simultan, melainkan terjadi karena dari sudut ekonomis Uni Sovyet
tidak mampu mengimbangi perlengkapan persenjataan seperti yang telah
dipersiapkan Barat melalui sikap ofensifnya. Di sini keputusan-keputusan dengan
langkah-langkah simultan diubah menjadi keputusan-keputusan dengan langkah
sekuensial.
63


Dilema klasik tahanan ditandai oleh empat batasan:
1. Tidak ada komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat.

63
Lihat Bab 11.2.4 tentang Langkah-langkah Strategis

204

2. Permainan tidak akan diulang.
3. Hanya ada dua alternatif untuk bertindak (bekerjasama atau bertentangan)
4. Hanya ada dua pihak yang terlibat.

Tapi, pada kenyataannya batasan ini dapat diubah.

Variasi 1:
Pihak yang terlibat diperbolehkan berkomunikasi. Apabila para pemain dapat
berkomunikasi, sangatlah mungkin bahwa kedua tahanan bersepakat untuk
mengingkari kejahatan mereka. Tapi juga sangat mungkin bahwa salah satu di
antara mereka atau bahkan keduanya melanggar kesepakatan yang telah mereka
buat.
Dalam sejarah OPEC terdapat berbagai kesepakatan tentang pembatasan
jumlah produksi minyak yang bertujuan untuk menstabilkan atau
meningkatkan harga minyak. Biasanya kesepakatan-kesepakatan ini acap
dilanggar oleh negara-negara anggotanya sendiri untuk memperoleh
keuntungan bagi dirinya sendiri.

Oleh karena itu, menurut Rapoport
64
, sebuah kesepakatan harus dapat diberlakukan
dan dapat dituntut pelaksanaannya. Untuk itu sanksi atau hukuman yang diberikan
harus dapat mengubah matriks pembayaran (payoff-matriks) sedemikian rupa
sehingga apabila salah satu pihak melanggar perjanjian tersebut, ia akan
memperoleh hasil yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan jika ia menaati
kesepakatan.

Variasi 2:
Jika batasan jumlah permainan dihapuskan, maka akan memungkinkan adanya
kesepakatan tidak langsung, karena setiap pihak yang terlibat memiliki peluang
untuk belajar dan menarik kesimpulan dari sikap yang diambil pihak lainnya dalam
permainan sebelumnya. Dalam dilema tahanan yang terus berulang ini (dilema
iteratif tahanan), reaksi masing-masing pemain diprediksikan, dan pada saat yang
sama situasi permainan di masa depan perlu dipertimbangkan.

64
Rapoport, Anatol dan Chamnah, Albert M: Prisoners Dilemma (Dilema Tahanan), Michigan 1963,
halaman 25 dan 26.

205

Contoh klasik untuk sebuah dilema iteratif tahanan yang melibatkan
banyak pihak adalah pemanfaatan benda bebas. Dalam sebuah artikel
yang dimuat di majalah "Science", sang biolog Gernold Harding
65
menulis:
"Bayangkan adanya sebuah padang rumput yang terbuka bagi semua
orang. Dapat dibayangkan di sini bahwa setiap gembala akan berusaha
untuk mempertahankan sebanyak mungkin ternak di padang rumput milik
bersama ini. ...Di sinilah letak sisi tragisnya. Setiap orang terperangkap
dalam sebuah sistem yang memaksanya untuk memperbesar kawanan
ternaknya tanpa batas dan ini terjadi di sebuah dunia yang jelas-jelas
memiliki keterbatasan. Dalam sebuah masyarakat yang percaya akan
"kebebasan milik bersama" ini, setiap orang akan menghampiri
kejatuhannya sendiri dan masing-masing orang hanya memikirkan
kepentingannya sendiri.

Situasi ini secara ekologis disebut dilema sosial. Situasi ini seringkali muncul dan
dapat ditemui di berbagai bidang, seperti: pencemaran lingkungan hidup, populasi
berlebihan, penangkapan ikan secara besar-besaran, eksploitasi sumberdaya alam,
dsb.

Karena para pemain ekonomi senantiasa berkecimpung dalam bidang-bidang
tersebut, kita dapat mengasumsikan adanya sebuah dilema tahanan iteratif. Dengan
demikian, harus tetap dibuat keputusan strategis baru yang diambil untuk
mempertimbangkan pemain lainnya secara konsisten. Rapoport dan ahli lainnya
66

telah mengumpulkan berbagai strategi standar dan mengomentarinya.

Untuk masing-masing langkah ada empat hasil yang dapat diperoleh, dengan nilai
yang berbeda:

Jika keduanya bekerjasama, akan ada imbalan R(eward) dan keduanya memperoleh
3 poin.

65
Harding, G. R. (1968) The Tragedy of the Commons (Tragedi Orang-orang Biasa). Science, 162, 1243-
1248.
66
Robert Axelrod 1988, Die Evolution der Kooperation (Evolusi Kooperasi), Mnchen: Oldenbourg.
Mathieu, P.Delahaye, J.P. Our Meeting with Gradual: a Good Srategy for the Iterated Prisoners Dilemma
(Pertemuan dengan tahapan: Strategi yang tepat untuk Dilema Tahanan Iteratif)

206

Jika keduanya tidak bekerjasama, akan ada hukuman P(unishment) dan keduanya
memperoleh 1 poin.
Jika salah satu bekerjasama dan yang lainnya tidak, maka pihak yang bekerjasama
adalah pihak yang bodoh S(ucker). Ia memperoleh 0 poin dan pihak yang tidak
bekerjasama yang telah menggodanya T(emptation) memperoleh 5 poin.

Dengan demikian, payoff-matriks bagi dilema tahanan akan terlihat sebagai berikut:

A/B B bekerja sama B tidak bekerja sama
A bekerja sama R (3,3) S (0,5)
A tidak bekerja sama T (5,0) T(1,1)

Di bawah ketentuan-ketentuan ini dihasilkan sebelas strategi utama yang akan
dijelaskan sebagai berikut:

1. Strategi "Defect", berarti: Menolak untuk bekerjasama dalam setiap langkah yang
diambil.
"Defect" merupakan sebuah strategi yang sangat sederhana, yang senantiasa
menolak untuk bekerjasama secara buta namun sekaligus mengejar sasaran
T. Jelas terlihat bahwa "Defect" tidak dapat dikalahkan. Tidak ada strategi lain
yang apabila dibandingkan secara langsung dapat mengumpulkan lebih
banyak poin dibandingkan "Defect", karena lawan hanya dimungkinkan untuk
memperoleh hasil S (0 poin) atau P (1 poin).
2. Strategi "Cooperate" berarti: Bekerjasama dalam setiap langkah yang diambil.
Strategi ini merupakan lawan dari strategi "Defect" dan memiliki sifat-sifat yang
berlawanan. "Cooperate" tidak dapat menang karena ia hanya bisa mencapai
R (3 poin) atau S (0 poin), di mana dalam kedua kasus ini poin yang diperoleh
tidak dapat lebih banyak daripada poin lawan. Apabila lawan mau bekerja
sama, maka strategi ini tidak akan merugikan, namun karena strategi buta ini,
"Cooperate" sangat mudah "dimanfaatkan".
3. Strategi "Random" berarti: Ambillah satu angka secara acak, 0 atau 1. Apabila
angka yang diperoleh 0, maka itu berarti bekerjasama dan bila memperoleh 1 berarti
menolak untuk bekerjasama.

207

"Random" memainkan "Defect" atau "Cooperate" dengan probabilitas yang
sama. Tidak ada strategi yang bertujuan melakukan kerjasama secara
permanen dapat berhasil dengan menggunakan langkah "Random". Jadi
apabila strategi ini tidak dimainkan secara buta, ia tidak akan mudah
bekerjasama. Dengan demikian, adalah mustahil untuk mencapai R secara
konsisten.
4. Strategi "Per kind" berarti: Bermainlah dengan sebuah pola (bekerjasama,
bekerjasama, menolak bekerjasama).
Strategi ini berusaha membuai lawan dalam perasaan aman, dan kemudian
menyerangnya dengan harapan bahwa ia akan menerima penolakan untuk
bekerjasama dalam hal yang terjadi pada saat itu, untuk kemudian mau diajak
bekerja sama kembali.
5. Strategi "Per nasty" berarti: Bermainlah dengan sebuah pola (menolak
bekerjasama, menolak bekerjasama, bekerjasama).
Sama halnya dengan prinsip "Per kind," "per nasty" berusaha untuk menjerat
strategi-strategi yang bersedia bekerjasama untuk meraih T.
6. Strategi "Spite" berarti: Bekerjasama dalam langkah yang pertama, kemudian
bekerjasama selama lawan belum menolaknya, setelah itu selalu menolak
bekerjasama.
Ini adalah strategi pertama yang mempertimbangkan respon lawan. Strategi
ini adalah strategi yang bersahabat yang menawarkan kooperasi, tetapi
kemudian segera mengubah sikapnya ketika lawan tidak lagi kooperatif.
Strategi ini dapat dideskripsikan dengan kata "Cooperate" dengan
mekanisme pertahanan untuk mencegah terjadinya eksploitasi atau
pemanfaatan. Namun "Spite" tidak berusaha memperoleh kerjasama pihak
lawan yang kerap berusaha untuk mencapai T. Ada variasi "Spite" di mana
perubahan sikap baru diambil setelah lawan melakukan dua atau lebih upaya
penipuan.
7. Strategi "Soft-majority" berarti: Mainkan langkah yang paling sering dilakukan oleh
lawan. Jika langkah yang diambil serupa, bekerjasamalah.
Strategi ini berusaha menghindari pemanfaatan yang terus-menerus, dengan
cara merespon tindakan lawan yang cenderung tidak mau bekerjasama,
antara lain dengan terang-terangan menolak untuk bekerjasama. Langkah ini
memiliki keuntungan dengan diteruskannya kerjasama dengan pihak lawan

208

yang siap untuk bekerjasama. Tapi kerugiannya adalah bahwa kita cenderung
mudah ditipu, misalnya melalui langkah "Per nasty."
8. Strategi "Tit for tat" berarti: Bekerjasamalah dalam langkah yang pertama; dan
dalam setiap langkah berikutnya, mainkan langkah yang terakhir kali digunakan
lawan.
Strategi ini adalah, salah satu yang mau bekerjasama tetapi bertahan dengan
melawan usaha-usaha pemanfaatan yang dilakukan lawan. Pada saat yang
sama, strategi ini tidak bersifat mendendam melainkan menjawab kesediaan
bekerjasama kembali jika ada tawaran untuk bekerjasama lagi. "Tit for tat"
tidak dapat menang karena tidak pernah menolak kerjasama tanpa motivasi,
dan dengan demikian tidak pernah berusaha mencapai T (5 poin). Di lain
pihak, strategi ini juga tidak dapat ketinggalan lebih dari 5 poin, karena ia
hanya membiarkan dirinya dimanfaatkan satu kali saja.
9. Strategi "Mistrust" berarti: Menolak bekerjasama dalam langkah yang pertama,
kemudian mainkan hal yang sama dengan "Tit for tat".
"Mistrust" sama sekali tidak membiarkan dirinya dipermainkan, karena strategi
ini sejak awal sudah menolak untuk bekerjasama. Oleh karena itu, "Mistrust"
bergantung pada inisiatif lawan untuk memulai sebuah kerjasama. Seterusnya
sama dengan "Tit for tat".
10. Strategi "Prober" berarti: Mainkan tiga langkah awal (bekerjasama, menolak
bekerjasama, menolak bekerjasama), kemudian menolak untuk bekerjasama dalam
setiap langkah berikutnya jika lawan bekerjasama dalam langkah kedua dan
ketiga.
Di sini strategi lawan akan diuji terlebih dahulu. Jika strategi lawan
membiarkan dirinya untuk dimanfaatkan, "Prober" mengambil langkah lebih
lanjut untuk menolak bekerjasama. Langkah ini akan mengarah pada suatu
sikap dasar yang agresif, yang, bagaimanapun, akan berubah menjadi sikap
yang kooperatif apabila lawan tampil lebih cerdik ("Tit for tat"), karena jika
tidak, hanya poin P (1 poin) saja yang dapat diperoleh.
11. Strategi "Pavlov" berarti: Bekerjasama hanya dalam langkah pertama, setelah itu
bekerjasama hanya apabila kedua pemain mengambil langkah yang sama.
"Pavlov" memiliki dasar pemikiran yang sama seperti "Tit for tat", tetapi
memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap kesediaan diri sendiri untuk
bekerjasama. Hanya jika kerjasama yang telah dilakukan berhasil, maka akan

209

dilakukan kerjasama lebih lanjut. Ini berarti, jika ada upaya pemanfaatan yang
dilakukan lawan, strategi akan bereaksi dengan tidak mau bekerjasama, dan
selanjutnya tidak akan melakukan upaya untuk kembali bekerjasama.

Variasi 3:
Melakukan pembatasan untuk bertindak menjadi hanya dua alternatif saja, yang
dimaksudkan untuk mempermudah proses berpikir. Memperbanyak alternatif
bertindak tidak akan mengubah metode yang ada.

Variasi 4:
Pembatasan jumlah pemain menjadi dua, merupakan pembatasan yang penting jika
salah satu pihak ingin mentrasfer model tahanan di atas menjadi kenyataan. Dengan
kelompok yang lebih besar, muncul persoalan yang dikenal dengan nama 'problem
pembonceng atau orang yang selalu ingin mendapatkan sesuatu secara cuma-
cuma. Persoalan ini terjadi apabila ada peningkatan keuntungan bagi setiap orang
melalui aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompoknya. Dalam kasus seperti ini, setiap
orang yang terlibat dalam kelompok akan menimbang-nimbang, apakah ia perlu
memberikan kontribusinya secara sukarela terhadap aksi kolektif karena tanpa
memberi kontribusi apa pun ia sudah dapat menikmati keuntungan yang dihasilkan
oleh kelompoknya. Dengan demikian, jika setiap orang bersikap seperti itu, tentu
saja tidak ada seorang pun yang mau memberikan kontribusi.

Contoh: sebuah lingkungan tetangga diserang hama. Para tetangga
bersepakat untuk memberantas hama ini bersama-sama, dan untuk itu
setiap orang harus membayar sejumlah uang. Namun ada satu orang yang
tidak mau ikut membayar. Karena proyek ini diharapkan tidak gagal hanya
karena satu orang, maka yang lain akan tetap bekerjasama dan menerima
penolakan satu orang tersebut. Pada kenyataannya, sikap ini
menimbulkan 'problem pembonceng yang akan mengakibatkan tidak ada
lagi orang yang mau membayar sumbangan.

13.2.3. Strategi yang muncul dari dilema tahanan

Jalan keluar dari dilema tahanan ada dalam langkah-langkah strategi berikut:

210

1. Mencapai kerjasama
2. Membongkar penipuan
3. Menghukum penipu
4. Tit-for-tat

Persetujuan kerjasama pada umumnya dicapai melalui negosiasi. Contoh khas yang
berhubungan dengan hal ini adalah perjanjian internasional tentang perlindungan
flora dan fauna tertentu, larangan pemakaian bahan-bahan tertentu, embargo, hal-
hal yang berkenaan dengan bea cukai, dsb. Problem terbesar adalah usaha untuk
menemukan pihak yang melanggar perjanjian tersebut.

Contoh: Setiap embargo terutama yang menyangkut larangan
pemasokan senjata telah dilanggar. Suplai senjata tersebut memang
tidak lagi dilakukan secara langsung, tetapi yang dilakukan justru ekspor
pabrik senjata yang hanya berubah istilah saja.

Contoh: Setiap perjanjian yang terkait dengan penurunan bea cukai
dihindari. Pengawasan sangat sulit dilakukan. Ketentuan tentang bea cukai
memang tidak dilanggar secara jelas, tetapi dalam merespon tekanan-
tekanan melalui berbagai lobi, sistem perdagangan lainnya menjadi
terhambat: dari pembatasan-pembatasan teknis hingga meluas ke
masalah standar, prosedur birokratis, peraturan kuota, dsb.

Kesepakatan, perjanjian, peraturan dan ketentuan yang mengarah pada sebuah
kerjasama senantiasa terancam, karena kecenderungan untuk melakukan
kecurangan sangatlah besar, dan orang selalu berupaya melanggar peraturan atau
kesepakatan tersebut.

Banyak perjanjian yang gagal sebagai akibat dari strategi tit-for-tat yang biasa
ditemukan dalam dilema tahanan dan karena adanya "pembonceng". Atau ada
peraturan-peraturan yang dikeluarkan, tetapi tidak pernah dieksekusi. Persoalan
pemberantasan korupsi dalam skala besar atau massal juga berakar dalam sindrom
ini. Dalam skenario seperti ini, pelanggaran ketentuan secara massal biasanya
dipandang sebagai hal sepele. Secara umum ada anggapan bahwa tidak ada solusi

211

dalam kasus-kasus di mana kerjasama yang hanya berlangsung satu kali perlu
diamankan. Penerapan hukuman atau kemungkinan adanya harapan akan sebuah
kerjasama lebih lanjut hanya dapat terjadi dalam sebuah kerjasama yang sedang
berjalan saja.

Karena itu, membangun kepercayaan dan kredibilitas di antara pihak-pihak yang
terlibat dan diterapkannya hukuman yang konsisten atas kecurangan-kecurangan
serta pelanggaran adalah prasyarat untuk suatu kerjasama jangka panjang.
Rusaknya suatu kerjasama secara otomatis akan mengakibatkan hilangnya
keuntungan yang dapat diperoleh di masa depan (harga yang harus dibayar). Jika
harga yang harus dibayar ini cukup besar dan menyakitkan, intensitas kecurangan
akan diredam dan kerjasama yang ada akan dipertahankan.

Contohnya: Daimler Benz menyetujui untuk membayar denda sejumlah 185
juta US Dollar, karena dalam pengadilan di Amerika Serikat terbukti
melakukan korupsi di 22 negara, agar dapat mempertahankan penilaian yang
baik di bursa Wallstreet. Penilaian yang baik ini penting bagi perusahaan
multinasional tersebut dan akan memberikan keuntungan yang besar,
sehingga jumlah denda yang harus dibayar dapat tertutup.
Tetapi langkah ini hanya dapat berfungsi jika hilangnya suatu kerjasama terkait
dengan harga yang sangat tinggi. Barang-barang bebas dikecualikan dari
pertimbangan ini, dan, karena itu, hal-hal yang telah diungkapkan di sini tidak berlaku
untuk elemen barang bebas.

Bahkan prinsip umum pun memiliki dua batasan.
1. Jika menyangkut suatu hal yang dapat diketahui akhirnya, misalnya dengan
berakhirnya sebuah periode legislatif: Ini berarti bahwa jumlah interaksi terbatas,
atau menyangkut suatu hal yang dapat diketahui akhirnya, misalnya, dengan kata
lain, ada masa di mana hukuman tidak lagi dapat diberikan
67
sehingga kerjasama
tersebut dapat diingkari setidaknya dalam kasus ini. Jadi permainan terakhir akan
berakhir dengan "tidak bekerjasama". Jika hasil akhir permainan terakhir tidak dapat
dipengaruhi, maka secara otomatis permainan sebelum permainan terakhirlah yang

67
Lihat contoh dalam Bab 11.2.1 tentang Keputusan strategis dengan langkah-langkah
bertahap/sekuensial

212

menjadi permainan terakhir. Dan di sinilah kecurangan-kecurangan atau penolakan
untuk bekerjasama, dsb., dsb., akan terjadi.
2. Apabila keuntungan yang diperoleh dari kecurangan didapat sebelum kerjasama
tersebut berakhir yakni sebelum ada harga yang harus dibayar: Maksudnya, yang
satu adalah keadaan sekarang, yang lainnya merupakan masa depan. Dalam politik,
perbedaan antara keadaan sekarang dan masa depan sangatlah subyektif. Dalam
sebagian besar kasus, keuntungan yang diperoleh pada saat ini akan dimanfaatkan
segera untuk pemilu, sehingga perhatian tidak lagi terarah pada keuntungan-
keuntungan di masa depan sesudah pemilu diadakan. Dalam keadaan seperti ini,
kerjasama sangat sulit dicapai. Pemerintahan-pemerintahan koalisi mengalami satu-
dua hal semacam itu.

Dalam kasus yang menyangkut barang bebas atau milik bersama misalnya udara,
air, ikan serta bahan mentah, dsb., kerjasama yang ada semakin dipersulit karena
hancurnya kerjasama ini tidak terkait dengan harga yang perlu dibayar. Dilema
sosial-ekologis muncul justru karena keuntungan perseorangan dapat diraih pada
saat hancurnya kerjasama. Tentu saja, hal ini hanya berlaku sampai sumberdaya
tersebut habis terpakai.

Dilema sosial ekologis memiliki dua sisi yang berkaitan erat. Di satu sisi, para pihak
yang terlibat hanya memanfaatkan sumberdaya yang alami yang dapat melakukan
regenerasi sendiri. Sumberdaya tersebut akan bertambah banyak sesuai dengan
hukum alamnya, yang sebelumnya tidak dapat diketahui oleh para pihak yang
terlibat. Pemanfaatan yang dilakukan hanya terbatas pada kemampuan sumberdaya
tersebut untuk meregenerasi dirinya. Apabila pemanfaatan yang dilakukan terlalu
berlebihan, maka sumberdaya ini dapat mengalami kerusakan yang berat atau
bahkan permanen. Hal ini masih ditambah lagi dengan fakta bahwa keuntungan
yang diperoleh dari pemanfaatan tersebut langsung dapat diperoleh, sementara
kerugian yang ditimbulkan akibat dirusaknya kemampuan regenerasi sumberdaya
tersebut baru akan tampak dalam tempo tertentu. Umpan-balik atas tindakan yang
dilakukan yang baru akan tampak setelah masa tertentu akan mempersulit
situasi yang dialami manusia, karena hal ini sulit diperkirakan dan memancing
sebuah sikap yang tidak sepantasnya.


213

Selain itu masih ada aspek lain yang perlu diperhatikan: keuntungan yang diperoleh
dari pemanfaatan sumberdaya akan dirasakan oleh setiap individu itu sendiri,
sementara kerugian akibat eksploitasi akan ditanggung oleh setiap pihak yang
terlibat. Pada dasarnya keuntungan sesaat yang diperoleh individu lebih tinggi
daripada kerugian yang kelak harus ia tanggung, sehingga perilaku individu-individu
yang sangat merugikan lingkungan hidup dan masyarakat justru tampak menarik
ketika dihadapkan dengan persaingan.
68

69


Harding tiba pada kesimpulan bahwa satu-satunya strategi untuk mengatasinya
adalah kesadaran untuk membatasi kebebasan keputusan individu dan menerima
tekanan masyarakat yang telah disepakati bersama.

Solusi favorit para ekonom adalah mewujudkan adanya hak kepemilikan. Solusi-
solusi lain adalah internalisasi biaya eksternal, sebagaimana yang dikembangkan
dalam ekonomi pasar ekologis.
70


13.2.4. Langkah-langkah strategis

Langkah-langkah strategis berguna untuk mengubah perkiraan dan tindakan pihak
lain sedemikian rupa sehingga membawa keuntungan bagi kita sendiri. Yang khas
dari langkah strategis ini adalah bahwa ia membatasi kebebasan kita untuk
bertindak.

Ada tiga bentuk langkah strategis yang berbeda:


68
Ernst, Andreas M. dan Spada, Hans : "kologisches Handeln im Konflikt. Die Allmende-Klemme"
(Tindakan Ekologis dalam Konflik. Jebakan Barang Bebas) dalam P. Day, U. Fuhrer, dan U. Laucken (penerbit)
Umwelt und Handeln (halaman 63-85) Tbingen. Attempto.
69
Spada ,H. dan Ernst A.M: Wissen, Motivation und Verhalten in einem kologisch-sozialen Dilemma
(Pengetahuan, Motivasi dan Perilaku dalam Sebuah Dilema Sosial Ekologis). Dalam K Pawlik dan K.-H. Stapf
(penerbit), Umwelt und Verhalten. Bern: Huber, 1991.
70
Knppel, Hartmut: Umweltpolitische Instrumente: Analyse der Bewertungskriterien und Aspekte einer
Bewertung (Instrumen Politik Lingkungan Hidup: Analisa Kriteria Penilaian dan Aspek-aspek Sebuah
Penilaian), Nomos Verlagsgesellschaft, Baden-Baden.

214



13.2.5. Langkah tanpa syarat
Langkah tanpa syarat adalah sebuah aturan jawaban (apa yang akan saya lakukan,
bila...), di mana kita sendiri mengambil langkah pertama. Oleh karena itu, kita juga
menamakan langkah ini sebagai langkah inisiatif. Dalam langkah ini kita mengubah
situasi yang simultan, di mana para pesaing bisa sekaligus memulai sebuah aksi
dalam sebuah situasi yang sekuensial, sementara kita sendiri mengambil inisiatif
untuk memancing reaksi dari pihak lainnya.

Dalam sebuah langkah tanpa syarat, kandidat presiden A berjanji untuk
tidak meningkatkan pajak melainkan justru akan menurunkan pajak jika
terpilih. Pernyataan ini dibuat tanpa syarat. Pernyataan ini menimbulkan
sebuah diskusi yang ramai, termasuk pembahasan tenntang sikap apa
yang kira-kira akan diambil oleh kandidat pesaing. Langkah tanpa syarat
yang diambil oleh kandidat presiden A akan memaksa kandidat B untuk
turut mengambil langkah. Apabila isu "pajak" memainkan peranan dalam
kampanye pemilu, maka kandidat A akan memimpin, karena kandidat B
juga terpaksa menjanjikan penurunan pajak. Tetapi dengan begitu,
kandidat B membuat kesalahan strategis bahwa ia tidak melakukan
pembatasan melainkan hanya meniru. Dengan demikian, kemungkinan
menang yang dimiliki kandidat B akan semakin menurun, karena ia tidak
menunjukkan perbedaan yang menarik antara dirinya dan kandidat A.
Kandidat A telah menempatkan dirinya dalam posisi yang lebih baik
melalui langkah tanpa syaratnya.

Langkah strategis
Dengan syarat Tanpa syarat
Inisiatif
Ancaman Janji

215

Persoalan dengan langkah tanpa syarat dalam situasi semacam ini adalah
kurangnya kredibilitas para politisi. Meskipun seorang politisi mengeluarkan sebuah
pernyataan tanpa syarat, namun janjinya untuk menurunkan pajak dapat ia tarik
kembali begitu pemilu selesai. Untuk membuat langkah-langkah strategis yang dapat
dipercaya, perlu diambil langkah-langkah yang mendukung. Dalam kasus seperti ini,
misalnya dengan memanggil staf ahli yang duduk dalam komisi penasihat pajak,
yang setidaknya dapat menimbulkan kesan bahwa sang kandidat serius dengan
janjinya.
Satu contoh lain berasal dari Pemilu legislatif tahun 2002 di
Jerman. Saat itu dalam sebuah kampanye pemilu yang sulit bagi
dirinya, kanselir Jerman Schrder tanpa ditanya telah melakukan
inisiatif, bahwa secara tegas Jerman tidak ikut bergabung dalam
perang Irak. Dengan demikian ia menggiring penantangnya,
Stoiber, ke dalam situasi strategis yang sulit, karena lawannya itu
harus dapat menunjukkan perbedaan terhadap kanselir
Schrder. Itu berarti keikutsertaan Jerman dalam perang Irak,
yang sesungguhnya telah ditolak oleh lebih dari 80% pemilih.

Ancaman dan janji
Ancaman dan janji bisa mulai dipakai jika kita sudah akan mengambil langkah kedua,
dan lawan sudah mengumumkan aturan jawabannya (saya akan melakukan ini,
apabila anda melakukan itu). Bentuk langkah strategis ini, baik dalam bentuk
ancaman maupun janji, sudah kita kenal sejak kecil dan juga kita terapkan kepada
anak-anak kita. "Kalau kamu menghabiskan makananmu, kita akan pergi berenang."
Atau "Kalau kamu tidak menghabiskan sayur bayammu, kamu tidak akan
memperoleh hidangan pencuci mulut." Hal ini berarti bahwa aturan jawaban di sini
telah ditetapkan sebelum lawan mengambil dan menjalankan keputusannya. Apabila
pihak lain mengambil langkahnya, kita sendiri bertindak menurut bentuk aturan yang
telah diumumkan sebelumnya.

Dalam masa perang dingin, Amerika Serikat mengancam Uni Sovyet akan
menggunakan bom atom jika Sovyet menyerang salah satu negara NATO.


216

Ancaman ini, yang pada saat bersamaan juga dilontarkan oleh Uni Sovyet, berhasil
mencegah terjadinya konflik bersenjata selama bertahun-tahun (Strategi
penangkisan dan keseimbangan persepsi ancaman).

Contoh: Dalam melakukan aksi penyanderaan, para teroris biasanya
menggunakan instrumen ancaman. Jika tuntutan mereka tidak dipenuhi
sampai batas waktu yang ditetapkan, mereka mengancam akan
menembak para penumpang yang berada di pesawat terbang yang
mereka bajak.

Strategi ancaman dapat digagalkan atau dicegah melalui sebuah strategi lain. Dalam
kasus penyanderaan di atas, pemerintah setempat mengumumkan bahwa ia akan
menyerang dan membunuh semua penyandera tersebut, tanpa mempertimbangkan
kerugian yang akan mereka peroleh. Di sini, pemerintah memberikan ancaman yang
lebih kuat dibandingkan ancaman yang mereka terima. Tetapi ancaman ini hanya
akan berfungsi jika pemerintah memiliki kredibilitas dan para penyandera
mempercayai bahwa pemerintah benar-benar akan melaksanakan ancaman
tersebut. Untuk itu, sebelumnya sudah harus ada kasus yang dapat dijadikan
preseden, yang menegaskan kesungguhan ancaman ini.

Kategori lain dari aturan jawaban adalah janji. Di sini kita memberitahukan kepada
lawan, apa yang akan kita berikan kepadanya jika ia merespon dengan sikap
tertentu.

Contoh: Strategi ini digunakan dalam peraturan saksi mahkota. Jika
seorang tertuduh memberi keterangan yang membantu dipecahkannya
sebuah kasus, ia dapat dibebaskan atau dikurangi hukumannya.

Peraturan saksi mahkota juga membutuhkan suatu kredibilitas. Karena itu, biasanya
masalah ini bahkan diatur dalam undang-undang. Jadi langkah strategis selalu
mengandung dua elemen: sebuah rencana aksi dan ikatan.

Dalam beberapa kasus tertentu, ancaman dan janji diungkapkan bersamaan tanpa
ada kejelasan mana yang akan diterapkan.

217


Suatu contoh yang khas adalah pemerasan dengan menarik uang
perlindungan. Di sini pihak yang satu memberitahu pihak lainnya bahwa
mereka bersedia melindungi hak milik pihak lainnya (misalnya sebuah
restoran) dari serangan kelompok-kelompok tertentu, apabila mereka
bersedia membayar sejumlah uang tertentu secara teratur.

Dalam kasus seperti itu, batas antara ancaman dan janji menjadi kabur karena
keduanya dapat ditemukan dalam aturan jawaban tersebut.

13.2.5. Strategi bumi hangus

Strategi bumi hangus merupakan strategi yang terkenal untuk "langkah-langkah
strategis".

"Kita harus mengorganisir sebuah pertempuran tanpa ampun. Musuh kita
tidak boleh mendapatkan sepotong roti pun, setetes bensin pun. Para
peternak dan petani harus membawa pergi ternaknya dan membawa pergi
hasil panennya. Apa yang tidak bisa dibawa pergi harus dihancurkan.
Jembatan dan jalan harus diledakkan. Hutan dan lumbung harus dibakar
habis. Kita harus membuat kondisi yang tidak dapat ditanggung oleh
lawan." Josef Stalin, 3 Juli 1941, saat mengumumkan strategi bumi
hangusnya.

Komitmen strategis Josef Stalin untuk meninggalkan pasukan Jerman hanya dengan
menyisakan bumi hangus memperoleh kepercayaan ketika ladang-ladang tersebut
betul-betul dibakar.

Dalam perekonomian pun bahkan ada banyak upaya untuk melakukan aksi bumi
hangus, terutama pada saat pengambil-alihan perusahaan kompetitor. Di sini para
pimpinan perusahaan berupaya melawan pengambil-alihan tersebut dengan cara
merusak hal-hal berharga perusahaan (misalnya perjanjian dengan para pengarang
buku dalam sebuah penerbit), sehingga pihak yang merencanakan akan mengambil-
alih perusahaan tersebut tidak akan memperoleh keuntungan.

218


13.2.6. Strategi langkah-langkah kecil

Dalam strategi langkah-langkah kecil, tindakan yang akan diambil direncanakan
sedemikian rupa sehingga jumlah lawan tetap dapat dikendalikan dan tindakan-
tindakan yang diperlukan dapat dilaksanakan secara bertahap tanpa memperoleh
perlawanan yang berarti.

Contoh: Sebuah pemerintahan merencanakan pengurangan subsidi besar-
besaran. Apabila mereka melaksanakan rencana ini hanya dalam satu
langkah, maka setiap warga akan terkena dampaknya dan karenanya
rencana ini tidak dapat diwujudkan.

Strategi langkah-langkah kecil ini merupakan upaya untuk melakukan proses
pengurangan subsidi secara bertahap. Pertama-tama, beberapa subsidi kecil yang
menyangkut kelompok-kelompok yang tidak memiliki kepentingan bersama
dihapuskan. Hal ini dilakukan karena kelompok-kelompok tersebut tidak memiliki
kepentingan bersama dan dengan demikian tidak dapat bersatu. Setelah itu, langkah
tersebut disusul dengan gelombang kedua penghapusan subsidi, dan seterusnya.
Apabila kita semakin mendekati tahap penghapusan subsidi yang besar atau yang
berdampak kuat (misalnya yang menyangkut kepentingan orang banyak) maka
dukungan yang kita peroleh dari orang-orang yang sudah terlebih dahulu terkena
dampak penghapusan subsidi dan yang menginginkan keadilan akan bertambah
besar karena mereka tentu menginginkan agar pengurangan subsidi ini juga harus
dirasakan oleh kelompok-kelompok lain.

Hal yang sama berlaku dalam meningkatkan pajak. Sepanjang peningkatan pajak
dilakukan melalui strategi langkah-langkah kecil secara bertahap, maka potensi
untuk melancarkan protes dan emosi untuk mengajukan perlawanan menjadi
terkendali. Orang-orang tidak akan berdemonstrasi hanya karena peningkatan pajak
sejumlah 10 DM (sekitar 5 Euro) per bulan. Tetapi jika peningkatan pajak langsung
ditetapkan 100 DM per bulan, tentu akan ada banyak orang yang termotivasi untuk
melancarkan demonstrasi untuk menyikapi peningkatan pajak ini.

219

Untuk kenaikan pajak 10 Euro per bulan masyarakat belum akan berdemonstrasi di
jalanan. Namun jika masyarakat harus membayar kenaikan pajak 100 Euro per
bulan, maka akan banyak orang yang termotivasi untuk ikut serta dalam aksi-aksi
menentang kenaikan pajak.

Jika harga pangan dinaikkan sekitar 2% per bulan, maka kemungkinan besar tidak
akan ada protes yang dilancarkan. Dalam 12 bulan, peningkatan ini sudah akan lebih
dari 26%. Apabila jumlah ini dinaikkan sekaligus, tentu program ini tidak dapat
diwujudkan karena adanya protes masyarakat.

Contoh: Banyak negara seperti Tunisia, Indonesia, Thailand, dsb. memiliki
pengalaman soal peningkatan harga pangan secara radikal akibat tekanan
IMF atau Bank Dunia. Sebuah strategi langkah-langkah kecil seharusnya
dapat mencegah terjadinya kerusuhan dan konfrontasi.

13.2.7. Permainan jurang Brinkmanship

Sebuah contoh Brinkmanship yang paling terkenal adalah krisis Kuba pada
tahun 1962. Pada saat itu, John F. Kennedy mengumumkan suatu blokade
laut terhadap Kuba, setelah ia mengetahui bahwa Uni Sovyet hendak
menempatkan stasiun untuk roket bom atom di Kuba, dan bahwa mereka
bahkan telah membangun tempat penyimpanan roket.

Seandainya Uni Sovyet di bawah pimpinan Nikita Khruschtschev menerima
tantangan, maka krisis yang terjadi dapat meningkat dan akan menjadi perang nuklir.
Ada beberapa pilihan terbuka bagi kedua belah pihak untuk bertindak. Beberapa
pilihan akan mengarah pada situasi yang aman misalnya seperti Amerika yang
memilih tidak bertindak, atau Rusia yang membongkar roket-roket yang ditempatkan
di Kuba. Beberapa pilihan lainnya memiliki tingkat bahaya yang berbeda-beda,
misalnya tindakan menghentikan pengangkut roket di Atlantik, pematahan blokade
laut, atau serangan preventif terhadap Amerika Serikat. Tidak seorang pun dapat
memprediksi letak titik kritis aksi ini.


220

Pemikiran yang ada di balik strategi Brinkmanship adalah mengarahkan lawan ke
ambang bencana untuk memaksanya mundur. Kunci untuk memahami strategi
Brinkmanship ini adalah dengan memahami bahwa lawan bukan didorong menuju ke
jurang curam yang tegak lurus, melainkan lebih ke sebuah turunan yang makin jauh
makin bertambah curam. Ini berarti bahwa kita pun bisa tergelincir dan ikut jatuh ke
dalam jurang tersebut bersama lawan.

Jadi inti strategi Brinkmanship adalah menciptakan sebuah risiko dengan sengaja.
Risiko tersebut haruslah tidak dapat ditanggung oleh lawan sehingga ia terpaksa
menghindari bahaya tersebut dan mengubah sikapnya. Sebuah ancaman murni tidak
dapat memiliki efek yang sama dengan Brinkmanship, karena dalam Brinkmanship
risiko kegagalan manusia yang tak dapat diperhitungkan atau sikap yang didasari
emosi semata dapat mengubah bahaya yang ada menjadi kenyataan.

Apabila kita menerapkan Brinkmanship, maka situasi yang ada dapat benar-benar
berubah menjadi bencana seperti terperosok ke dalam jurang yang curam.

Sebuah contoh adalah pembantaian mahasiswa Cina yang terjadi pada
tahun 1989 di lapangan Tiannanmen di Peking. Di sini, para mahasiswa
berhadapan dengan garis keras pemerintahan dalam sebuah konfrontasi.
Pilihan yang ada hanyalah: garis keras tersebut harus kehilangan
kekuasaannya, atau mahasiswa harus berkompromi dengan tuntutan yang
mereka ajukan. Kita tentu sudah mengetahui bagaimana akhir cerita ini.

Lain halnya dengan aksi yang terjadi di bekas Jerman Timur dan Cekoslowakia,
berupa protes-protes demokratis. Di sini para pimpinan politik memutuskan untuk
mengalah. Tapi seperti yang diketahui kemudian, keputusan tentang cara yang
dipakai untuk menangani para demonstran di Leipzig ini seperti telur di ujung tanduk,
yang sebenarnya dapat saja berakhir dengan sebuah kejatuhan pemerintah ke
dalam jurang.

Satu contoh lain tentang Brinkmanship yang berhasil adalah permainan
yang dilakukan Perancis di Uni Eropa, terkait dengan jabatan Presiden
Bank Sentral Eropa. Di sini, Perancis mempertaruhkan lahirnya Euro pada

221

detik terakhir, untuk mempersingkat masa jabatan M. Duisenberg.
Memang hal ini tidak berhasil secara resmi, tapi pada kenyataannya,
tampaknya Duisenberg tidak akan menjalani seluruh masa jabatannya
sampai selesai.

Kita bisa menemukan berbagai contoh Brinkmanship ini, meskipun tidak semuanya
membawa kiamat dunia atau membahayakan penerapan mata uang Euro. Sebagai
contoh, antara lain adalah:

- Pengusaha dan serikat buruh menghadapi sebuah pemogokan yang dapat
membawa akibat buruk bagi kedua belah pihak.
- Pasangan suami-istri yang keras kepala dan tidak mau saling mengalah, dan
mengambil risiko untuk bercerai .
- Parlemen melancarkan blokade anggaran dan menyebabkan risiko pemerintahan
mereka bangkrut.

Dalam kasus-kasus semacam itu, pihak-pihak yang terlibat sengaja melakukan dan
memanipulasi risiko yang dapat membawa akibat yang buruk bagi kedua belah
pihak. Melalui cara ini, mereka berusaha memaksa pihak lainnya untuk mengubah
langkahnya.

13.2.8. Strategi dalam permainan jumlah nol dan permainan non-jumlah nol

Ada berbagai situasi politik yang berupa permainan jumlah nol (zero-sum game). Ini
artinya, jika pihak yang satu menang, pihak lainnya pasti kalah. Jika pihak yang satu
memperoleh kekuasaan, pihak lainnya harus menyerahkan kekuasaan. Jika pihak
yang satu membayar pajak lebih sedikit, pihak lainnya harus membayar pajak lebih
banyak (setidaknya jika anggaran belanja pemerintah harus dibuat berimbang).
Apabila yang satu hendak mewujudkan suatu proyek baru, maka harus ada
penghematan di pihak lain, atau pihak yang lain harus membayar lebih; atau
generasi yang satu berhutang, generasi berikutnya harus membayar hutang ini.

Dalam kampanye pemilu, hal-hal seperti ini sudah jamak terjadi. Kebijakan dapat
dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Jika kita melakukan pendekatan sektoral

222

terhadap sebuah kebijakan, ada berbagai proses politik berupa permainan jumlah
nol. Tetapi, permainan jumlah nol bisa berubah menjadi permainan non-jumlah nol,
jika kita menggunakan pendekatan holistik untuk menyikapi kebijakan tersebut
dengan mempertimbangkan lingkungan eksternal atau struktur sosial. Kasus seperti
ini ditunjukkan oleh problem dilema sosial ekologis.

Strategi-strategi permainan jumlah nol lebih mudah daripada strategi yang diterapkan
dalam kasus-kasus lainnya. Dalam permainan jumlah nol, yang penting hanyalah
kemenangan, atau dengan kata lain, merebut sesuatu dari lawan (misalnya suara
pemilih, kekuasaan, pengaruh, uang, dsb.). Dalam permainan non-jumlah nol, yang
diutamakan adalah dicapainya hasil yang paling optimal bagi semua pihak yang
terlibat. Ini artinya, harus ada kerjasama, tawar-menawar ataupun kesepakatan
bersama. Yang terpenting di sini adalah strategi-strategi yang menghasilkan win-win
solution (keuntungan yang sama bagi kedua belah pihak).

13.2.9. Strategi tak terduga

Strategi tak terduga (unpredictability) bisa berhasil karena strategi ini mengejutkan
lawan dengan sesuatu yang sama sekali tidak ia harapkan. Oleh karena itu, strategi
'tak terduga' ini adalah strategi untuk menandingi strategi 'keputusan dalam langkah-
langkah sekuensial' dan strategi 'memandang ke depan dan menyimpulkan.'

Contoh: Katakanlah, pemerintah merencanakan program privatisasi
secara besar-besaran. Secara umum, kita dapat berasumsi bahwa
tindakan ini akan menimbulkan konflik antara pemerintah dengan serikat
buruh yang berpotensi dimanfaatkan oleh partai-partai oposisi. Dengan
kata lain, pihak oposisi memandang ke depan dan mengharapkan
adanya sebuah konflik, dan setelah itu menarik kesimpulan dan
mempersiapkan diri untuk terjadinya konflik ini.

Secara strategis, adalah tepat jika pemerintah membangun ikatan kerja dengan
serikat buruh. Ikatan ini hendaknya mengikat serikat buruh sedemikian rupa,
sehingga saat pemerintah akan menerapkan privatisasi, mereka akan sulit
melepaskan diri dari ikatan ini. Perkembangan semacam ini tidak diduga oleh pihak

223

oposisi, sehingga kemungkinan besar mereka akan mengambil keputusan strategis
yang keliru.

Contoh-contoh lain menunjukkan bahwa dalam sebuah kejadian yang tidak terduga,
pihak yang terkena dampak dari kejadian ini akan terlambat bereaksi sehingga
hasil yang hendak dicapai oleh inisiator strategi sudah dapat diraih sebelum pihak
lawan dapat memberikan perlawanan. Dalam konteks militer, hal ini dapat
disamakan dengan serangan mendadak.

Contoh: Saat Tony Blair menjabat sebagai kepala pemerintahan, ia
menetapkan program untuk meningkatkan biaya kuliah. Tidak ada seorang
pun yang menduga bahwa ia akan melakukan hal tersebut, karena
tindakannya itu dapat dianggap tidak ramah terhadap calon tenaga kerja di
masa depan. Tidak akan ada pemerintahan konservatif yang dapat
melakukan hal yang sama tanpa memperoleh protes yang hebat. Tapi,
Tony Blair dengan mudah dapat mewujudkannya.

13.2.10. Strategi disinformasi

Strategi disinformasi dapat diterapkan secara ofensif maupun defensif. Saat
melakukan pertahanan, strategi ini menggunakan dua pendekatan: yang pertama
memberi informasi yang salah (penipuan), dan yang kedua, memberi informasi
secara berlebihan (banjir informasi) sehingga tidak dapat ditelaah lagi mana
informasi yang benar dan mana yang tidak.

Pendekatan ofensif penyebarluasan informasi yang salah.
Penyebarluasan informasi yang salah sengaja dilakukan dengan tujuan agar
masyarakat atau pihak lawan salah menginterpretasikan informasi tersebut,
sehingga, akibatnya, mereka menangkap isu-isu yang tidak benar.

Strategi ini dipopulerkan oleh agen-agen rahasia yang biasanya menggunakan
dokumen, surat, foto, isu dan laporan palsu yang bertujuan meningkatkan
ketegangan politik dalam negeri negara-negara tertentu guna menyingkirkan
pemerintahan yang tidak mereka sukai atau memancing munculnya aksi-aksi

224

revolusioner. Yang berhasil menerapkan strategi ini antara lain adalah KGB, FBI, CIA
dan berbagai dinas rahasia lainnya.

Laporan-laporan palsu seperti itu juga sering digunakan dalam aktivitas partai politik
sehari-hari. Di negara-negara tertentu, laporan-laporan palsu semacam ini sering
digunakan dalam kampanye pemilu, dan dikenal dengan kampanye hitam (black
campaign).

Pendekatan defensif penyebarluasan informasi yang salah.
Strategi ini dapat digunakan untuk menutup-nutupi informasi yang tidak
menyenangkan dan menyingkirkan kerugian-kerugian strategis yang ada. Dalam
kasus semacam ini, strategi disinformasi merupakan bentuk strategi defensif, yang
dipakai untuk menghadapi serangan lawan.

Contoh: Dalam perjalanan karirnya, seorang politisi terjebak dan menerima
sejumlah uang untuk melakukan suatu tindakan politis tertentu. Ternyata
lawannya memperoleh informasi tentang hal itu, dan bermaksud
membocorkannya di depan umum.

Secara umum, perbuatan yang dilakukan politisi tersebut dapat digolongkan sebagai
tindak korupsi. Jika ada gejala kejadian ini akan diketahui oleh publik, maka perlu
disiapkan sebuah kampanye disinformasi untuk mengaburkan masalah ini. Untuk itu,
beberapa kasus korupsi yang pernah terjadi sebelumnya perlu direkonstruksi dan
disebarluaskan kepada masyarakat. Bahan-bahan yang dapat membuktikan bahwa
tuduhan korupsi tersebut tidak beralasan sudah dipersiapkan. Dalam kekacauan
informasi ini, satu-satunya informasi yang 'benar' justru akan tenggelam.

Film "Wag the Dog" yang dimainkan oleh Dustin Hoffmann dan Robert de Niro
memperkenalkan sebuah strategi disinformasi yang sangat berhasil. Seorang gadis
yang masih sekolah mengancam akan memberitakan bahwa presiden Amerika
Serikat telah "mendekatinya" saat ia berkunjung ke Gedung Putih. Untuk menutupi
hal ini, direkayasalah sebuah perang dengan Albania, yang diberitakan secara
gencar di berbagai media. Hasilnya, sang kandidat akhirnya memenangkan pemilu.

225

Perintah untuk membombardir Irak oleh Amerika yang diumumkan pada saat
kasus Lewinsky sedang ramai dibicarakan, dikomentari oleh berbagai wartawan
dengan mengacu pada film "Wag the Dog" itu.

Pendekatan defensif penyebarluasan informasi secara berlebihan.
Disinformasi juga dapat diterapkan sebagai pertahanan atas penyerangan sebuah
isu yang menguntungkan pihak lawan secara strategis.

Contoh: Dalam suatu kampanye pemilu, seorang kandidat memiliki
keuntungan strategis dengan mengangkat sebuah isu. Dapat diduga,
keuntungan strategis yang ia miliki sedemikian kuatnya sehingga dapat
membuatnya memenangkan pemilu.

Dalam kasus semacam itu, keuntungan strategis yang ada perlu disamarkan melalui
suatu debat teknis. Ini berarti, bahwa partai atau kandidat lawan harus masuk ke
dalam sebuah debat tentang rincian-rincian teknis, tentang keberhasilan dan
kegagalan, tentang kemungkinan dan ketidakmungkinan dilaksanakannya hal
tersebut, perlunya peraturan-peraturan legal, dibutuhkannya personil-personil yang
bisa mewujudkan rencana tersebut, dsb., dsb. sehingga di bawah banjir informasi
yang sedemikian rupa, pemilih diharapkan tidak dapat mengenali keuntungan
strategis yang ada.

13.2.11. Strategi mengaku clearance

Strategi mengaku (juga dikenal dengan sebutan clearance kick) adalah sebuah
strategi defensif. Strategi ini digunakan untuk mengakhiri perdebatan yang tidak
mengenakkan. Dalam aksi black campaign seringkali dilontarkan berbagai tuduhan
yang sangat sulit untuk dibantah.

Sebuah tuduhan yang kerap dilontarkan adalah bahwa seorang kandidat
memiliki anak di luar nikah, atau memiliki kekasih gelap.

Tuduhan-tuduhan ini biasanya tetap dibiarkan kabur sehingga sulit untuk dibantah
atau dibuktikan dengan pembuktian terbalik. Apabila kelompok target tidak terlalu

226

terganggu dengan munculnya tuduhan-tuduhan semacam itu, maka akan lebih baik
bagi sang kandidat untuk mengakuinya terus terang, karena pengakuan tersebut
akan mengakhiri debat yang terjadi. Di Amerika Latin, tuduhan semacam ini tidak
terlalu berakibat merugikan sang kandidat. Setelah kasus Clinton terjadi, masyarakat
Amerika Utara yang lebih konservatif sekali pun bisa menjadi terbiasa dengan
tuduhan semacam itu. Tetapi kita harus benar-benar dapat menimbang, apakah
tuduhan itu dapat diterima oleh kelompok target atau tidak. Sebagai contoh, tuduhan
homoseksual terhadap seorang kandidat benar-benar tidak dapat diterima di
beberapa negara tertentu, sehingga strategi mengaku dalam hal ini menjadi tidak
tepat karena akan menjadi bumerang baginya.

Sebuah situasi yang lain terjadi tatkala suatu partai pemerintah dituduh telah
melakukan kesalahan dalam politik. Di sini, strategi mengaku dapat menjadi suatu
pembebasan bagi dirinya. Dalam kasus semacam ini, adalah bijak untuk membuat
daftar yang memuat semua kesalahan yang pernah kita lakukan, dan kemudian
mempresentasikannya di depan publik dengan menyatakan bahwa kita telah
mengidentifikasi kesalahan-kesalahan kita selama ini, dan tidak akan pernah
mengulanginya lagi. Dengan demikian, oposisi tidak memiliki kesempatan untuk
mengungkit-ungkit dan membahas kesalahan itu di depan umum.

Karena pemilih selalu lebih tertarik memandang ke depan dibanding ke belakang,
maka proses ini sesuai dengan harapan pemilih. Sayangnya para politisi sangat sulit
diyakinkan untuk menggunakan strategi ini.

Dalam dunia bisnis, semakin banyak kampanye yang menggunakan
pengakuan ini sebagai perangkat pembentukan kepercayaan publik. Suatu
contoh yang khas adalah iklan suatu perusahaan otomotif yang
menyatakan: "Kami mengerti."

13.3. Prioritas untuk sub-strategi

Prioritas dalam sub-strategi berorientasi pada misi yang telah dirumuskan. Kekuatan-
kekuatan yang ada harus digabungkan sedemikian rupa sehingga misi tersebut
dapat dijalankan tanpa mengalami kerugian yang besar, yakni dengan menggunakan

227

seminimal mungkin sumberdaya. Dengan begitu, yang dipentingkan di sini adalah
meraih kemenangan dengan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Sun Tzu berpendapat: Yang terbaik dari segala hal adalah merebut semua
negara musuh dalam keadaan utuh.

Mengacu pada strategi politik, ini berarti bahwa budaya politik yang ada tidak boleh
dihancurkan selama berlangsungnya pemilu, agar sebuah negara tetap dapat
diperintah secara demokratis. Karena itu, kita harus selalu memilih strategi yang
sesedikit mungkin memiliki pengaruh negatif terhadap budaya politik.

Sun Tzu juga berkata: pimpinan yang cakap dapat menaklukkan pasukan
musuh tanpa pertempuran apa pun; ia rebut kota-kota musuh tanpa
serangan yang berkepanjangan.

Fokus yang ditekankan di sini adalah pemanfaatan sumberdaya. Sasaran harus
dicapai dengan menggunakan sesedikit mungkin sumberdaya, yang artinya bahwa
kita seharusnya hanya aktif dalam bidang-bidang di mana kita bisa meraih
keberhasilan yang nyata dalam jangka waktu yang singkat. Ini juga berarti bahwa
kita hendaknya tidak melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan, melainkan
hanya melakukan hal-hal yang paling mudah yang menjanjikan keberhasilan.

Oleh karena itu, sub-strategi atau solusi-solusi untuk menangani kelemahan atau
bidang-bidang yang dipergunakan untuk menyerang harus diklasifikasi dan
ditelaah berdasarkan prioritas tertentu. (Sub)sasaran-sasaran strategi itu harus
benar-benar dapat dicapai secara nyata, dan setiap strategi harus meraih
keuntungan-keuntungan atau keberhasilan-keberhasilan yang penting untuk
pencapaian misi secara keseluruhan.

Lalu bagaimana kita harus menyusun prioritas yang dimaksud itu?

Kata Sun Tzu: "Bentuk yang tertinggi dari kepemimpinan adalah
menyerang strategi musuh; yang terbaik kedua adalah mengacaukan
persekutuannya; yang terbaik berikutnya adalah menyerang tentara

228

musuh; dan kebijakan yang paling buruk adalah mengepung kota-kota
berbenteng." Lakukan yang terakhir ini hanya jika tidak ada pilihan lain.

13.3.1. Menyerang strategi lawan

Apa implikasi pernyataan ini bagi perencanaan strategi yang praktis? Yang pertama-
tama perlu dipertanyakan adalah, bagaimana kita dapat menyerang strategi lawan?
Untuk itu, tentu saja terlebih dahulu kita perlu mengenali seperti apa strategi mereka.
Langkah ini dapat dilakukan dengan mengamati lawan dan juga memata-matainya.
71

Selain itu, dapat pula dilakukan dengan melihat ke depan dan menarik kesimpulan.
72

Jika kita telah mengenal strategi lawan, atau dapat memperkirakan dengan pasti
strategi mana yang akan ia pilih, kita dapat menyerang strategi tersebut dengan lebih
mudah. Tujuan penyerangan adalah untuk mengganggu lawan sejak awal, sehingga
ia tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan kekuatan yang ia miliki.

Contoh 1: Jika lawan ingin mengubah penawaran produknya sesuai
dengan strategi yang ia gunakan, dan memperkenalkan ke pasar suatu
produk baru yang menarik, maka sebisa mungkin kita harus
mendahuluinya. Ini dapat kita lakukan dengan cara melemparkan produk
yang sama atau yang sangat mirip dengan produk lawan ke pasaran
sekitar sepuluh hari sebelum lawan melakukannya. Dengan demikian,
lawan hanya memiliki pilihan untuk melemparkan tiruan produk tersebut
ke pasaran, atau memutuskan untuk tidak meluncurkan produk itu sama
sekali.

Untuk diperhatikan: selalu ada risiko bahwa lawan merencanakan strategi-strategi
sebagai tipu muslihat. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa strategi yang
diterapkan lawan benar-benar merupakan strategi yang riil, dan bukan sebuah
strategi tipuan yang direncanakan untuk menjebak kita, agar kita mengambil langkah
yang salah.


71
Lihat Bab 18.1.5 tentang Spionase.
72
Lihat Bab 11.2.1 tentang Keputusan Strategis dengan Langkah-langkah Bertahap/Sekuensial

229

Contoh 2: Jika lawan bermaksud membentuk sebuah kelompok target
baru, maka kita harus mendahuluinya dalam segmen pasar yang sama.
Semakin dini kita menduduki segmen pasar tersebut, semakin sulit bagi
lawan untuk dapat menempatkan dirinya di sana.

Sun Tzu berpendapat: siapa yang mencapai dan menduduki medan
pertempuran lebih dulu dan menunggu kedatangan musuh akan bisa
bertempur dalam keadaan bugar karena memiliki waktu untuk istirahat.
Mereka yang terlambat tiba harus tergesa-gesa melibatkan diri dalam
pertempuran, sementara masih lelah dan kehabisan nafas.

Contoh 3: Jika lawan ingin menyerang kita di satu titik tertentu, kita dapat
memperkuat pertahanan kita di bagian tersebut. Mungkin kita bahkan
dapat mengorbankan satu medan pertempuran yang tidak terlalu penting,
dan membiarkan lawan menyerang tempat yang kosong.

Sistem pengamatan yang baik diperlukan untuk menyerang strategi lawan. Untuk itu,
sebuah organisasi atau partai harus mengambil langkah pro-aktif. Karena biasanya
mayoritas partai tidak bertindak seperti itu dan cenderung bertindak reaktif, langkah
pro-aktif ini sangat efektif, tapi sayangnya sulit diwujudkan dalam dunia politik.

13.3.2. Menghancurkan aliansi lawan

Dalam politik ada berbagai aliansi, mulai dari kerjasama tertutup antar tokoh-tokoh
berpengaruh sampai pada dukungan terbuka yang diberikan oleh gereja, serikat
buruh, dan dewan pimpinan organisasi-organisasi penting kepada partai-partai dan
kandidat, dsb.

Dukungan gereja pada beberapa kandidat tertentu sangat berpengaruh pada hasil
pemilu. Bukan hanya gereja-gereja besar, melainkan terkadang sekte-sekte dan
kelompok-kelompok sekte kecil yang sangat efektif.

Dalam pemilihan presiden di Guatemala, seorang kandidat bernama
Serrano yang tadinya tidak terlalu populer dalam berbagai survai berhasil

230

menjadi presiden setelah ia memperoleh dukungan sekte-sekte Kristen di
Guatemala.

Pengaruh yang dimiliki serikat buruh terhadap hasil pemilu dapat dilihat secara jelas
di berbagai negara.

Dalam pemilu tahun 1998 di Jerman, serikat-serikat buruh yang ada
secara terang-terangan memihak kandidat kanselir dari partai sosial
demokrat, dan mereka memberikan kontribusi substantif terhadap
kemenangan partai tersebut.
Selain itu kita juga mengenal pengaruh serikat buruh dalam mencegah
diterapkannya kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi
perusahaan negara di Uruguay di bawah presiden Lacalle.
Sebuah contoh aliansi politis juga ada pada OPEC. Tetapi aliansi ini
senantiasa menjadi lemah karena masing-masing anggotanya dapat diadu
domba atau karena beberapa anggota memperoleh janji tertentu secara
masif, sehingga mereka menghianati anggota aliansi lainnya. OPEC, tentu
saja, mengalami penderitaan akibat dari masalah yang ditimbulkan oleh
dilema tahanan.
73


Aliansi seringkali bersikap kritis terutama bila menyangkut soal pendanaan
kampanye. Pada saat yang sama, mereka bisa memberi pengaruh untuk
menggagalkan diterapkannya suatu kebijakan tertentu, sesuai dengan keinginan
mereka.

Ssuatu contoh kasus yang khas adalah hubungan dekat antara "National
Rifle Association" dengan politisi-politisi tertentu di Amerika Serikat.
Berbagai pemerintahan senantiasa menghadapi protes keras dari National
Rifle Association ketika mereka melakukan upaya membatasi ijin dan
kepemilikan senjata. Rifle Association memiliki kemampuan untuk
memberikan pengaruh yang kuat atas pembuatan keputusan-keputusan
politik karena adanya aliansi antara mereka dengan politisi-politisi
tertentu di sana.

73
Lihat Bab 11.2.2 tentang Keputusan strategis dengan langkah-langkah simultan

231


Satu-satunya strategi tandingan yang dimungkinkan dalam kasus ini adalah
membangun sebuah aliansi penentang senjata yang lebih kuat dan berkuasa, yang
dapat mengendurkan jeratan Rifle Association dengan dukungan sumber-sumber
keuangan yang baru dan para pemilih yang baru pula.

Beberapa strategi untuk merespon aliansi seperti itu, adalah:

1. Menghalangi pembentukan aliansi melalui manuver gangguan dengan cara
mendiskreditkan atau memberikan tawaran yang lebih menarik dan lebih baik
kepada mitra aliansi yang mereka incar. Langkah ini bisa diteruskan dengan upaya
memecah-belah mitra aliansi yang potensial tersebut dan dengan demikian
memperlemahnya sedemikian rupa sehingga si calon mitra membatalkan bergabung
ke dalam aliansi.

2. Menggangu kesepakatan antar-pihak yang telah dibangun di dalam sebuah
aliansi. Langkah ini dapat dilakukan dengan menanam pengganggu-pengganggu di
dalam aliansi, dengan menyebar rumor dan mendiskreditkan pimpinan mitra aliansi.
Tetapi langkah lainnya yang juga efektif adalah dengan memberikan tawaran-
tawaran yang menguntungkan kepada pimpinan mitra aliansi. Pada masa lalu,
perkawinan juga digunakan untuk mempererat ikatan aliansi yang bertujuan untuk
melawan serangan yang memecah-belah mereka. Dengan demikian, mitra aliansi
tidak hanya diikat melalui kontrak, tetapi juga melalui ikatan kekeluargaan. "Tu Felix
Austria Nube
74
" merupakan pernyataan yang paling terkenal yang mendasari
prinsip ini.

3.Membentuk aliansi sendiri untuk mencegah pengaruh aliansi lainnya.

Suatu contoh pembentukan aliansi dapat kita temui di pasar
telekomunikasi global. Gagalnya pembentukan aliansi antara Deutsche
Telecom dan Telekom Italia merupakan sebuah manuver pencegahan
strategis.

74
Bella gerant alii, tu felix Austria nube! "Biarkan yang lain berperang, engkau Austria yang
berbahagia Menikahlah!"

232

Salah satu perkembangan terbaru dalam aliansi strategis dapat
kita temui dalam bidang penerbangan. Di sini selain Star-Alliance
yang terdiri dari Lufthansa, United Airlines, terdapat pula aliansi
strategis lainnya dari KLM dan Air France. Di sini gangguan-
gangguan dan upaya-upaya untuk menghambat aliansi-aliansi
semacam ini sudah menjadi hal yang lazim.

13.3.3. Menyerang lawan

Dalam strategi politik, menyerang lawan berarti:
1. Merebut sumberdaya lawan,
2. Merebut para pemilih lawan dengan memberikan tawaran yang lebih baik, atau
3. Menghancurkan moral pendukung lawan.

Merebut sumberdaya lawan dapat dilakukan dengan cara:
- Merebut pekerja inti dan ahli-ahli yang dimiliki lawan. Perusahaan Headhunting
dapat dipercaya untuk melakukan langkah ini. Mitra aliansi sering digunakan untuk
tujuan ini, karena peralihan pekerja secara langsung ke pihak lawan biasanya
dilakukan selangkah lebih maju. Dalam bidang politik, pengambil-alihan pekerja
humas, perencana strategi, ahli logistik dan tokoh-tokoh kunci yang memiliki
spesialiasi dalam isu-isu politik tertentu dapat memperlemah lawan. Politik dagang
sapi antar-fraksi di parlemen adalah contoh metode lain yang cukup poluler untuk
kasus ini.
- Mengganggu cash-flow (anggaran) lawan. Sekali lagi, ada banyak cara untuk
melakukan langkah ini. Melakukan tekanan terhadap bank atau penyandang dana
lainnya, membongkar kesalahan manajemen dan skandal keuangan yang terjadi di
pihak lawan, menyangsikan kelayakan kredit yang diperoleh lawan, dan
mempertanyakan kemungkinan lawan untuk menang dalam pemilu.

Dalam kampanye pertama untuk pemilihan presiden, tim pemenangan
Clinton mengalami kehancuran sumberdaya. Hal ini terjadi karena
penampilan kandidat Ross Perot secara jelas telah mengurangi semangat
Clinton untuk menang. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kampanye

233

pemilu di Amerika Serikat, Clinton perlu mengambil kredit bank untuk
dapat meneruskan kampanyenya.

Penawaran yang lebih baik
Memberi tawaran yang lebih baik untuk merebut pemilih lawan adalah bentuk
penyerangan yang paling jujur. Berbagai produk berbeda saling berkompetisi di
pasar pemilih. Para pemilih punya pilihan, dan yang memberikan penawaran terbaik
bagi target pemilih yang tepatlah yang akan menang.

Tetapi ada banyak nuansa juga di sini. Tak jarang para kandidat memberikan
harapan untuk hal-hal yang lebih baik dan memberikan berbagai tawaran yang lebih
menarik tetapi menjadi tidak realistis. Mereka memberi janji-janji muluk, meskipun
sebenarnya tahu bahwa tak mungkin dapat memenuhi semua janji itu.

Sekarang mari kita bahas strategi populis.
Apa itu populisme? Istilah ini diperdebatkan di kalangan ahli politik dan karena itu
seringkali digunakan sebagai pencemaran nama baik sebagai akibat dari
ketidakpastian dalam menghadapi lawan-lawan politik yang tidak disukai. Istilah
populis dipakai oleh politisi yang tidak bertindak populis, namun melakukan tindakan
yang tidak menyenangkan bagi partai-partai lawan. Di sini kata populis digunakan
sebagai upaya diskriminasi.

Terlepas dari kesulitan untuk mendefinisikannya, ada sebuah cara bertindak tertentu
yang ditemukan di dalam komunikasi politik yang kita bisa katakan di sini sebagai
populisme.

Populisme menggambarkan sebuah upaya politik untuk mendekati rakyat, yang
menggunakan ketidakpuasan, ketakutan dan konflik-konflik aktual sebagai
tujuannya. Dengan demikian populisme menyapa dengan perasaan,
memperkenalkan solusi-solusi yang mudah dan bekerja dengan gambaran musuh
yang jelas. Realisasi dari solusi-solusi tersebut tidak dianggap penting. Dengan
strategi seperti ini populisme meraih sukses di dalam masyarakat dengan
perkembangan yang cepat, dengan situasi yang kompleks dan dikombinasikan
dengan seorang pemimpin yang karismatik. Kelompok sasaran dari populisme

234

biasanya ada lapisan-lapisan sosial dan kelompok-kelompok masyarakat yang
diabaikan oleh sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang berlaku
maupun oleh perkembangan ketiga sistem tersebut..

Dalam ekonomi politik yang baru populisme digambarkan menjadi trend bagi partai-
partai dan politisi untuk meraih kelas sosial menengah. Kecenderungan ini muncul
akibat adanya reduksi terhadap penyelesaian masalah dengan cara-cara yang
sederhana, sehingga pesaing yang memiliki posisi menengah yang ideal seperti ini
dapat memperoleh suara mayoritas. (Model pemilih median)
75


Model pemilih medianl
76


Model pemilih median terutama akan menjadi masalah bagi politisi ketika mereka
harus mengikuti suatu pemilihan kandidat (konvensi).

Contoh: Seorang kandidat dari Partai Demokrat di Amerika
Serikat dalam pemilihan kandidat (konvensi) harus benar-benar
menunjukkan dirinya lebih kiri dibandingkan saat dalam Pemilu
sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena median dari anggota
dan simpatisan Partai Demokrat terletak jauh lebih kiri
dibandingkan dengan anggota Partai Republik. Apabila
kemudian kandidat tersebut dipilih dalam pemilihan kandidat,
maka ia harus bergeser ke kanan, agar ia dapat mendekati
pemilih median dari segenap masyarakat. Median ini telah
digeser ke kanan oleh pemilih Partai Republik.


75
Roger Congleton: The Median Voter Model . In: Rowley, R. K.; Schneider, F. (Hrsg.): The Encyclopedia of Public
Choice. 2002.
76
aus: http://de.wikipedia.org/wiki/Datei:Median_voter_model.png#file

235

Strategi yang perlu dilakukan oleh populisme adalah tentu saja melakukan
komunikasi dan menyampaikan misi. Yang penting dalam strategi populisme adalah
emosi yang dibangun dan penyederhanaan terhadap masalah-masalah yang
kompleks. Masalah ini akan kita bahas lebih rinci di bab 15.3, apabila berkaitan
dengan gambaran pengambilan keputusan pada pemilih. Di sini ada jawaban
tentang keberhasilan strategi populis. Dalam situasi-situasi yang rumit dan terutama
bila rasa takut berperan penting, pengambilan keputusan selalu dikendalikan oleh
emosi dan bersifat irasional. Karena itu sebenarnya tidak ada strategi yang sukses
dalam Pemilu yang sedang berlangsung untuk menghentikan politisi dan partai yang
populis. Yang berpengaruh buruk di sini adalah ketertarikan media terhadap politisi-
politisi dan partai-partai populis, karena media memberikan perhatian yang sangat
besar pada mereka.
77
Untuk melawan partai-partai dan politisi-politisi populis ini yang
perlu dilakukan adalah strategi jangka panjang dengan cara pendewasaan dan
pendidikan politik, yang isinya menjelaskan bahwa politik tidak boleh hanya dilihat
sebagai satu faktor dan harus dibayangkan pada posisi pemilih untuk dapat
memahami sistem yang rumit. Di seluruh dunia hingga saat ini lebih dari 95%
pemilih masih jauh dari kondisi yang diharapkan tersebut. Memang partai-partai non
populis harus dituntut untuk menguji komunikasi politik mereka agar dapat diterima
pemilih.

Pengalaman dengan strategi populis menunjukkan bahwa sang populis biasanya
menang. Ini menyebabkan para kandidat dan partai yang sebetulnya tidak ingin
menggunakan strategi ini, terpaksa mengeluarkan janji yang lebih muluk lebih dari
apa yang dapat mereka tepati.

Penghancuran Moral Pendukung Lawan

Penghancuran moral pendukung lawan dapat menjadi sebuah instrumen yang
penting jika lawan bergantung pada anggota atau pendukungnya. Kita dapat
menemukan tindakan seperti ini di negara-negara di mana media dikendalikan oleh
pemerintah. Di sini partai oposisi kemudian berusaha mengadakan suatu kampanye
melalui anggota mereka dengan menerabas media resmi dan juga menelan biaya
yang relatif tidak mahal.

77
Thomas Meyer (2006): Populismus und Medien. VS-Verlag Wiesbaden

236


Dalam situasi semacam ini, partai-partai pemerintah mengintimidasi para pendukung
oposisi untuk menghancurkan dukungan mereka terhadap partai oposisi tersebut.

Contoh: Di Kenya, partai pemerintah KANU, yang merupakan partai sang
presiden Arab Moi, berusaha mengintimidasi pendukung kandidat dari
partai oposisi. Tindakan ini mereka lakukan dengan cara mengancam akan
menarik semua bantuan pemerintah di setiap daerah yang memilih
kandidat oposisi. Langkah pemerintah ini tentu saja akan menghancurkan
sistem pendidikan, kesehatan dan sistem jaminan sosial mereka.

Di negara-negara lain, misalnya di Cekoslovakia di bawah pemerintahan
Meciar, pendukung partai oposisi diancam secara hebat melalui berbagai
serangan, sehingga sangat sulit bagi partai oposisi untuk tampil di depan
publik.

Di Kamboja rumah-rumah mereka yang mengaku anggota dibakar atau
anggota tersebut langsung dibunuh.

Karena itu di beberapa negara dilaksanakan kampanye oleh partai-partai non-
partisan untuk melakukan Pemilu yang bebas dan adil, yang bersama dengan
tindakan lainnya memang tidak selalu berhasil karena adanya ancaman, namun
makin sering menjamin keberhasilan yang diperlukan pihak oposisi.

Oleh karena itu, di Cekoslovakia dibangun sebuah gerakan yang menolak afiliasi
dengan partai mana pun juga (non-partisan), untuk penyelenggaraan pemilu yang
bebas dan adil.
78
Gerakan ini dimaksudkan untuk menjamin keberhasilan oposisi
dengan memanfaatkan sarana-sarana alternatif, meskipun ada ancaman-ancaman.


78
Laporan: Campaign of non-governmental organization for free and fair elections OK'98 (Kampanye
organisasi non-pemerintah untuk pemilu yang bebas dan adil OK'98). Bratislava 1999, Partners for Democratic
Change (Partner bagi Perubahan Demokratis).

237

Cara lain yang dapat digunakan untuk merusak moral pendukung adalah dengan
mendiskreditkan pimpinan partai yang mereka dukung. Banyak kampanye, dan
biasanya berbentuk "black campaign,
79
yang dilakukan untuk tujuan ini.

13.3.4. Menduduki benteng lawan

Sun Tzu menggolongkan strategi ini sebagai bentuk strategi yang terburuk. Strategi
ini hendaknya dihindari, kecuali tidak ada pilihan lain.

Dalam hal ini, benteng lawan bisa berarti isu-isu politik yang amat dikuasai oleh
lawan di mana lawan memiliki kompetensi dan keuntungan strategis sehingga ia
tentu akan mempertahankannya dengan segala cara. Benteng lawan juga dapat
berupa kelompok-kelompok target yang sangat loyal terhadap pihak lawan, dan
lawan pun terorganisir dengan baik. Kelompok-kelompok target ini tentunya juga
akan mereka pertahankan dengan segala cara, dan dengan demikian mereka
memiliki keuntungan yang strategis.

Jika benteng-benteng ini diserang, diperlukan sumberdaya yang besar, dan harus
diperhitungkan bahwa hal ini akan memakan waktu yang panjang sebelum hasilnya
dapat dilihat. Biasanya organisasi politik tidak memiliki energi yang cukup untuk
waktu yang selama itu.

Tapi jika setelah melalui suatu pertimbangan yang matang kita tetap sampai pada
kesimpulan perlu menyerang sebuah isu atau kelompok target, konfrontasi yang
dilakukan sebaiknya jangan berupa konfrontasi terbuka, karena kita sudah pasti akan
kalah. Strategi yang perlu diterapkan di sini adalah strategi menyusup dan taktik
perang gerilya. Selain itu, orang-orang tertentu dapat disusupkan ke dalam sistem
(benteng) lawan untuk melakukan sabotase, spionase, disinformasi dan
penghancuran.

13.4. Merumuskan strategi

Ada empat prinsip yang perlu diperhatikan dalam merumuskan strategi.

79
Lihat Bab 11.2.10 tentang Strategi Disinformasi.

238

1. Prinsip memilih medan pertempuran atau memilih isu yang ingin kita
konfrontasikan dengan lawan. Yang perlu dilakukan di sini adalah mengidentifikasi
wilayah-wilayah yang dapat memberikan keuntungan strategis bagi kita, atau
wilayah-wilayah yang diabaikan lawan. Dan yang juga penting adalah mengenali
karakteristik khusus medan pertempuran.
2. Prinsip pemusatan kekuatan. Kekuatan dikonsentrasikan untuk memenangkan
suara mayoritas dengan cara melakukan manuver-manuver tipuan untuk
mengarahkan lawan ke tempat-tempat yang salah, dan menjamin keamanan bagi
rencana pertempuran yang sesungguhnya.
3. Prinsip penyerangan. Jika sebuah pertempuran perlu dihindari, misalnya karena
serangan terhadap strategi lawan atau penghancuran aliansi lawan mengalami
kegagalan atau tidak dimungkinkan, maka perlu ditetapkan jenis penyerangan yang
akan dilakukan. Ini menyangkut pula kemungkinan untuk menerapkan politik niche
yakni politik mencari celah untuk bertahan.
4. Prinsip pemanfaatan kekuatan langsung dan tidak langsung. Di luar kekuatan
partai atau organisasi yang eksis dan dikenali orang, masih ada kekuatan
tersembunyi yang tidak dapat secara langsung diperhitungkan sebagai bagian dari
partai atau organisasi. Tetapi kekuatan yang tersembunyi ini bisa dan dalam
kenyataannya harus menggunakan pengaruhnya. Mereka dapat ikut ambil bagian
dalam pertempuran dan menggeser titik fokus perhatian, memindahkan serangan
dan memperlemah pertahanan.

13.4.1. Pemilihan isu

Pemilihan isu yang strategis dilakukan secara bertahap. Langkah pertama adalah
pengumpulan isu-isu yang dapat ditawarkan partai dalam kampanye pemilu, dan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar partai. Untuk itu, program partai juga dapat
dijadikan dasar pemilihan isu.
Jika ada situasi di mana sebuah kebijakan diterapkan oleh badan eksekutif seperti
pemerintah atau walikota, isu-isu yang dikumpulkan hendaknya yang berhubungan
dan disatukan dengan isu utama.

Dalam sebuah program desentralisasi, kompilasi isu dapat berupa:
- Aparat pemerintahan yang dekat dengan lingkungan setempat,

239

- Pembuatan keputusan yang cepat,
- Penurunan biaya,
- Peningkatan kesempatan bagi warga untuk berpartisipasi dan memberi pengaruh
terhadap proses-proses kebijakan,
- dan sebagainya.

Dalam sebuah program privatisasi, daftar kompilasi isu dapat berupa:
- Menyeimbangkan anggaran belanja dengan menjual perusahaan milik negara
- Meningkatkan pelayanan yang efisien yang disediakan oleh sektor swasta
- Mundurnya negara dari bidang-bidang yang bukan menjadi tugas pokoknya
- Pelayanan dengan harga terjangkau
- Lebih fleksibel dalam menyediakan pelayanan dan menciptakan persaingan
- Memperkuat kelas menengah atau sektor swasta
- Meningkatkan kelangsungan sektor swasta tersebut di masa depan

Setelah isu-isu yang diperlukan selesai dikumpulkan, isu-isu itu perlu disaring
dengan menggunakan empat filter, yaitu:
1. Filter Ketertarikan/Kepentingan: Apakah isu itu menarik bagi semua orang atau
bagi kelompok tertentu, atau hanya dirasa penting oleh sang perencana strategi itu
sendiri? Isu haruslah berkaitan dengan kepentingan, wilayah-wilayah minat dan
kebutuhan masyarakat. Semboyan yang harus diingat: umpan yang diberikan harus
dirasa enak oleh ikan, dan bukan oleh si pemancing.
2. Filter Keuntungan strategis: Karena pertempuran di wilayah di mana kita tidak
memiliki keuntungan strategis tidak ada gunanya, maka isu-isu yang tidak
menjanjikan keberhasilan sebaiknya dikesampingkan karena kita terlalu lemah
dalam wilayah ini. Keuntungan strategis ini hanya ada jika isu itu sendiri membawa
keuntungan yang jelas, atau jika isu tersebut diabaikan oleh lawan, atau jika medan
pertempuran tempat dilakukannya konfrontasi memberi keuntungan bagi kita.
3. Filter Perbedaan: Strategi ofensif mengutamakan adanya perbedaan yang jelas
antara kita dengan lawan. Jika perbedaan-perbedaan ini tidak dapat ditunjukkan,
maka kita harus mengganti isu atau mengubah presentasi isu sedemikian rupa,
sehingga perbedaan-perbedaannya dapat dibuat menjadi nyata.
4. Filter Kejelasan: Salah satu kriteria penting dalam penyaringan isu adalah isu itu
harus mengandung argumen-argumen yang dapat dipahami dengan mudah. Warga,

240

yakni pihak yang kita targetkan sebagai penerima pesan, hendaknya dapat
memahami alasan-alasan dan isi tentang isu yang disampaikan. Jika isu itu tidak
dapat disampaikan secara jelas, maka ia menjadi tidak tepat untuk digunakan. Tentu
saja, emosionalisasi sebuah isu dapat menutupi kekurangjelasan. Dalam kata lain,
jangan berseru kepada "homo sapiens," tetapi berserulah kepada "hormo sapiens."
Untuk melihat emosionalisasi argumentasi lihat lebih jelas di bab 15.3.

Tabel berikut ini menggambarkan proses pengujian sebuah tema menurut
kegunaannya.

Tema (x)
Apakah tema tersebut konkret
dan menarik bagi kelompok
warga tertentu?
Ya/Tidak Kelompok warga, pro dan
kontra:
Apa keuntungannya bagi
warga?
Keuntungan 1: Keuntungan 2:
Bagaimana dan dengan siapa
tema atau solusi tersebut
membedakan kita?
Pesaing:
Apakah tema kita dapat
dipercaya, emosional dan
dipahami?
Ya/Tidak

Isu-isu dengan keuntungan strategis yang jelas

Isu-isu bisa disebut memiliki keuntungan strategis yang jelas, jika:
- Kita menjadi pihak yang pertama kali mengangkat isu tersebut, dan karena itu kita
memperoleh kompetensi dan status sebagai pemimpin opini;
- Isu-isu tersebut memenuhi struktur kebutuhan masyarakat;
- Kita dapat menunjukkan aliansi yang khusus dan stabil dengan kelompok-
kelompok masyarakat, dan oleh karena itu dapat berakar dalam masyarakat;
- Kita memiliki ahli-ahli yang handal yang kompeten mengolah isu tersebut, dan
memiliki kelompok-kelompok ahli yang mampu mewujudkan isu tersebut secara
umum;

241

- Kita mampu menggunakan isu tersebut untuk menarik sumberdaya dana dan
sumberdaya manusia;
- Isu tersebut didukung oleh media, biasanya karena berkaitan dengan sebuah
kejadian yang baru saja terjadi.

Isu-isu yang diabaikan Lawan
Isu-isu yang diabaikan lawan tidak sama dengan isu-isu yang memiliki keuntungan
strategis. Kita dapat memastikan bahwa isu-isu dengan keuntungan strategis akan
selalu menimbulkan konfrontasi langsung dengan pesaing, karena mereka juga akan
berusaha merebut posisi itu. Untuk isu-isu yang sudah diabaikan lawan, konfrontasi
semacam itu tidak akan terjadi, setidaknya di saat-saat awal. Yang dimaksud di sini
adalah isu-isu yang menarik bagi beberapa kelompok target tetapi karena satu dan
lain alasan belum terangkat ke permukaan. Di sini kita tidak perlu berusaha terlalu
keras, karena kita sudah punya wilayah sendiri. Upaya kecil sudah cukup untuk
menggarap isu itu seorang diri.

Sun Tzu berkata: Kekuatan sebuah pasukan tidak tergantung pada jumlah
tentaranya, tetapi lebih pada kemampuan menyerang. Keberhasilan ada di
tangan kita, jika kita hanya menyerang tempat-tempat yang tidak dijaga
oleh musuh.

13.4.2. Karakteristik medan pertempuran

Mengenali secara jelas medan pertempuran di mana kita akan melakukan
konfrontasi sangatlah penting untuk memilih medan di mana kita akan menyerang
lawan politik (kata medan di sini dipakai sebagai sinonim dari bidang aksi politik).
Jenis medan dapat sangat mempengaruhi strategi yang diterapkan. Dengan
mengenali medan pertempuran, kita dapat mengenali kekuatan dan kelemahan yang
dipengaruhi oleh keputusan kita sendiri. Keputusan ini adalah keputusan yang
didasari oleh penilaian, apakah ada peluang untuk menerapkan strategi ofensif, atau
apakah ada peluang bagi kita untuk memperoleh kemenangan dengan kekuatan
sendiri atau harus dengan bantuan orang lain, atau apakah konfrontasi di daerah
seperti itu ada manfaatnya bagi kita. Oleh karena itu, uji medan merupakan tugas
yang sangat penting dalam strategi politik.

242


Dalam bukunya Art of War, Sun Tzu mendefinisikan beberapa jenis medan perang,
yang dapat diterapkan dalam proses pasar ekonomi dan konfrontasi politik.

Memecah medan sendiri
Sun Tzu berkata: "Jangan bertempur di medan sendiri yang terpecah-
belah. Jika berperang di medan yang terpecah-belah, satukan pasukan
dalam satu tujuan.

Sun Tzu mengajarkan bahwa pertama-tama sebaiknya perang tidak dilakukan di
wilayah atau medan sendiri, melainkan di medan lawan. Jadi strategi yang
diterapkan sebaiknya adalah strategi ofensif, dan bukan defensif. Pada praktiknya,
ini berarti bahwa kita harus berupaya menemukan lapisan pemilih baru, atau
menembus lebih dalam lapisan pemilih yang sudah ada. Kita bawa pertempuran
menjauh dari medan kita sendiri.

Tetapi tentu saja langkah ini tidak selalu dimungkinkan, terutama dalam situasi di
mana kita sedang berada pada posisi sebagai partai pemerintah yang secara
otomatis bersikap sebagai pihak yang defensif.

Memindahkan lokasi pertempuran ke daerah lawan merupakan langkah yang sangat
penting jika medan kita sendiri telah terpecah, misalnya di dalam partai kita ada
beberapa fiksi yang berselisih mengenai sebuah isu. Kasus ini sangat sering terjadi
dalam praktek politik. Ada berbagai contoh yang dapat menunjukkan hal ini.

Sebuah contoh yang khas adalah pertengkaran partai liberal Jerman pada
tahun 1994 tentang penyadapan yang dilakukan di berbagai rumah guna
menangani kriminalitas. Partai tidak dapat mencapai kesepakatan tentang
hal tersebut, dan karenanya masalah ini menyebabkan mereka tidak dapat
mewakili isu klasik mereka yakni negara hukum secara meyakinkan,
sehingga akhirnya mereka kalah dalam pemilu. Mengenai hal ini Sun Tzu
berkata, bahwa pasukan harus bersatu dalam tujuan.


243

Contoh kasus yang lain adalah upaya pemerintah untuk menjalankan program anti-
korupsi. Langkah ini biasanya tidak akan berhasil jika pemerintahan tersebut telah
lama berkuasa, karena pertempuran yang terjadi berlangsung di medan sendiri.
Yang kedua adalah bahwa organisasi sendiri akan terpecah-pecah karena ada
banyak orang dalam yang ikut menikmati hasil korupsi, dan karenanya mereka tidak
satu suara dalam satu tujuan bersama.

Pertempuran di medan sendiri yang terpecah-pecah merupakan pertempuran yang
khas dalam kampanye pemilu di negara-negara yang memiliki sistem parlementer,
dalam pemerintahan koalisi, dan baru-baru ini semakin sering ditemui dalam sistem
presidensial dengan koalisi atau sistem sejenis. Oleh karena itu muncul pula
kampanye pemilu koalisi, di mana keseluruhan sasaran dalam masa kampanye
adalah keberlanjutan hubungan (kerjasama) koalisi tersebut. Namun pencarian jati
diri yang dilakukan di dalam koalisi itu sendiri, dapat mengakibatkan terjadinya erosi
berat pada masing-masing mitra koalisi.

Medan yang mudah tapi nilainya kecil
Sun Tzu berkata: Jangan biarkan pasukanmu terpisah. Jaga
pertahananmu dengan ketat. Jadilah pihak pertama yang menempati
posisi yang lebih tinggi dan disinari matahari, dan jagalah jalur
pasokanmu dengan hati-hati, sehingga engkau unggul dalam
pertempuran.

Dalam medan yang dapat dimasuki dan ditinggalkan dengan mudah oleh setiap
orang, kita dapat menemukan isu-isu yang diarahkan kepada kebutuhan mayoritas
masyarakat, misalnya pemenuhan kebutuhan dasar, keamanan sosial, dsb. Isu-isu
ini dijanjikan oleh semua partai. Dalam hal ini, politik sosial memainkan peranan
yang sangat menentukan. Tawaran-tawaran yang diberikan hampir tidak ada
bedanya sehingga persaingan yang ada menjadi sangat ketat, dan kita bisa
terdepak keluar dari pasar.

Lalu, apa maksudnya menempati posisi yang tinggi dan disinari matahari? Siapa
pun yang berhasil menyatukan diri dengan kelompok masyarakat yang besar
seperti serikat buruh, gereja dan kelompok-kelompok penting lainnya, memiliki posisi

244

awal yang lebih menguntungkan. Jalur pasokan (multiplikator) dan pertahanan
menjadi sangat penting.

Ketika diterjemahkan ke dalam suatu strategi ofensif, ini berarti bahwa hubungan
antara partai-partai yang saling berlawanan dan multiplikatornya serta rekan-rekan
aliansinya harus dilemahkan dan dipatahkan. Langkah ini bahkan bisa berujung pada
terpecahnya partai-partai tersebut. Sementara untuk strategi defensif, ini berarti
bahwa hubungan-hubungan tersebut harus dirawat dan dijaga.

Contoh lain juga dapat ditemukan dalam keyakinan beragama, nasionalisme dan
pelestarian budaya. Partai-partai konservatif cenderung kuat dalam bidang-bidang
ini, dan relatif aman dalam menjalankan aktivitasnya melalui hubungan yang erat
dengan kelompok-kelompok masyarakat.

Medan perbatasan
Mengenai hal ini Sun Tzu berkata: Jangan berhenti di medan musuh yang
mudah. Jagalah pasukan secara ketat.

Bidang politik baru dan solusi baru untuk memecahkan masalah politik perlu diuji
terlebih dahulu, baik secara regional maupun secara spesifik sesuai kelompok target.
Hal ini bisa dilakukan melalui upaya-upaya lokal yang hampir tidak diperhatikan oleh
pusat (tingkat nasional) untuk membangun sebuah jembatan awal. Tetapi hal ini
juga dapat dilakukan melalui sebuah pendekatan yang spesifik kepada kelompok-
kelompok target, yang kemudian dapat dicoba di daerah-daerah penting yang dipilih.
Jika jembatan awal telah selesai dibangun, partai-partai lain atau pemerintah yang
berkuasa akan ikut masuk dan mengambil alih semua daerah, sekaligus
memanfaatkan jalur komunikasi dan kontak-kontak yang sudah dibangun.

Suatu solusi politik baru untuk sebuah persoalan lingkungan hidup, atau
dihapuskannya suatu struktur transfer sosial lama dan digantikan dengan yang baru
(misalnya pajak pemasukan negatif) adalah beberapa contoh di mana pendekatan
seperti itu dapat diterapkan. Jika tiga atau empat persoalan muncul sekaligus, dapat
dilakukan pengujian terhadap solusi baru dengan cara yang berbeda-beda.


245

Yang penting dalam strategi politik seperti ini, pertama adalah bahwa produk
tersebut (ide politik baru) telah benar-benar siap dan bukan masih berada dalam
tahap pengembangan; dan kedua, bahwa organisasi atau partai secara keseluruhan
telah siap untuk bergerak pada saat yang menentukan untuk meneruskan
pembangunan awal jembatan. Yang tidak kalah penting adalah bahwa organisasi
atau partai tersebut kompak dalam bertindak, tidak ragu-ragu dan tidak terpecah-
belah karena munculnya tuntutan baru.

Medan dengan jebakan
Sun Tzu berkata: Jika musuh telah siap menyambut kedatanganmu dan
engkau gagal menaklukkannya dan tak mungkin lagi berbalik arah, maka
bencana akan terjadi.

Di tingkat makro, beberapa program kesejahteraan sosial menjadi jebakan bagi
pemerintah, dan menyulitkan mereka untuk bangkit kembali. Masyarakat Eropa dan
Amerika Utara dipenuhi dengan berbagai contoh semacam ini. Sebagai contoh,
Amerika Serikat menghadapi perlawanan yang keras ketika berupaya mengurangi
biaya kesejahteraan sosial terutama yang dikeluarkan bagi manula dan
penggangguran, terlepas dari usaha keras Reagan untuk menekan pengeluaran
negara. Di Inggris, Perdana Menteri Margaret Thatcher membutuhkan waktu
bertahun-tahun sebelum ia berhasil memotong pengeluaran kesejahteraan sosial.
Sementara saat pemerintah Perancis berusaha menarik kembali program-program
sosial mereka, langkah ini disambut dengan mogok umum yang berlangsung selama
berminggu-minggu. Tak ayal lagi, program kesejahteraan sosial mudah untuk
dimulai, tetapi sangat sulit dihentikan tanpa kehilangan dukungan politik yang besar.

Medan sempit
Sun Tzu berkata: Ciptakanlah tipu-muslihat. Jadilah yang pertama
menempati titik-titik strategis dan nantikanlah musuh. Jangan menyerang
jika titik-titik penting diduduki oleh musuh. Seranglah hanya jika
pertahanan musuh di titik-titik yang didudukinya itu lemah. Blokirlah jalan
masuk dan keluar.


246

Medan sempit dapat dikenali berdasarkan fakta bahwa kita sulit memasukinya, tetapi
juga sulit untuk keluar lagi. Ini selalu terjadi ketika sebuah wilayah politik baru dibuka
dan solusi atas masalah-masalah yang muncul perlu disiapkan terlebih dahulu. Di
sini partai menginvestasikan sarana pribadi dan bahkan juga sumberdaya keuangan,
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang baru muncul dan belum teruji. Saat
ini, isu-isu seperti ini mencakup usulan-usulan tentang penanganan manipulasi
genetika, bahaya yang ditimbulkan oleh terbukanya pasar informasi, perubahan iklim
dsb. Dalam hal ini tidak ada pengalaman sebelumnya yang dapat dijadikan rujukan,
dan untuk memperoleh pengetahuan serta keahlian teknis guna memahami
persoalan-persoalan tersebut membutuhkan sumberdaya yang besar. Oleh karena
itu medan ini sulit ditembus. Tetapi karena partai sudah mengeluarkan investasi
besar, mereka akan merasa sulit untuk meninggalkan pasar ini. Pada saat yang
sama, ada bahaya bahwa unit-unit kecil (kelompok ahli, komite teknis, dsb.)
menemukan solusi baru yang lebih baik dan radikal, dan karenanya dalam sekejap
meniadakan keuntungan kompetitif yang selama ini bisa diperoleh dengan
menggunakan solusi lama, di mana investasi telah banyak dikeluarkan untuk
menyiapkan solusi tersebut.

Untuk dapat bertahan dalam medan semacam itu, selalu dibutuhkan solusi inovatif
yang diperoleh dari hasil kerja unit-unit kerja kecil (think tank). Untuk itu, Sun Tzu
menyarankan perang tipu-muslihat. Perang yang dimaksud mencakup pekerjaan
memata-matai solusi yang disiapkan oleh lawan dan mempublikasikannya secara
luas. Sekali lagi, pengumpulan data dengan metode intelijen di kubu lawan dan
organisasi-organisasi aliansinya ini memainkan peranan penting.

Selanjutnya disarankan juga untuk tidak menyerang lawan apabila ia memiliki
keuntungan kompetitif yang tidak dapat dikompensasikan dengan solusi yang lebih
efektif dan lebih meyakinkan. Karena itu, lawan hanya boleh diserang jika
pertahanannya lemah, atau jika solusi yang mereka siapkan lebih buruk dan tidak
efektif dibandingkan dengan solusi yang kita miliki.

Medan yang diperebutkan
Sun Tzu berkata: "Dalam medan yang terjal, saya harus menjadi orang
pertama yang menempati puncak yang cerah bermandikan sinar matahari,

247

untuk menanti kedatangan musuh. Jika musuh telah lebih dulu menempati
medan tersebut, janganlah mengikuti langkahnya, tapi mundurlah untuk
memancingnya keluar." "Jangan serang musuh di medan yang
diperebutkan. Di medan itu, kumpulkan pasukanmu dan semua unsur lain
di belakangmu."

Medan yang diperebutkan merupakan medan yang juga diharapkan oleh pesaing
karena dapat membawa keuntungan bagi mereka. Biasanya ini berupa isu-isu yang
tiba-tiba menjadi titik perhatian publik akibat suatu kejadian besar (Chernobyl,
bencana alam, perubahan iklim, dsb.), atau isu-isu yang diangkat oleh media dan
dibubuhi nuansa emosional. Kejadian atau laporan ini dapat mengubah konstelasi
nilai warga untuk kurun waktu tertentu. Sebenarnya semua partai akan
memperebutkan isu-isu ini karena mereka berharap memperoleh keuntungan dari
munculnya pasar baru. Sun Tzu menasihatkan agar kita tidak menyerang lawan
yang sudah menguasai isu itu lebih dulu, dan, karenanya, mereka telah memiliki
keuntungan kompetitif. Jika isu ini merupakan isu penting bagi lawan, tentu ia akan
mempertahankan posisi ini dengan segala cara. Sehingga jika kita berusaha untuk
merebutnya, akan dapat menimbulkan kerugian yang besar dan hasilnya pun tak
jelas. Strategi terbaik dalam kasus ini adalah jangan menyerang lawan, tetapi
mundurlah untuk mengalihkan perhatian, dan jika mungkin arahkan agar mereka
melakukan kesalahan.

Tetapi bagaimanapun juga, pada saat yang sama penting pula memperbaiki faktor-
faktor pendukung, seperti misalnya membuat tawaran yang lebih spesifik, lebih
mudah dimengerti, lebih dekat dengan persoalan warga sehingga produk dan
pesan yang disiapkan menjadi lebih baik dan lebih optimal untuk pasar pemilu.
Dengan langkah ini setidaknya sebagian segmen pasar (niche) dapat berhasil
dicapai.

Medan terkepung
Sun Tzu berkata: "Tenteramkan kota-kota tetangga." Dan "Konsolidasikan
sekutumu."


248

Situasi ini banyak terdapat di negara-negara yang memiliki sistem represif atau
mekanisme penindasan terhadap partai-partai oposisi, terutama di negara-negara di
mana partai pemerintah berada di bawah tekanan dunia dan dipaksa untuk
menggunakan sistem multi-partai. Tindakan represif pemerintah, intervensi militer
dan para eksekutif membatasi ruang gerak para politisi dan aktivis partai oposisi dan
partai oposisi itu sendiri. Mereka terkepung dan terisolasi sehingga tidak dapat
berkutik.

Dalam situasi semacam ini, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah
menenteramkan kelompok-kelompok masyarakat (kota tetangga), sehingga dapat
menghentikan mereka dari tindakan agresif menentang partai untuk kemudian
mencapai kesepakatan gencatan senjata. Yang lebih penting lagi adalah
menemukan sekutu. Sekutu ini dapat berupa organisasi-organisasi internasional
seperti Amnesty International, Bank Dunia, organisasi-organisasi PBB, duta besar
dari negara-negara yang memiliki jarak dengan rezim penguasa, kelompok eksil,
dsb. Hubungan dengan media, radio dan televisi internasional juga termasuk di sini.
Apabila kita dapat merangkul organisasi-organisasi ini untuk mendukung kita, maka
tekanan isolasi akan mengendur. Pada saat yang sama, akses ke sumberdaya yang
diperlukan juga menjadi lebih mudah dicapai.

Medan yang sulit
Mengenai hal ini Sun Tzu berkata: "Bergeraklah dengan cepat Jangan
berkemah Lakukan desakan sepanjang jalan."

Ciri-ciri suatu wilayah daerah yang sulit adalah bahwa bahaya yang timbul di wilayah
itu tidak dikenal, dan partai terancam oleh bahaya-bahaya ini. Situasi semacam ini
tidak didapat melalui perencanaan seperti dalam medan sempit, melainkan melalui
suatu kebetulan, melalui gerakan yang tiba-tiba membawa kita masuk ke dalam
medan ini.

Ini berarti bahwa bahaya yang ada di medan ini muncul secara tiba-tiba tanpa kita
sempat mempersiapkan diri. Contohnya dapat terjadi dalam diskusi antar politisi di
mana tiba-tiba kita menyadari bahwa kita tidak kompeten dalam isu yang dibahas,
tidak memiliki informasi, dan sewaktu-waktu dapat dijebak dan diserang.

249


Hal lain yang juga dapat terjadi adalah bahwa sebuah isu yang tidak disadari dan
tidak begitu diperhatikan oleh partai tiba-tiba menjadi isu penting yang dibahas
masyarakat. Dalam situasi semacam ini, yang paling penting dilakukan adalah
sesegera mungkin mengganti isu. Janganlah berkemah (jangan berhenti pada isu
tersebut) dan lakukan desakan sepanjang jalan. Itulah saran yang diberikan Sun
Tzu.

Medan yang sulit dilalui tidaklah selalu harus dihindari. Pendekatan yang sebaiknya
dilakukan adalah mengembangkan isu melalui pengamatan dan pengumpulan
informasi, sehingga kita dapat meningkat ke posisi utama kita.

Medan tandus
Mengenai hal ini Sun Tzu berkata: "Jangan menetap di medan tandus."

Medan semacam ini timbul apabila isu-isu tertentu kehilangan relevansinya akibat
tindakan politik atau perubahan masyarakat, atau apabila suatu persoalan sudah
berhasil dipecahkan. Terkadang partai tidak mengenali perubahan ini tepat pada
waktunya, atau mereka tetap mempertahankan isu-isu seperti ini dengan alasan
nostalgia meskipun isu-isu ini tidak lagi menarik perhatian siapa pun kecuali
mungkin sekelompok kecil orang saja atau bahkan mungkin hanya sebagian kecil
orang di dalam partai sendiri.

Contoh-contoh khas untuk kasus semacam itu adalah perubahan yang terjadi dari
masyarakat agraris yang menempatkan sektor peternakan pada posisi tinggi
menjadi masyarakat industri, masyarakat jasa atau bahkan masyarakat informatika.
Dalam sebuah masyarakat modern, setiap orang yang berjuang untuk para peternak,
berarti ia berada dalam medan yang tandus dan akan kalah dalam pertempuran
karena ia memperjuangkan kepentingan minoritas dan harus melawan mayoritas.

Di Jerman, dulu ada kebijakan reunifikasi atau penyatuan kembali
Jerman merupakan contoh untuk kasus serupa. Setelah tembok Berlin
runtuh dan Jerman bersatu, politisi-politisi yang menempatkan dirinya
sebagai spesialisasi dalam bidang ini tidak lagi memiliki relevansi dan

250

harus mengubah orientasi mereka, atau bahkan keluar dari gelanggang
politik.

Medan berbahaya
Sun Tzu berkata: "Rampaslah sumberdaya musuh, dan lindungi jalur
pasokanmu untuk menjamin arus perbekalan agar tidak terputus."

Situasi ini muncul ketika sebuah partai politik berspekulasi memasuki medan lawan,
atau dalam kata lain, isu-isu yang dipertahankan oleh lawan. Aspek yang penting di
sini adalah tetap menjaga sebuah ikatan yang kuat dengan basis partai dan
sekaligus mengambil alih para pakar yang selama ini bekerja untuk lawan
sehingga dengan demikian kita merebut kekuatan lawan atau melepaskan ikatan
lawan dengan para pakar andalannya.

Jika suatu partai yang selama ini nyaris hanya mengurusi persoalan hukum dan
HAM berani memasuki wilayah politik ekonomi, maka mereka harus memastikan
bahwa partai mereka memahami dan mendukung aksi ini (mengamankan suplai
tambahan). Ia juga harus memastikan bahwa langkahnya ini akan memperlemah
lawan dengan mengambil-alih beberapa pakar atau tokoh-tokoh kunci mereka
(menjarah sumberdaya) untuk dapat tampil sebagai kekuatan yang diperhitungkan
dalam wilayah tersebut. Kejenuhan akan banyaknya jumlah pemimpin opini dan
multiplikator mungkin terjadi dalam hal ini.

Sun Tzu melanjutkan dan berkata bahwa seorang jenderal yang arif membiarkan
pasukannya diberi makan oleh musuh, karena suplai logistik dalam jangka waktu
panjang dapat membawa mereka pada kemiskinan. Dalam politik, ini berarti bahwa
pada saat menjejakkan kaki dalam sebuah wilayah baru yang sangat berbeda dari
bidang sebelumnya, maka sebaiknya keahlian, personil serta sumberdaya lainnya
disiapkan secara "lokal, yakni langsung diambil dari bidang atau wilayah itu sendiri,
dan bukan melalui pengalihan sumberdaya kita.

Jika partai tidak berhasil dalam kegiatan-kegiatan baru, ia harus kembali ke bidang
utama tempat di mana ia berada sebelumnya (medan sendiri), tetapi tentu saja

251

secara signifikan ia akan kehilangan citra. Oleh karena itu, kasus seperti ini dikenal
sebagai medan berbahaya.

Medan terpencil
Mengenai hal ini Sun Tzu berkata: "Hindari pertempuran di medan
terpencil yang hanya dapat membawa keuntungan kecil bagi kedua belah
pihak."

Dalam medan yang terpencil, kedua belah pihak berada jauh dari pusat kediaman
mereka. Sebaiknya konfrontasi di medan seperti ini dihindari. Sebagai contoh adalah
situasi-situasi di mana dua pihak atau lebih berjuang melawan sebuah partai yang
memiliki kekuasaan berlebihan. Situasi semacam ini terjadi dalam fase penurunan
Pinochet di Chili. Pada saat itu, partai-partai oposisi yang ada berusaha
meminimalisir konflik antar mereka untuk bersatu dalam sebuah aliansi Commando
por el no" agar dapat berjuang bersama. Setiap partai bisa saja memperoleh
keuntungan-keuntungan kecil seandainya mereka meninggalkan aliansi ini, tetapi
tujuan besar mereka tak mungkin dapat tercapai. Sebuah contoh kasus serupa dapat
kita temui juga di Nikaragua, saat perhimpunan oposisi "UNO" dibentuk untuk
melawan para Sandinis. Demikian juga pada saat pembentukan "SDK" yang terdiri
dari berbagai partai di Republik Slovakia, untuk menurunkan Meciar.

Medan mematikan
Sun Tzu berkata: "Berjuanglah,"... dan "Nyatakan secara jelas bahwa tidak
ada peluang untuk bertahan hidup kecuali dengan berjuang."

Medan semacam ini jarang sekali ditemui, karena para pihak biasanya selalu
memiliki kemungkinan untuk lari atau membelot. Medan semacam ini biasanya
terbentuk apabila tekanan terhadap kegiatan politik menjadi sedemikian besarnya,
sehingga tidak ada kemungkinan untuk lari, dan yang tersisa hanyalah kemungkinan
untuk melakukan konfrontasi secara langsung.

Sistem represif yang melarang bepergian, sistem diktatur dan bentuk penindasan
lainnya dapat berhadapan dengan hak warga untuk melawan untuk menjatuhkan
rejim penguasa sekalipun harus menggunakan kekerasan.

252


13.4.3. Pemusatan kekuatan

Syarat penting dalam mengembangkan strategi ofensif yang efektif adalah
pemusatan segenap kekuatan hanya pada beberapa isu yang potensial saja, dan
tidak mencoba-coba menyerang atau mempertahankan semua bidang sekaligus
karena biasanya sumberdaya yang ada tidak mencukupi. Pemusatan perhatian pada
tiga atau empat bidang yang digunakan untuk menyerang satu atau lebih pesaing,
akan memudahkan pemilih untuk melihat dan mengerti bidang konflik atau isu yang
dipertarungkan. Di samping itu, langkah ini akan lebih memungkinkan pemanfaatan
sumberdaya secara terencana.

Menangnya superioritas relatif

Setelah ada pengurangan isu-isu, kemenangan superioritas atau keunggulan relatif
setiap isu menjadi penting diperhatikan. Superioritas relatif ini dapat direncanakan
dengan membatasi isu-isu yang akan dikonfrontasikan sebagaimana kita dapat
memilih medan pertempuran, meskipun melalui penipuan.

Jika lawan terpaku sedemikian rupa dan tidak dapat atau tidak mau melakukan
perubahan apa pun pada isu-isu tertentu, isu itu dapat kita pilih jika benar-benar
akan membawa keuntungan bagi kita.

Sebuah contoh yang penting sehubungan dengan hal ini adalah pemilihan
umum di tingkat federal untuk memilih anggota DPR Federal Jerman pada
tahun 1998, di mana kandidat kanselir dari Partai Sosial Demokrat (SPD),
Schrder berhadapan dengan kanselir dari Partai Demokrat Kristen (CDU),
Kohl. Setelah Kohl menjabat sebagai kanselir selama 16 tahun, para
pemilih Jerman menginginkan suatu perubahan. Ketika CDU memutuskan
untuk kembali mengajukan Kohl sebagai kandidat kanselir, SPD
memusatkan seluruh daya upaya untuk menampilkan kanselir yang "baru
dan lebih "muda", untuk menggantikan kanselir yang "tua." Di samping itu
SPD tidak menyibukkan diri dengan isu-isu lainnya. SPD berhasil
mengenali superioritas relatif yang mereka miliki dalam bidang tersebut,

253

dan menggunakannya secara konsisten. Strategi ini akhirnya membawa
SPD pada kemenangan.

Superioritas relatif ada pada bidang-bidang di mana kita memiliki mitra aliansi yang
kuat, atau bidang yang kita pilih adalah bidang yang sudah kita kuasai lebih dulu,
atau kita memiliki kompetensi yang tinggi di sana.

Contoh: Jika kita memiliki mitra aliansi serikat buruh, kita berada pada
posisi untuk memasuki isu "memerangi pengangguran." Setidaknya
pemilih awam akan berpikir demikian.
Contoh: Jika kita ingin memasuki bidang pertempuran "Penciptaan
lapangan kerja baru," maka mitra aliansi "pengusaha" dapat membantu
kita untuk memperoleh superioritas relatif.
Contoh: Jika partai ingin mengangkat isu "Penghapusan pusat pembangkit
listrik tenaga nuklir," partai harus sudah sejak lama berkecimpung dan
kompeten dalam mempromosikan sumber energi alternatif lainnya,
sehingga ia memiliki superioritas relatif dibandingkan dengan partai-partai
lain yang belum memiliki keahlian dalam bidang ini.

Superioritas relatif juga dapat dicapai jika lawan tidak dibiarkan tahu, dan terlebih jika
secara sadar kita bisa mengelabui mereka bidang mana yang sebenarnya akan
kita serang.

Pengamanan rencana pertempuran sendiri
80
dan manuver tipuan

Manuver tipuan kita gunakan untuk dengan sengaja mengarahkan lawan ke suatu
bidang yang sama sekali tidak akan kita serang. Lawan hanya bisa ditipu jika ia tidak
menyadari rencana kita sesungguhnya.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: "Musuh tidak boleh tahu titik mana yang
akan kita serang. Karena jika mereka tidak tahu, mereka terpaksa harus
mempertahankan banyak tempat. Semakin banyak tempat yang mereka

80
Lihat Bab 21.4. Keamanan dan perlindungan informasi

254

pertahankan, akan semakin terpecah kekuatannya dan semakin lemah
pulalah kekuatannya di setiap titik."

Pengamanan rencana tempur secara rahasia seringkali menjadi persoalan besar
bagi partai-partai dan pemerintahan demokratis. Karena biasanya rencana
pengamanan ini dibuat dalam sebuah proses yang demokratis, atau setidaknya
disahkan melalui keputusan sebuah organ partai, terlalu banyak orang mengetahui
rencana-rencana rahasia ini. Dan dengan demikian, kerahasiannya tidak lagi
terjaga.
Terkadang strategi sebuah partai diulas di koran-koran. Tentu saja cara ini
memberikan peluang yang besar kepada lawan untuk menghentikan
strategi itu sejak awal, karena mereka lebih memilih menyerang dan
merusak strategi dibandingkan dengan menggempur partai.
81


Satu kasus lain lagi ditampilkan oleh apa yang disebut dengan strategi
pengumuman, yang sangat digemari di kalangan politisi dan pemerintah. Dalam
strategi ini, sebuah kebijakan tidak dijalankan, melainkan hanya diumumkan saja. Di
sini, para politisi/pemerintah mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan suatu
kebijakan dengan menggunakan strategi tertentu. Setelah pengumuman itu, tidak
akan banyak tindak lanjut yang dilakukan. Pada banyak kasus, sering terjadi langkah
strategi yang telah diumumkan tidak pernah dilaksanakan.

Contoh: Sebuah partai mengumumkan bahwa ke depan mereka akan
menjauh dari mantan mitra koalisinya. Pada kenyataannya mereka
menggunakan pengumuman ini sebagai fakta bahwa mereka tidak benar-
benar melakukan tindakan menjauh. Niat yang diumumkan ini
merupakan tindakan yang salah.

Pada dasarnya hampir tak ada strategi dalam bidang politik yang benar-benar
dirahasiakan. Alasannya telah disebutkan di atas, yaitu bahwa ada terlalu banyak
orang yang turut ambil bagian dalam sebuah proses pembentukan yang seolah-olah
demokratis. Alasan kedua adalah tekanan internal yang dilakukan para politisi untuk
memperkenalkan strategi yang lahir dari pemikiran yang matang ini kepada media.

81
Lihat Bab 11.3 tentang Prioritas dalam Sub-strategi.

255

Alasan ketiga adalah bahwa di dalam suatu partai atau pemerintahan sendiri
senantiasa ada perbedaan pendapat, sehingga pihak yang berbeda pendapat ini
membocorkan strategi kepada lawan untuk menghancurkan pihaknya sendiri.
Biasanya peraturan dan disiplin yang ada tidak mampu menghukum pelaku atau
pengkhianat yang membocorkan strategi untuk membuat takut atau mencegah
terjadinya hal semacam itu.

13.4.4. Politik penyerangan

Sun Tzu berkata: "Mereka yang tidak dapat menang harus bertahan;
mereka yang bisa menang harus menyerang.
Ketangguhan dalam pertahanan tergantung pada upaya sendiri,
sementara peluang untuk menaklukkan musuh ada pada musuh itu
sendiri."

Di sini jelas bahwa kemenangan tidak dapat diperoleh tanpa ada penyerangan
terhadap lawan. Banyak kelompok politik dan kelompok sosial yang percaya bahwa
mereka dapat membawa perubahan dalam masyarakat tanpa perlu menyerang
lawan. Ini terutama dilakukan oleh organisasi-organisasi non-pemerintah yang
melakukan hal-hal yang "baik" dalam bidang mereka, tetapi juga terjadi pada partai-
partai yang menolak menggunakan metode menciptakan musuh karena mereka
percaya bahwa "kebaikan" program partai mereka dapat berhasil tanpa melalui
sebuah pertempuran dengan lawan.

Dalam kasus-kasus di mana hal seperti itu benar-benar terjadi, selalu ada pihak lain
yang berkonfrontasi dan NGO atau partai hanya mengambil keuntungan saja
darinya. Pada kenyataannya, pihak yang kalah biasanya adalah mereka yang tidak
mau menyerang.

Sebuah contoh yang diambil dari luar dunia politik yang dapat
menggambarkan pentingnya sebuah penyerangan adalah permainan
sepak bola. Kita hanya dapat memenangkan pertandingan apabila kita
berusaha menyerang dan menyarangkan bola kita ke gawang lawan.

256

Kemenangan ini tidak akan dapat dicapai jika kita hanya mempertahankan
atau menjaga gawang sendiri.

Berbagai perubahan misalnya proses produksi, produsen, neraca perdagangan,
arus impor dan ekspor, dsb. menuntut pemerintah untuk bertindak secara agresif,
tetapi, tuntutan ini biasanya kurang berkembang dan justru menghasilkan sikap
defensif yang merugikan negara.

Sikap defensif ini biasanya ditunjukkan oleh pemerintah pada saat mereka
membuat aturan-aturan pembatasan perdagangan seperti menolak impor,
menetapkan bea cukai dan pembatasan-pembatasan lainnya, seperti yang
dilakukan Uni Eropa dalam bidang agraria, atau pada saat mereka
menuntut subsidi untuk mendorong ekspor di saat mereka mengalami
kesulitan ekspor. Di sini pemerintah alih-alih mengambil sikap ofensif yang
menuntut produsen ekspor memasok produk baru yang lebih kompetitif ke
pasar, mereka justru menyikapinya secara defensif.
Sikap yang sama juga tampak nyata pada saat partai mengembangkan
kebijakan-kebijakan baru, yang biasanya hanya berupa perbaikan-
perbaikan kecil terhadap sistem keamanan sosial. Mereka tidak memiliki
keberanian untuk menangani kesulitan secara ofensif, yaitu dengan
mengusulkan sebuah reformasi mendasar secara menyeluruh.

Produk-produk baru yang cocok untuk kebijakan ofensif hanya dapat dihasilkan
melalui langkah-langkah inovatif. Produk-produk dan solusi politik yang usang akan
terdesak ke dalam posisi defensif secara otomatis, seiring berjalannya waktu.
"Usang" dan "baru" di sini tidak mengacu pada waktu disaat sebuah produk dibuat
atau dikembangkan. "Usang" berarti "sudah pernah diterapkan dan tidak lagi
berhasil," sementara "baru" berarti "belum pernah diperkenalkan dan belum pernah
diterapkan." Sementara produk itu sendiri bisa saja merupakan sebuah produk yang
sudah lama diciptakan.

Kebutuhan untuk menyerang seringkali salah dimengerti, karena orang percaya
bahwa untuk itu lawan harus difitnah dan sebuah kampanye negatif perlu
dilancarkan. Ini merupakan kesalahan besar. Dalam politik, penyerangan adalah

257

sebuah tindakan seperti membujuk pemilih atau pendukung lawan untuk
meninggalkan lawan dan beralih kepada kita. Langkah ini tidak dapat dicapai melalui
sebuah kampanye negatif. Mungkin saja kelompok pemilih partai lawan bisa
dipecah-belah, tetapi cara ini belum tentu berarti bahwa mereka akan memilih kita.
Hasil sebuah kampanye negatif biasanya memiliki apa yang disebut dengan "wagon
circle efect atau efek iring-iringan kereta kuda.

Untuk dapat memahami wagon circle efect ini, kita harus mengingat film-
film koboi kuno tentang daerah barat yang liar (Wild West). Pada saat itu
ada banyak rombongan besar yang pindah dari daerah Timur menuju
Barat. Dalam rombongan-rombongan ini selalu terjadi berbagai macam
konflik, baik menyangkut masalah kepemimpinan, pencurian maupun
perempuan. Para anggota rombongan seringkali bertindak agresif satu
sama lain. Tetapi jika sebuah rombongan tiba-tiba diserang oleh orang-
orang Indian, maka iring-iringan kereta kuda mereka langsung membentuk
sebuah lingkaran tertutup, dan secara bersama-sama mereka melawan
orang-orang Indian itu. Seketika itu juga, mereka melupakan segala
gesekan internal yang terjadi di antara mereka, dan berperang melawan
musuh eksternal.

Kasus ini juga terjadi dalam politik pada saat sebuah partai diserang melalui
kampanye negatif. Anggota dan pemilih segera bersatu dan membela partai;
pembelaan ini bahkan bisa terjadi meskipun beberapa pemilih sebelumnya telah
merasa tidak puas dengan prestasi partai dan telah beramai-ramai menyeberang ke
partai lain. Bagi orang-orang Indian sebagaimana juga bagi partai yang menyerang
lebih baik menunjukkan kelebihan atau sisi yang menarik (dalam kasus orang-orang
Indian: daging segar, air segar dan produk lain yang menarik bagi rombongan),
sehingga dapat menjadi magnet bagi para pemilih (dan juga anggota rombongan).
Lihat juga bab 12.6.

13.4.5. Politik niche (celah)

Berlawanan dengan strategi ofensif yang dilakukan melalui konfrontasi langsung
dengan lawan politik, sebuah partai kecil juga dimungkinkan menggunakan strategi

258

yang menghindari konfrontasi langsung, yakni politik niche (celah). Di sini partai kecil
mencari sebuah celah politik yang sangat signifikan bagi kelompok masyarakat
tertentu yang terbatas secara kuantitatif, tapi selama ini tidak menarik minat partai-
partai besar. Politik niche adalah bentuk yang tepat untuk strategi pertahanan partai-
partai tertentu dalam pergolakan politik secara besar-besaran.

Contoh untuk kasus ini adalah sikap partai demokrat (Democratic Party,
DP) di Afrika Selatan setelah penggulingan pemerintahan apartheid. DP
sebuah partai yang didominasi orang kulit putih yang selalu konsisten
menentang praktek apartheid, pada pemilu bebas yang pertama harus
puas dengan hasil perolehan suara yang sangat kecil dan
mengecewakan, walaupun DP sebenarnya percaya mereka dapat
meraih kemenangan mutlak. Kemenangan tidak dapat mereka peroleh
karena penduduk kulit hitam telah memiliki partai sendiri (ANC dan
Inkatha), dan penduduk kulit putih lebih tertarik pada pihak yang
membela dan berjuang bagi kaum kulit putih. Nilai liberal dan demokratis
pada saat itu tidaklah diinginkan karena tampaknya nilai-nilai ini telah
berhasil dicapai. Karena itu, langkah DP untuk memilih strategi niche
pada saat itu sangatlah tepat, dan dengan demikian mereka dapat
bertahan. Dalam pemilu 1999 DP menjadi partai oposisi terkuat melawan
ANC.

13.4.6. Pergantian antara kekuatan-kekuatan langsung dan tidak langsung

Dalam perencanaan strategi dapat dibedakan antara kekuatan-kekuatan langsung
dan tidak langsung. Kekuatan langsung adalah aktivitas dan langkah-langkah partai
atau organisasi yang dikenali sebagai tindakan partai yang bersangkutan. Di
samping kekuatan langsung, ada pula kemungkinan untuk menggunakan kekuatan
tidak langsung, yakni aktivitas partai atau organisasi yang oleh pihak luar tidak dapat
langsung dikenali sebagai aksi partai tersebut.

Aksi-aksi itu misalnya dilakukan oleh organsiasi-organisasi aliansi seperti inisiatif
pemilih, mitra aliansi, organisasi pemuda dan beberapa perhimpunan serta

259

perkumpulan yang dibentuk jauh sebelum pemilu, untuk kemudian dibangkitkan dan
digerakkan untuk melakukan aksi-aksi pada saat kampanye pemilu.

Seperti yang telah dijelaskan dalam sub-bab sebelumnya, tidak ada gunanya partai
menyerang lawan secara langsung dengan melancarkan kampanye-kampanye
negatif. Kampanye negatif atau kampanye kotor hanya boleh dilakukan oleh sebuah
kekuatan tidak langsung yang tidak dapat dikenali oleh pihak lawan sebagai bagian
dari partai kita.

Sebagai contoh adalah bentuk-bentuk seperti "Aliansi untuk Politik yang
Bersih", "Perhimpunan untuk Memerangi Korupsi", "Yayasan bagi Moral
dan Etika dalam Politik", "Gerakan Perjuangan Demokrasi", dsb.

Organisasi-organisasi tersebut dijalankan secara rahasia oleh kekuatan-kekuatan
partai. Mereka mengangkat isu-isu tertentu, melakukan kampanye negatif terhadap
partai dan politisi lain, dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak dapat dilakukan
oleh partai itu sendiri karena hal ini dapat membawa akibat buruk bagi partai.

Terkadang tipuan ini bahkan dapat berkembang sedemikan meluasnya, sehingga di
mata publik, partai yang menyerang (kekuatan langsung) (seolah-olah) melindungi
pihak yang diserang oleh organisasi terselubung (kekuatan tidak langsung) tersebut.
Padahal dialah (kekuatan langsung) yang sesungguhnya memulai dan (seharusnya)
bertanggung jawab atas penyerangan itu sendiri.

Kerjasama antara kekuatan langsung dan tidak langsung dapat sangat beragam dan
seringkali tumpang tindih, sehingga warga tidak dapat mengenali bahwa ini
merupakan aksi bersama.

13.5. Evaluasi perumusan strategi

Setelah strategi-strategi dipilih dan dirumuskan, strategi tersebut harus dievaluasi.
Langkah pertama yang perlu dinilai adalah apakah strategi-strategi yang dipilih
memiliki hubungan langsung dengan kemenangan atau pencapaian misi, atau
apakah langkah-langkah strategis tertentu tidak terkait sama sekali dengan misi.

260


Dalam proses pengembangan dan perumusan strategi, sering ditemukan adanya
strategi yang tidak efektif yang digunakan untuk isu utama. Padahal, seharusnya,
strategi tersebut lebih relevan untuk isu-isu sampingan atau untuk beberapa anggota
perencana saja.

Contoh: Berbagai upaya dilakukan untuk mereorganisasi sebuah partai
bertepatan dengan berlangsungnya pemilu. Kedua hal itu tidak saling
berhubungan, sehingga, sebaiknya dijalankan sebagai bagian yang
terpisah, dan pada waktu yang berbeda dengan masa kampanye pemilu.
Contoh: Usaha-usaha dilakukan secara terus-menerus untuk mengaitkan
program pendidikan umum bagi warga dengan kampanye pemilu. Dalam
banyak kasus, upaya ini justru menjadi kontra-produktif, karena pada saat
pemilu, pemilih tidak suka digurui oleh orang-orang yang akan dipilihnya
(pemilu adalah saat di mana para pemilih merasa memiliki kekuasaan atas
para politisi). Oleh karena itu, segenap kekuatan lebih baik dipusatkan
untuk pencapaian misi dan sasaran kampanye pemilu.
Contoh: Dalam kampanye pemilu seringkali dilakukan aksi penyelesaian
masalah, sementara yang penting sebenarnya hanyalah membangkitkan
harapan para pemilih, bahwa ada solusi atas permasalahan mereka.
Misalnya partai X membangun tempat bermain anak. Pada kenyataannya
tindakan itu adalah hanya untuk membangkitkan harapan akan adanya
penyelesaian. Jadi para pemilih tidak perlu dibujuk dengan iming-iming
tindakan penyelesaian masalah, melainkan cukup dengan memberikan
harapan akan ada penyelesaian.

Oleh karena itu, yang perlu ditelaah adalah apakah semua sub-strategi yang dipilih
mengikuti keseluruhan sasaran dari induk strategi, atau apakah ada upaya untuk
mencapai sasaran-sasaran lain di luar itu.

13.5.1. Evaluasi subyektif untuk menetapkan pencapaian misi

Evaluasi subyektif atas pencapaian misi apakah misi yang ditargetkan sudah
tercapai atau belum, tergantung pada penilaian subyektif yang dilakukan oleh

261

perencana strategi: apakah masing-masing sub-strategi cocok satu sama lain, atau
apakah ada keuntungan strategis yang dimiliki dan apakah timing yang ada sudah
sejalan. Penilaian semacam ini tidak dapat dilakukan secara ilmiah. Ada berbagai
faktor yang membantu sang perencana strategi untuk membuat suatu penilaian.
Pengalaman, perasaan, intuisi untuk menentukan strategi yang tepat, peluang untuk
mewujudkan strategi semua itu berperan penting di sini, selain juga kemampuan
membaca reaksi lawan dan semua pihak terkait.

Oleh karena itu, penilaian subyektif tidak dapat dibahas secara detail dalam buku ini,
karena sangat tergantung pada situasi yang ada dan intuisi serta perasaan sang
perencana strategi sendiri. Dengan demikian, ada strategi yang sebelumnya sudah
pernah berhasil diterapkan sang perencana strategi dengan penuh keberhasilan,
tetapi tidak ingin ia terapkan saat ini, karena ia merasa bahwa strategi ini tidak akan
berhasil kali ini. Dalam kasus lain, si perencana strategi yang sebelumnya bersiteguh
tidak mau menerapkan suatu strategi tertentu, tetapi kali ini ia yakin bahwa strategi
tersebut akan berhasil.

Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam melakukan penilaian subyektif,
yaitu:
1. Apakah masing-masing sub-strategi cocok satu sama lain?
2. Apakah dalam setiap sub-strategi ada peluang untuk meraih keuntungan
strategis?
3. Apakah setiap sub-strategi bisa dikoordinasikan dalam sebuah kerangka waktu,
dan apakah kerangka waktu tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia di
lingkungan eksternal?

13.5.2. Evaluasi obyektif

Evaluasi obyektif lebih didasarkan pada data yang dapat diukur. Di sini intuisi
subyektif perencana strategi tidak berperan. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu
diajukan dalam melakukan evaluasi obyektif adalah sebagai berikut:
1. Apakah kita mengenali ruang gerak kita dalam setiap isu yang kita pilih?
2. Apakah kesulitan finansial yang ada sebanding dengan hasil yang diinginkan?
3. Apakah kesulitan individu yang ada sebanding dengan hasil yang diinginkan?

262

4. Apakah kekuatan para pesaing terbagi sedemikian rupa sehingga peluang
keberhasilan atau ketidakberhasilan dapat diperhitungkan?
5. Apakah strategi yang dipilih dapat diimplementasikan?

Jika pertanyaan-pertanyaan pada penilaian subyektif dan penilaian obyektif dapat
dijawab dengan positif, kita dapat mengasumsikan bahwa strategi yang kita pilih
akan efektif dan misi yang telah ditetapkan akan dapat dicapai. Di lain pihak, jika
evaluasi menimbulkan keraguan dan pertanyaan-pertanyaan yang penting tidak
dapat dijawab, maka strategi tersebut harus kembali dirumuskan.

Jika perumusan yang baru juga tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan
atas pertanyaan-pertanyaan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa misi kita tidak
akan dapat dicapai. Dalam kasus semacam ini, kita perlu melakukan uji-balik
terhadap misi dan harus merumuskan ulang misi tersebut.

Adalah tanggung jawab perencana strategi untuk mencegah kliennya agar tidak
keras kepala atau bertindak secara membabi buta. Karena jika strategi yang telah
diketahui kegagalannya itu tetap diimplementasikan, langkah ini dapat
membahayakan berbagai sumberdaya, keuangan dan citra yang bersangkutan.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: "Perang adalah hal yang sangat vital bagi
negara. Perang menyangkut hidup dan matinya rakyat, dan mempengaruhi
keberlangsungan atau keruntuhan suatu negara. Perang harus dipelajari
dengan sungguh-sungguh dan mendalam, dan tak boleh diabaikan."

Setelah memilih, merumuskan dan mengevaluasi semua sub-strategi, langkah
berikutnya yang juga penting adalah mengimplementasikan strategi. Ada dua
alternatif untuk implementasi ini. Alternatif pertama adalah penerapan berdasarkan
sasaran-sasaran yang telah diraih dari berbagai tindakan yang dilakukan (lihat Bab
12), dan kedua adalah implementasi berdasarkan target image (lihat Bab 13).


263

14. MENDEFINISIKAN SASARAN-SASARAN

Implementasi sub-strategi berdasarkan sasaran dilakukan melalui penetapan
sasaran-sasaran yang dikembangkan dari masing-masing sub-strategi. Untuk itu,
sebuah sub-strategi dapat dipecah menjadi sasaran-sasaran. Yang terpenting adalah
bahwa sasaran yang ditargetkan benar-benar sejalan dengan sub-strategi tersebut.

14.1. Merumuskan sasaran

Perumusan sasaran terkadang sulit dilakukan, meskipun pada prinsipnya sangatlah
mudah. Sasaran merupakan deskripsi sebuah keadaan yang dicapai setelah
melakukan serangkaian tindakan. Dalam sebuah sasaran, selalu ada satu komponen
kuantitatif yang disertai oleh deadline (batas waktu). Di sini juga penting memastikan
bahwa komponen kuantitatif tersebut dapat diukur. Sasaran-sasaran yang tidak
dapat diukur, tidak dapat diterima sebagai sasaran. Selain itu juga berlaku bahwa
perencana strategi hanya dapat merumuskan sasaran yang pencapaiannya dapat
dipertanggung-jawabkan. Oleh karena itu, unit taktis yang bertanggung jawab juga
harus disebutkan.

Sasaran-sasaran diambil dari sub-strategi sub-strategi. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, sub-strategi itu sendiri diperoleh dari kelemahan atau kekuatan. Dari
situ, kita dapatkan skema berikut ini:

Kelemahan Sub-strategi Sasaran
Tidak cukup dana Kita galang dana dari para
pengusaha dengan dukungan
kompetensi isu ekonomi yang
kita miliki.
Hingga tanggal 1.10.xx kita
telah memperoleh dana
sejumlah US$ 200.000
(kelompok penggalang dana
/fund raising)
Motivasi anggota kurang Kita kembangkan motivasi
para anggota.
Hingga tanggal 1.7.xx 40% dari
anggota kita telah menyatakan
kesediaannya untuk
berpartisipasi dalam kampanye
(bagian komunikasi internal)
Program di bidang kesehatan
sudah usang
Kita kembangkan sebuah
program kesehatan yang
Hingga tanggal 1.3.xx, kita
telah mengembangkan
program kesehatan yang sudah

264

Kelemahan Sub-strategi Sasaran
modern memperoleh persetujuan
(bagian program)

Dalam skema tersebut digambarkan bagaimana sebuah sub-strategi dikembangkan
dari kelemahan, dan bagaimana sub-strategi ini seterusnya ditransformasikan
menjadi sebuah sasaran taktis. Dalam contoh kasus yang diberikan, semua sasaran
yang ditargetkan mudah diukur. Dalam praktiknya, terkadang muncul situasi yang
sulit diukur, atau dapat diukur hanya dengan usaha yang keras.

Kelemahan Sub-strategi Sasaran
Kurangnya kehadiran atau
kemunculan di media
akibat buruknya kerja
bagian media.
Kita perbaiki relasi media
kita
Alternatif 1:
Mulai sekarang kita
menurunkan dua press
release setiap harinya,
berlaku segera (bagian
media)
Alternatif 2:
Kita akan tampil/diberitakan
dalam koran A,B, ...E
sekurang-kurangnya tiga kali
seminggu, dengan berita
yang kita prakarsai sendiri
(bagian media)
Aternatif 3:
Kita akan tampil/diberitakan
dalam koran A,B, ...E
sekurang-kurangnya tiga kali
seminggu (bagian media)


Ulasan atas alternatif-alternatif yang ditawarkan:
Alternatif 1 menetapkan sebuah sasaran untuk pekerjaan kita. Kita dapat mengukur
apakah setiap hari ada dua press release yang dikeluarkan oleh pihak yang
bertanggung jawab untuk urusan media. Tetapi hal ini belum menyentuh soal
kualitas atau tingkat keberhasilannya. Bisa saja terjadi bahwa di antara press release
yang diserahkan ini tidak satu pun dimuat di media massa.


265

Alternatif 2 berorientasi pada keberhasilan. Di sini jumlah press release yang dicetak
di media-media tertentu dapat diukur dan dilihat asal-usulnya atau siapa
penyusunnya. Sasaran pada alternatif 2 ini dirumuskan dengan tepat, dan jika ini
tercapai, akan dapat memberikan informasi apakah kelemahan-kelemahan telah
berhasil diatasi.

Alternatif 3 berorientasi pada jumlah berita yang muncul, tanpa mempertimbangkan
asal-usul atau si pembuat berita. Jadi jika sebuah partai dikenal dengan perselisihan
internalnya dan karenanya setiap hari muncul di media dengan berita yang negatif,
maka sasaran yang ditargetkan (diberitakan dalam koran A,B, ...E sekurang-
kurangnya tiga kali seminggu) sudah berhasil dipenuhi. Tetapi jelas bahwa,
keberhasilan ini tidak mencerminkan keberhasilan kita dalam mengatasi kelemahan
dan sub-strategi yang ada. Di sini kita juga dapat melihat bahwa bagian media
sebagai unit taktis hanya memiliki otoritas yang terbatas, dan oleh karena itu tidak
bisa dituntut tanggung jawabnya dalam hal ini.

Kelemahan Strategi Satuan Sasaran
Kita memiliki komponen citra
yang negatif, yaitu
"perselisihan internal partai"
Kita ubah citra kita menjadi
partai yang "solid"
Alternatif 1:
Sampai tanggal 1.9.xx, 40%
dari para pemilih percaya
bahwa kita merupakan partai
yang solid (bagian humas)
Alternatif 2:
Sampai tanggal 1.9.xx, 80%
dari calon pemilih potensial
percaya bahwa kita merupakan
partai yang solid (bagian
humas)
Alternatif 3:
Sampai tanggal 1.5.xx, kita
telah mengatasi semua
perselisihan dalam partai
(Dewan Pimpinan Partai)


Alternatif 1 memberikan petunjuk yang benar. Komponen "solid" (keutuhan partai)
diterima oleh 40% dari pemilih. Jika angka ini merupakan sebuah peningkatan
dibandingkan hasil yang dicapai sebelumnya, maka sasaran yang ditargetkan

266

dalam kaitannya dengan sub-strategi (bagian humas) dapat dianggap telah
berhasil dicapai.

Alternatif 2 menunjukkan sebuah sasaran dengan implementasi sub-strategi yang
lebih baik, karena yang dijadikan dasar di sini adalah para pemilih potensial, yang
pada akhirnya memang menjadi pihak yang menentukan. Tetapi hasil semacam ini
sulit diketahui dari survai-survai biasa. Oleh karena itu, jika kita tidak memiliki
rencana untuk melakukan survai, sebaiknya alternatif 1 yang dipilih.

Alternatif 3 bukan merupakan sebuah sasaran dalam pengertian sub-strategi. Sub-
strategi hanya dituntut untuk melakukan perbaikan citra, dan bukan melakukan
perbaikan realita. Artinya, kita bisa saja menampilkan partai sebagai organisasi yang
solid, walaupun pada kenyataannya tidak demikian (jadi yang penting di sini
bukanlah kondisi yang sebenarnya, tetapi lebih pada apa yang diyakini oleh
masyarakat). Di lain pihak, meskipun konflik internal partai bisa diatasi, tetapi citra
partai tidak menjadi bertambah baik dengan penyelesaian ini.

Kelemahan Sub-strategi Sasaran
Pemilih potensial yang kita
miliki tidak cukup
Kita memperluas potensi
dengan memperkuat kerja
di bidang "kebijakan
sosial".
Alternatif 1: sampai tanggal
1.8.xx pemilih potensial kita
bertambah 10% (bagian
humas)
Alternatif 2: sampai tanggal
1.8.xx kita memiliki pemilih
potensial sebesar 60%
(bagian humas)
Alternatif 3: sampai tanggal
1.8.xx, 30% pemilih
mengetahui komitmen kita
dalam bidang kebijakan
sosial.

Alternatif 1 fokus pada penambahan pemilih potensial. Meskipun jumlah pemilih
potensial bertambah, tetapi tidak ada indikasi apakah peningkatan ini memenuhi
strategi kita. Selain itu, di sini tidak dibangun hubungan dengan lahan politik
kebijakan sosial.

267


Alternatif 2 menetapkan target 60%, dan target ini bisa diukur melalui survai. Oleh
karena itu sasaran ini dirumuskan dengan tepat dalam pengertian sub-strategi,
namun tidak menunjukkan hubungan dengan pekerjaan yang dituntut oleh sub-
strategi dalam bidang kebijakan sosial.

Alternatif 3 menyatakan ada kejelasan terhadap pekerjaan yang kita lakukan dalam
bidang kebijakan sosial dan tentang efek terhadap pemilih potensial. Dengan
demikian sasaran itu telah dirumuskan dengan tepat dalam pengertian sub-strategi.

14.2. Sasaran-sasaran sebagai peralihan dari strategi menuju taktik

Sasaran merupakan garis penghubung antara strategi dan taktik. Kita sering
menyebutnya sebagai sasaran "taktis". Ini artinya, bersamaan dengan
dirumuskannya sasaran, sebuah penugasan harus didistribusikan kepada unit-unit
taktis
82
. Unit taktis adalah unit organisasional yang bertanggungjawab untuk
mencapai sasaran. Apabila dalam kasus khusus unit tersebut tidak dapat
ditunjukkan, maka unit itu diusulkan sebagai bentuk organisasi dari sebuah kelompok
proyek.

Dalam organisasi-organisasi yang memiliki departemen khusus, unit taktis ditetapkan
melalui uraian kerjanya (job description).
83
Ada yang bertanggung jawab atas logistik,
keuangan, media, humas, pengembangan program, pengelolaan perlengkapan, dsb.
Setiap unit menerima tugas berdasarkan sasaran taktis. Bagi perencana strategi, ini
berarti bahwa sasaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga sasaran-sasaran
tersebut bisa dicapai oleh masing-masing unit taktis secara mandiri. Apabila ada
beberapa unit taktis yang bertanggungjawab dalam pencapaian satu sasaran yang
sama, maka sasaran itu harus dipecah dan harus jelas siapa yang
bertanggungjawab sehingga sasaran yang tidak jelas dapat didefinisikan. Dalam
organisasi kecil bisa terjadi bahwa beberapa unit taktis digabungkan dan berada di
bawah tanggung jawab satu orang.


82
Lihat juga Bab 3.2.1.tentang Pembatasan antara perencanaan taktik dan perencanaan strategi
83
Lihat juga Bab 23 tentang Organisasi Partai, Kampanye dan Kampanye Menjelang Pemilihan

268

Dalam petunjuk berikutnya, pelaksanaan kegiatan dan tindakan-tindakan dilakukan
dengan mengacu pada elemen lain seperti kelompok-kelompok target, instrumen
kunci dan saluran komunikasi. Pada akhirnya ini menghasilkan sebuah rencana
waktu (timetable) yang lengkap yang diturunkan dari rencana-rencana operasional
(masterplan)
84
.

14.3. Evaluasi perumusan sasaran

Seperti halnya sub-strategi, perumusan sasaran juga harus dievaluasi. Tujuan utama
evaluasi ini adalah untuk menjaga perspektif realistis.

Untuk itu kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah sasaran tersebut sudah dirumuskan dengan benar? Apakah ada batas
waktu, komponen kuantitatif dan unit taktis yang bertanggungjawab?
2. Apakah sasaran tersebut dapat dicapai secara realistis dalam waktu yang telah
ditetapkan?
3. Apakah aspek kuantitaf dari sasaran tersebut juga dapat dicapai?
4. Dapatkah sasaran tersebut dicapai sendiri oleh unit taktis tanpa bantuan pihak
lain?
5. Apakah batas waktu untuk pencapaian sasaran tersebut realistis dan sejalan
dengan jadwal yang lain?
6. Apakah pencapaian sasaran tersebut telah ditugaskan kepada unit taktis yang
tepat?



84
Lihat juga Bab 22 tentang Perumusan tindakan dari tujuan.

269

15. TARGET IMAGE (CITRA YANG DIINGINKAN)

Jalan kedua untuk menerapkan strategi adalah melalui target image (citra yang
diinginkan). Di sini kita terutama akan fokus pada isu-isu dan medan pertempuran
yang dipilih, yakni kekuatan-kekuatan. Dengan target image ini kita merencanakan
serangan kita, karena kita ingin membangun citra tentang kita di dalam benak para
pemilih. Citra itu harus lebih baik dari citra saingan kita, dengan tema yang lebih
baik, solusi yang lebih, dengan penawaran figur yang lebih baik dan dengan
kompetensi yang lebih baik pula.

15.1. Fungsi target image

Setiap organisasi, setiap partai dan setiap kandidat memiliki citra tersendiri di
lingkungan di mana ia bergerak. Citra tersebut merupakan gambaran yang ada
dalam bayangan masyarakat atau para pemilih tentang organisasi, partai, atau
kandidat, pada periode waktu tertentu. Terkadang gambaran ini masih kosong. Itu
artinya bahwa masyarakat atau pemilih belum mengenal organisasi atau kandidat
tersebut, sehingga mereka tidak bisa membuat gambaran tentang organisasi atau
kandidat yang bersangkutan.

Jadi di sini, popularitas merupakan prasyarat untuk membangun sebuah citra. Tetapi
di lain pihak, tentu saja, persepsi publik terhadap orang yang terkenal bisa saja tidak
menguntungkan. Salah atau benar, elemen-elemen tertentu yang tidak
menguntungkan organisasi atau kandidat bisa menjadi bagian yang merugikan
aktivitas di masa depan.

Seorang kandidat yang memiliki citra sebagai seorang yang gila karir
tanpa mempedulikan siapa-siapa, akan sulit ditampilkan sebagai seorang
politisi penuh kasih yang berpikiran panjang.
Sebuah organisasi yang memiliki citra sebagai organisasi yang dekat
dengan skandal dan tindakan kriminal, sangatlah sulit ditampilkan sebagai
organisasi garda depan pemberantas korupsi.


270

Jadi, citra yang diinginkan atau bisa juga disebut sebagai citra yang diidamkan,
adalah citra yang ingin kita ciptakan di kepala para pelanggan, para pemilih atau
kelompok target tertentu. Citra yang diidamkan ini berbeda dengan "gambaran
sesungguhnya" yang ada saat ini, karena citra yang diidamkan tidak lagi memiliki
komponen negatif.

Dengan demikian, citra yang diinginkan adalah gambaran yang hendak ditanamkan
ke dalam benak setiap target melalui serangkaian kegiatan dan pekerjaan
kehumasan atau PR. Citra ini harus bersifat positif karena harus mendukung
pencapaian misi, tetapi tidak boleh terlalu jauh atau berbeda sama sekali dengan
citra yang sebenarnya" sehingga kandidat atau organisasi tidak menjadi ilusif.
Mengubah gambaran yang ada di benak orang-orang merupakan pekerjaan yang
sangat sulit. Perubahan hanya bisa dicapai melalui ketekunan dan pengulangan
pesan-pesan yang sama secara terus-menerus dan menembus ke dalam pikiran
target. Pada saat pertama kali membentuk citra, hendaknya harus dibangun tingkat
popularitas dan komponen-komponen citra tertentu. Dalam tahap ini perlu diingat
untuk tidak memberikan gambaran yang salah hanya sekedar ingin meraih
popularitas yang lebih tinggi. Dalam prakteknya, kesalahan ini sangat sering
dilakukan. Pada awalnya, organisasi atau kandidat ingin agar mereka dikenal oleh
publik. Untuk itu mereka menghalalkan segala cara. Mereka mengangkat isu-isu
yang dipastikan akan diulas secara luas oleh media, karena pernyataan-pernyataan
mereka kontroversial atau kegiatan-kegiatan mereka menampilkan pertunjukan
yang foto-fotonya sudah pasti akan dimuat oleh media. Tetapi isu dan aksi ini
seringkali tidak sesuai dengan citra yang diharapkan oleh partai atau kandidat di
kemudian hari.

Sebagai contoh adalah sebuah partai di Turki di bawah pimpinan
seorang pengusaha terkenal yang dalam waktu singkat berhasil menarik
perhatian besar kelompok masyarakat melalui isu-isu kemiliteran,
persoalan kaum Kurdi, dsb. Meskipun langkah ini menghasilkan posisi dan
citra yang sangat jelas bagi partai tersebut, tetapi dampaknya buruk bagi
perolehan suara mereka saat pemilu. Mereka memang memiliki citra
sebagai partai yang ramah terhadap kaum Kurdi, tetapi mereka sendiri

271

bukanlah partai Kurdi, sehingga menimbulkan kecurigaan masyarakat
Turki.

15.2. Penempatan diri (positioning)

Citra yang diinginkan harus dapat menempatkan organisasi atau kandidat secara
jelas di lingkungan di mana mereka berada. Itu artinya, kandidat atau organisasi
yang akan diposisikan di tempatnya tersebut dapat dikenali melalui citra yang
diinginkannya. Ada tiga aspek untuk positioning ini, yaitu:

1. Melebarkan posisi partai atau kandidat. Di sini penting mengidentifikasi
organisasi secara jelas, mengenali nilai-nilai yang dimilikinya, mengetahui di mana
posisi organisasi: apakah organisasi berada di dalam struktur pemerintah atau
oposisi, atau apakah ia sebagai kelompok yang berada di luar spektrum politik.
2. Visi mencerminkan pandangan ke depan. Visi dibatasi pada beberapa elemen
kunci (maksimal empat bidang politik), dan ketika digunakan pendekatan ofensif ia
menampilkan perbedaan yang jelas dengan para pesaing. Visi menggambarkan
kondisi yang ingin dicapai oleh organisasi atau kandidat. Visi ini harus mendukung
keputusan pemilu atau keputusan untuk mengambil tindakan politik tertentu. Untuk
itu, pihak yang membuat keputusan harus mampu melihat keuntungan yang
diperoleh.
3. Membangun kepercayaan diri. Aspek ini mencerminkan figur, kelompok atau
kandidat itu sendiri. Penggambaran ini harus menstimulir timbulnya keyakinan diri
akan kompetensi yang dimiliki.

Dalam pendekatan ofensif, seluruh elemen citra yang diinginkan harus mengarah
pada penegasan perbedaan antara "kita" dengan para pesaing, tanpa menunjukkan
sisi negatif mereka. Kita harus fokus pada penempatan diri sendiri secara positif
sebagai penentang pesaing atau lawan.

15.3 Pengambilan keputusan: rasional atau emosional
Dengan target image ini kita ingin mempengaruhi keputusan yang diambil para
penentu keputusan. Karena itu kita harus berkutat dengan pertanyaan, bagaimana
keputusan tersebut diambil dan bagaimana proses persiapan pengambilan

272

keputusan dan bagaimana akhirnya keputusan final ditentukan di dalam otak
manusia dan bagaimana keputusan itu diubah dalam bentuk tindakan.

15.3.1. Pengambilan Keputusan
Dalam berbagai publikasi selalu dikatakan bahwa manusia memutuskan sesuatu dan
bertindak berdasarkan akal budi dan pikirannya. Menurut ajaran ini yang dikenal
juga dengan sebutan Rational Choice Theory - manusia melakukan perhitungan
untung rugi yang matang dan dikendalikan oleh prinsip keuntungan maksimal.
Manusia berupaya untuk meraih sukses yang maksimal, kegunaan atau kesenangan
yang maksimal pula.

Tindakan manusia memang terjadi atas perhitungan untung rugi, namun tentunya
mempertimbangkan aspek rasionalitas dan afeksi. Hal ini berarti bahwa ketika
memutuskan sesuatu manusia bertindak layaknya Homo oeconomicus
85
, namun
keputusan yang diambil pada akhirnya toh tetap bersifat afektif menurut pandangan
efek kepemilikan dan penghindaran akan risiko. Dengan demikian pengambil
keputusan yang hanya berorientasi pada keuntungan semata, sebenarnya tidak ada
dalam ajaran tersebut. Namun demkian tetap saja pertimbangan untuk meraih
keuntungan berperan penting, tetapi tidak hanya itu saja.

Dalam efek kepemilikan
86
disebut juga dengan efek Endowment nilai sebuah
benda yang dimiliki manusia dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan benda yang
tidak dimiliki manusia, meskipun nilai kedua benda itu secara obyektif sama saja. Itu
sebabnya pemilik barang sangat berusaha mempertahankan miliknya, dan dalam
situasi politik, misalnya ketika subsidi dikurangi atau pajak dinaikkan, maka reaksi
yang ditunjukkan berlebihan dan emosional. Sebenarnya reaksi tersebut tidak sesuai
dengan nilai barang tersebut.
Kemudian faktor kedua adalah ketakutan terhadap risiko. Ini berarti bahwa manusia
akan melanjutkan tindakannya, juga ketika biaya meningkat, apabila dalam kaitan ini

85
Dalam bukunya Psychologie der Typenlehre , Eduard Spranger pada tahun 1914
menjelaskan bahwa homo oeconomicus adalah bentuk kehidupan dari Homo sapiens dan
menjelaskan sebagai berikut: Manusia ekonomis pada dasarnya adalah siapapun yang dalam semua
relasi kehidupannya mensyaratkan nilai kegunaan. Bagi manusia ini, semuanya adalah sarana untuk
mempertahankan hidup, perjuangan alamiah akan eksistensinya dan kehidupan yang layak.
86
Jack L. Knetsch: The Endowment Effect and Evidence of Nonreversible Indifference
Curves. Dalam: The American Economic Review. Jilid. 79, No. 5 Des. 1989, hal . 12771284

273

mereka melihat risiko yang tidak dapat dikalkulasi lebih dulu. Biasanya dalam hal ini
adalah tindakan manusia dalam jangka pendek, untuk melanjutkan tindakan
sebelumnya. Di sini peristiwa yang lebih dekat akan terjadi lebih penting daripada
peristiwa yang masih lama terjadinya. Karena itu sasaran-sasaran jangka pendek
lebih diikuti daripada sasaran jangka panjang, meskipun terdapat argumentasi-
argumentasi yang meyakinkan untuk sasaran jangka panjang tersebut. Demikian
juga imbalan atau janji-janji sasaran jangka pendek ini lebih hebat daripada sasaran
jangka panjang, meskipun sasaran jangka panjang ini jauh lebih besar pula.

Tindakan ini memperoleh dimensi dramatik apabila di dalam dunia politik dikaitkan
dengan reformasi besar-besaran yang melalui proses adaptasi yang berlangsung
lama. Hal tersebut biasanya tidak dapat dilakukan di dalam masyarakat partisipatif
dengan pemilih tetap, kecuali semua partai sepakat untuk mendekati warga dan
melakukan reformasi yang perlu. Namun hal ini benar-benar sesuatu yang jarang
terjadi, karena partai-partai melirik setelah kemenangan pemilu dalam waktu yang
singkat dan dengan demikian kehilangan sasaran masyarakat jangka panjang.

Contohnya: Kemampuan manusia untuk mengembangkan visi
masa depan dan perubahan mendasar yang dibawanya sangat
sedikit berkembang. Demikian keluhan Henry Ford ketika ia
mengatakan, apabila ia bertanya kepada orang-orang, apa yang
mereka inginkan, mereka menjawab: kuda-kuda yang lebih
cepat , namun mereka tidak pernah mengatakan sebuah
mobil .
Untuk memahami perbedaan mendasar antara mobil dan kuda,
para pelanggan tersebut harus berhenti membandingkan antara
keduanya. Barulah setelah itu mereka mampu untuk benar-
benar mengerti keunggulan dari kedua hal tersebut. Bahwa kuda
sampai sekarang tidak punah membuktikan bahwa mobil
bukanlah kuda yang lebih baik ; mobil memang adalah mobil
87
.
Hal ini mirip dengan politisi-politisi masa kini yang ingin
menghapus sistem perpajakan yang sangat rumit yang mengandung
banyak transfer sosial dan menggantinya dengan pajak

87
Jrg Gerschlauer dalam http://www.boersenblatt.net/350172/template/bb_tpl_blog_libreka/

274

penghasilan negatif. Hal ini tidak dapat dibayangkan oleh
warga, karena mereka pertama-tama selalu memikirkan hak
milik mereka, yaitu semua transfer sosial, dan mereka ingin
melindunginya. Sistem pajak penghasilan negatif tidak dapat
dibandingkan dengan sistem pajak yang rumit dan transfer
sosial, melainkan sistem tersebut mempunyai suatu kualitas
baru. Namun selama warga (dan juga politisi) tidak siap untuk
mencegah sebuah perbandingan, maka alasan-alasan yang
sudah disebutkan sebelumnya tidak dapat dilaksanakan.


Psikolog perilaku Prof. Gerhard Roth memaparkan dalam bukunya yang berjudul
Aus der Sicht des Gehirns
88
( Dari sudut pandang otak ) berikut ini:
Rasionalitas terletak dalam struktur dasar affektif dan emosional tingkah laku;
sistem saraf tepi menentukan dalam tahap apa akal budi dan pikiran berfungsi.


Letak sistem saraf tepi

Bukan optimatisasi dari relasi biaya dan keuntungan yang merupakan kriteria
terpenting dari keputusan dan tindakan yang dilakukan manusia, melainkan
penegakan sebuah situasi emosional yang diusahakan stabil dan tidak kontradiktif
dari manusia yang bertindak.


88
(2009) Gerhard: Roth: Aus Sicht des Gehirns. Suhrkamp, Frankfurt ISBN 978-3-518-29515-1

275

Apabila kita menerapkan pengetahuan ini pada sikap memilih dan formulasi
penawaran kita di dalam target image, maka dihasilkan konsekuensi-konsekuensi
berikut ini:
1. Karena pertimbangan biaya dan keuntungan pada dasarnya ada, maka harus
ada penawaran yang konkret. Tanpa sasaran yang jelas dengan
penawarannya maka tidak akan sampai pada sebuah pertimbangan yang
rasional, yang merupakan prasyarat untuk penilaian emosional dan affektif.
2. Dalam sebuah perubahan yang direncanakan dari situasi dewasa ini, harus
diinformasikan apakah pemilih merasa terancam dalam hal hak-hak
kepemilikan mereka. Perubahan itu harus diformulasikan sedemikian rupa,
sehingga sedapat mungkin keuntungan yang diraih dalam waktu singkat,
meskipun hanya kecil, harus dipaparkan.
3. Sebagian besar pemilih pada umumnya tidak senang mengambil risiko atau
hanya berani sedikit berisiko. Karena itu penawaran-penawaran yang terkait
dengan risiko yang tidak bisa dikalkulasi tidak menarik bagi warga
kebanyakan. Apabila risiko-risiko tersebut diutarakan secara terbuka,
kompetensi partai atau kompetensi politisinya menjadi penting untuk
dinyatakan dalam mengatasi permasalahan tanpa risiko. Ketika mengambil
keputusan memberikan suaranya dalam Pemilu, pemilih ingin dibimbing dan
dipimpin dengan aman. Karena itu pemilih memerlukan mercu suar (atau
orientasi penunjuk) dan pemimpin-pemimpin yang ia percayai, bahwa mereka
itu dapat membimbingnya melalui situasi-situasi bermasalah yang rumit, yang
ia tidak pahami lagi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka expektasi
terhadap unsur-unsur keamanan meningkat. Di dalamnya termasuk:
1. Kepercayaan
2. Dapat diandalkan
3. Kredibilitas

Karena dalam keadaan normal pemilih biasanya memiliki perasaan bahwa dalam
situasi masalah yang rumit ia tidak memiliki dasar-dasar yang penting untuk
mengambil keputusan (informasi, kaitannya, pengetahuan akan alternatif dan
efeknya terhadap lingkungan sosialnya), maka ia memiliki keterbatasan dalam
mengambil keputusan alternatif. Dengan demikian pemilih dengan prasangka dan
pengalaman sebelumnya meskipun hal itu mungkin saja salah dapat melarikan

276

diri ke dalam sebuah citra dunia yang stabil dan tidak kontradiktif. Solusi-solusi
sederhana semacam ini ditawarkan oleh partai-partai yang ditandai dengan
radikalisme, sikap bermusuhan terhadap orang asing dan kebencian terhadap kaum
minoritas. Di sini ditampilkan kambing hitam yang dianggap bertanggungjawab atas
masalah-masalah yang terjadi dan dilihat sebagai penyebab satu-satunya yang
menentukan. Apabila pemilih berada dalam situasi ini, maka ia sulit dijangkau melalui
suatu komunikasi yang berbeda antara politisi dan warga. Visi dari target image kita
hampir tidak mampu meyakinkannya untuk memperbarui tindakannya tersebut.

Pilihan lain adalah pendekatan pada opinion leader. Orang-orang ini mendukung
sebagai pakar dalam proses komunikasi massa secara umum. Lihat pula bab 16.8.
Opinion leader tersebut dicari dan dimintakan bimibingannya oleh para pemilih yang
mengalami disorientasi di lapisan sosialnya sendiri, dan pendapat mereka akan
didengar dan bahkan diterima sebagai rekomendasi bagi langkah aksi mereka.
Apabila suatu jejaring opinion leader yang tertutup dapat dibangun atau dipelihara,
maka upaya menciptakan orientasi pada suatu arahan tindakan tertentu bahkan
dapat dilakukan di dalam kelompok-kelompok yang tidak mampu memahami
keterkaitan dari suatu sistem yang kompleks. Jejaring dari opinion leader ini juga
sangat berperan penting di negara-negara dengan tingkat buta aksara yang tinggi, di
mana tidak ada komunikasi yang terbuka dan akses terhadap informasi sangat sulit.
Dengan demikian, adalah tugas dari partai-partai dan para politisi untuk membangun
jejaring opinion leader semacam ini dan memeliharanya secara intensif untuk jangka
waktu yang lama.

15.4. Mendukung motif-motif untuk pengambilan keputusan

Setiap orang yang memutuskan untuk melakukan suatu tindakan apakah
mendukung atau bahkan bergabung dengan sebuah organisasi atau memilih sebuah
partai atau seorang kandidat, tentu memiliki alasan yang mendorongnya untuk
mengambil keputusan tersebut. Tidaklah penting apakah ia menyadari motivasinya
tersebut atau tidak. Dalam pemilu, seperti yang sudah dipaparkan di bab
sebelumnya, keputusan yang diambil seseorang pada umumnya justru lebih bersifat
emosional daripada rasional.


277

Citra yang diinginkan secara jelas harus mendukung alasan untuk melakukan
tindakan politik atau membuat keputusan pemilu. Untuk itu, faktor yang mendasari
diambilnya sebuah keputusan sebelumnya harus dianalisa dengan cermat, dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Alasan apa yang membuat warga memilih seorang kandidat, partai atau
organisasi?
2. Bagaimana alasan tersebut dapat didukung?

Pada umumnya, faktor-faktor yang mendasari pengambilan sebuah tindakan politik
dapat dilihat dalam daftar di bawah ini. Di sini dapat kita bedakan antara sikap yang
dipengaruhi oleh pihak eksternal dengan sikap yang dimotivasi oleh kehendak
sendiri.
1. Perilaku tradisional yang terbentuk oleh pola dalam lingkungan sosial (keluarga,
suku, dsb.).
2. Perilaku yang dipengaruhi oleh multiplikator atau figur pimpinan.
3. Perilaku perlawanan terhadap struktur sosial dan figur pimpinan atau lingkungan
sosial (pemilih yang memilih atas dasar protes).
4. Keyakinan diri seseorang atau organisasi dalam kompetensi untuk menyelesaikan
masalah yang menjadi perhatian target individual.
5. Keuntungan material bagi diri sendiri atau lingkungan sosial terdekat.
6. Meningkatkan citra di lingkungan sosial melalui tindakan tertentu.
7. Meningkatkan harga diri saat terjadi keselarasan dengan perintah dan larangan
yang sudah terinternalisir.
8. Persetujuan atas citra diri sendiri.
9. Pengakuan atas pencapaian target pribadi.
10. Kekhawatiran terhadap tekanan.

Dasar pengambilan keputusan bagi seseorang, partai atau organisasi atau suatu
kegiatan tertentu, sangat berbeda dalam berbagai budaya dan masyarakat,
tergantung dari sistem pendidikan, pengalaman dan ikatan sosial setempat. Karena
itu, mengetahui faktor-faktor yang mendasari pengambilan keputusan merupakan
latihan analitis yang sangat penting sebelum merencanakan dan menerapkan
strategi politik.

278


Analisa dasar pengambilan keputusan seringkali dirahasiakan, terutama dalam
proses politik yang diarahkan untuk menentang sebuah ide politik baru dan asing.
Pihak elit terkait acap menyembunyikan rintangan budaya terhadap ide tersebut atau
tidak mau mendiskusikannya secara terbuka.

Ini terjadi jika, misalnya, sebuah sistem partai pluralistis runtuh karena
keputusan-keputusan yang diambil didasarkan pada ikatan kesukuan, atau
jika pembelian suara dapat diterima secara budaya atau sudah
membudaya atau bahkan menjadi hal yang sangat penting dalam
praktik, atau apabila pengenalan ekonomi pasar gagal karena tidak
adanya motivasi untuk meraih keuntungan.

Untuk mengetahui dasar pengambilan keputusan pemilih atau masyarakat, survai
dan diskusi dengan para elit lulusan Barat tidak banyak membantu, bahkan
cenderung merugikan. Pemahaman akan motif-motif pengambilan keputusan itu
dapat diperoleh sendiri dengan terjun langsung ke masyarakat dan melakukan
percakapan terbuka dengan para analis setempat. Analis setempat bukanlah para
sosiolog atau ahli politik, melainkan supir taksi, dokter, pelayan restoran, dsb.

15.5. Argumen pemenuhan kebutuhan

Pemenuhan kebutuhan menjadi alasan penting untuk pengambilan keputusan.
Orang-orang yang akan digerakkan ke suatu tindakan politik tertentu (pemilu,
komitmen, partisipasi, dsb.) memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Kebutuhan ini
tergantung pada latar belakang pendidikan baik formal maupun informal, situasi
sosial dan berbagai faktor lainnya. Pada dasarnya kita dapat menyimpulkan bahwa
sebagai individu, setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda dengan
intensitas yang berbeda pula. Dalam masyarakat ada kelompok-kelompok yang
memiliki struktur kebutuhan yang sama yang dapat dirangkul dengan argumen-
argumen yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

15.5.1. Hirarki kebutuhan Maslow


279

Seorang psikolog Amerika, A.H. Maslow,
89
meneliti hubungan antara kebutuhan-
kebutuhan yang dimiliki manusia. Maslow mengembangkan suatu model hirarki
kebutuhan. Dalam model ini aktualisasi diri berada di tingkat paling atas, dan
kebutuhan yang paling mendasar untuk bertahan hidup yaitu pemenuhan
kebutuhan fisiologis berada di tingkat paling bawah. Jika kebutuhan di satu tingkat
telah dipenuhi, kebutuhan di tingkat berikutnya akan mendesak untuk dipenuhi. Ada
berbagai teori tentang struktur kebutuhan, mulai dari asumsi tentang komposisi
mosaik bagi masing-masing kebutuhan sampai ke sistem kebutuhan individual yang
holistik, di mana setiap kebutuhan dipandang sebagai elemen-elemen yang berbeda
dari kebutuhan
90
individual yang ada. Maslow merumuskan sebuah hirarki kebutuhan
yang dibuat dalam sebuah piramida.



Tingkat paling bawah terdiri dari kebutuhan fisiologis, yaitu makan, minum, tidur,
seks dan segala hal yang berhubungan dengan pertahanan hidup secara fisik. Di

89
Prof. Abraham Harold Maslow, 1908-1970; Hierachy of the Prepotency of Human Needs (Hirarki
Kebutuhan Potensial Manusia), USA; Motivation and Personality (Motivasi dan Kepribadian), New York, 1970;
Psychologie des Seins (Psikologi Keberadaan), Mnchen, 1973.
90
Clark Leonhard Hull, psikolog Amerika, 1884-1952.
Kebutuhan akan
penghargaan
Kebutuhan
kepemilikan
Kebutuhan
perlindungan dan
keamanan
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan aktualisasi diri

280

tingkat kedua terdapat kebutuhan perlindungan dan keamanan, yaitu papan,
kesejahteraan dan keamanan fisik.
Tingkat ketiga adalah kebutuhan akan cinta dan kepemilikan, yakni hubungan sosial,
pertemanan, rasa memiliki, penerimaan. Kebutuhan-kebutuhan ini berkaitan erat
dengan kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk pertahanan psikologis. Di tingkat
keempat adalah kebutuhan penghargaan yang mencakup pengakuan, kekuasaan,
wibawa dan status. Setelah itu barulah muncul yang disebut dengan tujuan mulia
manusia, seperti kebutuhan intelektual, estetika dan aktualisasi diri. Kebutuhan ini
mencakup pengetahuan, belajar, pengertian, keindahan, kreativitas, aktualisasi diri
dan pernyataan diri.

15.5.2. Fokus pada tiga tingkat kebutuhan politik

Pada saat menerjemahkan kebutuhan yang dapat dipenuhi melalui kegiatan dan
program-program politik, hirarki kebutuhan sebaiknya direduksi menjadi tiga tingkat.
Dengan demikian gambaran yang dimiliki menjadi lebih sederhana dan lebih mudah
diterapkan dalam perencanaan strategi, tanpa harus melakukan pengurangan yang
berarti dalam penerapan prinsip Maslow.

Dipandang dari aspek keterjangkauan politis, kebutuhan dapat digolongkan menjadi
tiga kategori utama, yaitu: kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan post-
material.

Kebutuhan dasar

Kebutuhan dasar adalah semua kebutuhan vital, baik langsung maupun tak
langsung, yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan dasar ini
adalah:
1. Makan
2. Minum
3. Tidur
Tetapi dalam masyarakat yang berbasis kerja seperti sekarang ini, kebutuhan dasar
masih ditambah dengan aspek-aspek seperti:

281

1. Kerja sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhan hidup dan untuk bertahan
hidup, baik bagi diri sendiri maupun bagi keluarga.
2. Tempat tinggal sebagai tempat untuk hidup dan tidur.
3. Perlindungan dari serangan terhadap hidup dan harta milik yang dibutuhkan
manusia untuk bertahan hidup.

Karena itu, kata kunci politis yang berhubungan dengan kebutuhan dasar adalah:
1. Ketersediaan bahan pangan dengan harga dan tempat yang terjangkau oleh
semua orang.
2. Ketersediaan air dalam jumlah dan kualitas yang cukup, dengan harga dan tempat
yang terjangkau oleh semua orang.
3. Ketersediaan tempat tinggal dalam jumlah dan kualitas yang cukup, dengan harga
dan tempat yang terjangkau oleh semua orang.
4. Pemberantasan kemiskinan, jika pemenuhan kebutuhan dasar merupakan
masalah kemiskinan.
5. Penyediaan lapangan kerja bagi mereka yang membutuhkan.
6. Pencegahan kriminalitas sebagai perlindungan hidup dan hak milik.

Jika masalah pemenuhan kebutuhan dasar masih ditemukan dalam masyarakat atau
bagian penting dari masyarakat, masalah-masalah ini sekurang-kurangnya harus
dikenali. Tetapi akan jauh lebih baik jika masalah ini menjadi perhatian utama.

Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan kehidupan
bersama dalam masyarakat. Bagi orang-orang yang tidak tinggal di sebuah negara
moderen yang menyediakan dan menjamin sistem keamanan sosial, kehidupan
bersama dalam masyarakat ini meliputi dipenuhinya suatu keamanan tertentu. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kebutuhan sosial, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu
dijawab:
1. Apa yang akan terjadi jika seseorang menjadi tua dan tidak mampu mengurus diri
mereka sendiri?

282

2. Apa yang akan terjadi jika seseorang jatuh sakit atau mengalami kecelakaan
sehingga untuk waktu tertentu atau sepanjang hidupnya ia tidak lagi dapat mengurus
dirinya sendiri?
3. Apa yang akan terjadi jika seseorang tidak memiliki pekerjaan dan karenanya tidak
dapat mengurus dirinya sendiri?
4. Apa yang akan terjadi jika orang sakit? Apakah mereka akan dirawat?
5. Apa yang akan terjadi jika orang tua tunggal harus tinggal sendiri dengan anak-
anaknya karena pasangannya menghilang atau menceraikannya?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas sangat beragam dalam masyarakat
yang berbeda, tergantung pada misalnya apakah struktur keluarga masih lengkap,
atau apakah ada sistem keamanan sosial dalam suku-suku atau organisasi sejenis
himpunan pekerja. Dalam masyarakat yang memiliki fungsi sub-sistem sosial seperti
keluarga besar atau struktur kesukuan yang efektif, biasanya yang tersisa dari
pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah permasalahan kesehatan, yang dibebankan
pada tingkat politis.

Tetapi jika sistem sosial yang dimaksudkan itu sudah mengalami kerusakan yang
parah atau kelangsungannya terancam akibat adanya sistem tandingan yang
ditawarkan pemerintah, pertanyaan-pertanyaan di atas berubah menjadi faktor
kebutuhan yang memerlukan sebuah jawaban politis.

Karena itu, slogan politik dalam hubungannya dengan kebutuhan sosial menjadi:
1. Jaminan hari tua, pensiun dan perawatan orang tua.
2. Asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan atau sistem perawatan kesehatan.
3. Asuransi pengangguran, bantuan sosial, penyediaan lapangan kerja bagi tenaga
produktif.
4. Sistem kesehatan masyarakat, rumah sakit umum (negara).
5. Bantuan bagi orang tua tunggal, jaminan secara hukum.

Meskipun kebutuhan sosial menjadi hal yang penting dalam berbagai lapisan
masyarakat, pemenuhan kebutuhan dasar masih menjadi prioritas utama. Artinya,
dalam masyarakat yang memiliki persoalan besar terkait dengan pemenuhan
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial menjadi prioritas kedua dalam kesadaran

283

mereka, jika sistem sosial (baik pemerintah ataupun swasta) tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar tersebut.

Contoh berikut menggambarkan situasi tersebut. Bagi seseorang yang
kelaparan yang pasti akan mati dalam waktu dekat jika ia tidak
memperoleh makanan, kebutuhan akan sistem kesehatan menjadi
prioritas kedua, karena sistem ini tidak akan membantunya dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.

Kebutuhan post-material

Kebutuhan post-material merupakan kebutuhan yang muncul setelah kebutuhan
fisiologis dan psikologis terpenuhi. Banyak isu, terutama yang diangkat oleh partai-
partai liberal, termasuk dalam kategori ini:
1. Negara hukum
2. Konstitusi
3. Kedamaian
4. Kebebasan
5. Keadilan
6. Perlindungan sumberdaya alam (karena alam merupakan sumber utama bagi
kebutuhan dasar hidup manusia)
7. Partisipasi
8. Pendidikan
9. Aktualisasi diri
10. Demokrasi

Daftar rangkaian isu-isu ini masih bisa diteruskan. Dalam kebutuhan post-material
terdapat berbagai fenomena, bahwa dalam keadaan tertentu, kebutuhan ini dapat
berubah tempat dan bahkan dapat berubah menjadi kebutuhan dasar. Dalam kasus
tertentu, perubahan ini mudah untuk diperkirakan, sementara dalam kasus lain bisa
lebih sulit.

Kasus yang jelas antara lain adalah yang menyangkut masalah perdamaian. Jika
tidak ada perdamaian artinya ada pertempuran dan peperangan masalah ini

284

menjadi persoalan serius karena kelangsungan hidup pihak-pihak yang terkait
menjadi terancam. Dalam kasus ini, kebutuhan post-material akan perdamaian
berubah menjadi kebutuhan dasar. Tetapi, bagaimanapun, tidak semua pihak yang
terlibat beranggapan demikian. Karena jika perdamaian dianggap sebagai kebutuhan
dasar bagi semua pihak, tidak akan mungkin terjadi pertikaian menahun dan tidak
mungkin ada dukungan politik terhadap pihak-pihak yang berperang.

Isu yang jauh lebih sulit adalah perlindungan sumberdaya alam, termasuk di
dalamnya perlindungan lingkungan hidup.

Jika di suatu tempat terjadi pencemaran lingkungan hidup yang begitu
parah sehingga air minum tidak dapat diperoleh lagi, isu perlindungan
lingkungan hidup di wilayah setempat akan bergeser menjadi sebuah
kebutuhan dasar, karena elemen penting bagi kehidupan tersebut tidak
tersedia lagi di sana.

Berbeda halnya dengan yang dialami orang-orang miskin yang tinggal di daerah
hutan hujan tropis. Mereka akan sangat sulit diyakinkan akan pentingnya
perlindungan lingkungan hidup, karena perhatian mereka tertuju pada kelangsungan
hidup mereka beserta keluarganya. Oleh karena itu, kebutuhan dasar mereka tentu
jauh lebih penting dari perlindungan lingkungan hidup.

Hal yang sama terjadi jika sebuah perusahaan ditutup karena telah merusak
lingkungan hidup. Para pekerja termasuk juga serikat buruh yang terancam
pengangguran akan mempertahankan kebutuhan dasar atau sosial mereka dengan
melakukan protes menentang kebijakan yang penting bagi keberlanjutan lingkungan
hidup tersebut.

Ada aspek menarik untuk pemenuhan kebutuhan dasar dalam situasi di mana ada
perjuangan menentang sistem otoritarian untuk memperoleh kebebasan dan
demokrasi. Orang yang berjuang melawan sistem diktatur, memiliki alasan yang
sangat pribadi yang berhubungan erat dengan keselamatan jiwa dan harta mereka.
Dengan demikian, perjuangan mereka untuk memperoleh kebebasan dan demokrasi

285

merupakan perjuangan yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan post-material.
Sebenarnya, di balik kebutuhan yang muncul ke permukaan itu, seringkali ada
kebutuhan material atau sosial lainnya. Apabila sistem diktatur yang ditentang itu
telah berakhir, skenario yang ada akan langsung berubah. Demokrasi dan
kebebasan akan kembali bergeser menjadi kebutuhan post-material, dan perjuangan
untuk memperoleh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial akan kembali menjadi
perhatian utama.

Komunikasi dan kebutuhan

Struktur kebutuhan sangat signifikan dalam komunikasi politik. Vera F. Birkenbihl
menggambarkan pengaruh ini secara jelas dalam berbagai bukunya
91
. Selama
kebutuhan-kebutuhan di tingkat dasar tidak terpenuhi, maka komunikasi di tingkat
atas akan terganggu atau bahkan tidak dimungkinkan. Ini berarti bahwa, seseorang
yang kelaparan akan sulit diajak untuk berdialog mengenai demokrasi dan undang-
undang pemilu, karena baginya ada hal-hal lain yang lebih penting, yakni kebutuhan
untuk bertahan hidup.

Komunikasi dengan pemilih harus dibuat perencanaannya dan sesuai dengan
struktur kebutuhan dan kepentingan mereka, dan sejalan pula dengan maksud
tujuan kita (program partai atau orientasi kandidat). Langkah ini harus dilakukan jika
kita ingin memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi dalam proses politik,
debat-debat politik maupun dalam kampanye pemilu.

15.5.3. Problem masyarakat heterogen

Seperti yang telah diraikan di atas, seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan
juga akan berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam struktur
masyarakat. Perubahan ini tidak selalu berdampak sama bagi semua kelompok
masyarakat. Adanya perbedaan kebudayaan di berbagai masyarakat, menyebabkan
munculnya berbagai kombinasi kebutuhan di masing-masing negara. Ini berarti
bahwa di setiap masyarakat ada kelompok-kelompok yang lebih mementingkan
pemenuhan kebutuhan dasar mereka, sementara kelompok lainnya lebih tertarik

91
Vera F. Birkenbihl, Kommunikationstraining (Latihan Komunikasi), moderne verlaggesellschaft mbH.

286

pada pemenuhan kebutuhan sosial, dan yang lainnya lagi menghendaki pemenuhan
kebutuhan post-material. Perbedaan orientasi kebutuhan yang terdapat di
masyarakat perlu dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan strategi
kampanye. Semakin besar kelompoknya, semakin beragam kebutuhannya. Di
bawah ini akan diberikan beberapa contoh masyarakat yang berbeda-beda.

Contoh 1:
Sebuah negara yang belum berkembang, yang memiliki struktur keluarga besar dan
ikatan kesukuan yang kuat, berbentuk pedesaan yang agraris, tingkat urbanisasi
rendah, di wilayah-wilayah perkotaannya terdapat dinas pelayanan jasa,
perdagangan dan lembaga pemerintahan. Akibat pertumbuhan penduduk yang pesat
di daerah pedesaan, migrasi ke pusat kota menjadi meningkat.

Dalam masyarakat semacam itu, kita dapat menemukan struktur-struktur kebutuhan
seperti berikut ini:

1. Fokus pada kebutuhan dasar bagi masyarakat di daerah pedesaan dan daerah
perkotaan yang menjadi pusat migrasi.
2. Fokus yang rendah dilekatkan pada kebutuhan-kebutuhan sosial bagi masyarakat
di daerah pedesaan (kecuali untuk sistem pelayanan kesehatan), karena adanya
struktur keluarga luas dan kesukuan tidak memungkinkan defisit sosial muncul ke
permukaan. Meningkatnya fokus pada kebutuhan sosial di daerah perkotaan akibat
tingginya angka pengangguran dan tidak adanya sistem jaminan sosial di mana
kontak dengan struktur kesukuan sudah terputus.
3. Kebutuhan post-material mendominasi di kalangan elit pemerintahan dan elit
pengusaha di wilayah perkotaan. Orientasi kebutuhan post-material yang masih
rendah dan baru muncul di pedesaan yang dipicu oleh kritik NGO terhadap sistem
pendidikan dan infrastruktur.

Contoh 2:
Negara industri maju dengan sistem jaminan sosial yang efektif tetapi ada
peningkatan pengangguran, transfer sosial yang tinggi, beban pajak yang tinggi dan
sistem jaminan sosial, berada pada posisi yang terancam akibat beban yang
berlebihan. Tingkat urbanisasi tinggi, tetapi tidak ada konflik sosial regional.

287

Mayoritas warga terdiri dari keluarga kecil dan orang-orang yang hidup tanpa
pasangan.

Dalam masyarakat seperti ini, ditemukan struktur kebutuhan sebagai berikut:
1. Fokus yang rendah pada kebutuhan dasar, terutama dalam kelompok masyarakat
pinggiran dan pengangguran, dan tercermin terutama pada kondisi perumahan
mereka.
2. Kebutuhan sosial yang sudah maju yang memiliki konotasi eksistensial karena
sistem jaminan sosial terancam menjadi ancaman bagi kebutuhan dasar. Pajak
yang tinggi dan ancaman terhadap jaminan hari tua mempengaruhi sebagian besar
penduduk.
3. Terdapat fokus pada kebutuhan post-material yang maju di kalangan yang tidak
terancam atau tidak terkena pengaruh oleh masyarakat pinggiran atau oleh
pengangguran. Kelompok ini mencakup pejabat publik, kaum profesional, dan
sebagian besar kaum muda.

Contoh 3:
Bekas negara sosialis yang sedang dalam masa transisi.
Dalam masyarakat seperti ini, ditemukan struktur kebutuhan sebagai berikut:
1. Orientasi kebutuhan dasar tinggi karena tingkat pengangguran tinggi dan sistem
jaminan sosial runtuh.
2. Orientasi pemenuhan kebutuhan sosial tinggi karena semua sistem jaminan sosial
yang berhubungan dengan pekerjaan runtuh dan struktur keluarga tidak lagi utuh
(karena dalam sistem sosialis keluarga sengaja dipisah-pisah).
3. Orientasi kebutuhan post-material rendah dan biasanya hanya ditemui di kalangan
elit politik kecil tertentu, elit administratif dan elit pengusaha yang dalam proses
melakukan konsolidasi atas posisinya.

Contoh 4:
Negara belum berkembang dengan tingkat urbanisasi tinggi, banyak perkampungan
miskin yang muncul akibat urbanisasi, penduduk terlalu padat, tingkat pengangguran
tinggi.
1. Kebutuhan dasar berkembang pesat, terutama di daerah perkampungan miskin di
kota-kota dan di daerah pedesaan.

288

2. Kebutuhan sosial berkembang pesat karena sistem jaminan sosial alami seperti
jaminan keluarga, dsb. hilang. Hal ini terjadi di daerah perkampungan miskin di kota-
kota.
3. Orientasi kebutuhan post-material hampir tidak berkembang, kecuali yang terdapat
dalam sekelompok kecil kaum elit.

15. 5.4. Pemilihan isu-isu yang tepat

a. Isu-isu masyarakat
Pemilihan isu untuk target image (citra yang diinginkan) dipengaruhi oleh berbagai
kriteria. Pertama-tama, isu ditentukan berdasarkan orientasi kebutuhan penduduk
setempat. Karena adanya perbedaan orientasi dari berbagai kelompok warga,
pemilihan isu akan selalu berpengaruh terhadap efektivitas pemilihan kelompok-
kelompok sasaran serta upaya meyakinkan dan menjangkau kelompok-kelompok
tersebut. Kemampuan mengkomunikasikan tema-tema yang telah diinformasikan
sebelumnya kepada kelompok sasaran sangat penting untuk kemampuan
menanamkan keyakinan di dalam kelompok-kelompok tersebut. Isu yang dimaksud
di sini adalah isu-isu warga atau sedikitnya isu-isu yang menarik bagi kelompok-
kelompok warga.
Contoh: apabila suatu partai ingin membuat tema pengurangan
pajak sebagai tema yang penting, maka partai tersebut harus
mengetahui bahwa hanya pembayar pajaklah yang didekati.
Warga yang lainnya mungkin tidak tertarik atau sebagian dari
mereka sejak awal menentang hal tersebut, karena mereka
mengkhawatirkan pembiayaan fasilitas negara untuk mereka.
Untuk memperjelas dimensi ini, misalnya di Jerman dari 84 juta
penduduk hanya kira-kira seperempatnya yang membayar pajak
pendapatan dan penghasilan.

b. Isu-isu media

Kelompok potensial isu yang kedua ditentukan oleh media. Isu-isu ini seringkali tidak
berhubungan dengan kebutuhan riil warga, tetapi karena ada tekanan yang terus-
menerus dari media, isu tersebut menjadi isu yang penting dan menyebabkan

289

perubahan sikap warga. Penelitian empiris di Amerika Serikat
92
menunjukkan bahwa
krisis berkesinambungan (Afghanistan, Irak, konflik antar ras), krisis simbolis
(Watergate, narkoba, pencemaran lingkungan dan kemiskinan), problem yang sering
berdampak pada warga (inflasi, pengangguran) dan perilaku menyimpang yang
berkesinambungan (kriminalitas) paling menggugah minat publik dan karenanya
selalu menjadi masalah permanen dalam agenda mereka.
93


Dalam proses menarik perhatian publik, suatu isu harus menjalani beberapa fase
(tahapan) yang dalam literatur Amerika dikenal sebagai "issue attention cycle."
94

Menurut model ini, isu-isu ini mengalami:
1. Fase awal, tematisasi isu;
2. Fase penemuan;
3. Titik puncak;
4. Fase penurunan, dan
5. Fase paska-masalah.
0
20
40
60
80
Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5
Aufmerksamkeit

Tugas perencana strategi adalah mengenali sedini mungkin isu-isu yang diproduksi
oleh media, dan menguasainya. "Siapa pun yang menguasai isu yang memiliki nilai
politis, ia berada selangkah lebih maju dibandingkan lawannya; ia memiliki peluang
yang lebih besar untuk meyakinkan publik akan penilaiannya terhadap isu-isu yang
diperdebatkan yang menjadi opini mayoritas."
95
Peran aktor politik biasanya tidak
seperti yang diharapkan. Banyak politisi baru mulai mengangkat sebuah isu ketika

92
W. Russel Neumann, The Treshold of Public Attention (Ambang Batas Perhatian Publik), Public
Opinion Quarterly, 54 (1990).
93
Barbara Pfertsch: Themenkarrieren und politische Kommunikation (Karir Tema dan Komunikasi
Politik), dalam Politik und Zeitgeschichte B39/94, 30.9. 94.
94
Anthony Downs, Up and Down with Ecology: The Issue Attention Cycle (Pergolakan Ekologi: Siklus
Perhatian Terhadap Isu), dalam: The Public Interest 28 (1972).
95
Wolfgang Bergsdorf, Probleme der Regierungskommunikation (Permasalahan Komunikasi
Pemerintah), dalam: Communication, 12 (1986) 3.

290

ada pihak lain yang telah melakukan hal ini sebelumnya ketika titik puncak
perhatian sudah tidak terpusat lagi pada isu tersebut. Dalam kasus seperti ini, secara
strategis lebih penting mengangkat isu yang baru dibandingkan meneruskan sebuah
isu yang sudah mulai usang.

Apabila suatu partai, seorang kandidat atau suatu kelompok berhasil menempatkan
di media tema-tema yang didiskusikan di masyarakat melalui sebuah tindakan yang
strategis dan menentukan debat tersebut dalam masyarakat, maka proses ini disebut
dengan agenda yang disetting. Agenda yang disetting ini biasanya ditampilkan di
media. Bisa saja partai atau kandidat tersebut berhasil mempengaruhi media dengan
agenda yang disetting tersebut.

c. Isu-isu Partai
Kelompok isu yang ketiga ditetapkan oleh pemerintah, oposisi, atau oleh partai yang
aktif. Kelompok yang ketiga ini, sekali lagi, seringkali tidak berhubungan dengan isu
yang menjadi kebutuhan warga (isu warga) maupun isu yang ditetapkan oleh media
(isu media), melainkan isu yang digunakan oleh para aktor politik untuk menjanjikan
keuntungan strategis (isu partai). Terkadang isu-isu ini hanya diangkat untuk
mengalihkan perhatian publik dari isu lainnya.

Partai pemerintah dan pemerintah tidaklah pasif dalam memperkenalkan isu-isu
baru. Nyatanya, dalam upaya mereka menetapkan agenda politik, biasanya mereka
menikmati suatu keuntungan strategis. Dibandingkan dengan partai-partai lawannya,
mereka memiliki sumberdaya material yang lebih besar, dan jika ini dikombinasikan
dengan kompetensi mereka dalam mengambil keputusan, mereka akan memiliki
keunggulan dalam menentukan isu.
96
Tentu saja, syaratnya adalah bahwa agenda
politik mereka harus direncanakan secara strategis. Partai oposisi secara jelas tidak
memiliki keuntungan strategis dalam hal tematisasi, karena isu yang mereka angkat
biasanya tidak memiliki kekuatan keputusan yang mengikat, melainkan hanya
mewakili alternatif politik saja. Situasi akan berubah jika pihak oposisi menjadi
mayoritas di parlemen atau di kamar-kamar lain dalam sistem presidensial, atau jika

96
Franz Ronneberger, Die Rolle von Public Relations im politischen Entscheidungsprozess (Peranan
Humas dalam Proses Pengambilan Keputusan Politik) dalam Frank E. Bckelmann (penerbit), Medienmacht und
Politik, Berlin 1989, halaman 151.

291

mereka memiliki mayoritas di propinsi-propinsi dalam sebuah sistem parlemen
federal.

Isu-isu yang tidak populer di masyarakat, yakni yang tidak diinginkan oleh
masyarakat atau yang tidak pernah menggugah minat masyarakat, tidak cocok
digunakan untuk melakukan pendekatan dengan warga. Keputusan strategis harus
diambil berdasarkan konstelasi yang ada, karena, tentu saja, keseluruhan sasaran
strategi adalah untuk mendidik dan mengembangkan masyarakat politis (para
pemilih). Hasil yang optimal hanya dapat dicapai jika perencanaan strategi
mempertimbangkan masyarakat sebagaimana adanya mereka, dan tidak berusaha
mengubah mereka terlebih dahulu sebelum mereka mengenali dan menghargai
tawaran yang diberikan oleh partai atau kandidat. Sungguh menakjubkan melihat
kekecewaan yang dialami partai dan kandidat saat menyadari bahwa isu
kesayangan mereka (demokrasi, ekonomi pasar, dsb.) tidak menarik minat pemilih.
Kita harus bertanya, seberapa banyak para politisi ini yang mengenal warganya;
seberapa besar jarak yang ada antara tawaran dan permintaan.

15.6. Argumen kompetensi

Meskipun partai atau kandidat telah melakukan studi tentang struktur kebutuhan
masyarakat dan mereka sudah menemukan isu-isu yang tepat untuk membangun
komunikasi dengan pemilihnya, mereka harus melakukan tindakan yang lebih dari
itu untuk keberhasilan strategi mereka. Pengenalan atas struktur kebutuhan para
pemilih harus dikombinasikan dengan sebuah kompetensi yang dapat mengatasi
persoalan kebutuhan tersebut. Ini berarti bahwa citra sebuah partai atau citra
seorang kandidat harus menunjukkan kompetensi untuk mengatasi persoalan.

Partai yang sebelumnya dikenal sebagai partai komunis atau sosialis tidak akan
dianggap kompeten dalam isu ekonomi pasar. Sebuah partai di mana para politisinya
terlibat dalam skandal korupsi besar, tidak akan dipercaya dalam memberantas
korupsi. Seorang kandidat yang perusahaannya baru saja dinyatakan pailit tidak
akan dipercaya sebagai orang yang berkompeten dalam kebijakan ekonomi. Dan
seorang pengusaha yang telah rusak namanya karena melakukan kegiatan asosial,
ia tidak memiliki kompetensi dalam kebijakan sosial-kemanusiaan.

292


Dengan demikian, argumen kompetensi sangat bergantung pada citra yang telah
diperoleh sebelumnya. Sebagian citra itu bisa saja benar, tetapi juga bisa
mengandung penilaian yang tidak adil terhadap kompetensi seseorang atau
organisasi. Di sini bisa muncul pertanyaan, bagaimana seorang guru bisa menjadi
menteri ekonomi, atau seorang petani menjadi menteri riset dan teknologi? Karena
warga seringkali memiliki pengalaman buruk dengan pemerintah, asumsi mereka
tentang kompetensi politisi seringkali juga negatif. Oleh karena itu, membangun
kompetensi di berbagai bidang politik menjadi hal yang penting bagi partai atau
politisi. Jika tidak, warga tidak akan percaya pada kemampuan dan kemauan
beprestasi dari sang kandidat.

Di seluruh dunia dapat dirasakan munculnya suatu tren yang ditandai dengan
hilangnya kepercayaan pada partai-partai dan politisi-politisi. Pemilih kecewa
terhadap politisinya, padahal mereka sudah menaruh harapan pada politisi tersebut
bahwa para politisi akan menyelesaikan masalah mereka. Namun kinerja politik
mereka selalu berkurang. Hal tersebut dikarenakan masalah-masalah yang ada
semakin rumit dan sulit, yang tidak lagi dapat diselesaikan hanya secara nasional
atau lokal saja, melainkan lebih terhubungkan dan dipengaruhi oleh peristiwa-
peristiwa internasional, seperti yang diperlihatkan dalam krisis ekonomi global yang
dipicu oleh kegagalan bisnis properti di Amerika Serikat. Pemilih mempunyai kesan,
bahwa politisi mereka tidak mampu, atau bahkan lebih parah lagi, para politisi
tersebut tidak memiliki keinginan untuk menangani masalah-masalah warganya.

Tambahan lagi, beberapa politisi benar-benar kurang berminat memecahkan
masalah, melainkan lebih suka menancapkan kekuasaan yang tidak terkontrol,
melakukan korupsi dan memperkaya diri sendiri.

Secara keseluruhan demokrasi perwakilan menimbulkan bahaya besar, karena
apabila pemilih kecewa terhadap partai dan politisi dan berbalik meninggalkan
mereka, maka demokrasi perwakilan sudah tidak berfungsi lagi dengan baik. Politik
terlepas dari institusi-institusi yang seharusnya bekerja sama dengan mereka, seperti
ditetapkan di dalam undang-undang. Politik menempati ruang-ruang yang tidak diatur
dan ditentukan di dalam undang-undang. Contoh-contoh dari pelanggaran undang-

293

undang adalah munculnya diktator atau presiden dengan kekuasaan seumur hidup,
97

serta peralihan menuju diktator dunia maya, yakni pengambilan kekuasaan melalui
gerakan massa dalam Web 2.0
98
,
99
.

Dengan demikian hal itu tergantung pada bagaimana pengamanan suatu komunikasi
yang berjalan baik antara politik dan pemilih mampu menciptakan kepercayaan.
Setiap komunikasi untuk menyampaikan target image pasti akan gagal apabila
sasaran yang dituju sejak awal menganggap bahwa pesan yang diterimanya itu tidak
dapat dipercaya dan dianggap sebagai kebohongan.

Sosiolog Niklas Luhmann menjelaskan, bahwa kepercayaan itu merupakan
mekanisme untuk mereduksi kompleksitas sosial dan selain itu merupakan timbal
balik yang riskan.
100
Selalu saja, apabila pertimbangan rasional terhadap informasi
tidak dimungkinkan akibat adanya kompleksitas, akibat kekurangan waktu atau
karena tidak adanya informasi, seseorang tetap mampu memutuskan atas dasar
instuisi dan emosi semata. Orang yang percaya berharap dari orang yang ia percayai
itu bahwa orang tersebut mempunyai kebebasan dan memiliki potensi dalam
melakukan tindakannya, seperti yang sudah ia utarakan sebelumnya. Hal ini berarti
bahwa orang yang percaya itu tidak harus berkutat dengan pertimbangannya sendiri,
melainkan mempercayakannya pada orang lain. Menurut Luhmann, di sinilah terjadi
timbal balik yang riskan, karena bisa saja terjadi bahwa orang yang dipercaya itu
memanfaatkan kepercayaan tersebut dan bertindak berbeda dari apa yang sudah ia
janjikan sebelumnya.

Kepercayaan adalah dasar bagi sistem demokrasi perwakilan, seperti yang sudah
dipaparkan sebelumnya. Karena itu harus ada sasaran yang jelas dari partai dan
politisi untuk menciptakan kepercayaan dan menjaganya. Bisa diandalkan dan
keyakinan termasuk dalam kepercayaan. Orang harus mempercayai tindakan
tersebut. Selain itu orang harus tahu atau paling tidak merasa, bagaimana seseorang

97
Oliver Diehl, Wolfgang Muno (Ed.): Venezuela unter Chvez Aufbruch oder Niedergang? Vervuert 2005.
98
Minha Kim: Cyberculture of Postmaterialism and political participation, Review of Korean Studies,
Volume 10 Number 4 (December 2007)
99
Dalton, Russell J.: The Decline of Party Identifications . Dalam Parties without Partisans: Political
Change in Advanced Industrial Democracies, Oxford University Press, 2000
100
Niklas Luhmann: Vertrauen. Ein Mechanismus der Reduktion sozialer Komplexitt. UTN, Stuttgart
2000, ISBN 3825221857, hal. 27

294

atau partai bertindak dalam situasi tertentu. Apabila tindakan tersebut pada
kenyataannya tidak terbuka dan tidak mudah untuk dilihat, maka itu merupakan
kewajiban orang yang dipercaya tersebut untuk membuat tindakannya itu transparan
serta menjelaskannya.

15.7. Argumen fungsional

Faktor selanjutnya yang menentukan keputusan warga adalah fungsi sebuah partai
dalam iklim politik di masa datang. Dalam sistem parlementer khususnya, keputusan
untuk berkoalisi memegang peranan penting. Beberapa segmen pemilih akan
memilih dengan teramat taktis berdasarkan faktor ini. Karena itu, pemilu bergantung
pada peran yang akan dimainkan oleh partai terpilih di masa depan, dan bergantung
pula pada, apakah partai ini akan mendukung partai yang sebenarnya dikehendaki
oleh pemilih untuk memegang tampuk kekuasaan, atau akan memperkokoh
kekuasaan mereka. Pemilih-pemilih seperti ini, yang disebut juga pemilih koalisi atau
pemilih situasional, tidak memberikan suaranya berdasarkan keyakinan politik
mereka, melainkan berdasarkan pemikiran aritmatis-koalisi.

Jika dijabarkan, pemikiran-pemikiran seperti itu bisa bervariasi:
1. Dengan memberikan suara saya kepada partai X, saya akan membantu partai ini
untuk melewati ambang batas pemilihan (electoral treshold), karena partai X inilah
yang akan mendukung partai favorit saya.
2. Saya memilih partai X karena ia berkoalisi dengan partai saya, dan ini
mengcengah kekuasaan tunggal serta penyalahgunaan kekuasaan yang mungkin
dilakukan oleh partai saya.
3. Saya memilih partai X karena partai ini berencana untuk berkoalisi dengan partai
Y yang tujuan-tujuannya saya benci. Hal ini dapat mencegah Partai Y dalam meraih
tujuan buruknya. Saya melakukan hal ini karena saya tahu bahwa partai favorit saya
tidak mungkin memperoleh mayoritas suara.

Argumen-argumen fungsional semacam ini tidak menunjukkan suatu keterikatan
yang nyata terhadap partai yang akan dipilih. Argumen ini bisa menjadi tidak relevan
jika diterapkan pada situasi yang berbeda dalam pemilu berikutnya, dan dapat
membawa kerugian yang besar bagi partai. Ini berarti bahwa, meskipun argumen

295

fungsional dapat berperan sangat penting dalam tahap ini, tapi kita perlu mengikat
para pemilih tradisional (pemilih tetap) partai melalui argumen kebutuhan dan
kompetensi serta dengan membangun kepercayaan partai/kandidat, dan bukan
melalui argumen fungsional. Bagaimanapun, argumen fungsional tetap dapat
memainkan peranan penting dalam mengoptimalkan hasil, terutama dalam fase akhir
kampanye.

15.8. Argumen kepribadian

Kepribadian seseorang seringkali dapat menentukan hasil akhir pemilu, terutama
dalam masyarakat di mana politik dipandang sebagai sebuah produk dari beragam
kepribadian.

Di negara-negara di mana figur lebih diutamakan dibandingkan program dan partai,
yang paling utama adalah memposisikan kandidat secara positif. Ini terjadi di hampir
semua negara yang memiliki sistem presidensial, tetapi juga di negara di mana
masyarakatnya dipengaruhi budaya patron-client. Di sini, argumen fungsional
sepenuhnya tak berguna dan argumen pemenuhan kebutuhan pun tidak relevan lagi.
Di lain pihak, argumen kompetensi memegang peranan yang sangat penting tetapi
tidak sekuat seperti dalam kombinasinya dengan elemen-elemen program. Yang
lebih diutamakan di sini adalah kompetensi umum yang mengarah kepada
dipercayainya para politisi bahwa mereka kompeten memerintah suatu negara dan
memperoleh kepercayaan untuk itu.

Argumen kepribadian terutama berkisar sekitar kredibilitas atau dapat dipercayanya
seorang kandidat. Oleh karena itu, dalam target image perlu dipaparkan semua
komponen yang diperlukan untuk membangun kredibilitas dan kepercayaan tersebut.
Dengan dicantumkannya argumen pribadi di dalam target image, kita dapat
menggunakannya untuk memperhadapkan kandidat kita dengan kandidat pesaing.
Di sini berlaku langkah-langkah strategi ofensif dan defensif. Dalam kasus ofensif,
kita harus menunjukkan perbedaan yang jelas antara kandidat kita dengan kandidat
lainnya. Dalam kasus defensif, sedapat mungkin kita harus berusaha untuk meniru
kandidat lawan. Karakteristik pribadi yang penting mencakup:
- Kompetensi

296

- Kejujuran
- Keterikatan
- Sifat-sifat pribadi
- Kemampuan khusus

Dalam hal kompetensi, perlu diputuskan kompetensi mana yang akan ditonjolkan:
kompetensi profesional, kompetensi manajerial, kompetensi inter-personal,
kompetensi komunikatif, atau kompetensi berdasarkan akal sehat. Dalam hal ini tidak
terlalu penting apakah sang kandidat memiliki kompetensi itu atau tidak, karena
melalui pekerjaan kehumasan, kompetensi relatif mudah dibentuk dan ditampilkan.

Kejujuran lebih banyak menimbulkan masalah, terutama karena di mata publik
biasanya politisi dipandang sebagai pribadi yang tidak jujur, korup dan hanya
mementingkan diri sendiri. Citra para politisi di mata sebagian besar pemilih sangat
buruk, dan ini menjadi alasan mengapa argumen-argumen anti-korupsi yang
dilancarkan partai dan politisi dalam pemilu biasanya tidak dianggap serius, dan oleh
karena itu tidak dapat dijadikan argumen yang dapat menentukan hasil pemilu. Tapi
tentu saja sebenarnya para pemilih menginginkan politisi yang jujur dan tidak korup.
Oleh karena itu pernyataan mengenai kejujuran ini sangatlah penting, meskipun para
pemilih tidak mempercayai pernyataan-pernyataan tersebut. Dan karenanya, isu
korupsi dan ketidakjujuran sebaiknya tidak digunakan untuk menghadapi kandidat
lawan.

Sebagai contoh adalah kampanye-kampanye pemilihan presiden di
Venezuela, di mana sudah jelas bahwa seorang kandidat merampas
negaranya dan memperoleh banyak uang melalui tindakan korupsi yang
dilakukannya. Tapi pada akhirnya kandidat ini terpilih kembali.

Sebaliknya, keterikatan dengan kelompok-kelompok masyarakat atau daerah
pemilihan tertentu memainkan peranan yang sangat penting. Banyak pemilih
menginginkan kandidat berasal dari atau menjadi bagian dari mereka. Sang kandidat
harus mengenali persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat atau
daerah pemilihannya. Ia harus memiliki empati terhadap para pemilihnya. Oleh
karena itu, dalam distrik pemilihan langsung, akan sangat tidak menguntungkan jika

297

kandidat yang diajukan bukan berasal dari distrik pemilihan tersebut. Tetapi jika ini
tak dapat dihindari, perlu dilakukan upaya untuk membangun beberapa jaringan
dengan daerah terkait (misalnya tempat tinggal sebelumnya, tempat kerja, keluarga,
keanggotaan dalam perkumpulan, dsb.).

Jika sifat-sifat pribadi menjadi perhatian, perlu diputuskan kelompok target mana
yang akan diraih, dan apa yang dibayangkan kelompok tersebut mengenai kandidat
yang ideal. Di sini kita dapat menggunakan elemen-elemen seperti "figur bapak atau
kepala rumah tangga" (semua pasti mengenal gambaran tentang kandidat yang
memiliki istri dan anak), sportif (seperti Clinton yang senang jogging), "memiliki
keterikatan dengan daerah asalnya" (misalnya seorang kandidat dari Bavaria yang
mengenakan pakaian adatnya yakni celana kulit yang khas dikenakan orang
setempat), atau "berani", "berpengalaman", "sukses", "selalu berpakaian rapi", dsb.

Selain itu masih ada sifat-sifat atau kemampuan khusus yang bisa menentukan
hasil pemilu terutama bagi para pemilih yang tidak memiliki minat politik tertentu,
atau jika tawaran yang diberikan masing-masing kandidat tidak terlalu berbeda.

Yang dimaksud di sini adalah dimilikinya popularitas tertentu, misalnya
sebagai penyanyi (Ruben Blades sebagai kandidat di Panama), sebagai
aktor (Ronald Reagan di Amerika Serikat), sebagai pembalap formula 1
(Reuttemann di Argentina), sebagai astronot, pemain tenis, dsb., bahkan
terkadang sebagai anggota keluarga tertentu pun sudah cukup
menunjang.

Nama keluarga seringkali menjadi ciri pengenal, terutama di negara-negara di mana
sebuah keluarga politisi pernah berkuasa.

Keluarga Gandhi di India, keluarga Bandaranaike di Sri-Lanka, keluarga
Zavala dari provinsi Santiago de Estero di Argentina, keluarga Bhutto di
Pakistan adalah beberapa contoh pewaris nama keluarga dalam politik.

Di beberapa negara tertentu, ada nama keluarga yang meskipun tidak begitu
terkenal tetapi cukup membantu untuk memenangkan pemilu dalam distrik

298

pemilihan, misalnya di Korea Selatan atau Filipina. Menjadi bagian dari suatu suku
atau klan tertentu juga bisa cukup menguntungkan. Tidak hanya di Afrika atau
negara-negara Arab saja keanggotaan suku atau etnis menjadi faktor penentu bagi
seseorang untuk dipilih, tetapi juga di negara-negara yang memiliki ciri etnis yang
kuat. Tetapi bisa juga terjadi sebaliknya: apabila seorang kandidat berasal dari suku
yang terlalu kecil, bisa jadi ia tidak akan pernah dipilih. Hubungan etnis di berbagai
masyarakat nampak dominan dan mengaburkan perbedaan politik yang ada. Hal
itulah yang menyebabkan sebuah partai multi-etnis tidak berhasil didirikan di Bosnia-
Herzegovina, meskipun ada dukungan yang besar dari negara-negara luar terhadap
partai semacam itu.

15.9. Penyesuaian citra terhadap citra yang diinginkan masyarakat

Untuk memastikan citra pribadi yang ideal di mata masyarakat dan untuk
memperoleh informasi yang lebih baik tentang faktor-faktor citra para kandidat, dapat
dilakukan sebuah survai. Survai ini biasanya menunjukkan hasil yang memuaskan,
jika tingkat popularitas kandidat cukup besar di daerah pemilihan setempat.

















0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
K
o
m
p
e
t
e
n
B
e
r
p
e
n
g
a
l
a
m
a
n

S
o
s
i
a
l
B
e
r
k
o
m
i
t
m
e
n
Kandidat 1
Kandidat 2
Kandidat 3
Ideal

299

Grafik di atas merupakan hasil survey yang diadakan dalam sebuah kampanye
pemilihan presiden. Seperti yang dapat kita lihat, perbedaan kandidat 1 dengan
sosok presiden ideal yang diinginkan masyarakat hanya terdapat dalam bidang
kompetensi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan nilai
kompetensi ini. Para kandidat lainnya memiliki jurang perbedaan yang besar dari
sosok ideal masyarakat hampir di semua bidang. Dalam kampanye pemilu, mereka
perlu disarankan untuk menggunakan sebuah strategi yang khusus ditujukan untuk
pembangunan citra pribadi.

15.10. Target image internal

Di samping target image eksternal (di luar organisasi), perlu dibangun pula target
image di dalam organisasi (internal). Langkah ini untuk memenuhi tuntutan para
anggota dan fungsionaris partai, atau tuntutan dan harapan para pekerja organisasi
dan pemerintah.

Tentu saja target image eksternal tidak boleh terlalu bertentangan dengan target
image internal. Citra yang diinginkan di dalam organisasi merupakan pelengkap citra
yang diinginkan di luar organisasi. Citra yang diinginkan di dalam organisasi ini
digunakan sebagai bagian dari kampanye internal dan menggambarkan tujuan
organisasi, suasana dalam lingkungan organisasi, kerjasama dengan pimpinan atau
kandidat dan gaya manajemennya, dsb. Dengan demikian, yang harus diutamakan
dalam target image internal adalah hal-hal seperti tradisi atau situasi organisasi,
gaya dan perilaku, partisipasi, disiplin, upah dan penghargaan, harapan untuk
menang, diperkuatnya rasa percaya diri, dsb.

Sama halnya dengan kampanye motivasi internal, target image internal seringkali
diabaikan dalam kegiatan-kegiatan politik yang sebetulnya merugikan partai sendiri.
Padahal, target image internal bahkan lebih penting terutama di dalam partai yang
menginginkan atau wajib mengikuti pemilihan internal yang terbuka. Setelah
pemilihan internal usai, adalah menjadi tugas yang sangat penting untuk menyatukan
kembali berbagai sayap yang berbeda agar bisa kembali dibangun kerjasama antar-
pihak, dan ini hanya dapat dicapai melalui target image internal.


300

15.11. Mengevaluasi target image

Seperti halnya sub-strategi dan sasaran, target image juga harus dievaluasi. Ada
metode khusus evaluasi yang dapat menentukan keselarasan antara target image
ini dengan keseluruhan strategi kita. Untuk itu, hal-hal di bawah ini perlu diperiksa:

1. Apakah target image selaras dengan misi strategi?
2. Apakah titik-titik serangan yang ditetapkan dalam sub-strategi terbangun secara
kuat dalam target image?
3. Apakah titik-titik serangan terkait dengan keuntungan strategis, dan apakah
argumen-argumennya terfokus pada pemenuhan kebutuhan, kompetensi,
fungsionalitas atau pada pribadinya?
4. Apakah target image dapat dibangun dalam masa kampanye dan dalam jangka
waktu yang tersedia? Perlu diperiksa di sini, seberapa jauh jarak antara citra yang
diinginkan dengan citra organisasi atau citra pribadi berdasarkan realita. Apabila
jarak yang ada terlalu besar dan tidak lagi realistis, maka citra yang hendak dicapai
melalui kampanye yang terencana tidak lagi bisa dicapai. Dalam keadaan seperti ini,
lebih baik jika citra yang diinginkan lebih didekatkan dengan citra yang sebenarnya.

Evaluasi target image yang kedua lebih terfokus pada pertanyaan-pertanyaan formal
seperti di bawah ini:

1. Apakah pernyataan tentang target image (citra yang diinginkan) terlalu panjang
atau terlalu pendek? Sebuah target image sebaiknya sepanjang satu halaman ketik.
Seandainya target image internal juga disertakan di sini, total halaman tidak boleh
melebihi satu seperempat halaman. Target image yang terlalu panjang memuat
terlalu banyak informasi, yang dalam kampanye akan sulit ditransfer ke dalam pikiran
warga atau pemilih. Jika target image terlalu pendek (kurang dari setengah
halaman), dapat diduga bahwa argumen yang dikemukakan tidak mencukupi.
2. Apakah target image sudah dirumuskan sedemikian rupa menurut sudut pandang
penerima? Citra yang diinginkan haruslah diformulasikan seperti seolah-olah
seorang warga biasa mendeskripsikan sebuah partai, pemerintah atau sang
kandidat.

301

3. Apakah bahasa yang dipakai dalam citra yang diinginkan mudah dimengerti?
Apakah bahasa yang dipakai selaras dengan bahasa yang digunakan warga, atau
justru bahasa tipikal politisi, bahasa yang digunakan oleh para birokrat dalam pidato-
pidato mereka, atau bahasa yang penuh dengan jargon-jargon partai? Harus
diperiksa secara cermat, apakah setiap istilah dapat dimengerti oleh semua pihak,
ataukah terdapat istilah teknis asing yang hanya dapat dimengerti oleh pihak-pihak
dengan keahlian tertentu saja.
4. Apakah target image cukup memiliki unsur emosional atau mampu menggugah
emosi? Citra yang diinginkan tidak boleh terkesan dingin, rasional dan teknorat,
melainkan harus mengandung elemen emosional sejauh dimungkinkan. Perlu diingat
bahwa sebagian besar keputusan manusia dan terutama keputusan pilihan dalam
pemilu diambil bukan berdasarkan pertimbangan rasional melainkan berdasarkan
pertimbangan emosional. Agar dapat meraih tingkat keputusan semacam ini dengan
lebih mudah, faktor emosional dalam target image haruslah dapat dirasakan oleh
para pemilih.
5. Apakah di dalam pernyataan target image digunakan tanda-tanda pangkat dan
gelar yang tepat dan apakah terhindar dari istilah-istilah diskriminatif yang
berkonotasi tidak menyenangkan? Setiap kata di sini perlu dievaluasi. Apakah ada
penggunaan gelar-gelar dan apakah pemakaiannya sudah tepat? Apakah nama-
nama organisasi dan singkatan yang dipakai benar? Apakah pemilihan kata yang
digunakan secara tidak sengaja mendiskreditkan seseorang? Apakah ada konotasi
kata tertentu yang dalam lingkungan budaya tertentu akan menimbulkan reaksi
negatif?

Dalam evaluasi target image tidak boleh ada kompromi. Karena target image
nantinya akan menjadi landasan bagi semua tindakan dalam pekerjaan kehumasan,
kesalahan target image akan dapat menghancurkan seluruh kampanye yang
dilakukan.

15.12. Contoh

Dalam contoh-contoh berikut, pertama-tama akan ditampilkan empat target image
dari pengalaman empiris yang diperoleh penulis. Nama-nama pribadi, tempat dan

302

organisasi-organisasi yang bersangkutan tentu saja disamarkan. Setiap bagian dari
target image dikomentari dan masing-masing diberi alasan.

15.12.1. Contoh: target image Partai Neue Weg

Partai Jalan Baru (Neue Weg Partei, NWP) adalah partai yang memimpin di dalam
sebuah pemerintahan koalisi dan menjadi faktor stabilitasi di Nordland. Sejak
kemerdekaan, NWP telah berhasil mengambil tanggung jawab atas kebebasan,
kemajuan dan peralihan dari dominasi komunis dalam pemerintahan. NWP
merupakan partai yang kuat, yang baru-baru ini meremajakan dirinya bersama
seorang pemimpin yang muda dan dinamis serta memiliki ide-ide yang kreatif.

NWP ingin membawa Nordland menuju masa depan yang penuh kemakmuran. Oleh
karena itu NWP ingin berinvestasi dalam bidang-bidang yang membawa kehidupan
yang lebih baik bagi orang-orang di Nordland:
- Pendidikan yang lebih baik untuk memperoleh peluang yang lebih besar dalam
memperoleh pekerjaan yang menarik.
- Kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat untuk mampu menghidupi dirinya
sendiri serta keluarganya.
- Infrastuktur dan investasi yang lebih baik untuk menghapus jarak antara upah dan
biaya hidup.

Untuk membuka kesempatan-kesempatan masa depan seperti ini, NWP juga siap
menerima defisit anggaran belanja.

NWP merupakan satu-satunya partai yang menghendaki integrasi ke dalam Uni
Eropa. Partai ini ingin memberi kesempatan kepada penduduk Nordland untuk
menikmati keamanan dan perlindungan yang diberikan Eropa, dan membuka pasar
yang lebih besar yang memberi lebih banyak kesempatan untuk membuka lapangan
kerja baru yang lebih baik.

NWP ingin membuat sistem politik baru yang lebih transparan, terbuka, menawarkan
partisipasi serta adil. NWP berjuang melawan monopoli negara yang tak terkontrol,
yang menghancurkan kemakmuran dan pertumbuhan.

303


NWP percaya bahwa hanya satu orang saja tidak akan dapat memenuhi semua
harapan yang dimiliki penduduk Nordland. NWP tahu bahwa warga harus bekerja
sama dengan kekuatan politik untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi orang-
orang di Nordland.

NWP akan memperkenalkan sistem politik yang lebih transparan, terbuka, adil dan
partisipatif. NWP berjuang melawan monopoli pemerintah yang mengekang dan
yang menghancurkan kemakmuran dan pertumbuhan.

NWP percaya bahwa satu orang, sendirian, tidak akan dapat memenuhi semua
harapan yang dimiliki seluruh warga Nordland. NWP menyadari bahwa warga dan
semua kekuatan politik harus bahu-membahu, bekerja bersama demi mencapai
kehidupan yang lebih baik, untuk kepentingan seluruh penduduk Nordland.

NWP merupakan partai yang terbuka, dinamis dan bersih, dan memiliki kandidat-
kandidat yang dapat diperhitungkan, profesional, berpengalaman dan kompeten.
NWP memiliki ahli dalam semua bidang politik, dan siap mengambil-alih
pemerintahan.

NWP memiliki tim yang muda, kreatif, berpengalaman dan penuh ide-ide baru, yang
terdiri dari Harald Haraldsen sebagai kandidat perdana menteri, Knut Knudsen
sebagai ketua partai dan Christa Christensen sebagai kandidat ketua parlemen.
Dengan komposisi ini, NWP akan mampu memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi warga Nordland, dan karenanya siap maju menuju pemilu yang berhasil.

Oleh karena itu, setiap warga Nordland yang ingin memiliki masa depan dengan taraf
kehidupan yang lebih baik harus memilih NWP dan para kandidatnya.

Pembahasan

Pendahuluan: dalam target image ini, yang dibahas adalah sebuah partai
yang baru-baru ini berada dalam krisis yang berat. Mereka memiliki konflik
internal dalam kepemimpinan dan kesediaan warga untuk memilih partai

304

ini turun drastis. Partai ini terancam terjegal aturan ambang-batas suara
5%. Jenis pemilu yang diadakan merupakan pemilu dengan sistem
proporsional murni.

Partai Jalan Baru (Neue Weg Partei, NWP) adalah partai yang memimpin di dalam
pemerintahan koalisi dan menjadi faktor stabilitasi di daerah di Nordland. Sejak
kemerdekaan, NWP telah berhasil mengambil tanggung jawab atas kebebasan,
kemajuan dan peralihan dari dominasi komunis dalam pemerintahan. NWP
merupakan partai yang kuat, yang baru-baru ini meremajakan dirinya bersama
seorang pemimpin yang muda dan dinamis serta memiliki ide-ide yang kreatif.

Paragraf pertama mendeskripsikan partai NWP. Partai tersebut merupakan
partai pemerintah, dan telah terwakili dalam pemerintahan sejak jaman
kemerdekaan. Oleh karena itu, komponen citra "faktor stabilitasi"
diatributkan pada partai. Pada saat yang sama, kata "tanggung jawab"
dihubungkan dengan partai.
Keterlibatannya yang terus-menerus dalam pemerintahan tentu saja
menyebabkan partai menjadi usang (di mata publik). Pada saat yang
sama, pecah konflik internal. Karena itu, faktor-faktor citra yang negatif ini
perlu dilawan. Itu sebabnya, hal-hal seperti "peremajaan" dengan
"pimpinan yang muda dan dinamis" dan "ide-ide kreatif" dinyatakan dalam
target image.

NWP ingin membawa Nordland menuju masa depan yang penuh kemakmuran. Oleh
karena itu NWP ingin berinvestasi dalam bidang-bidang yang membawa kehidupan
yang lebih baik bagi orang-orang di Nordland:
- Pendidikan yang lebih baik untuk memperoleh peluang yang lebih besar dalam
memperoleh pekerjaan yang menarik.
- Kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat untuk mampu menghidupi dirinya
sendiri serta keluarganya.
- Infrastuktur dan investasi yang lebih baik untuk menghapus jarak antara upah dan
biaya hidup.


305

Untuk membuka kesempatan-kesempatan masa depan seperti ini, NWP juga
siap menerima defisit anggaran belanja.

Pesan inti yang disampaikan di sini adalah kesediaan untuk "menerima
defisit dalam anggaran belanja" jika hal ini dapat membawa "kehidupan
yang lebih baik bagi orang-orang di Nordland." Di sini partai menentang
partai-partai pesaing lainnya yang bersedia didikte oleh IMF dan Uni-Eropa
sekedar untuk menghindari defisit dalam anggaran belanja. Di sini NWP
jelas-jelas mengambil posisi yang berbeda dengan partai-partai lainnya.
Untuk membuat posisi ini menarik, usulan ini digabungkan dengan
keuntungan-keuntungan lainnya ("kesempatan masa depan") bagi warga,
seperti misalnya "pendidikan yang lebih baik untuk memperoleh peluang
yang lebih besar dalam memperoleh pekerjaan yang menarik,
"menghapus jarak antara upah dan biaya hidup."

NWP merupakan satu-satunya partai yang menghendaki integrasi ke dalam Uni
Eropa. Partai ini ingin memberi kesempatan kepada penduduk Nordland untuk
menikmati keamanan dan perlindungan yang diberikan Eropa, dan membuka pasar
yang lebih besar yang memberi lebih banyak kesempatan untuk membuka lapangan
kerja baru yang lebih baik.

Dalam paragraf ini, kembali ditonjolkan sebuah ciri yang membedakan
partai NWP dengan parta-partai lainnya, yaitu integrasi ke dalam Uni
Eropa, yang dihubungkan dengan keuntungan untuk menikmati
"keamanan dan perlindungan yang diberikan Eropa", "lapangan kerja yang
baru dan lebih baik" bagi warga Nordland. Integrasi ke dalam Uni Eropa itu
sendiri terlalu lemah untuk menarik minat para pemilih, sehingga perlu
ditambah dengan keuntungan-keuntungan yang menggugah minat warga.

NWP akan memperkenalkan sistem politik yang lebih transparan, terbuka, adil dan
partisipatif. NWP berjuang melawan monopoli pemerintah yang mengekang dan
yang menghancurkan kemakmuran dan pertumbuhan.


306

Melalui paragraf ini, partai berusaha menarik batas antara dirinya dengan
partai koalisinya saat ini, dengan inisiatif menyelenggarakan kampanye
internal. Langkah ini penting, karena sebuah referendum untuk menentang
peraturan mengenai integrasi sebuah kelompok etnis asing akan
diselenggarakan pada saat berlangsungnya pemilu. Dengan pernyataan
seperti "partisipasi" dan mengambil posisi menentang "ketidak-adilan,"
partai mengambil sikap menentang referendum yang sebagiannya
didukung oleh partai koalisinya.
Dengan merujuk pada "monopoli negara yang mengekang", partai
membatasi diri dari kebijakan privatisasi yang tersendat-sendat yang
dijalankan partner koalisinya, dan menempatkan kesalahan atas
"hancurnya kemakmuran dan pertumbuhan" di atas pundak koalisinya itu.

NWP percaya bahwa satu orang, seorang diri saja, tidak akan dapat memenuhi
semua harapan yang dimiliki seluruh warga Nordland. NWP menyadari bahwa warga
dan semua kekuatan politik harus bahu-membahu, bekerja bersama demi mencapai
kehidupan yang lebih baik, untuk kepentingan seluruh penduduk Nordland.

Paragraf ini disajikan untuk membedakan partai NWP dengan sebuah
partai yang baru dibentuk, yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang
kharismatis, yang dikenal sebagai seorang yang tidak mampu
bekerjasama dengan pihak lain dan selalu berlebihan dalam menilai
kemampuannya sendiri.

NWP merupakan partai yang terbuka, dinamis dan bersih, dan memiliki kandidat-
kandidat yang dapat diperhitungkan, profesional, berpengalaman dan kompeten.
NWP memiliki ahli dalam semua bidang politik, dan siap mengambil alih
pemerintahan.

Paragraf ini menggarisbawahi aspek kompetensi dan menyatakan
kesediaan partai NWP untuk menjadi pemimpin dalam koalisi. "Siap
mengambil-alih pemerintahan." Pernyataan ini hanya dapat dilakukan
secara realistis, karena saat partai NWP menjadi bagian dalam
pemerintahan koalisi, ia bukan merupakan partai yang memimpin.

307

Pernyataannya untuk mengambil-alih kepemimpinan itu, menjadi lebih
realistis dengan adanya berbagai survai data.

NWP memiliki tim yang muda, kreatif, berpengalaman dan penuh ide-ide baru, yang
terdiri dari Harald Haraldsen sebagai kandidat perdana menteri, Knut Knudsen
sebagai ketua partai dan Christa Christensen sebagai kandidat ketua parlemen.
Dengan komposisi ini, NWP akan mampu memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi warga Nordland, dan karenanya siap maju menuju pemilu yang berhasil.

Dengan menampilkan trio-tunggal (ketiga-tiganya merupakan orang yang
dulu tidak pernah cocok dan saling bertengkar secara internal), partai
berupaya mengatasi citra negatif sebagai partai yang tidak solid. Tim yang
ditampilkan diposisikan sebagai "muda, kreatif dan berpengalaman."
Paragraf ini tampil paling baik dalam sebuah poster bersama ketiga
kandidat.

Oleh karena itu, setiap warga Nordland yang ingin memiliki masa depan dengan taraf
kehidupan yang lebih baik harus memilih NWP dan para kandidatnya.

Target image ini ditutup dengan ajakan untuk memilih, dan kembali
mengulang aspek kualitatif dari misi strategis. Ajakan memilih ini harus
selalu dirumuskan dalam sebuah target image kampanye, karena ia
merupakan bagian yang penting dari pesan yang ingin disampaikan.

15.12.2. Contoh: Target image untuk sebuah pemilihan walikota di Herwald

Asosiasi Pemilih Bebas Herwald (Freie Whlergemeinschaft Herwald, FWG) adalah
sebuah kelompok independen yang mewakili warga di dalam dewan kota Herwald.
Kelompok ini terbuka bagi seluruh warga kota Herwald. FWG akan maju dalam
pemilu mendatang, dengan mengusung pimpinan fraksinya, Heinz Roser, sebagai
kandidat walikota. Tujuannya adalah untuk menghapuskan nepotisme di Herwald
dan mempersiapkan kota beserta wilayah-wilayah di dalamnya untuk menyongsong
masa depan.


308

Heinz Roser dan FWG akan membebaskan warga dari belenggu birokratis dan
peraturan-peraturan yang tidak berguna, sehingga warga bisa bebas bertindak
sedemikian rupa dan karenanya dapat membawa keuntungan bagi mereka dan
seluruh kota. Untuk itu Heinz Roser dan FWG ingin memodernisir pemerintahan
sebaik mungkin, membuat warga menjadi ramah dan hemat, agar dengan demikian
pajak dan iuran dapat ditekan.

Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri diktator ekologis, membuat lalu lintas
kembali lancar dan membawa perdagangan serta ekonomi semakin berkembang,
sehingga, sekali lagi, menjadikan Herwald sebagai tempat yang menarik untuk
bekerja, berbelanja dan menjalani hidup. Untuk itu Heinz Roser dan FWG juga akan
memperjuangkan peningkatan kebersihan dan keamanan warga.

Heinz Roser dan FWG akan memberi kesempatan masa depan yang lebih baik bagi
kaum remaja dengan mengurangi jam pelajaran kosong di sekolah, meningkatkan
tawaran dalam bidang olahraga, budaya dan kegiatan-kegiatan diwaktu senggang,
dengan menyediakan tempat-tempat pelatihan dan lapangan kerja yang lebih
banyak.

Kandidat walikota Heinz Roser lahir di Herwald dan merupakan seorang pengusaha
yang sukses. Dengan pengetahuan di bidang hukum dan kemampuan dalam
manajemen, ia memiliki semua kualitas yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan
sebagai kepala administratif yang kompeten. Ia sejak lama juga sudah terlibat dalam
kerja-kerja sosial dan sukarela serta memperoleh kepercayaan dari setiap orang
yang membutuhkan bantuan profesional.

Kandidat-kandidat FWG merupakan wakil-wakil yang kompeten dan berkomitmen di
daerah mereka. Untuk itu setiap warga yang ingin agar Herwald beserta warganya
memiliki masa depan yang lebih baik harus memilih kandidat-kandidat FWG sebagai
anggota dewan kota dan Heinz Roser sebagai walikota.

Pembahasan


309

Pendahuluan: yang dibahas di sini adalah pemilihan langsung untuk
jabatan walikota. Untuk menang dalam pemilu, seorang kandidat
memerlukan lebih dari 50% suara dalam pemilu putaran pertama atau
mengumpulkan lebih dari 50% suara dalam pemilu putaran kedua.
FWG bukan merupakan partai yang mapan melainkan sebuah
perkumpulan di tingkat kota yang serupa dengan partai. FWG sudah
duduk di dewan kota sebagai oposisi.

Asosiasi Pemilih Bebas Herwald (Freie Whlergemeinschaft Herwald, FWG) adalah
sebuah kelompok independen yang mewakili warga di dalam dewan kota Herwald.
Kelompok ini terbuka bagi seluruh warga kota Herwald. FWG akan maju dalam
pemilu mendatang, dengan mengusung pimpinan fraksinya, Heinz Roser, sebagai
kandidat walikota. Tujuannya adalah untuk menghapuskan nepotisme di Herwald
dan mempersiapkan kota beserta wilayah-wilayah di dalamnya untuk menyongsong
masa depan.

Dalam paragraf pertama, diperkenalkan kandidat beserta keseluruhan
sasaran kualitatifnya yang disimpulkan dari misi strategisnya, yakni
"menghapuskan nepotisme" dan " mempersiapkan kota beserta wilayah-
wilayah di dalamnya. Sebuah isu (menghapuskan nepotisme) yang
biasanya menjadi tugas partai diangkat. Dengan demikian, FWG sebagai
sebuah asosiasi pemilih membedakan dirinya secara jelas dari partai-
partai yang mapan. Isu yang kedua (kota dan wilayahnya) menunjukkan
orientasi asosiasi tersebut. Ini penting untuk mewakili isu warga di wilayah-
wilayah kota dan bukan di dalam politik yang berorientasi partai. Di sini
perbedaan yang jelas dengan partai-partai mapan kembali terlihat.

Heinz Roser dan FWG akan membebaskan warga dari belenggu birokratis dan
peraturan-peraturan yang tidak berguna, sehingga warga bisa bebas bertindak
sedemikian rupa dan karenanya dapat membawa keuntungan bagi mereka dan
seluruh kota. Untuk itu Heinz Roser dan FWG ingin memodernisir pemerintahan
sebaik mungkin, membuat warga menjadi ramah dan hemat, agar dengan demikian
pajak dan iuran dapat ditekan.


310

Paragraf ini mengarah langsung pada isu "deregulasi", yang ditunjukkan
melalui pernyataan seperti "pembebasan warga dari belenggu birokratis
dan peraturan-peraturan yang tidak berguna" yang secara langsung
merangkul warga. Untuk semakin memperjelas keuntungan ini,
diperkenalkanlah sebuah reformasi administratif yang tidak berdiri sendiri
melainkan disertai keuntungan-keuntungan tambahan seperti "warga yang
ramah", dan terlebih lagi "menekan pajak dan iuran" yang sejalan
dengan kebijakan reformasi. Dengan isu-isu ini FWG dapat menampilkan
dirinya sebagai organisasi politik yang berbeda dengan partai-partai yang
sedang berkuasa, karena partai-partai inilah yang bertanggung jawab atas
birokrasi dan pajak serta iuran yang terlalu tinggi.

Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri diktatur ekologis, membuat lalu lintas
kembali lancar dan membawa perdagangan serta ekonomi semakin berkembang,
sehingga, sekali lagi, menjadikan Herwald sebagai tempat yang menarik untuk
bekerja, berbelanja dan menjalani hidup. Untuk itu Heinz Roser dan FWG juga akan
memperjuangkan peningkatan kebersihan dan keamanan warga.

Kata "diktatur ekologis" merupakan suatu kata yang jarang dipakai, dan
karenanya menarik perhatian. Paragraf ini menyerang langsung sebuah
koalisi dari dua partai, di mana partai ekologis telah berhasil mewujudkan
serangkaian peraturan yang menghancurkan lalu lintas dan menimbulkan
persoalan dalam industri dan perdagangan. Diktatur ekologis perlu
dihapuskan untuk membuat kota tersebut kembali menjadi tempat yang
menarik untuk menjalani hidup, di mana orang dapat "berbelanja" dan
"bekerja". Paragraf ini berhasil membuat batasan emosional yang jelas
dengan kedua partai yang harus bertanggung jawab.

Heinz Roser dan FWG akan memberi kesempatan masa depan yang lebih baik bagi
kaum remaja dengan mengurangi jam pelajaran kosong di sekolah, meningkatkan
tawaran dalam bidang olahraga, budaya dan kegiatan-kegiatan diwaktu senggang,
dengan menyediakan tempat-tempat pelatihan dan lapangan kerja yang lebih
banyak.


311

Kata kunci yang dipakai dalam paragraf ini adalah "jam pelajaran kosong
di sekolah". Isu ini akan sangat menggugah emosi orang tua karena
mereka melihat bahwa pendidikan anak-anak mereka dan masa depan
anak mereka terancam. Semua kandidat lawan yang berprofesi sebagai
"guru" harus menanggung sebagian kesalahan, karena menyebabkan jam
pelajaran kosong.

Kandidat walikota Heinz Roser lahir di Herwald dan merupakan seorang pengusaha
yang sukses. Dengan pengetahuan di bidang hukum dan kemampuan dalam
manajemen, ia memiliki semua kualitas yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan
sebagai kepala administratif yang kompeten. Ia sejak lama juga sudah terlibat dalam
kerja-kerja sosial dan sukarela serta memperoleh kepercayaan dari setiap orang
yang membutuhkan bantuan profesional.

Paragraf ini pertama-tama mengukuhkan keterikatan sang kandidat
dengan kota setempat, melalui pernyataan "lahir di Herwald". Di bagian
lainnya dipromosikan kompetensi sang kandidat dan kepercayaan orang
terhadap dirinya.

Kandidat-kandidat FWG merupakan wakil-wakil yang kompeten dan berkomitmen di
daerah mereka. Untuk itu setiap warga yang ingin agar Herwald beserta warganya
memiliki masa depan yang lebih baik harus memilih kandidat-kandidat FWG sebagai
anggota dewan kota dan Heinz Roser sebagai walikota.

Paragraf ini sekali lagi menunjukkan pentingnya seruan kepada para
pemilih dan dimasukkannya para kandidat di dalamnya, untuk daerah
pemilihan dalam pemilu walikota.

15.12.3. Contoh: Target image untuk kota Santa Mar

Santa Mar adalah ibukota Surland. Surland merupakan jantung Mercosur yang
menawarkan perekonomian yang paling terbuka dengan peraturan yang minim,
peluang yang tak terbatas bagi pengusaha, dengan program bantuan finansial yang

312

luas dan pajak yang rendah. Surland menawarkan biaya kerja yang rendah, sistem
keamanan sosial serta biaya energi yang murah.

Santa Mar merupakan kota yang aman tanpa kerusuhan etnis, yang memiliki
jaringan komunikasi yang berkembang baik, sistem sekolah yang sangat baik, dan
fasilitas transportasi yang baik.

Pemerintah kota Santa Mar memiliki proyek-proyek yang menarik bagi investor,
perusahaan dan NGO dari seluruh dunia, termasuk Surland. Proyek-proyek ini
menitikberatkan pada pembangunan infrastuktur yang lebih baik dan meningkatkan
kualitas hidup warga Santa Mar.

Pemerintah kota Santa Mar merupakan zona yang bebas korupsi. Ia membantu para
investor dan perusahaan untuk menemukan jalan mereka, menerabas hutan rimba
birokrasi pemerintah pusat. Kantor promosi investasi mereka sangat berpengaruh
dan menyediakan nformasi yang lengkap. Setiap masalah dan pertanyaan yang
muncul berkaitan dengan proyek dapat langsung dijawab dan dijelaskan di sana.

Walikota Santa Mar beserta timnya sangat terbuka, kreatif dan modern. Pandangan
pragmatis mereka akan masa depan membuka jalan bagi keputusan-keputusan yang
mudah, tidak birokratis dan cepat.

Adalah ide yang baik untuk mempertimbangkan tawaran yang diberikan oleh
pemerintah kota Santa Mar dan ikut ambil bagian di dalamnya. Dapat dipastikan
anda akan bisa memperoleh hasil yang baik dan bagi para investor swasta akan
memperoleh keuntungan yang layak.

Pembahasan

Pendahuluan: target image ini dibuat untuk sebuah kota, dalam usahanya
untuk menarik sebuah kelompok target tertentu, yakni investor potensial.
Tujuan kota ini adalah menarik para investor untuk tampil dalam even-
even nasional maupun internasional. Untuk tujuan tersebut, digunakan
sebuah strategi ofensif.

313


Santa Mar adalah ibukota Surland. Surland merupakan jantung Mercosur yang
menawarkan perekonomian yang paling terbuka dengan peraturan yang minim,
peluang yang tak terbatas bagi pengusaha, dengan program bantuan finansial yang
luas dan pajak yang rendah. Surland menawarkan biaya kerja yang rendah, sistem
keamanan sosial serta biaya energi yang murah.

Pertama-tama, kota beserta lokasi dan situasi kondisinya diperkenalkan.
Ini adalah sebuah kota di salah satu negara Amerika Latin yang
merupakan bagian Mercosur. Setelah itu disusul dengan ditunjukkannya
banyak hal yang menarik bagi kelompok target seperti "ibukota",
"perekonomian yang terbuka dengan peraturan minim," serta "biaya kerja
yang rendah dan energi yang murah." Perbedaan-perbedaan yang jelas
dengan pesaing-pesaing lainnya diungkapkan di sini.

Santa Mar merupakan kota yang aman tanpa kerusuhan etnis, yang memiliki
jaringan komunikasi yang berkembang baik, sistem sekolah yang sangat baik, dan
fasilitas transportasi yang baik.

Paragraf ini menempatkan Santa Mar sebagai kota yang berbeda dari
kota-kota lainnya, dengan mengacu pada "keamanan" dan "tidak adanya
kerusuhan etnis." Hal-hal positif lainnya yang ditawarkan adalah "sistem
sekolah, jaringan komunikasi, dan fasilitas transportasi."

Pemerintah kota Santa Mar memiliki proyek-proyek yang menarik bagi investor,
perusahaan dan NGO dari seluruh dunia, termasuk Surland. Proyek-proyek ini
menitikberatkan pada pembangunan infrastuktur yang lebih baik dan meningkatkan
kualitas hidup warga Santa Mar.

Dalam paragraf ini, para investor dihubungkan secara langsung dengan
proyek-proyek yang membawa pengaruh positif bagi masyarakat di negara
tersebut. Dengan demikian, kepentingan para investor yakni
menanamkan uangnya dalam sektor usaha yang menguntungkan

314

terpenuhi. Pada saat yang sama, citra "berbuat baik" juga dilekatkan di
sini.

Pemerintah kota Santa Mar merupakan zona yang bebas korupsi. Ia membantu para
investor dan perusahaan untuk menemukan jalan mereka, menerabas hutan rimba
birokrasi pemerintah pusat. Kantor promosi investasi mereka sangat berpengaruh
dan menyediakan nformasi yang lengkap. Setiap masalah dan pertanyaan yang
muncul berkaitan dengan proyek dapat langsung dijawab dan dijelaskan di sana.

Di sini kebutuhan-kebutuhan penting para investor seperti "zona bebas korupsi, pimpinan
yang menerabas birokrasi dan partner yang kompeten dapat terpenuhi.

Walikota Santa Mar beserta timnya sangat terbuka, kreatif dan modern. Pandangan
pragmatis mereka akan masa depan membuka jalan bagi keputusan-keputusan yang
mudah, tidak birokratis dan cepat.

Pemenuhan kebutuhan para investor juga dilengkapi dengan komponen pribadi.
"Walikota Santa Mar beserta timnya" bersifat "pragmatis" serta "membuka jalan".

Adalah ide yang baik untuk mempertimbangkan tawaran yang diberikan oleh
pemerintah kota Santa Mar dan ikut ambil bagian di dalamnya. Dapat dipastikan
anda akan bisa memperoleh hasil yang baik dan bagi para investor swasta akan
memperoleh keuntungan yang layak.

Paragraf ini berisi seruan untuk bertindak, sama halnya seperti seruan
untuk memilih. Ini merupakan aspek yang penting, karena tidaklah cukup
bagi kita hanya memberikan citra yang baik saja, jika kelompok target yang
kita tuju tidak mengetahui secara konkret apa yang harus mereka lakukan.

15.12.4. Contoh: Target image untuk sebuah pemerintahan

Pemerintahan Alberto Rubin (Regierung Alberto Rubin, RAR) adalah pemerintahan
Mittelland yang dipilih secara demokratis dan sesuai hukum. Pemerintahan aliansi

315

nasional yang dipimpin oleh partai pembangunan ini menghendaki adanya kesatuan
dan rekonsiliasi nasional. RAR mengundang setiap orang yang ingin membantu
dalam membangun kembali negara, dan tidak akan menolak siapapun juga.

RAR memiliki komitmen dalam mendukung kebebasan dan toleransi, inisiatif pribadi
dan bersikap adil untuk membangun negara ini secara damai, karena sebelumnya
ada penyalahgunaan kekuasaan di negara ini melalui eksploitasi, kepentingan
pribadi, penganiayaan dan sikap merendahkan.

RAR berjuang memberantas korupsi dan melindungi hak milik pribadi di Mittelland.
RAR kembali menegakkan hukum dan peraturan setelah ketidak-adilan merajalela
selama bertahun-tahun tanpa ada yang bertindak, dan dengan demikian kembali
memberi keamanan dan keadilan kepada penduduk negara ini.

RAR memanfaatkan kemajuan ekonomi dan pengembangan jasa masyarakat untuk
menawarkan keamanan yang lebih baik bagi keluarga-keluarga di Mittelland dalam
perjuangan sehari-hari mereka untuk bertahan hidup, dan untuk meningkatkan
kualitas hidup penduduknya.

RAR menyadari bahwa mantan penguasa akan melawan semua usahanya dengan
segala cara. Bekas penguasa ini hanya ingin melindungi kenyamanan mereka
sendiri, dan terus mengeksploitasi warga Mittelland demi kepentingan mereka.

RAR berani. RAR tidak akan gentar dan membiarkan dirinya ditakut-takuti melalui
kekerasan, ancaman dan manipulasi dalam perjuangannya menghapuskan
keuntungan pribadi, membongkar monopoli yang eksploitatif dan menciptakan
lingkungan yang aman dan adil.

Di tangan Arturo Rubin, RAR memiliki seorang presiden, dan bersama rakyatnya
semua memusuhi pemerintahnya. Ia, bersama menteri-menterinya yang kompeten
dan jujur akan membawa Mittelland menuju masa depan yang lebih baik. RAR layak
memperoleh dukungan rakyat dalam perjuangannya sehari-hari melawan wakil-wakil
penguasa masa lampau dan dalam setiap pemilu di masa mendatang.


316

Pembahasan

Pendahuluan: Target image ini dibuat untuk pemerintahan yang berada di
bawah tekanan yang kuat dari pemerintahan sebelumnya. Di negara
demokrasi presidensial ini, presiden dipilih melalui koalisi beberapa partai
untuk menggantikan kelompok penguasa terdahulu. Di bawah tekanan dan
ancaman dari para mantan penguasa, pemerintahan menunjukkan tanda-
tanda perpecahan.

Pemerintahan Alberto Rubin (Regierung Alberto Rubin, RAR) adalah pemerintahan
Mittelland yang dipilih secara demokratis dan sesuai hukum. Pemerintahan aliansi
nasional yang dipimpin oleh partai pembangunan ini menghendaki adanya kesatuan
dan rekonsiliasi nasional. RAR mengundang setiap orang yang ingin membantu
dalam membangun kembali negara, dan tidak akan menolak siapapun juga.

Paragraf ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pemerintahan yang
berkuasa sekarang merupakan pemerintahan yang "dipilih secara
demokratis". Di sini juga ditegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang
akan ditolak, dan bahwa tangan pemerintah terbuka bagi siapa pun juga.
Ini berbeda dengan yang diterapkan rezim sebelumnya, di mana terjadi
pembatasan dan penganiayaan.

RAR memiliki komitmen dalam mendukung kebebasan dan toleransi, inisiatif pribadi
dan bersikap adil untuk membangun negara ini secara damai, karena sebelumnya
ada penyalahgunaan kekuasaan di negara ini melalui eksploitasi, kepentingan
pribadi, penganiayaan dan sikap merendahkan.

Paragraf ini menggunakan serangkaian kata kunci yang dinilai penting oleh
masyarakat melalui sebuah survai: "kebebasan," "toleransi," "keadilan,"
dan "kedamaian." Istilah-istilah seperti "eksploitasi," "pemanfaatan untuk
kepentingan pribadi," "penganiayaan" dan "sikap merendahkan" terbukti
membawa kesan yang sangat negatif terhadap masa lalu. Dengan sikap
yang kontras ini, pemerintahan yang baru menarik batas secara tegas
antara dirinya dengan pemerintahan yang lama.

317


RAR berjuang memberantas korupsi dan melindungi hak milik pribadi di Mittelland.
RAR kembali menegakkan hukum dan peraturan setelah ketidak-adilan merajalela
selama bertahun-tahun tanpa ada yang bertindak, dan dengan demikian kembali
memberi keamanan dan keadilan kepada penduduk negara ini.

Di sini, sekali lagi, keuntungan-keuntungan bagi warga kembali
dimunculkan. Fokus utama yang ditekankan adalah "keamanan", karena
aspek ini menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi mayoritas warga
saat ini.

RAR memanfaatkan kemajuan ekonomi dan pengembangan jasa masyarakat untuk
menawarkan keamanan yang lebih baik bagi keluarga-keluarga di Mittelland dalam
perjuangan sehari-hari mereka untuk bertahan hidup, dan untuk meningkatkan
kualitas hidup penduduknya.

Dalam paragraf ini, pemerintah menjelaskan bagaimana mereka akan
memenuhi kebutuhan dasar warganya. Pemerintah merumuskan sebuah
pernyataan dramatik melalui kalimat "dalam perjuangan sehari-hari mereka
untuk bertahan hidup," yang menggugah emosi.

RAR menyadari bahwa mantan penguasa akan melawan semua usahanya dengan
segala cara. Bekas penguasa ini hanya ingin melindungi kenyamanan mereka
sendiri, dan terus mengeksploitasi warga Mittelland demi kepentingan mereka.

Sebuah gambaran musuh bersama dibangun dalam paragraf ini. Yang
dilakukan di sini adalah menempatkan pemerintah dan warga dalam kubu
yang sama, dan menyalahkan kekuatan lama atas segala agresi yang
terjadi.

RAR berani. RAR tidak akan gentar dan membiarkan dirinya ditakut-takuti melalui
kekerasan, ancaman dan manipulasi dalam perjuangannya menghapuskan
keuntungan pribadi, membongkar monopoli yang eksploitatif dan menciptakan
lingkungan yang aman dan adil.

318


Paragraf ini menjawab pertanyaan atas agresi yang terjadi. Pemerintah
yang baru "berani," dan tidak membiarkan dirinya "ditakut-takuti." Pesan
yang ingin disampaikan kepada warga adalah bahwa mereka tidak perlu
takut. Pemerintah akan selalu "berjuang" dan akan mematahkan semua
serangan.

Di tangan Arturo Rubin, RAR memiliki seorang presiden, dan bersama rakyatnya
semua memusuhi pemerintahnya. Ia, bersama menteri-menterinya yang kompeten
dan jujur akan membawa Mittelland menuju masa depan yang lebih baik. RAR layak
memperoleh dukungan rakyat dalam perjuangannya sehari-hari melawan wakil-wakil
penguasa masa lampau dan dalam setiap pemilu di masa mendatang.

Dalam paragraf ini kembali ingin ditegaskan bahwa rakyat dan pemerintah
berada di satu kubu, dan bahwa ada "masa depan yang lebih baik"
menanti rakyat. Untuk itu, rakyat harus "mendukung" pemerintah.

15.12.5. Contoh: Perumusan target image yang mestinya tidak dilakukan

LFP merupakan sebuah partai di Mlldorf. LFP adalah sebuah partai yang akan
membangunkan warga Mlldorf dari tidurnya, sehingga kota itu pada akhirnya
berhasil mengejar ketertinggalannya dari kota lain. LFP mengajukan Ronald Mayer
sebagai kandidat.

Ronald Mayer adalah seorang konsultan perusahan yang tahu apa yang harus
dilakukan di Mlldorf, untuk memperbaiki kembali kondisi keuangan kotamadyanya.
Dengan pengalaman manajemennya dan keberhasilannya dalam merehabilitasi
perusahaan-perusahaan yang bangkrut, ia telah membuktikan bahwa ia tahu
bagaimana caranya bisa mengatasi rintangan dan mewujudkan apa yang menjadi
rencananya.

Ronald Mayer mengenali keprihatinan dan kebutuhan kota Mlldorf dan mengetahui
bahwa keputusan-keputusan yang diambil saat ini sangat penting bagi masa depan

319

kota. Bersama Ronald Mayer, Mlldorf akan menciptakan kobaran di segenap
wilayah dan negara bagian setempat.

Ronald Mayer dan LFP ingin mengakhiri omong kosong mengenai perlindungan
lingkungan hidup dan monumen peringatan tentang konservasi yang hanya akan
menghalangi proses penataan kembali kota.

Ronald Mayer dan LFP ingin kembali menyeimbangkan anggaran belanja rumah
tangga kotanya. Mereka akan mengambil dana kompensasi negara bagian dan
sekaligus menerapkan kebijakan penghematan secara tegas bagi Mlldorf. Untuk itu,
pajak dan iuran harus ditingkatkan. Karena itu, rencana-rencana yang ambisius yang
dilancarkan koalisi SWP dan ARD untuk membangun kompleks olah raga lengkap
dengan kolam renang dan aula senam harus dihentikan.

Kita ingin menunjukkan kepada warga bahwa mereka dapat mengurus dirinya sendiri
dan tidak perlu senantiasa menuntut bantuan dari masyarakat.

Kandidat-kandidat LFP yang kompeten dan memiliki komitmen mendukung ide
bahwa warga harus menurunkan tuntutannya terhadap kota. Oleh karena itu semua
warga yang menghendaki sebuah masa depan yang realistis bagi Mlldorf dan
masyarakatnya harus memilih LFP dan Ronald Mayer sebagai walikota.

1.1.1.1. Diskusi
Contoh yang dimunculkan di sini adalah sebuah target image yang fiktif,
yang hanya digunakan untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam
merumuskan sebuah target image.

LFP merupakan sebuah partai di Mlldorf. LFP adalah sebuah partai yang akan
membangunkan warga Mlldorf dari tidurnya, sehingga kota itu pada akhirnya
berhasil mengejar ketertinggalannya dari kota lain. LFP mengajukan Ronald Mayer
sebagai kandidat.


320

Penempatan diri LFP di Mlldorf dalam kalimat pertama tidak tepat.
"Sebuah partai" adalah kata yang tidak memberikan kesan dan tidak
membatasi diri dengan pihak lain.
Dalam kalimat kedua, partai dirumuskan secara lebih jelas, tetapi dengan
menyerang warga dan kota melalui penggunaan kata "tertidur" dan
"membangunkan warga". Pernyataan ini melukai perasaan harga diri
banyak warga, dan dapat menimbulkan reaksi negatif.
Bahkan pernyataan yang merujuk pada perkembangan kota-kota lain yang
ingin dikejar pun tidak membangkitkan rasa bangga dan harga diri.
Kandidat Ronald Mayer diperkenalkan dalam kalimat terakhir. Tapi untuk
jabatan apa?

Ronald Mayer adalah seorang konsultan perusahan yang tahu apa yang harus
dilakukan di Mlldorf, untuk memperbaiki kembali kondisi keuangan kotamadyanya.
Dengan pengalaman manajemennya dan keberhasilannya dalam merehabilitasi
perusahaan-perusahaan yang bangkrut, ia telah membuktikan bahwa ia tahu
bagaimana caranya bisa mengatasi rintangan dan mewujudkan apa yang menjadi
rencananya.

Paragraf ini menguraikan kandidat secara lebih detail, tetapi
kompetensinya digambarkan sebagai sebuah ancaman bagi warga. "Ia
tahu apa yang harus ia lakukan." Tapi apa sebenarnya yang akan
dilakukan tidak dijelaskan, sehingga masa depan yang dijanjikan akan
seperti apa masih tidak jelas. Ia juga dinyatakan "bisa mengatasi
rintangan". Pertanyaannya adalah, siapakah yang menjadi rintangan?
Apakah yang dimaksudkan termasuk warga di dalamnya?

Ronald Mayer mengenali keprihatinan dan kebutuhan kota Mlldorf dan mengetahui
bahwa keputusan-keputusan yang diambil saat ini sangat penting bagi masa depan
kota. Bersama Ronald Mayer, Mlldorf akan menciptakan kobaran di segenap
wilayah dan negara bagian setempat.


321

Paragraf ini menitik-beratkan pada masa depan kota dan bukan pada
warganya. Ia tidak prihatin pada kesejahteraan warga melainkan pada
"kobaran" yang akan "diciptakan".

Ronald Mayer dan LFP ingin mengakhiri omong kosong mengenai perlindungan
lingkungan hidup dan monumen peringatan tentang konservasi yang hanya akan
menghalangi proses penataan kembali kota.

Ini adalah serangan langsung dan negatif terhadap kelompok-kelompok
warga tertentu. Tidak digambarkan secara positif di sini, apakah yang akan
terjadi setelah itu. Keuntungan apa yang akan diperoleh warga? Kalimat
"penataan kembali kota" tidak memiliki nilai kualitatif dan perumusannya
terlalu dingin.

Ronald Mayer dan LFP ingin kembali menyeimbangkan anggaran belanja rumah
tangga kotanya. Mereka akan mengambil dana kompensasi negara bagian dan
sekaligus menerapkan kebijakan penghematan secara tegas bagi Mlldorf. Untuk itu,
pajak dan iuran harus ditingkatkan. Karena itu, rencana-rencana yang ambisius yang
dilancarkan koalisi SWP dan ARD untuk membangun kompleks olah raga lengkap
dengan kolam renang dan aula senam harus dihentikan.

Dalam paragraf ini kita dapat menemukan kesalahan yang sering dibuat.
Sebenarnya memperbaiki kembali kondisi anggaran belanja merupakan
hal positif. Tetapi pernyataan ini tidak memiliki nilai jual yang positif, karena
dibubuhi kalimat "meningkatkan pajak dan iuran" dan menghentikan
pembangunan kompleks olahraga". Meskipun ada kejujuran dalam
paragraf ini, tetapi hanya menyebutkan aspek-aspek negatif yang akan
mengakibatkan para pemilih tidak mau memilih partai ini, karena hanya
menawarkan peningkatan pajak dan tidak memenuhi kebutuhan mereka.
Kesalahan berikutnya adalah digunakannya kata-kata yang tidak memiliki
makna apa-apa bagi warga seperti "dana kompensasi negara bagian".
Pada dasarnya berlaku ketentuan bahwa di dalam target image, sebaiknya
kita tidak menyebut-nyebut partai lawan. Dalam kasus di atas bahkan lebih

322

parah, karena partai-partai lawan justru disebutkan dalam kaitannya
dengan kompleks olah raga yang jelas-jelas menjadi harapan warga.

Kita ingin menunjukkan kepada warga bahwa mereka dapat mengurus dirinya sendiri
dan tidak perlu senantiasa menuntut bantuan dari masyarakat.

Ada dua kesalahan klasik di sini: pertama, bahwa paragraf ini tidak
dirumuskan dari sudut pandang warga. Kata "Kita" harus diganti dengan
"Ronald Mayer dan LFP". Kedua, dengan menggunakan kalimat seperti
"terus menuntut dari masyarakat", paragraf ini menggambarkan warga kota
secara negatif. Pernyataan ini akan menjauhkan warga dari partai dan
dapat mengurangi probabilitas perolehan suara secara dramatis.

Kandidat-kandidat LFP yang kompeten dan memiliki komitmen mendukung ide
bahwa warga harus menurunkan tuntutannya terhadap kota. Oleh karena itu semua
warga yang menghendaki sebuah masa depan yang realistis bagi Mlldorf dan
masyarakatnya harus memilih LFP dan Ronald Mayer sebagai walikota.

Dalam paragraf ini pandangan negatif para kandidat terhadap warga
kembali mengemuka. Para kandidat LFP "kompeten" dalam "menurunkan
tuntutan warga."
Dalam kalimat terakhir baru jelas bahwa Ronald Mayer adalah kandidat
LFP untuk jabatan walikota.

Bagaimana target image tersebut dapat dirumuskan secara benar dan positif tanpa
mengubah agenda politisnya?

Partai Kebebasan Liberal (Liberale Freiheitspartei, LFP) adalah sebuah partai warga
yang independen di Mlldorf. Partai ini menjamin bahwa Mlldorf akan memperoleh
penghargaan yang layak di mata masyarakat. Bersama warga, LFP berinisiatif
mengambil-alih kepemimpinan di wilayah ini. LFP akan mengajukan Ronald Mayer
sebagai kandidat walikota.


323

Ia adalah seorang konsultan manajemen independen, yang tahu bagaimana caranya
membuka lapangan kerja, meningkatkan pemasukan dan bagaimana kotamadya ini
dapat diperbaiki melalui sebuah reformasi administratif. Dengan pengalaman
manajemennya dan pengalamannya dalam menangani perusahaan yang terancam
hancur, ia telah membuktikan bahwa rehabilitasi dapat dilakukan secara manusiawi
dan dapat pula diterima secara sosial.

Ronald Mayer mengenali keprihatinan dan kebutuhan kota ini, dan tahu bahwa
keputusan yang diambil pada saat ini akan sangat penting bagi masa depan kota,
bagi warganya dan terutama bagi kaum remaja. Bersama Ronald Mayer sebagai
walikota, Mlldorf akan memperoleh reputasi yang terpandang sehingga
masyarakatnya bangga akan kota mereka.

Ronald Mayer dan LFP akan mengakhiri peraturan yang berlebihan, yang
menghambat warga dan kota dalam menata kota sedemikian rupa, sehingga lalu
lintas bisa kembali lancar, industri dan perdagangan kembali berkembang dan orang-
orang di Mlldorf bisa kembali bekerja, berbelanja dan hidup di lingkungan yang
menarik.

Ronald Mayer dan LFP ingin melakukan reformasi anggaran belanja kotanya dengan
meningkatkan pemasukan dari negara bagian, melalui perolehan pajak yang lebih
besar yang ditarik dari industri yang berjalan dengan baik, dan melalui harga-harga
yang pantas dari jasa yang berkualitas dan efisien yang ditawarkan oleh kota. Pada
saat yang sama, partai ingin mengambil jarak dari proyek-proyek prestise, yang
hanya melayani reputasi para politisi dan tidak melayani mayoritas warga Mlldorf.
Langkah ini menjawab kebutuhan akan cadangan finansial yang diperlukan Mlldorf
untuk melakukan tugas-tugas yang benar-benar diperlukan oleh kota.

Ronald Mayer dan LFP ingin membebaskan warga dari subordinasi pemerintah dan
birokrasi. Ronald Mayer dan LFP akan memberikan kebebasan yang dibutuhkan
warga untuk dapat mengembangkan inisiatif pribadi mereka, untuk keuntungan
mereka sendiri dan untuk lingkungan sekitar serta wilayah-wilayah kota di mana
mereka tinggal.


324

Kandidat-kandidat LFP merupakan wakil-wakil rakyat yang kompeten dan memiliki
komitmen, dan disiapkan untuk mengambil tanggung jawab demi pembangunan kota
yang dinamis. Untuk itu, semua warga yang menghendaki masa depan yang lebih
baik bagi Mlldorf dan warganya, harus memilih para kandidat LFP dan Ronald
Mayer sebagai walikota.

325

16. KELOMPOK TARGET

Kelompok target adalah kelompok dari bagian masyarakat umum secara
keseluruhan. Kelompok target berguna untuk mengarahkan proses komunikasi
sedemikian rupa, sehingga dengan menekan kemungkinan tercecernya informasi
serendah mungkin, kita dapat meraih hasil yang maksimal.

Pengertian "masyarakat umum" yang digunakan dalam percakapan sehari-hari
merupakan perumusan yang terlalu luas, karena tidak semua orang tertarik pada
pesan yang ingin disampaikan sebuah partai (citra yang diinginkan), dan oleh karena
itu usaha untuk menarik semua orang merupakan usaha yang sia-sia.

Anak-anak dan remaja yang belum berhak memilih atau orang asing yang tidak
berhak mengikuti pemilu, bukan kelompok target yang layak bagi partai untuk
merumuskan sebuah strategi kampanye. Isu-isu yang berkaitan dengan kelompok
ini dapat saja memainkan peranan, tetapi mereka tetap tidak dapat dijadikan
kelompok target.

Organisasi politik dan para kandidat harus paham bahwa setiap usul yang mereka
ajukan akan menimbulkan reaksi, baik yang berupa penerimaan maupun penolakan
secara tegas.
101
Kelompok yang secara negatif menentang ide-ide politik yang
diajukan, tidak dapat dijadikan kelompok target dalam sebuah kampanye pemilu.
Tetapi situasi ini bisa berbeda untuk sebuah strategi jangka panjang dan untuk
kampanye yang bertujuan meyakinkan dan merubah keyakinan masyarakat. Dalam
kasus semacam ini, kelompok yang menolak sekalipun dapat dijadikan kelompok
target, karena kita berupaya mempengaruhi persepsi mereka dalam jangka panjang
melalui pendidikan.

Karenanya, komunikasi dengan kelompok target berarti mengumpulkan energi dan
kekuatan sehingga memungkinkan kita meraih keberhasilan dan menghemat
sumberdaya.


101
Lihat bab 3.1 tentang Pertarungan untuk Memperoleh Kekuasaan dan Pengaruh

326

Lalu bagaimana kita dapat menemukan kelompok target? Siapakah yang secara
khusus tertarik pada pernyataan-pernyataan yang akan disebar oleh partai?
Siapakah yang tertarik pada produk yang ditawarkan oleh partai, kandidat,
pemerintah atau organisasi lainnya?

Satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan kelompok sosial masyarakat
yang paling tertarik pada pernyataan yang tercantum dalam citra yang diinginkan
adalah dengan mengamatinya. Survai pasarlah yang bertugas untuk melakukan
pengamatan ini secara terus-menerus.
102


Kelompok target adalah sekelompok atau beberapa kelompok orang yang memiliki
karakter yang jelas. Kita menyebut mereka sebagai kelompok sosial, atau bisa juga
sebagai kelompok gaya hidup. Kelompok-kelompok target ini pada dasarnya dapat
diakses melalui empat pendekatan, yakni:

1. Pendekatan formal (organisasi, asosiasi, perkumpulan, dsb.),
2. Pendekatan informal (tempat kediaman),
3. Pendekatan melalui media (berbagai media), dan
4. Pendekatan elektronik (internet, Web 2.0., social media)

Pihak yang mengakses pendekatan di atas dapat menjadi kelompok target. Dalam
pendekatan formal, perhatian harus difokuskan pada kegiatan yang berkaitan
dengan organisasi-organisasi eksternal seperti asosiasi, perkumpulan, dsb.
Pendekatan informal lebih banyak menggunakan kegiatan kehumasan, dan
pendekatan media berarti menjaga hubungan dengan wakil-wakil dari media.


102
Perangkat-perangkat survai pasar dijelaskan lebih lanjut dalam bab 20.1 tentang Penjelasan dan
Pengadaan Informasi.

327



16.1. Kelompok target sosial

Para sosiodemograf membagi masyarakat dalam sektor-sektor sosiodemografis.
Sektor-sektor ini mewakili kelompok target. Sektor-sektor ini ukurannya beragam,
baik besar maupun kecilnya tergantung pada parameter yang digunakan. Kriteria
untuk menggolongkan sektor-sektor ini adalah:
- Penggolongan berdasarkan gender: laki-laki, perempuan
- Penggolongan berdasarkan usia: orang-orang dalam berbagai golongan usia,
misalnya 11-20 tahun, 21-30 tahun, dan seterusnya. Atau kategori umum seperti
anak-anak, remaja, manula.
- Penggolongan berdasarkan lokasi tempat tinggal: orang-orang yang tinggal di
desa, kota-kota besar, kota kecil, atau di daerah pinggiran kota.
- Penggolongan berdasarkan profesi: kelompok pekerja, pengangguran,
pengangguran terselubung, pekerja paruh waktu, buruh, pegawai, pegawai negeri,
wiraswasta, anggota keluarga yang mencari nafkah atau pemasukan sampingan.
- Penggolongan berdasarkan pemasukan: tingkat pemasukan/ gaji.
- Penggolongan berdasarkan agama: Kristen, Muslim, Budha, Protestan atau
Katolik, dsb., anggota sekte, tidak beragama.
- Penggolongan berdasarkan status perkawinan: menikah, lajang, cerai, menjanda,
memiliki anak, tidak memiliki anak.
- Penggolongan berdasarkan keanggotaan: anggota serikat buruh, anggota partai,
anggota asosiasi dan perkumpulan, dsb.
- Penggolongan berdasarkan tingkat pendidikan: tamat sekolah, pendidikan
kejuruan, pendidikan lebih lanjut.

Kelompok
target sosial
Kelompok
target gaya
hidup
Pendekatan
formal
Pendekatan
informal

Pendekatan
media


328

Kelompok-kelompok tersebut dapat dipersempit dan lebih dikhususkan lagi dengan
mengombinasikan sektor-sektor yang ada, dengan menggunakan kata DAN.
Penggolongan baru dengan kombinasi ini dapat dilihat seperti berikut:
Tingkat 1: Perempuan
Tingkat 2: Perempuan, cerai
Tingkat 3: Perempuan, cerai, memiliki satu anak
Tingkat 4: Perempuan, cerai, memiliki satu anak, bekerja paruh waktu
sebagai pegawai negeri
Tingkat 5: Perempuan, cerai, memiliki satu anak, bekerja paruh waktu
sebagai pegawai negeri, tinggal di kota besar

Dengan demikian kita dapat mengembangkan berbagai kelompok target secara
spesifik untuk kebutuhan yang lebih spesifik pula. Jika kita dapat mengakses
kelompok target yang spesifik seperti ini, kita dapat menyampaikan pesan-pesan
kepada kelompok ini tanpa perlu mengkhawatirkan adanya pesan yang tercecer atau
berkurang maknanya.

Atau kita dapat pula menggunakan kombinasi kelompok-kelompok target dengan
persamaan kebutuhan. Terkadang dokter, apoteker atau pekerja-pekerja di bidang
medis lainnya memiliki kebutuhan dan kepentingan yang sama. Bahkan, kelompok-
kelompok profesional tertentu yang bekerja lepas juga dapat digabungkan jika
mereka memiliki kepentingan yang sama. Sebagai contoh adalah kelompok
pengacara, dokter dan arsitek yang memiliki persoalan yang sama menyangkut
pajak, tetapi mereka tidak dapat digabungkan dalam kategori umum sebagai pekerja
lepas, karena kelompok pekerja lepas tertentu seperti seniman, memiliki kepentingan
yang berbeda.

Kita dapat mengasumsikan bahwa kelompok target yang terdefinisikan secara jelas
memiliki struktur kepentingan yang mirip atau bahkan serupa, atau memiliki harapan
bersama yang menyangkut masa depan atau menyangkut politisi dan pemerintah.
Kelompok target yang besar cenderung memiliki lebih banyak ragam struktur
kebutuhan dan harapan. Oleh karena itu, kelompok target sosial yang besar
hendaknya tidak dipertimbangkan sebagai perangkat untuk menyampaikan pesan
yang menyangkut pemenuhan kebutuhan atau harapan.

329


Contoh: Kelompok perempuan secara keseluruhan memiliki orientasi
kebutuhan dan harapan yang sangat beragam. Mereka memiliki
perbedaan yang besar dalam hal nilai atau norma yang mereka anut, yang
dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka. Dengan demikian, perempuan
yang pernah kuliah akan memiliki tanggapan yang berbeda tentang isu
persamaan gender, dibandingkan dengan perempuan yang tinggal di desa
yang terdidik dalam budaya masyarakat tradisional. Satu isu yang tidak
menimbulkan masalah dan bisa memperoleh persetujuan secara mudah
dari kelompok yang satu, bisa jadi menimbulkan kecemasan dan
penolakan dari kelompok lainnya.

Persoalan seperti ini juga bisa ditemukan di kalangan remaja yang digolongkan
dalam satu kelompok. Di sini faktor-faktor seperti tingkat sosial, pendidikan,
pekerjaan, lingkungan sosial, dan sebagainya memberikan pengaruh yang besar
dalam menentukan pandangan mereka terhadap politik dan keputusan politik.
Persoalan serupa lagi-lagi juga dapat ditemukan dalam golongan manula, jika
mereka digolongkan dalam satu kelompok. Dengan adanya perbedaan-perbedaan
pandangan dan kebutuhan di dalam satu golongan, kampanye massa yang ditujukan
untuk perempuan atau pemuda secara umum selalu menghasilkan petaka besar
bagi partai atau pemerintah. Hasil yang ditargetkan tidak dapat dicapai, karena
pesan yang disampaikan sangat tidak fokus, dan struktur kebutuhan yang ditawarkan
hanya mengena pada sebagian kecil dari kelompok target secara keseluruhan.

16.2. Kelompok target gaya hidup

Persoalan perbedaan nilai yang muncul dalam kelompok-kelompok target sosial
yang besar, dapat diatasi dengan menggunakan konsep kelompok target gaya hidup.

Penelitian terhadap gaya hidup dan lingkungan pergaulan/milieu merupakan
penelitian yang masih cukup baru, yang cocok diterapkan untuk menjawab persoalan
yang muncul di dalam masyarakat heterogen dan pluralistis. Pendekatan ini
memperluas jangkauan pengamatan ke kelas-kelas sosial, untuk memperoleh

330

orientasi. Istilah gaya hidup
103
ini berasal dari Max Weber. Definisi modern tentang
gaya hidup berasal dari Stefan Hradil, yang berpendapat bahwa lingkungan
pergaulan masyarakat dibedakan berdasarkan gaya hidup.

Dengan demikian milieu sosial seperti kalangan bawah, kalangan bawah menengah,
kalangan menengah, kalangan menengah atas dan kalangan atas, dikombinasikan
dengan orientasi nilai seperti orientasi dasar tradisional mempertahankan, orientasi
dasar material memiliki, hedonisme menikmati, post-materialisme menjadi, dan
postmodernisme memiliki, menjadi, menikmati.
104


Model berikut memiliki deskripsi lingkungan pergaulan (milieu):



Dengan model lingkungan pergaulan semacam ini, isu-isu politik lebih mudah
disampaikan kepada kelompok target yang tepat. Kategori gaya hidup yang
ditampilkan di sini hanya sebagai contoh. Institusi lain menggunakan cara lain untuk

103
Andreas Klocke: Sozialer Wandel, Sozialstruktur und Lebenstile in der Bundesrepublik Deutschland
(Perubahan sosial, struktur sosial dan gaya hidup di republik federal Jerman), 1993
104
Sumber: Sinus Heidelberg 1994
Lapisan
atas
Lapisan
menengah
atas
Lapisan
menengah
Lapisan
menengah
bawah
Lapisan
bawah
Orientasi
tradisional
"memper-
tahan-kan"
Hedonisme
"menikmati"
Orientasi
material
"memiliki"
Post-
materialism
e
"menjadi"
Post-
modernisme
"memiliki,
menjadi,
menikmati
Kalangan
atas
konservatif
Kalangan teknokratis
liberal
kalanga
nalternat
if
Kalangan
berorientasi
peningkatan
Kalangan
borjuis picik
Kalangan pekerja
tradisional
kalangan pekerja
tanpa tradisi
kalangan
hedonis
kalangan
pekerja
baru

331

mendeskripsikan gaya hidup, dan Thomas Gensicke
105
menggambarkannya seperti
berikut:
- Materialis yang berorientasi profesionalitas. Orang dalam kategori ini memusatkan
diri sepenuhnya untuk meraih keberhasilan dalam pekerjaannya melalui
kemandirian, untuk meloncat ke jenjang karir yang lebih tinggi. Penghasilan yang
tinggi diharapkan dapat menjadi jaminan hari tua. Pengembangan diri, hedonisme,
kehidupan keluarga dan anak menjadi prioritas kedua di sini.
- Idealis yang memiliki komitmen. Orang dalam golongan ini termotivasi untuk terlibat
aktif dalam bidang politik dan budaya, karena langkah ini dapat menghasilkan
penurunan kualitas hidup sementara ia dapat berusaha mewujudkan kondisi
masyarakat menjadi lebih layak dan manusiawi.
- Hedonis individualistis. Kategori ini memiliki kecenderungan yang mengarah pada
mobilitas wilayah dan pekerjaan. Perhatian mereka lebih mengarah pada
keberhasilan meraih penghasilan di atas rata-rata daripada meningkatkan status
sosialnya. Ini merupakan strategi yang esensial untuk menghindari persoalan tanpa
meningkatkan upaya dan tuntutan profesional. Pendekatan hedonistis dan ruang
privat menjadi pembelaannya.
- Putus asa dan menarik diri. Orang yang tergolong dalam kelompok ini menarik diri
dari kehidupan sosial dan dunia kerja, dan tuntutan yang dimilikinya pun berkurang
kecuali harapan untuk memperoleh transfer uang.
- Realis yang aktif. Kategori ini menunjukkan aktifitas yang selalu meningkat di setiap
bidang. Pekerjaan, budaya, politik, dan aktifitas di waktu senggang semua berjalan
beriringan. Kebutuhan utamanya adalah memikul tanggung jawab sendiri dan
mengembangkan diri.

Klasifikasi lain untuk kelompok gaya hidup lebih-kurang didasari pada kelompok usia
dalam masyarakat. Jenis-jenis di bawah ini adalah kelompok yang teridentifikasi:
- Kaum muda yang beorientasi untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi
- Kaum kiri, orang-orang yang berpandangan liberal, post-materialistis yang
terintegrasi
- Pekerja yang tidak menonjol dan cenderung pasif
- Warga biasa yang terbuka dan mudah beradaptasi

105
Thomas Gensicke: Lebenskonzepte im Osten Deutschland (Konsep hidup di Jerman Timur), BISS
public, Karya ilmiah dari Berliner Institut fr sozialwissenschaftliche Studien (institut ilmu sosial Berlin), 9/92

332

- Kaum konservatif berkedudukan tinggi
- Kaum manula yang terintegrasi
- Post-materialis, kelompok alternatif, kaum muda yang berhaluan kiri
- Pekerja yang taat pada kewajiban dan berpandangan konvensional
- Kaum manula yang terisolasi

Sebuah survey
106
tentang kelompok gaya hidup berdasarkan kesukaannya dapat
ditunjukkan oleh survai pasar yang dilakukan oleh sebuah lembaga survai RISC di
Jerman. Kelompok gaya hidup tersebut ditetapkan sebagai berikut:
- Pecinta budaya: seimbang, mandiri, berkomitmen secara etis, mayoritas
wiraswasta, manajer dan pejabat tinggi dalam pemerintahan, berpenghasilan tinggi,
6,2% dari jumlah penduduk.
- Pribumi: memiliki nilai etika yang kuat, mayoritas wiraswasta, manajer dan pejabat
tinggi dalam pemerintahan, berpenghasilan menengah ke atas, 8,7% dari penduduk.
- Penikmat: individualistis-hedonis, mayoritas wiraswasta, berpenghasilan tinggi,
3,2% dari jumlah penduduk.
- Warga sipil baru: konvensional, borjuis, pekerja yang berada di posisi pimpinan,
pegawai negeri, wiraswasta, berpenghasilan menengah ke atas, 13,2% dari jumlah
penduduk.
- Kaum trendi: impulsif-hedonistis, pelajar, mahasiswa, wiraswasta golongan kecil
dan menengah, berpenghasilan menengah, 5,4% dari jumlah penduduk.
- Para pencari: anomis (kurang terintegrasi dalam masyarakat, tanpa aturan),
tercerabut dari akarnya, tidak fokus dalam menjalankan pekerjaan, berpenghasilan
menengah, 16% dari jumlah penduduk.
- Kaum moralis: kaku dalam mempertahankan tradisi, mayoritas pegawai rendahan
dan pekerja kasar, umumnya berpenghasilan rendah, 14,9% dari jumlah penduduk.
- Kaum sederhana: terisolasi, membutuhkan keamanan, mayoritas pekerja kasar
atau pensiunan, berpenghasilan rendah sampai menengah, 32,4% dari jumlah
penduduk.


106
Sumber: Typologie der Wnsche (Tipologi Harapan), Intermedia 96/97 II, dipublikasikan dalam
majalah Focus 50/1996

333

Dari contoh yang bisa kita lihat di Jerman, pembagian kelompok gaya hidup dari
sudut pandang ilmu sosial pun masih sangat sewenang-wenang dan subyektif.
Belum ada standarisasi dalam pembagian kelompok gaya hidup.

Di beberapa negara ada analisa kelompok target gaya hidup, tetapi di sebagian
besar negara hampir tidak ada studi semacam itu. Hal ini tidak menjadi masalah, jika
kita ingin menggunakan konsep gaya hidup. Sebuah studi yang intensif mengenai
perbedaan gaya hidup dalam masyarakat dan penggolongan kebutuhan dasar sosial
dan keamanan ke dalam gaya hidup ini cukup mudah jika kita mengenal dengan baik
masyarakat di mana kita tinggal. Pengamatan akan menjadi lebih sulit jika kita ingin
mengetahui secara pasti pola perilaku kelompok target dan struktur kebutuhan post-
material mereka.

16.3. Memperoleh kelompok target dari target image dan sasaran-sasaran

Kelompok target tidak dipilih begitu saja secara acak, melainkan disimpulkan dan
dibentuk berdasarkan citra yang diinginkan (target image) serta sasaran yang telah
ditetapkan. Dalam menarik kesimpulan dari target iamge, terlebih dahulu kita harus
menganalisa setiap kalimat yang termaktub dalam target image untuk menetapkan
kelompok manakah yang kira-kira tertarik pada kalimat pernyataan tersebut.
Sementara dalam menarik kesimpulan dari sasaran, setiap sasaran harus diperiksa
dan dianalisa untuk menentukan siapa yang dapat berperan dalam pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan. Dari analisa-analisa ini, kita dapat mengidentifikasi
kelompok-kelompok target yang perlu kita garap.

16.3.1. Contoh penyimpulan kelompok target yang diambil dari citra yang
diinginkan

Sebagai contoh kita akan memeriksa beberapa kalimat yang diambil dari citra yang
diinginkan oleh calon walikota di Herwald.

Kalimat dari Citra yang diinginkan Kelompok Target
Heinz Roser beserta FWG akan
membebaskan warga kota dari belenggu
Warga yang memiliki pengalaman buruk
dengan adanya peraturan yang berlebihan,

334

Kalimat dari Citra yang diinginkan Kelompok Target
birokrasi dan peraturan yang tak berguna,
sehingga tiap warga dapat bergerak
bebas mencari cara untuk dapat
membawa keuntungan, baik bagi dirinya
sendiri maupun untuk kota.
terutama orang-orang yang akan
membangun rumah, pemilik rumah, orang
yang berwiraswasta dan para pengusaha,
pemilik tanah, pengunjung atau pengguna
fasilitas umum, pembayar pajak.
Oleh karena itu, Heinz Roser bersama
FWG ingin memperbaharui pemerintahan
yang ada sedemikian rupa, agar lebih
ramah warga dan lebih hemat, sehingga
pajak dan iuran juga dapat ditekan.
Pengguna fasilitas umum, pembayar pajak,
pembayar berbagai iuran, pengusaha dan
wiraswasta.
Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri
diktatur ekologis, sehingga lalu lintas bisa
kembali lancar dan perdagangan serta
perekonomian juga berkembang kembali.
Dengan demikian Herwald bisa kembali
menjadi tempat menarik untuk bekerja,
berbelanja dan menjalani kehidupan.
Pengendara mobil, orang yang tinggal di
kawasan yang macet, orang yang
menjalankan usaha, pemilik toko,
penganggur, pembeli.
Untuk itu Heinz Roser bersama FWG
akan berjuang untuk menyediakan
leingkungan yang lebih bersih dan aman
bagi warga.
Orang yang tinggal di dekat taman atau
jalan di mana ada banyak gelandangan
yang berkeliaran, para pemilik rumah.
Heinz Roser bersama FWG memberikan
kesempatan bagi kaum remaja untuk
meraih masa depan yang lebih baik. Hal
ini dilakukan dengan cara menyediakan
pendidikan yang lebih baik, memberi
lebih banyak penawaran di bidang
olahraga, budaya dan kegiatan diwaktu
senggang, serta membuka lebih banyak
lapangan kerja dan pendidikan.
Remaja yang berorientasi masa depan,
pelajar yang sudah akan lulus sekolah,
orang tua, guru, anggota perhimpunan
olahraga, sarana budaya dan rekreasi.

16.3.2. Contoh yang menggambarkan bagaimana menarik kelompok target dari
sasaran-sasaran

335


Sebagai contoh, kita menggunakan sasaran-sasaran yang sudah dibahas dalam Bab
13.1.

Sasaran Kelompok Target
Hingga tanggal 1.10.xx kita sudah
menerima sumbangan sebesar 200.000
US$ (Kelompok Fund-Raising)
Pengusaha, para mantan donatur /
kontributor
Hingga tanggal 1.7.xx, 40% anggota kita
sudah mendaftarkan dirinya untuk
berpartisipasi secara sukarela dalam
kegiatan kampanye (bagian komunikasi
internal).
Kelompok target internal: anggota yang
tidak aktif.
Hingga tanggal 1.3.xx, kita telah
mengembangkan program kesehatan
yang modern, yang sudah disetujui
pelaksanaannya (bagian program).
Ahli di bidang kebijakan kesehatan,
anggota yang tertarik bekerja di bidang
kebijakan kesehatan.

Setelah disimpulkan siapa yang akan menjadi kelompok target, perlu diputuskan
cara apa yang akan digunakan untuk meraih kelompok target tersebut. Untuk itu ada
empat cara:
- Akses formal
- Akses informal
- Akses medial
- Akses elektronik

16.4. Akses formal ke kelompok target

Akses formal ke kelompok target yang sudah ditetapkan bisa diperoleh melalui
organisasi, institusi, asosiasi, perusahaan dan lembaga-lembaga formal lainnya
yangmisalnyamemiliki AD/ART, struktur yang jelas, alamat yang dapat dihubungi
atau wilayah kerja yang jelas, dsb. Kelompok target formal ini dapat ditemukan di
setiap tingkatan, yaitu di tingkat nasional, regional, seringkali juga di tingkat lokal dan
terkadang bahkan di tingkat internasional. Ini berarti bahwa, akses untuk

336

berhubungan dengan kelompok-kelompok target ini tidak terbatas di tingkat-tingkat
tertentu saja. Dengan demikian, seorang kandidat dapat berhubungan dan
mendekati kelompok target formal di daerah pemilihannya sendiri, seperti halnya
yang dilakukan partai nasional yang memiliki akses ke tingkat nasional atau
bahkan internasional.

Akses-akses formal dapat ditemukan dengan cara memeriksa kelompok target sosial
atau kelompok gaya hidup yang telah ditetapkan, dan kemudian melihat organisasi
mana yang mewakili kelompok target ini.

Kelompok target sosial atau gaya hidup Akses formal
Pembayar pajak, pembayar berbagai iuran Ikatan pembayar pajak, asosiasi pemilik rumah,
asosiasi penyewa, asosiasi pengusaha, kamar
dagang dan industri, lembaga konsumen, dsb.
Pengusaha, wiraswasta Kamar dagang dan industri, korporasi
pengrajin, asosiasi pengusaha, dsb.
Pengendara mobil Klub otomotif, asosiasi supir taxi
Guru Perhimpunan guru, Serikat buruh untuk
pendidikan dan ilmu pengetahuan, dsb.

Kelompok target formal klasik, antara lain adalah:
- Pemerintah, parlemen, lembaga-lembaga administratif
- Institusi-institusi militer
- Kedutaan-kedutaan Besar
- Partai, gerakan politik
- Organisasi Internasional (Amnesty Internasional, Green Peace, PBB, dsb.)
- Organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organization/NGO)
- Gereja dan organisasi keagamaan lainnya
- Organisasi ilmu pengetahuan dan riset
- Organisasi pendidikan dan pelatihan
- Organisasi seni dan budaya
- Serikat buruh
- Organisasi profesi

337

- Asosiasi pemberi kerja
- Perhimpunan pegawai negeri
- Lembaga konsumen
- Organisasi perempuan
- Organisasi remaja
- Organisasi etnis
- Organisasi sosial

Setiap organisasi politik dan kandidat harus memiliki data tentang kelompok-
kelompok target formal yang berisikan daftar nama, orang-orang yang bisa
dihubungi, alamat dan nomor-nomor telepon mereka. Untuk dapat memperoleh
keuntungan dari hubungan-hubungan ini, dibutuhkan upaya agar dapat memperoleh
kepercayaan mereka terlebih dahulu, dengan cara menjaga dan membangun
hubungan jangka panjang. Pertukaran informasi dan kontak yang teratur adalah
syarat untuk dapat memanfaatkan kelompok target secara optimal.

Hasil dan keuntungan yang dapat diperoleh dari kerja yang efektif dengan kelompok
target formal dapat dilihat dalam hal-hal berikut:
1. Menemukan pemimpin opini (opinion leader) dan multiplikator, yang dapat
meneruskan pesan yang disampaikan langsung kepadanya.
2. Akses ke pertemuan-pertemuan dan kegiatan yang diselenggarakan oleh
perhimpunan-perhimpunan dan organisasi, untuk memperoleh kontak langsung
dengan anggota-anggota mereka.
3. Akses ke media yang dimiliki organisasi dan asosiasi, untuk menyebarkan pesan
melalui jalur media mereka.
4. Memanfaatkan jalur komunikasi dan logistik yang dimiliki oleh organisasi atau
lembaga-lembaga semacamnya.

Dalam beberapa kasus, hubungan semacam itu dibutuhkan untuk berbagai alasan
yang sangat beragam. Misalnya di negara-negara di mana peran militer sangat
dominan, kontak dengan institusi militer dibutuhkan untuk dapat mengetahui batasan
yang masih bisa ditolerir oleh militer yang berkuasa, dan sejauh apa kita dapat
mengajukan tuntutan tanpa risiko dianggap ingin melakukan kudeta untuk
mengambil-alih kekuasaan.

338


Dalam kasus-kasus lain, kegiatan-kegiatan politik di tingkat internasional juga perlu
didokumentasikan, karena bukan saja dapat digunakan untuk memperoleh reputasi
internasional, tetapi dapat pula digunakan untuk membangun jaringan perlindungan
internasional bagi para politisi dalam situasi kritis. Hubungan dengan organisasi-
organisasi internasional dan kedutaan-kedutaan besar di negara kita dapat dijadikan
jembatan untuk membangun jaringan internasional tersebut.

Akses kelompok target formal juga sangat berguna untuk menghemat biaya
kampanye, karena pemberian informasi kepada multiplikator di sebuah organisasi
seringkali sudah cukup efektif dimana sang multiplikator akan meneruskan
informasi tersebut kepada para anggotanya.

16.5. Akses informal ke kelompok target

Akses informal ke kelompok target memerlukan konsentrasi ke wilayah dan
kelompok yang disatukan oleh persamaan kepentingan yang menyatukan mereka
pada waktu dan tempat yang sama. Kelompok-kelompok ini sangat sulit ditemui di
tempat lain, dan karena itu, mereka perlu didekati secara langsung di lokasi yang
mempertemkuan mereka.

Kelompok target informal biasanya adalah kelompok-kelompok yang memiliki
karakter lokal atau regional, dan karenanya mereka hanya dapat diakses secara
lokal. Oleh karena itu, pekerjaan mendekati kelompok target informal semacam ini
biasanya dibebankan kepada unit organisasi setempat.

Contoh kelompok target informal adalah pengunjung suatu acara olahraga. Mereka
berada di tempat yang sama pada saat yang sama, dan memiliki minat yang serupa.

Akses informal dapat ditarik dari kelompok target sosial, sebagaimana halnya akses
formal yang telah kita bahas di atas.

Kelompok target sosial atau gaya hidup Akses informal

339

Kelompok target sosial atau gaya hidup Akses informal
Pembayar pajak, pembayar berbagai iuran Pengunjung kantor pajak, aksi demonstrasi
yang dilakukan oleh pembayar pajak,
pertemuan para penyewa rumah, dsb.
Pengusaha, wiraswasta Pertemuan atau acara-acara berbagai
perkumpulan, seperti Rotary club, dsb.
Pengendara mobil Jalanan yang macet, pompa bensin, pangkalan
taksi, show room mobil, dsb.
Guru Sekolah, pertemuan guru-guru, program
pendidikan lanjutan bagi guru, dsb.

16.6. Akses medial ke kelompok target

Akses ke kelompok target melalui media merupakan bentuk yang lazim digunakan.
Ada kompensasi biaya maupun tidak dalam memanfaatkan media di sini, tergantung
dari kebutuhan dan tingkat yang berbeda, untuk mengontrol hasil yang diperoleh.
Akses tanpa biaya digunakan untuk mempengaruhi isi editorial media tersebut,
sementara akses dengan kompensasi biaya digunakan untuk penyebar-luasan
pesan dalam arti untuk membeli spot waktu atau kolom media yang kita pakai.

Sekarang mari kita lihat bagaimana kelompok target sosial yang sama seperti di atas
dapat diakses melalui media.

Kelompok target sosial atau gaya hidup Akses medial
Pembayar pajak, pembayar berbagai iuran Koran untuk para pemilik properti, koran yang
dikeluarkan oleh para pengembang/ developer,
koran perlindungan konsumen, program televisi
dan radio yang berkaitan dengan pajak dan
iuran, dsb.
Pengusaha, wiraswasta Koran ekonomi, koran yang memiliki ruang
besar untuk artikel-artikel ekonomi, koran
niaga, program perekonomian di radio dan
televisi, koran kamar dagang dan industri, dsb.

340

Pengendara mobil Koran khusus untuk para pemilik kendaraan,
koran otomotif, program radio dan televisi yang
membahas soal otomotif dan topik-topik terkait
lainnya, dsb.
Guru Koran yang menyediakan informasi pendidikan,
koran sekolah, koran yang diterbitkan oleh
perhimpunan guru, dsb.

16.7 Jejaring sosial dan Web 2.0

Akses pada kelompok sasaran yang belakangan ini semakin berkembang di dalam
bidang komunikasi elektronik adalah kemungkinan untuk melakukan kontak langsung
melalui media sosial. Media sosial semacam ini misalnya ada lebih dari 150 jejaring
besar, yang paling terkenal adalah Facebook, who knows who, myspace, StudiVZ,
SchuelerVZ, Xing, Stayfriends dan Twitter. Di dalam jejaring media sosial yang besar
ini terdapat sub-sub kelompok, yang dapat disusun dalam kelompok-kelompok
sasaran tertentu. Di dalam jejaring yang lebih kecil dan terisolasi sejak awal jejaring
itu terdiri dari kelompok sasaran yang dituju.

Kelompok sosial atau kelompok gaya hidup Akses elektronik
Pembayar pajak, pembayar iuran Sub kelompok pada jejaring yang besar seperti
Facebook, Xing, juga Steuerzahler.de, steuerbar.de,
jejaring penyewa regional dsb.
Pengusaha, wirausahawan Xing.de, powerbusiness.us, jejaring berdasarkan
kompetensi, Freiberuflernetzwerk.com, aneka
jejaring pengusaha regional, dsb
Pengendara mobil Blog pengendara mobil, jejaring olahraga otomotif,
Verkehrssicherheit.de dsb.
Guru Sub kelompok pada jejaring yang besar seperti
Facebook, Linkedin, studiVZ, juga jejaring seperti
Barinboom, teachernetwork, jejaring guru musik,
forum guru, dsb.

16.8. Multiplikator dan pemimpin opini (opinion leader)

Multiplikator dan pemimpin opini memiliki peranan penting dalam mempengaruhi
kelompok target, baik melalui akses formal maupun akses informal.


341

Perdebatan tentang konsep kepemimpinan opini dimulai dengan penelitian tentang
pengaruh media cetak dan radio terhadap pendapat pemilih pada pemilihan presiden
Amerika tahun 1940. Berlawanan dengan pendapat umum, pengaruh media massa
terhadap perilaku pemilih lebih kecil dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh
kawan, sahabat, kenalan dan rekan kerja. Ini membuktikan bahwa pendapat, saran,
dan sikap orang tertentu dapat berpengaruh besar terhadap pendapat orang-orang di
lingkungan mereka. Orang semacam ini oleh von Lazarfeld
107
disebut sebagai
opinion leader (pemimpin opini). Penemuan ini mengarah pada model arus
komunikasi dua tahap. Berdasarkan model ini, informasi dari media massa diserap
oleh pemimpin opini pada tahap pertama, dan setelah itu diteruskan kepada anggota
kelompok yang kurang aktif melalui pendekatan pribadi di dalam kelompok-
kelompok yang setara atau yang memiliki pandangan dan kepentingan yang sama.



Konsep kepemimpinan opini pertama-tama menyadari bahwa individu sebagai
anggota kelompok yang setara terintegrasi dalam sebuah jaringan interaksi sosial
di mana peran media massa memberikan dampak yang sangat besar.

Istilah lain yang memiliki pengertian serupa, yang digunakan untuk menyebut istilah
opinion leader atau pemimpin opini memperjelas cakupan dan sebaran komunikasi
jenis ini. Contohnya adalah istilah pembentuk opini, opinion givers, penasihat,
multiplikator, influentials, individu yang kharismatis, gate keepers, inovator,
trendsetter, fashion leaders, taste makers, induktor, dan exchanger.

Penelitian tentang gaya komunikasi yang berhubungan dengan opini masyarakat
menghasilkan pandangan-pandangan seperti yang diuraikan di bawah ini:

107
Lazarfeld et.al., The People Choice (Pilihan Rakyat), New York 1948.
Media massa Pemimpin opini
Resipien yang
kurang aktif
Model arus komunikasi duatahap

342

1. Tidak ada hubungan yang jelas antara ciri-ciri demografis dan psikologis dengan
kepemimpinan opini. Pemimpin opini dibedakan berdasarkan segmen produk dan
secara umum tidak memiliki perbedaan status sosial atau tingkat usia dari para
pengikut opininya.
2. Setiap segmen produk dan jasa memiliki struktur pemimpin opininya sendiri.
3. Pemimpin opini memegang peranan penting dalam segmen-segmen produk yang
terkait dengan risiko pembelian yang relatif tinggi, atau produk yang memiliki nilai
tertentu. Keanggotaan dalam sebuah organisasi yang berorientasikan nilai (partai)
atau pemilihan terhadap sebuah partai tertentu juga termasuk dalam hal ini. Berbagai
jenis kompetensi yang berbeda yang diatributkan kepada pemimpin opini
memainkan peranan di sini, yakni kompetensi praktis (teknis dan fungsional) atau
kompetensi sosial (yang berkaitan dengan norma dan nilai).
4. Proses penyampaian informasi atau proses mempengaruhi tidak diarahkan dari
atas ke bawah. Secara umum seringkali muncul asumsi yang keliru, bahwa orang
yang memiliki status sosial yang lebih tinggi akan mempengaruhi orang yang
memiliki status sosial yang lebih rendah. Jarak sosial antara pemimpin opini dan
pengikut opini sebenarnya tipis. Komunikasi mendasar antar-pribadi biasanya
berlangsung antara orang-orang yang memiliki status sosial yang sama.
5. Pemimpin opini cenderung tersebar secara merata dalam setiap segmen
demografis penduduk.
6. Pemimpin opini tidak identik dengan inovator, atau orang pertama yang
menemukan sebuah ide baru di sebuah lingkungan masyarakat.


343



Tesis tentang arus informasi satu arah dalam proses komunikasi dua tahap perlu
dipersempit (pemimpin opini = multiplikator). Sang pemimpin opini tidak dapat secara
sepihak dianggap sebagai multiplikator, karena dalam posisi yang hampir setara, ia
sekaligus juga merupakan penyebar informasi dan pencari informasi. Hubungan
yang sangat penting ini digambarkan dalam skema di atas, di mana nampak jelas
bahwa pemimpin opini juga dipengaruhi oleh "para pakar" atau "perantara
profesional". Apabila dalam proses komunikasi sebuah organisasi ingin berpengaruh
atas sebuah kelompok sasaran dalam jangka waktu yang lama, maka disarankan
agar organisasi tersebut mengidentifikasi pembuat opini untuk kelompok sasaran
tersebut dan mengikat pemimpin opini tersebut dengan pakar-pakar mereka dan
membimbingnya. Karena itu tidak perlu menjadikan pembuat opini tersebut sebagai
anggota partai, karena mereka akan kehilangan karakter mereka yang netral dan
dapat dipercaya, dan bisa menghilangkan pengaruh terhadap pengikut setianya.
Pada saat yang sama harus diperhatikan bahwa pembuat opini bisa kehilangan
Arus informasi
satu tahap
Proses mempengaruhi
dua tahap
Pernyataan
komunikasi massa
Para pakar, perantara
profesional
Pemimpin opini
Dikutip dari
Rosenstiel dan Ewald 1979
Psikologi Pasar, Kohlhammer
Para pengikut
Tahap 2
Tahap
1
Pemberian
pengaruh
Defisit
informasi,
Pencarian
kontak
Pencarian
kontak
Pemberian
pengaruh

344

kepercayaan dan pengaruh dari pengikut setianya, apabila ia membuat usulan yang
salah. Karena itu sebuah partai sebaiknya tidak pernah menuntut dari pemimpin
opini tersebut untuk mewakili sesuatu yang di kemudian hari terbukti sebagai
informasi yang salah. Pemimpin opini memang bukan multiplikator yang meneruskan
pesan secara komersial, melainkan mereka harus meyakinkan dengan pesan yang
mereka bawa.

16.9. Menentukan preferensi nilai kelompok target

Politik dalam bentuknya sebagai partai politik atau politik seperti yang dijalankan
pemerintah selalu berhubungan dengan preferensi nilai dan harapan. Oleh karena itu
bisa saja terjadi bahwa kebijakan atau keuntungan tertentu yang ditawarkan yang
akan menarik perhatian kelompok target tertentu tetapi karena preferensi nilai
kelompok ini secara keseluruhan tidak cocok dengan yang dimiliki partai, kelompok
ini harus dikesampingkan sebagai kelompok target.

Sebagai contoh: Sebuah partai sosialis yang memiliki pandangan ortodoks
klasik dan taat aturan, dalam sebuah kasus tertentu mengambil posisi
liberal (misalnya yang menyangkut masalah "perkawinan sesama jenis").
Meskipun partai ini dinilai secara positif oleh sebuah kelompok target
liberal tertentu, tetapi kelompok target ini tidak akan bisa diraih oleh partai
sosialis tersebut, karena orientasi nilai yang mereka miliki dalam isu-isu
lainnya (misalnya dalam kebijakan ekonomi) terlalu berbeda dari orientasi
nilai yang dimiliki oleh kelompok liberal tersebut.

345




Analisa ini digunakan untuk memperkirakan jarak yang ada antara preferensi nilai
kelompok target dengan preferensi nilai yang dimiliki pemerintah atau partai. Dari sini
akan dapat dinilai apakah kelompok target tersebut perlu didekati, atau apakah
kelompok target tersebut memiliki rasa antipati yang besar terhadap organisasi
beserta semua apa yang ditawarkannya.

Sebuah bentuk tampilan lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan adanya
persetujuan dan penolakan dengan menggunakan diagram batang.
Kategori 1
Persetujuan penuh
Pandangan positif
Kategori 2
Persetujuan kuat
Kategori 3
Persetujuan sebagian
Kategori 4
Persetujuan lemah
Pandangan negatif
Kategori 6
Penolakan kecil
Kategori 8
Penolakan kuat
Kategori 7
Penolakan sebagian
Kategori 9
Penolakan total
Kategori 5
Netral
Menentukan preferensi nilai dengan bantuan lingkaran konsentris

346

-150
-100
-50
0
50
100
150
Persetujuan
penuh
Persetujuan
kuat
Persetujuan
sebagian
Persetujuan
lemah
Netral
Penolakan
lemah
Penolakan
sebagian
Penolakan
kuat
Penolakan
total


Jika analisa yang kita lakukan menyatakan bahwa sebuah kelompok target
cenderung memberikan penolakan yang besar tetapi tertarik pada sebagian
penawaran kita, kita perlu mempertimbangkan kembali apakah kelompok target
tersebut akan dilibatkan dalam proses komunikasi.

Stakeholders analysis atau analisa yang dilakukan oleh para pemegang jabatan,
yang merupakan metode untuk mengidentifikasi kelompok yang menyetujui proyek
tertentu, juga cocok digunakan sebagai metode untuk menggambarkan situasi dan
dapat pula dipakai sebagai bagian dari analisa situasional.

16. 9.1. Problem irisan


Fenomena lain yang muncul berkenaan dengan analisa stakeholder adalah
ketidakcocokan antara isu dan/atau kelompok target.
Contoh: Sebuah partai ingin menggunakan isu perlindungan terhadap
kaum minoritas sebagai isu kampanyenya. Keputusan ini tidak menjadi
soal selama mereka tidak menentukan isu-isu atau kelompok-kelompok

347

tertentu secara khusus. Tetapi isu itu sendiri cenderung dibuat menjadi
lebih khusus. Jika partai tersebut kemudian memutuskan mengangkat tiga
isu utama yang berhubungan dengan kaum minoritas, misalnya
perlindungan kaum homoseksual, perbaikan pelaksanaan hukuman dan
legalisasi konsumsi obat terlarang, problem irisan akan muncul di sini.






Karena tidak semua kaum homoseksual menerima konsumsi obat terlarang, tidak
semua tahanan menerima homoseksualitas, dan tidak semua konsumen obat
terlarang mendukung kebebasan-kebebasan tertentu dalam masa tahanan, maka
kaum minoritas tidak dapat digabungkan. Di sini menjadi jelas bahwa selalu hanya
ada sebagian kecil minoritas yang menerima kepentingan kaum minoritas lainnya,
seperti yang ditampilkan dalam skema di atas.

Persoalan yang dihadapi partai adalah bahwa persetujuan yang diperoleh dari tiga
kelompok minoritas tersebut menyusut menjadi irisan 4 yang jauh lebih kecil
daripada jumlah masing-masing kelompok minoritas.





Pendukung
konsumsi obat
terlarang
Pendukung
homoseksualitas
Pendukung perbaikan
pelaksanaan hukuman
Irisan 1:
Pendukung perbaikan pelaksanaan
hukuman

Irisan 2:
Pendukung konsumsi obat
terlarang

Irisan 3:
Pendukung konsumsi obat
terlarang dan perbaikan
pelaksanaan hukuman

Irisan 4:
Pendukung homoseksualitas,
perbaikan pelaksanaan hukuman
dan konsumsi obat terlarang







348

16.10. Aksesibilitas ke kelompok target

Aksesibilitas kelompok target terkadang menimbulkan persoalan di dalamnya. Ada
banyak kelompok target yang ditetapkan melalui analisa target image yang pada
akhirnya tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat dijangkau.

Contoh: Keamanan dalam kota ditetapkan sebagai sebuah isu, dan untuk
itu perlu dilakukan identifikasi kelompok target. Kelompok target "orang-
orang yang takut" tentu saja merupakan kelompok target yang cocok untuk
isu ini, tetapi deskripsi tentang kelompok target ini tidak mencukupi karena
kelompok ini tidak memiliki persamaan ciri yang nyata. Kelompok ini tidak
akan dapat diraih baik melalui akses formal, informal, media, maupun
elektronik.

Kelompok target harus didefinisikan dan dipilih sedemikian rupa, sehingga mereka
dapat diraih. Dalam contoh kasus di atas, kelompok manula yang mudah merasa
terancam, atau pemilik rumah yang takut terhadap pencuri dapat diidentifikasi
sebagai kelompok target. Identifikasi ini lebih jelas untuk menetapkan kelompok
target yang hasilnya juga dapat diraih.

Aturan dasarnya adalah: Sebuah kelompok target yang tidak dapat diraih/dijangkau,
bukan merupakan kelompok target.

16.11. Evaluasi terhadap kelompok target dari target image

Seperti dalam setiap langkah strategis lainnya, pemilihan kelompok target pun harus
dievaluasi. Untuk itu, pertanyaan-pertanyaan di bawah ini harus dijawab:

1. Apakah ada keuntungan yang memadai bagi kelompok target?
2. Apakah kelompok target menempatkan dirinya dalam kategori nilai antara 1-6?
3. Apakah kelompok target tersebut bisa diraih?
4. Apakah ada jalur yang cukup untuk mengakses kelompok target, atau kelompok
target hanya dapat diakses melalui satu saluran saja (informal, formal, media,
elektronik), dan apakah saluran-saluran tersebut terbuka bagi kita?

349

5. Seberapa besarkah kelompok target tersebut?
6. Seberapa besar perpotongan antara kelompok-kelompok target tersebut?
7. Apakah ada problem irisan/perpotongan antara kelompok target dan isu?

16.12. Umpan-balik terhadap sasaran

Pada saat kelompok target disimpulkan dari sasaran yang kita miliki, sekali lagi kita
perlu mengevaluasi apakah kelompok-kelompok target tersebut cocok satu sama
lain, dan apakah pekerjaan kehumasan yang dibangun berdasarkan target image
selaras dengan kelompok target yang diperoleh dari sasaran tersebut.

Contoh: Jika kita ingin memperoleh uang dari para pengusaha sementara
dalam target image ada kalimat yang menyatakan bahwa pekerja harus
dikurangi beban pajaknya sebagai akibat dari peningkatan pajak
perusahaan, dapat dipastikan bahwa kita tidak mungkin bisa memperoleh
dukungan keuangan dari perusahaan.

Dari contoh di atas kita dapat melihat bahwa pernyataan yang terdapat dalam target
image tidak cocok dengan kelompok target pengusaha.

Dalam evaluasi, kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apakah pernyataan yang terdapat dalam target image cocok dengan kelompok
target yang disimpulkan dari sasaran yang kita miliki?
2. Setelah kelompok target ditetapkan, apakah sasaran yang kita miliki realistis
dalam segi jangkauan dan waktu?

16.13. Umpan-balik terhadap misi

Umpan-balik terhadap misi pada dasarnya dilakukan untuk menetapkan apakah
kelompok target yang telah ditentukan yang juga menampilkan kelompok potensial
yang ingin kita raih akan cukup untuk mencapai sasaran kuantitatif dari misi (dalam
arti kita berasumsi pada keberhasilan yang realistis).


350

Jika seorang kandidat telah menetapkan kelompok target dan dapat meraih potensi
maksimal sebesar 40% dari jumlah pemilih melalui kelompok target tersebut, ia akan
sangat sulit untuk dapat mengumpulkan 51% suara pemilih agar ia dapat menjadi
presiden. Penting di sini untuk menilai apakah besaran kelompok target yang ia raih
sesuai dengan sasaran misi.

351

17. PESAN KELOMPOK TARGET

17.1. Pesan yang didefinisikan untuk masing-masing kelompok target

Pada saat memilih kelompok target, ada bagian-bagian tertentu dari target image
yang perlu diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelompok masyarakat
mana yang terkesan pada bagian-bagian tertentu dari citra yang kita inginkan
tersebut. Dengan kata lain, kita harus mengidentifikasi keuntungan-keuntungan
mana yang dinilai positif oleh kelompok-kelompok tertentu.

Jika komponen-komponen dalam target image sudah dikategorisasikan sesuai
dengan kehendak kelompok target, tugas berikutnya adalah menentukan target
image yang lebih spesifik untuk setiap kelompok target yang berbeda.

Dalam Bab 14.3. kita telah menyusun kelompok target berdasarkan citra yang
diinginkan kandidat walikota Herwald. Salah satu kelompok target untuk kampanye
kandidat walikota ini adalah "pengusaha. Bab ini akan membahas target image
seperti apakah yang perlu ditampilkan atau yang sesuai dengan kelompok
pengusaha.

Untuk itu, pertama-tama kita perlu menelaah paragraf-paragraf yang bersifat umum,
yaitu paragraf 1, 5 dan 6.

Paragraf 1:
Asosiasi Pemilih Bebas Herwald (Freie Whlergemeinschaft Herwald, FWG) adalah
sebuah kelompok independen yang mewakili warga di dalam dewan kota Herwald.
Kelompok ini terbuka bagi seluruh warga kota Herwald. FWG akan maju dalam
pemilu mendatang, dengan mengusung pimpinan fraksinya, Heinz Roser, sebagai
kandidat walikota. Tujuannya adalah untuk menghapuskan nepotisme di Herwald
dan mempersiapkan kota beserta wilayah-wilayah di dalamnya untuk menyongsong
masa depan.

Paragraf 5:

352

Kandidat walikota Heinz Roser lahir di Herwald dan merupakan seorang pengusaha
yang sukses. Dengan pengetahuan di bidang hukum dan kemampuan dalam
manajemen, ia memiliki semua kualitas yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan
sebagai kepala administratif yang kompeten. Ia sejak lama juga sudah terlibat dalam
kerja-kerja sosial dan sukarela serta memperoleh kepercayaan dari setiap orang
yang membutuhkan bantuan profesional.

Paragraf 6:
Kandidat-kandidat FWG merupakan wakil-wakil yang kompeten dan berkomitmen di
daerah mereka. Untuk itu setiap warga yang ingin agar Herwald beserta warganya
memiliki masa depan yang lebih baik harus memilih kandidat-kandidat FWG sebagai
anggota dewan kota dan Heinz Roser sebagai walikota.

Paragraf-paragraf di atas memberikan informasi umum tentang FWG dan Heinz
Roser. Sementara itu, paragraph yang khusus dan yang menarik bagi para
pengusaha adalah paragraf-paragraf berikut ini. Analisa terhadap paragraf-paragraf
di bawah ini telah dibahas dalam bab 14.3.

Paragraf 2:
Heinz Roser dan FWG akan membebaskan warga dari belenggu birokratis dan
peraturan-peraturan yang tidak berguna, sehingga warga bisa bebas bertindak
sedemikian rupa dan karenanya dapat membawa keuntungan bagi mereka dan
seluruh kota. Untuk itu Heinz Roser dan FWG ingin memodernisir pemerintahan
sebaik mungkin, membuat warga menjadi ramah dan hemat, agar dengan demikian
pajak dan iuran dapat ditekan.

Paragraf 3, kalimat 1:
Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri diktator ekologis, membuat lalu lintas
kembali lancar dan membawa perdagangan serta ekonomi semakin berkembang,
sehingga, sekali lagi, menjadikan Herwald sebagai tempat yang menarik untuk
bekerja, berbelanja dan menjalani hidup.


353

Paragraf-paragraf umum untuk kelompok target "para pengemudi," adalah paragraf
1, 5 dan 6, sementara paragraf 3 kalimat 1 merupakan paragraf khusus yang relevan
untuk kelompok ini.

Heinz Roser dan FWG akan mengakhiri diktator ekologis, membuat lalu lintas
kembali lancar dan membawa perdagangan serta ekonomi semakin berkembang,
sehingga, sekali lagi, menjadikan Herwald sebagai tempat yang menarik untuk
bekerja, berbelanja dan menjalani hidup.

Bagi kelompok target "orang tua," paragraf 1,5 dan 6 lagi-lagi merupakan paragraf
umum, sementara paragraf 4 adalah paragraf khusus yang memberikan harapan
kepada mereka.

Heinz Roser dan FWG akan memberi kesempatan masa depan yang lebih baik bagi
kaum remaja dengan mengurangi jam pelajaran kosong di sekolah, meningkatkan
tawaran dalam bidang olahraga, budaya dan kegiatan-kegiatan diwaktu senggang,
dengan menyediakan tempat-tempat pelatihan dan lapangan kerja yang lebih
banyak.

17.2. Pesan kelompok target untuk kelompok target yang disimpulkan dari
sasaran

Target image juga perlu dikembangkan bagi kelompok-kelompok target yang
disimpulkan/ditarik dari sasaran. Target image ini dapat disederhanakan menjadi
komponen-komponen target image atau disesuaikan secara lebih spesifik bagi
masing-masing kelompok target.

Di sini kita masih menggunakan contoh kelompok target pengusaha; di satu sisi
mereka telah ditetapkan sebagai kelompok target pemilih, dan di sisi lain, kelompok
ini juga dapat ditemukan saat FWG menetapkan sasaran mereka yang menyangkut
pengadaan dana
108
.


108
Lihat bab 16.3.2 tentang Contoh Penyimpulan Kelompok Target dari Tujuan

354

Selain pesan kelompok target untuk pengusaha yang sudah kita bahas dalam Bab
sebelumnya, kita masih memerlukan pesan yang spesifik yang dapat
menggerakkan para pengusaha agar bersedia menyumbangkan dananya. Untuk itu,
kita perlu menambahkan sebuah pesan yang spesifik seperti ini:

"FWG dan Heinz Roser membutuhkan dana untuk kampanye, sehingga mereka
benar-benar dapat memenuhi tugas untuk membantu para pengusaha di kota ini.
Tidak adanya sumberdaya keuangan tentu akan sangat berbahaya karena partai
ABC bisa meraih suara mayoritas, dan kemenangan mereka dapat merugikan para
pengusaha di kota ini. Heinz Roser sendiri adalah seorang pengusaha, dan ia layak
menerima solidaritas dari para pengusaha di Herwald."

17.3. Problem insentif tambahan dan tumpang-tindihnya pasar informasi

Semakin banyak pemerintah, partai atau kandidat menunjukkan keuntungan-
keuntungan dan elemen-elemen yang relevan bagi sebuah kelompok target, semakin
kuat pulalah dukungan yang akan diterima dari kelompok target ini. Hal ini sering
menimbulkan godaan untuk memberikan keuntungan-keuntungan tambahan dengan
memberikan janji-janji hanya kepada satu kelompok target tertentu. Sebagaimana
yang telah dibahas dalam Bab 5.8. dengan contoh kenaikan gaji yang dijanjikan
secara khusus kepada para guru, tawaran insentif seperti ini berisiko. Karena jika
pegawai negeri lainnya mendengar tawaran ini, bisa jadi mereka juga akan
menuntut hal yang sama. Jika ini terjadi, kita akan cepat terperosok ke dalam
bahaya: mengumbar janji sebanyak-banyaknya, tetapi tak satu pun yang bisa kita
penuhi.

Insentif tambahan yang berkembang pada akhir pemilu atau yang bisa disebut juga
sebagai kado pemilu kepada kelompok pemilih tertentu (biasanya para
pensiunan, pegawai negeri dan orang-orang yang bekerja di kantor-kantor pelayanan
publik), merupakan hal yang lazim. Tetapi ini tak selalu membawa keberhasilan,
karena para pesaing biasanya juga ikut memberikan tawaran ini dan bisa kembali
menyeimbangkan posisi.


355

Oleh karena itu, partai dan politisi harus selalu menggunakan jalur tertutup jika ingin
memberikan insentif khusus, agar tidak didengar atau tidak membuat kelompok
target lain marah
109
.

Contoh: Dalam kampanye pemilu di tingkat federal Jerman pada tahun
1980, sebuah partai berusaha meraih kelompok target kaum homoseksual
(sekitar 6%-8% pemilih), dengan cara menjanjikan perubahan undang-
undang pidana. Janji ini hanya diiklankan melalui media kaum
homoseksual. Dengan demikian diasumsikan bahwa pesan ini hanya
ditujukan secara terbatas untuk kalangan homoseksual saja, sementara
kelompok mayoritas heteroseksual tidak termasuk yang diagitasi.
Beberapa hari sebelum pemilu berlangsung, kampanye rahasia ini
menjadi berita utama di sebuah tabloid beroplah besar. Ternyata seorang
pendeta yang marah membongkar fakta ini.

Contoh ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan jalur tertutup atau
media komunikasi. Akses informasi selalu dimungkinkan, bahkan melalui cara
"hacking/memasuki sistem komputer orang lain seperti yang terjadi di era
komputer sekarang ini. Tapi jangan lupa, bahwa kita selalu perlu memperhitungkan
"efek tumpah-ruah."

17.4. Mengevaluasi target image kelompok target

Evaluasi terhadap pesan kelompok target relatif mudah. Berikut ini pertanyaan-
pertanyaan yang perlu diajukan:
1. Apakah pesan-pesan yang disampaikan sudah lengkap?
2. Apakah ada perbedaan pesan untuk kelompok target yang berbeda? Jika tidak,
kita tak perlu mengadakan kampanye untuk kelompok target secara terpisah.
Kelompok target yang ada dapat disatukan dengan penghubung "atau".
3. Apakah insentif tambahan hanya disediakan jika tidak ada kemungkinan lain untuk
meningkatkan daya tarik partai?
4. Apakah jumlah insentif dan pesan-pesan yang disiapkan sesuai dengan citra yang
diinginkan?

109
Lihat bab 16.8 dan 16.8.1 mengenai Ketidakcocokan Kelompok Target.

356

18. INSTRUMEN-INSTRUMEN KUNCI

Dalam tahap perencanaan ini kita menentukan instrumen-instrumen yang akan
digunakan untuk mencapai sasaran kita. Di sini kita ditentukan tingkat agresi yang
diinginkan, jenis aksi yang kita rencanakan, bagaimana komunikasi akan dilakukan
dan sarana komunikasi apa yang akan kita gunakan. Karena itu, instrumen-
instrumen dalam konteks ini berarti aksi dan sarana.

Keduanya mencakup spektrum yang luas: distribusi materi informasi dan
penggunaan media massa, percakapan pribadi, demonstrasi, mogok, pendudukan
gedung, sampai aksi kelompok militan dan perang sipil.

Kita bedakan menjadi:
1. Instrumen komunikasi
2. Aksi tanpa kekerasan
3. Aksi dengan kekerasan

18.1. Perilaku komunikatif kelompok politik

Komunikasi
110
antar kelompok politik (partai, legislatif, eksekutif, di berbagai
tingkatan, inisiatif warga, NGO, dsb.) di satu pihak dan warga serta pemilih di pihak
lain, berjalan dalam berbagai model. Model-model ini terkadang terencana, tetapi
yang sering terjadi justru tidak terencana. Komunikasi internal di dalam kelompok
politik dan komunikasi juga mengikuti pola yang sama. Dalam komunikasi politik,
secara garis besar ada tiga bentuk komunikasi, yaitu:
1.Propaganda
2.Iklan
3.Hubungan masyarakat (public relation)





110
Terdapat begitu banyak literatur mengenai teori komunikasi. Kami menyarankan: J. Habernas. Theorie
des kommunikativen Handeln (Teori Tindakan Komunikatif) 2 Bde.1982.

357

18.1.1. Propaganda

Istilah propaganda berasal dari "Congregatio de propaganda fide"
111
. Menurut
ensiklopedi Brockhaus, propaganda adalah sebuah bentuk iklan untuk tujuan
spiritual tertentu dan keyakinan politik serta keagamaan. Pada masa revolusi
Perancis, istilah "propaganda" dengan konotasinya yang positif memperoleh
relevansi politis, di saat konotasi negatif tentang hal ini sedang meningkat. Setelah
tahun 1848, istilah propaganda menjadi slogan anarkis politik. Pada perang dunia I,
propaganda perang (propaganda kekejaman) menjadi instrumen kunci dalam
pertempuran. Rejim sosialisme nasional di Jerman menggunakan propaganda
sebagai alat indoktrinasi untuk menyeragamkan warga, setelah saluran komunikasi
umum mereka kuasai.

Organisasi menggunakan propaganda untuk menentukan dirinya sebagai sesuatu
yang berada di luar sistem, dan berusaha untuk mengarahkan opini publik ke satu
cara pandang tertentu. Semua informasi yang dikirim ke sistem hanya dimaksudkan
untuk melayani tujuan ini. Karena itu, umpan-balik dan diskusi tidak dimungkinkan di
sini.
112








111
Kongregasi untuk perluasan kepercayaan
112
Mengenai hal ini lihat bab 24.1.1 tentang Rezim Totaliter.
Masyarakat
Organisasi
Propaganda

358

18.1.2. Iklan

Seperti halnya dalam propaganda, dalam iklan pun organisasi juga mendefinisikan
dirinya berada di luar sistem. Di sini, secara sekilas diskusi mengenai produk juga
tidak dimungkinkan. Umpan-balik bisa terjadi, tetapi setelah iklan selesai ia tidak lagi
bisa mempengaruhi pesan. Berbeda dari propaganda, yang dimanipulasi dalam iklan
bukanlah seluruh masyarakat melainkan hanya kelompok-kelompok masyarakat
tertentu saja. Iklan hanya ditujukan untuk mempengaruhi pilihan atas pembelian
produk atau pemberian suara suatu kelompok tertentu, atau mempengaruhi
keputusan atas komitmen atau pemberian kontribusi dana mereka sesuai dengan
keinginan organisasi. Bentuk komunikasi ini digunakan dalam tahap akhir setiap
kampanye. Satu-satunya tujuan iklan adalah untuk memobilisasi potensi-potensi
yang telah dibuat sebelumnya.



18.1.3. Hubungan masyarakat (Public Relations/PR)

Kegiatan PR digunakan oleh sebuah organisasi untuk mendefinisikan dirinya sebagai
bagian dari sistem. Organisasi mengirimkan informasi ke luar, tetapi juga terbuka
terhadap umpan-balik dari luar dan dengan demikian selalu mengalami perubahan
dalam proses komunikasi. Jenis komunikasi ini dapat diterapkan dalam tahap pra-
kampanye, tetapi tidak dalam masa-masa 'panas', karena produk yang senantiasa
berubah tidak dapat dijual.


Masyarakat

Kelompok target
Iklan
Organisasi

359



18.2. Media komunikasi

Ada banyak jenis media komunikasi dan efektivitasnya dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Perilaku komunikatif dalam berbagai budaya memiliki peran penting. Di
banyak negara, komunikasi cenderung dilakukan secara langsung, kebanyakan
melakui tatap muka (face-to-face). Di negara lainnya, media cetak memiliki peran
yang lebih besar, dan efektivitas mereka sangat bergantung pada tingkat melek huruf
(kemampuan baca-tulis) masyarakat setempat. Di negara-negara lainnya lagi, media
elektronik seperti televisi, radio dan internet memberikan pengaruh yang sangat
berarti dalam komunikasi. Tentu saja ada beragam kombinasi, permutasi (perubahan
urutan) dan transisi lainnya di antara media-media ini di berbagai negara. Faktor
lainnya adalah perbedaan biaya media komunikasi yang sangat bervariasi. Lebih dari
itu, undang-undang yang mengatur akses ke media dan/atau batasan-batasannya
sangat ditentukan oleh negara yang bersangkutan, yang tentu saja sangat berbeda
antara negara yang satu dengan negara lainnya.

Oleh karena itu tidak mungkin membuat pernyataan mendasar atau pernyataan yang
dapat diaplikasikan secara universal mengenai efektivitas, manfaat iklan, seleksi
sarana iklan dan sarana komunikasi, atau kombinasi antara instrumen-instrumen
tersebut.

Meskipun pernyataan mendasar tersebut tidak mungkin dibuat untuk masing-masing
bentuk media, tetapi ini sangat mungkin untuk jenis media tertentu. Dalam
komunikasi, harus dibedakan antara media berbayar dengan media tak berbayar.
Masyarakat






Organisasi
Hubungan
masyarakat

360


18.2.1. Media berbayar

Media berbayar menyampaikan pesan kita apa adanya sebagaimana yang kita
kirimkan kepada mereka. Contoh media seperti ini adalah iklan, spot televisi dan
radio, poster, brosur, situs web kita sendiri, email dan blog di mana kita dapat
merumuskan pesan kita sendiri. Keunggulan yang ditawarkan media jenis ini adalah
penyampaian pesan yang akurat dan sama persis seperti yang kita inginkan.
Kelemahannya adalah, media jenis ini mahal dan kredibilitas mereka sangat terbatas
di antara orang-orang yang menjadi target kita.

18.2.2. Media tidak berbayar

Media tidak berbayar adalah kontribusi redaksional untuk surat kabar, berita di
televisi dan radio, pernyataan yang dibuat oleh multiplikator dan pemimpin opini
(opinion leader), dan juga komunikasi yang dilakukan anggota partai di lingkungan
sosialnya.

Termasuk di dalamnya adalah berbagai fasilitas komunikasi dalam bidang elektronik,
karena manusia dapat dijangkau dengan media elektronik ini dan media sosial yang
menjadi wilayah sosial anggotanya harus diperhitungkan.

Keunggulan media jenis ini adalah sangat murah. Selain itu, media jenis ini juga
memiliki kredibilitas yang tinggi. Kepercayaan pemilih terhadap iklan di surat kabar
jauh lebih kecil dibandingkan dengan kepercayaan mereka atas editorial atau
redaksional yang letaknya berdampingan persis dengan sebuah iklan.

Kelemahan media ini adalah bahwa pengirim pesan tidak pernah yakin pesannya
akan disampaikan secara akurat.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa, campuran media (media mix) akan
bergeser ke arah media tak berbayar ketika sebuah organisasi menghadapi masalah
keterbatasan dana dan akses mereka ke media formal seperti koran, televisi dan
radio juga dipersulit atau dibatasi.

361

18.2.3. Media campuran
Dengan munculnya berbagai media komunikasi di bidang elektronik seperti internet,
Web 2.0 dan bentuk-bentuk interaktif lainnya, media berbayar dan media tak
berbayar telah bercampur dan tampil dalam bentuk yang hibrid. Misalnya yang
termasuk di dalamnya adalah marketing viral. Ini adalah suatu bentuk pemasaran
yang menggunakan jejaring sosial dan media, untuk menyampaikan berita-berita
yang tidak biasa tentang sebuah merek, sebuah produk atau suatu kampanye.
Tujuan dari kampanye marketing viral ini adalah menyebarluaskan informasi tersebut
melalui penggunanya kepada teman-teman dan kenalan mereka. Lalu mereka ini
kembali akan meneruskan kepada kenalan mereka. Dengan demikian akan muncul
efek menyerupai virus
113
. Kampanye tersebut memang harus menawarkan aspek
hiburan, sehingga penggunanya mempunyai alasan untuk menyebarluaskannya
114
.
Penyebaran berita secara epidemik mirip dengan propaganda lisan, namun tidak
dapat dibandingkan dengan prinsip marketing viral. Dalam propaganda lisan inisiatif
dari pelaku yang biasanya netral hilang. Dalam marketing viral tersembunyi strategi
sebuah organisasi. Informasi dalam marketing viral disampaikan dalam waktu yang
singkat, sama seperti penyebaran virus biologis dari manusia satu ke manusia
lainnya. Penyebaran informasi dimulai dengan Seeding. Ini adalah sebuah cara
strategis dan terarah ke sasaran untuk menempatkan dan menyebarluaskan pesan
viral dalam ranah online dan minat. Penempatan pesan dilakukan melalui portal
Videosharing atau Picture-sharing, seperti YouTube, Flickr, demikian juga melalui
blog-blog yang temanya relevan, forum-forum dan situs-situs Internet. Bentuk yang
paling sering digunakan untuk ini adalah media yang cepat, seperti Chats, Instant
Messenger dan email.

18.3. Instrumen komunikasi

Instrumen-instrumen komunikasi akan didaftar satu persatu di bawah ini. Daftar ini
bukanlah daftar yang berdasarkan urutan prioritas.


113
Dalam bukunya: The Tipping Point: How little things can make a big difference, Macolm Gladwell
meneliti dampak dari penyebaran berita secara epidemik, tanpa memasukkan komponen-komponen elektronik.
Penerbit Little, Brown and Company, Boston, New York, London.
114
Mengenai nilai hiburan dari tokoh iklan yang diciptakan T-Mobile, Chad Kroski, perusahaan Telekom
Jerman tidak dapat lagi tertawa ketika pengguna di dalam internet memberikan otonomi kepada figur tersebut
dan mengatakan hal-hal yang tidak benar tentang sifat-sifat yang tidak menyenangkan dari figur tersebut.

362

18.3.1 Kontak langsung dengan warga

Kontak langsung dengan cara pembicaraan pribadi antara wakil-wakil sebuah partai
(kandidat, pejabat, anggota biasa) dengan warga atau pemilih secara kualitatif
merupakan bentuk terbaik dalam berkomunikasi. Selain itu terdapat banyak
kesempatan dan metode lainnya.
{Penggunaan kontak sosial sehari-hari
Suatu cara untuk memperbaiki komunikasi, tidak tergantung apakah media tersebut
positif atau negatif, adalah mengikutsertakan anggota di dalam komunikasi dengan
pemilihnya. Anggota partai berperan sebagai tenaga penjual, apabila partai
mengijinkan hal tersebut. Dalam ranah sosial mereka memiliki banyak sekali kontak.
Percakapan sehari-hari dengan tetangga, kontak dengan penata rambut atau
dengan tukang roti, pembicaraan dengan rekan-rekan kerja atau dengan klien, dan
kontak-kontak di malam hari dengan teman-teman dan kerabat. Rata-rata setiap
manusia melakukan 20 sampai 30 kontak per harinya. Memang tidak mungkin
memanfaatkan seluruh kontak ini untuk sebuah percakapan bersifat politis. Namun
tetap saja terdapat banyak kemungkinan untuk melontarkan sebuah kalimat tentang
partai. Dan semakin dekat dengan hari Pemilu, maka orang akan lebih sering
berbicara tentang tema-tema politik.

Pertanyaanya sekarang adalah tema apa yang dibicarakan anggota tersebut.
Banyak anggota yang mengalami hambatan untuk menyampaikan sebuah tema
tertentu. Beberapa yang lain tidak bermasalah mencari tema pembicaraan, namun
mereka tidak mudah untuk mengajak orang mengobrol begitu saja. Memang strategi
ini belum tentu cocok untuk semua anggota. Agar para anggota dapat
menyampaikan pesan-pesan dalam kampanye pemilu dengan cara yang strategis,
ada sebuah instrumen yang dapat membantu, yang disebut dengan lima kartu
alasan. Kartu tersebut berukuran kira-kira sebesar kartu nama, di satu sisi dituliskan
lima alasan mengapa memilih partai tersebut. Di sisi sebaliknya dituliskan lima
alasan mengapa tidak memilih partai-partai yang lain atau paling tidak mengapa
menentang partai lawan. Berikut ini adalah contoh kartu semacam ini:

Program unggulan partai sendiri Alasan tidak memilih partai lain


363







Pada sisi kiri adalah argumentasi-argumentasi untuk partai sendiri, yang berkaitan
dengan strategi yang direncanakan. Di bagian ini ditampilkan penawaran-penawaran
positif dari partai. Pada sisi kanan yang dipampang adalah argumentasi-argumentasi
yang sesuai untuk melawan partai-partai lain. Lima kartu alasan ini berfungsi seperti
mata uang yang memiliki dua sisi.

Ada beberapa elemen keuntungan dari cara beriklan seperti ini. Yang pertama
adalah, partai memberikan orientasi kepada anggotanya, tema-tema apa saja yang
harus dimanfaatkan secara intensif oleh partai tersebut dan bagaimana partai
tersebut membedakan diri dengan partai-partai lainnya. Elemen kedua yang menarik
adalah singkatnya pesan yang disampaikan. Dalam kartu ini pesan-pesan tidak
disampaikan dengan jumlah halaman yang banyak, namun partai tersebut langsung
menuju pokok permasalahan. Hal ini sangat berarti bagi siapa saja yang kebetulan
sedang melakukan komunikasi politik. Elemen ketiga yang menguntungkan adalah
para anggota partai dapat menyesuaikan diri dengan visi dari kartu tersebut dalam
berkomunikasi dengan rekannya. Maka seorang profesor di universitas, misalnya,
ketika berbincang dengan rekan kerjanya akan memformulasikan dengan cara yang
berbeda dibandingkan dengan seorang penata rambut yang terlibat pembicaraan
ringan dengan pelanggannya, meski semuanya berbicara tentang permasalahan
yang sama.

Komunikasi anggota partai karenanya sangat penting dan berbobot, karena hal itu
terkait dengan pembicaan bersifat pribadi yang jauh lebih berdampak daripada
poster atau selebaran apapun, daripada spot iklan di televisi dan iklan apapun juga.
Pertukaran informasi secara tatap muka ini menciptakan kepercayaan dan
keyakinan.

Setiap partai harus memastikan bahwa komunikasi internal tentang strategi partai,
antara pengambil keputusan dan anggota sebagai tenaga penjual produk partai,

364

berfungsi dengan baik jika partai ingin menjadikan anggotanya sebagai unsur
penting dalam komunikasi. Selain itu anggota tersebut jangan sampai dibebani
terlalu berat. Apabila tema-temanya terlalu rumit, maka tema-tema tersebut harus
dijelaskan sehingga semua anggota memahaminya, atau tema-tema tersebut harus
dipermudah. Keberhasilan di dalam komunikasi bukan hanya milik mereka yang
memiliki serangkaian argumentasi yang paling rumit, melainkan milik mereka yang
bisa menjelaskan dengan sedikit kata-kata tentang permasalahan yang
dikemukakan.

{Canvassing, kunjungan ke rumah-rumah
Cara-cara tradisional untuk melakukan kontak langsung dengan warga atau di dalam
masa kampanye untuk mendekati pemilih biasa disebut canvassing. Canvassing
berarti mengiklankan sesuatu atau menggarap suatu daerah pemilihan. Kita dapat
membedakan beberapa bentuk, yang disesuaikan dengan kebiasaan dan adat
istiadat di wilayah kebudayaan yang berbeda serta tergantung dari ritme kehidupan
sehari-hari manusianya. Bentuk-bentuk yang disampaikan di sini merupakan bentuk
yang khas untuk wilayah Eropa Tengah. Gaya canvassing ini bisa juga tergantung
dari cara menunaikan hak memilih, karena itu harus disesuaikan pula.

{ Kunjungan dari rumah ke rumah
Kunjungan dari rumah ke rumah ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
tergantung dari apa tujuan yang hendak dicapai dengan cara tersebut.

Cara klasik

Kunjungan dari rumah ke rumah secara klasik ini bertujuan untuk memperkenalkan
seorang anggota dan menciptakan suatu kontak langsung dengan pemilik. Cara
seperti ini relatif mudah. Pertama-tama partai mengidentifikasi wilayah di mana
kontak dengan pemilih akan dilakukan. Wilayah-wilayah yang dipilih adalah wilayah
yang sampai sekarang telah membawa hasil yang baik untuk partai itu atau wilayah
yang memiliki struktur sosial yang khusus untuk elektabilitas partai. Setelah partai
mengidentifikasi wilayah tersebut, lalu disiapkan sebuah pesan. Kita harus membuat
pertanyaan, apa yang dipikirkan orang-orang setelah bertemu dengan kita dan apa
yang seharusnya mereka ingat tentang kita.

365

Bagi sebagian besar kandidat hal ini merupakan kontak pertama dengan pemilih.
Karena itu upaya memperkenalkan diri menjadi unsur yang terpenting. Dengan
demikian perkenalan dengan nama dan fungsi anggota tersebut adalah pesan
pertama yang disampaikan. Untuk memperkuat pesan tersebut, pemberian kartu
nama baik dengan foto maupun tanpa foto sangatlah penting. Mungkin saja
kandidat tersebut juga memiliki brosur tentang tujuan-tujuan politiknya. Brosur
tersebut dapat dibagikan pada masa kampanye selanjutnya. Kartu nama ini menjadi
sangat penting karena kandidat seharusnya menawarkan kepada warga untuk
mengontak dirinya apabila warga memiliki masalah. Untuk itu warga memerlukan
data-data kandidat seperti nomer telepon (ponsel) dan alamat email, tentu juga
beserta alamat posnya. Hati-hati! Penawaran seperti ini dapat dilakukan apabila
kandidat tersebut memang benar-benar bersedia menyediakan dirinya untuk
keperluan yang dimaksud.

Sekarang apabila menyangkut kandidat yang sudah mempunyai tingkat popularitas
yang lebih tinggi, maka yang efektif adalah sebuah pesan berupa misi untuk wilayah
tertentu dalam sebuah kota atau mungkin untuk sebuah jalan. Hal ini berarti:
kandidat harus mempunyai wawasan yang cukup tentang wilayah tempat ia
melakukan kunjungan dan harus benar-benar siap menguasai permasalahan
wilayah tersebut.

Hal terpenting dalam kunjungan ini selain menjalin kontak adalah meraih
kepercayaan. Artinya kandidat tersebut dalam penampilannya harus memiliki
penampilan yang meyakinkan atau pidatonya mampu meraih kepercayaan warga. Di
sini kemampuan untuk mendengarkan sangat penting. Kandidat tersebut harus
memberi keyakinan kepada warga, bahwa ia akan berbuat segala sesuatunya
dengan cara dan metode yang sama yang dianggap penting oleh warga, dan
kandidat tersebut bersedia untuk berdiri di tengah-tengah permasalahan warga.
Tentu saja kandidat tersebut tidak boleh menjalankan peran sebagai seorang
misionaris atau seorang penjual permadani dan ingin menjual sesuatu, yang
sebenarnya tidak diinginkan oleh warga.

Tahap berikutnya adalah menentukan waktu pelaksanaan kunjungan. Kegiatan
tersebut harus disesuaikan dengan ritme kehidupan warga di wilayah yang dijadikan

366

sasaran. Mungkin diusulkan pada hari Sabtu pagi, karena banyak orang sudah
bekerja di kebunnya. Mungkin saja hari Sabtu pagi tidak tepat, karena banyak orang
yang ingin tidur lebih lama. Pada dasarnya aturan-aturan berikut ini harus ditaati
untuk melakukan kunjungan di wilayah Eropa Tengah. Di wilayah lainnya aturannya
bisa saja sangat berbeda.
1. Kunjungan hanya dilakukan pada siang hari atau saat hari masih terang
benderang dan tidak di saat gelap ketika matahari sudah terbenam
2. Waktu yang terbaik adalah antara pk 17.00 hingga pk 20.00. Tidak melampaui
jam siaran berita pk 20.00, karena warga akan merasa terganggu.
3. Pada akhir pekan lebih baik dilakukan hari Sabtu dan bukan pada hari
Minggu.
4. Sedapat mungkin tidak melakukan perjalanan keliling pada saat cuaca buruk,
karena di luar waktu itu warga hampir tidak mungkin menolak kunjungan yang
datang ke rumah-rumah.

Berdasarkan paparan di atas tampak jelas bahwa kandidat tidak memiliki banyak
waktu ketika melakukan kunjungan. Dengan demikian, kandidat harus
memanfaatkan waktunya dengan optimal. Konsekuensinya, kandidat sebaiknya
menghindari untuk memasuki setiap rumah atau apartemen yang ia kunjungi. Hal itu
membutuhkan waktu terlalu lama, warga yang dikunjungi memiliki hak di rumahnya
dan dengan demikian sangat mengatur proses kunjungan tersebut. Selain itu ada
pula warga yang memiliki kekurangan dalam menjalin kontak sosial. Mereka ini akan
mencoba untuk menahan para kandidat dan menghabiskan waktu bersamanya
selama mungkin. Untuk mengatasi semua ini ada aturan yang berlaku bahwa
kandidat sebaiknya bicara dengan warga hanya di pintu saja dan setiap pembicaraan
tersebut dibatasi hanya 4-5 menit saja.

Kunjungan sebagai wakil wilayah kota
Karena wakil wilayah kota (disebut juga dengan penanggungjawab wilayah kota atau
penasehat daerah pemilihan) mempunyai fungsi jangka panjang, maka mereka
dapat melakukan kunjungan dalam waktu yang lama dan tidak terlalu dikejar-kejar
waktu seperti para kandidat. Dalam melakukan kunjungan, wakil wilayah kota harus
mengedepankan fungsinya sebagai pelayan warga. Hal ini berkaitan dengan fungsi

367

sebagai mitra bicara di wilayah kota, tergantung dari banyak atau sedikitnya jumlah
wakil kota yang ada. Tujuannya adalah, pada akhir masa suatu periode, wakil
wilayah kota tersebut sudah dikenal oleh warga dan pemilih sehingga ia dapat maju
sebagai kandidat dan telah memiliki popularitas yang tinggi di wilayah kotanya, yang
terkait dengan tingkat kepercayaan yang diraihnya.

Kunjungan dalam formasi tim
Cara ini adalah versi yang paling merepotkan, namun cara tersebut meninggalkan
kesan yang melekat lama. Dalam versi ini dibutuhkan tiga pihak, yakni pengebel,
kandidat dan penyalin. Pertama-tama pengebel pergi sendiri dan berupaya untuk
menjalin kontak. Maka ia berfungsi sebagai pembuka pintu yang bertugas mengebel
dan mengumumkan kedatangan kandidat. Setelah ia membuka pintu, maka muncul
kandidat yang memperkenalkan dirinya dengan singkat dan bertanya kepada warga
tentang masalah yang mereka hadapi, tentang perkembangan positif maupun negatif
di lingkungan tempat tinggalnya. Si pengebel sementara itu telah meninggalkan
rumah warga tersebut dan masuklah si penyalin. Penyalin ini mencatat semua
keluhan, harapan dan saran yang dilontarkan warga.
Beberapa saat setelah pertemuan itu, kandidat mohon pamit dan menyatakan bahwa
sekarang warga berada di tangan orang yang baik, yaitu penyalin yang mencatat
semua keluhan mereka. Kandidat berjanji akan menindaklanjuti semua masalah dan
keluhan warga yang telah tercatat itu. Pengalaman menunjukkan, bahwa setelah
kandidat meninggalkan lokasi, omelan-omelan dari warga segera mereda, sehingga
penyalin dapat segera mengikuti kandidat ke pintu rumah warga berikutnya. Setelah
wilayah dijadikan sasaran ditangani dengan cara seperti ini, pengebel, kandidat dan
penyalin duduk bersama-sama dan membahas apa yang dapat mereka mulai
lakukan dengan informasi yang sudah diperoleh. Ada beberapa kemungkinan
sebagai berikut:
Warga mengutarakan bahwa mereka berharap memperoleh informasi yang lebih
banyak, misalnya mengenai program partai. Kemudian warga mendapatkan program
partai disertai dengan profil singkat dari kandidat, yang berterima kasih atas waktu

368

yang telah dikorbankan warga dan mengirimkan program atau dokumen lainnya
yang diinginkan warga.
Apalagi warga mengutarakan keluhan-keluhan, maka kandidat menulis surat kepada
pihak yang berwenang dan dengan demikian meneruskan keluhan tersebut kepada
pihak-pihak yang lebih kompeten. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa pihak
kandidat akan terus mengawal kelanjutan pengaduan tersebut. Kandidat harus
mengirim salinan dari surat tersebut disertai dengan sepucuk surat dari kandidat
kepada warga yang telah didatangi, di mana ia berterima kasih atas waktu yang telah
dikorbankan warga dan atas inisiatif mereka.

Apabila warga telah menyampaikan usulan-usulan, mereka pun akan akan
menerima surat di mana di dalamnya kandidat tersebut akan mempertimbangkan
usulan itu.

Apapun pilihan caranya, sebuah surat harus ditulis dan dikirimkan satu hari
setelahnya ke wilayah tempat kunjungan dilakukan. Tahap akhir ini membuat
kunjungan itu berhasil, karena warga melihat bahwa kandidat tersebut dapat
diandalkan dan dengan demkian telah dibangun suatu kepercayaan. Apabila
kandidat tidak siap untuk melakukan bagian kedua dari kunjungan ini yaitu cara
yang memerlukan pekerjaan lebih intensif - maka akan lebih baik bila canvassing
yang dilakukan adalah metode yang klasik saja.

- Open house untuk warga

Apabila partai memiliki sebuah kantor atau kantor organisasi atau bila suatu fraksi
mempunyai ruangan-ruangan, maka disarankan untuk menyediakan jam bicara tetap
bagi warga, dengan demikian warga dapat mengutarakan permasalahan dan
kesulitan mereka. Karena itu dengan cara komunikasi yang pas dengan partai, perlu
diberitahukan jam bicara tersebut bagi warga. Apakah partai memuat jam bicara itu
di surat-surat kabar lokal, di situs partai atau bahkan dengan menggunakan poster-
poster, tergantung dari situasi setempat. Bagi para wakil rakyat jam bicara seperti ini
adalah instrumen yang tepat agar mereka tidak kehilangan kontak dengan warga
dan membangun kepercayaan serta memantapkannya.

369

- Pertemuan-pertemuan di jalanan
Pertemuan-pertemuan di jalanan seperti ini dilakukan oleh politisi atau partai di
tempat-tempat yang mereka duga mereka bisa menjumpai pemilih mereka. Entah itu
di sebuah pasar mingguan, di mana seorang kandidat atau perkumpulan lokal dapat
menjalin kontak dengan warga, ataukah di sebuah tempat umum, di mana kita bisa
menemui banyak orang. Bisa juga kita pergi di akhir pekan ke sebuah taman yang
ramai dikunjungi warga dan di sana mencoba membangun kontak dengan mereka.

- Gerai informasi di jalan atau di pameran-pameran
Gerai informasi adalah instrumen yang ideal apabila kita ingin mengajak warga untuk
membahas tema tertentu atau secara umum ingin berbincang-bincang dengan
mereka. Namun kita harus pergi ke lokasi yang menjadi kerisauan warga. Misalnya
dalam masalah polusi suara, kita harus pergi ke tempat di mana terjadi polusi suara
karena keramaian lalu lintas. Atau dalam masalah kemacetan yang terus menerus,
maka kita pergi ke tempat terjadinya macet, dalam masalah di sebuah sekolah kita
pergi ke depan sekolah tersebut dan tidak pergi ke halaman stasiun atau pergi ke
pasar. Seringkali orang pergi ke lokasi yang salah, karena kantor walikota hanya
memberi ijin untuk mendirikan sebuah gerai informasi di lokasi tersebut, namun
lokasi tersebut tidak diperbolehkan menjadi pusat perhatian warga. Karena itu orang
beralasan dan khawatir bahwa ijin untuk lokasi lainnya tidak akan diperoleh. Memang
bisa saja benar adanya, namun apakah sebuah gerai informasi harus kelihatan
seperti layaknya sebuah gerai informasi? Cukup dengan meja, payung besar dan
bahan-bahan informasi tentang partai, atau kalau hal tersebut tidak cukup, gerai
tersebut bisa didampingi oleh anggota-anggota partai yang berdiri di depan sebuah
mobil, yang ditempeli dengan poster-poster. Maka lokasi tersebut bukan merupakan
gerai informasi yang tidak wajib memiliki ijin.

Sebuah bentuk lain dari gerai informasi adalah presentasi suatu partai dalam pekan
industri, pameran-pameran, dan event lainnya. Dalam kasus ini partai itu menyewa
sebuah stand dan membaurkan diri dengan peserta pameran atau pengunjung
pameran. Jenis stand informasi seperti ini memerlukan sebuah keahlian khusus,
karena baik penampilan visual maupun pesan dan bahan informasi yang dibagikan
harus berkualitas tinggi.


370

- Pesta-pesta di lingkungan warga
Pesta-pesta di lingkungan warga terdapat dalam dua versi. Versi pertama adalah
perayaan-perayaan yang ada (ulang tahun, hari jadi, dsb) yang dimanfaatkan, di
mana seorang kandidat partai mengundang atau diundang ke perayaan tersebut.
Sehubungan dengan pesta tersebut, sang kandidat dapat memperkenalkan dirinya.
Kandidat tersebut tidak perlu menyampaikan pidato resmi, mungkin kehadirannya itu
cukup disebutkan secara tidak mencolok oleh tuan rumah. Namun sang kandidat
harus berinisiatif melakukan obrolan ringan small talk atau melakukan juga
pembicaraan politik di sana-sini dalam pesta tersebut.

Versi kedua adalah versi yang telah diatur sebelumnya. Di sini partai, dengan alasan
apapun tidaklah penting, mengundang lingkungan tetangga ke sebuah pesta dan
berupaya untuk memasarkan kandidat dan program-programnya. Menurut
pandangan efisiensi dan keterbatasan sumber daya yang umumnya dimiliki partai,
tampaknya versi pertama lebih menarik.

- Stammtisch
Stammtisch adalah sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang secara
berkala bertemu di sebuah bar, bisa pula berarti sebuah meja (biasanya meja besar
berbentuk lingkaran), di mana kelompok tersebut duduk mengelilinginya.
Stammtisch adalah pertemuan-pertemuan yang tidak diorganisir dan dengan
demikian pertemuan tersebut bersifat sukarela, namun para anggotanya tetap
memiliki kewajiban. Meja yang mereka pakai ditandai dengan sebuah atau beberapa
label yang dibentuk secara tradisional dan dengan demikian dipesan untuk acara
Stammtisch yang bertemu dalam rentang waktu tertentu.

Biasanya Stammtisch di sebuah desa sampai pertengahan abad ke-20 terutama
terdiri dari warga terhormat, seperti walikota, dokter, apoteker, guru, petugas
kehutanan dan petani kaya. Undangan menghadiri Stammtisch di sebuah tempat
yang asing bukan berarti bukti penghargaan. Di wilayah berbahasa Iberia (Spanyol,
Portugal, Amerika Latin dan Brasil), tradisi yang disebut Tertulias ini masih terjaga
sampai sekarang.


371

Bentuk-bentuk tradisional semacam ini juga cocok untuk partai-partai yang ingin
menunjukkan keberadaan mereka dan juga untuk menjalin kontak dengan warga.
Namun di banyak negara bentuk Stammtisch ini sudah kuno. Kunjungan seperti itu
membebani, namun manfaat bagi partai sedikit sekali. Namun mungkin terdapat
sebuah bentuk baru dari Stammtisch yang dapat memenuhi kebutuhan banyak
warga untuk berkomunikasi satu sama lainnya setelah jam kerja dalam sebuah
konteks yang jelas tanpa perlu dipaksa. Model ini disebut dengan After-work-
Stammtisch (AW). Apabila beberapa anggota partai berhasil untuk mengadakan
AW-Stammtisch secara teratur, bisa saja setelah beberapa saat tercipta pertemuan
yang menarik bagi kandidat, warga, rekan kerja dan teman-teman. Bentuk yang
longgar dari komunikasi yang terkait dengan tema-tema politik dan semi politik ini
adalah pelengkap yang optimal bagi program-program penyampaian informasi di
radio, televisi dan internet.

18. 3.2. Acara-acara khusus
{ Rapat umum
Rapat umum dapat menjadi kegiatan yang berarti apabila partai bisa menghadirkan
tokoh-tokoh yang benar-benar bernama besar. Sebuah rapat umum yang hanya
dihadiri oleh sedikit pendengar dampaknya bisa memalukan dan seharusnya
dihindari. Sebuah rapat umum dalam bentuk yang klasik adalah sebuah kegiatan
komunikasi satu arah. Artinya tidak ada diskusi antara pendengar dan orator utama.
Karena itu di dalam bentuk kegiatan seperti ini yang termasuk di dalamnya adalah
iklan, dan dalam komunikasi politik hal itu berlangsung pada masa akhir kampanye
pemilu. Di banyak negara kegiatan semacam ini dilihat sebagai bagian dari sebuah
rally. Hal itu merupakan urutan dari rapat umum dengan kehadiran seorang tokoh
politisi yang penting, yang dalam satu hari itu melakukan serangkaian pertemuan
akbar dan penampilan politisi tersebut menjadi acara puncak dalam setiap peristiwa
setempat.

{ Acara-acara untuk kelompok target
Apabila dalam rencana kampanye pemilu kelompok target yang dituju didefinisikan
sebagai kelompok yang bersih, maka kegiatan-kegiatan dengan tema yang menarik
bagi mereka pasti akan berhasil. Bagi pengunjung dari kelompok target diupayakan

372

agar mereka memperoleh informasi-informasi yang baru dan menarik. Sebaiknya hal
itu sudah harus diinformasikan di dalam undangan.

{ Diskusi panel
Dalam sebuah diskusi panel atau pembicaraan dengan panelis, para pakar atau
wakil-wakil dari pemangku kepentingan duduk bersama di depan banyak hadirin,
untuk memaparkan pandangan mereka dan membandingkannya di antara mereka.
Dalam kegiatan seperti ini seringkali hadirin memiliki ekspektasi yang salah dan
menjadi kecewa karenanya. Hal ini disebabkan karena hadirin berharap diskusi
tersebut bisa menghasilkan sesuatu dan dengan demikian masalah-masalah tertentu
dapat diselesaikan. Hal tersebut semaksimal mungkin dapat diraih, apabila para
pakar dalam diskusi panel tersebut memiliki tujuan yang sama untuk memecahkan
sebuah masalah bersama-sama. Wakil-wakil dari pemangku kepentingan dan wakil-
wakil dari partai pasti mempunyai tujuan yang berbeda, yakni mereka ingin
memaparkan visi dan misi dari organisasi-organisasi yang mengirim mereka, dan
dalam masa kampanye pemilu mereka ingin menunjukkan perbedaan mereka
dengan peserta diskusi panel lainnya. Di sini berlaku semboyan: Orang duduk
bersama untuk berselisih pendapat. Secara strategis keikutsertaan dalam sebuah
diskusi panel akan memiliki arti bagi suatu partai apabila mereka dapat menciptakan
citranya sendiri dan dinilai oleh sebagian hadirin sebagai hal yang positif.

Karena itu diskusi panel sebaiknya tidak diselenggarakan sendiri oleh partai bersama
dengan perwakilan berbagai organisasi yang erat hubungannya dengan partai
tersebut, karena diskusi panel sejenis itu selalu membosankan, biasanya dimoderasi
dengan buruk dan acara diskusi ini pasti tidak menarik bagi penonton televisi.
Apabila kegiatan diskusi diselenggarakan oleh suatu surat kabar atau oleh suatu
lembaga pendidikan atau oleh sebuah organisasi yang netral, maka pasti lebih
menarik. Di sini berlaku aturan bahwa mirip seperti dalam kampanye pemilu, hadirin
harus terbelah. Dengan demikian pada akhirnya hadirin juga ikut urun rembug
mengenai diskusi yang telah berlangsung. Bisa saja terjadi bahwa hadirin
mempunyai pendapat yang sama sekali berbeda dengan pendapat peserta diskusi
lainnya, atau hadirin menjelaskan sebuah tema yang tidak begitu penting dan
berbicara tentang tema lain yang penting untuk partai tersebut, meskipun moderator

373

diskusi menjadi tidak puas karenanya. Karena tujuan acara ini bukanlah untuk
membuat moderator bahagia, melainkan untuk mempertajam citra partai.

{ Kongres
Penyelenggaraan suatu kongres ilmiah untuk mengangkat sebuah tema tertentu
adalah kegiatan yang penting apabila kongres tersebut berhasil meyakinkan publik
yang terdiri dari para ahli dan perwakilan dari media tentang kompetensi partai dalam
menyikapi sebuah permasalahan. Dalam kongres semacam ini yang terpenting
adalah kualitas dari para penyaji makalah, di mana kehadiran mereka dalam kongres
tersebut menularkan kompetensi keahlian pada partai tersebut.

{ Kunjungan-kunjungan
Mengajak warga untuk mengunjungi sebuah obyek yang menarik dan melihat apa
yang terjadi di baliknya adalah atraksi yang menarik untuk politik taraf lokal karena
banyak warga merasa bahwa mereka tinggal berdekatan dengan obyek tersebut
namun mereka tidak bisa mengaksesnya. Apabila suatu partai ingin melakukan
kunjungan semacam itu bagi kelompok-kelompok tertentu atau dengan tema-tema
tertentu, dapat dihasilkan pengalaman yang positif maupun yang negatif. Mengapa
tidak sekali-sekali bersama-sama mengunjungi obyek-obyek budaya sebuah kota
dan kemudian dilanjutkan dengan bincang-bincang mengenai pembiayaan atraksi
budaya? Mengapa tidak sekali-sekali bersama-sama pergi ke wilayah kecamatan di
mana terdapat paling banyak coretan liar dan berdiskusi tentang bantuan dari pihak-
pihak yang bertanggungjawab? Mengapa tidak sekali-sekali mengunjungi lokasi
pembuangan limbah cair dan kemudian mempresentasikan perbandingan biaya yang
dikeluarkan kota-kota lain? Kunjungan semacam ini mendekatkan warga ke wilayah-
wilayah yang bermasalah dan titik berat tema-tema dari partai tersebut dapat lebih
diperjelas. Bentuk kunjungan yang lain adalah kunjungan pada seorang politisi atau
pada seorang tokoh terkenal. Demikian juga dengan kunjungan ke fasilitas-fasilitas
umum, perusahaan atau tempat-tempat lain, di mana jika memungkinkan sang
kandidat mengeluarkan pernyataan yang positif ataupun negatif, selalu akan menjadi
berita bagi media. Tujuan sebenarnya adalah menciptakan sebuah peristiwa agar
media menuliskannya sebagai berita.
{{ Pengumpulan tanda tangan

374


Pengumpulan tanda tangan selalu merupakan bentuk aksi protes atau untuk
melawan sesuatu. Bagi partai kegiatan ini merupakan bentuk aksi yang sesuai jika
partai tersebut merupakan oposisi atau partai tersebut sangat kecil. Aksi ini
merupakan sarana untuk memotivasi warga untuk mendiskusikan sebuah tema
dengan suatu partai. Bagi suatu partai yang sedang memerintah, cara pengumpulan
tanda tangan ini tidak begitu cocok, karena malahan akan menimbulkan kesan
sebagai partai yang lemah.

18.3.3. Media cetak
Terkait sebagian dengan media yang tidak berbayar, misalnya tulisan redaksional di
surat-surat kabar atau terkait dengan media berbayar, misalnya selebaran atau
surat. Dampak dari media cetak ini tergantung sebagian besar dari tingkat
kebutaaksaraan.
115
Media cetak memang tidak akan berdampak pada warga yang
buta aksara, namun di negara-negara dengan banyak penduduknya yang buta
aksara, tingkat kebutaaksaraan sekunder pun perlu diperhatikan.

{ Tulisan redaksional
Tulisan redaksional masih merupakan salah satu sarana komunikasi terpenting dari
sebuah partai. Karena itu pekerjaan yang berkaitan dengan pers dari sebuah partai
harus dikelola dengan baik. Lihat juga bab tentang peran media. Salah satu masalah
besar di banyak negara adalah konsentrasi dalam pasar surat kabar, sehingga
banyak surat kabar lokal yang mengalami kemunduran dan karenanya pemberitaan
kejadian-kejadian lokal memiliki ruang yang makin sedikit. Untuk mengisi
kekosongan ini, banyak pembuat iklan bagi perusahaan-perusahaan lokal yang
memasang iklan di brosur-brosur niaga, yang bahkan terbit beberapa kali dalam
seminggu. Brosur niaga ini biasanya memiliki redaksi yang kecil saja, sehingga
mereka akan berterimakasih atas berita-berita singkat yang ditulis dengan baik.
Partai-partai memang mengabaikan dampak media seperti ini, seperti juga mereka
mengabaikan dampak dari koran-koran wilayah kota (regional) dsb.
{ Iklan di surat kabar dan majalah

115
Kress, Gunther R. (2003). Literacy in the new media age. New York: Routledge. ISBN 0-415-25356-X.

375

Iklan merupakan sarana yang mahal dan tidak mudah dipercaya, namun mudah
untuk dikelola. Iklan menjamin penyebaran pesan dalam lingkup yang besar tanpa
perlu pekerjaan membagikannya sendiri. Isi dari iklan biasanya jarang dianggap
benar. Namun iklan merupakan sarana untuk mengingatkan dan memperjelas bahwa
partai itu eksis dan ikut serta dalam pemilu. Terkait pertanyaan apakah iklan tersebut
benar-benar dipercaya, tergantung dari formatnya, headline yang dapat dipercaya
dan diperhatikan serta dari penempatannya. Iklan politik yang bersifat umum di
kolom yang non-politis, seperti di kolom olahraga, berita duka cita atau lembar
sisipan tidak akan dipercaya, karena tidak memiliki sensibilitas. Bila dimuat di bagian
yang bersifat politis dari suatu surat kabar maka iklan tersebut akan berdampak
positif, namun kebanyakan dikalahkan oleh pemberitaan redaksional karena tulisan
seperti itu memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

{ Brosur dan buku
Produksi brosur dan buku biasanya merepotkan. Faktor biaya yang besar dan dalam
penyebarluasannya risiko tercecer dan kehilangannya terlalu tinggi. Apabila benar-
benar tersedia cukup bahan untuk membuat brosur atau buku, maka media tersebut
tidak dibagikan begitu saja, melainkan ditawarkan dan dijual untuk menutup biaya
pembuatannya. Hal ini bisa berhasil untuk buku-buku yang ditulis oleh pengarang-
pengarang ternama dan bisa dijual di toko buku umum. Dengan demikian partai itu
biasanya tidak menjangkau sebuah kelompok sasaran yang besar, melainkan
umumnya hanya sedikit golongan intelektual dan wakil dari media, namun mereka itu
merupakan opinion leader yang penting. Karena itu buku-buku tersebut terutama
cocok pada masa kampanye pemilu pada saat tertentu, yakni pada hari pelaksaan
pemilu. Saat itu kelompok-kelompok dengan tingkat pendidikan yang berbeda harus
didekati dan diyakinkan. Leaflet yang dibagikan untuk masyarakat umum, umumnya
tidak cukup memadai bagi mereka yang berpendidikan tinggi dan berdampak kurang
positif. Apabila leaflet tersebut dibuat sebagai pelengkap dan pengantar ke tema
sebuah buku atau sebuah brosur, maka tuntutan akan informasi dan kompetensi
untuk menyelesaikan masalah terpenuhi. Sekaligus upaya untuk mendekati warga
dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda akan berhasil baik.

{ Sisipan di dalam koran

376

Sisipan di dalam koran dalam bentuk leaflet atau brosur kehilangan efektivitasnya di
tengah banyaknya sisipan yang dicetak indah, baik itu dari toko-toko mebel, pusat
perbelanjaan dan dari penawar jasa lainnya. Biasanya suatu partai tidak dapat ikut-
ikutan membuat publikasi yang dibuat dengan biaya mahal dan dengan demikian
mereka kalah dalam bersaing meraih perhatian. Di lain pihak mereka dirugikan
karena pembaca potensial biasanya menjauhkan dan membuang semua sisipan di
dalam koran. Dengan demikian sejak awal sisipan tersebut tidak mendapat
tanggapan.

{ Iklan langsung
Maksudnya adalah kiriman pos yang dikirim secara pribadi ke alamat orang-orang
tertentu. Jadi biasanya berupa surat, dewasa ini juga termasuk di dalamnya surat
elektronik (email) ke alamat pribadi dan pesan singkat (SMS). Kedua jenis yang
terakhir ini akan dibahas lebih lanjut di sub bab mengenai media elektronik. Yang
dibahas di bagian ini adalah surat. Sebuah surat yang ditujukan secara pribadi
merupakan cara pendekatan yang sangat efisien, setelah pembicaraan pribadi
tentunya. Tentu saja dalam surat seperti ini karakter mengiklankan diri tidak boleh
menjadi hal terpenting. Pertama-tama harus diajukan pertanyaan sebagai berikut:
Siapa yang saya kirimi surat? Iklan secara langsung adalah bentuk iklan yang
ditujukan bagi kelompok sasaran dan dipastikan selalu bagi sebuah kelompok
sasaran yang sudah jelas. Terutama dalam mempertimbangkan apakah media
seperti ini sebaiknya digunakan, harus ditanyakan apa pesan yang ingin
disampaikan. Apakah ada sebuah pesan yang menarik bagi satu kelompok sasaran?
Bila tidak ada, maka kita tidak perlu mengirim surat kepada mereka. Bila ada, maka
kita harus mencoba untuk memperoleh data alamat yang andal. Data alamat seperti
ini dapat diperoleh dari daftar alamat atau kita buat mailing list sendiri. Bagi politisi
adalah sebuah investasi yang bagus jika mereka mengumpulkan semua data dari
semua orang yang pernah bekerjasama dengannya di periode legislatur sebelumnya
atau semua orang yang pernah dibantunya yang datanya bisa digunakan untuk
dikirimi surat pibadi sesaat sebelum pemilu.

Dalam kasus-kasus lain, misalnya dengan alamat-alamat yang dibeli atau dititipkan,
efeknya tergantung dari tingkat pendekatan pribadi yang dilakukan. Surat yang
dikirim dalam amplop dengan stiker label nama dan di dalam suratnya tidak ada

377

alamat dan kalimat sapa, melainkan hanya Yang terhormat pemilih muda usia dan
Yang terhormat Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian memiliki efek yang sangat
kurang dibandingkan dengan amplop berjendela dengan alamat yang benar dan
kalimat sapa yang bersifat pribadi: Yang terhormat Ibu Anu. Iklan langsung ini akan
berdampak sangat efektif apabila si penerima surat untuk kedua kalinya dikirimi surat
lagi sesaat sebelum hari pelaksanaan pemilu.

18.3.4. Media untuk iklan di luar ruang

Kemunculan permanen sangat penting dalam masa kampanye pemilu. Di sebagian
besar negara kemunculan partai ini dilakukan dengan memasang iklan-iklan di luar
ruangan. Yang paling banyak dipasang selama masa kampanye adalah poster-
poster berbagai ukuran yang dipasang di tepi-tepi jalan.

- Poster dalam berbagai ukuran
Poster adalah sarana yang penting selama masa kampanye pemilu. Poster yang
dipasang sendirian dalam ukuran apapun -, yang secara terpisah ditanggapi oleh
warga, memiliki dampak bila dilengkapi dengan tindakan-tindakan lainnya.
Berlawanan dengan iklan cetak atau iklan televisi, poster tidak cocok untuk
menyampaikan pesan-pesan yang rumit dan dengan demikian juga tidak begitu
efektif untuk membangun citra yang bertahan lama.
116


Kekuatan poster terletak dalam iklan yang disampaikan langsung, berupa produk-
produk politik dan tanda-tanda politik. Poster harus dikomunikasikan dalam waktu 1,5
hingga 2 detik saja.
117
Sementara iklan lebih merupakan media untuk dibaca, poster
adalah media untuk dilihat. Poster tidak dibaca, melainkan dilihat.

Unsur-unsur berikut harus diperhatikan dalam poster:
{ Daya tarik yang kuat

116
Astafi ev, S.V./Shulman, G. L./Stanley, C.M./Snyder, A.Z./Van Essen, D.C./Corbetta, M.:
Functional Organization of Human Intraparietal and Frontal Cortex for Attending,
Looking, and Pointing. Journal of Neuroscience, June 1, 2003; 23(11), hal. 46894699
117
Barber, P. J./Cooper, S.: Poster Visibility. Technical Report for POSTAR UK Ltd., 1996

378

Poster harus menarik perhatian dalam hitungan detik ketika di pasang di luar
ruangan sehingga dapat mengalihkan perhatian konsumen dari godaan-godaan
lainnya.

{ Tanggapan
Agar poster yang dipasang mampu menyampaikan pesan dengan cepat, maka
pengamat seharusnya dapat langsung memahami pesan yang diinginkan poster
tersebut.

{ Kognisi

Poster harus memanfaatkan waktu singkat yang diberikan orang untuk melihatnya
seefisien mungkin. Pesan-pesan utama harus disampaikan secara cepat dan
sederhana, agar pesan tersebut dapat dipahami dengan baik.

{Emosi
Gambar-gambar yang mengundang emosi memiliki pengaruh positif dalam menarik
perhatian dan untuk mengingatkan orang akan produk tertentu. Demikian pula
halnya pada sarana-sarana kampanye di luar ruangan, emosi memiliki peranan
penting.

{ Branding
Poster harus lebih cepat dibandingkan media lainnya dalam mengiklankan produk
secara jelas dan detil. Hal itu dilakukan dalam waktu yang singkat tanpa ada
tumpang tindih.

{ Aksi
Perhatian yang diciptakan oleh penggunaan poster harus selalu bertujuan
menampilkan daya tarik dari produk politik yang diiklankan. Karena itu harus
dibuktikan apakah sarana kampanye ini dapat memicu suatu kegiatan dari kelompok
sasaran. Suatu dampak yang optimal ditunjukkan oleh poster-poster yang jumlahnya
kira-kira mencapai 800 buah per 100.000 penduduk, atau berjumlah 100 poster per
10.000 penduduk atau 15 poster per 1000 penduduk. Di wilayah-wilayah pedesaan
dengan lokasi yang saling berjauhan jumlah poster di atas harus disesuaikan.


379

- Spanduk
Spanduk yang dipasang di sepanjang jalan sekarang bukan lagi sarana kampanye
yang mahal, karena pembuatannya sederhana dan biaya cetaknya pun tidak mahal.
Namun ijin untuk memasang spanduk ini yang agak merepotkan. Karena itu sampai
sekarang spanduk sebagai sarana kampanye tidak banyak dipakai. Sebenarnya
spanduk lebih memiliki dampak dibandingkan poster. Kombinasi dari poster dan
spanduk mungkin bisa menghasilkan efek kampanye luar ruangan yang optimal.

-Iklan-iklan visual yang dipasang di berbagai sarana transportasi (halte bus, stasiun,
terminal-terminal, dsb.)
Iklan-iklan visual yang dipasang di berbagai sarana transportasi, misalnya di bis,
kereta api dan taksi merupakan sarana kampanye yang sangat efektif. Memang iklan
seperti ini tidak murah, namun keuntungan yang diperoleh dari iklan ini sangat
mencolok.

-Tulisan-tulisan di rumah-rumah, di dinding-dinding, jembatan, dsb.
Di banyak negara tulisan-tulisan di rumah-rumah, dinding dan jembatan dianggap
sebagai sebuah sarana yang umum untuk kampanye luar ruangan. Di beberapa
negara, misalnya di Uruguay dan Paraguay, bahkan rumah-rumah dicat dengan
warna-warna partai yang dipilih penghuninya. Di Eropa Tengah tulisan di dinding dan
jembatan dilarang atau jarang sekali dimanfaatkan. Efek dari tulisan ini dipastikan
sama hebatnya seperti poster-poster besar.

- Stiker, produk-produk merchandise
Kesiapan untuk mengakui secara terbuka dukungan terhadap partai dari para
simpatisan atau anggota partai diwujudkan secara berbeda-beda di berbagai negara.
Kadang-kadang pengakuan seperti itu terancam bahaya apabila terjadi serangan
fisik terhadap simpatisan itu atau atas harta miliknya. Di negara-negara lain citra
partai-partai sudah sedemikian buruknya sehingga hanya sedikit orang yang
mengakui secara terbuka partai mana yang ia dukung. Namun demikian tetap ada
simpatisan yang bersedia menempelkan stiker di mobilnya atau di barang-barang
miliknya yang lain, memasang bendera partai di jendela rumahnya dan memasang
atribut kampanye luar ruangan lainnya. Kesiapan tersebut tergantung pula dari
situasi dan tingkat emosi dari pesan yang disampaikan. Hal ini berlaku juga untuk t-

380

shirt dan benda-benda lainnya, yang dewasa ini dapat dicetak atau diproduksi
dengan biaya murah. Produk merchandise seperti yang dibuat oleh banyak produk
mahal dan klub-klub olahraga, memiliki dua makna bagi partai-partai yang
membuatnya. Pertama sebagai sarana untuk meningkatkan penjualan dan yang
kedua sebagai sarana untuk pembiayaan kampanye.

{ Media lingkungan (ambience media)
Media lingkungan adalah bentuk khusus dari iklan luar ruangan yang disampaikan di
dalam ranah kehidupan kelompok sasaran. Definisi yang paling tepat untuk
menggambarkan bentuk pemasaran ini adalah: Media lingkungan adalah bentuk
media yang direncanakan untuk dikonsumsi dalam wilayah luar rumah oleh
kelompok sasaran. Karena itu istilah lingkungan menggambarkan ranah kehidupan
yang spesifik, di mana kelompok sasaran hidup di dalamnya. Media kampanye ini
sangat cocok ditujukan kepada kelompok sasaran dengan gaya hidup tertentu. Lihat
juga bab 16.2. Setelah kelompok sasaran tersebut sulit diraih melalui cara-cara
standar, maka media lingkungan ini menemukan jalan, langsung menuju ruang
kehidupan. Ruang itu meliputi transportasi umum, demikian juga dengan pasar
swalayan dan toko bahan makanan istimewa, restoran mewah dan juga bar-bar anak
muda. Penggolongan media ini ke dalam wilayah luar rumah membedakan bentuk
media tersebut dengan pendekatan melalui telepon, kunjungan langsung ke rumah
dan media baru lainnya. Bentuk media yang dimaksudkan ini bisa berupa kartu pos
gratis yang disediakan di restoran dan cafe atau berupa tatakan gelas di bar-bar,
iklan yang dicetak di kardus pizza, pistol selang pompa di SPBU, tanda petunjuk
kamar kecil di bar-bar dan diskotik, tanda di loker penyimpanan dan kamar mandi
studio kebugaran.

18.3.5. Media elektronik
Komunikasi elektronik telah mengalami kemajuan yang sangat pesat di tahun-tahun
terakhir ini. Siapa yang bisa membayangkan 20 tahun yang lalu bahwa kita bisa
melepon teman dengan menggunakan telepon seluler serta mengirim SMS. Siapa
yang mengira bahwa kita dapat mengirim surat melalui internet dan siapa yang 20
tahun yang lalu bisa memanfaatkan internet sebagai sistem informasi yang bisa
diakses semua orang? Komunikasi telah mengalami perubahan yang drastis
belakangan ini dan akan terus berubah, baik itu melalui buku audio, podcast dan

381

blog. Namun bukan hanya sarana baru yang tersedia, media elektronik lainnya yang
sudah sejak lama dikenal tetap dapat dimanfaatkan saat ini akibat adanya
perubahan struktur harga dan persaingan yang makin ketat.

{ Iklan dan editorial televisi
Dalam komunikasi politik dewasa ini pemberitaan redaksional di televisi memegang
peranan yang penting, baik bagi politik nasional maupun internasional. Semakin
seseorang berkutat hanya di tingkat lokal, maka akses menuju media televisi akan
makin sulit. Ini karena slot untuk berita regional dan lokal di televisi hanya tersedia
sedikit, akibatnya pemberitaan lokal sulit diterima. Kalaupun pemberitaan lokal itu
ada, maka siaran tersebut selalu sudah jelas sama isinya. Jika tidak ada stasiun
televisi regional dan lokal, maka televisi tetap menjadi sarana hanya bagi pengurus
partai tingkat nasional. Berita memang memegang peranan penting dalam
menciptakan persepsi tentang kehadiran partai dari reaksi-reaksinya terhadap
peristiwa-peristiwa. Demikian pula dengan makin banyaknya talk show dan program
acara sejenis, program berita digunakan sebagai pembawa kebenaran.

Iklan televisi dapat dimanfaatkan dengan cara yang sangat berbeda. Di beberapa
negara terdapat aturan yang sangat membatasi penggunaannya, sedangkan di
negara lainnya aturan untuk itu longgar, namun biayanya sangat mahal. Namun
demikian banyak kampanye yang sangat mengandalkan iklan di televisi. Karena
dalam iklan televisi informasi disampaikan secara audio-visual, maka ada dua indera
yang digunakan, yakni mata dan telinga. Karenanya yang penting dalam memberi
pemahaman secara efektif adalah bahwa gambar mendominasi informasi audio.
Teks yang menyertai bahkan tidak perlu sesuai dengan gambarnya. Yang ditangkap
permirsa adalah informasi gambarnya. Karena itu dalam produksi iklan televisi
gambarlah yang menjadi fokus utama penilaian.

{ Iklan dan editorial radio
Radio memegang peranan penting di negara-negara yang belum mampu
menyediakan fasilitas televisi di seluruh wilayahnya. Radio adalah sarana informasi
yang khas untuk kawasan dengan tingkat buta aksara yang tinggi, dan dengan
demikian juga merupakan sarana yang harus diperhatikan keistimewaan bahasanya.
Radio adalah sebuah media sekunder yang khas. Artinya, radio biasanya

382

didengarkan orang ketika ia sedang mengerjakan kegiatan lainnya. Pendengar
senang dipengaruhi.

Karena itu dalam bidang redaksional berita-berita sering diulang-ulang, sehingga
akan muncul perhatian besar dan dengan demikian pendengar dipaksa
menyimaknya. Dalam iklan radio yang tidak disiarkan secara teratur, untuk mencapai
tujuan harus dengan frekuensi penyiaran yang tinggi atau sebuah partai diumumkan
melalui jingle-jingle iklan lebih dulu sebelum pesan sebenarnya disampaikan.

{ Iklan di internet dan situs web
Situs web adalah sarana pengiklanan yang sudah dipergunakan oleh banyak partai,
meskipun seringkali situs tersebut dalam kondisi yang sangat buruk, terutama dalam
hal aktualitasnya. Dalam menggunakan sarana ini harus diingat bahwa situs web
merupakan sarana yang pasif. Situs tersebut harus dibuka terlebih dulu oleh pemilih
sebelum terbangun kontak dengan partai. Hal ini berarti dalam kenyataannya situs
web itu mula-mula harus dipromosikan melalui iklan cetak atau sarana iklan lainnya.
Dengan demikian situs web tersebut harus dibuat seatraktif mungkin, agar pengguna
internet benar-benar termotivasi untuk membuka situs partai yang dimaksud.
Tuntutan lain dari sebuah situs web yang baik adalah pembaruan data secara terus
menerus sehingga pengguna situs web itu akan lebih sering melihat atau mungkin
akan mengakses situs itu dengan teratur, dan bisa merasakan manfaatnya.

Iklan di internet berarti iklan dengan bantuan banner atau sarana internet lainnya,
seperti Google AdWords, yang ditempatkan di halaman internet lainnya. Sarana iklan
seperti ini tidak terduga sangat murah biayanya dan mendukung pengaksesan ke
situs web sendiri atau kepada isi tertentu di dalam situs web.

{ Podcast
Penyiaran lewat internet sekarang juga bisa diperluas melalui Podcast, yakni data
media (audio dan video) di internet. Sebuah Podcast dengan demikian merupakan
serangkaian rekaman media (episode), yang secara otomatis dapat dilihat melalui
sebuah feed. Kita dapat menganggap Podcast sebagai siaran radio atau televisi,
yang tidak perlu lagi disimak dalam waktu tertentu.

383

Sejak tahun 2006 kanselir Jerman Angela Merkel seminggu sekali pada hari Sabtu
mempublikasikan sebuah Podcast, demikian juga dengan Presiden Amerika Serikat
Barack Obama yang menggunakan sarana ini, meskipun hanya sedikit pengguna
internet yang mengunduhnya.

{ Weblog atau blog
Perkembangan mutakhir berikutnya adalah weblog, atau yang dikenal dengan blog.
Blog ini mirip dengan sebuah buku harian digital. Blog ditulis di komputer dan
dipublikasikan di internet. Jadi blog juga merupakan sebuah situs web, yang dalam
periode tertentu memperoleh tulisan-tulisan baru. Sebuah blog adalah sarana untuk
memperkenalkan kehidupan seorang kandidat dan pendapatnya mengenai tema-
tema tertentu serta tindakan-tindakan dalam menangani tema-tema tersebut, baik
oleh partainya sendiri maupun oleh partai-partai lain. Lebih dari itu blog dapat
digunakan sebagai pertukaran informasi, pikiran dan pengalaman, dan juga sebagai
sarana komunikasi dan karenanya sangat mirip dengan forum internet.
{ Forum internet
Sebuah forum internet atau forum diskusi adalah lokasi virtual untuk tukar menukar
dan mengarsipkan pemikiran, pendapat dan pengalaman. Komunikasi tidak berjalan
secara sinkron, dengan demikian tidak dalam waktu yang riil.
Biasanya forum internet mempunyai sebuah tema utama, atau dibagi-bagi menjadi
tema dan sub-tema dalam beberapa sub-forum. Kita dapat menulis sebuah posting
yang dapat dibaca dan ditanggapi oleh peserta forum yang berminat. Beberapa
posting tentang tema yang sama disebut sebagai Thread atau topik. Dengan
membuka sebuah Thread baru maka sebuah tema diskusi dapat ditawarkan.

Di dalam forum internet banyak terdapat tema politik. Apabila sebuah partai ingin
mempengaruhi diskusi tersebut, maka perwakilan partai atau simpatisannya harus
beramai-ramai masuk ke dalam forum itu dan menyebarluaskan pendapat mereka.
Contohnya adalah cara yang dipakai tim Obama dalam menggunakan forum internet
di AS untuk tujuan kampanye pemilu.

{ E-mail

384

E-mail adalah sarana komunikasi yang paling efisien dan paling murah. Memang
produsen spam (e-mail sampah) telah mendiskreditkan sarana ini. Apabila partai
berhasil memotivasi pengguna e-mail untuk memasukkan alamat e-mail partai ke
dalam buku alamatnya, maka biasanya e-mail yang dikirimkan akan lolos dari filter
spam. E-Newsletter dan informasi elektronik tentang tema-tema tertentu dapat
dikirimkan dengan sangat cepat dan dengan biaya sangat murah.

18.4 Aksi tanpa kekerasan

Bentuk aksi tanpa kekerasan biasanya ditujukan kepada lawan yang menggunakan
kekerasan atau kepada negara yang melakukan monopoli terhadap warga atau
kelompok-kelompok warga. Karenanya, aksi tanpa kekerasan merupakan alat bantu
bagi mereka yang lebih memilih jalan tanpa kekerasan, dan sekaligus yang
menyadari bahwa bentuk komunikasi normal tidak cukup untuk meraih sasaran.

Aksi tanpa kekerasan juga berlaku antar-negara yang berbeda, yang juga digunakan
secara internasional. Aksi semacam ini penting bagi kelompok-kelompok yang
ditekan dalam sebuah sistem, dan menjadi sarana untuk menyingkirkan pimpinan
yang otoriter. Aksi tanpa kekerasan juga merupakan sebuah ekspresi konflik yang
timbul di dalam kekuasaan yang biasanya tidak diselesaikan dengan cara-cara
kekerasan. Hal ini dapat berlaku bagi kedua belah pihak.

Ada tiga jenis aksi tanpa kekerasan, yaitu:
- Protes dan persuasi
- Non-kooperatif
- Intervensi tanpa kekerasan

18.4.1. Metode protes dan tekanan

Metode ini pada umumnya menekankan aksi simbolis yang seringkali tidak
memberikan dampak secara langsung. Tapi secara kumulatif, pada kenyataannya
kerap meninggalkan jejak yang menekan pihak lawan ke dalam situasi di mana
mereka dituntut untuk memberikan penjelasan terutama di mata internasional.

385

Metode ini biasanya digunakan dalam kegiatan-kegiatan kehumasan yang bertujuan
menarik perhatian.

Pernyataan formal

- Pidato-pidato umum
- Surat terbuka oposisi
- Pernyataan sikap institusi atau organisasi
- Pengumpulan tanda tangan
- Pengajuan gugatan bersama/class action
- Petisi

Aksi kelompok

{ Utusan, delegasi
{ Perwakilan kepentingan/lobbying

{ Aksi diam sbg aksi protes
{Flash-Mob (Istilah Flashmob dipakai untuk menyebut kerumunan massa yang
datang secara mendadak dan spontan di tempat-tempat umum, di mana biasanya
orang-orang tersebut tidak saling mengenal dan melakukan hal-hal yang tidak
biasa. Flashmob diorganisir melalui komunitas online, weblog, newsgroups, e-
mail berantai atau melalui ponsel. Flashmob menjadi bentuk khusus dari
perwujudan masyarakat virtual yang menggunakan ponsel dan internet, dengan
tujuan untuk mengorganisir kegiatan kolektif secara langsung).

Aksi terbuka simbolis

- Mengenakan emblem dan gambar tempel/sticker
- Merusak barang milik sendiri, misalnya membakar dokumen-dokumen
- Mengenakan warna-warna simbolis, misalnya warna-warna yang dikenakan untuk
menandakan duka cita
- Menunjukkan cahaya simbolis, "Seribu lilin untuk", iring-iringan membawa obor,
dsb.
- Pendudukan tanah atau rumah secara simbolis

386

- Bunyi-bunyi simbolis seperti bunyi lonceng, bersiul beramai-ramai, bunyi sirene
- Mengheningkan cipta
- Ibadah dan doa-doa bersama
- Ziarah di makam-makam
- Mementaskan teaterikal penguburan
- Teater jalanan
- Melukis di jalan-jalan
- Menyanyi bersama (pembebasan Islandia diawali dengan cara ini)

Tekanan terhadap figur

- Memburu pejabat dengan cara terus-menerus mengikuti mereka, menegur mereka
secara terbuka
- Mengejek pejabat
- Berjaga di depan rumah-rumah
- Teror melalui telepon siang malam
- Menyerahkan hadiah-hadiah simbolis (jeruk nipis, kaktus)
- Secara terang-terangan memunggungi/membokongi figur tertentu.

Arak-arakan

- Pawai
- Parade
- Prosesi keagamaan
- Ziarah
- Rally mobil atau sepeda

Perkumpulan umum

- Aliansi untuk mengajukan protes
- Pertemuan terselubung untuk mengajukan protes
- Teach-in (diskusi di kampus-kampus)
- Keluar dari kegiatan atau acara tertentu (walk-out)

387


18.4.2. Metode non-kooperatif

Metode non-kooperatif atau menolak untuk bekerjasama jauh lebih efektif
dibandingkan dengan protes terbuka. Metode inilah yang diutamakan oleh Gandhi
dan pendukungnya. Kita dapat membedakan antara non-kooperatif sosial dan non-
kooperatif ekonomis, yang muncul dalam bentuk aksi boikot dan aksi mogok.

Pengucilan seseorang

- Boikot masyarakat, baik secara umum maupun selektif
- Ekskomunikasi (dikeluarkan dari masyarakat keagamaan)
- Boikot seksual (Lysistrata sebagai contohnya)
- Larangan untuk bertemu
- Dikeluarkan dari berbagai aktivitas (olahraga, kegiatan-kegiatan sosial)

Boikot kegiatan

- Boikot terhadap acara, pemilu, kegiatan sosial
- Menolak undangan
- Tidak menaati kewajiban sosial, misalnya menolak menjalankan perintah, menolak
melakukan dinas wajib, menolak membayar pajak
- Menarik diri dari institusi kemasyarakatan, aksi keluar dari institusi secara massal.

Menarik diri dari masyarakat

- Tinggal di rumah
- Sepenuhnya menolak bekerjasama
- Bersama-sama meninggalkan daerah atau kawasan perumahan
- Mencari tempat pelarian di negara-negara beragama, suaka gereja
- Migrasi dilandasi protes (keluarnya Nabi Musa dari Mesir)



388

18.4.3. Metode non-kooperatif ekonomis: Boikot

Metode ini termasuk sikap menolak untuk membeli, menjual atau mengurusi produk
tertentu atau memberikan serta menerima jasa tertentu.

Aksi konsumen

- Boikot konsumen terhadap produk atau perusahaan tertentu
- Tidak mengkonsumsi produk tertentu
- Menolak membayar sewa
- Boikot konsumen internasional, tidak mau membeli barang dagangan negara-
negara tertentu (pada masa Apartheid, boikot ini dilakukan terhadap Afrika Selatan,
atau boikot anggur terhadap Perancis setelah sebuah percobaan nuklir)
- Boikot nasional membeli produk dari luar negeri (kampanye Bristish-first)

Aksi para produsen, pekerja, pedagang, dsb.

- Produsen menolak untuk menjual atau mendistribusikan produk mereka (dapat
pula hanya terhadap kelompok tertentu, misalnya orang asing, etnis tertentu atau
umat agama tertentu)
- Pekerja menolak untuk bekerja dengan mengunakan produk perusahaan tertentu
- Pekerja menolak memuat atau mengapalkan produk tertentu (boikot pengapalan
kopi)
- Pedagang menolak menjual atau membeli produk tertentu
- Pengucilan pekerja sebagai pencegahan mogok atau ancaman mogok

Aksi pemilik modal

- Penarikan aset bank
- Pelarian modal dari suatu negara
- Menolak membayar iuran dan pajak
- Menolak membayar hutang dan bunga
- Menghentikan kredit

389

- Menolak dukungan finansial dari pemerintah

Aksi pemerintah

- Embargo
- Mendaftar-hitamkan pedagang

18.4.4. Metode non-kooperatif ekonomis: Mogok

Pemogokan adalah tindakan non-kooperatif para pekerja. Tetapi istilah mogok juga
meluas ke bidang-bidang lainnya:
- Mogok untuk protes
- Mogok singkat
- Mogok untuk peringatan
- Mogok simpati
- Mogok dengan titik berat tertentu
- Pernyataan ijin sakit secara massal
- Mogok massal
- Mogok oleh mahasiswa
- Mogok oleh para guru
- Mogok para tahanan di penjara

18.4.5. Metode non-kooperatif politis

Metode ini menyangkut tindakan non-kooperatif warga dengan organisasi politik,
pembangkangan sipil, dan juga aksi yang dilakukan organisasi politik untuk
menentang warga serta aksi yang dilakukan organisasi politik yang satu untuk
menentang organisasi politik lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Aksi warga melawan pemerintah

- Tidak lagi loyal

390

- Menolak memberikan dukungan kepada pemerintahan yang berkuasa beserta
kebijakan-kebijakannya
- Seruan untuk menentang melalui tulisan-tulisan dan pidato
- Memboikot untuk bekerjasama dengan pemerintah di semua tingkatan
pemerintahan, parlemen maupun pemilu
- Bekerja menurut ketentuan
- Pengabaian tugas, bersantai-santai apabila tidak diawasi
- Sit-in (aksi duduk)
- Unjuk rasa secara massal
- Mejauhkan diri dari pertemuan wajib
- Meneruskan informasi yang salah atau yang telah dimanipulasi
- Tidak menaati peraturan-peraturan yang "tidak sah."

Aksi pemerintah melawan warga

- Menarik kembali bantuan pemerintah (penghapusan bantuan secara umum, tidak
mau membayar atau menunda pemberian bantuan)
- Mengurangi jumlah subsidi
- Meningkatkan tekanan melalui peraturan-peraturan yang lebih banyak

Aksi antar-organisasi politik

- Blokade antara badan-badan legislatif
- Blokade yang dilakukan badan legislatif terhadap badan pemerintahan (tidak
mengesahkan anggaran belanja)
- Blokade yang dilakukan badan pemerintahan terhadap badan legislatif (tidak
membayar uang harian untuk anggota legislatif)

Aksi antar-negara

- Penggantian diplomat atau wakil-wakil lainnya
- Tidak memberikan pengakuan diplomatis
- Menarik diri dari organisasi internasional
- Dikucilkan dari organisasi internasional

391

- Menolak keanggotaan dalam organisasi internasional
- Menolak pertemuan internasional

18.4.6. Metode intervensi tanpa kekerasan

Metode ini berguna untuk memberikan pengaruh langsung terhadap sebuah situasi.
Intervensi negatif dapat mengubah pola perilaku tertentu dan mematahkan pola serta
institusi. Intervensi positif dapat membentuk pola baru.

Metode-metode yang ditampilkan di sini lebih keras dan langsung dibandingkan
metode lain yang telah ditampilkan sebelumnya. Metode-metode ini lebih sulit
dilaksanakan dan terutama dalam menjaga kesinambungan aksi.

- Mengecam elemen-elemen
- Mogok makan
- Tribunal
- Paksaan tanpa kekerasan
- Sit-in (aksi duduk), go-in (aksi meninggalkan tempat), dsb.
- Serangan tanpa kekerasan
- Invasi tanpa kekerasan
- Pemutusan suplai energi dan air tanpa kekerasan
- Pendudukan tanpa kekerasan
- Pembentukan pola sosial baru
- Pembangunan sarana sosial baru
- Pembangunan sistem komunikasi baru
- Agitasi dan propaganda
- Pemalsuan (uang, dokumen, dsb.)
- Pendudukan daerah tanpa kekerasan
- Blokade jalanan
- Membangun pasar gelap
- Membangun sistem transportasi alternatif (aksi Rote Punkt di Jerman)
- Melumpuhkan pemerintahan
- Provokasi penawanan besar-besaran
- Ketidaktaatan sipil bahkan terhadap peraturan-peraturan biasa

392

- Membangun pemerintahan alternatif
- Membangun pemerintahan eksil

18.5. Aksi dengan kekerasan

Menurut Clausewitz, "perang tidak lain adalah kelanjutan kebijakan melalui sarana
lain".
118
Dalam suratnya kepada Mayor i.G. von Roeder tanggal 22 Desember 1827,
ia menerangkan secara lebih dalam kedekatan antara politik dan perang. Lenin
119

secara khusus tertarik pada bab dari buku Clausewitz ini.

Mao Tse-tung dalam teori perang gerilya memiliki pendapat selangkah lebih maju
tentang penggunaan kekerasan sebagai alat politik. Pengembangan lebih lanjut dari
bentuk perang ini menuju gerilya kota dan strategi Dunia Ketiga, memberi penjelasan
tentang pentingnya penggunaan kekerasan untuk mewujudkan tujuan politik.

Terorisme adalah bentuk kekerasan yang bermotivasi politik yang dilakukan oleh
kelompok atau perseorangan yang sangat sulit dinilai secara moral. Sebagai contoh,
bagaimana kita bisa membedakan antara kelompok teroris yang memulai dengan
pejuang kebebasan yang mengakhiri dalam menggunakan wewenangnya untuk
melawan kekerasan atas nama negara?

Konflik regional, meletusnya kekerasan antar-kelompok etnis dan keagamaan,
penggunaan kekerasan oleh kelompok fundamentalis, merupakan contoh yang
memperjelas bahwa penggunaan kekerasan telah menjadi sarana yang
dimanfaatkan sehari-hari untuk mendesakkan ideologi politis dan kekuasaan.

Puncak dari perkembangan ini ditampilkan oleh perubahan strategi NATO, dari
sebuah aliansi yang defensif dengan dukungan berbagai pihak yang berpengaruh,
berkembang menjadi sebuah organisasi ofensif yang menggunakan kekerasan untuk
mempertahankan atau memaksakan diterapkannya hak asasi manusia.


118
v. Clausewitzs: Vom Kriege (Tentang Perang), 6. Bab B.
119
W.I.Lenin : karya Clausewitz "Tentang Perang" kutipan dan catatan pinggir loc.cit hlm35 dst

393

Karena itu, aksi kekerasan bukan merupakan model strategi politik yang sudah
usang, tetapi semakin hari justru semakin berkembang.

Bentuk-bentuk aksi ini antara lain:
- Serangan mendadak
- Pemerasan
- Penculikan perorangan atau pembajakan sarana transportasi
- Serangan bom
- Pembunuhan dengan latar belakang politis
- Pengusiran dari sebuah negara
- Perang sipil
- Perang terselubung tanpa deklarasi atau perang terbuka yang dideklarasikan

18.6. Mengevaluasi pemilihan instrumen-instrumen kunci

Seperti yang tampak dalam daftar, instrumen kunci terbentang sangat luas dengan
perbedaan pengaruh yang sangat besar. Dari percakapan pribadi dengan tetangga
di satu sisi, hingga dideklarasikannya perang terbuka di sisi lain menunjukkan betapa
pentingnya untuk mempertimbangkan dan memilih instrumen-instrumen ini secara
hati-hati.

Evaluasi terhadap pemakaian instrumen-instrumen ini hendaknya mengacu pada
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah jangkauan instrumen yang digunakan relevan dengan misi?
2. Apakah kombinasi instrumen-instrumen yang digunakan cocok satu sama lain?
3. Apakah pemanfaatan instrumen tersebut dapat diterima dari segi budaya?
4. Apakah kombinasi instrumen-instrumen tersebut cocok dengan citra yang
diinginkan?
5. Apakah instrumen-instrumen yang dipilih dapat digunakan untuk meraih kelompok
target?
6. Apakah pemanfaatan instrumen tersebut hemat sumberdaya dan personil?




394




19. IMPLEMENTASI STRATEGI

Implementasi strategi dilakukan untuk menetapkan parameter, berdasarkan definisi
sasaran taktis dan melalui penetapan target image. Selain itu, implementasi juga
terjadi melalui partisipasi aktif di dalam menjalankan program dan aktivitas. Oleh
karena itu, keberhasilan implementasi strategi tergantung pada orang-orang yang
berkewajiban memenuhi tugas ini. Di sini, faktor manusia dan operasional
memegang peranan penting.

Seringkali, sebuah strategi yang direncanakan dengan sangat baik mengalami
kegagalan, karena implementasi strategi ini diserahkan ke tangan orang yang tidak
mampu atau orang-orang yang membuat kesalahan-kesalahan fatal dalam
pelaksanaannya, sehingga pada akhirnya mengakibatkan kegagalan strategi secara
keseluruhan.

19.1. Faktor-faktor manusia

Para pimpinan politik, manajer kampanye dan orang-orang yang bekerja bersama
para aktivis setempat memainkan peran penting dalam kaitannya dengan faktor
manusia ini. Struktur partai di dalam organisasi yang demokatis kerap menimbulkan
kebingungan. Siapa yang berwenang menetapkan pimpinan politik? Apakah institusi
demokrasi seperti dewan partai atau kongres partai yang mengambil keputusan
strategis atas nama partai melalui debat publik? Atau justru ketua partai atau
kandidat beserta sekelompok kecil fungsionaris partai yang terpilih? Siapakah yang
diasumsikan sebagai staf umum? Apakah sekjen partai dengan sebuah tim yang
terdiri dari para pekerja penuh waktu (full timer)? Ataukah orang-orang yang ditunjuk
oleh pimpinan politik atau kandidat, yang memiliki peran dalam kepemimpinan politik
dan memiliki basis kekuasaan sendiri? Dan siapakah yang disebut sebagai para
aktivis? Apakah para pimpinan lokal dan anggota yang dalam kapasitasnya juga
bertindak sebagai pengambil keputusan di dalam partai? Apakah juga para anggota
dalam kongres partai yang berwenang memutuskan isu-isu tentang kepemimpinan

395

poltik? Siapakah pihak yang menempati posisi atas dan berwenang memberikan
tugas dan instruksi, dan siapakah yang berada di bawahnya yang akan
melaksanakan semua instruksi tersebut? Di dalam partai politik, hal-hal seperti ini
biasanya tidak jelas, dan ini pulalah yang sering menyebabkan manajer kampanye
tidak bekerja sebagaimana mustinya.

Bab ini akan memberikan beberapa ide dasar tentang organisasi kampanye dan
prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan.

19.1.1. Kepemimpinan politik

Pimpinan politik terlepas apakah ia pemerintah, menteri, pimpinan partai, walikota
ataupun pimpinan sebuah NGO harus melaksanakan tugas yang diberikan kepada
mereka, baik tugas-tugas yang diatur dalam konstitusi, Undang-undang Pemilu,
AD/ART atau ketentuan-ketentuan hukum lainnya. Pimpinan politik bertanggung
jawab atas program, pemilihan kandidat, pembuatan rencana anggaran dan
menyetujui kebijakan untuk implementasi strategi. Jika ketetapan-ketetapan ini telah
dilaksanakan, pimpinan politik sebaiknya tidak lagi mencampuri keputusan yang
berkaitan dengan manajemen kampanye, kecuali pimpinan kampanye itu sendiri
yang menginginkan adanya konsultasi dengan pimpinan politik untuk keputusan-
keputusan penting yang mereka buat.

Pimpinan politik harus menunjuk manajer kampanye yang profesional. Tetapi
mereka tidak boleh mengambil semua keputusan profesional yang penting seorang
diri saja. Banyak politisi yang menilai diri mereka sendiri terlalu tinggi, sehingga
mereka selalu ingin memutuskan semua hal seorang diri, mulai dari merancang
poster sampai stiker, dari penulisan naskah iklan televisi sampai ke promosi di
media-media lainnya. Padahal, mereka biasanya bukanlah perencana strategi
ataupun ahli komunikasi, dan tidak memiliki pengetahuan mengenai ruang lingkup
serta tren periklanan, dsb.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: Pimpinan politik memiliki tiga
kemungkinan untuk menjerumuskan pasukannya ke dalam kesulitan, yaitu
dengan mencampuri struktur komando militer, dengan cara memerintah

396

pasukan seperti halnya ia memerintah pekerja administratif kerajaan, atau
dengan mempekerjakan pimpinan militer tanpa diskriminasi.

Tindakan ikut campur ini tidak saja sering terjadi di dalam kampanye pemilu, tetapi
juga dalam strategi politik lainnya. Tindakan seperti ini dapat menurunkan moral
manajer kampanye dan sekaligus merusak kepercayaan diri para pekerja partai
dalam proses kampanye.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: "Pihak yang akan menang adalah ia yang
memiliki jenderal yang cakap dan bebas dari campur tangan kepala
negara. Oleh karena itu, kepala negara yang sudah tercerahkan akan
memikirkan perencanaan secara intensif, sementara para jenderal
mengolah sumberdayanya.

Karena itu, bagi para pimpinan politik berlaku prinsip berikut:

"Pimpinan politik harus melaksanakan tugas mereka secara penuh dan tepat waktu,
dan setelah itu tidak boleh mencampuri pekerjaan manajemen kampanye secara
detail."

Persoalan lain yang juga selalu muncul adalah pada saat pengangkatan manajer
kampanye. Seringkali pengangkatan politis tidak didasarkan pada kemampuan
orang yang ditunjuk untuk mengelola kampanye, tetapi lebih pada faktor-faktor
lainnya, seperti "tunduk tanpa syarat," "loyalitas mutlak," "ikatan kekeluargaan,"
"persahabatan," dan sebagainya. Jika pengangkatan dilakukan berdasarkan hal-hal
seperti itu, efisiensi kampanye sudah terbatasi sejak awal. Penulis buku ini telah
menyaksikan dan mendampingi berbagai kampanye, di mana kerap terjadi, seorang
kandidat menempatkan anggota keluarganya sebagai pimpinan kampanye untuk
melakukan semua tugas dalam manajemen kampanye. Meskipun "pekerja partai" ini
jelas-jelas menunjukkan kinerja yang buruk, tetapi biasanya mereka tidak bisa
diganti, karena sang kandidat tidak mau mengambil risiko terjadi perang keluarga
yang tentu akan menambah beban yang dipikulnya. Hal yang sama juga berlaku jika
teman atau kerabat dekat yang diberi tanggung jawab menempati posisi pimpinan
kampanye.

397


Penunjukan pekerja partai profesional sebagai anggota tim memiliki berbagai
keuntungan; terutama bahwa kita sewaktu-waktu dapat mengakhiri hubungan kerja
seandainya orang tersebut tidak melakukan pekerjaannya sesuai dengan harapan,
atau jika ada ketidakcocokan lainnya. Tentu saja langkah pemutusan hubungan kerja
ini harus selalu dipikirkan dengan hati-hati, mengingat seorang manajer kampanye
yang dipecat dapat menjadi sosok yang berbahaya karena ia sudah mengetahui
strategi-strategi kita.

Karena itu, prinsip berikut ini berlaku bagi pimpinan politik:

Pimpinan politik harus memilih manajer kampanye secara cermat dan seksama, dan
tuntutan kualitas yang tinggi harus selalu menjadi pertimbangan saat memutuskan.
Dengan segala cara ia harus menghindari pengangkatan secara politis atau yang
dilatarbelakangi oleh hal-hal yang bersifat pribadi.


19.1.2. Manajer kampanye pemilu

Kualifikasi apa sajakah yang perlu dimiliki seorang manajer kampanye?
1. Seorang manajer kampanye hendaknya mampu berpikir dan mengambil
keputusan secara strategis dan politis. Seorang pimpinan kampanye
bertanggungjawab untuk membuat perencanaan, tetapi terutama yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, tekad atau keberanian untuk
mengambil keputusan, kebijaksanaan dan kejelasan menjadi prasyarat penting yang
harus dimiliki seorang manajer kampanye. Keputusan yang ragu-ragu dan tidak jelas
dapat membahayakan seluruh proyek. Seorang manajer kampanye tidak boleh
menunda-nunda pengambilan keputusan. Sikap mengulur-ulur waktu karena
mengumpulkan data tanpa akhir sebelum mengambil keputusan bukanlah sikap
yang cocok untuk seorang manajer kampanye.

2. Seorang manajer kampanye harus mampu mewujudkan rencana-rencana yang
sudah ditetapkan. Rencana-rencana yang telah dibuat harus dapat diterapkan dalam
praktik secara efektif. Untuk itu, harus dilakukan interaksi dan kerja sama dengan

398

orang-orang yang tepat secara berkala dan memberikan pengarahan-pengarahan
yang jelas. Melaksanakan kegiatan dengan penuh keraguan dan setengah hati serta
memberikan instruksi-instruksi yang tidak jelas, tidaklah sesuai dengan tuntutan
kualitas yang diperlukan bagi seorang manajer kampanye.


3.Seorang manajer kampanye harus mampu memotivasi dan mengelola organisasi
dan seksi-seksi di dalam organisasi yang berada di bawahnya. Untuk itu, ia harus
memiliki kemampuan untuk mendelegasikan tugas dan sekaligus memantaunya.
Selain itu ia juga harus memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian yang adil,
dan harus mampu mengelola kritik maupun pujian yang diterimanya.

Cara terbaik untuk memeriksa ketiga kriteria ini adalah dengan menganalisa apa
yang telah dicapai oleh para calon pimpinan pemilu sejauh ini. Pemikiran strategis
dan politis, tekad untuk mewujudkan hal-hal yang direncanakan dan kemampuan
manajemen hanya dapat diperoleh melalui praktik dan tidak bisa hanya dipelajari
secara teoritis saja. Karena itu, kita harus memeriksa apa saja yang sudah dilakukan
si pelamar sampai saat ini, dan hasil-hasil apa saja yang telah ia capai.

Untuk memenuhi kriteria-kriteria di atas, seorang manajer kampanye harus memiliki
kualitas tertentu, yang membuatnya mampu mengambil tindakan yang diharapkan
darinya. Menguji kualitas dirinya ini lebih sulit daripada memeriksa pengalaman
praktis yang ia miliki.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: Seorang jenderal dapat bertahan karena
kebajikannya bijaksana, tulus, baik, berani dan tegas.

Jika hal ini dianalogikan untuk sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pimpinan
kampanye, maka sifat-sifat ini adalah:
Kebijaksanaan: Kebijaksanaan merupakan prasyarat penting untuk dapat
mengambil tindakan yang meyakinkan. Sifat ini merupakan gabungan dari
kecermatan, kewaspadaan dan kearifan.

399

Keberanian: Berani tidak berarti gegabah dan membabi-buta. Tapi terkadang dalam
kampanye atau situasi tertentu dibutuhkan keberanian untuk mengambil risiko yang
diperlukan. Ketakutan dan kepicikan tidak sejalan dengan keberanian.
Kesabaran: Seorang manajer kampanye tidak boleh cepat kehilangan kendali atau
gampang terprovokasi. Karena jika tidak, ia akan gampang mengambil keputusan
yang salah, berlebihan atau tindakannya tak lebih dari sekedar sebuah manuver.
Sikap ini akan merugikan dan menurunkan kemampuan manajemen, terutama
menurunkan motivasi unit-unit yang berada dibawahnya.
Pragmatisme: Mengambil keputusan yang pragmatis berarti realistis, tanpa
kehilangan pandangan atas sasaran strategis secara keseluruhan. Ada situasi di
mana kita sebaiknya tidak menyerang meskipun ada tuntutan untuk ini; dan ada
pula situasi di mana serangan merupakan langkah pertahanan yang terbaik,
meskipun serangan ini tidak direncanakan sebelumnya.
Ketulusan: Ketulusan ditandai oleh kejujuran dan kelurusan hati. Sifat-sifat ini
sangat penting bagi seorang pimpinan unit yang akan melaksanakan kampanye.
Informasi mengenai situasi yang ada dan data intelijen tentang bahaya dan peluang
merupakan faktor-faktor yang penting untuk menjaga motivasi dan kredibilitas dalam
kepemimpinan. Kebohongan, pemberitaan yang palsu, penyembunyian berita-berita
negatif akan memicu keraguan terhadap kapabilitas pimpinan. Lihat juga bab 7.6.
tentang kepemimpinan.

19.1.3. Aktivis

Aktivis adalah anggota-anggota partai yang bekerja untuk kegiatan-kegiatan partai,
yang diharapkan membawa efek berita yang besar yang tidak terbatas pada
pemanfaatan kegiatan yang diliput oleh media saja. Yang termasuk dalam golongan
aktivis ini adalah anggota-anggota partai, sukarelawan pendukung kampanye dan
fungsionaris di tingkat bawah yang berhubungan dan bekerja langsung dengan
kelompok-kelompok target. Mereka inilah yang menjadi tulang punggung partai
dalam setiap kampanye.

Untuk dapat menilai dampak atau pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang kita
lakukan, pertama-tama kita harus memeriksa kuantitas. Jumlah pekerja atau
pendukung yang aktif dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan sebuah

400

kampanye. Sebagai contoh, jika kita merencanakan sebuah kampanye yang
ditujukan untuk membongkar dominasi media milik pemerintah, maka keberhasilan
komunikasi massa tergantung pada jumlah pekerja atau sukarelawan yang akan
mengambil-alih komunikasi interaktif tatap-muka (face-to-face) dengan masyarakat.
Selain kuantitas, kualitas juga tak kalah penting. Komunikasi tatap muka yang
interaktif tidak akan berhasil jika para pekerja tidak terlatih dan tidak siap
menjalankan tugasnya. Dalam kampanye politik, kita kerap menyaksikan bahwa
orang-orang tertentu yang diharapkan memulai komunikasi dengan tetangga,
kerabat atau rekan kerjanya pada waktu yang ditetapkan, ternyata tidak melakukan
tugasnya karena mereka tidak terlatih.

Oleh karena itu, sangatlah penting memberi perhatian khusus untuk mengorganisir
para aktivis ini. Pertama-tama yang perlu dikelola adalah unit-unit mereka.
Pengelolaan unit-unit ini, bagaimanapun, hanya akan berhasil jika di setiap unit
diterapkan sikap disiplin, atau kepada mereka ditekankan adanya tujuan yang penuh
motivasi; dan perlu diingat bahwa penerapan disiplin ini tidak perlu dilakukan dengan
ancaman. Selain disiplin dan motivasi, perlu pula membuat para aktivis ini untuk
selalu sibuk dengan tugas-tugas mereka, agar mereka tidak membuang-buang
waktu untuk berdiam diri. Karena dengan memberi kebebasan waktu kepada
mereka, dapat mengakibatkan hilangnya disiplin dan menimbulkan kelesuan.

Tidak ada kesalahan yang lebih besar dalam sebuah kampanye pemilu selalin
melakukan pemanggilan kepada para anggota atau sukarelawan untuk melakukan
suatu pekerjaan, tapi pada kenyataannya tidak ada tugas apapun yang diberikan
kepada mereka. Di sini berlaku ketentuan bahwa pekerjaan harus selalu disiapkan
untuk para anggota dan sukarelawan meskipun tugas-tugas itu sebenarnya tidak
terlalu penting; tapi cara ini dapat mengikat mereka, sehingga mereka selalu ada
pada saat kita perlukan.

Ketentuan lainnya yang juga penting untuk memimpin para aktivis adalah
komunikasi. Yang dimaksud di sini adalah komunikasi internal, yang harus
menjamin bahwa arus informasi dari tingkat atas bisa sampai ke bawah, tetapi juga
terbuka jalur untuk proses umpan-balik dari bawah ke atas. Untuk dapat memimpin
para aktivis ini, pastikan pula bahwa mereka senantiasa bisa memperoleh informasi

401

yang mereka butuhkan tepat pada waktunya, atau setidaknya mereka tahu di mana
bisa memperoleh informasi. Sebuah unit yang tidak memiliki informasi yang cukup,
tidak dapat bekerja dan berprestasi dengan baik.

Dalam melaksanakan strategi politik, kita selalu dapat mengamati bahwa dalam
sebuah situasi yang kurang menyenangkan, sang pimpinan seringkali "menyelam",
atau tiba-tiba memutus komunikasi tanpa informasi, atau memberikan informasi yang
salah, atau bahkan tidak memberikan informasi sama sekali. Sikap ini tentu saja
akan berpengaruh pada unit yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah tugas
yang bergantung pada informasi tersebut. Informasi yang salah tentu saja akan
menyebabkan tindakan yang salah. Hal ini akan memicu berkembangnya berbagai
rumor yang sangat menggangu motivasi kerja.

Komponen lain yang menentukan keberhasilan dalam memimpin para aktivis ini
adalah "keyakinan," optimisme untuk menang" dan "moral" tim. Oleh karena itu,
penetapan sub-sasaran dan keberhasilan dalam pencapaiannya adalah tugas
penting seorang pemimpin. Keseluruhan sasaran strategi biasanya dibuat dengan
cakupan yang sangat luas sehingga tak dapat dicapai oleh anggota aktif biasa;
Karena itu, sebaiknya sasaran dipecah ke dalam kelompok-kelompok kecil yang
dapat dipahami. Dengan kata lain, ia harus dibagi ke dalam skala-skala yang lebih
kecil dan ditempatkan dalam kerangka waktu tertentu, sehingga para anggota
memiliki alasan untuk merayakan keberhasilan mereka dan lebih termotivasi untuk
mencapai jenjang (sasaran) berikutnya.

19. 1.4. Motivasi sukarelawan
Penghambat-penghambat motivasi yang mungkin timbul akibat kepemimpinan yang
tidak solid adalah:

{ Kurangnya sasaran-sasaran yang realistis, yang sesuai dengan tujuan para
anggota:
Apabila pimpinan tidak memiliki sasaran, maka akan sulit baginya untuk mengajak
orang lain dalam perjalanannya itu, karena tidak seorang pun tahu ke mana arah
tujuan kepergiannya. Karena itu semuanya harus dimulai dengan penjelasan
sasaran yang jelas. Tanpa ada sasaran, maka tidak ada motivasi yang digerakkan.

402

Solusi: Bagaimana kita sampai ke sasaran yang sesuai dengan sasaran para
anggota?

Kita harus mengubah sasaran yang secara mendasar terletak di balik sasaran taktis
atau sasaran strategis menjadi sasaran yang bisa menyelesaikan masalah. Anggota
di dalam sebuah perkumpulan berpikir tidak jauh dari non-anggota, kecuali dalam
perencanaan politik mereka. Karenanya kita harus memperlakukan mereka sama
seperti kita memperlakukan warga yang tidak terikat perkumpulan. Warga
menginginkan politik pertama-tama sebagai solusi permasalahan, demikian juga
pemilih mempunyai keinginan yang sama. Akan tetapi organisasi partai
menginginkan "hasil pemilu yang lebih baik", "lebih banyak pemilik mandat" dsb.
sebagai tangga pertamanya. Di sinilah perbedaan sasaran organisasi dari sasaran
politik anggota kita dan pemilih, meskipun perkumpulan tersebut dalam pemilu
datang dengan sebuah program dan telah menjanjikan solusi-solusi permasalahan.
Di dalam rapat-rapat pimpinan partai hampir tidak pernah dibicarakan tentang solusi-
solusi permasalahan. Politik, kalaupun itu memang ada, dibatasi di dalam fraksi saja.
Di dalam rapat pengurus dan pertemuan anggota yang dilakukan adalah manajemen
krisis untuk perkumpulan itu sendiri, dan selain itu anggota harus menolong relawan
lainnya. Hal itu tidak mencerminkan motivasi mereka sendiri.

{ Kurangnya komunikasi internal
Apabila anggota dan relawan lainnya tidak mengetahui bahwa mereka dimanfaatkan
untuk mencapai sasaran tertentu, bagaimana mereka bisa berpartisipasi di
dalamnya. Baru ketika mereka mempunyai perasaan bahwa dengan tindakan
mereka dapat dicapai sesuatu yang lebih baik, maka akan berkembang rasa percaya
diri yang biasanya berdampak positif terhadap relasi dengan organisasi. Kita harus
berteriak minta tolong apabila kita ingin memotivasi seseorang untuk menolong.
Solusi: bagaimana kita membangun komunikasi, agar menimbulkan motivasi?
Komunikasi harus teratur dan penuh makna. Komunikasi harus memperjelas relawan
bahwa hal ini terkait dengan pimpinan, bahwa relawan diinformasikan dan mereka
dibayangkan dalam situasi untuk memutuskan, apakah mereka ingin berpartisipasi di
dalamnya.

Hal ini berarti bahwa komunikasi tersebut menunjukkan isi sebagai berikut:

403

Apa yang ingin kita lakukan, mengapa dan kapan? Bantuan apa saja yang kita
perlukan? Bagaimana komunikasi per satuan dibangun, tergantung dari kondisi
setempat dan cara komunikasi yang khas dilakukan di dalam perkumpulan tersebut.
Selain itu komunikasi di dalam perkumpulan harus diuji. Apakah komunikasi ini
memenuhi persyaratan untuk sebuah pendekatan yang memotivasi para relawan kita
ataukah tidak?

{ Beban terlalu banyak atau beban terlalu sedikit
Anggota yang bekerja secara sukarela semuanya membawa sejumlah pengetahuan
dalam kapasitas tertentu, pengalaman dan kemampuannya. Apabila mereka merasa
dibebani terlalu banyak oleh pimpinan, maka mereka akan menolak dan melarikan
diri.
Contoh: menjaga sebuah stand informasi. Dalam hal ini untuk
banyak anggota merupakan beban yang terlalu berat, karena
mereka merasa bahwa mereka sedikit sekali memahami latar
belakang tentang politik atau bagi mereka pesan yang
disampaikan tidak jelas. Mereka takut menghadapi warga untuk
berdiskusi dengannya.
Apabila sebaliknya oleh pimpinan mereka diberi beban yang terlalu sedikit secara
intelektual, misalnya sebagai tenaga pembantu untuk kegiatan-kegiatan yang tidak
penting, maka rasa harga diri mereka bisa terluka. Mereka tidak memiliki semangat
untuk melakukan pekerjaan yang tidak layak menurut pandangan mereka.
Misalnya: pekerjaan tukang dalam memasang poster. Kegiatan
tersebut ditolak oleh beberapa anggota, karena mereka
menganggap tugas itu tidak cocok bagi mereka, bahwa seorang
"kepala" (seorang intelektual) harus bekerja dengan "tangan".
Dalam kenyataannya seringkali pekerjaan tangan melampaui
juga kemampuannya dalam bertukang, yang memang kembali
lagi menjadi tema "beban yang terlalu berat".

Solusi: Bagaimana kita dapat menempatkan orang yang tepat pada posisi yang
tepat?
Untuk itu kita harus mengenal orang-orang tersebut beserta pengalaman mereka,
kemampuan mereka, tapi juga dengan ketakutan mereka, respek mereka dsb. Pada

404

kenyataannya pihak pimpinan akan merasa senang apabila mereka mengetahui
siapa nama orang-orang tersebut, di mana mereka tinggal dan kadang-kadang
bahkan mereka tahu, pekerjaan apa yang mereka lakukan. Di sini tampak model
gunung es. Kita hanya mengenal puncak gunung es, namun kita hampir tidak
mengetahui apa yang ada di bawah permukaan gunung es tadi. Itulah alasan-alasan
untuk mencari tahu tentang keikutsertaan atau pantangan mereka.

Kita mengenal banyak anggota hanya dari formulir pendaftaran keanggotaan dan
kadang-kadang melalui sebuah pertemuan. Hampir tidak seorangpun yang benar-
benar berusaha untuk mengenal siapa saja di balik para relawan tersebut. Dan
selama hal itu tidak terjadi, maka partai tidak akan berhasil memotivasi orang-orang
dan turut membantu, bahwa orang tersebut bekerja pada tempat yang tepat.

Untuk mengatasi kelemahan ini pihak pimpinan perkumpulan harus berkomunikasi
langsung dengan para anggotanya. Mereka harus mencoba untuk melihat keluar
dari lingkungan mereka sendiri untuk mengenali pribadi lingkungan yang lainnya.
Dan berdasarkan pengenalan ini mereka harus mencoba untuk memadukan sebuah
rencana integrasi bersama dan karir yang mungkin dilakukan di dalam perkumpulan.

{ Permainan kekuasaan
Sebagian pihak pimpinan memanfaatkan anggotanya untuk permainan kekuasaan
mereka. Pencapaian mayoritas dalam pertemuan-pertemuan anggota, memancing
rahasia pimpinan lainnya, dsb. Dalam permainan semacam ini para anggota yang
sebenarnya ingin mencari solusi permasalahan di dalam masyarakat kehilangan
harapan mereka sendiri dan setelah beberapa saat akan mundur akibat permainan
kekuasaan ini.
Siapa yang ingin menyalahgunakan orang lain untuk tujuan pribadinya, akan
kehilangan dukungan.

Solusi: bagaimana kita membuat para anggota tidak terikut campur dalam permainan
akal bulus untuk merebut kekuasaaan dan karir?

405

Ini adalah salah satu tugas terberat karena di dalam perkumpulan hal tersebut
memang manusiawi dan kekuasaaan serta dampaknya merupakan kebutuhan dasar
setiap manusia, pada seseorang mungkin lebih banyak, pada yang lainnya mungkin
lebih sedikit. Cara yang terbaik adalah diciptakannya loyalitas terhadap perkumpulan
tentang isi dan aksi untuk menyelesaikan masalah, agar anggota merasa dekat
dengan perkumpulannya dan tidak hanya merupakan keterikatan pada pimpinan.

{ Tidak diperhatikannya kompetensi tenaga relawan
Sebuah perbedaan mendasar antara tenaga tetap dan tenaga relawan terletak pada
pemahaman bahwa tenaga tetap memiliki kesadaran untuk mencapai tujuan.
Karenanya tenaga tetap terfokus pada tujuan, dalam hal ini untuk mencapai sasaran
strategis atau sasaran taktis dari partai. Kegiatan tenaga relawan terfokus pada
masalah. Tenaga relawan ingin menyelesaikan masalah atau ikut membantu, bahwa
masalah tersebut terselesaikan. Dalam penyelesaian masalah ini ia tampil sebagai
makhluk seutuhnya, dalam arti dengan segala kompetensi dan kemampuannya. Dan
tenaga relawan ingin menjaga perasaan baiknya dalam memecahkan masalah.
Karena itu minatnya tidak hanya terpaku pada tujuan, melainkan pada seluruh
proses. Tenaga relawan berorientasi pada proses. Apabila seseorang
memperlakukan orang lain sebagai anak di bawah umur, maka tidak mengherankan
jika mereka bertindak seperti anak di bawah umur.

Solusi. Bagaimana kita memimpin kegiatan-kegiatan bersifat kehormatan yang
dilakukan relawan agar mereka dapat memanfaatkan kompetensi mereka?
Orientasi terhadap proses menuntut dari pihak pimpinan sebuah sikap manajemen
yang harus bisa mendelegasikan tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab.
Artinya kegiatan-kegiatan relawan bukan dimanfaatkan sebagai kepanjangan tangan;
kegiatan tersebut harus dapat mengendalikan sendiri prosesnya. Metode yang
disebut dengan pimpinan melalui sasaran ini menuntut sebuah instrumen yang
tidak terlalu berkembang di ranah politik. Instrumen tersebut bernama controlling.
Controlling juga membuat pekerjaan pengurus dan perkumpulan secara keseluruhan
lebih efisien. Dan ini adalah sesuatu yang diinginkan pula oleh anggota yang
bermotivasi. Anggota tersebut menginginkan bahwa waktu kerja yang diberikannya
dimanfaatkan dengan baik dan memberikan hasil.

406


{Hilangnya minat dari pihak pimpinan
Seringkali pimpinan tidak memiliki minat yang sungguh-sungguh terhadap
keanggotaan yang benar-benar bermotivasi. Karena anggota yang bermotivasi tentu
saja merupakan bagian dari sistem dan karenanya mempunyai hak, tidak hanya
untuk bekerja, namun juga untuk menilai secara kritis, hasil apa saja yang diperoleh
pekerjaannya. Selain itu kita tidak dapat menyalakan dan mematikan motivasi;
motivasi adalah suatu keadaan yang juga akan didukung apabila motivasi tersebut
sudah dibangkitkan. Ini berarti bahwa pimpinan tidak dapat mengharapkan bahwa
anggota dimotivasi dengan seruan dan setelah menyelesaikan sebuah tugas,
kemudian kembali lagi menjadi lesu. Seringkali keluhan dari pimpinan tentang
minimnya motivasi anggota tidak berdasar dan hanya dianggap sebagai alasan
belaka.

19.2. Faktor-faktor operasional

Di samping faktor-faktor manusia, masih ada faktor-faktor operational yang perlu
diperhatikan untuk keberhasilan implementasi sebuah strategi.

19.2.1. Prinsip desakan waktu

Prinsip kecepatan harus diberi prioritas di sini. Berbeda dari proses perencanaan
yang berlarut-larut dan memerlukan pertimbangan yang penuh kehati-hatian,
implementasi harus berlangsung dengan cepat, karena semakin lama ditundanya
pelaksanaan sebuah perencanaan, semakin sedikit pula faktor situasional aktual
dipertimbangkan. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya sebuah kebocoran juga
semakin besar, sehingga dapat mengakibatkan bagian-bagian dalam perencanaan
bocor ke publik dan menghambat tindakan yang akan dilakukan.

Elemen kedua yang perlu diperhatikan adalah timing
120
. Keberhasilan pelaksanaan
sangat tergantung pada ketepatan waktu yang dipilih. Untuk memulainya, pemilihan
waktu ini harus dikoordinasikan dengan kegiatan-kegiatan lain yang telah
direncanakan, dan harus pula selaras dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh unit-

120
Lihat juga bab 4.2.3

407

unit taktis lainnya. Selain itu, jadwal khusus yang terjadi di luar jangkauan kita juga
perlu diperhatikan, seperti misalnya bulan Ramadhan di negara-negara berpenduduk
Islam, hari Natal di negara-negara mayoritas Kristen, Olimpiade, libur panjang, dan
sebagainya.

Faktor yang ketiga adalah mengikuti arus tren. Jika kita berhasil mengikuti arus yang
menarik dan membawa kita ke arah yang benar, hampir dipastikan kita dapat
menghemat sumberdaya yang cukup besar dan bisa lebih cepat melihat serta
menikmati keberhasilan tanpa harus melakukan banyak upaya. Tapi jika gelombang
arus ini menuju ke arah yang salah, dapat dipastikan bahwa segala upaya kita tidak
akan membawa keberhasilan. Oleh karena itu, pengamatan terhadap tren atau
kecenderungan yang ada di dalam masyarakat harus sudah dilakukan dalam
perencanaan strategi, dan harus diberi perhatian khusus dalam implemetasi di
tingkat taktis.

Satu hal yang harus benar-benar dihindari dalam proses pelaksanaan adalah
menunda waktu kampanye, atau lamanya masa tunggu untuk dimulainya sebuah
tindakan. Perlu dicatat, adalah penting memusatkan perhatian pada kerangka waktu
yang telah ditetapkan dan pencapaian sasaran dalam jangka waktu yang
ditargetkan. Ketika terjadi penundaan yang sangat lama untuk pelaksanaan sebuah
rencana, atau dalam kasus di mana masa kampanye diperpanjang, tanda-tanda
keletihan hampir bisa dipastikan akan terpancar dari para aktivis dan organisasi.
Bukan hanya itu, masyarakat pun akan mengalami hal serupa jika kampanye
berlangsung terlalu lama, sehingga perhatian mereka akan beralih pada hal-hal lain.

19.2.2. Prinsip penyesuaian yang fleksibel

Fleksibilitas merupakan pengenalan dan pemahaman yang lebih baik atas
tantangan atau peluang spesifik dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi-kondisi ini. Fleksibilitas bukan berarti sikap sesuka hati. Perencanaan
strategis dan taktis sebisa mungkin harus dapat diwujudkan. Tetapi karena suatu
kondisi dan situasi atau karena adanya kejadian tertentu, dimungkinkan bagi kita
untuk menggeser batas waktu, atau melakukan penyesuaian dengan budaya
setempat, atau mempertimbangkan kondisi cuaca. Mengingat faktor-faktor ini,

408

fleksibilitas bisa dikatakan sebagai cara halus untuk menyesuaikan pelaksanaan
kampanye dengan kondisi lokal untuk mencapai tujuan yang lebih besar, dalam
kerangka waktu telah ditetapkan.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: Prinsip utama taktik militer seperti sifat
air. Sama seperti air yang menghindari ketinggian dan senantiasa mengalir
ke tempat yang rendah, pasukan harus menghindari pasukan tentara
lawan yang kuat beserta daerah kekuasaannya dan menggempur sisi
lemahnya.

Elemen lain untuk penyesuaian adalah langkah inovatif dalam pelaksanaan. Suatu
kegiatan atau sebuah aksi yang pernah berhasil di masa lalu tidak boleh ditiru begitu
saja, karena syarat dan situasi yang ada berbeda di satu tempat dengan tempat
lainnya dan dari waktu ke waktu. Sebuah bentuk kegiatan yang berhasil tahun lalu
belum tentu akan berhasil juga tahun ini, karena, sebagai contoh, pesaing bisa saja
memberikan tawaran yang lebih kompetitif dan lebih diminati oleh kelompok target
dibandingkan dengan produk yang kita tawarkan.

Langkah inovatif sangat diperlukan, karena repetisi aksi atau tindakan tertentu yang
terus-menerus akan membuat lawan dapat memperhitungkan langkah kita, sehingga
ia dapat bersiap-siap atau bahkan menghalangi serta menggagalkan kegiatan-
kegiatan yang telah kita rencanakan. Kebiasaan yang menjadi tipikal aktivis dalam
kampanye pemilu di tingkat lokal adalah mengulangi rencana aksi tahun
sebelumnya. Cara seperti ini dalam jangka panjang dapat membawa malapetaka
kegagalan, karena sikap manusia, konsumsi media dan teknologi senantiasa selalu
berubah. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan tren-tren baru yang ada dalam
masyarakat, sehingga aksi-aksi yang direncanakan dapat membangkitkan minat
mereka karena hal-hal baru yang kita tawarkan.

Sama seperti kita yang senantiasa berusaha mengejutkan lawan, akan selalu ada
situasi di mana lawan juga mengambil langkah-langkah yang sama dengan yang kita
lakukan untuk mengejutkan kita. Dalam situasi seperti ini, kita harus meresponnya
secara fleksibel. Untuk itu, orang yang bertanggung jawab dalam menanganinya
harus memiliki kesanggupan untuk mengambil keputusan. Ada kalanya, kita perlu

409

juga menolak instruksi pimpinan politik untuk menghindari pertikaian atau
menghindari munculnya sebuah konfrontasi demi mencapai keseluruhan sasaran
atau setidaknya sasaran kita tidak terancam bahaya. Apabila tidak ada waktu untuk
berkoordinasi dan bersepakat dengan pimpinan, maka keputusan harus diambil di
tempat yang paling tepat di mana keputusan tersebut harus diambil yakni di tingkat
lokal.

19.2.3. Prinsip ilusi

Manuver-manuver tipuan atau ilusi dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan
strategis. Tipuan ini untuk mengalihkan perhatian lawan dari bidang-bidang tertentu
yang tidak menguntungkan kita. Prinsip ini juga berguna agar lawan membangun
pertahanan di tempat-tempat tertentu yang sama sekali tidak akan kita serang,
sehingga pertahanannya di tempat-tempat lain menjadi lemah.

410

20. PENGENDALIAN STRATEGI

Pengendalian strategi mencakup terselesaikannya suatu perencanaan strategis,
dimulainya pemeriksaan kembali atas rencana strategi lama serta pengembangan
rencana-rencana strategi baru. Setiap kali suatu strategi diimplementasikan, kita
perlu kembali mengumpulkan data-data untuk tujuan menilai dampak dari langkah-
langkah yang diambil terhadap sasaran-sasaran taktis dan strategis kita. Data-data
yang terkumpul mungkin mengharuskan kita melakukan beberapa modifikasi.

Dengan begitu, hanya pengendalian strategi yang dapat memastikan bahwa
kebijakan yang benarlah yang dijalankan. Perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat dicatat dan didokumentasikan melalui instrumen pengendalian
strategi. Apabila perubahan-perubahan tersebut berakibat harus diubahnya kekuatan
atau kelemahan yang mendasari perencanaan strategi, maka strategi yang ada juga
perlu diubah sesuai dengan perubahan tersebut. Tetapi jika perubahan yang terjadi
tidak signifikan atau secara strategis tidak relevan, maka tidak perlu mengubah
strategi tersebut secara serampangan.

20.1. Pengumpulan data intelijen dan mendapatkan informasi

Mencari informasi dan pengumpulan data intelijen merupakan prasyarat penting bagi
keberhasilan sebuah strategi. Prasyarat bagi suatu perencanaan strategis adalah
pengetahuan tentang diri kita sendiri, tentang lawan kita dan tentang masyarakat di
mana strategi akan diterapkan.

Tentang hal ini Sun Tzu berkata: Jika kamu mengenal lawanmu dan
mengenal dirimu sendiri, kemenanganmu tidak diragukan lagi. Apabila
kamu tahu mana Langit dan mana Bumi, maka kemenanganmu akan
sempurna.

Ada banyak cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Metode-metode
berikut ini kerap digunakan untuk keperluan ini:
1.Survei representatif (studi lapangan kuantitatif)
2.Survei Delphi atau survei kelompok fokus (survei kelompok target kualitatif)

411

3.Survei Omnibus
4.Evaluasi terhadap media
5.Spionase
6.Pengumpulan data intelijen dari sekutu-sekutu lawan

20.1.1. Survei representatif (Survei lapangan kuantitatif)

Survei penduduk representatif merupakan instrumen klasik untuk pengumpulan data.
Apakah dan sejauh mana hasil survei semacam ini bermanfaat bagi pengembangan
suatu strategi tergantung dari berbagai faktor terkait lainnya. Akibatnya, data survei
yang dipublikasikan itu sendiri tidaklah mencukupi sebagai dasar penilaian.

Masalah yang terdapat dalam survei-survei yang dipublikasikan adalah bahwa hasil
suvey itu sendiri digunakan sebagai instrumen untuk menimbulkan perubahan sikap
dan ekspektasi. Dalam hal ini, survei merupakan alat untuk mempengaruhi politik.
Akibatnya, beberapa negara sekarang memutuskan untuk melarang
dipublikasikannya hasil survei selama kurun waktu tertentu menjelang pemilu. Tapi
dampak dari kebijakan ini sangat bervariasi, karena selama masa pelarangan itu
rumor menyebar seperti api. Hasil survei yang dipublikasikan pada hari-hari terakhir
menjelang pemilu terutama sangat penting karena dapat memicu efek
"bandwagon".
121

122
Efek ini terjadi atas kenyataan bahwa banyak orang yang
kemudian memberikan suaranya kepada orang yang diharapkan akan
memenangkan pemilu. Mereka ingin mendukung pihak pemenang. Efek yang juga
digambarkan sebagai "last minute swing" dapat membuat perubahan hingga 3-4 %.
Efek yang lebih dramatis bahkan bisa terjadi apabila ada aturan yang mensyaratkan
batas minimum perolehan suara suatu partai untuk dapat terwakili di parlemen.

Di Turki, misalnya, terdapat ketentuan klausul pemotongan 10% pada
pemilu nasional. Apabila survei memperlihatkan bahwa suatu partai jelas-
jelas memperoleh hasil di atas 10%, maka hal ini tidak menjadi masalah.
Tapi jika hasil yang diperoleh mendekati 10% atau bahkan kurang,

121
Band-Wagon-Effekt adalah efek orang yang ikut-ikutan. Orang berorientasi terhadap gerobak dengan
orkes musik pengiring. (Band wagon).
122
Harvey Leibenstein: Bandwagon, Snob, and Veblen Effects in the Theory of Consumers Demand,
The Quarterly Journal of Economics (May 1950).

412

maka pemilih akan beralih untuk memicu suatu efek fungsional melalui
suara mereka. Mereka akan meninggalkan suatu partai yang kemudian
terancam tidak terwakili di parlemen, dan beralih ke partai yang lebih besar
yang mereka harapkan memiliki posisi yang lebih baik untuk mencegah
masuknya suatu partai yang tidak mereka inginkan ke parlemen.

Survei kuantitatif berfungsi mengungkapkan serta mengawasi secara ketat aspirasi
pemilu, perkembangan tren politik, popularitas politisi di mata publik serta komponen
citra.

Cara terbaik memanfaatkan survei seperti ini adalah dengan menugaskan
dilakukannya suatu survei untuk asesmen diri sendiri. Dalam hal ini, cakupan serta
arah survei dapat kita tentukan sendiri. Tren-tren yang ada akan terbaca
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan standar. Cara ini dapat pula mencegah
terjadinya kesalahan penilaian akibat pertanyaan yang dirumuskan secara tidak tepat
oleh lembaga-lembaga survei.

Apa saja persyaratan yang perlu dipenuhi agar hasil survei dapat bermanfaat?
1. Survei tersebut harus memberikan hasil yang representatif.
Karena alasan keterbatasan waktu, pengorganisasian dan keuangan tidak
mungkin menanyai semua responden di daerah geografis yang ditentukan,
maka survei pasar dan pendapat biasanya menggunakan instrumen random
(sampling acak). Timbul pertanyaan di sini apakah hal ini dimungkinkan, dan
apakah sampling acak ini sungguh-sungguh memperlihatkan pendapat
keseluruhan. Pertanyaan ini harus dijawab dengan "ya" sebab berdasarkan
"hukum angka besar"
123
hal ini dimungkinkan dengan faktor probabilitas yang
tinggi. Besarnya jumlah sampel acak merupakan faktor ketepatan. Yang
penting di sini bukanlah hubungan antara sampel acak dengan keseluruhan
jumlah penduduk atau besarnya jumlah sampel. Suatu upaya dilakukan untuk
mencapai suatu kesamaan struktural antara sampel acak dan populasi dasar.
Ini artinya distribusi karakteristik yang relevan bagi survei tersebut harus
identik antara populasi dasar dan sampel acak. Apabila sampel acaknya lebih

123
Juga dikenal dengan sebutan Rumus Bernoulli. Menurut rumus ini, probabilitas (P) dengan jumlah
yang cukup besar (n), dimana frekuensi (m) dari suatu kejadian hampir sama dengan kemungkinan terjadinya
probabilitas (p) secara arbitrari mendekati satu.

413

kecil tapi representatif yang realistik terhadap populasi, maka inferensi bisa
ditarik dalam hal nilai riil populasi atas dasar hasil pengambilan sampel acak.
Atau dengan kata lain: sampel acak cukup representatif mewakili penduduk
secara keseluruhan.

2. Ukuran sampel harus cukup besar agar kesalahan pengambilan sampel acak
tetap minimal. Kesalahan sampling dan kesalahan pengambilan sampel acak dan
dengan demikian kesalahan dari variabel terukur tergantung pada dua besaran: pada
karakteristik variable tersebut (p) dan ukuran sampel acak (n). Secara umum dapat
dikatakan bahwa pengambilan sampel acak dengan 2000 wawancara memiliki faktor
probabilitas yang cukup tinggi. Bahkan 1000 wawancara pun sudah cukup untuk
membuat pernyataan yang mewakili suatu daerah pemilihan. Permasalahan muncul
ketika hasilnya diterapkan di tingkat regional. Sampel acak yang dibuat kurang dari
1000 wawancara jelas tidak bisa diandalkan. Tabel berikut ini memberi gambaran
tentang ketepatan hasil sebuah survei:

Hasil (p) 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50%
90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55% 50%
Sampel
acak (n)

1000 1,9 2,3 2,5 2,7 2,9 3,0 3,1 3,1 3,2
900 2,0 2,4 2,7 2,9 3,1 3,2 3,3 3,3 3,3
800 2,1 2,5 2,8 3,1 3,2 3,4 3,5 3,5 3,5
700 2,3 2,7 3,0 3,3 3,5 3,6 3,7 3,8 3,8
600 2,5 2,9 3,3 3,5 3,7 3,9 4,0 4,1 4,1
500 2,7 3,2 3,6 3,9 4,1 4,3 4,4 4,4 4,5
400 3,0 3,6 4,0 4,3 4,6 4,8 4,9 5,0 5,0
300 3,5 4,1 4,6 5,0 5,3 5,5 5,7 5,7 5,8
200 4,3 5,1 5,7 6,1 6,5, 6,7 6,9 7,0 7,1
100 6,0 7,1 8,0 8,7 9,2 9,5 9,8 9,9 10

Sisi kiri tabel memperlihatkan berbagai ukuran sampel acak yang
dimungkinkan, dan kolom vertikal memuat karakteristik probabilitas variabel
mulai 10 hingga 50%. Tabel ini dibuat atas dasar tingkat signifikansi sebesar

414

95,5%. Angka pertama dalam tabel menyatakan, misalnya, bahwa pada
pengambilan sampel acak 1000 kasus dan karakteristik variabel antara 10%
hingga 90% deviasi standar yang terjadi adalah 1,9%. Dengan tingkat
keyakinan sebesar 95,5%, hasilnya akan berkisar pada kisaran 88,1% dan
91,9%. Tabel ini secara jelas memperlihatkan bahwa sambil melakukan
interpretasi terhadap angka-angka yang ada, kita perlu memperhitungkan
jumlah kasus yang dikaitkan dengan nilai prosentase, karena kesalahan
sampel akan meningkat sejalan dengan menurunnya jumlah kasus.

3. Tidak boleh ada distorsi dalam pengambilan sampel acak
Distorsi dapat terjadi ketika, baik secara tidak sengaja atau akibat
kecerobohan, komposisi sampel acak tidak mencerminkan struktur populasi.
Jika misalnya, dalam survei tersebut melibatkan terlalu banyak responden
laki-laki dan terlalu sedikit responden perempuan, atau jumlah orang yang
termasuk dalam kelompok umur tertentu kebetulan terlalu besar, atau jika
survei hanya dilakukan di daerah perkotaan dan tidak mengikutsertakan
daerah pedesaan, maka kesimpulan yang ditarik dari hasil survei tersebut
adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. Terdapat masalah di negara-negara
yang tidak memiliki data statistik tentang penduduknya, dan dalam situasi
seperti ini kita bahkan tidak dapat menetapkan apakah survei dengan sampel
acak tersebut terdistorsi atau tidak. Oleh karena itu, risiko terjadinya distorsi
pada saat mengevaluasi data survei seperti itu juga sangat tinggi.

4. Pengukuran sampel acak harus dilakukan secara konsisten. Artinya, survei
tersebut beserta faktor-faktor pembobotannya harus diketahui untuk
menyeimbangkan distorsi yang mungkin terjadi. Akan lebih baik jika kita dapat
mengakses data mentahnya. Persyaratan-persyaratan ini biasanya tidak dipenuhi
oleh survei-survei yang dimuat di koran-koran. Dalam kasus-kasus seperti ini selalu
terdapat kemungkinan bahwa telah terjadi manipulasi dalam hal pembobotan. Ini
bahkan diakui oleh Churchill sendiri ketika menyatakan bahwa ia hanya
mempercayai statistik yang ia utak-atik sendiri.

5. Satu survei saja tidaklah cukup. Obsesi para politisi terhadap survei didasarkan
pada kenyataan bahwa mereka sesungguhnya tertarik pada jawaban atas tiga

415

pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkait dengan tingkat popularitas
mereka, rating citra mereka serta bagaimana pemilih akan memberikan suaranya
(disebut juga dengan pertanyaan hari Minggu.) Ketiga pertanyaan tersebut adalah
hal-hal yang kurang penting bagi para perencana strategi. Yang jauh lebih penting
adalah daftar masalah-masalah politik, rating tentang kompetensi partai, kandidat
atau pemerintah dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Akan tetapi, sebagai
rating yang terpisah, semua hasil tersebut tidak banyak artinya. Akan jauh lebih baik
apabila beberapa survei dilakukan beruturut-turut, dan tren di masing-masing rating
dievaluasi.

6. Kuesioner yang digunakan mempengaruhi hasil akhir suatu survei. Hasil suatu
survei tergantung pada kalimat-kalimat pertanyaan yang diajukan. Pemilihan kata
pada kalimat pertanyaan dapat merefleksikan banyak sekali kesalahan. Ketika
partai-partai merumuskan sendiri pertanyaan-pertanyaan untuk survei, seringkali
terjadi kesalahan fatal akibat penggunaan kata-kata atau pertanyaan kunci yang
salah.

7. Iklim politik juga mempengaruhi hasil akhir suatu survei.
Dalam atmosfir politik yang represif dan dipenuhi ketakutan, survei biasanya
tidak ada gunanya. Contoh yang khas dari situasi ini adalah kegagalan fatal
yang dialami lembaga-lembaga survei di Nikaragua pada pemilu tahun 1990.
Di sini, seperti juga yang terjadi di negara-negara Eropa Timur setelah
runtuhnya sosialisme, terlalu banyak kebohongan atau penyangkalan yang
sangat terang benderang sehingga hasil survei tidak lagi dapat dianggap
representatif. Memang banyak responden yang senang melakukan hal ini,
mereka secara sadar memberikan keterangan palsu untuk mengungkapkan
ketidakpuasan mereka terhadap sistem politik yang ada, atau mereka
membuat hasil lembaga survei menjadi tidak sah.

8. Cara pewawancara membawakan diri juga memainkan peranan dalam
menentukan hasil akhir suatu survei.
Akibatnya, survei-survei yang dilakukan sendiri oleh partai yang ikut
berkompetisi dalam pemilu (dengan personil-personilnya sendiri yang tidak
dilatih secara memadai), biasanya tidak ada gunanya.

416


Oleh sebab itu, evaluasi terhadap hasil survei harus dilakukan dengan sangat hati-
hati. Di sisi lain, survei yang diformulasikan dengan baik dapat dijadikan instrumen
yang sangat bagus bagi para perencana strategi.

Jenis survei yang ditampilkan di sini lebih ditujukan untuk mewakili fakta-fakta secara
kuantitatif. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya merupakan pertanyaan
tertutup yang hanya dapat dijawab dengan ya atau tidak, ataupun pertanyaan
multiple choice.
124
Dalam hal ini pilihan yang tersedia adalah:
- Memilih satu di antara beberapa alternatif jawaban yang tersedia, atau
- Memilih dari daftar yang diberikan, atau
- Memilih kartu-kartu dan kemudian menyusunnya dengan urutan tertentu, atau
- Memilih dari ilustrasi gambar, atau
- Mengambil sikap terhadap pilihan posisi yang ditampilkan dalam suatu lembar
dialog, atau
- Mengutarakan persetujuan atau penolakan atas suatu skala pengukur.

Ada respon-respon yang disusun sebelumnya untuk setiap kasus. Jika tidak ada
jawaban yang dirasa sesuai, responden dapat menjawab dengan "tidak tahu" atau
"tidak mau menjawab." Dalam jenis survei seperti ini terdapat pula kemungkinan
mengajukan pertanyaan terbuka. Responden bebas memiliki kesempatan
memberikan jawabannya sendiri. Pertanyaan terbuka akan meningkatkan biaya
sebuah survei. Jawaban-jawaban responden pun harus dikodifikasi oleh suatu
lembaga survei agar hasil yang diperoleh dapat terwakili secara kuantitatif. Nilai dari
pertanyaan dan jawaban terbuka tergantung pada kualitas dari kodifikasi tersebut,
yang sangat sulit ditentukan.

Dengan perubahan metode survei dari metode face-to-face (langsung) menjadi
survei lewat telepon maka muncul tantangan-tantangan baru dalam penilaian survei.




124
Andreas von Kirschhofer-Bozenhardt, Gabriele Kaplitze "Der Fragebogen" (Lembar Pertanyaan)
dalam Kurt Holm, Die Befragung 1 (Survei 1), UTB 1975-1982.

417

20.1.2. Survei Delphi dan survei kelompok fokus (Survei kelompok target
kualitatif)

Survei Delphi digunakan untuk mengumpulkan pendapat para ahli dan digunakan
sebagai dasar bagi perencanaan dan asesmen tentang perkembangan mendatang di
bidang perekonomian dan politik. Anggota-anggota suatu kelompok Delphi
diwawancarai secara anonim dan terpisah, yakni tidak ada komunikasi di antara para
anggota tersebut. Setelah dikumpulkan, jawaban mereka dikirim kembali kepada
para anggota kelompok untuk ronde kedua penjajakan dan pembentukan opini.
Beberapa ronde mungkin harus dilakukan sampai tercapainya suatu konsensus
tertentu.

Di beberapa negara, survei semacam ini seringkali dilakukan secara besar-besaran
dengan melibatkan pakar-pakar dalam bidang tertentu. Ada Delphi teknologi, Delphi
soial-budaya, atau Delphi lingkungan hidup.

Suatu metodologi yang agak berbeda digunakan oleh survei kelompok terfokus
(FGD). Di sini kelompok-kelompok kecil (10-14 peserta) yang terdiri dari wakil-wakil
yang diseleksi dari kelompok target khusus diundang ke dalam sebuah diskusi
kelompok yang berlangsung sekitar tiga jam. Dalam diskusi yang dipimpin seorang
moderator profesional ini, isu-isu tertentu dibahas dengan kelompok target dan
kepada mereka diminta untuk memberikan opini. Diskusi ini direkam dan kemudian
dievaluasi.

Risalah diskusi serta hasil evaluasinya memberikan gambaran tentang sikap
emosional, evaluasi serta asosiasi pikiran. Gambaran ini jauh lebih realistis dalam
kaitannya dengan kelompok target, dibandingkan dengan hasil survei-survei
kuantitatif. Survei FGD terutama efektif dan sangat berharga untuk menguji logika
yang mendasari argumen-argumen tertentu, komponen citra serta sub-strategi
kelompok target tersebut.





418

20.1.3. Survei Omnibus

Survei Omnibus sesungguhnya adalah survei lapangan kuantitatif biasa. Yang
membedakannya dari survei biasa adalah bahwa survei ini dilakukan oleh gabungan
beberapa organisasi yang masing-masing dapat mengajukan pertanyaan dalam
jumlah terbatas. Metodologi ini memungkinkan dilakukannya survei secara lebih
sering dan murah.

20.1.4. Evaluasi Media

Media massa (koran, radio, televisi) merupakan sumber informasi yang penting.
Media harus dievaluasi secara berkala dan evaluasi tersebut harus tercakup dalam
pengendalian strategi dan perencanaan strategi. Berita media mingguan menjadi
dasar untuk pengambilan keputusan lebih lanjut. Akan tetapi tema-tema tertentu (isu-
isu kampanye) sebaiknya dilacak secara lebih ketat dan terus menerus. Informasi
yang terkumpul harus dirangkum dalam bentuk laporan khusus agar dapat dilakukan
asesmen yang lebih baik terhadap kecenderungan-kecenderungan yang ada di
lapangan. Selain itu, laporan media khusus daerah harus pula dibuat untuk dapat
mengidentifikasi defisit yang terjadi di daerah tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus
yang dilakukan pesaing. Hal yang disebut terakhir terutama sangat penting untuk
mengetahui apakah pesaing sedang membangun tonggak awal kemenangan
(bridgehead) atau menjalankan kegiatan-kegiatan khusus di daerah-daerah tertentu.
Dewasa ini penilaian kelompok diskusi di dalam media internet juga merupakan
tugas penting. Memang dapat dibayangkan bahwa di dalam internet cara dan jenis
berdiskusinya berbeda dari cara yang normal karena di sana posisi yang ditempati
jauh lebih keras dan lebih tidak bertanggungjawab, namun kita mengenali beberapa
pola argumentasinya.

20.1.5. Spionase

Data intelijen yang dikumpulkan melalui spionase merupakan salah satu instrumen
terpenting untuk mengumpulkan data tentang maksud-maksud pesaing, lawan atau
kelompok target. Meskipun spionase merupakan instrumen yang biasa dipakai dan

419

diterima secara umum dalam hubungan internasional, tapi di dalam arena politik dan
ekonomi dalam negeri, kegiatan spionase masih dianggap memiliki konotasi buruk.

Bagaimanapun, pengumpulan data intelijen melalui kegiatan spionase di kubu lawan
adalah suatu metode yang efektif dan sering digunakan orang. Ada beberapa jenis
mata-mata.

Mata-mata yang direkrut
Kawan pencari data intelijen demikian sebutan kita padanya selanjutnya bekerja
dalam atau dengan organisasi yang kita incar informasinya. Ia harus direkrut. Orang-
orang yang cocok untuk peran tersebut adalah:
1. Orang-orang yang pernah diperlakukan dengan buruk oleh pihak lawan
2. Orang-orang yang berada di pihak lawan tapi merasa tidak puas
3. Orang-orang yang belum berhasil mencapai tujuan karir mereka
4. Orang-orang yang ingin meraih keuntungan materi atau lainnya untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka
5. Orang-orang yang dapat diperas.

Jenis mata-mata yang direkrut ini didorong untuk mensuplai setiap informasi yang
dapat mereka akses. Menggunakan orang-orang seperti ini untuk mengumpulkan
informasi yang spesifik seringkali dapat menjadi sangat berbahaya karena mereka
kebetulan menjadi mata-mata dadakan, sehingga tidak memiliki pengetahuan yang
diperlukan untuk mencari informasi.

"Pengkhianat" dari barisan sendiri
Agen ini ditanam dengan tujuan memberi informasi yang salah kepada lawan. Ia
berasal dari barisan kita sendiri dan ditempatkan dekat dengan tempat-tempat yang
sering didatangi pekerja-pekerja penting pihak lawan. Bisa berupa restoran atau bar,
atau fasilitas-fasilitas olahraga dan rekreasi, atau pun lingkarang sosial mereka. Para
"pengkhianat" ini adalah orang-orang bermulut besar yang senantiasa
menyombong bahwa mereka mengetahui segala sesuatu yang terjadi dalam
organisasi kita. Sambil minum-minum atau jika malam sudah larut mereka lalu
memberi informasi yang kira-kira menarik bagi lawan. Tentu saja informasi ini sudah
direkayasa, dan sebagian dicampur dengan informasi yang asli. Begitu sang

420

pengkhianat dari barisan sendiri ini telah memenangkan kepercayaan dari pekerja-
pekerja penting organisasi lawan, mereka akan berusaha untuk merekrutnya sebagai
mata-mata lokal. Dalam situasi yang krusial, mata-mata lokal ini akan diberi informasi
yang akan memberi keuntungan strategis bagi organisasinya sendiri, jika lawan
mempercayai informasi yang diberikannya tersebut.

Sebuah variasi lain dari agen seperti ini adalah si mulut besar yang sesungguhnya
di organisasi kita sendiri yang senantiasa menceritakan segala informasi yang ia
miliki. Yang penting dalam hal ini adalah memberikan informasi kepadanya
sedemikian rupa sehingga tanpa disadari ia memberikan informasi yang salah
kepada pihak lawan.

Agen aktif yang murni
Agen ini berasal dari kubu sendiri dan disusupkan secara sadar ke dalam organisasi
lawan pada saat tertentu atau di daerah tertentu, atau ia berada dalam posisi yang
secara internal menggali informasi melampaui daerah atau kegiatannya sendiri.
Yang membedakan agen murni dengan agen pasif adalah bahwa agen pasif tidak
terlibat langsung dalam pelaporan yang sebenarnya. Ia "diaktifkan" hanya apabila
dirasa ada kebutuhan akan informasi tertentu. Selebihnya ia bekerja seperti biasa di
dalam organisasi lawan, berusaha membangun kepercayaan dan memanfaatkan
jalan yang tersedia untuk meniti tangga karir untuk masuk lebih dalam ke bidang-
bidang strategis yang penting.

Agen tidak sadar
Orang-orang ini dipekerjakan oleh pihak lawan yang memiliki informasi atau
setidaknya akses pada informasi. Orang-orang inilah yang kemudian didekati oleh
mediator informasi yang berusaha memeras informasi dari mereka. Biasanya
informasi ini diberikan tanpa disadari. Ada banyak contoh yang cukup terkenal soal
ini praktis semua pihak diuntungkan oleh kenyataan bahwa di tempat tidur tidak
lagi ada rahasia.





421

Informan
Pengumpulan data intelijen tidak selalu didasari oleh niat jahat. Pada beberapa
kasus, maksud yang mendasarinya adalah untuk memperoleh informasi yang secara
kualitatif lebih baik, misalnya, tentang sikap suatu kelompok target.

Ketika menggarap suatu kelompok target yang tidak kita kenal, misalnya
penduduk suatu daerah kumuh, sebaiknya kita merekrut seorang
penduduk yang bisa selalu dihubungi, yang secara teratur memberi
informasi kepada kita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah
atau di dalam kelompok tersebut.

Informan-informan seperti ini di daerah-daerah perkotaan tertentu dapat menjadi
sumber informasi yang penting bagi kandidat walikota. Tapi reputasi orang-orang
seperti ini menjadi buruk di bawah rezim otoriter, karena mereka sering dimanfaatkan
sebagai pemberi informasi. Oleh karena itu, sebagai sinonim digunakan istilah
"confidante atau orang kepercayaan. Apapun reputasi dari istilah tersebut,
instrumen ini luar biasa efektif dan bisa menjadi sangat berharga dalam memasuki
suatu kelompok target baru. Dalam keadaan tertentu, informan kita ini dapat
dimanfaatkan sebagai pemimpin opini di dalam kelompok tersebut.

20.1.6. Pengumpulan data intelijen dari sekutu lawan

Suatu bentuk lain mengumpulkan informasi tentang organisasi lawan adalah dengan
mencari data intelijen dari sekutu mereka. Mitra kita ini biasanya memiliki informasi
yang bagus tentang organisasi tersebut. Mitra-mitra seperti ini perlu dicari. Dengan
cara ini, informasi dapat diperoleh tanpa perlu melakukan penetrasi ke organisasi
lain.

20.2. Pengendalian

Pengendalian merupakan tugas yang penting dalam kerangka implementasi strategi.
Pengendalian didefinisikan sebagai sub-fungsi dari suatu operasi yang dibutuhkan
untuk pengelolaan. Pengendalian dapat diterapkan pada organisasi secara
keseluruhan atau hanya pada suatu operasi tertentu. Di sini dibedakan antara

422

pengendalian strategis dan pengendalian operasi. Biasanya salah satu anggota tim
manajemen atau staf Dewan Pimpinan Pusat (DPP) bertanggung jawab atas
pengendalian strategi. Seseorang dari tingkat operasi menengah atau bawah atau
seorang pengawas yang ditugaskan di wilayah ini bertanggungjawab atas
pengendalian operasi atau departemen.

Pengendalian atau pengawasan mencakup pengamatan apakah sasaran-sasaran
yang ditetapkan telah tercapai pada berbagai tingkatan serta memberi saran-saran
bagi pengelolaan organisasi bila terdapat kemungkinan penyimpangan dari target.
Saran dan usulan-usulan tersebut dicantumkan dalam laporan pengendalian dan
dipresentasikan kepada para manajer terkait untuk keputusan lebih lanjut.

Dalam buku ini, pembahasan tentang pengendalian pada dasarnya difokuskan pada
bidang pengendalian strategi bersama dengan pengendalian citra. Peran
pengendalian operasi dan keuangan menempati tempat kedua. Ada berbagai
literatur sekunder yang tersedia yang membahas topik-topik ini lebih mendalam.
125


Pengendalian strategi memerlukan pemeriksaan apakah jalannya target yang ada
dalam sub-strategi dan sasaran-sasaran yang diambil dari sub-strategi tersebut
dapat direalisir atau tidak. Karena itu, fokusnya bukanlah pada pengendalian
tindakan-tindakan yang diimplementasikan, melainkan bahkan pada pengendalian
apakah tindakan-tindakan tersebut benar-benar membantu mencapai sasaran yang
ditetapkan.

Ambil contoh, kita memiliki suatu sasaran sebagai berikut: "Hingga tanggal 1 bulan
10 tahun xx kita telah berhasil mengumpulkan sumbangan sebesar US$ 100.000 dari
kalangan pengusaha." Tujuan dari pengendalian adalah memastikan apakah operasi
yang direncanakan atau diimplementasikan sungguh-sungguh tepat untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan. Jika, misalnya, beberapa langkah tertentu telah diambil
tetapi hampir tidak ada reaksi dari para penyumbang, maka perlu dicari mengapa
mereka tidak tertarik sehingga perubahan yang diperlukan bisa diusulkan. Adalah

125
Jrgen Weber, Einfhrung in das Controlling (Pengantar Controlling), Schfer Verlag Stuttgart 1998;
Peter Horvath, Controlling, Vahlen, Mnchen, 1998; Robert S. Kaplan; David P. Norton: Balanced Scorecard.
Strategie erfolgreich umsetzen (Pelaksanaan Strategi yang Sukses). Schffer Verlag Stuttgart, 1997.

423

tugas departemen pengendalian untuk menyusun usulan seperti itu bersama-sama
dengan departemen terkait.

Departemen pengendalian hanya menjadi aktif ketika terjadi penyimpangan dari
sasaran yang direncanakan. Apabila data menunjukkan bahwa semua hal berjalan di
dalam koridor target, divisi pengendalian tidak perlu diaktifkan.

Selama kampanye politik, mekanisme pengedalian dihadapkan pada suatu
tantangan khusus untuk memonitor perubahan-perubahan yang terjadi dalam citra,
serta menetapkan apakah terjadi penyimpangan dari target image.

20.2.1. Instrumen pengendalian

Ada berbagai instrumen yang tersedia bagi pengendalian strategi dan citra. Dalam
hal pengendalian strategi, instrumen yang tersedia a.l.:
1. Berbagai laporan dari pengendalian operasi yang terdesentralisir, yakni laporan
dari berbagai departemen atau organisasi lokal tentang implementasi dari langkah-
langkah yang direncanakan serta keberhasilan atau kegagalan yang terjadi.
2. Asesmen terhadap media cetak atau media elektronik
3. Laporan para informan dari organisasi lawan
4. Laporan yang didapat dari sekutu-sekutu lawan
5. Survei-survei yang tersedia serta hasil dari survei-survei yang diperluas, seperti
survei Delphi dan FGD.
6. Laporan para informan dari berbagai daerah atau kelompok target.

Matriks pengendalian merupakan suatu instrumen pengendalian strategi yang
istimewa yang terutama tepat bagi pengawasan citra dan untuk memonitor mitra atau
pesaing kita. Matriks pengendalian mengumpulkan informasi dari media dan menarik
perhatian pada perubahan-perubahan yang terjadi.

Partai A Partai B Partai C Partai D Gereja Serikat Buruh
Partai A A/A B/A C/A D/A G/A SB/A
Partai B A/B B/B C/B D/B G/B SB/B

424

Partai C A/C B/C C/C D/C G/C SB/C
Partai D A/D B/D C/D D/D G/D SB/D
Gereja A/G B/G C/G D/G G/G SB/G
Serikat
Buruh
A/SB B/SB C/SB D/SB G/SB SB/SB

Matriks pengendalian mencatat pernyataan yang dibuat oleh berbagai peserta
sepanjang masa kampanye. Tabel di atas menggambarkan suatu kampanye yang
diikuti oleh empat partai di mana gereja dan serikat buruh sebagai mitra memiliki
peranan yang penting.

Garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah mewakili pernyataan dari organisasi-
organisasi tentang dirinya sendiri. Kita asumsikan bahwa kita adalah partai A. Dalam
hal ini target image kita harus tercantum di kotak A/A. Kotak A/B berisi semua
informasi yang dikatakan partai A (yakni kita sendiri) tentang partai B. Kotak D/G
berisi semua informasi yang disebarluaskan oleh partai D tentang Gereja. Pada
kotak SB/A kita temukan pandangan serikat buruh terhadap partai kita.

Suatu tanggal ditetapkan sebagai awal pengumpulan data. Media, yang harus dinilai,
harus didefinisikan dengan jelas dan tidak boleh diubah lagi sepanjang waktu
pengumpulan data. Data-data hanya akan dikumpulkan apabila terjadi perubahan.
Informasi yang tercermin di dalam matriks hanya mencerminkan informasi baru dan
informasi yang berbeda dari yang sebelumnya sudah dikumpulkan.

Lalu apa saja yang bisa kita baca dari matriks tersebut?
1. Kita dapat memverifikasi apakah pekerjaan kehumasan yang dilakukan organisasi
kita menciptakan target image atau tidak. Lebih jauh, kita bisa menetapkan siapa
yang bertanggungjawab apabila terjadi penyimpangan dari target image.
2. Kita dapat menetapkan bagaimana organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok
masyarakat menilai organisasi kita di depan publik dan apa dampaknya bagi citra
kita.
3. Kita dapat mengetahui apakah pihak lain, terutama pesaing kita, melakukan kerja-
kerja kehumasan yang koheren atau tidak, dan di mana letak celah atau kelemahan
pada organisasi lain yang dapat kita manfaatkan.

425

4. Kita dapat mengetahui bagaimana persepsi publik tentang hubungan di antara
para mitra dan bagaimana dalam situasi tertentu kita dapat memanfaatkan
perbedaan yang muncul.
5. Kita dapat mengetahui apakah hubungan di antara para peserta mengalami
perubahan. Misalnya kedekatan ataupun kerenggangan yang tiba-tiba terjadi di
antara mitra-mitra aliansi dapat menjadi indikator penting yang memperlihatkan
bahwa perkembangan yang secara strategis penting sedang terjadi di dalam aliansi-
aliansi dan di antara mitra-mitra aliansi.
6. Kita juga dapat menetapkan apakah organisasi kita diperhatikan atau tidak,
apakah pesaing kita sedang menyerang kita atau tidak, dan apakah organisasi kita
memenuhi pemberitaan di media.

20. 2. 2. Balanced score card

Balanced Scorecard muncul awal tahun 1990an sebagai sebuah instrumen untuk
merangkum strategi ke dalam sistem pelaporan. Hal ini terkait dengan menerapkan
strategi dalam sasaran-sasaran dan tindakan-tindakan yang terukur dan
mempresentasikannya secara ringkas kepada level pimpinan, sehingga situasi
sebuah strategi dapat dibaca setiap saat. Kaplan dan Norton
126
mengembangkan ide
tersebut dengan semboyan: Translate strategy into action. Kemudian visi dan
strategi sebuah perusahaan dipaparkan dalam empat wilayah perspektif, yakni
perspektif keuangan, perspektif perkembangan, perspektif klien dan perspektif
proses.

Untuk suatu partai keempat wilayah perspektif tersebut disesuaikan menjadi
perspektif pemilih, perspektif program, perspektif proses dan perspektif sumber daya.






126
Robert S. Kaplan dan David P. Norton: The Balanced Scorecard - Measures that Drive Performance.
In: Harvard Business Review. 1992, January-February hal. 71-79. Dan Robert S. Kaplan dan David P.
Norton: Putting the Balanced Scorecard to work. Dalam: Harvard Business Review. 1993, September-October
hal. 134-147.
perspektif
pemilih
Partai perspektif
program
perspektif
proses
perspektif
sumberdaya

426








Wilayah perspektif untuk sebuah partai

Dalam wilayah perspektif ini masing-masing sasaran, nomer-nomer kode,
tindakan/aksi yang harus dilakukan dan inisiatif dipaparkan dan dengan demikian
memberikan ringkasan tentang keadaan implementasi strategi.
Pemilih
Sasaran No. kode Tindakan Inisiatif
Program
Sasaran No. Kode Tindakan Inisiatif
Proses
Sasaran No. Kode Tindakan Inisiatif
Sumberdaya
Sasaran No. Kode Tindakan Inisiatif
Strategi/Visi

Presentasi Balanced Scorecard

20. 2.3. Laporan pengendalian

Instrumen pengendalian harus diperiksa kembali secara berkala dan setiap
penyimpangan dari sasaran dan juga perubahan pada data yang ada harus dicatat
dan digunakan untuk mengevaluasi strategi. Proses perencanaan strategi
127
berakhir
dengan disusunnya laporan pengendalian tersebut


127
Lihat model perencanaan militer Sun Tzu.

427

Pertama-tama, laporan-laporan pengendalian digunakan untuk mendokumentasikan
setiap penyimpangan dari skenario-skenario terdahulu yang digunakan sebagai
dasar perencanaan strategi dan dasar pengambilan kesimpulan. Apabila kita melihat
munculnya penyimpangan yang serius yang berdampak pada kekuatan atau
kelemahan, maka strategi kita perlu dimodifikasi sesuai dengan perubahan tersebut.
Oleh sebab itulah, rencana strategi yang telah ditetapkan bukan dimaksudkan untuk
berlaku sepanjang masa. Bahkan ia harus bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan
dengan kondisi yang berubah-ubah. Akan tetapi modifikasi hanya perlu dilakukan
apabila perubahan yang terjadi sungguh-sungguh serius dan juga cukup signifikan
dalam hal strategi. Apabila perubahan yang terjadi secara strategis tidak relevan,
maka tidak perlu mengubah strategi. Karena itu, pertimbangan yang cermat terhadap
semua aspek diperlukan di sini.

Selain itu, laporan pengendalian juga digunakan untuk mengantisipasi sejak dini
penyimpangan dari sasaran yang ditetapkan, dan untuk mengusulkan perubahan-
perubahan yang diperlukan. Tindakan seperti ini biasanya berdampak langsung
terhadap unit taktis atau unit terdesentralisir dan oleh sebab itu harus
dikoordinasikan bersama-sama dengan mereka.

20.3. Keamanan dan melindungi informasi

Pengendalian strategi tidak hanya terdiri dari pengumpulan data intelijen yakni
mengumpulkan informasi dan mengawasinya, tetapi juga pengamanan terhadap
strategi itu sendiri. Jika pekerjaan intelijen merupakan bagian ofensif dari
pengendalian strategi, maka pengamanan strategi merupakan bagian defensifnya.
Sebab, seperti kita, pesaing kita juga akan berusaha untuk memperoleh informasi
dan mengetahui rencana strategis kita dan memanfaatkannya demi kepentingan
mereka.

Oleh karena itu rencana strategis harus diperlakukan secara hati-hati dan kita perlu
mengamankannya dari kemungkinan kebocoran dari dalam organisasi kita sendiri.




428

20.3.1. Kerahasiaan rencana strategis

Salah satu cara yang paling penting untuk mengamankan strategi adalah dengan
merahasiakannya. Hanya pucuk pimpinan tertinggi yang boleh mengetahui rencana-
rencana tersebut. Bahkan mereka pun tidak boleh memegang salinan rencana
tersebut. Setiap salinan rencana harus selalu dikembalikan setelah dibaca. Hal ini
bukan berarti mencerminkan bahwa orang tersebut tidak dapat dipercaya. Jika
mereka tidak memegang salinan dari rencana tersebut, maka tidak ada sekretaris
atau teman yang bisa menggandakannya, dsb.

Di bawah tingkat pimpinan, tidak perlu menyebarluaskan rencana strategis, sebab
semua operasi taktis tidak dijalankan dengan mengetahui strateginya. Operasi
tersebut dijalankan berdasarkan sasaran yang diturunkan dari strategi. Seringkali
kemalasanlah yang mengakibatkan rusaknya kerahasiaan strategi. Manajemen
berdasarkan Tujuan (MbO Management by Objectives) mensyaratkan bahwa unit-
unit taktis harus menerima penjelasan tentang sasaran-sasaran yang hanya relevan
bagi mereka. Akibatnya, sasaran-sasaran yang rumit terkadang harus dipecah untuk
memastikan agar tanggung jawab didefinisikan dengan jelas.
128
Untuk menghindari
kerepotan ini, seringkali salinan dari keseluruhan strategi atau bagian-bagian yang
relevan diserahkan begitu saja kepada unit-unit taktis. Inilah yang seringkali
membuat strategi menjadi konsumsi publik.

20.3.2. Langkah pengamanan yang ketat

Di dalam politik, pelembagaan langkah-langkah pengamanan untuk melindungi
strategi sangat diremehkan. Pertama-tama, perlu ditetapkan siapa yang akan
dilibatkan dalam perencanaan strategi. Biasanya sebuah kelompok kerja kecil
dibentuk untuk keperluan tersebut. Konsultan dari luar bisa dilibatkan tapi bisa juga
tidak. Yang ditekankan di sini adalah kata "kecil". Tentu saja beberapa orang bisa
kita tugaskan untuk mencari informasi, dsb., namun mereka tidak perlu masuk ke
dalam kelompok penyusun rencana. Pada prinsipnya, anggota kelompok perencana
harus diseleksi berdasarkan asas kepercayaan atau melalui proses screening.


128
Lihat Bab 12.3. tentang Evaluasi perumusan tujuan.

429

Berikutnya, tempat kerja fisik dari kelompok perencana perlu ditentukan. Mestinya
berupa suatu tempat atau ruangan yang tidak terkait langsung dengan markas partai
atau organisasi. Pintu masuk menuju ruangan tersebut harus diamankan dan kalau
perlu kedap suara poin terakhir ini terutama dianggap sangat penting di banyak
negara. Satu faktor penting lainnya adalah terpisahnya sistem komputer yang
digunakan untuk pengembangan strategi melalui jaringan komputer di tempat
tersebut. Termasuk juga di dalamnya adalah jaringan melalui telepon seluler,
terutama apabila jaringan media sosial dapat diraih pula. Twitter, SMS dan sumber-
sumber informasi lainnya tidak harus mencari apapun di dalam sebuah ruang di
mana strategi-strategi dikembangkan. Secara keseluruhan, aliran informasi baik
yang masuk maupun yang keluar, harus didokumentasikan secara sistematis ketika
melintasi perbatasan.

Begitu kelompok ini mulai ditugaskan untuk mengembangkan strategi, kontrak harus
dibuat dan kode etik perilaku harus disepakati untuk menjamin agar strategi yang
disusun tetap aman dan rahasia. Kode etik ini termasuk larangan ketat untuk
membawa dokumen-dokumen ke luar dari daerah aman.

20.3.3. Hukuman yang memiliki efek jera

Dalam operasi-operasi militer, hukuman mati biasanya diterapkan pada pembocor
rahasia. Dalam perencanaan politik, perlu dicari hukuman yang tepat untuk tindakan
tersebut. Denda yang besar untuk pelanggaran kontrak di samping pemecatan
langsung adalah ancaman yang biasanya efektif dalam beberapa kasus. Tetapi di
banyak negara, pengkhianatan seringkali dihargai sangat tinggi oleh pihak lawan
sehingga menjadi godaan yang menggiurkan.

Ancaman hukuman yang diberlakukan sangat beragam antara satu negara dengan
negara lain. Oleh karena itu, di sini tidak diusulkan jenis hukuman yang tepat. Akan
tetapi hukuman apa pun yang diterapkan harus bisa memiliki efek jera.





430

20.3.4. Menciptakan mispersepsi dan situasi yang sulit diduga
(unpredictability)

Keamanan strategi dapat pula ditingkatkan dengan cara membuat langkah-langkah
strategi sebagai sesuatu yang sulit diprediksi orang. Beberapa alternatif strategi
dibuat secara serempak dan pucuk pimpinan memilih strategi mana yang dijalankan
pada waktu tertentu.

Bisa juga kita lakukan penyebarluasan informasi yang direkayasa tentang strategi
kita, atau mengembangkan strategi yang telah dipalsukan dan menyesatkan yang
kita sebarkan ke pihak lawan, melalui pembocoran sengaja di dalam organisasi kita.


431

21. MERUMUSKAN KEGIATAN-KEGIATAN DARI SASARAN-SASARAN

21.1. Kegiatan, sasaran, strategi, misi: satu kesatuan

Kita mulai menjalankan perencanaan strategi melalui perumusan sub-strategi dari
unit misi dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan kita, yang kemudian
kita gunakan sebagai dasar untuk merumuskan sasaran kita. Dari sasaran-sasaran,
target image (citra yang diinginkan) dan kerangka umum yang dibentuk oleh misi itu,
lalu ditetapkan pemilihan kelompok target dan instrumen-instrumen kuncinya.

Dengan demikian, terbentuklah kerangka taktis yang dapat kita gunakan untuk
merencanakan tindakan lebih lanjut (istilah 'tindakan' dipakai untuk memperjelas
bahwa yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada kegiatan biasa, melainkan
juga mencakup aksi untuk menyikapi suatu hal/peristiwa). Tindakan dan aksi yang
akan dilakukan tidak dapat direncanakan begitu saja, melainkan terbatas pada
kerangka taktis.

Beberapa contoh kerangka taktis, misalnya:

Contoh 1:
Unit taktis: Bagian humas dari sebuah partai
Komponen citra yang diinginkan: XY merupakan sebuah partai yang
inovatif dan dinamis.
Sasaran: 60% pemilih pemula mengenal komponen citra "inovatif" pada
saat pemilu
Kelompok target: Pemilih pemula
Instrumen kunci: Media elektronik
Contoh 2:
Unit taktis: Bagian humas departemen keuangan pemerintah ABC
Sasaran: Dalam kurun waktu 2 bulan, 70% anggota kelompok target
yakin bahwa reformasi pajak akan mengurangi beban mereka.
Kelompok target: Orang tua yang punya anak
Instrumen kunci: Media cetak, media elektronik
Contoh 3:

432

Unit taktis: Penggalang dana sebuah kelompok pecinta lingkungan
hidup.
Sasaran: Mengumpulkan sumbangan sebesar DM 30.000 dalam kurun
waktu tiga bulan.
Kelompok target: Perusahan yang mengeluarkan produk dengan label
ramah lingkungan.
Instrumen kunci: Kontak langsung.

Kerangka taktis ini harus diperhatikan oleh sang perencana aksi/kegiatan, yang
biasanya juga menjabat sebagai pimpinan unit taktis. Jadi, dalam contoh 1, media
cetak tidak boleh ikut digunakan. Dalam contoh 2, jangka waktu "dua bulan" harus
ditepati dan kelompok target yang ada tidak boleh diubah. Dalam contoh 3, unit taktis
tidak boleh menggalang dana dari organisasi seperti bank atau pemerintah. Untuk
menjamin kesatuan strategi tetap utuh, pimpinan kampanye harus merumuskan
kerangka-kerangka taktis yang diperlukan bagi setiap unit taktis.

21.2. Daftar kontrol kegiatan

Daftar kontrol (checklist) di bawah ini dibuat untuk menyusun kegiatan yang akan
dilakukan berdasarkan kerangka taktis.

Daftar Kontrol (Checklist) Kegiatan

Unit Taktis:
Sasaran:
Kelompok Target:
Instrumen kunci:

Kegiatan Tanggal Kode Penanggung
jawab
OK






Data perencana personil:

Data perencana keuangan:





433

21.2.1. Proses penemuan ide kreatif


Langkah pertama yang harus dilakukan untuk dapat mengembangkan rencana
operasional adalah dengan mengumpulkan ide-ide atau usulan-usulan yang kreatif.
Langkah ini biasanya terjadi dalam kelompok kerja kecil atau kelompok kerja dengan
sedikit anggota. Ide-ide dari para tamu terutama yang berasal dari kelompok target
harus ditampung, karena mereka adalah pihak yang paling mampu menilai apakah
aktivitas yang kita rencanakan dapat diterima atau tidak oleh kelompok target
tersebut.

Proses penemuan ide kreatif ini dapat dilakukan dengan berbagai metode. Di bawah
ini secara singkat akan diperkenalkan tiga metode khas. Ketiga metode ini adalah
brainstorming, brainwriting dan mindmapping.

Brainstorming

Brainstorming dapat diartikan sebagai "badai otak." Di sini para peserta dihadapkan
dengan sebuah isu yang harus direspon secara langsung, dan hasilnya akan dicatat
di atas berbagai media visualisasi (flip-chart, lembar pengumuman, papan tulis).
Metode ini sudah sangat tua dan diatur oleh empat aturan mendasar:

1. Selama proses brainstorming, para peserta tidak diperkenankan melontarkan
kritik, terutama yang bersifat negatif atau merusak. Penilaian ide akan dilakukan
kemudian dalam sebuah proses komunikasi yang terbuka. Sepanjang proses
pengumpulan ide, kritik yang dilontarkan hanya akan menghambat pembentukan ide
dan akan berdampak negatif pada proses yang sedang berlangsung.
2. Asosiasi pikiran bebas dianjurkan. Setiap orang harus dapat mengemukakan
pemikiran apapun yang terlintas di benaknya secara spontan dan tanpa hambatan,
jika muncul pertanyaan yang diajukan atau jawaban dari orang-orang lainnya
(kecuali kritik).
3. Dalam jangka waktu singkat disarankan dapat mengumpulkan ide sebanyak
mungkin, dan ide yang mengalir dengan lancar diberi prioritas. Para peserta
didorong untuk memberikan respon secara spontan, karena spontanitas mematikan
sebagian filter rasional yang senantiasa muncul dalam pemecahan masalah.

434

Hasilnya adalah, akan muncul ide dengan kreativitas tinggi. Untuk menghindari agar
keuntungan ini tidak terhapus atau terhambat oleh permasalahan teknis misalnya
seperti kecepatan moderator dalam mencatat ide-ide yang dilontarkan, dalam
brainstorming sebaiknya ada dua moderator yang bertanggungjawab untuk
mendokumentasikan proses ini.
4. Peserta juga perlu didorong untuk bereaksi terhadap ide yang dilontarkan oleh
peserta lainnya. Dengan cara ini, dua ide yang baik berkombinasi menjadi sebuah
ide yang cemerlang.

Problem yang dihadapi dalam brainstorming adalah fase pengolahan. Proses
penyusunan, pemilahan ide-ide yang sama, dan sebagainya sangat memakan
waktu. Biasanya proses ini menyebabkan para peserta merasa lelah, dan memicu
rasa frustrasi dan keengganan peserta untuk meneruskan proses ini.

Brainwriting

Brainwriting (juga sering dilukiskan sebagai "kartu riwayat") berusaha untuk
membebaskan proses brainstorming dari kekurangannya dengan cara mengubah
prosesnya. Sama seperti brainstorming, brainwriting juga dimulai dengan
diajukannya sebuah pertanyaan terbuka kepada para peserta. Tetapi jawaban para
peserta tidak lagi diungkapkan dan didokumentasikan secara terbuka, melainkan
langsung dicatat di atas sebuah kartu, yang nantinya akan disusun dalam bentuk
kolase.

Keuntungan yang ditawarkan oleh metode ini adalah bahwa kita terhindar dari
kebosanan untuk melakukan proses pengolahan (identifikasi/pemilahan ide-ide, dsb.)
setelah sebuah awal yang kreatif. Tetapi kerugiannya, sebagian dari spontanitas dan
asosiasi pikiran akan hilang. Terkadang, setelah peredaran kartu tahap pertama
ditulisi dan dipilah, kartu-kartu kembali diedarkan untuk mendapatkan tambahan
asosiasi pikiran yang diperoleh.

Petunjuk dalam menyusun kartu kolase (awan):
1. Kartu yang memiliki isi yang sama atau mirip akan dijadikan dalam satu kelompok.
Kelompok semacam itu disebut sebagai klaster (cluster) atau blok.

435

2. Semua kartu akan ditempel di atas papan, termasuk kartu yang memiliki isi yang
sama sekalipun.
3. Judul untuk setiap klaster akan ditulis di atas sebuah kartu yang berbeda baik
bentuk maupun warnanya.
4. Semua proses dikerjakan dalam sebuah kerjasama dengan seluruh peserta.
5.Jika sebuah kartu dirasa perlu dikelompokkan ke dalam beberapa klaster, kartu
tersebut bisa digandakan.
6.Saat isi kartu dibacakan dan ditempel di atas papan, tidak ada yang boleh
berkomentar.

Mindmapping (Pemetaan Otak)

Susunan otak manusia sangat berbeda dari sebuah komputer. Jika komputer
mengatasi permasalahan secara linear, otak manusia bekerja secara asosiatif dan
linear, dan pemikiran asosiatif ini lebih dominan. Setiap kata dan setiap ide terkait
dengan sejumlah ide dan konsep-konsep lainnya.

Tony Buzan
129
telah mengembangkan metode mindmapping (pemetaan otak), yang
membuka kemungkinan bagi penggunanya untuk bekerja sesuai dengan pola otak
manusia.

Untuk membuat sebuah mindmap (peta otak/pemikiran), kita mulai dengan
mencantumkan sasaran kita di bagian tengah sebuah permukaan yang dapat ditulisi
(kertas, flip-chart, dsb.), dan kemudian memikirkan berbagai tindakan atau kegiatan
yang berbeda, yang dapat diambil. Dari tengah, kita akan bekerja ke segala arah
sehingga menghasilkan sebuah struktur yang berkembang dan terorganisir, yang
terdiri dari kata-kata kunci dan imajinasi-imajinasi.






129
Tony Buzan, Barry Buzan: Das Mind Map Buch; Die Methode zur Steigerung des geistigen Potentials
(Buku Pemetaan Otak; Metode untuk Meningkatkan Potensi Daya Pikir) moderne Verlagsgesellschaft Mnchen.

436






Contoh mind-map ini menunjukkan ide-ide yang dikumpulkan untuk mencapai
sasaran A 27, yang dikategorikan berdasarkan kegiatan promosi atau iklan di luar
ruang, di media cetak, media elektronik dan kegiatan PR/kehumasan.

21.2.2. Evaluasi ide

Setelah proses pengumpulan ide yang kreatif, dilakukan sebuah proses pengolahan
yang menggunakan kerangka taktis sebagai perangkat evaluasi. Untuk itu, diajukan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah kelompok target yang diperlukan sudah terjangkau?
2. Apakah batas waktu yang ditetapkan telah terpenuhi?
Open house
Balap sepeda
Lomba
Internet
Iklan bioskop
Iklan radio
Spanduk
Iklan di
kendaraan
Reklame neon
Tujua
n
A 27
Poster

Iklan
Brosur
Selebaran
Stiker mobil
Iklan televisi

437

3. Apakah perencanaan yang dibuat cukup realistis, dalam arti bahwa perencanaan
tersebut dapat diwujudkan berdasarkan sumberdaya keuangan dan personil yang
kita miliki?
4. Apakah perencanaan tersebut hemat sumberdaya; atau, apakah kombinasi
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran dapat dilakukan dengan cara lain
yang lebih hemat sumberdaya?
5. Apakah rencana kegiatan yang dibuat cukup efektif untuk mencapai sasaran, dan
apakah sasaran tersebut dapat dicapai sesuai dengan jumlah kegiatan yang
direncanakan? Apakah kegiatan yang direncanakan terlalu banyak, sehingga
pencapaiannya melebihi sasaran yang ditargetkan?
6. Apakah rencana kegiatan yang dibuat sesuai dengan gaya organisasi kita, dan
apakah kegiatan-kegiatan itu selaras dengan citra kita?

21.3. Rencana dan jadwal operasional

Rencana kegiatan dan jadwal waktu yang matang dirumuskan dalam unit taktis
dengan menggunakan daftar kontrol (rencana unit kegiatan) yang diisi dengan
semua sasaran yang ditetapkan. Masing-masing rencana ini perlu disatukan ke
dalam rencana keseluruhan. Rencana keseluruhan, atau disebut juga dengan
"masterplan" (rencana utama), merangkum semua kegiatan yang direncanakan oleh
masing-masing unit sesuai dengan susunan waktu yang telah dijadwalkan.
Masterplan hanya merangkum aksi dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
satu tingkatan saja, misalnya di tingkat dewan pimpinan pusat beserta unit-unitnya.
Rencana di tingkat daerah dirangkum dalam masterplan tingkat daerah itu sendiri,
dan dilaksanakan oleh dewan pimpinan daerah setempat.

Tanggung jawab

Setiap kegiatan dan aksi yang dijalankan, harus ada penanggungjawabnya. Secara
umum, unit taktis dan pimpinan unit tersebut bertanggungjawab untuk mencapai
sebuah sasaran. Selanjutnya, tanggung jawab dapat didelegasikan kepada bawahan
di dalam unit taktis. Secara umum berlaku ketentuan bahwa hanya ada satu orang
yang dapat menjadi penanggungjawab. Sebuah kelompok atau tim kolektif tidak
boleh dibebani tanggung jawab dalam merencanakan kegiatan. Jika sebuah

438

kelompok harus melaksanakan sebuah kegiatan, pimpinan kelompok inilah yang
harus bertanggungjawab atas kegiatan tersebut. Tidak dibenarkan adanya upaya
untuk mengarahkan ide dan semangat tim sedemikian rupa sehingga seluruh
anggota tim harus terbebani tanggung jawab untuk pelaksanaan sebuah kegiatan.
Jika terjadi kasus seperti ini, kegiatan yang dijalankan biasanya tidak dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan, atau tidak dapat dilaksanakan sama
sekali.

Kodifikasi

Semua kegiatan yang direncanakan harus diberi kode. Langkah ini merupakan satu-
satunya cara untuk mengenali unit taktis mana di tingkat yang mana, untuk mencapai
sasaran apa, dan melalui kegiatan yang mana.

Contoh: Sebuah unit taktis yang memiliki kode HQ01 merencanakan
kegiatan 001 sampai 003, dengan target mencapai sasaran nomer 29.
Kegiatan tersebut akan diberi kode: HQ01-29-001, HQ01-29-002 dan
HQ01-29-003.

Kodifikasi ini, tentu saja, sedikit berbeda antara organisasi yang satu dengan
organisasi lainnya, tergantung pada struktur organisasi yang bersangkutan,
mekanisme pembagian tugas kepada unit taktis, dan berbagai faktor lainnya. Selain
itu juga tergantung pada proses pengolahan data dan perangkat lunak apa yang
digunakan.

Tapi pada prinsipnya, kode untuk setiap kegiatan harus dibuat secara jelas untuk
pencapaian sebuah sasaran dan untuk sebuah unit taktis. Selain itu, sebuah kode
juga harus jelas menandai tahapan mana di antara susunan tahapan kegiatan yang
sedang, sudah, atau akan kita lakukan.

Sebuah rencana kegiatan untuk mencapai sebuah sasaran dapat dilihat sebagai
berikut:
Unit taktis: Bagian pengembangan politik

439

Sasaran: Mengembangkan sebuah program penyembuhan penyakit kaum manula
sampai tanggal 30.5.xx

Kegiatan Tanggal Kode Penanggung jawab OK
Pertemuan kelompok kerja program 20.04.xx HQ001-14-01 G. Meister
Pengembangan rancangan program untuk
perbaikan geriatri
10.05.xx HQ001-14-02 A. Becker
Persetujuan dalam kelompok kerja program 15.05.xx HQ001-14-03 G. Meister
Persetujuan oleh dewan pimpinan 25.05.xx HQ001-14-04 M. August
Delegasi kepada bagian humas 30.05.xx HQ001-14-05 F. Herbert


21.3.1. Menggabungkan kegiatan ke dalam sebuah rencana

Sejumlah daftar kontrol yang berisi rencana-rencana kegiatan harus digabungkan
menjadi sebuah panduan besar. Masing-masing kegiatan yang telah diberi kode
dapat dirangkai menjadi satu di dalam panduan ini.

Unit Waktu 1 2 3 4 5 6 7 Biaya
Personil per unit waktu

Biaya per unit waktu

Penggalangan dana

Kegiatan-kegiatan lain

Kegiatan PR/Humas

Acara

Iklan

Pekerjaan multiplikator

Kegiatan media

Rangkaian kegiatan eksternal

Rangkaian kegiatan internal

Acara internal

Kreasi/teks/grafik

Aktivitas unit program


440

Logistik/keamanan/organisasi

Pelatihan

Komunikasi internal

Pengawasan dan Pengendalian

Biaya per unit waktu

Personil per unit waktu


Yang disebut sebagai rangkaian kegiatan adalah pekerjaan-pekerjaan yang saling
berhubungan, seperti misalnya "kegiatan media." Yang termasuk dalam kegiatan ini
adalah semua pekerjaan untuk mendapatkan liputan editorial di berbagai media.
"Pekerjaan multiplikator" mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dengan
perhimpunan, perkumpulan dan berbagai multiplikator lainnya. Rangkaian kegiatan
"iklan" mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan periklanan, tanpa
membedakan jenis iklan dan media iklan tersebut. Kegiatan ini bisa terdiri dari
rangkaian iklan di televisi, iklan surat kabar, dsb. Rangkaian kegiatan "acara"
mencakup semua kegiatan eksternal. Rangkaian kegiatan "PR/Humas" mencakup
kegiatan-kegiatan kehumasan yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan
bertujuan menarik perhatian masyarakat. Rangkaian kegiatan "aksi lain" bisa
mencakup instrumen-instrumen yang dibahas dalam Bab tentang "Instrumen kunci".
Ini adalah kegiatan-kegiatan khusus yang dapat dilakukan oleh kekuatan-kekuatan
tidak langsung. Rangkaian kegiatan yang terakhir adalah "penggalangan dana yang
mencakup semua kegiatan untuk pengadaan dana.

Di samping rangkaian kegiatan eksternal, tentu masih ada rangkaian internal.
Kegiatan-kegiatan internal ini teramat penting, karena kita tidak mungkin melakukan
kegiatan eksternal tanpa mempersiapkannya secara internal. Rangkaian kegiatan
yang pertama adalah "acara internal," yang mencakup semua rapat internal, mulai
dari rapat dewan pimpinan sampai pertemuan koordinasi internal berbagai unit taktis
yang ada. Rangkaian kegiatan "kreasi/teks/grafik" mencakup semua kegiatan yang
misalnyaberhubungan dengan kerjasama dengan agensi atau biro iklan. Semua
rancangan, baik yang berupa teks maupun grafik diberi batasan waktu. Rangkaian
kegiatan "unit program" mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan
persiapan, perubahan dan pemasaran program. Rangkaian kegiatan "logistik/

441

keamanan/organisasi" mengatur semua kegiatan yang perlu diorganisir, termasuk di
dalamnya semua bidang managemen material. Kegiatan-kegiatan yang terkait
dengan kualifikasi anggota organisasi, fungsionaris dan para ahli direncanakan
dalam rangkaian kegiatan "pelatihan." Rangkaian kegiatan "komunikasi internal"
mencakup semua kegiatan yang direncanakan untuk mengumpulkan dan
mendistribusikan informasi internal. Sedangkan rangkaian kegiatan "pengawasan
dan pengendalian" mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan
atau pengumpulan informasi eksternal, keamanan strategi dan pemeriksaan strategi.

Kegiatan-kegiatan yang telah ditandai dengan kode ini diisikan ke dalam skema
sesuai dengan skala waktu. Skala waktu yang dalam lembaran ini ditunjukkan
dengan angka 1 sampai 7, dapat berupa unit waktu seperti hari, minggu atau bulan,
sesuai kebutuhan atau intensitas kegiatan tersebut.

Jika semua kegiatan telah terbagi sedemikian rupa, rencana tersebut dapat dipakai
untuk membuat kalkulasi lebih lanjut, yakni perencanaan personil atau sumberdaya
manusia dan keuangan.

Perencanaan sumberdaya manusia (SDM)

Informasi yang diperoleh dari data perencanaan personil pada masing-masing daftar
kontrol dapat dipindahkan ke dalam rencana dan jadwal operasional. Semua
informasi yang terdapat di bawah unit waktu yang ada dalam rencana dan jadwal
operasional ditambahkan ke dalamnya, sehingga kita dapat mengetahui berapa
jumlah hari-personil (HP) yang dibutuhkan sebagai keseluruhan hari kerja dalam unit
waktu tersebut. Jika fluktuasi yang terjadi terlalu besar, ia dapat diseimbangkan
dengan cara menggeser beban-beban tertentu (baik dari segi waktu maupun dari
unit kerja yang satu kepada unit kerja lainnya). Apabila ini tidak dapat dilakukan, kita
perlu merekrut personil dari luar sebagai tambahan apakah personil yang dibayar
atau sebagai sukarelawan.

Perencanaan cash-flow (keuangan)


442

Data rencana keuangan yang terdapat pada masing-masing daftar kontrol dapat kita
gunakan untuk menentukan dana yang dibutuhkan oleh setiap unit waktu yang ada
dalam rencana dan jadwal operasional (rencana cash-flow). Rencana ini digunakan
oleh bagian administrasi keuangan untuk memastikan agar sarana yang dibutuhkan
dapat disediakan tepat waktu dan digunakan untuk membuat rencana keuangan
secara menyeluruh. Selain itu, rencana dan jadwal operasional juga dapat
menyediakan informasi tentang penggunaan dana untuk berbagai rangkaian
kegiatan. Distribusi dana untuk internal dan eksternal dapat dijadikan dasar untuk
menarik kesimpulan tentang efektivitas kampanye.

Sebagai contoh, sektiar 10% dari dana kampanye eksternal akan
digunakan untuk mengadakan pelatihan dan meningkatkan motivasi
internal. Ini sangat tidak seimbang dan mengakibatkan lambannya
perubahan yang terjadi di dalam internal organisasi. Partai dan pemerintah
sering memiliki sikap yang salah dalam hal ini.

21.3.2. Evaluasi rencana dan jadwal operasional

Jika perencanaan dan jadwal operasional telah selesai disusun, perlu diuji
efektivitasnya, koordinasinya di antara unit-unit taktis yang berbeda dan
perencanaan sumberdayanya.

Sebuah kutipan dari perencanaan dan jadwal operasional yang fiktif dapat
digambarkan seperti ini:

Unit Waktu 1 2 3 4 5 6 7 Biaya
Personil per unit waktu 10 HP 30 HP 100 HP 200 HP 400 HP 500 HP 500 HP
Biaya per unit waktu 2.000 6.000 10.000 10.000 15.000 60.000 45.000 150.000
Penggalangan dana 51 56 61 1.000

Aktivitas lain 88,89 12.000

Kegiatan PR/Humas 55 60 65 80 87 5.000

Acara 59 71 78,79 86 20.000

Iklan 64 69,7 74,75, 83,84,85 100.000


443

76,77
Pekerjaan multiplikator 53,54 58 63 68 73 2.000

Kegiatan media 50 52 57 62 66,67 72 81,82 10.000

Rangkaian kegiatan eksternal
Rangkaian kegiatan internal
Acara internal 2,3 9 1.000

Kreasi/teks/grafik 4 13,14 21 14.000

Unit program 5,6,7 200

Logistik/keamanan/organisasi 10 17 22 24 26 3.300

Pelatihan 1 11 15 18 1.000

Komunikasi internal 8 16 19 23 2.000

Pengawasan dan Pengendalian 12 20 25 27 500

Biaya per unit waktu 4.000 500 10.000 2.000 2.000 2.000 1.500 22.000
Personil per unit waktu 8 HP 12 HP 10 HP 14 HP 16 HP 8 HP 15 HP


444

22. ORGANISASI PARTAI, KAMPANYE DAN PEMILU

22.1. Tugas-tugas tetap untuk partai dan pengorganisasiannya

Ada sederetan kegiatan yang harus dikerjakan oleh sebuah partai jika partai
tersebut aktif di tingkat nasional. Salah satunya adalah seluruh bidang humas yang
tersentralisir, perencanaan dan pengendalian kebijakan, administrasi pusat dan
dukungan serta pemeliharaan cabang-cabang partai, baik di tingkat daerah maupun
di tingkat lokal (Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan
Pimpinan Cabang).

Selain itu ada tugas-tugas yang muncul pada kesempatan tertentu atau karena
faktor-faktor tertentu di negara-negara tertentu. Tugas-tugas ini meliputi penjagaan
keamanan, pendaftaran pemilih untuk pemilu dan menempatkan orang-orang
sebagai pengawas di tempat-tempat pemungutan suara.

22.1.1. Tugas-tugas penting yang harus diselesaikan oleh sebuah partai
nasional

Tugas-tugas tersebut secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
0. Manajemen
0.1. Unit media atau juru bicara
0.2. Dewan pimpinan partai
0.3. Unit controlling (pengawas)
1. Daftar pemilih
1.1. Pendaftaran pemilih
1.2. Pengadilan pemilu
1.3. Perwakilan hukum
2. Perencanaan dan pengendalian
2.1. Riset pasar
2.2. Pengembangan program
2.3. Koordinasi politik
2.4. Organisasi-organisasi garis depan
3. Public Relations/PR/Humas

445

3.1. Analisa media
3.2. Analisa media cetak
3.3. Analisa media elektronik
3.4. Analisa media internet
3.5. Kegiatan-kegiatan dan event-event
4. Komunikasi internal dan pelayanan
4.1. Komunikasi internal
4.2. Pemeliharaan data-data anggota, pemegang jabatan dan para mandataris
atau wakil-wakil yang terpilih
4.3. Pendampingan dan pemeliharaan kepada anggota-anggota partai
4.4. Pelayanan kepada anggota-anggota partai
4.5. Pelatihan
5. Administrasi
5.1. Personalia
5.2. Pengolahan data
5.3. Logistik
5.4. Pengelolaan perlengkapan (materi)
5.5. Administrasi kantor/tugas-tugas internal
6. Keuangan
6.1. Perencanaan dan pengawasan anggaran
6.2. Pembukuan
6.3. Pembayaran-pembayaran
6.4. Pengadaan dana

22.1.2. Penjabaran masing-masing tugas

0. Manajemen
Manajemen di kantor dewan pimpinan pusat partai bertanggungjawab untuk
memberikan pengarahan pada departemen-departemen berdasarkan prinsip-prinsip
manajemen (AD/ART) yang telah ditetapkan. Prinsip manajemen ini harus
diputuskan terlebih dulu. Badan pengurus pusat menugaskan pimpinan pusat
secara umum. Pimpinan pusat selanjutnya melaksanakan tugas-tugas tersebut
dengan unit-unit kerja.


446

Jadi, badan pengurus pusat adalah organ pemberi tugas dan pengawas dari pusat
partai yang mengatur semua bagian. Tetapi ia tidak memberi petunjuk secara rinci
dan tidak langsung ikut campur tangan dalam unit-unit kerja. Pimpinan sebaiknya
tidak menjadi anggota badan pengurus, karena jika begitu, berarti ia mengawasi diri
sendiri di dalam badan pengurus. Dalam banyak kasus sekretaris jendral sekaligus
juga merupakan ketua dewan pimpinan pusat partai.

0.1.Unit media
Unit media pada intinya terdiri dari juru bicara. Juru bicara ini menjadi contact person
antara anggota dewan pengurus dengan pers. Ia mengkoordinir interaksi dan
pembicaraan dengan media atas nama partai. Ia mendapat kuasa dari dewan
pengurus (atau ketua) dan dalam fungsinya sebagai juru bicara hanya
bertanggungjawab kepada pemberi kuasa tersebut. Untuk tugas-tugas operasional,
ia menggunakan unit humas/PR.

0.2. Dewan pengurus partai
Dewan pengurus partai adalah unit manajemen yang bertugas menyiapkan agenda
untuk rapat-rapat badan partai (dewan pimpinan pusat, dst.). Unit ini menggunakan
hasil-hasil riset serta input-input yang diperolehnya dari seluruh departemen untuk
memfasilitasi pimpinan dalam membuat keputusan. Unit ini juga menjadi titik sentral
bagi seluruh anggota dewan pengurus, dan bertanggungjawab sebisa mungkin
menjamin dipenuhinya harapan para anggota dewan pengurus. Mekanisme ini dapat
mencegah para anggota dewan pengurus ikut campur secara langsung di dalam
pekerjaan departemen-departemen partai.

0.3. Unit pengawas/pengendali
Unit pengawas atau pengendali memberikan laporan secara langsung kepada
dewan pengurus dan hanya bertanggungjawab kepada mereka. Tugasnya
mencakup pengawasan keuangan dan pengendalian strategi kebijakan.

1. Data pemilih
Di banyak negara di dunia tidak ada data pemilih secara otomatis yang direkam dari
data kependudukan, melainkan pemilih harus didaftarkan di dalam daftar pemilih. Di
negara-negara tersebut pemeliharaan data pemilih dan kepastian bahwa simpatisan

447

sebuah partai benar-benar terdaftar, merupakan hal yang penting bagi peserta
pemilu.

1.1. Pendaftaran pemilih

Unit kerja ini bertanggung jawab agar sebanyak mungkin pemilih terdaftar untuk ikut
pemilu dan bahwa data pemilih merupakan data yang mutakhir. Selain itu setiap
lapisan partai harus melakukan kampanye untuk pendaftaran pemilih dan
mendampingi proses pendaftaran tersebut. Mereka juga harus menemukan
kesalahan pendaftaran atau pemalsuan pendaftaran dan dengan bantuan perwakilan
hukum partai (lihat 1.3.) mereka harus mengelola sebuah daftar pemilih yang
disusun dengan baik. (lihat pula bab berikutnya).

1.2. Pengadilan pemilu
Perwakilan partai dalam pengadilan pemilu di sebagian besar negara memiliki
peranan yang sangat penting, karena di sini manipulasi dapat ditemukan dan di sini
pula sebuah pemilu yang adil dapat terwujud. Namun kondisi tersebut tidak menjadi
hal yang lumrah di banyak negara. Karena itu unit kerja ini harus diduduki oleh
orang-orang yang memiliki kualifikasi tertentu.

1.3. Perwakilan hukum
Di banyak negara pelaksanaan pemilu ditandai dengan serangan ilegal dari
pemerintah atau kelompok-kelompok lainnya terhadap partai. Serangan tersebut bisa
berupa manipulasi data pemilih, pemalsuan daftar pemilih hingga ancaman terhadap
juru kampanye, serangan bom dan pembunuhan. Di dalam ranah seperti ini adanya
bantuan hukum permanen sangat diperlukan. Tugas ini diambil oleh unit kerja
perwakilan hukum.

2. Perencanaan dan pengendalian kebijakan
Badan perencanaan dan pengendalian kebijakan adalah divisi pembuat kebijakan
yang paling utama bagi sebuah partai. Di sinilah tempat dikoordinasikannya
kebijakan dan perencanaan, pengembangan program dan studi/pengamatan
terhadap pasar politik.


448

2.1. Riset pasar
Tugas ini mencakup pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
partai-partai pesaing, agenda-agenda politik di tingkat legislatif, eksekutif dan pasar
pemilih.

2.2. Pengembangan program
Tugas ini berhubungan dengan pengembangan program-program partai dan
pengolahan kembali program-program yang sudah ada. Jenis pengembangan
program ini belum didefinisikan (kelompok-kelompok kerja, badan-badan partai,
badan-badan ahli yang bersifat terbuka atau tertutup, dsb.).

2.3. Koordinasi Politik
Koordinasi Politik bertugas mengkoordinir kegiatan-kegiatan partai di tingkat nasional
dan fraksi-fraksi (wakil partai) di parlemen atau wakil-wakil pemerintah. Yang
termasuk di sini adalah melakukan koordinasi kebijakan partai di berbagai tingkat
(pusat, wilayah dan daerah).

2.4. Organisasi-organisasi garis depan
Banyak partai menjalin kontak dengan organisasi-organisasi garis depan, yang
sebagian berada di bawah partai secara langsung, misalnya organisasi pemuda dan
organisasi perempuan, serta organisasi-organisasi dari pemilik mandat. Sebagian
lagi terikat secara longgar dengan partai, seperti misalnya organisasi mahasiswa dan
organisasi berorientasi etnis tertentu, organisasi profesi dan organisasi keagamaan.
Apabila organisasi semacam ini ada, maka mereka harus dikoordinasikan dan
dipelihara. Partai harus mampu untuk mengikat organisasi-organisasi tersebut ke
dalam strategi mereka dan menghindari konflik. Tugas dari unit kerja ini terutama
pemeliharaan kontak dan pengendalian organisasi-organisasi.

3. Public Relations atau Humas

Lingkup kerja humas atau PR/public relation termasuk melakukan analisa media,
perencanaan kegiatan-kegiatan PR melalui media cetak dan elektronik, serta
perencanaan dan pelaksanaan kampanye dan acara-acara.


449

3.1. Analisa media
Fungsi utama departemen ini adalah menganalisa semua jenis media. Evaluasi ini
penting untuk pimpinan partai, juru bicara partai dan untuk riset pasar.

3.2. Pekerjaan media cetak
Pekerjaan media cetak menghasilkan pekerjaan operasional secara keseluruhan
bagi juru bicara yang terkait dengan media cetak, seperti misalnya pemeliharaan
data media dan wartawan, pengelolaan konferensi pers, pengadaan kontak-kontak
pers. Di dalamnya termasuk juga bantuan bagi setiap lapisan partai dalam
melakukan pekerjaan pers.
3.3. Pekerjaan media elektronik
Pekerjaan media elektronik mencakup semua pekerjaan operasional bagi juru bicara
yang terkait dengan media elektronik. Di sini terutama terkait dengan pernyataan
pendapat politisi partai melalui talk-show, diskusi-diskusi di radio dan televisi, tapi
juga pengelolaan peristiwa-peristiwa yang menarik. Termasuk di dalamnya lokasi
untuk pengambilan gambar televisi dan juga pengembangan pernyataan singkat di
radio.
3.4. Perkerjaan media internet
Pekerjaan media internet adalah tugas yang relatif baru di dalam pekerjaan
kehumasan. Pekerjaan di sini terkait dengan pembuatan dan pemeliharaan situs
web, namun lebih banyak berkaitan dengan pengawasan atas diskusi yang sedang
berlangsung di komunitas media sosial dan pengawasan diskusi di ruang-ruang chat
bertema politik dan di forum-forum. Dalam hal ini harus dipastikan di mana
diperlukan serangan melalui posting sendiri dan tema apa saja yang harus
dipengaruhi dalam ruang-ruang dan forum-forum tersebut.
3.5. Kegiatan-kegiatan dan event-event
Kegiatan-kegiatan dan event-event dengan karakter kehumasan dirangkum dalam
tugas ini. Ini terkait dengan perencanaan, perkembangan media segala jenis dan
pelaksanaan kegiatan dan acara-acara.

4. Komunikasi internal

450

Bidang kerja ini menyangkut semua kerja-kerja yang dibutuhkan untuk memfasilitasi
komunikasi internal, termasuk mengorganisir pelayanan dan program-program
pelatihan partai.

4.1. Komunikasi internal
Seluruh komunikasi internal dirangkum dalam bidang kerja ini, agar dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Divisi ini juga bertanggungjawab merencanakan dan
melaksanakan aktivitas. Yang dimaksud di sini adalah memastikan dan
mengamankan arus informasi dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas,
sebagaimana ia harus pula bisa mengalir secara horizontal dan lancar di tingkat
nasional.

4.2. Pemeliharaan data anggota, pemegang jabatan dan mandataris.
Pemeliharaan data tidak sama dengan pengolahan data. Bidang ini semata-mata
menjaga dan merawat data-data yang dijadikan landasan bagi unit komunikasi
internal. Yang termasuk dalam bidang ini adalah mencari secara aktif data-data yang
dibutuhkan.

4.3. Dukungan kepada anggota
Lingkup kerja bidang ini mencakup semua aktivitas yang sifatnya memberikan
insentif kepada para anggota, berupa ucapan selamat, penghargaan, hingga
pemberian hadiah-hadiah dalam bentuk materi (buku, perjalanan, kontak-kontak dan
lain-lain).

4.4. Pelayanan kepada cabang-cabang partai
Fungsi unit ini menjamin terjadinya pertukaran pengetahuan melalui kegiatan-
kegiatan dan inisiatif-inisiatif partai, memberikan rangsangan untuk aksi-aksi
kampanye dan berbagai kegiatan, serta menyediakan bantuan materi dan
pengetahuan.

4.5. Pelatihan
Bidang ini berfungsi mengembangkan sumberdaya manusia (SDM) partai. Program
pelatihan jangka panjang harus dikembangkan secara menyeluruh.


451

5. Administrasi
Bidang ini mencakup segala aktivitas yang menjamin berjalannya pekerjaan secara
baik agar tidak terjadi benturan dengan unit-unit kerja lain.

5.1. Personalia
Bagian ini bertugas memperkerjakan atau memecat pegawai, mengembangkan
SDM, mengurus masalah gaji dan menetapkan tugas-tugas personil.

5.2. Pengolahan data (IT)
Bagian ini bertugas menyediakan hardware (perangkat keras) dan software
(perangkat lunak) yang dibutuhkan oleh unit-unit kerja, melakukan penyimpanan dan
pengamanan data, serta membantu para pengguna.

5.3. Logistik/keamanan
Tugas bagian logistik mencakup pengadaan armada transportasi sendiri,
memastikan seluruh kendaraan yang dibutuhkan tersedia dan menyediakan
perlengkapan di tempat-tempat yang diinginkan.

Bagian keamanan memastikan bahwa baik personalia maupun harta benda milik
partai aman dari serangan-serangan (lihat juga bab berikutnya).

5.4. Pengelolaan perlengkapan (material)
Tugas bagian ini adalah menyediakan, menyimpan, mengerahkan dan
mendistribusikan seluruh perlengkapan atau material yang dibutuhkan.

5.5. Administrasi kantor/tugas internal
Tugas bidang kerja ini adalah memelihara atau merawat gedung-gedung partai,
mengurus asuransi, perjanjian sewa-menyewa, pelayanan kantin atau dapur,
membawahi sopir, pesuruh, atau personil kantor lainnya, fotokopi dan bahan-bahan
cetakan.

6. Keuangan
Tugas bagian ini membuat perencanaan anggaran belanja, mengadakan dan
mengelola dana.

452


6.1. Perencanaan dan pengawasan anggaran
Tugas bagian ini adalah merencanakan anggaran belanja dan mengawasi
penggunaannya oleh pimpinan departemen-departemen atau badan-badan partai.

6.2. Pembukuan
Tugas bagian ini melakukan pencatatan pembukuan, audit, mengumpulkan dan
menangani bukti-bukti pengeluaran dan pemasukan, menjaga neraca keuangan,
membuat laporan bulanan, tahunan, dsb.

6.3. Pembayaran-pembayaran
Tugas bagian ini adalah menyelesaikan seluruh aktivitas lalu lintas pembayaran baik
dalam bentuk kredit maupun dalam arus kas.

6.4. Pengadaan dana
Tugas bagian ini adalah menjamin likuiditas partai agar sejalan dan dapat
mendukung keputusan-keputusan dewan pengurus pusat, mencari dana
sumbangan, memastikan arus pembayaran iuran anggota, dan seterusnya.

22.2. Tugas-tugas khusus atau luar biasa

Sebuah partai mungkin perlu melakukan tugas-tugas khusus dan luar biasa seperti
menjamin keamanan, mengerjakan registrasi pemilihan (pendaftaran pemilih untuk
ikut pemilu), menempatkan orang-orang di TPS-TPS serta mengorganisir bidang-
bidang usaha partai, dsb.

1. Keamanan
Menjamin keamanan merupakan salah satu tugas khusus atau luar biasa sebuah
partai. Di setiap negara tugas ini memiliki bentuk yang berbeda. Ada negara di mana
partai dan kandidat-kandidatnya serta personilnya cukup dilindungi oleh badan-
badan pemerintah (polisi, pasukan khusus, militer), sementara di negara-negara lain
alih-alih partai oposisi mendapat perlindungan, mereka justeru menjadi korban dari
lembaga-lembaga negara setempat. Alasan ini menjadi dasar berbagai partai untuk
membentuk satgas-satgas yang melindungi tokoh-tokoh atau personil atau aset
partai. Unit-unit bersenjata bisa saja digunakan untuk tugas ini.

453


2. Mengurus daftar pemilihan
Di negara-negara di mana para pemilih tidak secara otomatis terdaftar dalam daftar
pemilih tetap (DPT), maka pihak partai untuk kepentingan mereka sendiri harus
memastikan bahwa registrasi pemilihan dilakukan sesuai dengan peraturan dan
bahwa simpatisan mereka khususnya para pemilih pemula, telah terdaftar dalam
DPT. Tetapi di beberapa negara, pendaftaran pemilih sangat sulit dilakukan karena
banyaknya kendala birokratis yang sengaja dibuat sehingga lapisan masyarakat
yang kurang berpendidikan atau masyarakat pinggiran tidak dapat mendaftarkan diri.
Jika kelompok masyarakat ini menjadi target penting bagi partai, adalah menjadi
tugas partai untuk menghilangkan ketakutan lapisan masyarakat tersebut melalui
konsultasi dan pendekatan intensif, dan menuntun mereka melewati kendala-kendala
birokratis di atas. Bagaimanapun juga, keberhasilan dalam pemilu akan sangat
tergantung pada kemampuan partai untuk melakukan tugas-tugas khusus ini. Untuk
itu dibutuhkan tambahan personil dan dana yang cukup besar, meskipun
sumberdaya ini hanya digunakan sebelum berlangsungnya pemilu.

3. Penempatan orang pada tempat-tempat pemungutan suara
Untuk menyikapi terjadinya pencurangan atau manipulasi pemilihan, pihak partai
harus menempatkan agen-agen terdidik di TPS-TPS. Di beberapa negara, tugas ini
membutuhkan pendidikan atau pelatihan dan pengorganisasian. Untuk itu harus
dibentuk unit-unit organisasi yang ditempatkan di bawah administrasi partai, khusus
untuk menangani pekerjaan ini.

4. Kegiatan-kegiatan komersial
Karena adanya aturan-aturan khusus menyangkut pendanaan partai, bisa saja
terjadi pihak partai mengelola usaha mereka sendiri yang harus dijalankan dan
dikoordinasikan. Misalnya, partai memiliki hotel sendiri, asrama atau penginapan
sendiri, pabrik dan perusahaan dagang sendiri, dsb.

Tapi ada pula kasus di mana partai menyelenggarakan undian-undian secara rutin
yang diselenggarakan oleh tenaga ahli bersama para pegawai mereka.



454

22.3. Memindahkan bidang-bidang operasional ke dalam bagan organisasi

Tugas-tugas rutin yang diuraikan di atas harus dipahami sebagai tugas yang harus
diselesaikan, bukan hanya sebagai bagan kerja saja. Dalam sub-bagian ini, tugas-
tugas tersebut digambarkan dalam bentuk bagan organisasi. Dalam bagan
organisasi ini terlihat jelas tanggung jawab masing-masing bagian, dan mana yang
menjadi atasan atau bawahan mereka; tugas-tugas diberikan kepada satu atau
beberapa orang berdasarkan volume dan kapasitasnya. Beberapa tugas juga dapat
diberikan kepada satu orang, tapi harus dari satu bidang kerja yang sama.
Selain fungsi-fungsi di dalam struktur organisasi, bagan tersebut juga
memperlihatkan unit-unit manajemen. Unit-unit harus meringankan lembaga
pimpinan, dalam hal ini dengan cara mempersiapkan pengetahuan ahli mereka dan
siap untuk memberikan konsultasi. Secara teoretis independensi mereka
memungkinkan sebuah pekerjaan yang konsepsional dan strategis tanpa peduli atas
proses organisasi dan struktur organisasi yang sudah dibawa masuk. Secara ideal
unit-unit tersebut tidak memiliki wewenang untuk memberi perintah, jadi hanya
bersifat memberikan konsultasi, namun mereka sendiri tidak boleh memutuskan.

Bagan organisasi sesuai dengan pemaparan tugas dalam struktur organisasi dengan
unit-unit manajemen:

455





















22.4. Organisasi proyek
Tidak selalu semua tugas sebuah partai atau organisasi politik diatur dalam sebuah
struktur organisasi, seperti yang sudah dipaparkan di bab sebelumnya. Ini terutama
berlaku jika struktur organisasi itu telah mencapai derajat kepuasan birokratis
tertentu. Biasanya situasi tersebut dibersihkan melalui sebuah reformasi organisasi.
Pada kenyataannya reformasi semacam ini tidak terpenuhi akibat tenggang rasa
pribadi atau pertimbangan irasional lainnya. Untuk kasus-kasus semacam ini yang
seringkali cocok adalah organisasi proyek, yang dibatasi oleh waktu dan dapat
bekerja secara fleksibel. Organisasi tersebut bisa independen, namun bisa juga
terikat ke dalam sebuah struktur organisasi.




Staf Badan -
badan Partai
Pengawasan/
pengendalian
Pimpinan Unit media
Humas Perencanaan &
pengendalian
kebijakan
Pengembangan
program
Perencanaan &
pengawasan
anggaran.
Administrasi
Riset pasar Analisa media
Keuangan Komunikasi
internal, pelayanan
Humas/PR
Personalia
Komunikasi
Internal
Koordinasi
politik
Kegiatan &
kampanye
Pemeliharaan
data anggota
Pelayanan
Anggota
Pelatihan/
pendidikan
Pelayanan
kantor-kantor
cabang
Pengelolaan
Materi
Pengadaan Dana
Logistik Pembayaran-
Pembayaran
Pengolahan Data Pembukuan
Adm. kantor,
tugas internal

456

22.4.1. Definisi proyek

Proyek adalah kumpulan tugas yang inovatif dan kompleks, yang harus diselesaikan
dalam kurun waktu tertentu. Ini berarti:
1. Sasaran harus ditetapkan sebelumnya.
Sasaran proyek ditentukan oleh dewan pengurus melalui keputusan strategis.
Proyek harus selalu diarahkan pada pencapaian khusus sasaran-sasaran
yang ditetapkan secara tepat yang menjadi bagian dari keseluruhan
sasaran. Selain itu, sebuah proyek juga harus memiliki skala kegiatan yang
terbatas dan telah ditetapkan.

2. Batas waktu pencapaian sasaran.
Sebuah proyek harus mempunyai kerangka waktu yang pasti. Artinya, harus
ditetapkan kapan proyek itu dimulai dan kapan berakhir. Biasanya sebuah
proyek dimulai dengan waktu persiapan yang cukup, dilanjutkan dengan masa
pelaksanaan, dan berakhir setelah penyelesaian laporan keuangan sekitar
satu bulan setelah proyek selesai atau sebulan setelah hari terakhir
kampanye atau pemilu.

3. Pencapaian sasaran selalu dikaitkan dengan faktor ketidakpastian dan risiko.
Proyek tidak boleh hanya berhubungan dengan kerja-kerja rutin, karena kerja
atau tugas-tugas rutin lebih baik dan lebih efektif diselesaikan dalam struktur
atau garis organisasi yang ada. Untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin tidak
perlu membuat proyek-proyek khusus.

4. Keterlibatan beberapa departemen yang berbeda.
Karena kompleksnya sebuah proyek, dibutuhkan keterlibatan beberapa
departemen internal dan eksternal yang bekerjasama di dalam struktur
organisasi yang solid. Keterlibatan mereka ini untuk merencanakan dan
menjalankan kegiatan-kegiatan proyek sesuai aturan. Sebuah agensi atau
konsultan juga dapat dilibatkan di dalam proses perencanaan.

5. Proyek harus bersifat unik dan luar biasa.

457

Proyek harus menyelesaikan tugas-tugas inovatif yang bisa saja berupa
tugas-tugas rutin, tetapi hanya muncul untuk pertama kali di setiap situasi
yang berbeda. Setiap kampanye pemilu bersifat unik karena situasi dan
kondisinya berbeda-beda, dan jarak antara pemilu yang satu ke pemilu
berikutnya terlalu lama untuk mengelola kegiatan ini secara permanen.

6. Dana terbatas
Sebuah proyek harus memiliki nilai tambah khusus, sebagai justifikasi
dikeluarkannya biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek. Karena itu,
setiap proyek harus dilaksanakan di dalam kerangka anggaran yang jelas,
sehingga para anggota proyek dapat mengambil keputusan sendiri
berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan.

22.4.2. Institusi proyek

Institusi proyek ditentukan oleh dewan pengurus partai. Keputusan ini juga harus
mencakup beberapa elemen, yaitu:
Sasaran proyek
Jangkauan proyek
Kerangka waktu
Dana/keuangan
Komposisi pelaksana proyek, dan
Pimpinan proyek

Pimpinan proyek hanya menjalankan tugas-tugas yang sifatnya koordinatif. Dengan
demikian, wewenang setiap anggota pelaksana proyek dalam menjalankan tugasnya
tetap terjamin. Anggota pelaksana proyek bertanggungjawab atas tugasnya sendiri.
Ia hanya dituntut memberikan informasi kepada pimpinan proyek, pada saat setiap
tugasnya telah selesai, atau terindikasi ada kesulitan-kesulitan yang muncul pada
saat itu. Pimpinan proyek bisa menjadi anggota pelaksana proyek yang diberi
wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.




458


















22.4.3. Contoh merumuskan sebuah misi proyek oleh dewan pengurus partai
untuk kelompok pelaksana proyek

Dewan Pimpinan Pusat Partai X mengeluarkan sebuah keputusan untuk membentuk
kelompok kerja pelaksana proyek Kampanye Pemilu. Kelompok pelaksana proyek
mengemban misi berikut ini: Keseluruhan sasaran yang telah ditetapkan oleh DPP
yang dinyatakan dalam strategi tertanggal ....... harus dicapai. Untuk melaksanakan
misi ini, pelaksana proyek memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Merencanakan seluruh kegiatan dan memastikan pelaksanaannya berdasarkan
strategi yang telah ditetapkan.
2. Kelompok kerja proyek memiliki mekanisme pengendalian yang independen
terhadap dana yang telah dialokasikan, berdasarkan rencana anggaran yang telah
diajukan sebelumnya dan telah disetujui oleh DPP.
3. Anggota kelompok kerja proyek berwenang memberikan instruksi kepada para
anggota timnya di dalam departemen mereka.
4. Kelompok kerja proyek harus bekerjasama dengan dewan-dewan pimpinan
cabang atau daerah. Apabila kegiatan proyek dilakukan secara sentral oleh DPP,

Kebijakan
Logistik/Penge
lolaan materi
Media
Kegiatan/
kampanye
Koordinasi
Dewan Pengurus
Pimpinan
Proyek
Komunikasi
internal
Keuangan Humas/PR

459

kelompok kerja proyek atau seorang anggota yang berwenang harus didahulukan
dari DPC-DPC atau struktur-struktur lain yang berada di bawahnya.
5. Setiap bulan kelompok kerja proyek memberikan laporan kemajuan proyek
kepada dewan pengurus partai. DPP dapat meminta laporan sementara setiap saat.
6. Apabila kelompok kerja proyek membuat keputusan yang menyimpang dari
strategi yang telah ditetapkan, mereka harus meminta persetujuan terlebih dulu dari
dewan pengurus partai.
7. Kelompok kerja proyek diperkenankan mempekerjakan konsultan dari luar. Tetapi,
bagaimanapun, semua keputusan hanya boleh ditentukan oleh kelompok kerja
proyek.

Kelompok kerja mulai melaksanakan proyek pada tanggal dan berakhir pada
tanggal dengan menyerahkan laporan akhir proyek.
Kelompok kerja proyek akan dapat menghabiskan dana paling banyak sejumlah......
Kelompok kerja proyek harus melakukan tugas-tugas sebagai berikut:

1. Kebijakan
2. Media
3. Logistik/pengelolaan material
4. Komunikasi internal
5. Keuangan
6. Humas/PR
7. Kegiatan-kegiatan/kampanye
8. Koordinasi dengan dewan pengurus partai

DPP mengangkat .............. sebagai pimpinan proyek. Pimpinan proyek akan
menyiapkan daftar tetap anggota kelompok kerja proyek dalam waktu satu minggu,
dan mengangkat mereka secara resmi setelah mendapat persetujuan dari dewan
pengurus.

22.5. Deskripsi kegiatan yang harus diselesaikan di tingkat wilayah atau daerah
dalam kampanye Pemilu (struktur Dewan Kehormatan dan organisasi-
organisasi matriks)


460

DPW, DPD dan DPC yang merupakan cabang-cabang partai, terikat oleh sebuah
strategi yang ditetapkan di tingkat nasional, yakni oleh DPP. Strategi dan sasaran
yang diperoleh beserta rencana dan jadwal operasional berfungsi sebagai pedoman.
Kegiatan kampanye bertujuan untuk sedapat mungkin mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut. Semakin dekat pelaksanaan kampanye, semakin intensif
peralihan tugas dari tingkat nasional turun ke tingkat basis. Kegiatan-kegiatan di
bawah ini harus diselesaikan oleh Dewan Kehormatan Partai di tingkat wilayah dan
daerah:
1. Membentuk tim kampanye daerah
2. Memotivasi anggota untuk ikut membantu
3. Mendapatkan sumber-sumber material dan logistik di wilayah dan daerah
4. Menjamin promosi eksternal partai (poster, dsb.)
5. Memastikan pemberitaan partai di media lokal (media)
6. Menyebarkan materi cetakan, seruan atau undangan untuk hadir
7. Mengorganisir kegiatan-kegiatan lokal
8. Melaksanakan aksi-aksi kampanye (kunjungan dari rumah ke rumah, dsb.)
9. Bekerjasama dengan bagian pengendalian kampanye di tingkat nasional

Di tingkat wilayah dapat digunakan bentuk organisasi matriks. Organisasi matriks ini
menjamin bahwa unit-unit partai di daerah terlibat di dalam perencanaan dan
pelaksanaan kampanye pemilu, dan menjamin bahwa arus informasi dapat mengalir
lancar secara periodik. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan harus dicocokkan dengan
manajer-manajer kampanye di daerah. Setiap manajer kampanye daerah memikul
tanggung jawab untuk satu wilayah, dan ia melaksanakan tugasnya dengan
bekerjasama bersama manajer kampanye daerah. Dewan pengurus partai di wilayah
dan daerah (DPW dan DPD) menjalankan program-program partai secara rutin,
seperti mengurus anggota, menerima anggota, melakukan debat-debat politik,
membuat keputusan-keputusan, dsb.







461










Tgs

















Tim kampanye daerah bisa saja tim setempat atau tim dari sebuah wilayah kota,
tergantung dari luas daerahnya. Untuk wilayah-wilayah di mana partai tidak memiliki
kantor cabang atau struktur organisasi, disarankan untuk membentuk tim kampanye
terbang yang berkedudukan di tempat lain, dan hanya datang ke lokasi setempat
bilamana perlu atau pada waktu-waktu tertentu saja.


Ketua
Kampanye
Ketua
Kampanye A
Ketua
Kampanye B
Tugas
5

Tugas
1
Tugas
2


Ketua
Kampanye C
Tugas
6


Tugas
3

Tugas
4

Ketua
Kampanye D
Ketua
Kampanye F
Ketua
Kampanye E


































462

Grafik yang digambarkan di atas memperlihatkan struktur organisasi di mana
manajer kampanye daerah C bertanggung jawab untuk tugas 1 (manajemen
material) untuk seluruh wilayah tersebut. Manajer kampanye daerah F mengemban
tugas 6 (perencanaan pidato fungsionaris partai) untuk daerah tersebut. Apabila
jumlah manajer kampanye lebih banyak daripada jumlah tugas, tugas-tugas itu dapat
dibagi-bagi lagi kepada para manajer yang ada. Apabila jumlah mereka lebih kecil
daripada jumlah tugas, beberapa manajer ketua kampanye harus bertanggung jawab
melakukan lebih dari satu tugas.

463

23. FUNDRAISING DAN PENDANAAN PARTAI

Istilah fundraising berasal dari Amerika Serikat, yang artinya sesuai dengan yang
tersurat dalam istilah itu: fund (=dana) dan raising (=mendapatkan/mengumpulkan).
Fundrising bisa diartikan sebagai kegiatan pengumpulan atau pengadaan dana.
Tetapi konsep fundraising di Amerika pada dasarnya lebih luas dari yang dipahami
secara umum sebagai kampanye untuk penggalangan dana. Konsep itu menyangkut
pembuatan strategi pemasaran (marketing) untuk mendapatkan dana khususnya
dana yang tidak diperoleh secara rutin yang secara spesifik belum ada materi
pendukungnya.

23.1. Pendanaan kampanye

Dalam sub-bahasan ini dibahas konsep-konsep untuk berbagai organisasi, misalnya
organisasi-organisasi non-pemerintah, organisasi-organisasi non-profit, partai dan
setiap instansi di pemerintahan daerah dan negara bagian, khususnya di bidang
budaya, sosial dan lingkungan.
Kita dapat membedakan beberapa cara untuk memperoleh dana:
Bantuan dari pemerintahan negara bagian atau asosiasi negara-negara bagian,
Sumbangan-sumbangan pribadi dan perusahaan, denda dan kontribusi lainnya dari
masyarakat,
Sponsor dari perusahaan,
Dana dari hasil kerjasama dengan lembaga-lembaga atau perkumpulan-
perkumpulan, serta
Imbalan jasa.

Tiga dari donatur di atas akan diuraikan lebih jauh dalam pembahasan di bawah.
Pertama kita lihat pendanaan publik oleh pemerintah dan sponsor. Selanjutnya
adalah bentuk-bentuk klasik untuk meneliti donasi yang perlu dipelajari lebih jauh
dari perspektif fundraising.





464

23.1.1. Pendanaan dari Pemerintah

Biasanya pemerintah mendanai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek dari anggaran
belanja negara. Untuk itu kita harus mempelajari anggaran belanja negara dengan
seksama dan dianalisa apakah ada peluang untuk mendapatkan dana dari anggaran
tersebut. Untuk mengajukan dana ada ketentuan atau aturan-aturan yang jelas, dan
para pengambil keputusan untuk keuangan negara ini juga bisa memiliki kekuasaan
sangat besar.

Meski dana anggaran pemerintah untuk proyek-proyek tertentu telah dialokasikan,
tapi itu tak selalu menjamin bahwa kita dapat memperoleh dana tersebut, karena
mungkin sudah ada organisasi-organisasi lain yang diharapkan pemerintah akan
menerima dana tersebut, dan organisasi baru belum bisa dipertimbangkan untuk
menerimanya. Tapi meskipun begitu, proposal yang telah diajukan dalam kasus
seperti ini setidaknya akan mendapat kesempatan untuk memperoleh bantuan pada
tahun anggaran berikutnya. Di sini sangat diperlukan lobi yang intensif terhadap
departemen-departemen yang relevan, dan juga terhadap para politisi.

23.1.2. Dana sponsor (sponsorship)

Dana sponsor tentu berbeda dari sumbangan. Sponsorship adalah sebuah
keputusan bisnis atau komersial, dan, dari perspektif sponsor, artinya adalah iklan.
Tujuannya adalah untuk berkomunikasi dengan publik melalui kegiatan sponsorship.
Pihak sponsor memberi bantuan dalam bentuk uang, materi atau jasa, sementara
pihak yang disponsori membantu mereka agar menjadi lebih dikenal atau citranya
menjadi positif melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.

Kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan harus dinegosiasikan dengan pihak
sponsor, dan bentuknya bisa bermacam-macam, tergantung dari permintaan
sponsor. Misalnya:
Menyebutkan sponsor dalam setiap kegiatan media
Menyebutkan nama sponsor dalam setiap penyelenggaraan acara-acara
Mencantumkan sponsor pada tiket, undangan, surat-menyurat, dan lain
sebagainya, misalnya dengan menempelkan logo atau nama perusahaan

465

Menyediakan ruang iklan dalam brosur-brosur program atau media-media lain
Memasang spanduk sponsor di ruang pertemuan
Memperkenalkan wakil-wakil dari perusahaan yang menjadi sponsor
Menyebutkan pihak sponsor dalam kegiatan-kegiatan PR perusahaan
Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di perusahaan

Individu, perkumpulan-perkumpulan, kegiatan-kegiatan lepas, proyek-proyek dari
berbagai organisasi dan institusi pemerintah khususnya bidang lingkungan, sosial
dan budaya, semua bisa disponsori.

Bagi pihak perusahaan sendiri, ada perbedaan besar antara sumbangan dan dana
sponsor menyangkut soal pajak. Sumbangan biasanya hampir tidak dipersoalkan
masalah pajaknya dan bahkan tidak dapat dipotong sama sekali bila sumbangan itu
diberikan kepada organisasi-organisasi yang tidak mempunyai status khusus (seperti
organisasi sosial misalnya). Sementara kegiatan sponsorship dapat dicatat sebagai
pengeluaran bisnis oleh pihak perusahaan, dan jumlahnya tidak terbatas.
Sebaliknya, bagi penerima sponsor, pendapatan dari pihak sponsor harus
diperhitungkan sebagai pemasukan dana dari kegiatan bisnis, dan karena itu bisa
dikenai pajak sebagaimana semestinya.

23.1.3. Penggalangan dana

Sebuah organisasi yang perlu mendanai sendiri programnya melalui penggalangan
donasi dalam kondisi tertentu, ia harus membuat perencanaan kegiatan secara
cermat dan teliti. Dalam perencanaan kegiatan fundraising ini, pertama-tama perlu
ditentukan lebih dulu tipe donatur atau penyumbang seperti apa yang akan dijadikan
target sasaran.
Apakah kita terutama perlu melobi donor-donor besar?
Apakah donor-donor menengah dan kecil yang harus didekati?
Motivasi apa yang kiranya mendorong pihak donor sehingga ia memberikan
sumbangan kepada organisasi kita?
Imbalan atau kompensasi apa yang bisa kita tawarkan kepada pihak donor?
Bagaimana pihak donor harus didekati atau dilobi?
Instrumen apa saja yang dapat digunakan untuk keperluan ini?

466


Pada prinsipnya, harus diingat bahwa tidak ada satu pihak pun yang akan
memberikan dana tanpa ia diminta untuk itu. Itu artinya, fundraising adalah pekerjaan
yang sulit dan harus dilakukan secara intensif dan di sisi lain juga kurang
menyenangkan atau kurang-lebih, begitulah.

Kim Klein
130
, seorang fundraiser feminis yang sukses menyatakan: fundraising
adalah prinsip untuk bertanya, bertanya lagi dan lebih banyak (terus)
bertanya.

Karena fundraising berarti membiayai sebuah proyek kampanye atau kampanye
pemilu, maka kegiatan fundraising harus dilakukan secara terus-menerus dan tidak
boleh vakum. Perencanaan kegiatan ini harus sejalan dengan elemen-elemen
strategis dan taktis yang ada dalam perencanaan secara keseluruhan. Ia adalah
sebuah strategi dalam strategi. Karena itu, perencanaan fundraising harus
dirumuskan secara jelas seperti halnya perumusan strategi.

Dalam banyak petunjuk tentang fundraising, dimunculkan kesan bahwa tujuan dari
fundraising adalah menghubungi sebanyak mungkin orang dalam sebanyak mungkin
kesempatan dan melalui sebanyak mungkin cara. Ini bisa jadi benar, jika kita
memiliki banyak waktu dan uang. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Karenanya,
fundraising juga perlu direncanakan secara strategis. Para penyumbang (donatur)
potensial harus dipilah dan diprioritaskan berdasarkan kemungkinan mereka
menyumbang dan jumlah yang akan mereka sumbangkan.

23.1.4. Partisipan (pihak-pihak yang terlibat)

Untuk membuat perencanaan fundraising menjadi sebuah kegiatan yang sukses,
dibutuhkan dua faktor penting: orang-orang yang kompeten dan sistem manajemen
yang baik.



130
Kim Klein: Fundraising for Social Change (Penggalangan Dana untuk Perubahan Sosial), Inverness,
CA, 1998.

467

Fundraiser (Pencari dana)
Keberhasilan dari upaya mencari dana sangat tergantung pada bakat dan
kemampuan para pencari dana (fundraiser) dalam meyakinkan pihak penyumbang.
Banyak rencana fundraising gagal karena tim pencari dananya tidak tepat, dan
mereka menghubungi pihak penyumbang yang tidak tepat serta pada waktu yang
tidak tepat pula. Agar proses pencarian dana bisa berhasil, harus ada komunikasi
yang terus-menerus antara pihak pencari dana dengan pihak penyumbang. Selain itu
harus dibangun suasana adanya saling kepercayaan. Para fundraiser harus selalu
mengikuti perkembangan tentang perencanaan proyek atau program partai, tentang
apa yang akan dilakukan organisasi ke depan, kegiatan mana yang akan dikerjakan
dan bagaimana pelaksanaannya, serta di mana dan untuk apa uang dikeluarkan.

Fundriser juga harus mengetahui sasaran proyek secara lengkap, citra yang
diinginkan dan citra riil organisasi yang ia wakili. Mereka harus dapat menjelaskan,
keuntungan apa saja yang bisa diperoleh pihak penyumbang.

Penyumbang
Sebelum rencana fundraising dilakukan, pihak fundriser harus mengenali dan
memahami pihak yang akan dimintai sumbangan. Berikut ini diuraikan beberapa
kategori, motif apa yang membuat pihak penyumbang memberikan sumbangan:
1. Nilai-nilai dan prinsip/asas kepercayaan
Kedua motif ini sangat mempengaruhi seseorang untuk memberikan bantuan.
Prinsip dan nilai ini pula yang dapat menentukan isu dan tema yang akan
digunakan sebagai bahan pembicaraan dengan pihak penyumbang. Nilai
seseorang tumbuh dari pengalaman hidupnya. Kedua faktor ini sangat
mempengaruhi komitmen sosialnya, kesadaran politiknya dan minat
pribadinya.
2. Kepentingan pribadi
Pihak penyumbang yang potensial merasa bahwa organisasi atau partai
mungkin dapat memenuhi atau dapat mempromosikan kepentingan
pribadinya.
3.Rasa kebersamaan
Kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah masyarakat, kelompok sosial,
atau sebuah partai merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial.

468

Kebutuhan ini diungkapkan dengan kesediaannya untuk memberi
sumbangan.
4. Hubungan kedaerahan
Faktor ini juga merupakan motif yang kuat untuk menyumbang. Kedekatan
geografis dapat menimbulkan rasa positif seperti perasaan menjadi bagian
dari suatu organisasi.
5. Tekanan rekan atau kerabat
Penyumbang potensial memberikan sumbangan, karena misalnya, rekannya
juga telah menyumbang.
6. Orang yang tepat
Penyumbang memberikan sumbangan karena yang memintanya adalah
orang yang tepat.
7. Meningkatkan rasa harga diri
Banyak orang tidak memperoleh pengakuan bagi rasa harga diri mereka dari
lingkungan, kehidupan sehari-hari atau lingkungan kerja mereka. Atau mereka
menilai bahwa pengakuan material yang mereka peroleh tidak mencukupi.
Oleh karena itu, mereka berusaha memperoleh pengakuan dari sumber-
sumber lain. Kesediaan menyumbang memberikan peluang bagi mereka
untuk memperbaiki rasa harga dirinya.
8. Memberikan pengaruh
Banyak orang ingin terlibat dalam kegiatan-kegiatan penting. Sumbangan
adalah sarana bagi seseorang untuk menanamkan pengaruhnya, karena
misalnya, hanya ada sedikit ruang terbuka baginya untuk bisa berpengaruh di
bidang politik, atau ia tak memiliki waktu untuk itu. Memberikan sumbangan
adalah cara alternatif untuk bisa mendukung kandidat atau satu organisasi
tertentu. Bagi penyumbang tipe ini, kita perlu menawarkan peluang untuk ikut
menentukan (mempengaruhi) penggunaan uangnya.
9. Karena musuh atau lawan
Penyumbang potensial memberikan sumbangannya karena musuh pribadi
atau lawan bisnisnya mendukung organisasi atau partai lain. Jadi, motivasinya
menyumbang didorong oleh lawan pribadinya.
10.Merasa nyaman
Banyak orang merasa tidak nyaman dengan kenyataan bahwa mereka serba
berkecukupan, sementara yang lain kurang beruntung. Dengan memberikan

469

sumbangan, mereka merasa telah memberikan kompensasi terhadap
perasaan tidak nyaman itu.
11.Alasan nama baik keluarga
Banyak pengusaha sukses mengalami kesulitan dalam memanfaatkan
kekayaan mereka di masa-masa akhir hidup mereka. Mereka ingin
menyumbangkan sesuatu yang nantinya membuat nama mereka diingat
orang. Karena itulah mereka mendirikan yayasan atau memberikan
sumbangan kepada organisasi tertentu, sehingga mereka merasa bahwa
mereka telah melakukan hal berguna untuk menciptakan masa depan yang
lebih baik.

Panitia pencari dana
Panitia pencari dana adalah jantung fundraising. Badan ini harus terdiri dari orang-
orang dari semua sektor masyarakat, misalnya dari bidang ekonomi, dari berbagai
kelompok profesi, agama dan kelompok masyarakat. Dan mereka haruslah orang-
orang yang bersedia mencari sumbangan dengan segala daya upaya. Karena itu
penting untuk selalu diperhatikan, apakah komposisi panitia bisa membuat
anggotanya bekerja produktif? Apakah mereka mampu menggalang dana pada saat
organisasi membutuhkannya? Apakah semakin banyak jumlah anggota panitia akan
semakin produktif pula mereka? Atau haruskah panitia dibuat menjadi lebih kecil?

Penting bagi kita untuk mendapatkan orang-orang yang berpengaruh dan
berkemauan keras, dan tidak terbatas pada orang-orang kaya saja. Masalah
investasi waktu juga perlu diperhatikan. Seringkali panitia pencari dana memiliki
orang-orang yang memenuhi semua persyaratan sebagai fundraiser yang baik, tapi
sayangnya mereka tak punya waktu dan tak bisa memenuhi tugas yang diharapkan.
Dalam kasus semacam ini, orang-orang seperti itu harus diganti.

Personil fundraising
Jika kita menyadari bahwa fundraising merupakan tugas penting yang sangat
mendukung pencapaian sasaran strategis, kita harus menanamkan investasi ini pada
personil. Artinya, kita perlu membangun sebuah pos atau markas bagi para personil
apakah yang bekerja penuh waktu atau para honorer, yang berfungsi sebagai

470

motor penggerak bagi panitia pencari dana untuk mengorganisir kegiatannya. Usaha
seperti ini biasanya membawa hasil.

Sistem manajemen

Sistem manajemen fundrising memiliki dua fungsi yang saling berhubungan, yaitu
membuat dan mengelola serta menjaga daftar penyumbang, dan membuat laporan-
laporan yang dibutuhkan termasuk laporan keuangan dan hal-hal yang berkaitan
dengan peraturan-peraturan hukumnya.

Pemeliharaan data-data penyumbang ikut menentukan kecepatan dan keberhasilan
penyusunan laporan. Keberhasilan atau kegagalan kegiatan-kegiatan tertentu dapat
ditentukan secara cepat dan terpercaya melalui sebuah sistem yang berfungsi
dengan baik. Karena itu, program yang baik menjadikan fundraising lebih efektif.

23.1.5. Instrumen-instrumen fundraising

Ada enam instrumen untuk proses fundraising, yaitu:
Pertemuan pribadi
Kegiatan-kegiatan khusus seperti acara-acara komersial
Pembicaraan melalui telepon
Pengiriman surat/e-mail
Himbauan-himbauan untuk menyumbang melalui media
Pembicaraan ulang

Pertemuan pribadi biasanya diterapkan terhadap penyumbang-penyumbang besar.
Sedangkan untuk penyumbang-penyumbang tingkat menengah dan kecil dipakai
pendekatan melalui kegiatan-kegiatan khusus, pembicaraan melalui telepon,
himbauan untuk menyumbang melalui media dan surat biasa atau e-mail (surat
elektronik). Pembicaraan ulang dilakukan setelah lima instrumen yang pertama
mendapat respon secara positif.




471

Pertemuan pribadi
Pencarian dana melalui pertemuan-pertemuan pribadi harus dibagi dalam dua
kategori. Ada fundrising dari donor atau penyumbang besar dan ada yang berasal
dari penyumbang menengah dan kecil. Meskipun pendekatan terhadap kedua
kategori itu dimaksudkan untuk tujuan yang sama, tapi dalam hal persiapan,
kecepatan pekerjaan dan jumlah uang yang diajukan tentu berbeda.

Karena itu, masing-masing rencana fundrising harus disiapkan untuk setiap
penyumbang besar. Rencana itu meliputi penelitian, pemilihan orang yang akan
ditugaskan sebagai penghubung, pengembangan argumentasi yang meyakinkan,
kontak awal, dan seterusnya.

Penelitian
Selain mengetahui nama penyumbang besar, alamat dan nomor telepon mereka,
perlu dikembangkan pula profil penyumbang secara detail. Profesi, pendapatan,
hobby, topik-topik yang menarik bagi mereka, sahabat, informasi tentang keluarga,
sumbangan-sumbangan yang pernah ia berikan kepada pihak lain sebelumnya, serta
semua informasi lain yang dapat membuat organisasi mengetahui motif penyumbang
untuk memberikan uang, penting sekali untuk diketahui.

Jika pihak penyumbang adalah sebuah organisasi atau perusahaan, maka
sebelumnya perlu dicari tahu siapa yang punya wewenang untuk memutuskan
masalah sumbangan dana dalam organisasi tersebut. Jika orangnya dikenal, maka
profil penyumbang perlu diteliti seperti halnya dalam kasus penyumbang pribadi. Kita
perlu selalu menyadari bahwa bukan organisasi yang membuat keputusan,
melainkan satu orang atau sekelompok orang dalam organisasi tersebut.

Semua data ini disimpan dalam data profil penyumbang. Data ini sifatnya sangat
peka dan karena itu harus dilindungi dari tangan orang-orang yang tidak
berkepentingan. Jika undang-undang perlindungan data melarang penyimpanan
data-data seperti ini, maka data-data itu harus dikumpulkan atau disimpan dalam
bentuk dokumentasi yang lain.



472

Pemilihan orang-orang yang bertindak sebagai penghubung
Begitu penelitian terhadap latar belakang penyumbang selesai dilakukan, selanjutnya
perlu dilakukan pemilihan orang-orang yang akan ditugaskan untuk menjadi
penghubung. Mereka bisa seorang teman, anggota keluarga, anggota dari sebuah
partai, anggota panitia pencari dana atau manajer kampanye. Pemilihan itu bisa
didasarkan pada pengetahuan pribadi atau relasi-relasi dengan pihak penyumbang.
Perlu diingat bahwa sebaiknya tidak menggunakan ketua partai atau kandidat partai
untuk tujuan ini. Meskipun demikian, sewaktu-waktu ketua partai atau kandidat perlu
juga mengambil alih peran penting dalam proses pencarian dana.

Pengembangan argumen-argumen yang meyakinkan
Berangkat dari hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang penyumbang, perlu
dikembangkan argumen-argumen yang disesuaikan dengan pribadi penyumbang.
Untuk masalah ini, dapat dilihat juga motif-motif penyumbang yang telah diuraikan
sebelumnya dalam Bab ini.

Kontak awal
Kontak awal sebaiknya dilakukan melalui telepon atau melalui pembicaraan pribadi,
dan harus diutarakan maksud kita sesungguhnya, yakni mendapatkan dana. Apabila
calon penyumbang tertarik pada organisasi, partai atau kandidat kita, maka contact
person dapat menyepakati sebuah pertemuan antara calon penyumbang dengan
ketua partai atau kandidat itu pun jika diminta, dan pelaksanaannya dilakukan
hanya setelah calon penyumbang menunjukkan ketertarikannya.

Follow -up
Contact person atau fundriser harus sesegera mungkin mengirimkan surat yang
isinya mengkonfirmasikan pertemuan lanjutan dan mengucapkan terima kasih atas
waktu yang telah disediakan oleh penyumbang. Dalam surat itu juga perlu
disampaikan informasi lain mengenai organisasi atau proyek beserta kemajuan-
kemajuannya.

Pihak peminta sumbangan juga harus mengirimkan surat apabila si penyumbang
belum siap melakukan pembicaraan. Dalam surat ini juga perlu diinformasikan
tentang organisasi atau proyek serta pernyataan terima kasih atas waktu yang telah

473

disediakan, agar kesempatan untuk menelpon atau kunjungan di lain waktu tetap
terbuka.

Pertemuan pribadi
Pertemuan pribadi dilakukan jika si pencari dana ingin membuat kesepakatan.
Dengan menggunakan semua informasi yang diperoleh dari data profil penyumbang,
ia melakukan tawar-menawar, membuat presentasi dan mengakhirinya dengan
himbauan langsung untuk menyumbang.

Apa yang harus kita lakukan jika pihak penyumbang mengajukan permintaan lain,
misalnya ingin bertemu dengan orang lain dari organisasi kita? Dalam kasus ini, kita
harus memutuskan apakah dengan cara itu kesediaannya menyumbang semakin
besar atau tidak. Setelah itu, kita baru bisa memutuskan langkah selanjutnya.

Pernyataan terima kasih atau follow up
Penyumbang besar merupakan sekelompok manusia yang membutuhkan
pengakuan. Begitu mereka telah memberikan sumbangannya, kita harus segera
menyatakan terima kasih. Bahkan sepucuk surat yang berisi ucapan terima kasih
atas waktu yang telah disediakan sebaiknya dikirimkan, meski mereka belum
memberikan sumbangannya.

Tentu saja para penyumbang besar itu tidak boleh dilupakan begitu saja, setelah
mereka memberikan sumbangannya untuk kegiatan kita. Mereka harus dilibatkan
dalam komunikasi atau kegiatan organisasi, agar dilain waktu bersedia membantu
lagi.

Fundrising pribadi untuk penyumbang kecil dan menengah
Untuk melakukan pendekatan kepada penyumbang menengah dan kecil, kita bisa
memanfaatkan para fundriser sukarelawan yakni orang-orang yang biasanya
berasal dari lingkungan sosial si penyumbang. Mereka ini bukan anggota panitia
pencari dana, dan tidak memiliki posisi yang menonjol dalam organisasi. Pencari
dana seperti ini harus dilatih agar mereka mampu memberikan argumen yang tepat.
Mereka harus mengetahui prosedur dan metode-metode fundrising dan mereka juga

474

harus tahu untuk apa dan bagaimana dana atau material sumbangan itu kita
gunakan.

Kegiatan-kegiatan ekonomi (acara amal, dsb.)

Event merupakan instrumen yang sangat baik untuk mendapatkan penyumbang
tingkat menengah. Event-event itu dapat pula diatur sedemikian rupa sehingga
penyumbang besar dan kecil dapat diraih. Karena event ini merupakan instrumen
yang fleksibel, dana yang diperoleh dari kegiatan ini bisa dimanfaatkan untuk
membiayai sebagian besar anggaran.

Masalah-masalah yang mungkin terjadi
Sebelum membuat event atau kegiatan-kegiatan seperti yang dibahas di atas, perlu
dipikirkan dulu masalah-masalah yang mungkin timbul.
1. Kegiatan yang sukses membutuhkan personil sukarelawan dan waktu untuk
merencanakan dan melaksanakan kegiatan. Karena itu harus dipertimbangkan
ketersediaan waktu yang cukup.
2. Kesuksesan sebuah kegiatan juga ditentukan oleh biaya. Biaya biasanya begitu
cepat mengalir ke luar, dan konsekuensinya tentu saja mengurangi pendapatan
bersih kita. Karena itu, setiap pengeluaran harus diawasi secara cermat, dan
sebaiknya tidak menyelenggarakan kegiatan yang keuntungannya di bawah 75%
dari keseluruhan dana yang kita peroleh.
3. Harga karcis masuk harus disesuaikan dengan kemampuan kelompok target.
4. Untuk setiap kegiatan harus ditargetkan setidaknya satu dari lima calon
penyumbang yang kita undang hadir. Sementara itu, selisih antara biaya keluar dan
pendapatan perlu diperhitungkan agar tidak terjadi kerugian. Honor para
sukarelawan harus diperhitungkan sebagai komponen biaya.
5. Setiap kegiatan harus dirumuskan strategi pemasarannya. Struktur organisasi
yang bertugas menjual karcis masuk harus diatur sedemikian rupa, sehingga para
penyumbang potensial merasa yakin untuk membelinya. Dalam setiap kegiatan,
harus selalu diupayakan untuk bisa menggunakan kesempatan seoptimal mungkin.
Misalnya, acara makan malam bisa dibagi dalam dua bagian; untuk para
penyumbang besar terlebih dahulu diadakan penyambutan khusus di mana tersedia

475

(diawali dengan) makan ringan. Cara seperti ini dapat memperbesar perolehan
sumbangan.
6. Perencanaan waktu harus dikoordinasikan dengan pimpinan organisasi, kandidat
dan cabang-cabang organisasi di bawahnya. Meskipun tidak ada jangka waktu yang
standard untuk kegiatan pencarian dana, tapi hari-hari tertentu seringkali lebih cocok
dari pada yang lainnya.
7. Hadirnya seorang pembicara yang terkenal dalam acara-acara amal tentu akan
lebih banyak menarik minat orang. Bagaimanapun, para fundriser tetap saja harus
bekerja berat untuk melobi. Kesimpulannya, seorang orator yang hebat sekalipun
bahkan tidak dapat menggantikan posisi para fundraiser.
8. Karcis masuk bisa dikirimkan kepada penyumbang, setelah ia melakukan
pembayaran.
9. Kegiatan-kegiatan dan event-event fundraising tidak dapat dipersiapkan secara
terburu-buru atau dalam waktu yang singkat. Karena itu, kesulitan keuangan yang
sifatnya mendesak tidak dapat diatasi dengan acara-acara seperti ini.

Duabelas langkah untuk mempersiapkan kegiatan fundraising

Langkah 1: Mengembangkan konsep untuk kegiatan dan menetapkan harga karcis
masuk.
Semakin menarik gagasan untuk kegiatan yang akan diselenggarakan, semakin
banyak karcis yang bisa dijual. Karena itu, kegiatan harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga para peserta menyukai kegiatan itu.

Sebagai contoh, kelompok pencari dana membeli satu blok tempat duduk di
sebuah pertunjukan teater, dan menjual kembali karcis itu dengan harga yang
lebih tinggi. Kemudian mereka mengadakan pesta dengan para peserta
(pembeli karcis) dalam teater tersebut.

Setiap gagasan yang menarik layak didiskusikan, tetapi harus selalu diperhatikan
tujuan akhirnya, yakni pencapaian keuntungan sebesar 75%. Karena itu, aktivitas-
aktivitas fundraising bukan acara humas yang sederhana, tetapi kegiatan yang
bertujuan memperoleh dana. Jadi, jangan sekali-kali mencoba meraih dua sasaran
melalui satu kegiatan, karena itu sangat dekat dengan kegagalan.

476


Langkah 2: Menetapkan waktu dan tempat kegiatan.
Penetapan waktu dan tempat merupakan faktor penting. Seringkali terjadi
perubahan-perubahan dengan adanya perencanaan kegiatan. Karena itu, faktor
waktu dan tempat tidak boleh ditetapkan terlalu dini, karena dikhawatirkan
fleksibilitas dalam bereaksi terhadap kejadian-kejadian atau perkembangan eksternal
akan hilang.

Langkah 3: Membuat daftar penyumbang potensial
Dari daftar penyumbang umum dan penyumbang potensial, harus diseleksi nama-
nama yang kita anggap cocok untuk hadir dalam kegiatan yang akan kita
selenggarakan. Nama-nama hasil seleksi ini kita daftar dalam satu kelompok
penyumbang yang akan kita undang dalam acara itu. Nama-nama calon
penyumbang yang disarankan dari daerah perlu ditambahkan ke dalam daftar. Daftar
itu harus memuat data-data seperti berikut:
1. Nama
2. Alamat
3. Nomor telepon
4. Sumber data
5. Sumbangan terkecil/terbesar
6. Tanggal sumbangan terakhir

Langkah 4: Penilaian pasar dan pengembangan rencana pemasaran.
Ada tiga cara menjual karcis untuk sebuah kegiatan. Orang per orang, per telepon
atau per surat. Rencana pemasaran harus mencari peluang-peluang dengan biaya
yang paling efektif. Dalam rencana ini harus ditentukan juga batas waktu untuk
menyebar undangan dan membuat materi kegiatan.

Langkah 5: Menetapkan struktur organisasi untuk penjualan karcis dan memilih
orang-orang untuk penyelenggaraan kegiatan.
Sebagian besar karcis bisa terjual melalui kontak pribadi. Tergantung pada besar
dan pentingnya kegiatan, setiap orang harus dilibatkan dalam penjualan karcis dalam
jumlah tertentu, dan mereka juga harus dilibatkan dalam pengorganisasian kegiatan.


477

Langkah 6: Menyusun anggaran secara rinci untuk kegiatan.
Setiap kegiatan penggalangan dana harus memiliki anggaran yang disusun secara
rinci. Ketentuan ini sangat penting dibuat khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang
cenderung mengalami pembengkakan biaya jika tidak dikendalikan secara ketat.
Biaya kegiatan mencakup porto (biaya pengiriman barang, surat, dsb.), pencetakan,
telepon, biaya acara khusus seperti musik, bunga, pelayanan, dan sebagainya. Pada
saat menyusun anggaran, harus selalu dipikirkan cara untuk meminimalisir biaya.
Karena itu perlu dipikirkan kembali, pekerjaan apa saja yang dapat ditangani oleh
para sukarelawan, dan apa saja yang bisa kita lakukan dengan sumbangan-
sumbangan materi yang kita peroleh.

Langkah 7: Menyelenggarakan pertemuan pembuka.
Bagi panitia penyelenggara, penting artinya mengadakan pertemuan pembuka atau
resepsi penyambutan. Untuk itu, bagi setiap penjual karcis perlu disiapkan beberapa
kit atau paket yang berisi daftar acara, karcis, serta petunjuk-petunjuk atau
keterangan-keterangan lainnya. Jika daftar donor potensial dilampirkan di dalamnya,
penjual karcis juga harus diberi kebebasan untuk melakukan pendekatan kepada
orang lain, tetapi terlebih dahulu harus dipastikan hadir-tidaknya orang yang tertera
di dalam daftar tersebut. Kegiatan pertemuan awal ini tidak hanya bersifat
menyenangkan dan memotivasi saja, tetapi juga harus ditunjukkan betapa
pentingnya penyelenggaraan acara itu sehingga setiap orang harus bekerja untuk
keberhasilan acara.

Langkah 8: Penjualan karcis.
Sesuai dengan ketentuan dalam konsep pemasaran, begitu acara pembuka selesai,
dimulailah kegiatan penjualan karcis. Karcis tidak seharusnya dikirim atau
diserahkan sebelum dibayar. Yang dikirim hanyalah undangan dengan formulir
pemesanan.

Jika penjualan karcis telah dimulai, harus segera diikuti dengan siaran pers yang
memberikan informasi dan keterangan-keterangan seperti ini:
Apa keistimewaan kegiatan yang akan diselenggarakan? Siapa saja yang akan hadir
(pembicara, selebriti, politisi, kandidat)? Di mana karcis dapat dibeli? Dan hal-hal
penting lainnya.

478


Langkah 9: Pengawasan penjualan karcis.
Dalam rencana pemasaran harus telah ditetapkan serangkaian deadline (batas
waktu), termasuk pula deadline penjualan karcis. Karena itu, pelaksanaannya harus
diawasi. Berkaitan dengan hal itu, perlu pula diadakan pertemuan dengan para
penjual karcis, terutama jika penjualan kurang lancar. Jika terjadi hal seperti ini,
strategi atau teknik penjualan karcis harus diubah.

Langkah 10: Pengawasan persiapan acara/kegiatan.
Langkah ini terutama menyangkut pengawasan arus biaya, dan juga memastikan
apakah persiapan telah berjalan sesuai dengan rencana.

Langkah 11: Beberapa saat sebelum acara.
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah pengecekan. Untuk itu dibutuhkan personil
yang cukup untuk memastikan bahwa para penyumbang potensial tidak kecewa
pada saat acara dimulai (misalnya menyangkut reservasi tempat duduk). Hal-hal
teknis pun harus benar-benar dipersiapkan (sertifikat, kwitansi atau tanda terima
sumbangan, kelengkapan alat-alat tulis, dsb.).

Langkah 12: Segera setelah acara usai.
Pihak penyelenggara harus memastikan bahwa para penyumbang telah menerima
tanda bukti pemberian sumbangan dan surat ucapan terima kasih segera setelah
acara selesai. Di beberapa tempat, kepada para penyumbang adakalanya juga
disediakan sertifikat. Penghitungan biaya dan perolehan laba pun harus segera
dilakukan. Jika acara itu berakhir dengan sukses, perlu direncanakan untuk
mengadakan acara serupa tahun berikutnya.

Fundraising melalui telepon.

Pembicaraan melalui telepon bisa jadi merupakan satu metode yang efektif dan
relatif murah untuk meraih sejumlah besar penyumbang kecil dan menengah.
Metode ini biasanya digunakan dalam empat variasi yang berbeda, yakni tindak-
lanjut (follow up) melalui telepon setelah pengiriman surat, menghubungi para
penyumbang kecil yang telah diseleksi sebelumnya, menghubungi kembali para

479

penyumbang, dan mengingatkan mereka yang telah menyatakan komitmennya
untuk menyumbang.
1. Tindak-lanjut per telepon setelah pengiriman surat.
Bank data telepon dapat digunakan untuk membuat percakapan pribadi
secara langsung dengan para penyumbang, sebelum atau seusai
pelaksanaan acara. Meskipun mereka tidak hadir dalam kegiatan kita,
upaya pendekatan untuk mendapatkan dana atau kontribusi lainnya tetap
bisa dilakukan dengan cara ini.
2. Menghubungi para penyumbang kecil yang telah diseleksi sebelumnya.
Kita juga bisa menggunakan sarana telepon untuk menghubungi para
penyumbang kecil yang pernah memberikan kontribusi kepada kita
sebelumnya. Surat atau hubungan per telepon atau kombinasi dari
keduanya sering dipakai untuk mengingatkan mereka.
3. Menghubungi kembali mantan penyumbang besar dan menengah.
Langkah ini menekankan perlunya hubungan telepon, untuk membuat janji
atau menetapkan waktu pertemuan. Perlu diingat, bahwa sumbangan
besar tidak mudah diperoleh melalui telepon.
4. Mengingatkan penyumbang akan komitmennya.
Menggunakan telepon untuk mengingatkan komitmen penyumbang yang
telah menyepakati sejumlah sumbangan merupakan hal biasa. Cara ini
lebih baik daripada penggunaan surat, karena pembicaraan melalui
telepon lebih bersifat informal. Biasanya fundriser menerima jawaban:
Ceknya sedang dikirim, meskipun cek itu sebenarnya baru dibuat pada
saat pembicaraan itu dilakukan.
5. Telemarketing profesional.
Alternatif lain yang juga dapat dicoba adalah bekerjasama dengan
perusahaan marketing telepon (telemarketing) profesional. Dalam kasus
ini, pihak perusahaan merancang sebuah program khusus untuk partai
atau organisasi, yang perlu memperoleh persetujuan terlebih dahulu
sebelum diterapkan. Program ini sebaiknya hanya dipersiapkan untuk
mencoba pasar. Jika terlihat hasilnya rendah atau bahkan program itu
menimbulkan reaksi negatif, metode itu sebaiknya tidak digunakan.
(Perhatian: di beberapa negara penggalangan dana melalui telepon serta

480

telemarketing dilarang jika pihak yang dihubungi tidak menghendaki kontak
tersebut).

Direct-mail fundraising (penggalangan dana melalui surat langsung)

Direct-mail adalah istilah yang menjelaskan dua bentuk berbeda dari proses
pencarian dana. Versi yang lebih berhasil adalah direct-mail fundraising dengan
menghubungi kembali para penyumbang yang tercantum dalam daftar
penyumbang. Sejauh ini, metode direct-mail adalah bentuk yang paling efektif untuk
meraih laba bersih.

Di sisi lain, direct-mail juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyumbang
baru. Langkah ini sudah bisa dikatakan berhasil, jika break-even-point (target)nya
sudah diraih, karena dengan begitu daftar penyumbang dapat diperluas. Syarat
untuk itu, tentu saja adalah adanya daftar dengan kelompok sasaran yang tepat.

Mengetuk untuk merangkul para penyumbang baru merupakan bentuk
pengembangan metode direct-mailing yang sangat teknis dan memerlukan
kemampuan tinggi. Teknik ini mencakup berbagai pekerjaan: memperoleh daftar,
menyeleksi nama, merancang kit atau paket informasi, pencetakan dan produksi,
test-mailing (mencoba mengirim surat untuk mengetahui apakah ada respon. ed.),
mengevaluasi hasil-hasil tes-mailing, dan selanjutnya mengirimkan surat
berdasarkan daftar yang diperoleh, untuk kemudian bisa mencapai keberhasilan.

Karena direct-mailing untuk kegiatan pencarian sumbangan biasanya sangat
berisiko, terlebih dahulu harus dijawab dua pertanyaan berikut ini:
1. Apakah kita memiliki pengetahuan yang cukup untuk mendaftar atau
menempatkan para penyumbang baru (melalui teknik direct-mailing)? Jika tidak,
mampukah kita menggunakan jasa konsultan direct-mail?
2. Apakah jumlah penyumbang potensial yang tertarik pada program kita cukup
memadai, dan siapa yang dapat dihubungi melalui direct-mail?
Terlepas dari apakah rencana perangkulan melalui direct-mail ini berskala kecil atau
besar, tujuan yang ingin dicapai selalu sama: yakni memperluas daftar penyumbang
dan meraih break-even-point. Kunci keberhasilannya adalah pemilihan kelompok

481

sasaran yang tepat dan berjalannya uji-pasar yang dilakukan. Dari semua hal yang
perlu diperhatikan, penting untuk dicatat bahwa aktivitas semacam ini sebaiknya
diserahkan kepada pihak lain. Tapi sudah tentu, pengawasan harus selalu dilakukan
oleh organisasi kita sendiri.

Desain surat dan kit/paket
Surat tersebut sebaiknya tidak ditulis oleh seseorang dari organisasi sendiri atau dari
kelompok internal, atau oleh seorang penulis pidato. Mereka semua bukanlah orang
yang tepat untuk menulis surat seperti itu. Cara terbaik adalah meminta bantuan
kepada seorang sukarelawan yang berpengalaman dalam kerja periklanan, atau
kepada orang yang profesional dalam pembuatan surat.

Jika aturan-aturan berikut ini diikuti, kemungkinan gagalnya sangat kecil:
1. Tulislah surat sedemikian rupa seolah-olah ia ditujukan kepada seseorang yang
dikenal. Cara ini mempermudah penulisan surat menjadi lebih natural, karena ada
sentuhan personal.
2. Fokus pada motivasi.
Beberapa orang akan menyumbang karena mereka secara kebetulan diminta
untuk itu. Agar dapat menghubungi penyumbang potensial dengan lebih baik,
gugahlah mereka dengan hal-hal yang bersifat mendasar bagi manusia,
seperti kebanggaan, idealisme, altruisme (mementingkan orang lain),
kewajiban dan rasa kasihan; atau dari sisi gelap kemanusiaan, seperti
ancaman, ketakutan dan egoisme.
3. Berikan informasi dan uraian tentang proyek, rencana-rencana organisasi dan
program partai.
Tulis bahwa organisasi membutuhkan dukungan melalui sumbangan untuk
mencapai tujuannya.
4. Tunjukkanlah bahwa banyak pihak yang bersedia menyumbang.
Si penerima surat harus tahu bahwa program atau kegiatan yang
direncanakan disambut masyarakat luas, dan karenanya, memberikan
sumbangan kepada organisasi kita adalah suatu keharusan.
5. Bersikaplah konkret.
Penyumbang harus tahu untuk apa dana digunakan.
6. Buatlah surat sedemikian rupa sehingga ada kesan mendesak.

482

Kesan mendesak harus dimunculkan di atas sampul surat maupun di dalam
surat, seperti: Jangan buang-buang waktu; Harap segera direspon; Sangat
mendesak, dsb. Pembuat surat tidak boleh memberi kesempatan kepada
penerima surat untuk menunda membuka surat itu.
7. Tanyakanlah berkali-kali tentang jumlah sumbangan
Dalam surat, harus selalu ditanyakan jumlah sumbangan. Pesan dalam surat
untuk memastikan pemberian sumbangan harus tegas dan jelas.
8. Buatlah paragraf-paragraf pendek dan garisbawahi kata-kata kunci.
9. Gunakan P.S. (catatan tambahan di bawah surat). P.S. merupakan bagian surat
yang paling sering dibaca.
Unsur-unsur teknis lain sebaiknya diserahkan kepada pengetik surat profesional.

Himbauan menyumbang di media

Himbauan-himbauan untuk menyumbang di radio dan televisi semakin sering
dilakukan dalam rangka mencari dana. Selain itu, di media-media cetak pun
himbauan seperti itu biasanya cukup berhasil memperoleh respon besar
khususnya jika didukung dengan artikel-artikel dari redaksi. Pada prinsipnya,
penggunaan media sebagai instrumen penggalangan dana lebih cocok diterapkan
untuk seruan kepada penyumbang kecil atau menengah. Sumbangan dalam jumlah
besar tidak akan diperoleh melalui cara ini.

23.2. Pendanaan partai

Selain persyaratan dasar fundraising seperti yang telah diuraikan di atas, ada
beberapa aspek khusus untuk pendanaan bagi sebuah partai. Aspek-aspek ini
muncul karena adanya undang-undang kepartaian, undang-undang tentang
pendanaan partai dan undang-undang pemilu. Sederetan undang-undang ini
memberikan berbagai kemungkinan dan pembatasan untuk pendanaan partai.

Pada prinsipnya terbuka kemungkinan-kemungkinan legal dalam rangka pendanaan
partai, yaitu:
1. Iuran anggota
2. Biaya keanggotaan (penerimaan anggota) baru

483

3. Sumbangan/donasi
4. Pemberian dalam bentuk barang/materi
5. Dana dari pemerintah
6. Dana yang diperoleh melalui kegiatan bisnis partai

23.2.1. Iuran anggota

Iuran anggota biasanya dibayar secara rutin (setiap bulan, triwulan, semester atau
setiap tahun) oleh para anggota. Besarnya jumlah iuran tergantung pada pendapatan
setiap anggota partai. Asas hukum penarikan iuran seperti ini adalah anggaran dasar
partai. Dalam anggaran dasar harus diuraikan aturan-aturan keuangan yang
menjelaskan bagaimana pemasukan dari iuran anggota ini didistribusikan kepada
organ-organ partai di berbagai tingkatan.

Secara umum, setiap partai harus menarik iuran dari anggotanya. Hal ini penting dari
perspektif keuangan dan juga untuk keharmonisan internal partai. Jika sebuah partai
hanya tergantung pada sumbangan atau dana dari segelintir anggota, atau kadang-
kadang bahkan hanya pada seorang anggota saja, tentu ini sangat menyulitkan
partai, karena partai bisa menghadapi pemerasan dan tekanan yang terus-menerus
dari luar.

Penagihan dan pengumpulan iuran dapat dilakukan oleh bendahara dalam dewan
pengurus atau oleh seorang petugas yang memperoleh bagian dari persentase uang
yang dikumpulkannya. Para pengumpul uang ini bisa berperan penting dalam arus
komunikasi internal partai, karena mereka selalu berhubungan dengan para anggota.
Dengan demikian, mereka berfungsi seperti seismograf yang mencatat setiap
goncangan kecil di jajaran bawah partai dan menyampaikannya kepada para
pimpinannya.

Dalam masyarakat yang tidak lagi terbiasa membayar dengan uang tunai, proses
penagihan iuran juga dapat diserahkan kepada bank yang menarik langsung uang
dari rekening yang bersangkutan. Cara ini memang merupakan sistem yang mudah
namun mengandung kerugian, yakni bahwa kontak langsung dengan anggota tidak
ada dan perubahan standar kehidupan anggota tidak berpengaruh terhadap

484

besarnya sumbangan yang diberikan. Karena itu banyak kasus, di mana seseorang
menjadi anggota partai dengan membayar iuran yang sedikit saat ia masih kuliah
dan belum berpenghasilan, dan sekarang sudah menjadi manajer sebuah
perusahaan dan berpenghasilan tinggi, namun tetap saja membayar iuran dengan
jumlah yang sedikit.

Besarnya jumlah iuran anggota di berbagai partai dan negara sangat beragam, mulai
dari beberapa sen per bulannya hingga dalam jumlah besar, dari tiga hingga lima
persen total pendapatan.

23.2.2. Biaya penerimaan anggota baru

Banyak partai menerapkan biaya masuk bagi anggota baru. Dana yang diperoleh
dari mekanisme ini tidak begitu penting, karena biaya ini khususnya hanya
diperuntukkan sebagai biaya penerimaan, dan bukan merupakan pendapatan rutin
partai.

23.2.3. Sumbangan

Jangkauan dan bentuk pencarian sumbangan diatur dalam undang-undang
kepartaian yang relevan dan juga undang-undang pemilu. Dalam undang-undang itu
diatur sederetan pembatasan terhadap sumber dan besarnya jumlah sumbangan.

1. Sumbangan dari luar negeri.
Di sebagian besar negara dilarang menerima sumbangan dari luar negeri.
Tujuannya agar partai tidak dikendalikan dari luar negeri atau agar partai tidak
tergantung pada sekelompok orang asing jika partai tersebut harus membuat
keputusan nasional.

Peraturan ini biasanya diakali dengan menerima transfer dari luar negeri
melalui saluran lain dan kemudian muncul penyumbang dalam negeri. Cara
yang lain diperuntukkan bagi asosiasi internasional partai-partai yang
biasanya menyediakan jasa atau kontribusi materi, atau dengan membiayai
jasa luar negeri yang dialihkan sebagai jasa dalam negeri melalui perwakilan

485

agensi internasional. Cara-cara ini sering dilakukan di antara para konsultan
dan agensi, dan bukan merupakan langkah yang sulit bagi agensi yang
memiliki perwakilan-perwakilan internasional.

2. Larangan pendanaan partai oleh perusahaan publik.
Berbeda dengan pendanaan partai oleh pemerintah yang lazim di banyak
negara, pemberian dana dari perusahaan publik kepada partai dilarang di
banyak negara. Larangan ini terutama disebabkan karena adanya praktik
memprioritaskan partai-partai tertentubiasanya partai-partai yang berkuasa
secara sepihak, dengan cara memberikan kontribusi secara tidak merata.
Tentu saja praktik itu bisa memberikan peluang yang berbeda bagi partai-
partai yang ada.

Pada kenyataannya, fakta menunjukkan bahwa jumlah dana yang diperoleh
partai dari kas publik itu sangat besar. Ada contoh-contoh kasus di mana
partai mendanai kampanye pemilunya dari dana pensiun sehingga pada
akhirnya uang pensiun tidak bisa dibayar lagi. Dalam konteks ini perlu
didiskusikan, seberapa jauh partai pemerintah atau partai yang berkuasa
boleh mengambil untung dari mesin uang publik, atau seberapa jauh mereka
boleh menggunakan sarana dan fasilitas negara untuk kampanye pemilu
mereka. Di Jerman, Mahkamah Konstitusi Federal
131
telah membuat
keputusan yang memberikan batasan-batasan ketat untuk mengatasi
masalah ini.

3. Batas dana terbesar atau larangan sumbangan dari perusahaan swasta dan
kewajiban untuk mengumumkan sumbangan.
Di sejumlah negara ada larangan untuk menerima sumbangan dari pribadi-
pribadi atau badan-badan hukum (Juristischen Personnen: pribadi atau
organisasi yang berbadan hukum, dalam hal ini termasuk menteri, gereja,
perusahaan, Ed.), sementara sumbangan dari perseorangan (natrlichen
Personnen) diperbolehkan.


131
Keputusan Pengadilan Konstitusi Federal Republik Federal Jerman tertanggal 2 Maret 1977 tentang
humas lembaga-lembaga pemerintah.

486

Tetapi, di sebagian besar negara tidak ada larangan menerima sumbangan
dari pribadi-pribadi dan badan-badan hukum tersebut. Biasanya, pelarangan
muncul karena adanya fakta bahwa masyarakat ekonomi dan industri kerap
mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah. Padahal, jika ada batasan
jumlah dana yang boleh diberikan kepada partai, pengaruh-pengaruh yang
tidak dikehendaki itu bisa dihindari. Sebaliknya, jika tidak ada batasan
pemberian dana perusahaan kepada partai, bisa mengakibatkan timbulnya
kekuasaan perusahaan atas partai karena perusahaan menjadi sumber
keuangan utama partai. Untuk menghindari pengaruh ini, beberapa negara
berinisiatif menerapkan aturan tentang transparansi sumbangan dalam jumlah
besar. Donasi atau sumbangan yang melampaui batas tertinggi harus
diumumkan kepada publik (melalui surat kabar, dsb.). Dengan cara ini
masyarakat diberi kesempatan untuk menemukan apakah ada
ketergantungan partai terhadap perusahaan tertentu, dan memberi
kesempatan pula kepada mereka untuk berpikir kembali pada saat
menentukan pilihannya dalam pemilu.

Bagaimanapun, banyak trik untuk mensiasati agar jumlah sumbangan
perusahaan tidak melampaui ambang batas tertinggi yang telah ditetapkan
dalam undang-undang. Sebuah perusahaan yang ingin memberikan
sumbangan dalam jumlah besar biasanya menggunakan trik dengan
membagi-bagikan dana itu ke dalam jumlah kecil-kecil kepada anak-anak
perusahaan miliknya untuk kemudian disalurkan kepada partai. Ada pula
yang memilih memberikan sumbangan dalam bentuk barang atau materi (lihat
dalam pembahasan khusus masalah ini), atau memberikan sumbangan
anonim yang penyumbangnya tidak dapat dikenali. Dari beberapa contoh
trik tersebut yang bila diteruskan masih banyak trik lainnya yang bisa kita
temukan dapat disimpulkan bahwa di bagian keuangan partai seringkali
dipikirkan cara yang paling baik untuk mengakali peraturan atau undang-
undang dengan cara memanfaatkan celah yang ada.

4. Larangan menghubungkan sumbangan dengan pelayanan tertentu.
Di beberapa negara ada larangan untuk menghubungkan sumbangan dengan
jasa politik partai. Atau dengan kata lain, sumbangan tidak boleh diberikan

487

karena partai membuat program sesuai dengan keinginan penyumbang.
Tentu saja peraturan ini bermasalah, karena jelaslah bahwa sebuah asosiasi
atau perusahaan akan memberikan sumbangan jika mereka tertarik pada
program, isu dan tujuan partai yang sejalan dengan kepentingan mereka.
Adanya hubungan antara sumbangan perusahaan dengan kebijakan partai
sangatlah sulit untuk dibuktikan, dan pernyataan tanpa bukti seperti ini benar-
benar spekulatif. Jika peraturan ini diterapkan, tentu akan sangat
menghambat kegiatan pencarian dana.

23.2.4. Pemberian berupa barang atau materi

Kontribusi material atau penyediaan jasa personalia adalah salah satu cara untuk
menghindari peraturan-peraturan tentang sumbangan uang. Tentu saja ini termasuk
sumbangan yang diatur dalam undang-undang yang berlaku, tapi jauh lebih sulit
untuk diusut atau dibuktikan.

Sumbangan barang bisa berupa kertas, mobil, mesin cetak, jasa cetak, pengurusan
sambungan telepon, porto, dan banyak lagi. Termasuk juga menyediakan waktu siar
untuk iklan di radio dan televisi, atau ruang iklan di surat kabar di mana biaya untuk
semua ini ditanggung oleh pihak perusahaan penyumbang. Urusan pajaknya pun
menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut, yang dicatat sebagai pengeluaran
operasional perusahaan.

Perusahaan juga bisa memberikan sumbangan dalam bentuk tenaga personalia,
misalnya supir, tenaga ahli, pegawai yang mengerjakan bidang khusus, sekretaris
dan lain sebagainya yang ditugaskan untuk bekerja di kantor pusat atau kantor
cabang partai, atau sebagai staf kandidat untuk jangka waktu tertentu. Bahkan, untuk
alasan kamuflase, orang-orang tersebut bisa tetap bekerja di perusahaan, dan dari
sana mereka bekerja untuk kepentingan partai.

Masalah dirahasiakannya atau disembunyikannya pemberian berbentuk benda atau
materi ini muncul ketika ada pembatasan biaya kampanye seperti yang terjadi di
beberapa negara. Batasan seperti inilah (yang biasanya diawasi melalui lalu lintas
pembayaran dan transfer uang) yang diakali dengan cara menerima sumbangan

488

dalam bentuk barang atau tenaga personalia. Di sini jelas terlihat bahwa upaya untuk
membatasi biaya kampanye pemilu melalui peraturan-peraturan seperti itu telah
gagal.

23.2.5. Pendanaan oleh Pemerintah

Pendanaan partai oleh pemerintah merupakan hal yang jamak terjadi, meskipun
instrumen ini muncul dalam berbagai ciri dan bentuk yang berbeda. Dalam
pembahasan ini tidak akan dicoba untuk menguraikan semua sistem atau menilai
masing-masing sistem yang ada mana yang baik dan mana yang tidak. Bahasan
ini hanya akan memberikan pandangan tentang peluang-peluang yang tersedia
untuk memperoleh dana dari pemerintah.

Konsep pendanaan partai dari pajak masyarakat adalah gagasan bahwa partai
merupakan institusi yang diperlukan untuk demokrasi. Partai berperan penting dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pemilu serta dalam membentuk kehendak
rakyat. Dalam sebuah masyarakat yang besar, demokrasi tanpa partai adalah
mustahil. Persiapan kandidat dan kandidatur (proses pencalonan kandidat. Ed.) serta
langkah-langkah alternatif untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari proses demokrasi. Bagaimanapun peran ini tetap
harus diakui, terlepas dari banyaknya partai dan politisi yang sering menjadi sasaran
kritik.

Bentuk-bentuk umum bantuan dana dan sarana pemerintah untuk partai adalah:
Mengalokasikan dana untuk biaya administrasi partai (secara umum atau
berdasarkan jumlah anggota partai).
Pembayaran sejumlah uang sesuai dengan suara yang diperoleh partai dalam
pemilu
Penggantian (reimbursement) biaya-biaya pengeluaran yang sah
Menyediakan sarana publik dan fasilitas untuk kegiatan partai
Menyediakan ruang, bantuan teknis dan personalia
Mendanai biaya-biaya fraksi
Memberlakukan bebas pajak untuk dana sumbangan dan iuran anggota yang
diterima partai

489

Mempromosikan organisasi-organisasi afiliasi partai, seperti organisasi pemuda,
organisasi perempuan, yayasan, dan lain sebagainya
Mendanai pengeluaran-pengeluaran para anggota parlemen


Mendanai biaya administrasi Partai

Dalam hal ini partai memperoleh alokasi dana dalam jumlah yang tetap (sama untuk
setiap partai), atau pemberian dana itu dibedakan berdasarkan jumlah anggota
partai. Variasi dari bentuk ini adalah gabungan dari dana tetap dan alokasi dana
berdasarkan jumlah anggota partai, yang dimaksudkan untuk menanggung biaya
administrasi partai. Jadi alokasi dana ini bukan untuk tujuan persiapan dan
pelaksanaan pemilu. Karena itu, pembayarannya pun bisa dilakukan kapan saja,
meskipun sedang tidak diselenggarakan sebuah pemilu.

Pendanaan partai sesuai dengan perolehan suara

Ada berbagai model dalam melakukan pembayaran ganti rugi (reimbursement)
biaya kampanye pemilu. Pada prinsipnya model-model itu didasarkan pada jumlah
perolehan suara partai. Jadi ini bukan lagi merupakan pembayaran ganti rugi biaya
kampanye, tetapi bisa disebut sebagai bonus atas keberhasilan dalam pemilu. Biaya
yang telah dikeluarkan oleh partai dapat ditutupi atau paling tidak terbantu dengan
kompensasi pemerintah ini.

Jumlah uang untuk setiap suara pemilih dihargai secara bervariasi di negara-
negara yang menerapkan sistem ini. Cara penghitungan suara pemilih untuk
menentukan jumlah sumbangan pun juga bisa beraneka ragam, karena hanya suara
pemilih yang benar-benar telah diperoleh dan diserahkan saja yang dapat dijadikan
dasar pembayaran. Dalam sistem-sistem lain, proses penghitungan suara pemilih
yang diraih dilakukan berdasarkan prediksi bahwa seluruh (100%) warga yang
berhak memilih menggunakan hak pilihnya. Tentu, jika partisipasi warga dalam
pemilu rendah, penghitungan ini akan menguntungkan partai dalam segi finansial.
Tapi jika penghitungan suara tersebut benar-benar didasarkan pada perolehan suara

490

pemilih, dalam kampanyenya partai harus berupaya menerapkan strategi yang
difokuskan pada peningkatan motivasi warga untuk menggunakan hak pilihnya.

Ganti-rugi biaya pengeluaran yang sah

Pembayaran ganti-rugi atas pengeluaran yang telah dibuktikan kebenarannya (sah)
biasanya dibatasi sampai jumlah tertentu atau berdasarkan prosentase. Pengeluaran
yang dimaksud bisa berupa pengeluaran untuk kampanye pemilu atau pengeluaran
rutin administrasi.

Menyediakan sarana dan fasilitas publik untuk Partai

Yang dimaksud dengan menyediakan sarana dan fasilitas publik untuk partai ini
contohnya adalah menyediakan waktu siar (airtime) di radio dan televisi secara
cuma-cuma, dengan catatan radio dan televisi itu adalah milik negara. Alternatif lain
adalah menyediakan tempat-tempat untuk memasang poster-poster, seperti eksterior
(sisi luar) bangunan-bangunan publik, jembatan dan sebagainya untuk promosi
partai.

Menyediakan ruangan, bantuan teknis dan personalia

Pemerintah di beberapa negara menyediakan ruangan, rumah, gudang, sarana
teknis dan bahkan personil bagi partai atau fraksi di berbagai tingkat (pusat, cabang,
daerah).

Mendanai biaya pengeluaran Fraksi

Bagi organisasi-organisasi partai (fraksi) di parlemen diberlakukan berbagai aturan.
Di beberapa negara, fraksi-fraksi diperlengkapi dengan sarana penunjang yang baik,
subsidi dana untuk staf fraksi, sarana teknis, ruangan dan peralatan, bahkan mereka
diberi peluang untuk membentuk tim ahli sendiri. Dengan demikian dana untuk fraksi
bahkan bisa lebih besar dari dana partai. Dalam kasus lain hampir tidak ada
dukungan dari pemerintah, bahkan ruangan rapat untuk fraksi yang berada di dekat
gedung parlemen pun tidak tersedia.

491


Seberapa jauh dukungan yang diberikan kepada masing-masing fraksi dan
khususnya kepada fraksi oposisi, sangat tergantung pada budaya politik dan
stabilitas demokrasi serta pada besar atau tidaknya pengaruh parlemen terhadap
kekuasaan eksekutif. Dalam sistem presidensial, biasanya sarana yang diberikan
kepada fraksi jauh lebih buruk daripada dalam sistem demokrasi parlementer.

Membebaskan sumbangan dan iuran anggota dari kewajiban pajak

Salah satu bentuk dukungan pemerintah kepada partai adalah membebaskan
sumbangan dan iuran anggota dari kewajiban pajak atau memberikan kompensasi
pajak khusus terhadap pengeluaran-pengeluaran dana partai dan iuran anggota.
Melalui pembebasan pajak ini jumlah sumbangan yang diterima tentu lebih besar.
Sementara biaya pembebasan itu sendiri harus ditutupi dari anggaran pemerintah.

Dukungan terhadap organisasi-organisasi afiliasi partai

Selain bantuan langsung pemerintah kepada partai, di beberapa negara dibentuk
institusi-institusi khusus yang berafiliasi atau sealiran atau setidaknya memiliki
orientasi yang sama dengan partai. Institusi ini termasuk organisasi-organisasi
pemuda yang sebagian menerima subsidi atau bantuan langsung untuk kegiatan
mereka di berbagai tingkat yang berbeda, atau organisasi mahasiswa yang
memperoleh dukungan untuk kegitan-kegiatan mereka di universitas. Bantuan
serupa juga bisa diberikan untuk organisasi perempuan dari berbagai partai.

Bentuk khusus dari dukungan pemerintah adalah bantuan terhadap yayasan yang
dekat dengan partai tertentu. Melalui kegiatan mereka dalam bidang pendidikan dan
peningkatan kesadaran masyarakat, mereka bisa memberikan pengaruh langsung
dalam pembentukan opini masyarakat berdasarkan orientasi politik partai.

Pendanaan untuk biaya pengeluaran anggota parlemen

Bentuk bantuan tidak langsung oleh pemerintah adalah memberikan bantuan
finansial kepada para anggota parlemen, seiring dengan pemberian dana kepada

492

para pekerja partai di daerah pemilihan, biaya transportasi, biaya teknis, dsb. Sekali
lagi, bentuk bantuan ini sangat berbeda di setiap negara, dan perbedaan ini
menunjukkan hasil yang sama sekali lain. Ada negara yang memaksakan anggota
parlemennya untuk melepaskan profesi asalnya agar mereka bisa bekerja penuh di
parlemen sepanjang masa tugasnya, tapi pada saat yang sama, negara hanya
membayar kompensasi dalam jumlah yang sangat kecil kepada mereka. Tentu saja
ini mengakibatkan bahwa anggota parlemen yang terpilih harus kehilangan banyak
uang.

23.2.6. Dana dari kegiatan bisnis Partai

Bentuk pendanaan partai yang lain dari bentuk-bentuk lainnya adalah adanya
peraturan dalam undang-undang kepartaian atau undang-undang pemilu yang
memperbolehkan partai melakukan kegiatan bisnis, mendirikan perusahaan sendiri,
menyelenggarakan undian dan ikut serta dalam persaingan bisnis. Pendanaan partai
seperti ini bisa menyebabkan terjadinya pembelokan dana publik ke perusahaan-
perusahaan milik partai, melalui order-order atau kontrak-kontrak yang dibuat di
antara mereka. Sistem ini juga potensial meningkatkan terjadinya praktek korupsi,
kolusi dan nepotisme.



493

24. SISTEM PEMERINTAHAN

24.1. Deskripsi

Dalam perdebatan mengenai jenis-jenis konstitusi dan sistem pemerintahan di dunia,
keberadaan sebuah parlemen seringkali dijadikan indikasi bahwa sistem
pemerintahan yang berlaku di negara tersebut adalah sebuah sistem demokratis.
Tapi asumsi ini keliru, karena istilah parlementarianisme diinterpretasikan secara
berbeda-beda dalam berbagai konteks. Pengertian parlementarianisme bisa
mencakup berbagai sistem yang di dalamnya ada sebuah lembaga bernama
parlemen. Tapi pengertian ini belum memberi keterangan apapun mengenai tugas
dan kewenangan parlemen. Sosialisme nasional pun memenuhi persyaratan yang
diberikan oleh deskripsi ini; Uni Sovyet di bawah pemerintahan Stalin, Spanyol di
bawah Franco dan Rumania dengan Ceaucescus. Dari demokrasi Barat hingga
sistem otoriter di berbagai belahan dunia tercakup dalam pengertian ini.

Karena itu, perlu bagi kita untuk pertama-tama mengklasifikasi dan membagi semua
sistem yang ada menjadi dua kategori, yakni sistem demokratis dan non-demokratis.
Upaya untuk menemukan klasifikasi atau penggolongan ini memiliki sejarah yang
panjang. Bahkan pada jaman dulu sekali pun, Aristoteles dan Herodot sudah
mencoba mengajukan tipologi sejumlah penguasa sebagai kriteria:

Dari sini kita memperoleh tiga kategori pembagian klasik:
- Monarki, bentuk pemerintahan dengan satu penguasa.
- Aristokrasi, bentuk pemerintahan di mana lapisan atas berkuasa
- Demokrasi, bentuk pemerintahan di mana rakyat berkuasa.

Aristoteles masih menambahkan suatu deskripsi kualitatif di samping deskripsi
kuantitatif tersebut, yang lebih menggambarkan bentuk-bentuk pemerintahan.
Sebagaimana ada bentuk pemerintahan yang baik, menurutnya ada pula bentuk
pemerintahan yang buruk.

Bentuk-bentuk pemerintahan yang baik adalah:
- Monarki, kekuasaan penguasa yang baik.

494

- Aristokrasi, kekuasaan lapisan atas yang berorientasi pada kesejahteraan
bersama.
- Polity, kekuasaan rakyat.

Sementara bentuk-bentuk pemerintahan yang buruk adalah:
- Tirani, kekuasaan seorang tiran atau penguasa yang menggunakan kekerasan.
- Oligarki, kekuasaan sekelompok kecil yang berorientasi pada kepentingan pribadi.
- Demokrasi, kekuasaan jalanan.

Seiring berjalannya waktu, ada berbagai usaha untuk mengembangkan tipologi-
tipologi semacam itu. K. Loewenstein
132
membuat sebuah klasifikasi seperti yang ia
kembangkan dalam bukunya Verfassungslehre yang masih relevan hingga kini.
Menurutnya, bentuk konstitusionalisme dan otokrasi merupakan kumpulan konsep.
Keduanya dibedakan menjadi dua kelompok: pelaksanaan kekuasaan politik dan
kontrol atas pelaksanaan politik tersebut di satu sisi, dan kekuasaan yang terpusat
tanpa kontrol, di sisi lain.

Dewasa ini kita membedakan antara sistem totaliter, sistem otoriter dan sistem
demokratis dalam berbagai manifestasi seperti dalam bentuk pemerintahan
parlementer dan presidensial, dan berbagai bentuk campurannya.

24.1.1. Rezim totaliter

Dalam klasifikasi ini, totalitarianisme bertentangan dengan sistem-sistem demokratis.
Sistem totaliter klasik seperti Sosialisme Nasional dan sistem Sovyet dengan gaya
Stalin, terutama ditandai oleh hal-hal berikut:
- Hanya ada satu partai tunggal, yang tidak memiliki legitimasi atau tidak
memperoleh kekuasaannya melalui pemilu, dan yang tidak memandang kehendak
rakyat sebagai pengendali kekuasaannya. Partai ini justru menganggap bahwa tugas
mereka adalah membentuk kehendak rakyat sesuai dengan bayangan mereka
sendiri.
- Yang menjadi dasar kekuasaannya adalah cara pandang dunia terhadap sebuah
agama, dan begitulah mereka menempatkan dirinya sebagai pihak yang benar.

132
Karl Loewenstein, Verfassungslehre (Ajaran Konstitusi), edisi ke 2 196, Tbingen, Mohr.

495

Dengan posisi ini, mereka tidak hanya sebatas mengenal kondisi ideal masyarakat,
melainkan juga dapat mewujudkannya dalam kurun waktu tertentu.
- Dalam sistem totaliter, setiap warga harus menerima cara pandang dunia yang
dimiliki oleh para penguasa. Mereka tidak boleh mengambil jarak dan tidak diijinkan
menarik diri ke dalam ruang gerak bebas mereka.

24.1.2. Sistem otoriter

Sistem otoriter memiliki persamaan dengan sistem totaliter, yaitu bahwa keduanya
tidak demokratis. Pengertian sistem otoriter tidak memiliki deskripsi yang jelas,
karena mencakup berbagai rezim yang berbeda. Di dalam sistem ini, yang dikenal
secara luas antara lain adalah diktatur militer sayap kiri maupun sayap kanan, seperti
yang terwakili oleh kepemimpinan Franco di Spanyol dan Pinochet di Chili.

Dalam sistem pemerintahan semacam ini, pemilu kerap dimanipulasi. Tapi berbeda
dengan sistem totaliter, sistem otoriter tidak mewakili cara pandang dunia melainkan
lebih menekankan pada konsolidasi dalam memperketat cengkeraman atas
kekuasaan rejim mereka. Untuk menyelubungi garis politik mereka ini, pluralisme
terbatas pun diperbolehkan, tentu saja sejauh tidak mengancam sistem yang ada.
Karena tidak ada kewajiban bagi rakyat untuk memiliki cara pandang dunia, partai
penguasa tidak memainkan peran yang terlalu menentukan, dan kerap digantikan
oleh kelompok penguasa baru yang didasari oleh hubungan pribadi.

24.1.3. Sistem demokratis

Dalam sistem perwakilan demokratis seperti sistem parlementer atau presidensial,
rakyat tidak menjalankan kekuasaannya secara langsung, melainkan
mengalihkannya kepada badan-badan yang menjalankan pemerintahan atas nama
rakyat. Sistem pemerintahan parlementer dikenal berasal dari Inggris Raya. Amerika
Serikat dianggap sebagai prototipe sebuah sistem pemerintahan presidensial.
Pembagian sistem-sistem ini berbeda-beda di berbagai belahan dunia. Sementara
Eropa lebih banyak menerapkan sistem parlementer, di Amerika dan Afrika yang

496

dominan digunakan adalah sistem presidensial.
133
Jika kita membandingkan sistem
pemerintahan presidensial dan parlementer, yang muncul adalah hasil-hasil berikut:

- Dalam sistem presidensial, pemilihan presiden dan pemilihan anggota parlemen
dilakukan secara terpisah, sementara dalam sistem pemerintahan parlementer,
hanya ada satu pemilu yang menentukan komposisi parlemen dan pemerintahan
meskipun terdapat kemungkinan adanya koalisi-koalisi antar-partai. Prinsip ini
membawa banyak kesulitan di beberapa negara, terutama jika sistem klasik dua-
partai mengalami perubahan, menjadi sistem multi-partai. Dalam sistem semacam
ini, bisa saja terjadi bahwa mayoritas di parlemen tidak mewakili presiden terpilih,
sehingga presiden harus membangun mayoritas di parlemen melalui koalisi. Koalisi
semacam ini sangat penting dibangun, terutama jika presiden membuat keputusan-
keputusan krusial, dan ia tergantung pada persetujuan parlemen untuk kepentingan
itu.
- Dalam sistem parlementer, pemerintahan dibentuk dan ditetapkan oleh parlemen
dan sewaktu-waktu dapat dibubarkan kembali oleh lembaga yang sama. Dalam
sistem presidensial, biasanya parlemen tidak berhak menurunkan presiden, kecuali
jika presiden melanggar nilai-nilai konstitusi. Dalam kasus semacam ini, parlemen
bisa mengajukan prosedur impeachment. Tapi, bagaimanapun, proses impeachment
ini tidak dimungkinkan jika sekedar disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan
politis. Jadi pada dasarnya, presiden tidak dapat diturunkan karena alasan
perbedaan pandangan politis.
- Masalah pembubaran parlemen juga ditangani secara berbeda. Dalam kasus
biasa, presiden tidak dapat membubarkan parlemen, meskipun perdana menteri
Inggris berwenang untuk melakukannya. Tapi karena terdapat berbagai bentuk
campuran antara sistem presidensial dan sistem parlementer, dalam praktiknya
batasannya sangat tipis.
- Dalam sistem parlementer ada pembagian eksekutif. Tugas-tugas representatif
negara dilakukan oleh seorang presiden atau seorang raja, sementara kekuasaan
pemerintahan yang sesungguhnya tetap terletak di tangan kepala pemerintahan
seperti perdana menteri, kanselir atau presiden negara bagian (minister president).
Dalam sistem presidensial, kedua fungsi ini dipegang oleh satu orang.


133
Untuk lebih jelasnya, lihat bab 22.1.4.

497

24.1.4. Sejumlah bentuk campuran dikembangkan dari bentuk asli sistem
Presidensial dan Parlementer. Beberapa di antaranya lebih condong ke
dalam bentuk Presidensial seperti misalnya di Perancis, sementara yang
lainnya ke dalam bentuk Parlementer seperti halnya di Swiss.
Pembagian sistem-sistem di dunia:

Di berbagai bagian dunia, berkembang berbagai bentuk pemerintahan yang
beragam. Terkadang bentuk-bentuk ini berbeda di satu negara dan negara lainnya
tapi sebagiannya dikembangkan sesuai dengan karakter daerah setempat. Spektrum
sistem pemerintahan sangatlah luas, mulai dari sistem kekuasaan absolut hingga
diktatur sosialis, dan dari sistem pseudodemokrasi (demokrasi palsu) hingga sistem
demokratis. Tabel berikut akan memberikan gambaran tentang situasi yang ada saat
ini. Wilayah-wilayah yang dibahas adalah:
- Eropa Barat (1)
- Eropa Timur (eks negara-negara sosialis) (2)
- Amerika Utara (3)
- Amerika Tengah dan Amerika Selatan (4)
- Afrika Utara, Timur Dekat dan Timur Tengah (5)
- Afrika sebelah selatan Sahara (6)
- Asia Selatan (7)
- Asia Timur (8)
- Australia dan Oceania (9)

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan
1 Andorra 1278 Parlementer Sejak 1993
1 Belgia 1830 Monarki parlementer Sejak 1831

1 Denmark Tradisional Monarki parlementer Sejak 1953
1 Jerman 1871 Republik federal parlementer Sejak 1949
1 Finlandia 1917 Republik parlementer Sejak 1919
1 Perancis 843 Republik parlementer Sejak 1875
1 Yunani 1830 Republik parlementer Sejak 1875
1 Inggris Raya Tradisional Monarki parlementer Sejak 1921
1 Irlandia 1921 Republik parlementer Sejak 1937
1 Eslandia 1918 Republik parlementer Sejak 1944
1 Italia 1861 Republik parlementer Sejak 1946
1 Liechtenstein 1806 Monarki parlementer Sejak 1921
1 Luxemburg 1890* Monarki konstitusional Sejak 1866
1 Malta 1964 Republik parlementer Sejak 1974
1 Monaco 1489 Monarki konstitusional Sejak 1962
1 Belanda 1648 Monarki parlementer Sejak 1848
1 Morwegia 1905 Monarike parlementer Sejak 1905

498

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan
1 Austria 1282 Republik federal parlementer Sejak 1918
1 Portugal 1640 Republik parlementer Sejak 1976
1 San Marino 885 Republik parlementer Sejak1599
1 Swedia 1523 Monarki parlementer Sejak 1809
1 Swiss 1291 Republik federal parlementer Sejak 1848
1 Spanyol 1479 Monarki parlementer Sejak 1978
1 Vatikan 1929 Monarki yang dipilih Sejak 1929
2 Albania 1912 Republik parlementer Sejak 1998
2 Bosnia-
Herzegrovina
1992 Republik Sejak 1992
2 Bulgaria 1908 Republik parlementer Sejak 1990
2 Eslandia 1991* Republik parlementer Sejak 1991
2 Georgia 1991* Republik presidensial Sejak 1995
2 Yugoslavia 1992 Republik federal Sejak 1992
2 Kroasia 1991 Republik Sejak 1991
2 Lethlania 1991* Republik parlementer Sejak 1991
2 Lithuania 1991* Republik parlementer Sejak 1991
2 Makedonia 1991 Republik Sejak 1991
2 Moldawia 1991 Republik Sejak 1991
2 Polandia 1918 Republik Sejak 1989
2 Rumania 1878* Republik Sejak 1991
2 Rusia 1918 Republik federal parlementer Sejak 1991
2 Slowakia 1993 Republik Sejak 1993
2 Slovenia 1991 Republik Sejak 1991
2 Chechnia 1993 Republik parlementer Sejak 1993
2 Ukraina 1991 Republik presidensial Sejak 1991
2 Hungaria 1918* Republik parlementer Sejak 1989
2 Belarusia 1991 Republik presidensial Sejak 1994
3 Kanada 1867 Monarki parlementer Sejak 1931
3 Amerika Serikat 1776 Republik federal presidensial Sejak 1789
4 Antigua dan
Barbados
1981 Monarki parlementer Sejak 1981
4 Argentina 1816 Republik federal presidensial Sejak 1853
4 Bahama 1973 Monarki parlementer Sejak 1973
4 Barbados 1966 Monarki parlementer Sejak 1966
4 Belise 1981 Monarki parlementer Sejak 1981
4 Bolivia 1825 Republik presidensial Sejak 1967
4 Brasil 1822 Republik federal presidensial Sejak 1988
4 Chile 1818 Republik presidensial Sejak 1925
4 Kosta Rika 1838 Republik presidensial Sejak 1949
4 Dominika 1978 Republik parlementer Sejak 1978
4 Republik
Dominika
1863 Republik presidensial Sejak 1966
4 Ekuador 1830 Republik presidensial Sejak 1978
4 El Salvador 1839 Republik presidensial Sejak 1983
4 Grenada 1974 Monarki parlementer Sejak 1974
4 Guatemala 1821 Republik presidensial Sejak 1986
4 Guayana 1966 Republik presidensial Sejak 1980
4 Haiti 1804 Republik presidensial Sejak 1987
4 Honduras 1838 Republik presidensial Sejak 1982
4 Jamaika 1962 Monarki parlementer Sejak 1962
4 Kolumbia 1819 Republik presidensial Sejak 1886
4 Kuba 1902 Republik sosialis Sejak 1959
4 Meksiko 1810 Republik federal presidensial Sejak 1917
4 Nikaragua 1838 Republik presidensial Sejak 1987
4 Panama 1903 Republik presidensial Sejak 1972
4 Paraguay 1811 Republik presidensial Sejak 1967
4 Peru 1821 Republik presidensial Sejak 1980
4 Saint Kitts dan
Nevis
1993 Monarki parlementer Sejak 1983

499

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan
4 Saint Lucia 1979 Monarki parlementer Sejak 1979
4 Saint
Vincent/Grenada
1979 Monarki parlementer Sejak 1979
4 Suriname 1975 Republik presidensial Sejak 1987
4 Trinidad dan
Tobago
1962 Republik presidensial Sejak 1976
4 Uruguay 1828 Republik presidensial Sejak 1967
4 Venezuela 1830 Republik federal presidensial Sejak 1961
5 Afghanistan 1919 Emirat Islam Sejak 1997
5 Mesir 1922 Republik presidensial Sejak 1953
5 Algeria 1962 Republik presidensial Sejak 1962
5 Armenia 1991* Republik presidensial Sejak 1991
5 Aserbaidschan 1991* Republik presidensial Sejak 1995
5 Bahrain 1971 Emirat Sejak 1971
5 Irak 1932 Republik presidensial Sejak 1980
5 Iran Tradisional Republik presidensial Islam Sejak 1979
5 Israel 1948 Republik Sejak 1948
5 Yemen 1990* Republik Sejak 1990
5 Yordania 1946 Monarki konstitusional Sejak 1952
5 Kazakstan 1991 Republik presidensial Sejak 1991
5 Qatar 1971 Monarki absolut, Emirat Sejak 1971
5 Kirgisistan 1991 Republik presidensial Sejak 1991
5 Kuwait 1961 Emirat Sejak 1962
5 Libanon 1943* Republik parlementer Sejak 1926
5 Libya 1951 Republik rakyat Islam Sejak 1976
5 Mali 1960 Republik presidensial Sejak 1960
5 Maroko 1956 Monarki konstitusional Sejak 1972
5 Mauritius 1960 Republik presidensial Sejak 1960
5 Oman 1971 Kesultanan Sejak 1744
5 Pakistan 1947 Republik Islam Sejak 1973
5 Sahara 1976 Republik Sejak 1976
5 Saudi Arabia 1932 Monarki absolut Sejak 1932
5 Syria 1946 Republik presidensial Sejak 1973
5 Tadjikistan 1991 Republik presidensial Sejak 1994
5 Tunisia 1956 Republik presidensial Sejak 1959
5 Turki 1923* Republik parlementer Sejak 1923
5 Turkmenistan 1991 Republik presidensial Sejak 1991
5 Usbekistan 1991 Republik presidensial Sejak 1992
5 Uni Emirat Arab 1971 Emirat Sejak 1971
5 Syprus 1960 Republik presidensial Sejak 1960
6 Guinea Ekuatorial 1968 Republik presidensial Sejak 1982
6 Angola 1975 Republik presidensial Sejak 1992
6 Etiopia 1896 Republik federal parlementer Sejak 1994
6 Benin 1960 Republik presidensial Sejak 1991
6 Botswana 1966 Republik presidensial Sejak 1966
6 Burkina Faso 1960 Republik presidensial Sejak 1960
6 Burundi 1962 Republik presidensial Sejak 1966
6 Cote d'Ivoire 1960 Republik presidensial Sejak 1960
6 Djibouti 1977 Republik presidensial Sejak 1977
6 Eritrea 1993 Republik presidensial Sejak 1993
6 Gabon 1960 Republik presidensial Sejak 1961
6 Gambia 1965 Republik presidensial Sejak 1970
6 Ghana 1957 Republik presidensial Sejak 1979
6 Guinea 1958 Republik presidensial Sejak 1991
6 Guinea-Bissau 1974 Republik presidensial Sejak 1984
6 Kamerun 1961 Republik presidensial Sejak 1972
6 Kep. Verde 1975 Republik Sejak 1975
6 Kenya 1963 Republik presidensial Sejak 1963
6 Komora 1975 Republik presidensial Sejak 1975
6 Kongo 1960 Republik demokrasi Sejak 1992

500

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan
Brazzaville
6 Kongo 1960 Republik presidensial Sejak 1978
6 Lesotho 1966 Monarki konstitusional Sejak 1993
6 Liberia 1847 Republik presidensial Sejak 1847
6 Madagaskar 1960 Republik presidensial Sejak 1992
6 Malawi 1964 Republik presidensial Sejak 1964
6 Mauritius 1968 Republik parlementer Sejak 1968
6 Mosambik 1975 Republik presidensial Sejak 1990
6 Namibia 1990 Republik presidensial Sejak 1990
6 Niger 1960 Republik presidensial Sejak 1960
6 Nigeria 1960 Republik presidensial Sejak 1979
6 Rwanda 1962 Republik presidensial Sejak 1962
6 Sambia 1964 Republik presidensial Sejak 1964
6 Sao Tom dan
Princ.
1975 Republik presidensial Sejak 1975
6 Senegal 1960 Republik presidensial Sejak 1963
6 Seychellen 1976 Republik presidensial Sejak 1976
6 Sierra Leon 1961 Republik presidensial Sejak 1978
6 Somalia 1960 Republik presidensial Sejak 1979
6 Afrika Selatan 1910 Republik presidensial Sejak 1961
6 Sudan 1956 Republik Islam Sejak 1986
6 Swasilan 1968 Monarki parlementer Sejak 1973
6 Tansania 1961 Republik federasi presidensial Sejak 1964
6 Togo 1960 Republik presidensial Sejak 1967
6 Chad 1960 Republik presidensial Sejak 1960
6 Uganda 1962 Republik presidensial Sejak 1967
6 Republik Afrika
tengah
1960 Republik presidensial Sejak 1986
6 Zimbabwe 1980 Republik presidensial Sejak 1980
7 Bangladesh 1971 Republik parlementer Sejak 1991
7 Butan Tradisional Monarki konstitusional Sejak 1969
7 Brunei 1984 Monarki Islam Sejak 1984
7 India 1947 Republik federal parlementer Sejak 1950
7 Indonesia 1949 Republik presidensial Sejak 1945
7 Malaysia 1957 Monarki yang dipilih parlementer Sejak 1963
7 Malediva 1965 Republik presidensial Sejak 1968
7 Myanmar 1948 Republik sosialis Sejak 1974
7 Nepal 1789 Monarki konstitusional Sejak 1990
7 Filipina 1946 Republik presidensial Sejak 1987
7 Singapur 1965 Republik parlementer Sejak 1959
7 Sri Lanka 1948 Republik presidensial Sejak 1978
7 Thailand 1782 Monarki konstitusional Sejak 1932
8 Cina 4000 SM Republik rakyat sosialis Sejak 1949
8 Jepang 660 SM Monarki parlementer Sejak 1947
8 Kambodja 1955* Monarki konstitusional Sejak 1993
8 Korea Utara 1948 Republik rakyat komunis Sejak 1948
8 Korea Selatan 1948 Republik presidensial Sejak 1948
8 Laos 1954 Republik rakyat Sejak 1975
8 Mongol 1921 Republik Sejak 1992
8 Taiwan 1912 Republik presidensial Sejak 1947
8 Vietnam 1976* Republik rakyat Sejak 1980
9 Australia 1901 Monarki federatif parlementer Sejak 1901
9 Fiji 1970 Republik Sejak 1987
9 Kiribati 1979 Republik presidensial Sejak 1979
9 Kepulauan
Marshall
1990 Republik Sejak 1990
9 Mikronesia 1990 Republik federal Sejak 1991
9 Nauru 1968 Republik parlementer Sejak 1968
9 Selandia Baru 1907 Monarki parlemener Sejak 1907
9 Palau 1994 Republik presidensial Sejak 1947

501

Daerah Nama Negara Merdeka Sistem Pemerintahan
9 Papua Nugini 1975 Monarki parlementer Sejak 1975
9 Salomon 1978 Monarki parlementer Sejak 1978
9 Samoa Barat 1962 Monarki parlementer Sejak 1962
9 Tonga 1970 Monarki konstitusional Sejak 1875
9 Tuvalu 1978 Monarki konstitusional Sejak 1978
9 Vanuatu 1980 Republik parlementer Sejak 1980

* Negara yang beberapa kali mengalami kemerdekaan. Yang dicantumkan di sini adalah tahun
kemerdekaan yang terakhir.

24.2. Pengaruh terhadap strategi

Dalam pengumpulan fakta, data-data mengenai konstitusi dan bentuk sistem
pemerintahan diklasifikasikan ke dalam data dasar lingkungan eksternal.

Konstitusi dan sistem-sistem pemerintahan bisa memberikan pengaruh yang kuat
pada strategi, jika misi strategis telah dirumuskan secara luas. Jika tujuannya
diarahkan untuk mempengaruhi kebijakan atau sebagai upaya untuk memperoleh
kekuasaan dalam sebuah sistem, sistem tersebut pertama-tama harus dianalisa dan
dipahami terlebih dulu. Bagian-bagian mana sajakah yang penting untuk
mempengaruhi kebijakan? Di mana letak pusat kekuasaan?

Terkadang pusat kekuasaan ada di parlemen, tapi adakalanya parlemen hampir
tidak memiliki kekuasaan, karena kekuasaan terpusat di tangan presiden. Dalam
sistem lain seperti di Jerman, presiden tidak memiliki banyak pengaruh terhadap
pengambilan keputusan politik. Di sana, kanselir yang dipilih oleh parlemenlah yang
memiliki kekuasaan itu. Tetapi dalam sistem semacam ini pun, parlemen tidak selalu
menjadi lembaga tertinggi. Di negara-negara yang memiliki konstitusi federal, justru
kamar-kamar legislatif negara-negara bagian atau propinsi yang memiliki peran
menentukan.

Dalam praktiknya, sistem konstitusional dan manifestasinya harus dijadikan dasar
dalam perencanaan strategi untuk memastikan bahwa rencana-rencana kita telah
mengikuti garis yang benar. Realitas konstitusional lebih penting daripada konstitusi
itu sendiri. Di sejumlah negara, manifestasi konstitusi jauh berbeda dari aslinya. Ini
bisa terjadi ketika ada pergeseran tekanan dalam konstitusi, tapi sebagiannya terjadi

502

karena kekuatan-kekuatan yang menekannya tidak mempertimbangkan pengaruh
konstitusi dan menentukan kebijakan dari luar.



503

25. PARTAI DAN SISTEM KEPARTAIAN

Konsep partai politik dalam pengertiannya yang sekarang tercipta pada abad ke-19
bersamaan dengan terbentuknya demokrasi barat, dan dilaksanakannya hak pilih
secara umum di Eropa dan Amerika Serikat. Tapi fenomena semacam ini bukan baru
muncul pada masa itu. Dari periode negara kota jaman dahulu hingga abad
pertengahan, kekuatan oligarkis dan rakyat biasa telah memperebutkan kekuasaan
dan pengaruh.

Partai adalah kelompok orang-orang yang berpandangan sama, yang berjuang
memperoleh kekuasaan dan pengaruh dalam pemerintahan, untuk dapat
mempengaruhi opini publik dan mewujudkan pandangan politik mereka. Definisi
partai sangat dipengaruhi oleh pemahaman kita tentang masyarakat. Dalam
masyarakat pluralistis, terutama dalam konstitusi parlementari, partai dibentuk
berdasarkan keragaman kepentingan. Paham Marxisme-Leninisme mendefinisikan
partai sebagai organisasi politik, di mana di dalamnya bergabung berbagai kelas
untuk dapat mewakili kepentingan kelompoknya. Menurut Max Weber
134
, dalam
suatu masyarakat moderen, kepimpinan politik dan opini politik yang handal tidak
akan mungkin terbentuk tanpa adanya partai. Salah satu tugas partai adalah
meneruskan proses-proses keputusan di antara masyarakat dan pemerintah.

Dalam sistem demokrasi-parlementer, dasar pembentukan partai adalah prinsip
kebebasan. Berbagai sistem partai terbentuk dalam konteks sosial dan historis
spesifik. Seringkali ada dua-partai besar yang dibangun seperti misalnya di
Amerika Serikat dan Inggris, tapi bisa juga terbentuk banyak partai seperti di Amerika
Latin. Meskipun partai-partai kecil juga ada, tapi situasinya didominasi oleh dua-
partai besar.

Kebalikan dari sistem dua-partai, jumlah partai yang benar-benar dapat
mempengaruhi formasi pemerintahan dibatasi di dalam sistem multi-partai.
Manifestasi sistem partai semacam ini sangat dipengaruhi oleh undang-undang
pemilu yang berlaku. Sementara sistem pemilu mayoritas lebih mendukung sistem
dua-partai, sistem perwakilan proporsional mendorong lahirnya beberapa partai kecil,

134
Max Weber: Wirtschaft und Gesellschaft (Ekonomi dan Masyarakat), Neuausgabe 1985.

504

kecuali aturan tentang ambang batas justru berakibat mempromosikan sistem multi-
partai.

Sistem satu partai lazim di dalam sistem diktatur dan sosialis, di mana partai komunis
memonopoli kekuasaan.

25.1. Klasifikasi partai (penggolongan tipe-tipe partai)

Ada berbagai upaya untuk membuat klasifikasi atau penggolongan partai dengan
menggunakan berbagai konsep teoritis. Tapi setiap penggolongan ini tidak
menunjukkan bentuknya, dan mereka menjadi berbeda hanya karena berkombinasi
dengan deskripsi-deskripsi lainnya.

25.1.1. Klasifikasi berdasarkan sifat dan kepentingan para pengikutnya

- Partai kelompok seprofesi: Partai ini terdiri dari gabungan berbagai kelompok yang
memiliki keahlian/profesi tertentu, misalnya di bidang agraria, pengacara, dan
sebagainya. Tujuan mereka serupa dengan partai kelompok yang memiliki
kepentingan khusus, yaitu untuk memperjuangkan kepentingan anggotanya.
- Partai kelompok yang memiliki kepentingan tertentu (partai minat): Partai ini
mewakili kepentingan tertentu yang dimiliki oleh berbagai kelompok sosiologis yang
berbeda, misalnya pejabat, perempuan, manula, pengungsi, dan sebagainya. Tujuan
mereka adalah untuk memperoleh keuntungan bagi kelompok spesifik masing-
masing.
- Partai kelas: Partai kelas terutama terbentuk sebagai partai Marxisme-Leninisme,
yang memperjuangkan kepentingannya secara tegas dan melawan kelompok-
kelompok lainnya dalam persaingan antar-kelas, untuk mengontrol pemerintahan di
bawah kekuasaan mereka.
- Partai rakyat: Partai rakyat pada dasarnya dapat digolongkan sebagai kubu yang
berlawanan dengan partai kelas. Partai ini ingin menyatukan beragam kepentingan
yang ada ke dalam satu kehendak politik bersama. Tujuan mereka adalah ingin
menyelesaikan berbagai konflik agar tercipta iklim yang harmonis di dalam partai,
dan menyatukan berbagai kelompok besar pemilih untuk kepentingan mereka.

505

- Partai etnis: Relevansi tumbuhnya partai etnis adalah untuk kepentingan masing-
masing kelompok etnis. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka dituntut untuk
memperjuangkan kepentingan kelompok etnis lainnya.

25.1.2. Klasifikasi berdasarkan struktur organisasi

- Partai kepribadian: Partai jenis ini adalah asosiasi yang tidak terlalu ketat, yang
kepemimpinannya terdesentralisir dan tidak profesional. Pada pemilu parlemen,
mereka mendukung kandidat-kandidat tertentu untuk mendapatkan kursi.
- Partai massa: sebagai jawaban terhadap tuntutan sosial dalam masyarakat
industri, maka dibentuklah partai-partai besar dengan banyak anggota. Dengan
sebuah kekuatan kombinasi yang cukup besar, mereka berharap dapat
mempengaruhi pemerintah dan masyarakat, dan menyatakan bahwa kekuasaan ada
dalam pengaruhnya.
- Partai kader: Partai ini muncul sebagai partai jenis baru dengan mengacu pada
Lenin. Cirinya adalah, mereka terorganisir secara ketat dan dipimpin oleh
sekelompok kecil kader yang berpegang pada suatu ideologi, dan melakukan
pembaharuan melalui pembersihan yang terus menerus.

25.1.3. Klasifikasi berdasarkan sasaran-sasaran politis dan strategis

Sebagaimana yang telah dibahas dalam Bab tentang program-program politik
partai
135
, partai juga dapat digolongkan berdasarkan sasaran-sasaran politis dan
strategisnya. Pembagian seperti itu tampak seperti di bawah ini:
- Partai fasis
- Partai radikal kanan
- Partai konservatif
- Partai liberal
- Partai sosial-demokrat
- Partai sosialis
- Partai komunis
- Partai ekologis

135
Lihat Bab 5.2.3 tentang Program.

506

- Partai religius/berorientasi agama
- Partai etnis

25.1.4. Klasifikasi berdasarkan tingkat institusionalisasi/pelembagaan

Perbedaan ini terutama muncul pada partai-partai yang ingin mendobrak sistem
partai yang mapan dan kemudian muncul sebagai suatu gerakan atau organisasi
yang berstruktur longgar. Di sini dapat dibedakan antara:
- Partai mapan
- Partai tidak mapan

25.1.5. Klasifikasi berdasarkan fungsinya dalam masyarakat
Pendaya-gunaan partai di dalam masyarakat merupakan sebuah klasifikasi yang
menarik. Klasifikasi ini dapat memberikan input-input yang sangat strategis
mengenai perilaku dalam situasi yang kritis/genting, dan oleh karena itu memiliki
relevansi khusus bagi para perencana strategi. Di sini kita bedakan antara:
- Partai pelayanan warga atau partai jasa: Partai ini berusaha untuk
memberikan bantuan kepada warga, untuk dapat menyesuaikan diri/
menemukan tempatnya dalam masyarakat. Partai ini relatif a-politis, tidak
memiliki ideologi yang kuat, tapi sangat membantu dalam masyarakat dan
lingkungannya. Partai ini memelihara hubungan yang dekat dengan para
pemilihnya. Di tingkat lokal, partai ini juga menyediakan pos pelayanan dan
bantuan bagi masyarakat. Daya tarik partai ini adalah karena mereka
memberikan jasa kepada warga secara cuma-cuma, dan karena itu warga
memberikan suaranya kepada mereka. Mereka memiliki basis akar-rumput
yang kuat.
Partai jenis ini terutama muncul sebagai partai blok dalam sistem
sosialis. Partai ini tidak memiliki pengaruh politik yang besar,
tetapi dapat mengurangi penderitaan anggotanya dan para
pemilihnya dengan menawarkan berbagai keistimewaan khusus.
Tipe partai ini juga bisa ditemui di negara-negara dengan sistem
sosialis yang tidak terlalu menonjol. Biasanya partai ini
menawarkan jasa-jasa sosial, tapi juga menyediakan jasa-jasa

507

lain seperti perawatan kesehatan dan bahkan memiliki rumah
sakit partai.
- Partai proyek atau partai pemecah masalah: Partai jenis ini fokus pada agenda
tunggal atau pada proyek individu. Mereka adalah partai isu tunggal dan berorientasi
ke masa depan. Di depan publik, partai ini mempresentasikan proyek-proyeknya
secara jelas dan mengarah pada isu. Daya tarik partai ini adalah karena masyarakat
menunjukkan adanya identifikasi emosional antara mereka dengan isu-isu tertentu,
dan, karenanya, mereka memiliki komitmen untuk memberikan suaranya kepada
partai ini. Organisasi partai ini tergantung pada cabang-cabangnya untuk menyajikan
dan menyebarkan konsep proyeknya di tingkat lokal. Perkumpulan-perkumpulan
basis yang kuat merupakan transformator ide-ide proyek mereka, atau terkadang
mereka juga berperan sebagai pihak yang merealisasikan program partai.
Munculnya partai ekologis serta partai-partai lain yang
memfokuskan diri pada wilayah kebijakan adalah manifestasi
dari partai jenis ini.
- Partai manajemen kebijakan atau partai fraksi/pemerintah: Partai jenis ini
memfokuskan dirinya pada manajemen dan manajemen krisis di tingkat tertinggi
pemerintahan. Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan masalah-masalah melalui
solusi yang kompleks dan berjaring. Citra partai ini adalah sebagai pekerja (doer).
Partai ini melakukan apa yang harus dilakukan, terlepas dari bagaimana pemilihnya
menilai aksi-aksi mereka.
Partai ini sangat berorientasi pada media dan dapat menjamin kehadiran
media melalui anggotanya yang duduk dalam pemerintahan.
Hubungannya dengan para pemilih terjalin karena partai memberikan
kepercayaan kepada pemilihnya untuk mengatasi berbagai rmasalah dan
krisis yang terjadi. Pemilih memberikan suaranya kepada partai untuk
mendelegasikan tanggung jawab pribadi mereka kepada partai ini.
Organisasi ini sangat berorientasi ke pusat (sentralisasi). Keputusan
diambil secara cepat, untuk selanjutnya disahkan oleh basis partai.

- Partai ideologi: Partai ini berupaya menawarkan nilai-nilai, menawarkan
penyelesaian masalah secara komprehensif dan kompleks, serta mengembangkan
berbagai alternatif. Partai ini dikenal sebagai partai yang konsisten, sangat
berorientasikan nilai-nilai atau norma, dapat diandalkan dan ideologis. Partai ini

508

menyediakan berbagai program dan bertujuan mengidentifikasi nilai dengan
kelompok pemilih tertentu. Jika ada kesesuaian identifikasi, kelompok pemilih akan
memberikan dukungannya kepada partai. Partai ideologi ditandai dengan adanya
demokrasi internal yang sangat kuat, dan tidak ada dominasi kekuasaan di
dalamnya. Partai ini sangat lambat dalam mengambil keputusan.

- Gerakan atau one-person shows. Partai tipe ini bertujuan mengambil-alih pengaruh
dan kekuasaan. Untuk itu, partai membutuhkan seorang pemimpin yang kharismatis
atau Caudillo (istilah ini pada mulanya berarti kepala suku. Sejak abad ke-19, istilah
ini dilekatkan pada seorang penguasa politik di Amerika Latin, yang bisa juga berarti
diktator. Caudillo merupakan gelar resmi pimpinan pemerintahan Spanyol di bawah
Franco Bahamonde). Sang pemimpin bertanggungjawab menciptakan rasa
kepercayaan dan ketergantungan para pemilih. Gerakan ini mengetengahkan rasa
kebersamaan, perlindungan dan rasa aman. Hampir tidak ada struktur organisasi
partai. Menjelang pemilu biasanya dibentuk suatu organisasi ad-hoc serta mesin-
mesin tempur pemilu.

25.2. Perkembangan berbagai sistem yang berbeda

Di berbagai belahan dunia, berbagai perkembangan politik dan budaya membentuk
berbagai tipe partai yang berbeda. Mereka memiliki karakteristik tertentu yang sesuai
dengan sistem pemerintahan dan sistem pemilu. Pengetahuan dan pemahaman
terhadap fungsi dan citra diri partai memiliki pengaruh besar pada perencanaan
strategis.

Di Eropa, yang mendominasi adalah partai-partai ideologis. Mereka cenderung
membatasi dirinya secara politis dari lawan-lawan politiknya. Program yang mereka
tawarkan seringkali menjadi pusat perhatian pada saat pemilu. Sebuah pengecualian
ditunjukkan oleh sistem presidensial yang berlaku di Perancis, dan pada saat ini,
juga di Rusia. Di negara-negara ini, justru muncul gerakan-gerakan politik yang
menghilangkan profil politik yang jelas. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa di Eropa, perhatian masyarakat terhadap figur individu terus meningkat
berbanding terbalik dengan ideologi.


509

Di Amerika Latin, perkembangan partai menempuh jalan yang berbeda. Setelah
pembagian gerakan politik ke dalam Serviles dan Liberales, berdasarkan
peraturan sistem pemerintahan presidensial, dibentuklah berbagai partai. Partai-
partai ini tidak terlalu ideologis seperti partai-partai di Eropa. Partai-partai ini lebih
memiliki karakteristik gerakan dan kerap dipimpin oleh seorang Caudillo. Dalam
kampanye pemilu, mereka cenderung menonjolkan figur pribadi, dan karena itu
sering membutuhkan orang-orang yang berkarakter populis. Namun demikian, bisa
diamati suatu kecenderungan di mana ideologi menjadi lebih penting daripada figur.

Di Amerika Utara, yakni di Amerika Serikat dan Kanada terbentuk sistem-sistem
yang berbeda. Dalam sistem dua-partai di Amerika Serikat (dengan sistem
pemerintahan presidensialnya) telah menyebabkan di dalam partai massa, hanya
memiliki sedikit perbedaan ideologi dan pada umumnya perbedaan ini ada pada
kandidatnya. Tidak ada perbedaan struktur dari atas sampai ke tingkat lokal.
Sebaliknya, partai-partai yang ada di Kanada dibangun berdasarkan perbedaan
ideologis, dan terutama perbedaan bahasa, yang juga dapat dinilai sebagai partai
minat khusus.

Di sebagian besar negara-negara di Afrika muncul berbagai partai yang dapat
disebut sebagai partai minat dengan latar belakang kesukuan. Dimasa lalu, mereka
memiliki partai yang mengarah ke sebuah sistem partai tunggal yang beraliran
sosialis, yang bagaimanapun, secara ideologis sebenarnya tidak sungguh-sungguh
mengarah kepada sosialis. Setelah sistem partai tunggal dibubarkan, partai-partai
kesukuan mulai bermunculan.

Di Asia Tenggara dan Asia Selatan, partai-partai regional dan keluarga memiliki
peran khusus. Partai-partai ideologis yang bisa ditemukan biasanya berhaluan kiri.
Dapat diamati adanya peningkatan jumlah partai yang berorientasi religius
(keagamaan).

Meskipun di wilayah Arab-Muslim terbentuk sistem partai pluralis, partai-partai ini
pada umumnya berorientasikan keagamaan, dan sebagian besar dari partai-partai di
sana pun memiliki latar-belakang keluarga/suku.


510

26. SISTEM PEMILU DAN PEMILU

Seperti halnya tidak ada bentuk pemerintahan yang seragam dan optimal, sistem
pemilu pun sangat beragam. Sistem-sistem pemilu ini sebagian tumbuh secara
historis dipengaruhi oleh latar belakang masyarakat yang bersangkutan, atau
dipaksakan pemerintah kolonial untuk mencapai pengaruh-pengaruh tertentu. Dalam
analisa terhadap sistem pemilu, tidaklah penting apakah suatu sistem merupakan
perwujudan dari adanya sebuah demokrasi atau setidaknya demokrasi semu, atau
keinginan akan terjadinya stabilitas atau pertimbangan akan kepentingan kaum
minoritas. Yang penting adalah bahwa beberapa sistem pemilu sangat sesuai
dengan mentalitas sebuah bangsa, sementara sistem lainnya dianggap asing atau
dipaksakan dan karenanya ditolak.

26.1. Pengaruh sistem Pemilu terhadap strategi

26.1.1. Susunan dan tipe-tipe dasar sistem Pemilu

Sistem pemilu menentukan modus yang digunakan pemilih untuk memberikan
suaranya kepada kandidat atau partai pilihannya melalui surat suara dan metode
untuk menerjemahkan surat suara ke dalam mandat atau kursi. Aturan teknis yang
berlaku bagi sebuah sistem pemilu mencakup keseluruhan proses pemilu mulai
dari pencalonan diri sebagai kandidat yang diatur dalam undang-undang pemilu
sampai pada penghitungan suara.

Sistem pemilu memiliki muatan politik yang sangat tinggi. Sistem ini mempengaruhi:
- komposisi badan yang akan dipilih
- struktur sistem partai
- pembentukan opini dan kehendak di antara pemilih
- kesediaan dan kemampuan warga untuk berpartisipasi
- budaya politik

Proses pemilu yang berbeda-beda yang dikenal ada lebih dari 300 dapat
dikembalikan pada dua jenis sistem dasar: pemilu dengan sistem distrik dan pemilu
dengan sistem proporsional. Dalam pemilu dengan sistem proporsional murni, partai

511

akan memperoleh kursi sesuai dengan persentase suara yang mereka peroleh.
Dalam pemilu dengan sistem distrik murni, kandidat yang akan memperoleh kursi
adalah yang memperoleh suara terbanyak (baik relatif maupun absolut) di sebuah
distrik (daerah) pemilihan. Kandidat-kandidat yang memperoleh jumlah suara di
bawahnya tidak akan diperhitungkan atau suaranya menjadi hangus.

Pada umumnya, sistem pemilu dibagi menjadi empat bidang:
- Pembagian daerah pemilihan
- Pencalonan diri sebagai kandidat
- Pemberian suara
- Proses penghitungan suara

Kombinasi dari berbagai peraturan yang berbeda dalam bidang-bidang tersebut
menghasilkan sejumlah sistem pemilu yang sangat berbeda, yang sangat
mempengaruhi perencanaan strategis.

26.1.2. Pembagian ke dalam daerah-daerah pemilihan

Pada dasarnya, daerah pemilihan dibagi ke dalam distrik-distrik pemilihan yang
dibedakan berdasarkan ukurannya (jumlah wakil yang akan dipilih): distrik pemilihan
tunggal, kecil, menengah dan besar. Sangat jarang ada kasus di mana seluruh
daerah pemilihan membentuk sebuah distrik pemilihan saja, meskipun hal ini bisa
saja terjadi, khususnya dalam pemilu regional dan lokal atau bahkan dalam kasus-
kasus tertentu, juga di tingkat nasional.

Penetapan distrik pemilihan akan sangat menentukan hasil pemilu dan dapat
dimanipulasi secara besar-besaran. Jenis manipulasi yang sewenang-wenang
terhadap penetapan distrik pemilihan yang dilakukan untuk memberikan
keuntungan tertentu bagi sebuah partai bahkan memiliki istilahnya sendiri yaitu
gerrymeandering
136
.

Melalui pembagian distrik pemilihan dan pembobotan setiap distrik pemilihan upaya
untuk mengamankan kehadiran parlemen di dalam masyarakat yang heterogen

136
Lihat juga Bab 24.3.2 tentang Demarkasi Daerah Pemilihan.

512

untuk kelompok etnis, penutur bahasa atau agama tertentu akan berhasil, tanpa
harus memberlakukan sebuah sistem kuota. Hal ini hanya akan berfungsi jika
wilayah domisili kelompok-kelompok tersebut jelas dan terpisah. Penentuan distrik
pemilihan secara virtual yang digunakan misalnya untuk memberikan keterwakilan di
dalam parlemen kepada warga yang tinggal di luar negeri adalah suatu hal yang bisa
terjadi namun jarang. (lihat juga bab 26.2.9 Sistem pemilihan dengan kuota).


26.1.3. Bersaing dalam pemilu

Ada berbagai cara bagaimana pemilu dikompetisikan. Pembedaan pertama adalah
antara calon tunggal dan daftar calon. Daftar calon dapat dibeda-bedakan lagi
menjadi beberapa jenis:

Daftar calon tertutup, berarti bahwa pemilih hanya dapat memberikan suaranya
tanpa bisa mengubah daftar calon yang ada. Dengan demikian, partai atau kelompok
yang menyusun dan mengajukan daftar ini akan memperoleh kekuasaan yang besar,
karena merekalah yang menetapkan nomor urut kandidat dalam daftar ini. Secara
strategis bagi para kandidat hal ini berarti bahwa mereka harus merasa mempunyai
tanggungjawab yang lebih besar dibanding pemilih. Karena hanya partai yang
menentukan apakah seseorang memperoleh tempat seperti yang sudah tertera di
dalam daftar atau tidak.

Daftar calon terbuka, berarti bahwa pemilih dapat mengubah susunan para
kandidat atau memberi suara berdasarkan preferensi atau dapat juga mencoret
kandidat dari dalam daftar. Di sini pemilih dapat mempengaruhi pemilihan kandidat
secara terbatas. Pengaruh partai dan kelompok menjadi berkurang, pengaruh
pemilih meningkat.
Daftar calon bebas berarti bahwa pemilih dapat memberikan beberapa suara
kepada seorang kandidat (kumulasi) atau memilih kandidat dari beberapa daftar
yang berbeda (panachage atau pemilihan silang). Pemilih dalam sistem seperti ini
memiliki peluang yang besar untuk memberikan pengaruh; tetapi ini juga masih
tergantung pada jumlah suara yang dapat diberikan.


513

Selain itu juga ada bentuk kombinasi daftar, seperti misalnya yang terikat pada distrik
pemilihan tertentu dan yang tidak terikat pada distrik pemilihan. Biasanya ini
menyangkut pemanfaatan suara sisa yang tidak dibutuhkan untuk sebuah kursi.
Melalui relasi ini sisa suara pada distrik pemilihan seperti itu dipindahkan kepada
distrik pemilihan yang masih membutuhkan suara untuk sebuah mandat.

26.1.4. Pemberian suara

Di sini ditetapkan jumlah suara yang dapat didaftar oleh pemilih (pemberian suara
tunggal, pemberian suara jamak). Dalam pemberian suara jamak, jumlah suara yang
diberikan sama dengan jumlah wakil yang bisa dipilih dalam sebuah distrik
pemilihan, atau kurang dari itu (pemberian suara terbatas). Dalam hubungannya
dengan peraturan mengenai pencalonan diri sebagai kandidat, pemilih berhak atas
pemberian suara preferensi atau alternatif, yakni ia dapat mengakumulasi atau
membagi suaranya (panachage) kepada beberapa kandidat. Pendataan surat suara
disusun menurut peraturan pemungutan suara atau pencalonan kandidat. Karena itu
keduanya memiliki nilai strategis yang sangat signifikan untuk penyusunan daftar
kandidat dan jalannya kampanye.

26.1.5. Rumus penghitungan suara

Rumus penghitungan suara antara lain ditentukan oleh pembagian distrik pemilihan,
prosedur pencalonan kandidat dan pemberian suara. Kesemuanya memiliki variabel-
variabel yang sangat penting dalam mempengaruhi sebuah sistem pemilu:
- Hasil keputusan didasarkan pada: perwakilan distrik atau proporsional
- Tingkat penghitungan: distrik pemilihan, gabungan distrik pemilihan, daerah, kota
- Metode pembagi (dHondt) atau sistem penghitungan angka pemilu (Hagenbach-
Bischoff)
- Pemanfaatan suara sisa atau suara yang berlebih
- Aturan threshold (ambang batas) parlementer, alami dan buatan

Metode pembagi yang paling terkenal adalah metode dHondt. Suara sah yang
diperoleh akan dibagi berdasarkan deret bilangan pembagi 1,2,3,4 dan seterusnya.

514

Jumlah kursi yang tersedia dialokasikan untuk masing-masing partai berdasarkan
angka-angka tertinggi, menurut tingginya hasil pembagi yang diperoleh.

Sebuah metode angka tertinggi lainnya adalah yang diperkenalkan oleh Saint
Lague/Schepers, yang penghitungannya didasarkan pada angka tertinggi. Dalam
metode ini, suara yang diperoleh setiap partai dibagi dengan angka 0,5; 1,5; 2,5; ...n-
0,5, dan jumlah kursi yang dibagikan didasarkan pada urutan angka tertinggi yang
diperoleh.

Metode penghitungan angka pemilu yang paling populer adalah metode
Hagenbach-Bischoff. Angka pemilu di sini diperoleh dari jumlah suara sah, dibagi
dengan jumlah kursi yang tersedia di distrik pemilihan ditambah satu. Angka pemilu
menurut Hare adalah jumlah suara sah yang diperoleh, dibagi dengan jumlah kursi di
distrik pemilihan yang bersangkutan.

Sebuah variasi lain untuk metode penghitungan angka pemilu diperkenalkan oleh
ahli matematik Niemayer, yang didasarkan pada sistem proporsi matematis. Jumlah
suara sah yang diperoleh partai dikalikan dengan jumlah kursi, dan hasilnya dibagi
dengan seluruh jumlah suara sah yang diperoleh. Partai akan memperoleh kursi
sesuai dengan jumlah bilangan bulat dari hasil perhitungan tersebut. Kursis yang
tersisa akan dibagikan berdasarkan tingginya angka dibelakang koma (desimal).

Contoh pembagian kursi berdasarkan dHondt. Ada dua belas kursi yang
akan dibagikan. Jumlah partai yang berpartisipasi dalam pemilu adalah
empat partai. Partai A memperoleh suara 36324 suara, partai B 30972
suara, partai C 24048 suara dan partai D 7200 suara.

Pembagi Partai A K Partai B K Partai C K Partai D K
1 36324 1 30972 2 24048 3 7200
2 18162 4 15468 5 12024 7
3 12108 6 10324 8 8016 10
4 9081 9 7743 11 6012
5 7265 12 6194
6 6054

515


Pembagian kursi menurut dHondt
Menurut metode penghitungan dHondt, partai A akan memperoleh kursi
ke -1, ke-4, ke-6, ke-9 dan ke-12, jadi seluruhnya ada 5 kursi. Partai B
memperoleh mandat ke-2, ke-5, ke-8 dan ke-11, atau secara keseluruhan
4 kursi. Partai C memperoleh mandat ke-3, ke-7, dan ke-10, seluruhnya
ada 3 kursi. Partai D tidak memperoleh kursi, karena sudah ada duabelas
angka tertinggi, yang lebih tinggi dari 7200.

Berdasarkan perhitungan Hare/Niemayer, kita akan memperoleh hasil
sebagai berikut:
Partai A: 36324 x 12 : 98544 = 4,42
Partai B: 30972 x 12 : 98544 = 3,77
Partai C: 24048 x 12 : 98544 = 2,93
Partai D : 7200 x 12 : 98544 = 0,88
Jumlah kursi akan dihitung dengan cara sebagai berikut :
Partai A: 4 + 0 = 4, Partai B: 3 + 1 = 4
Partai C: 2 + 1 = 3, Partai D: 0 + 1= 1
Jadi berdasarkan metode ini, partai D memperoleh satu kursi lebih dan
partai A kehilangan satu kursi dibandingkan dengan yang ia dapatkan bila
penghitungan menggunakan metode dHondt.

Rumus penghitungan suara Hare identik dengan metode Niemayer.
Dalam contoh di atas, hasil pemilu berdasarkan metode Hare adalah
98544 : 12 = 8212. Ini berarti bahwa setiap 8212 suara, ada satu kursi
yang tersedia. Kursi-kursi yang tersisa kemudian dibagikan berdasarkan
urutan sisa suara tertinggi, dibagi dengan jumlah kursi yang sudah
diperoleh ditambah satu.

Metode penghitungan menurut Hagenbach-Bischoff sangat mirip dengan metode
Hare. Yang membedakan di sini hanya bilangan pembaginya.

Dalam contoh di atas, hasil suara pemilu adalah 98544 : 13 = 7580. Ini
artinya, setiap 7580 suara tersedia satu kursi. Kursi-kursi yang tersisa

516

dibagikan berdasarkan sisa suara tertinggi, dibagi dengan jumlah kursi
yang sudah diperoleh ditambah satu.


Pembagian kursi menurut Hare/Niemeyer
Sistem penghitungan suara memang memiliki dampak terhadap jumlah mandat,
yang diterima oleh partai. Maka proses dHondt mengutamakan sesuatu bagi partai-
partai besar, sementara proses penghitungan suara menurut Hare/Niemeyer
mengimbangi kembali kerugian yang dimiliki sistem dHondt untuk partai-partai kecil.
Secara strategis kedua sistem ini tidak penting untuk perencanaan kampanye
pemilu.

26. 2. Tipe-tipe sistem pemilu

26.2.1. Sistem distrik (first-past-the-post)

Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam sistem distrik ini, kursi parlemen
dimenangkan oleh kandidat yang memperoleh jumlah suara terbanyak. Jadi tujuan
dalam pemilu dengan sistem seperti ini bukan untuk memperoleh suara mayoritas
absolut, melainkan suara mayoritas relatif.

26.2.2. Pemilu langsung dalam distrik pemilihan tunggal

Yang terjadi dalam sebuah pemilihan langsung di sebuah distrik pemilihan tunggal
adalah pemilihan individu atau figur, di mana kandidat-kandidat dari berbagai partai

517

berbeda atau kandidat independen saling bersaing di sebuah distrik pemilihan. Yang
menang adalah kandidat yang:
- mengumpulkan suara terbanyak, atau
- memperoleh mayoritas suara.

Dalam pemilu sistem distrik tunggal, yang menjadi fokus adalah figur kandidat
sebagai pribadi dan bukannya partai yang diwakilinya. Kandidat yang bersangkutan
harus ditampilkan sebagai seorang wakil terpercaya, yang dapat mewakili
kepentingan masyarakat di distrik pemilihan setempat. Oleh karena itu, kandidat
harus memiliki hubungan yang erat dengan konstituen di distrik pemilihan, memiliki
hubungan pribadi yang baik dengan masyarakat setempat dan memiliki pemahaman
yang kuat terhadap persoalan yang dihadapi warga di distrik pemilihan tersebut.

Kasus 1: Memperoleh mayoritas relatif atau jumlah suara terbanyak sudah cukup.



Kasus 2: Mayoritas absolut harus dicapai
Petunjuk strategis:
Dalam sistem distrik di distrik pemilihan tunggal yang tidak diiringi pemilu
putaran kedua, langkah strategis yang paling penting adalah mengumpulkan
suara terbanyak, dan jika perlu, sebisa mungkin merintangi kandidat lainnya
dalam memperoleh suara yang lebih banyak dari kandidat kita sendiri.
Langkah ini dapat dilakukan dengan menonjolkan kandidat kita dari kandidat
lawan, atau dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan tak
langsung, yang menggoyang kepercayaan konstituen terhadap kandidat
lawan. Alternatif lain, bisa juga dilakukan dengan menampilkan seorang
kandidat independen semu yang sengaja melakukan presentasi dalam
bidang-bidang yang sama dengan kandidat lawan utama, dengan tujuan
untuk merebut suara kandidat mereka dan dengan demikian memperlemah
kandidat lawan sehingga memungkinkan kita memperoleh suara terbanyak.
Prinsip "memecah dan berkuasa" berlaku di sini.

518

Dalam kasus ini, mayoritas absolut sudah harus dicapai dalam pemilu putaran
pertama atau kedua. Apabila kandidat yang ada lebih dari dua orang, mayoritas
absolut belum tentu dapat dicapai pada pemilu putaran pertama. Oleh karena itu,
seringkali dibutuhkan adanya pemilu putaran kedua
137
, yang hanya diikuti oleh dua
orang kandidat dengan suara terbanyak. Pemilu putaran kedua ini biasa diadakan
satu minggu atau empat belas hari setelah pemilu pertama (utama) dan hanya
dilakukan di distrik-distrik pemilihan di mana tidak satu pun di antara kedua kandidat
tersebut memperoleh mayoritas absolut. Karena itu harus dipastikan bahwa kandidat
tersebut menang di putaran pertama.



26.2.3. Pemilu langsung dalam distrik pemilihan jamak

Pemilu dalam distrik pemilihan jamak, dilakukan di distrik dengan konstituen yang
jumlahnya lebih besar. Yang dipilih dalam pemilu ini pun lebih dari satu kandidat.
Karenanya, masing-masing partai memiliki peluang untuk mengajukan lebih dari satu

137
Dalam teori pemilu, proses semacam ini juga dikenal dengan sebutan "ballotage" yang berasal dari
proses dimana jawaban "tidak" ditandai dengan batu hitam dan jawaban "ya" ditandai dengan batu putih.
Petunjuk strategis:
Dalam sistem pemilu ini, kita harus menelaah secara seksama apakah kita
sudah bisa menang dalam pemilu putaran pertama atau harus bersiap-siap
dengan pemilu putaran kedua. Apabila kemungkinan besar suara yang kita
butuhkan telah kita raih dalam pemilu putaran pertama, kita perlu mengambil
jarak secara tegas dengan kandidat-kandidat lain.
Jika ada kemungkinan besar kita harus mengikuti pemilu putaran kedua,
pembatasan atau jarak dengan kandidat-kandidat lain tetap harus dilakukan
meskipun dengan cara yang lebih hati-hati, karena konfrontasi yang terlalu
keras akan menjauhkan pemilih potensial dari kita dan dapat membuat
mereka enggan memberikan suaranya untuk kita dalam pemilu putaran
kedua. Dalam kasus seperti ini, penting bagi kita untuk mengidentifikasi sejak
awal, kira-kira partai atau kandidat mana yang akan tereliminiasi atau gagal
yang suaranya akan kita ambil alih, untuk menghindari ketegangan yang tidak
perlu dengan partai atau kandidat-kandidat lawan.

519

kandidat. Tetapi kandidat-kandidat tersebut tetap merupakan kandidat tunggal dan
tidak dimasukkan dalam sebuah daftar.

Ada distrik pemilihan di mana ada tiga, empat, lima atau lebih kandidat yang dipilih.
Dalam kasus seperti ini setiap kandidat saling bersaing satu sama lain, dan yang
menang adalah kandidat yang mengumpulkan suara terbanyak.


Petunjuk strategis:
Sistem pemilu seperti ini dapat mengakibatkan kanibalisme di mana kandidat-
kandidat dari partai yang sama saling memperebutkan suara dan dengan
demikian menurunkan peluang setiap kandidat dan partai secara keseluruhan.
Dalam kasus yang ekstrem bahkan dapat mengakibatkan pembunuhan apabila
sudah dipastikan sebelumnya bahwa kandidat lain mungkin memiliki lebih
banyak suara daripada kandidat itu sendiri. Dalam kasus seperti ini sebaiknya
disepakati sejak awal, kandidat mana akan menempati bidang apa, sehingga
akan ada peluang maksimal bagi kandidat-kandidat yang berasal dari partai yang
sama untuk dapat menang.

Di sini juga ada risiko dilema tahanan
138
. Apabila ada seorang kandidat yang
melanggar kesepakatan, biasanya kandidat lainnya akan melakukan hal yang
sama, dan ini akan menyebabkan sebuah hasil akhir yang buruk.

Keuntungan sistem distrik


138
Lihat Bab 11.2.2. tentang Keputusan strategis dengan langkah-langkah Simultan dan Bab 11.2.3
tentang Strategi yang berasal dari dilema tahanan.

520

Keuntungan pemilu sistem distrik adalah:
1. Kandidat langsung bertanggungjawab terhadap pemilihnya. Hubungan antara
pemilih dan wakilnya lebih langsung dan erat.
2. Kandidat lebih independen dari pengaruh pimpinan partai dan karenanya lebih
bebas dalam mengambil keputusan, karena ia tidak perlu masuk dalam daftar calon
partai.
3. Para pemilih juga lebih mudah menilai isu-isu yang diangkat di distrik pemilihan
tersebut.
4. Yang juga bisa disebut sebagai keuntungan adalah bahwa sistem ini tidak
menimbulkan perpecahan di parlemen. Partai-partai kecil juga tidak dapat
mengembangkan pengaruh besarnya
139
sehingga mencegah minoritas untuk ikut
menentukan kebijakan yang dibuat oleh partai besar dalam membentuk
pemerintahan.

Kerugian sistem distrik

Kerugian pemilu sistem distrik biasanya ada pada hal-hal di bawah ini:
1. Pelaksanaan pemilu seringkali kurang memperhatikan kerja-kerja politik, dan lebih
sibuk dengan pribadi-pribadi yang mencalonkan diri yang mempengaruhi para
pemilih melalui jaringan, ikatan kekeluargaan atau memukau mereka melalui
penampilan yang kharismatis. Akibatnya, kebijakannya sendiri seringkali diabaikan.
2. Ada bahaya bahwa kandidat-kandidat yang terpilih melalui sistem distrik tidak
mendukung kebijakan berdasarkan kepentingan nasional atau lintas regional, tetapi
lebih mengadopsi pendekatan menara Gereja
140
.
3. Kemandirian kandidat dari pengaruh pimpinan partainya tidak hanya dapat
dipandang sebagai suatu keuntungan tetapi juga bisa dilihat dari sisi negatifnya,
karena acap menyulitkan dalam menciptakan stabilitas dan kesinambungan
mayoritas. Para wakil yang terpilih melalui sistem distrik dapat dibeli oleh pihak
eksekutif yang memerlukan persetujuan parlemen dengan imbalan tertentu. Presiden
Amerika Utara dapat dijadikan contoh berkaitan dengan pencarian dukungan
mayoritas untuk anggaran rumah tangga yang dibuatnya.

139
Hal ini sering diumpamakan sebagai jarum penunjuk sebuah timbangan. Ini merupakan gambaran yang
salah, karena jarum hanya menunjukkan sisi di mana beban berat tersebut berada dan tidak mengubah beban itu
sendiri.
140
Politik menara Gereja adalah politik di mana seseorang melupakan gambaran besar yang ada, dan
hanya memperjuangkan hal-hal yang dapat ia lihat dari menara Gerejanya sendiri.

521

4. Kerugian lainnya adalah bahwa susunan parlemen tidak selalu mewakili pendapat
atau kepentingan rakyat. Dalam sistem dua partai, minimal secara teoretis dapat saja
terjadi bahwa partai A yang memperoleh 50,1 % suara hanya memiliki satu wakil di
parlemen, sementara wakil lainnya berasal dari partai B yang hanya memperoleh
49,9% suara. Hal ini dapat terjadi apabila partai B unggul di hampir semua distrik
pemilihan kecuali satu distrik, dan partai A hanya menang di satu distrik dengan
perbandingan 90% banding 10%.
5.Kerugian lainnya lagi adalah bahwa kelompok kecil dan partai-partai kecil yang
rata-rata terdiri dari 10% warga masyarakat atau lebih tidak lagi terwakili, atau jarang
terwakili di parlemen.

26.2.4. Pemilu dengan sistem proporsional melalui daftar calon, regional atau
nasional

Pemilu dengan sistem proporsional sangat berorientasi pada partai atau kelompok-
kelompok politik, karena keterwakilan dalam parlemen sangat tergantung pada suara
yang diperoleh sebuah partai atau kelompok dalam pemilu. Bentuk pemilu dengan
sistem proporsional sangat beragam, salah satunya adalah sistem proporsional
dengan daftar tertutup. Yang membuat daftar dan menentukan nomor urut para
kandidat adalah partai. Pemilih hanya dapat memilih partai dalam sebuah daerah
pemilihan jamak, dan tidak dapat mengubah daftar yang sudah ditetapkan. Di sini
para kandidat memiliki keterikatan tertentu dengan partai dan pimpinannya atau
kepada pimpinan sayap partai yang bersangkutan jika ada pra-pemilu.

Dalam sistem dengan daftar terbuka, pemilih dapat memberikan suaranya, baik bagi
partai maupun masing-masing kandidat. Mereka juga dapat mengubah nomor urut
kandidat di dalam daftar calon.

Keuntungan sistem proporsional

1. Kekuatan sistem ini adalah bahwa partai dapat meraih komposisi yang
proporsional secara mutlak. Jika partai memperoleh 27% suara, ia juga akan
memperoleh 27%kursi di parlemen. Untuk itu setiap suara memiliki bobot yang sama.

522

2. Sistem ini juga sangat mudah bagi para pemilih karena mereka hanya perlu
memilih sekelompok kecil partai yang ada.

Kerugian sistem proporsional

1. Pemilih tidak memiliki atau hampir tidak memiliki pengaruh atas penetapan
para kandidat. Mereka tidak bisa ikut menentukan siapa yang akan mewakili mereka,
melainkan hanya bisa memilih partai mana yang akan duduk di parlemen dan
membentuk pemerintahan.
2. Daftar calon partai tidak menjamin keterwakilan kelompok masyarakat tradisional
yang kurang terwakili. Biasanya yang terjadi justru kebalikannya, yakni partai
berupaya membuat daftar sosio-demografis yang homogen.
3. Partai bisa menekan pendapat kaum independen atau minoritas dalam daftar
kandidat yang mereka buat. Daerah pemilihan yang sangat luas menyebabkan tidak
adanya hubungan langsung antara pemilih dan anggota parlemen, dan tanggung
jawab anggota parlemen terhadap pemilihnya juga menjadi sangat kecil.


Kumulasi

Sistem proporsional dengan daftar membuka kemungkinan untuk memberikan
beberapa suara kepada satu kandidat. Tentu saja, ada persyaratan dalam sistem
pemilu yang menyatakan bahwa para pemilih memiliki lebih dari satu suara. Dalam
beberapa kasus, pemilih memiliki suara sama banyaknya dengan jumlah kandidat
Petunjuk strategis:
Untuk dapat masuk dan duduk di parlemen, yang pertama-tama perlu
dilakukan adalah menempatkan diri di dalam daftar. Dengan demikian, nomor
urut dalam daftar menjadi sangat penting. Nomor urut ini ditetapkan oleh
partai atau pimpinannya. Oleh karena itu, dukungan pimpinan partai menjadi
signifikan dan strategis. Hubungan langsung dengan pemilih tidak diperlukan
di sini. Dengan demikian, kerja-kerja langsung di distrik pemilihan tidak lagi
relevan. Yang lebih penting adalah hal-hal seperti disiplin, kerja keras yang
intensif di dalam fraksi, dan meminimalisir konflik dengan pimpinan partai.

523

yang ada, sementara dalam kasus lain, pemilih memiliki suara yang lebih sedikit dari
jumlah kandidat yang ada. Oleh karena itu, dalam kumulasi, pemilih memiliki peluang
untuk memberikan lebih dari satu suara kepada seorang kandidat yang tercantum
dalam daftar calon. Biasanya jumlah suara yang boleh diberikan dibatasi pada tiga
suara per kandidat. Metode ini juga memungkinkan untuk mengubah nomor urut
kandidat dalam daftar calon yang dibuat oleh partai. Suara yang batal dari masing-
masing daftar partai dijumlahkan, dan kursi-kursi dibagikan kepada partai
berdasarkan metode penghitungan dan pembagian yang telah ditetapkan. Kandidat
yang memperoleh suara terbanyak dalam daftar akan duduk di parlemen.

Panacherisasi (suara silang)

Panacherisasi
141
membuka kemungkinan lebih jauh bagi pemilih. Melalui sistem ini,
pemilih tidak hanya dapat mengumpulkan suara-suara yang ia miliki (setidaknya
sesuai jumlah kandidat yang mengajukan diri) dan memberikannya kepada satu
kandidat saja (kumulasi), melainkan juga dapat membagikannya kepada partai-partai
yang berbeda melalui daftar calon partai. Dengan demikian, pemilih dapat memilih
kandidat yang ia sukai dari daftar calon yang ada, sehingga akan dapat
mempengaruhi urutan kandidat di masing-masing daftar. Setelah itu, semua suara
yang telah diberikan ke masing-masing daftar dijumlahkan, dan kursi-kursi dibagikan
kepada partai. Para kandidat yang memperoleh suara terbanyak dari daftar calon
yang ada ditetapkan sebagai kandidat tepilih.

26.2.5. Hybrid form atau bentuk campuran

Hybrid form (bentuk campuran) merupakan gabungan antara sistem mayoritas
(dalam distrik pemilihan langsung) dengan sistem proporsional (daftar calon partai).
Dalam sistem yang digunakan di Jerman ini, suara pertama diberikan kepada
kandidat di sebuah daerah pemilihan, dan suara kedua diberikan kepada daftar calon
partai. Sistem perwakilan proporsional ini menjadi dominan, karena suara kedua
inilah yang menentukan komposisi di parlemen. Metode kerjanya begini: pertama,

141
Panacherisasi merupakan istilah yang diturunkan dari kata panacher (helm atau sejumput bulu yang
berwarna-warni). Berdasarkan warna bulu yang terpasang pada helm, kita dapat mengetahui ksatria tersebut
merupakan anggota pasukan yang mana. Panacherisasi pada jaman sekarang berarti memilih secara "berwarna-
warni"/ beragam.

524

jumlah perolehan suara kedua digunakan untuk menentukan jumlah kursi yang akan
diterima partai di parlemen (sistem proporsional berdasarkan metode Hare/
Niemayer). Setelah itu ditetapkan siapa saja yang menang dalam distrik-distrik
pemilihan
142
. Kursi-kursi inilah yang kemudian diberikan kepada partai. Sementara
itu, kursi-kursi yang tersisa akan didistribusikan berdasarkan hasil suara yang
diperoleh dari daftar calon partai (daftar cadangan). Tak jarang, sebuah partai bisa
mendapatkan kursi lebih banyak di distrik pemilihan langsung daripada jatah yang ia
peroleh melalui pembagian proporsional. Dalam kasus-kasus semacam itu, ia akan
tetap memperoleh kursi langsung sehingga jumlah kursi yang ia peroleh menjadi
bertambah sesuai dengan jumlah yang dikumpulkannya. Hasil pemilu dalam metode
pembagian kursi seperti ini bisa dipalsukan, karena sebuah partai bisa mendapat
lebih banyak kursi dari yang seharusnya ia dapatkan. Untuk mengoreksi kesalahan
ini, beberapa undang-undang pemilu mengatur ketetapan pembagian kursi, yang
dimaksudkan untuk menyeimbangkan proporsi suara di parlemen dengan proporsi
suara yang diperoleh dalam pemilu.

Untuk strategi hal tersebut berarti bahwa sebuah partai yang ingin meraih suara
mayoritas di parlemen harus memusatkan diri pada suara kedua. Karena itu citra dan
produk dari partai secara keseluruhan berada di pada posisi terpenting. Para
kandidat di dalam distrik pemilihan dapat mendukung citra tersebut secara ekstra,
namun mereka tidak dapat mempengaruhi pembagian kursi parlemen.

Salah satu sistem Hybrid lainnya yang menggabungkan sistem distrik dan sistem
proporsional adalah sistem campuran yang juga dikenal dengan sebutan sistem
paralel atau sistem pembagi. Dalam sistem ini ada dua pemilu berbeda yang sama
bobotnya, yang diselenggarakan secara bersamaan (simultan). Di daerah-daerah
pemilihan diadakan pemilu dengan sistem mayoritas yang akan mengisi setengah
dari keseluruhan kursi di parlemen. Pada saat yang bersamaan, diselenggarakan
pula sebuah pemilu dengan sistem perwakilan proporsional yang menggunakan
daftar calon partai. Setengah dari keseluruhan kursi sisanya akan dibagikan secara
proporsional sesuai dengan suara yang diperoleh oleh partai. Sistem pemilu seperti
ini tidak memberikan gambaran yang representatif dalam parlemen, karena sistem

142
Jumlah distrik pemilihan sama dengan setengah jumlah kursi keseluruhan yang tersedia di parlemen.

525

perwakilan proporsional ini terdistorsi oleh wakil-wakil yang terpilih secara langsung
dalam pemilu sistem distrik.

26.2.6. Ley de Lemas

Ley de Lemas merupakan sebuah sistem pemilu yang menggabungkan pra-pemilu
internal partai dengan pemilu utama. Partai-partai atau sayap-sayapnya dapat
menyusun berbagai daftar yang saling bersaing antar mereka, namun juga bersaing
dengan partai-partai lain. Para pemilih memiliki suara untuk memilih anggota
parlemen dan juga suara untuk memilih presiden. Dalam beberapa kasus dapat juga
pemilih hanya memiliki satu suara untuk pemilihan presiden atau calon anggota
parlemen.

Setelah pemilu selesai, yang pertama-tama dihitung adalah jumlah keseluruhan yang
diperoleh sebuah partai dari seluruh daftar yang ada. Setelah itu hasil yang diperoleh
masing-masing partai dibandingkan, dan partai yang memperoleh suara
terbanyaklah yang dapat mengajukan calon presiden. Lalu presiden ditetapkan
berdasarkan daftar partai yang menang tersebut, dan yang berhak menjadi presiden
adalah calon yang memperoleh suara terbanyak. Proses semacam ini merupakan
proses yang sangat rumit, karena biasanya melibatkan berbagai daftar yang berbeda
dalam suatu partai, yang memiliki perbedaan politis sangat tinggi dan sangat luas
cakupannya. Di antara daftar-daftar yang ada berkembang suatu ketergantungan
yang sangat rumit. Karena, apabila sebuah daftar yang beredar dalam pemilu
akhirnya ditarik kembali, partai akan kekurangan suara yang tentu saja akan
mempengaruhi kemenangan atau kekalahan partai secara keseluruhan.

Sistem daftar tersebut sangat rumit dan bisa jadi tidak dapat dimengerti oleh para
pemilih. Di Amerika Latin, selama sistem partai yang diterapkan adalah sistem
tradisional dengan dua partai, pemilih masih dapat memahaminya. Dengan
munculnya partai-partai baru, harus diperhitungkan bahwa Ley de Lemas akan sulit
dipahami dan instalasi strategis kampanye pemilu tidak dapat direncanakan lagi.


526




Ada banyak partai yang menyukai instrumen Ley de Lemas karena hal ini dapat
membantu mereka menghindari adanya kampanye internal yang dapat mencabik-
cabik mereka sebelum pemilu utama berlangsung. Karena jika terjadi kampanye
internal dan terjadi perpecahan dalam tubuh partai, sesudah pra-pemilu tersebut
mereka tidak perlu menyatukan dan memotivasi kembali berbagai sayap partai untuk
mengambil langkah bersama.

26.2.7. Sistem suara tunggal yang dapat dialihkan (single transferable vote,
STV)

Dalam sistem suara tunggal yang dapat dialihkan, pemilih memberikan suaranya
kepada seorang kandidat, sekaligus menetapkan nomor urut kandidat lainnya
sebagai cadangan. Jadi seandainya kandidat yang ia pilih sudah memiliki jumlah
suara yang cukup, atau gagal karena tidak memperoleh suara yang cukup, maka
suara yang telah diberikan pemilih tadi akan dialihkan kepada kandidat lainya dalam
daftar cadangan yang telah dibuat sebelumnya, sesuai dengan nomor urut yang
telah ditetapkan.

Rumus untuk menghitung jumlah suara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Petunjuk strategis:
Ley de Lemas menuntut adanya kampanye ke luar secara intensif untuk
menyerang partai-partai lawan. Namun langkah ini hanya dapat berhasil
dalam sistem daftar khusus dan apabila kampanye internal di dalam partai
juga berjalan dengan sukses. Dalam sistem dua partai, pimpinan partai yang
kuat dapat menjalankan sistem dengan memanfaatkan daftar posisi yang
dapat menghasilkan dukungan yang optimal dari kondisi politik yang mana
pun juga. Tetapi hal ini juga berarti bahwa kebijakan partai secara
keseluruhan tidak dapat dan tidak boleh dijadikan alat untuk kampanye,
karena hal ini dapat menimbulkan kekecewaan besar bagi pemilih dan dalam
jangka panjang dapat merusak sistem politik yang ada.

527


Surat suara untuk Single Transferable Vote



Contoh: Dalam sebuah daerah pemilihan ada 4 orang kandidat yang dapat
dipilih. 10200 orang memberikan suaranya. Maka suara yang dibutuhkan
untuk pemilu dapat diperhitungkan sebagai berikut:
[10200/(4+1)]+ 1 = 2041

Jumlah suara yang telah diperhitungkan inilah yang harus dicapai oleh sang
kandidat. Jika ada seorang kandidat yang dipilih telah mencapai jumlah suara ini,
maka kelebihan atau sisa suara akan dihibahkan kepada kandidat-kandidat lain
sesuai dengan nomor urut yang telah dibuat oleh pemilih. Jika sisa suara tersebut
tidak mencukupi untuk memilih seorang kandidat lainnya, maka kandidat yang
Jumlah suara keseluruhan yang telah diberikan
Jumlah kursi yang dibagikan + 1

+ 1 = Jumlah suara yang dibutuhkan untuk pemilu

528

memperoleh paling sedikit suara akan dikeluarkan dari pertarungan ini, dan suara
yang ia peroleh akan dibagikan kepada kandidat lain yang telah ditargetkan.

Para kandidat memperoleh jumlah suara sebagai berikut:
A = 3410, B = 1901, C = 1440, D 0 1406, E = 1050, F = 1023.
Hanya kandidat A yang memperoleh jumlah suara yang cukup. Dengan
demikian, A menjadi kandidat yang terpilih. Kandidat A memiliki 1329
suara lebih banyak dari yang ia butuhkan. Nomor urut pilihan kedua yang
dibuat oleh ke-3410 pemilihnya adalah sebagai berikut:
B = 1526, C = 179, D = 1216, E = 40 dan F = 449.
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah suara pemilih yang akan
dialihkan kepada kandidat B adalah:
Jumlah suara yang tidak diperlukan untuk memperoleh sebuah kursi
(1329) / Jumlah suara keseluruhan yang diperoleh A (3410) x Jumlah
suara preferensi yang diberikan kepada B (1526) = Jumlah suara yang
akan dialihkan (594).
Jadi suara yang akan dialihkan menurut rumus perhitungan ini adalah:
Suara yang dialihkan kepada B 594 suara = 2495 suara, kepada C 70
suara = 1510 suara, kepada D 474 suara = 1880 suara, kepada E 16
suara = 1066 suara dan kepada F 175 suara = 1198 suara.
Dengan demikian, kini B juga terpilih dan bahkan memiliki kelebihan suara
sebanyak 454 suara. Sisa suara ini akan kembali dibagikan kepada
kandidat lain, dan begitu seterusnya.
Secara strategis proses ini berarti bahwa kita pertama-tama harus mencoba sejak
awal untuk memperoleh suara yang dibutuhkan agar kita dapat terpilih. Ini akan
berlanjut apabila kita melakukan strategi ofensif, yaitu secara telak mengalahkan
kandidat-kandidat lawan. Memang sulit untuk dihargai pemilih kandidat lain sebagai
pilihan kedua. Apabila usaha tersebut tidak meyakinkan, maka sedapat mungkin
dalam surat suara posisi kita ditandai oleh pemilih sebagai pilihan kedua, karena
jumlah suara yang dibutuhkan untuk sebuah keberhasilan ditentukan oleh
pengalihan suara. Apabila di dalam sebuah distrik pemilihan sudah jelas bahwa
seorang kandidat dengan suara mayoritas terpilih dan dengan demikian sangat
mungkin ia mempunyai kelebihan suara, maka akan ada kemungkinan untuk
memperoleh suara sebagai pilihan kedua. Apabila kita tidak tahu apakah dari atas

529

(kelebihan suara) atau dari bawah (suara dari kandidat, yang ditarik mundur dari
pertarungan) asal suara yang dialihkan tersebut, kita terpaksa harus melakukan cara
halus yang tidak membangun kekalahan namun menimbulkan simpati.

26.2.8. Suara tambahan (Supplementary Vote, SV)

Sistem ini memperbolehkan para pemilih menyatakan pilihan keduanya seandainya
kandidat pertama yang dipilihnya tidak berhasil. Sistem ini tidak dapat dipakai dalam
sistem daerah pemilihan yang menerapkan sistem distrik relatif ataupun sistem
proporsional. Sistem ini menggabungkan pemilu putaran pertama dan putaran
kedua.

Surat suara untuk supplementary vote

Dalam distrik pemilihan tunggal, sistem suara alternatif ini berjalan sebagai berikut:
Pemilih menyatakan prioritas utamanya dengan menempatkan angka 1 di depan
nama sang kandidat yang dipilihnya. Pilihan/prioritas keduanya ia nyatakan dengan
cara menempatkan angka 2 di depan kandidat yang ia pilih, dan begitu seterusnya.

Jika dalam penghitungan suara pemilu pertama tidak ada kandidat yang berhasil
memperoleh mayoritas absolut, maka kandidat yang memperoleh suara paling
sedikit dalam pemilu ini akan dicoret atau tidak diikutsertakan lagi. Suara pilihan
kedua lalu akan dialihkan kepada kandidat yang tersisa. Apabila tetap tidak dapat
dicapai mayoritas absolut, maka kandidat yang memperoleh suara paling sedikit
dalam pemilu ini akan dicoret atau tidak diikutsertakan lagi dan suara pilihan
keduanya akan diberikan kepada kandidat yang tersisa. Cara ini terus dilakukan
sampai salah satu kandidat bisa memperoleh mayoritas absolut.

530


Contoh: Dalam sebuah distrik pemilihan, 5000 orang pemilih memberikan
suaranya. Dengan demikian, mayoritas absolut harus berjumlah 2501
suara. Dalam penghitungan suara pertama, hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
Kandidat 1 Kandidat 2 Kandidat 3 Kandidat 4
1980 1720 1004 296

Kini kandidat 4 yang memperoleh 296 suara dikeluarkan, dan pilihan suara
kedua yang berada di bawahnya dialokasikan kepada para kandidat lain.
Kandidat 1 Kandidat 2 Kandidat 3 Kandidat 4
1980 1720 1004 296
102 176 8
Jika dijumlahkan menjadi:
2082 1896 1112

Hingga titik ini belum ada kandidat yang memperoleh mayoritas absolut. Oleh karena itu,
kini kandidat 3 dikeluarkan, dan suara pilihan kedua para pemilih kembali dialokasikan
kepada kandidat lainnya. Dengan demikian yang diperhitungkan kini adalah suara pilihan
ketiga.
Kandidat 1 Kandidat 2 Kandidat 3
2082 1896 1112
212 900
Jika dijumlahkan menjadi:
2294 2796

Dengan demikian kandidat 2 meraih jumlah suara yang dibutuhkan, dan akhirnya ia
berhasil terpilih.

Pemilu putaran kedua sebenarnya merupakan perangkat yang sejenis. Pada
dasarnya pemilu ini memiliki efek yang sama, yaitu seorang kandidat harus terpilih
dengan suara mayoritas absolut. Setelah para pemilih memilih kandidat yang gagal,

531

mereka akan kembali memilih dengan pilihan baru, yakni dua kandidat yang berada
pada dua posisi tertinggi. Kandidat yang dipilih adalah yang memperoleh mayoritas
absolut.

Komponen strategis terpenting dalam hak pilih ini adalah, bahwa partai-partai yang
lebih kecil atau kandidat mereka bergabung bersama dan saling memberikan suara
preferensi (preference swapping). Dengan demikian mereka mengambil keuntungan
dari keluarnya masing-masing mitra ini hanya dari suara preferensi dan kandidat
tersebut dapat membahayakan kandidat-kandidat dari partai-partai besar. Sebagai
kandidat partai yang lebih besar harusnya berhasil untuk menebar perselisihan di
antara mitra aliansi, sehingga pertukaran preferensi tersebut terancam bahaya.

26.2.9 Sistem Pemilu dengan kuota

Sistem pemilu murni tanpa kuota untuk kelompok-kelompok tertentu di parlemen
biasanya mencerminkan pendapat politik pemilih. Karena itu memang penting bahwa
partai-partai mencalonkan kandidat mereka, yang dapat dikenali melalui sebuah
orientasi program politik tertentu, misalnya berorientasi konservatif, liberal, sosial
demokrat, sosialistis atau .ekologis. Partai-partai jenis ini pada umumnya ditemukan
di negara-negara yang masyarakatnya relatif homogen. Di negara-negara tersebut
dilakukan percobaan-percobaan meningkatkan keterwakilan perempuan melalui
kuota yang secara biasanya tingkat keterwakilannya rendah.

Situasi yang sangat berbeda tampak di negara-negara yang memiliki masyarakat
yang heterogen. Situasi heterogen ini bisa saja bersifat etnis, agama, linguistik
(berkaitan dengan bahasa), karena perbedaan kasta, suku bangsa atau klan. Di
negara-negara tersebut banyak terbentuk partai yang berorientasi kepada struktur
masyarakat, dengan demikian merepresentasikan latar belakang suku atau klan,
motivasi etnis, linguistik atau agama. Hal ini terkait dengan banyak kasus di mana
melalui keberadaan politik terjadi pengambilan atas sumber daya milik negara untuk
suku tertentu, klan atau kelompok agama tertentu yang diwakili.

Apabila partai-partai kecil biasanya berhasil ikut serta dalam lembaga eksekutif
melalui pembentukan koalisi, mereka dapat mencapai sasaran mereka yang

532

dimasuki melalui celah yang mereka buat. Apabila situasi di atas tidak berhasil atau
beberapa kelompok dengan sadar selalu diabaikan dalam partisipasinya untuk ikut
dalam kekuasaan, maka akan berkembang ketegangan-ketegangan yang pada
kasus ekstrem akan dapat menyebabkan situasi yang mirip dengan perang saudara.

Sebuah contoh untuk keikutsertaan dalam koalisi pemerintahan adalah
partai Schas, yang merupakan perwakilan radikal dari golongan Yahudi
orthodoks garis keras di Israel yang hampir selalu ikut dalam setiap
pemerintahan dan meraih banyak keistimewaan bagi klien mereka.
Sebuah contoh reaksi atas dikeluarkannya dari kekuasaan di Kenya
adalah upaya yang dilakukan suku Luo agar partai mereka atau
pemimpin mereka Raila Odinga dapat ikut berkuasa. Sebelumnya ayah
dari Raila Odinga, yakni Odinga Odinga dengan partainya FORD-K,
telah dijauhkan dari kekuasaan oleh Presiden Arab-Moi akibat
manipulasi yang dilakukannya dalam Pemilu. Demikian pula Raila
Odinga tidak diikutsertakan dalam kesepakatan oleh Presiden Kibaki.
Hal ini akhirnya menimbulkan perang saudara di Kenya, yang dapat
diselesaikan dengan intervensi yang masif oleh kekuatan internasional
pada tahun 2008 dan berujung pada suatu pembagian kekuasaaan.

Di dalam masyarakat heterogen seperti ini semakin keras seruan untuk memaksa
dilakukannya pemilihan parlemen dengan sistem kuota dan adanya partisipasi yang
meluas dalam pembentukan lembaga eksekutif, dengan tujuan meraih keadilan
pembagian kekuasaan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat ini yang dibahas adalah
susunan parlemen dan pemerintah, jadi tidak terlalu terkait dengan format ideologis
dan metode politik melainkan lebih tentang pembagian sumber daya negara. Dengan
demikian parlemen dan pemerintah memperoleh tugas yang sama sekali berbeda
dibandingkan dengan situasi yang terjadi di negara-negara demokrasi Barat. Karena
itu bukan soal bagaimana politik dilakukan, melainkan yang terpenting adalah
pembagian sumber daya, baik yang tersedia maupun yang tidak tersedia. Partisipasi
dalam pengambilan keputusan tentang pembagian tersebut seringkali terikat dengan
tujuan untuk mempertajam situasi konflik dan menganjurkan persamaan
kesempatan.
Sebuah contoh untuk diskusi tentang kuota untuk mengamankan
eksistensi damai adalah diskusi tentang format undang-undang Pemilu

533

di Irak untuk pemilihan parlemen tingkat nasional tahun 2010. Di sana
sejak tahun 2004 terdapat kuota 25% untuk perempuan. Kuota ini
dipergunakan juga pada tahun 2010, sehingga setiap satu dari empat
mandat diberikan kepada perempuan. Namun di dalam undang-undang
yang baru, kuota untuk perempuan dalam pemilu berikutnya akan
dihapus. Yang tetap ada adalah kuota bagi kelompok-kelompok agama,
lima kursi untuk golongan Kristen Irak, dan masing-masing satu kursi
untuk golongan Schabak, Jesid dan Saber. Perselisihan tentang
perwakilan golongan Sunni di dalam negara yang didominasi kaum
Syiah ini mengakibatkan penambahan anggota parlemen dari 275
menjadi 325.

Di India pembagian kuota juga dilakukan dengan upaya untuk
melaksanakan nation building (pembangunan bangsa) dan memaksa
kekuatan sentrifugal di dalam masyarakat heterogen. Di India diskusi
terutama membahas kuota untuk lapisan kasta yang berbeda.

Sasaran yang ingin dicapai terkait dengan susunan parlemen dan susunan
pemerintahan ini harus jelas, sebelum kita mempertimbangkan konstruksi dari sistem
kuota tersebut dan menciptakan struktur yang taktis di dalam satuan-satuan politik.
Pada dasarnya harus dipertanyakan dulu sistem pemilunya, tipe demokrasi seperti
apa yang ingin dicapai, apakah demokrasi dengan mayoritas atau demokrasi dengan
musyawarah. Yang dimaksud demokrasi dengan mayoritas bukan sistem pemilu
dengan mayoritas, melainkan keputusan yang diambil oleh suara terbanyak atas
minoritas di dalam parlemen. Dengan demikian mayoritas itu bisa terdiri dari suara-
suara milik anggota suatu partai saja atau bisa juga merupakan suara dari koalisi
partai-partai yang ada. Mayoritas ini dalam satu periode legislatur merupakan
mayoritas permanen di dalam parlemen dan secara teratur mengalahkan partai-
partai lain yang dianggap lawan di dalam parlemen. Dengan demikian akan muncul
sebuah pola yang khas, yakni pemerintah kontra oposisi, yang di negara-negara
Barat merupakan model yang diterima dalam pengambilan keputusan. Namun pola
ini di banyak negara, terutama di Asia dan Afrika, tampaknya tidak bisa diterima.
Namun di Barat banyak terdapat kritik atas pola ini, orang membicarakannya dengan
sebutan demokrasi Guillotine. Misalnya di Jerman di tingkat komunal digunakan

534

metode yang dikenal dengan sebutan sel perencanaan
143
dan prosesnya yang
bersifat multi dialogis.

Pada demokrasi dengan musyawarah, yang seringkali secara keliru dikaitkan
dengan pemilu sistem proporsional, yang mencuat adalah upaya sedapat mungkin
mengikutsertakan banyak partai yang berbeda di dalam proses diskusi dan
menciptakan semacam sebuah meja bundar perundingan. Demokrasi dengan
musyawarah lebih banyak berkaitan dengan kompromi dan hak-hak golongan
minoritas. Lijphart
144
menggambarkan bagaimana hal tersebut dapat berfungsi dalam
model konkordansi yang ia buat. Model konkordansi memberi kesempatan kepada
perwakilan semua kelompok yang penting untuk memiliki bagian dalam pengambilan
keputusan politik. Sebagai ganti keputusan mayoritas, dalam model ini diatur
pertanyaan utama tentang kemungkinan yang disetujui kedua belah pihak dan
melalui kompromi antara kelompok dan partai yang dianggap dihormati oleh negara.
Model ini dapat memiliki format yang sangat berbeda, misalnya:
sebagai meja bundar, untuk perundingan antara perwakilan Jerman Barat
dan Jerman Timur menuju reunifikasi Jerman
sebagai kabinet koalisi besar, yang terdiri dari partai-partai berlatar belakang
etnis dalam sistem parlementer di Malaysia atau di Afrika Selatan
sebagai kabinet koalisi besar menurut kuota linguistik, seperti di Belgia
melalui kuota sesuai dengan kasta dalam menempatkan posisi-posisi menteri,
seperti di India
melalui perwakilan partai-partai terbesar di dalam sebuah pemerintahan yang
terdiri dari semua partai di Bundesrat (majelis perwakilan negara-negara
bagian/Kanton) di Swiss
melalui penetapan jabatan-jabatan terpenting di lembaga eksekutif sesuai
dengan keanggotaan di dalam kelompok etnis atau kelompok agama, seperti
di Libanon dan Siprus


143
Dienel, Peter C.: Die Planungszelle Eine Alternative zur Establishment-Demokratie, 199,
Westdeutscher Verlag, Opladen
144
Lijphart, Arend, 2002: The Wave of Power-Sharing Democracy, in: Andrew Reynolds (Hg.), The Architecture of
Democracy. Constitutional Design, Conflict Management and Democracy. New York, S. 37-54.

535

Pendapat dari Lijphart ini dibantah oleh beberapa ahli politik lainnya, seperti Norris
145

dan Ghai
146.
Model musyawarah atau model konkordansi terkait dengan kerangka
aturan politik dengan empat elemen dasar: pembagian kekuasaan eksekutif sesuai
dengan susunan masyarakat, sistem proporsional dalam pemberian jabatan-jabatan
publik dan kursi di parlemen, otonomi kelompok-kelompok masyarakat dan
persamaan hak dalam masalah kebudayaan, dan juga yang terakhir adalah hak veto
yang ditangguhkan bagi golongan minoritas.

Metode apa saja yang menjamin kuota di dalam sistem pemilu dan tantangan
strategis apa saja yang terikat dengannya?

Yang paling banyak menyebarluas adalah kuota perempuan. Banyak negara yang di
dalam undang-undang pemilunya mensyaratkan penguatan keterwakilan perempuan
di parlemen. Kursi di parlemen ini terwujud dengan cara-cara yang sangat berbeda.
Dari 16 negara yang telah menempatkan kuota perempuan di dalam undang-
undangnya, hanya Perancis yang berasal dari wilayah Eropa. Kebanyakan kuota ini
tercapai di negara-negara yang terletak di wilayah konflik yang sangat dipengaruhi
oleh kekuatan internasional. Misalnya di Afghanistan dan di Irak, di mana dalam
pemilu berikutnya kuota perempuan nyatanya sudah dihapus kembali, serta di
Serbia.
Pada dasarnya terdapat tiga model berikut ini digunakan dalam penentuan kuota
perempuan. Selain itu terdapat pula kuota untuk generasi muda, untuk penyandang
masalah sosial, untuk difabel dsb.
Kuota ini diperuntukkan bagi pengamanan keterwakilan tertentu untuk golongan
minoritas atau lapisan masyarakat yang didiskriminasi:
Kursi-kursi yang dicadangkan: pada kursi-kursi yang dicadangkan digunakan teknik-
teknik berikut ini:

145
Norris, Pippa, 2002: Ballots Not Bullets. Testing Consociational Theories of Ethnic Conflicts, Electoral Systems,
and Democratization, in: Andrew Reynolds (Hg.), The Architecture of Democracy. Constitutional Design Conflict
Management, and Democracy. New York, S. 206-247.
146
Ghai, Yash Pal, 2002: Constitutional Asymmetries. Communal Representation, Federalism, and Cultural
Autonomy, in: Andrew Reynolds (Hg.), The Architecture of Democracy. Constitutional Design, Conflict Management, and
Democracy. New York. S. 141-170.

536

pemungutan suara dengan dua surat suara yang terpisah, yang satu untuk
perempuan dan yang lainnya untuk laki-laki dan perempuan, seperti di
Afghanistan dan di Rwanda
Sesuai dengan hasil pemilu, partai-partai dijanjikan untuk memperoleh kursi
tambahan untuk perempuan dari kursi-kursi yang mereka miliki, seperti
misalnya di Tanzania, Bangladesh dan Pakistan.
Pengangkatan perempuan oleh presiden untuk kursi-kursi yang sudah
dicadangkan, seperti di Kenya.
Persyaratan untuk penempatan dari distrik pemilihan atau daftar kandidat. Di
dalam undang-undang pemilu terdapat banyak sekali persyaratan, bagaimana
keterwakilan perempuan dapat ditingkatkan.
- Persyaratan partisipasi seperti apa harus dipenuhi oleh perempuan di
dalam daftar kandidat tanpa keterangan dari kursi terdaftar yang diminta
- Persyaratan, partisipasi apa yang harus dimiliki perempuan di dalam
urutan tertentu sebuah daftar untuk sistem pemilu proporsional, seperti
misalnya LLP, LLP ..., LPL, LPL ... atau LP, LP, LP ... (L: laki-laki, P:
perempuan)
o Persyaratan di distrik pemilihan dengan banyak kandidat, berapa
jumlah perempuan yang dipilih di sini dan pengutamaan perempuan
dengan bagian suara terbanyak atas kandidat laki-laki yang mungkin
saja meraih suara lebih banyak, seperti di Jordania

o Di Meksiko terdapat persyaratan bahwa harus ada 40% kandidat
perempuan, kecuali partai-partai yang menominasikan kandidat mereka
dalam konvensi secara demokratis .
147



- Kuota partai secara sukarela
o Di banyak kasus dan juga di Eropa terdapat banyak partai dengan
persyaratan-persyaratan yang menuntut dukungan terhadap

147
Baldez, Lisa (2007), "Primaries vs. Quotas: Gender and Candidate Nominations in Mexico, 2003", Latin American
Politics and Society, Vol. 49, No 3, pp. 69-96

537

perempuan dan kuota untuk daftar kandidat, baik untuk pemilihan
internal maupun untuk pemilihan umum. Di dalam undang-undang
pemilu kebanyakan persyaratan ini tidak ada.

26.3. Hak memilih

Hak memilih merupakan dasar keikutsertaan dalam pemilu. Setiap manipulasi atas
hak pilih ini memiliki alasan dan akibat tertentu. Oleh karena itu seringkali ada upaya
untuk mengubah mayoritas yang ada dengan mengubah hak pilih. Untuk
mengatasinya, pertama-tama perlu ada sebuah ketentuan yang berlaku, yang
mengatur hak pilih secara umum. Hal ini berarti bahwa setiap warga yang memenuhi
syarat berhak untuk memberikan suaranya, terlepas dari jenis kelamin, suku,
bahasa, pemasukan atau kepemilikan, profesi, golongan atau status, pendidikan dan
kepercayaan atau keyakinan politiknya. Syarat yang dimaksud di atas adalah yang
menyangkut usia tertentu, kewarganegaraan, tempat tinggal, kesehatan mental dan
kemampuan untuk melakukan tindakan hukum. Tetapi hal-hal inilah yang sering
dimanipulasi.

Batas usia untuk memilih di Jerman sudah diubah sebanyak dua kali. Pada
tahun 1971, batas usia memilih di sana diturunkan dari 21 tahun menjadi
18 tahun, dan pada tahun 1998 batas usia memilih dalam pemilu di tingkat
komunal diturunkan dari 18 tahun menjadi 16 tahun. Perluasan pemilih
usia muda ini memiliki latar belakang politis, yang berhubungan dengan
upaya mengumpulkan mayoritas suara bagi kelompok tertentu.

Perdebatan yang terus dilakukan adalah yang menyangkut persoalan buta huruf.
Keraguan bahwa pemilih yang buta huruf akan mampu memahami lembar kertas
suara yang rumit bukannya tidak beralasan. Adalah tugas negara untuk menyiapkan
kertas suara sedemikian rupa, misalnya dengan bantuan gambar atau simbol,
sehinggga orang yang buta huruf sekalipun dapat mengenali partai atau kandidat
yang akan dipilihnya. Undang-undang Pemilu hendaknya juga mempertimbangkan
kondisi atau kemampuan para pemilih.


538

Di berbagai negara ada pembatasan hak pilih bagi kelompok-kelompok etnis
tertentu, pemeluk agama tertentu, atau terkadang jenis kelamin tertentu. Keputusan
yang menyangkut minoritas nasional yang dikecualikan dari Undang-undang Pemilu
tentu sangat memprihatinkan.

Yang termasuk di sini antara lain adalah orang-orang Rusia yang tidak
memiliki kewarganegaraan di negara-negara Baltik. Selain itu, kasus
seperti ini juga terjadi atas sebagian etnis asli di Amerika Tengah.

Di sisi lain, sistem pemilu di beberapa negara memberikan hak pilih bagi warga
pengungsi yang memenuhi syarat untuk memilih, sementara di negara lainnya hal ini
tidak terjadi.

26.3.1. Daftar pemilih

Di berbagai negara berlaku ketentuan bahwa warga perlu mendaftarkan dirinya
sebelum ia dapat mengikuti pemilu. Pendaftaran biasanya melalui proses yang
sangat birokratis, di mana pemilih harus dapat menunjukkan identitas resminya
(misalnya dalam bentuk KTP, dsb.). Padahal ada berbagai kelompok masyarakat,
terutama kaum marginal, yang tidak memiliki identitas resmi semacam ini. Kelompok
masyarakat semacam ini biasanya tidak diperbolehkan ikut pemilu, atau dipersulit
proses pendaftarannya. Ancaman birokrasi atau partai-partai tertentu memainkan
peranan yang penting di sini. Pihak oposisi seringkali tidak berhasil mendaftarkan
pemilihnya, karena mereka terlalu dipersulit atau takut pada ancaman yang
diterimanya.

Jika sebagian besar pemilih telah terdaftar sebagai pemilih, bisa dimulai pula bentuk
baru manipulasi dan pemalsuan pemilu. Beberapa nama tertentu dikeluarkan dari
daftar pemilih, untuk kemudian dialokasikan ke tempat pemungutan suara lain.
Terkadang bahkan ada orang yang sebenarnya sudah meninggal tetapi tetap
memiliki hak pilih agar dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk meraih
keuntungan tertentu.



539

26.3.2. Pembatasan daerah pemilihan

Pembatasan daerah pemilihan merupakan bentuk manipulasi pemilu yang sangat
terkenal, karena pembatasan pemilihan ini dapat menghasilkan mayoritas yang jelas,
yang dapat dimanfaatkan untuk membawa keuntungan tertentu bagi kandidat atau
partai tertentu. Jika seseorang ingin agar seorang wakil rakyat kehilangan kursinya
pada pemilu berikutnya, ia dapat membuat demarkasi daerah pemilihan sedemikian
rupa dengan memasukkan daerah-daerah perumahan di mana ia memiliki posisi
yang kuat dan menghapuskan daerah-daerah lainnya yang tidak menguntungkan
baginya. Untuk itu, tentu saja pihak eksekutif yang ingin melakukan manipulasi
harus memiliki kekuasaan yang kuat untuk dapat mempengaruhi penetapan daerah
pemilihan. Bentuk penetapan daerah pemilihan seperti ini dinamakan
"Gerrymeandering".

Nama ini berasal dari Elbridge Gerry, seorang gubernur di Massachusetts
yang pada tahun 1811 menetapkan daerah pemilihan sedemikian rupa
sehingga ia dapat dipilih kembali, dan sikapnya ini tidak mengakhiri karir
politiknya. Sejak tahun 1812 sampai meninggal dunia pada 1814 ia
menjabat sebagai wakil presiden Amerika Serikat.

Gerrymeandering terutama berlaku di daerah pemilihan tunggal yang menetapkan
pemilu dengan sistem distrik. Dalam sistem-sistem yang menggunakan motode
peralihan suara, manipulasi semacam ini sulit dijalankan.

26.3.3. Pencalonan kandidat

Sebuah bentuk manipulasi pencalonan kandidat yang terkenal adalah pengajuan
kandidat semu yang ditujukan untuk merebut suara lawan.

Contoh: Dalam sebuah distrik pemilu tunggal, diharapkan bahwa
pembagian suara antara kandidat A dan B adalah 10.000 suara untuk
kandidat A dan 7.000 suara untuk kandidat B. Jika B kini menampilkan
kandidat lain (A1) yang memiliki program yang serupa dengan kandidat A,
maka hasil yang ada dapat berubah sebagai berikut: A memperoleh 6.000

540

suara, A1 memperoleh 4.000 suara dan B memperoleh 7.000 suara.
Dengan demikian kandidat B memenangkan pemilu tanpa harus
mengumpulkan jumlah suara yang lebih banyak dari yang ia dapatkan.

Oleh karena itu penetapan kandidat dan persyaratan untuk pencalonan diri dapat
sangat mempengaruhi hasil pemilu. Karenanya muncul berbagai upaya untuk
melakukan pembatasan terhadap pencalonan kandidat ini. Bentuk yang paling brutal
adalah larangan terhadap partai tertentu, untuk menyingkirkan partai itu dari pemilu.
Bentuk lain adalah peraturan-peraturan yang mengharuskan para kandidat
memenuhi persyaratan tertentu, misalnya berkenaan dengan jenis kelamin, umur,
tempat tinggal, jangka waktu tinggal di distrik pemilihan, agama, kewarganegaraan
atau keaqnggotaan dalam suku tertentu. Bentuk pembatasan lainnya adalah
mengharuskan penyerahan sejumlah uang sebagai uang pendaftaran atau jaminan
dalam pencalonan kandidat, yang besarnya tidak dapat dipenuhi oleh sebagian
besar kandidat atau partai.

26.4. Monitoring/pemantauan

Adalah penting untuk memeriksa kembali secara seksama setiap langkah dalam
persiapan dan pelaksanaan pemilu. Yang paling penting adalah, partai oposisi harus
memperoleh akses ke lembaga-lembaga yang berwenang menetapkan langkah-
langkah persiapan pemilu. Partai oposisi juga harus memiliki kesempatan untuk
mengikuti dan mengetahui semua proses yang terjadi.

Kita seringkali berpikir bahwa pengawasan proses pemilu hanya diperlukan dalam
hari-hari terakhir menjelang pemilu. Anggapan ini tentu keliru. Seperti yang sudah
dipaparkan di atas, manipulasi dapat dilakukan sejak awal, yakni sejak proses
pendaftaran pemilih, proses perumusan undang-undang pemilu atau penetapan
batas daerah pemilihan, dsb., yang dapat menentukan sebuah kemenangan atau
kekalahan sebuah partai dalam pemilu.

Monitoring yang efektif harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
dengan jelas:
1. Bagaimana undang-undang pemilu dirancang?

541

2. Apakah ada diskriminasi dalam undang-undang pemilu?
3. Seberapa amankah daftar pemilih?
4. Apakah ada insiden yang terjadi pada saat pemilih mendaftarkan diri?
5. Apakah ada diskriminasi terhadap kandidat dan partai?
6. Partai-partai manakah yang dilarang, dan atas dasar apa?
7. Partai-partai mana saja yang tidak diperbolehkan mengikuti pemilu?, mengapa?
8. Apakah sistem pemilu dan undang-undang pemilu dapat dimengerti oleh
masyarakat?
9. Apakah ada syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk dapat melaksanakan
kampanye pemilu? Jika ada, syarat apa sajakah itu, dan apakah syarat ini
membahayakan para pemilih atau peserta pemilu dalam memperoleh kesempatan
yang sama?
10. Berapa lama waktu yang tersedia untuk persiapan pencalonan kandidat?
11. Berapa lama waktu yang tersedia untuk melaksanakan kampanye pemilu?
12. Apakah ada akses ke media atau apakah ada kesempatan yang sama di sini?
13. Apakah para kandidat dapat bergerak bebas di daerah pemilihan?
14. Siapa yang mengelola pembuatan, pencetakan, produksi dan pendistribusian
kertas suara?
15. Apakah pimpinan tempat pemungutan suara (TPS) diatur secara jelas?
16. Apakah kotak suara disegel dan kosong?
17. Apakah proses pemberian suara di TPS bebas dari tekanan? Apakah kerahasian
pemberian suara terjamin?
18. Apakah di setiap TPS ada perwakilan dari masing-masing partai peserta pemilu?
19. Apakah pemilih harus menunjukkan kartu identitas mereka sebelum mereka
memperoleh kertas suara?
20. Apakah terjadi ancaman kekerasan atau pemerasan terhadap para pimpinan
pemilu?
21. Apakah penghitungan suara dilakukan di depan umum secara terbuka?
22. Apakah hasil pemungutan suara didokumentasi dan diteruskan sesuai peraturan
yang ada?
23. Di mana kertas suara yang telah dihitung disimpan?
24. Apakah pada waktu istirahat dalam penghitungan suara ada jaminan keamanan
bilik dan kotak suara sehingga tidak dapat diakses oleh pihak yang tidak berwenang?

542

25. Apakah keamanan sistem komputer untuk pengumpulan hasil pemungutan suara
terjamin dan bebas dari manipulasi?
26. Apakah tim pemantau pemilu menjalankan sistem pencatatan secara paralel atas
hasil pemungutan suara di masing-masing daerah pemilihan, dan apakah hasil yang
diperoleh sesuai dengan hasil yang dipublikasikan?





543

27. LAMPIRAN
1. STRATEGI MELAWAN FUNDAMENTALISME


1.1. Apa itu fundamentalisme?
148


Istilah fundamentalisme belum terlalu lama melampaui batasan konotasi religius dan
non-religius, dan memperoleh makna yang terdefinisikan dengan lebih jelas. Istilah
ini biasanya digunakan sebagai istilah struktural untuk menunjuk pada suatu
pengungkungan sistem berpikir dan bertindak pribadi secara sukarela terhadap kritik
dan alternatif-alternatif. Saat ini, fundamentalisme telah mewakili orientasi teoritis
dan bentuk-bentuk praktis organisasi anti-modernisme, baik di sisi budaya maupun
politik. Timbul perdebatan tentang apakah istilah ini perlu tetap dibatasi pada
manifestasi keagamaan dari anti-modernisme ataukah perlu diperluas juga ke
bidang-bidang lain.

Dalam pengertian klasik, fundamentalisme merupakan gerakan anti terhadap
Pencerahan dan masyarakat pluralistik; terhadap praduka pikiran pribadi, tanggung
jawab pribadi, ketidak-pastian, keterbukaan dan kebutuhan akan pembenaran.
Sebagai alternatif, fundamentalisme menawarkan keamanan dan totalitas asas-asas
fundamental absolut. Karena itu, semua hal lain termasuk hak asasi manusia
harus dibuat menjadi relatif di hadapan mereka, sehingga asas-asas fundamental itu
sendiri tidak pernah menjadi sasaran relativisasi. Siapa pun yang menolak premis
mereka, tidak layak dipertimbangkan untuk menerima perubahan argumen-argumen,
keraguan, kepentingan serta hak-haknya.

Fundamentalisme biasanya dihubungkan dengan orientasi religius. Karena itu perlu
dibedakan antara fundamentalisme Islam, Kristen, Budha, Sikh, Yahudi, Shinto dan
Hindu.


148
Informasi mendasar mengenai fundamentalisme dapat ditemui dalam karya "The Fundamentalism
Project" sebanyak 5 jilid yang diterbitkan oleh Martin E. Marty dan R. Scott Appleby dan dipublikasikan oleh
The University of Chicago Press, Ltd., London.

544

Tetapi, bentuk fundamentalisme tidak hanya sebatas itu saja. Pada kenyataannya,
ada berbagai bentuk lain yang dalam budaya tertentu sepenuhnya didasari oleh
latar belakang etnis semata.

Tahun-tahun terakhir ini, diskusi umumnya hanya dipusatkan pada fundamentalisme
Islam yang tentu saja salah karena dua alasan: pertama, karena asumsi ini
mengecualikan berbagai fundamentalisme agama atau kelompok-kelompok etnis
lainnya padahal gerakannya memiliki dampak yang sama bagi daerah setempat;
kedua, karena fundamentalisme Islam tidak terbatas pada satu bentuk saja,
melainkan memiliki berbagai faset yang terkadang saling bertentangan.

1.2. Perkembangan historis

1.2.1. Sejarah

Kata fundamentalisme pertama kali muncul dalam serangkaian tulisan keagamaan,
yang pada tahun 1910-1915 terbit di Amerika Serikat di bawah judul "The
Fundamentals." Sub judul tulisan tersebut adalah "A testimony to truth" (Sebuah
kesaksian atas kebenaran). Tahun 1919, kaum Kristen Protestan yang menerbitkan
rangkaian tulisan tersebut, mendirikan sebuah organisasi yang mendunia, yakni
"World's Christian Fundamentals Association." Dari sini, lahirlah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan jenis kepercayaan Kristiani semacam ini, yang
dengan cepat diadaptasi dalam pembicaraan-pembicaraan ilmiah. Istilah ini baru
belakangan meluas ke agama-agama lainnya dengan manifestasi serupa, dan pada
akhirnya bahkan juga ke bentuk-bentuk orientasi dan organisasi non-agama, yang
memiliki sejarah yang panjang.

Ada empat "kebenaran dasar" (fundamentals) utama yang tidak dapat digeser, yang
menjadi ciri gerakan-gerakan ini:
1. Pesan "kebenaran" secara tertulis yang bebas dari kesalahan, seperti Alkitab, Al-
Quran, Veden, Adi Granth, dsb. Dan sebuah keyakinan pasti bahwa pesan
"kebenaran" ini tidak bisa salah.
2. Tidak berlakunya semua teologi modern dan pengetahuan yang menentang pesan
"kebenaran" ini.

545

3. Keyakinan bahwa siapa pun yang menyimpang dari perspektif fundamentalis, ia
bukanlah orang beriman yang sesungguhnya.
4. Keyakinan yang dalam praktiknya biasanya lebih nyaring diserukan
dibandingkan dengan yang tertulis, bahwa pemisahan antara gereja dan Negara
harus dihapuskan, agar ketika terjadi benturan antara peraturan-peraturan politik
dengan keyakinan dasar agama, ada kontrol agama terhadap politik.

Jika dilihat berdasarkan ciri-ciri ini, fundamentalisme sudah ada jauh sebelum istilah
ini lahir, yaitu sejak awal abad ke-19. Fundamentalisme lahir di Eropa sebagai reaksi
atas filosofi Immanuel Kant yang memasukkan unsur modernisme ke dalam agama
dan teologi. Posisi modernis yang ditentang oleh fundamentalis Protestan, dan pada
akhirnya juga oleh fundamentalis Katolik, mewakili masuknya pencerahan dalam
teologi dan agama dan membatasi agama sebagai penjaga masalah-masalah moral.

Proses modernisasi yang sejak abad ke-12 sudah mulai mewarnai kebudayaan
negeri-negeri Barat secara perlahan-lahan, sejak abad ke-18 mulai mendorong
proses sekularisasi. Fundamentalisme keagamaan mencoba menjauhkan agama
dari semua ketidakpastian yang ditimbulkan oleh proses modernisasi. Ketidakpastian
yang dimaksud di sini dapat berupa ketidakpastian umum terhadap semua tuntutan
pengenalan, dan keterbukaan umum yang dimiliki semua sistem sosial terhadap
alternatif-alternatif yang tersedia. Upaya untuk menjauhkan agama dari dampak-
dampak modernisasi dilakukan melalui dogmatisasi sewenang-wenang dan dengan
memberikan semacam imunisasi buatan kepada fundamen-fundamen tertentu, agar
fundamen-fundamen ini kebal terhadap semua keraguan dan kritik yang timbul.

Studi historis keagamaan yang dilakukan oleh H. Kng menunjukkan bahwa proses
modernisasi yang serupa dapat diamati di setiap agama dunia, setidaknya sejak
abad ke-19. Di setiap tempat, fundamentalisme menjadi reaksi atas proses
keterbukaan yang terjadi. Dalam perspektif sejarah ini, fundamentalisme merupakan
upaya untuk mengikatkan paradigma lama berkenaan dengan penafsiran pribadi
suatu agama terhadap paradigma baru. Studi-studi ilmiah baru menggambarkan
bentuk-bentuk fundamentalisme Budha, Islam, Hindu, Kong-Hu-Cu, Yahudi dan
lainnya sebagai reaksi terhadap upaya atau keinginan agar agama lebih membuka
diri. Keberhasilan fundamentalisme dalam memerangi penafsiran tradisi budaya dan

546

agama modern dalam budaya yang sangat beragam dan tergantung pada gejolak
sejarah. Inti persoalannya selalu berkisar pada pemisahan antara negara dan
agama. Fundamentalisme sebagai ideologi politis atau ideologi yang aktif secara
politis, selalu ditandai oleh adanya tuntutan tertentu terhadap penyatuan negara dan
agama, walaupun intensitas tuntutan ini dapat berbeda-beda.

1.2.2. Upaya-upaya memahami fundamentalisme

Upaya-upaya untuk menjelaskan asal usul dan penyebaran fundamentalisme, baik
fundamentalisme keagamaan maupun non-keagamaan, dapat ditemui di berbagai
tingkatan yang berbeda.

Di tingkat psikologis kita dapat menemukan motif saat fundamentalisme menjadi
tempat pelarian ke sebuah kepastian yang absolut, di tengah segala ketidak-pastian
yang dibawa oleh kehidupan modern. Alasan yang mendasarinya adalah ketidak-
mampuan untuk menangani situasi yang terbuka dan beragam.

Di tingkat sosial, motif yang berkembang biasanya untuk mengamankan identitas
sosial dalam sebuah masyarakat yang pluralistis.

Di tingkat politis, bisa jadi motifnya adalah karena kurangnya kesediaan untuk
menyesuaikan diri dengan relativisme politik demokrasi.

Di tingkat antropologis juga dapat ditemukan motif yang berangkat dari anggapan
bahwa manusia tidak akan dapat eksis tanpa ada suatu alasan yang mendasari
keberadaannya.

Fundamentalisme tidak akan menimbulkan masalah sejauh gerakannya terbatas
pada upaya pribadi atau kelompok untuk memperoleh keyakinan bagi diri mereka
sendiri. Fundamentalisme akan menimbulkan masalah ketika apa yang mereka
pandang sebagai keyakinan dianggap akan benar-benar aman apabila keyakinan
ini diberlakukan bagi semua orang, dan, jika perlu, dapat dipaksakan dengan
kekuatan.


547

Gerakan fundamentalis baru berbentuk dan berkembang jika berada di bawah
prasyarat tertentu dan disaat ada kejadian tertentu. Ini berarti bahwa,
berkembangnya dukungan massa terhadap fundamentalisme bergantung pada
faktor-faktor tertentu dan pada suatu kebetulan.

Prasyarat yang diperlukan adalah:
- Retaknya identitas dan orientasi sosio-kultural yang sudah mapan.
Negara mulai diragukan akibat meningkatnya konflik, yang pemecahannya dirasa
tidak memuaskan oleh kelompok-kelompok besar, sehingga sistem pemerintahan
dengan pejabat-pejabatnya tidak lagi dapat dipercaya (hilangnya otoritas hirarki
politik, korupsi, keretakan akibat pola-pola tradisional, dsb.).
- Pengalaman atau ancaman ketidak-pastian sosial.
Kecenderungan atau tren-tren politik dan ekonomi menunjukkan dampak yang
negatif, terjadi ketegangan sosial, dan golongan menengah serta golongan
bawah mengalami atau akan mengalami gangguan dan ketidakpastian, baik di
bidang ekonomi maupun sosial.
- Dalam situasi semacam itu, organisasi, pimpinan atau khotbah-khotbah
fundamentalistis memberikan tawaran yang meyakinkan.

Untuk itu perlu ada sebuah pesan "kebenaran" (Alkitab, Al Quran, Veden, dsb.);
seorang "utusan" yang hidup di dalam jalan ajaran kebenaran (Nabi, Guru,
pemberi pencerahan, dsb.) atau seorang pimpinan yang kharismatis; jemaat
dan jemaat yang terisolir dari dunia luar; tempat tujuan akhir seperti Surga, Dar-
ul-Islam, Promised Land (Tanah Perjanjian), masyarakat tanpa kasta, kekuasaan
atas dunia; serta adanya pihak lain di luar jemaat yang dipandang sebagai yang
"jahat," misalnya agama lain, penguasa kolonial, suku atau bangsa-bangsa lain.

1.3. Apa kritik kaum fundamentalis terhadap berbagai negara?

Kritik utama yang dilontarkan adalah yang berkaitan dengan pemisahan antara ruang
pribadi dengan publik, sebagaimana yang dilakukan negara-negara industri Barat
dalam mengatur masyarakatnya. Pengaruh Barat ini dianggap para fundamentalis
sebagai sesuatu yang merusak. Oleh karena itu mereka menuntut agar pemisahan
ini yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang tidak alami dan sewenang-wenang

548

dihapuskan kembali. Dalam supremasi hukum, pemisahan antara ruang publik dan
ruang pribadi ditegakkan melalui konsep kebebasan. Dalam demokrasi
konstitusional, konsep ini menjadi bagian dari konstitusi. Untuk memberi kebebasan
masyarakat sipil, konstitusi menjamin bahwa pemerintah tidak mencampuri urusan
pribadi warganya terutama dalam kebebasan beragama dan hidup berdampingan
dalam perbedaan sistem nilai. Ketentuan ini menjadi landasan bagi masyarakat yang
pluralistis. Ada pembatasan yang jelas di sini: agama adalah urusan (ruang) pribadi,
sementara ruang publik bersifat sekuler.

Kombinasi antara kekuatan pasar dan negara kebangsaan mengarah kepada
sebuah organisasi masyarakat yang terdiri dari sejumlah besar manusia yang tinggal
di sebuah teritori tertentu, baik yang terdefinisikan secara jelas maupun tidak. Warga
masyarakat ini disatukan oleh ikatan-ikatan ekonomis dan patriotisme. Dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil, mereka juga disatukan oleh ikatan-ikatan
persahabatan, kekeluargaan dan keagamaan. Semakin kuat perlindungan atas
ikatan-ikatan pribadi ini, misalnya melalui undang-undang yang menjamin
kebebasan, akan semakin jelas pula pemisahan antara kehidupan pribadi dengan
negara. Bentuk masyarakat semacam ini, yang berkembang luas di seluruh dunia
sejak dihapuskannya kolonialisme dan terutama sejak perang dunia kedua, tidak
dapat diterima oleh kaum fundamentalis agamis, dan dalam kasus tertentu juga oleh
para fundamentalis etnis.

1.4. Apa kritik kaum fundamentalis terhadap perekonomian?

Pandangan kaum fundamentalis terhadap perekonomian merupakan reaksi atas
sistem ekonomi yang ada serta perubahan-perubahan yang dialaminya, yang dipicu
oleh revolusi industri, meluasnya pemerintahan yang sekuler dan revolusi informasi,
yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang tidak adil. Ada persepsi dalam
masyarakat bahwa modernisasi telah merusak pribadi, memecah-belah masyarakat,
memecah-belah pengetahuan manusia, dan menggantikan nuansa persaudaraan
yang dapat ditemui dalam perekonomian pra-modern dengan persaingan usaha
yang tidak manusiawi, atau persaingan yang getir dalam memperebutkan
sumberdaya publik. Persepsi ini dapat ditemui baik dalam masyarakat yang kaya
maupun yang miskin.

549


Tetapi, kritik ekonomis para fundamentalis terhadap sistem perekonomian ini tidak
didasari pada satu pandangan. Pandangan dan gagasan mereka terhadap
perekonomian berbeda berdasarkan asumsi-asumsi yang sangat beragam dan tidak
memiliki persamaan.

Agenda ekonomi Hindu didorong keinginan untuk mempertahankan perekonomian
tradisional india yang sangat tertutup dan terlindung dari kompetisi luar negeri, dan
mencegah terjadinya keterbukaan. Kebijakan ini memberi keuntungan pada pemilik
toko dan pengusaha, tetapi melukai kepentingan publik sebagai konsumen.

Perekonomian Islam merupakan bagian dari sebuah perjuangan yang luas yang
bertujuan mematahkan dominasi Barat dan mengembalikan supremasi masyarakat
Islam. Berbagai kontribusi dalam perekonomian Islam belakangan ini menutupi
motivasi dasar tersebut dan berusaha memberi kesan bahwa yang ingin mereka
capai hanyalah keadilan dan efisiensi saja.

Sistem ekonomi Budha mendahulukan berbagai peraturan yang menjamin status
sosial-ekonomi para pendeta Budha. Tujuan yang mereka ungkapkan terdengar
lebih mulia, yakni bahwa yang menjadi agenda mereka adalah pembebasan individu
dari belenggu materialisme.

Konsep ekonomi Kristen Protestan berbeda dari perekenomian liberal. Kritik yang
mereka ajukan tidaklah menentang setiap pemerintahan secara mutlak, melainkan
hanya menentang pemerintahan non-Kristiani.

Walaupun gagasan ekonomi dan tujuan yang ingin dicapai kaum fundamentalis
berbeda-beda satu dari yang lainnya, tetapi mereka sepakat dalam mengritik sistem
perekonomian dunia. Semua percaya bahwa degradasi moral adalah akar dari
semua penyakit masyarakat modern. Pemerintahan yang tidak religius dan
pendidikan sekuler membiarkan egoisme tidak terbendung dan telah merusak naluri-
naluri yang mulia.


550

Pandangan kaum fundamentalis tentang perekonomian dunia mendorong manusia
untuk memikirkan kepentingan sosial dalam mengambil keputusan ekonomi, yakni
dengan memasukkan komponen moral ke dalam sistem (ekonomi).

1.5. Apa yang dikehendaki kaum fundamentalis yang aktif dalam politik?

Pada dasarnya para aktivis politik memiliki tiga agenda utama yang secara singkat
dapat disebut sebagai: "eksodus", "persatuan" dan "paksaan".

1.5.1. Eksodus

Yang dimaksud dengan eksodus adalah bahwa para fundamentalis menuntut
kelompok mereka dapat memisahkan diri dari masyarakat umum jika mereka
menginginkan hal tersebut, dan bahwa mereka tidak perlu tunduk pada norma-norma
masyarakat. "Pemisahan" ini merupakan opsi yang menarik untuk berbagai alasan.
Jika kaum fundamentalis keberatan atas diterapkannya sistem sosial yang
memisahkan ruang pribadi dengan ruang publik, akan lebih baik bagi mereka jika
meninggalkan sistem tersebut. Oleh karena itu, mereka lebih ingin tinggal di sebuah
sistem yang lebih kecil tapi homogen. Pemisahan dari masyarakat dapat terjadi
dalam berbagai bentuk dalam wujud yang ekstrem maupun tidak terlalu ekstrem.

Yang paling ekstrem adalah pembentukan sebuah negara baru, seperti yang
diinginkan oleh kaum Sikh di Punjab atau kaum Tamil di Sri Lanka. Sang Guru Tara
Singh merumuskannya sebagai berikut: "Orang-orang Hindu membentuk Hindustan,
orang-orang Muslim membentuk Pakistan, bagaimana dengan kaum Sikh?"

Pada akhirnya bentuk-bentuk pemisahan semacam ini mengandung tujuan yang
tidak sesuai dengan konsep negara kebangsaan. Sekarang ini, kaum disiden agamis
(pengritik rezim yang secara terang-terangan menentang politik yang dijalankan
pemerintah) tidak lagi dapat membentuk sebuah negara baru seperti para pendiri
negara atau peziarah jaman dulu, melainkan harus merebut negaranya seperti
kaum Sikh ingin merebut Punjab dari India. Di sini jelas bahwa "penarikan diri"
sebagai solusi untuk konflik agama, dan bahkan konflik etnis, merupakan sumber
perang saudara.

551


Yang tidak terlalu radikal adalah pembentukan sebuah enklaf tertentu di dalam
sebuah masyarakat sekuler. Langkah ini adalah seperti yang dilakukan kaum Amish
di Amerika dan kaum Haredim (Yahudi ultra-ortodoks) di Israel.

Tetapi enklaf ini kurang disenangi karena beberapa alasan. Negara maju
menyediakan berbagai sarana umum untuk warganya, misalnya pertahanan
nasional, jalan-jalan umum, sekolah, dan bahkan sistem pemerintahan. Kelompok
masyarakat yang memisahkan dirinya seperti kaum Amish atau Haredim menolak
memberikan kontribusi tertentu, meskipun mereka mengambil keuntungan dari
sarana-sarana tersebut. Kaum Haredim di Israel, misalnya menolak wajib militer
meskipun mereka turut menikmati perlindungan yang disediakan oleh militer di
negaranya. Kaum Amish tidak bersedia membayar sumbangan sosial atau bekerja di
dinas-dinas umum. Situasi ini tentu akan membawa ketegangan tertentu di dalam
masyarakat, dan tidak selalu dapat diatasi secara politis. Ironisnya, enklaf semacam
ini hanya dapat bertahan dalam sistem demokrasi liberal, di mana toleransi
masyarakat memberi kesempatan kepada mereka untuk tetap eksis. Dan dengan
demikian, justru sistem liberalismelah yang kerap memberi kontribusi, sehingga
musuh masyarakat pluralis ini dapat mengkonsolidasi diri dan memapankan
eksistensinya.

Solusi yang lebih tidak radikal lagi adalah pemusatan geografis yang sederhana dan
terisolir. Tapi ini biasanya hanya dapat terjadi di negara-negara besar seperti
Amerika Serikat yang diperintah dengan asas-asas federal. Negara dengan
struktur federal seringkali dituntut untuk memberikan fasilitas yang memungkinkan
agama-agama tertentu dapat menyesuaikan diri. Sebagai contoh, tuntutan akan
peningkatan federalisme di Nigeria yang menginginkan agar kaum Muslim mendapat
lebih banyak peluang untuk berkembang. Meskipun masyarakat mungkin tidak
menentang isolasi geografis ini secara negatif, tapi daerah semacam itu tetap
menjadi hambatan dalam pembangunan menuju kebebasan komunikasi dan
teknologi transportasi. Pembangunan-pembangunan ini menembus batasan-batasan
yang ada dan mengintegrasikan kelompok penentang tersebut secara paksa.



552

1.5.2. Persatuan

Alternatif lain selain pemisahan diri adalah persatuan. Ini adalah bentuk perjuangan
untuk mengatasi pemisahan antara ruang pribadi dan ruang publik. Para pendukung
ide persatuan memperjuangkan penghapusan pemisahan ruang pribadi dan ruang
publik yang mereka pandang sebagai sesuatu yang tidak alami dan merusak.
Mereka lebih memilih untuk mengubah sistem daripada keluar dari sistem tersebut.
Tampaknya semakin kalah mereka, semakin keras pulalah perjuangannya. Atau
dengan kata lain, mereka akan semakin meningkatkan tuntutannya manakala tingkat
pluralitas masyarakat meninggi. Karena itu, mereka berusaha untuk mengembalikan
elemen-elemen agama ke dalam wilayah publik. Kembalinya doa-doa di sekolah-
sekolah umum di Amerika Serikat bisa dijadikan contoh di sini.

Kaum Haredim di Israel juga semakin giat dalam kegiatan politik, walaupun mereka
tidak terlalu menekankan penyebarluasan keyakinan agama mereka, melainkan lebih
menaruh perhatian dengan mengkonsolidasi apa-apa yang sudah mereka capai
selama ini, yakni yang mereka anggap akan terancam keberadaannya.

Di Iran lain lagi kasusnya. Ketika Shah berkuasa di Iran, kaum Muslim merasa
bahwa tradisi mereka terancam bahaya sehingga mereka mulai balas dendam.
Tetapi rencana mereka jauh lebih radikal dan berhasil sampai suatu tingkat tertentu.
Mereka membentuk pemerintahan Islam berdasarkan visi Khomeini, dengan
diberlakukannya hukum Islam.

1.5.3. Paksaan

Selain tuntutan "pemisahan" dan "persatuan", masih ada tuntutan lain yaitu
"paksaan". Ini adalah misi yang menuntut dihapuskannya kebebasan beragama dan
dilakukannya integrasi paksa terhadap pemeluk agama lain, atau dikucilkannya
mereka dari masyarakat. Ini benar-benar merupakan tuntutan yang paling ekstrem.
Dalam suatu masyarakat, bisa saja ditetapkan suatu agama resmi yang ikut
mempengaruhi urusan-urusan publik, tanpa membatasi kebebasan setiap pribadi
untuk mengambil keputusannya sendiri dan memeluk agama yang dipilihnya. Justru
inilah yang ditolak oleh kaum fundamentalis, sehingga mereka melakukan "paksaan-

553

paksaan." Sebagai contoh adalah apa yang terjadi terhadap kaum Baha di Iran.
Kepercayaan mereka dinyatakan sebagai sampah oleh ajaran Islam radikal kanan,
dan dijatuhi hukuman mati. Kasus lain adalah kampanye yang dilakukan terhadap
kaum Minoritas Ahmadiah di Pakistan. Sebuah Undang-undang tahun 1984
melarang mereka untuk "menyebut dirinya sebagai orang Muslim, menyatakan
agamanya sebagai Islam, menggunakan terminologi Islam, menyuarakan adzan,
dsb." Undang-undang semacam ini benar-benar menunjukkan diputuskannya
penghapusan pembatasan antara negara dan agama. Peraturan ini tidak hanya
mencampurkan agama ke dalam kehidupan publik, melainkan meniadakan ruang
pribadi secara total.

1.6. Tinjauan tentang tahap-tahap perkembangan dan manifestasi gerakan
fundamentalis

1.6.1. Tahap-tahap perkembangan

Fundamentalisme mengalami berbagai tahap perkembangan, yang masing-masing
tergantung pada beberapa faktor dan prasyarat internal. Termasuk di sini adalah
pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh, kondisi struktur masyarakat dan
ketentuan-ketentuan internal gerakan tersebut.

Pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh

- Agama-agama mapan di lingkungan terdekat
- Pemerintahan yang sekuler
- Masyarakat sipil
- Kompetisi agama
- Kompetisi etnis-nasional
- Imperialisme dan neo-kolonialisme

Kondisi struktur masyarakat

- Agama

554

Agama setempat yang menjadi asal-usul fundamentalisme adalah salah satu
faktor terpenting untuk menjelaskan gerakan fundamentalistis. Di sini penting
diajukan pertanyaan, apakah agama tersebut merupakan agama yang hirarkis
seperti Gereja Katolik, semi hirarkis seperti Islam Syiah, berbentuk jemaat
(kongregasi) seperti kaum Protestan dan Islam Suni, atau tidak teratur seperti
Hindu, Sikh dan Budha. Sementara agama yang berbentuk hirarkis atau semi
hirarkis hampir tidak memungkinkan kelompok fundamentalis memisahkan diri
dari agama tersebut, agama yang memiliki bentuk kongregasional atau tidak
teratur justru membuka peluang yang besar untuk itu.

- Pendidikan
Sistem pendidikan yang sekuler dan media yang menyebarkan pengetahuan
dan informasi terus-menerus mengancam agama. Karena itu, sebagai usaha
pertahanan dan kelak juga untuk dapat memanfaatkan instrumen-instrumen
ini kaum fundamentalis mempengaruhi sekolah-sekolah dan media, serta
berusaha untuk dapat mengontrol sistem pendidikan dan informasi.

- Komunikasi
Komunikasi (surat kabar, media massa, film, televisi, dsb.) memiliki fungsi
yang berbeda terhadap gerakan fundamentalis. Pada dasarnya, akses yang
bebas ke media membantu penyebaran informasi dan mengancam standar-
standar moral serta keyakinan beragama dan penerapannya. Di kalangan
generasi yang maju, pemimpin fundamentalis dapat memanfaatkan peluang
yang disediakan oleh media (tele-evangelisation/penginjilan melalui televisi),
dibukanya bank data untuk mengirimkan surat elektronik/e-mail, penggunaan
kaset rekaman, pemanfaatan internet, dsb. Ini adalah beberapa contoh
metode yang digunakan di berbagai negara untuk menyebarkan misi mereka.

- Masyarakat Sipil
Keberadaan organisasi-organisasi sipil yang kuat seperti serikat buruh yang
independen, federasi majikan, asosiasi-asosiasi dan perkumpulan, media
komunikasi yang independent dan partai-partai politik, memberi kemungkinan
untuk sebuah pemecahan sekuler atas kriris sosial. Tidak adanya organisasi
sipil atau organisasi sipil yang lemah akan mendorong pembentukan

555

kelompok fundamentalis. Harus diingat bahwa, faktanya, justru di negara-
negara Islam, masyarakat sipil seringkali diperlemah melalui intervensi
negara.

- Struktur sosial
Struktur sosial dan konflik internal memberikan pengaruh terhadap peluang
untuk membentuk kelompok-kelompok fundamentalis sehingga mereka dapat
berkembang dan menjadi militan. Contoh yang cocok untuk kasus ini adalah
pemisahan antara Sephardim dan Askhenazim di Israel, yang memungkinkan
Kahane membentuk sebuah kelompok fundamentalis.

- Mobilitas
Migrasi dari suatu daerah dapat menyebabkan minoritas yang tertinggal ingin
melindungi dirinya dari luar dengan cara mengisolir diri. Sikap ini dapat
membuat mereka berada dalam jalur fundamentalis. Migrasi ke suatu daerah
dapat memicu aksi dan reaksi fundamentalistis di kedua belah pihak. Misalnya
karena minoritas yang bermigrasi berusaha melindungi diri dan ingin memiliki
pengaruh di lingkungan baru yang asing, sementara penduduk setempat di
lain pihak, merasa terancam oleh pendatang-pendatang baru tersebut dan
perlu melindungi gaya hidup mereka dari pengaruh asing serta nilai-nilai baru
dengan cara-cara fundamentalistis.

- Struktur etnis-linguistis-regional
Latar belakang historis yang dimiliki oleh komposisi etnis-linguistis dan
regional sebuah masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap
hubungan antara kelompok etnis dan regional. Penundukan atau pemanfaatan
suatu kelompok etnis atau regional oleh kelompok lainnya, dan ketegangan
historis antar-etnis yang berlangsung dalam jangka waktu lama, dapat memicu
perasaan dendam. Perpecahan yang penuh kekerasan ikut memberikan
kontribusi yang mengakibatkan terjadinya insiden-insiden yang lebih banyak
lagi. Oleh karena itu, gerakan agamis yang militan dan perpecahan dalam
sebuah masyarakat yang heterogen seringkali diwarnai oleh karakter etnis.

- Perkembangan ekonomi

556

Kekuatan-kekuatan fundamentalis biasanya dapat ditemukan di antara
mereka yang kurang berpendidikan, miskin, terbelakang, berasal dari desa,
atau lapisan masyarakat yang kurang "modern." Oleh karena itu depresi,
resesi ekonomi, inflasi, aksi mogok dan pengangguran menjadi lahan yang
subur dan potensial bagi fundamentalisme.

- Legitimasi institusi pemerintah dan pimpinan
Otoritas pemerintah yang lemah serta kurangnya penerimaan terhadap
institusi dan pimpinan politik, menjadi titik target bagi kelompok fundamentalis.
Keadaan ini mereka manfaatkan untuk penyebaran ajaran mereka, berkaitan
dengan kebetulan-kebetulan lain yang muncul.

- Pengaruh internasional
Pengaruh imperialisme barat (baik yang nyata maupun yang mungkin terjadi)
terhadap lahirnya fundamentalisme tidak dapat diabaikan. Perdagangan
internasional dan sektor-sektor sekuler seperti pertukaran ilmu pengetahuan,
alih-teknologi, industri modern dan sikap IMF serta Bank Dunia seringkali
dipandang sebagai aksi-aksi eksploitatif dan kolonialis kekuatan Barat
terhadap negara-negara berkembang.

Syarat-syarat gerakan

- Pengalaman Sejarah
Pengalaman masa lalu sebuah kelompok, terutama yang berada dalam posisi
penuh tekanan, eksploitasi, pengejaran, dan terlebih yang kehilangan
pengaruh akibat dekolonialisasi atau demokratisasi, merupakan faktor-faktor
penentu yang mendukung pembentukan kelompok fundamentalis.

- Perkembangan
Tingkat militansi kelompok fundamentalis pada umumnya tergantung pada
perkembangan mereka dan pengalaman yang mereka miliki. Keberhasilan
atau kegagalan sebuah strategi akan menentukan strategi berikutnya yang
mereka terapkan, baik yang semakin menambah ataupun yang mengurangi
penggunaan kekerasan.

557


- Organisasi
Struktur internal organisasi, ikatan internal, pimpinan yang kharismatis,
otoritas dan sikap organisasi merupakan faktor-faktor yang menentukan
perkembangan kelompok fundamentalis.

- Orientasi Ideologis
Orientasi millenaris: Sikap kelompok fundamentalis ditentukan oleh
pandangan mereka terhadap saat tibanya atau diungkapkannya "kebenaran."
Apabila tujuan yang diperjuangkan berada dalam kurun waktu messianik,
maka sikapnya ini tergantung pada waktu kedatangan sang messias dan
menjadi prasyarat bagi kedatangannya (pra-millenium atau post-millenium).
Apabila tujuan ini berada dalam kurun waktu historis, gerakan ini biasanya
menjadi lebih militan.

Yakin bahwa imannya benar: Untuk itu perlu adanya sebuah pesan yang
"benar" seperti Alkitab, Al Quran atau Hadits, Veden, Adi Granth, dsb., dan
penetapan atau tujuan akhir yang hendak dicapai seperti Surga atau neraka,
Dar-ul-Islam, Promised Land (Tanah Perjanjian), masyarakat tanpa kasta,
kekuasaan atau orang lainnya yang didasari chauvinisme dan sebagainya.

Isolasi: Selalu ada komunitas yang secara tegas membentengi diri mereka
dengan dunia luar. Di sini tidak ada sistem organisasi yang terbuka, karena
dapat mengancam keberadaan komunitas. Pembatasan dengan dunia luar
yang jahat, dari orang-orang "lain" (agama-agama lain, penguasa kolonial
atau penjajah, kelompok etnis lain atau kekuasaan imperial atau bangsa-
bangsa lain), merupakan salah satu instrumen ideologis yang terpenting.

Faktor-faktor ini menentukan strategi yang diterapkan oleh sebuah gerakan. Ada
empat strategi yang terkadang dapat digunakan secara berurutan, dan adakalanya
bisa dipakai secara simultan.




558

1.7. Strategi fundamentalisme

Strategi-strategi ini terdiri dari:
- Strategi Penyangkal Dunia
- Strategi Pencipta Dunia
- Strategi Pengubah Dunia
- Strategi Penakluk Dunia

1.7.1. Strategi penyangkal dunia

a. Strategi melindungi diri sendiri
Para penyangkal dunia mencari kemurnian dan perlindungan bagi diri mereka
sendiri. Mereka berusaha menarik diri dari dunia luar dan hidup dalam sebuah dunia
dengan norma-norma yang mereka ciptakan sendiri. Keberadaan kelompok seperti
ini tidak mengancam.

b. Strategi celah untuk bertahan hidup
Peran sebagai penyangkal dunia seringkali diambil oleh kelompok-kelompok yang
mengalami kegagalan atau yang strateginya tidak berhasil. Dalam kasus ini,
kebangkitan kembali kelompok mereka setelah kurun waktu tertentu perlu
diperhitungkan.

c. Strategi penolakan
Strategi penyangkal dunia juga dapat digunakan oleh kelompok yang ingin merusak
negara. Mereka menolak melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai masyarakat
(wajib militer, membayar iuran kesehatan, membayar pajak, dsb.). Sikap-sikap
semacam ini dapat menimbulkan konflik yang berlangsung dalam jangka panjang
dalam masyarakat dan tidak boleh dianggap remeh.

1.7.2. Strategi pencipta dunia

Strategi pencipta dunia bertujuan membangun enklaf. Enklaf ini bersaing secara
langsung dengan dunia luar. Di dunia internal mereka (enklaf) berlaku norma-norma
"kebenaran". Jadi strategi pencipta dunia ingin membentuk struktur sosial dan

559

institusi alternatif secara menyeluruh (sebagai sebuah jaringan). Enklaf ini menjadi
alternatif yang jelas bagi "dunia yang telah jatuh" dan menjadi instrumen pembatas
yang diperlukan oleh gerakan tersebut untuk dapat bertahan hidup.

Dalam enklaf tersebut, disiplin merupakan syarat utama agar strategi dapat
dijalankan. Syarat kedua adalah pembatasan dengan dunia luar. Pembatasan ini
bisa berupa pembatasan rohani dan fisik. Pembatasan fisik dengan dunia luar dapat
berupa pemberlakuan kewajiban bagi anggota untuk hadir secara fisik dalam
kegiatan-kegiatan internal kelompok.

Misi mereka tidak ditujukan untuk memperluas visinya ke dunia luar, melainkan
hanya untuk kelompok internal mereka di dalam enklaf, juga untuk membentuk
institusi sendiri.

1.7.3. Strategi pengubah dunia

Strategi pengubah dunia berorientasi ke luar. Strategi ini diupayakan untuk
menginterpretasikan kembali struktur, institusi, undang-undang dan praktik-praktik
dalam masyarakat agar mereka dapat menebarkan pengaruhnya. Oleh karena itu,
fundamentalisme menjadi semakin sulit dilawan. Selain itu, usaha untuk mempersulit
atau mempersempit ruang gerak mereka dengan menambah peraturan-peraturan
yang memarginalisir kelompok fundamentalis tersebut, juga semakin sulit dilakukan.

Pengubah dunia ini menerapkan strategi yang lebih menyenangkan dibandingkan
dengan penakluk dunia, namun mereka juga bertujuan mempengaruhi masyarakat
dengan pandangan-pandangan mereka. Mereka lebih banyak menyediakan waktu
untuk mencapai tujuan mereka. Mereka memanfaatkan instrumen-instrumen
partisipasi yang legal serta kekuatan-kekuatan dan kesempatan dalam tingkat
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dalam upayanya, mereka bahkan sering
memperoleh dukungan kaum liberalis dan pluralis yang sebenarnya juga mereka
tentang dalam aksi-aksi mereka.




560

1.7.4. Strategi penakluk dunia

Strategi penakluk dunia bertujuan mengambil-alih kendali struktur-struktur
masyarakat yang selama ini telah membantu musuh-musuh kaum fundamentalis
untuk bertahan hidup. Setelah pengambil-alihan ini berhasil, mereka akan
menciptakan masyarakat yang non-pluralis, yang sesuai dengan "kebenaran" yang
mereka yakini. Penerapan strategi penakluk dunia ini biasanya berjalan dengan
sangat militan, dan memanfaatkan kelemahan negara atau pimpinannya.

1.8. Strategi perlawanan

Dalam memerangi gerakan fundamentalis, adalah bijak untuk bertindak sedini
mungkin untuk menghambat atau menyerang strategi mereka. Untuk itu ada
berbagai tindakan yang dapat diambil, yang dapat merampas lahan subur tempat
kelompok fundamentalis ini berpijak.
Tindakan-tindakan tersebut adalah:
1. Dukungan terhadap "good governance"
2. Memerangi korupsi, nepotisme, dsb.
3. Memperbaiki sistem pendidikan bagi masyarakat luas
4. Mendukung masyarakat sipil dalam membentuk organisasi-organisasi seperti
serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan, dsb., dan
5. Mengatasi atau meminimalisir konflik sosial internal.

Tindakan-tindakan ini terutama ditujukan untuk mengambil langkah-langkah preventif
terhadap pembentukan gerakan fundamentalis. Tapi jika kelompok fundamentalis ini
sudah terbentuk atau sedang dalam proses pembentukan, sementara langkah-
langkah di atas tidak dapat diterapkan secara cepat atau bahkan tidak dapat
diterapkan sama sekali dengan alasan apa pun juga, maka harus diterapkan strategi
lain untuk menyerang strategi yang digunakan oleh kelompok ini. Untuk itu
dibutuhkan sebuah analisa mengenai strategi yang sedang digunakan oleh mereka
pada saat itu.

Kelompok berada dalam tahap penyangkal dunia

561

Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah mengamati sejauh mana kelompok ini
membahayakan pluralisme dan kebebasan masyarakat. Apabila tidak ada ancaman
yang signifikan, tidak perlu diambil tindakan secara langsung, karena hal ini hanya
akan menarik perhatian/minat yang besar terhadap kelompok mereka sehingga
mereka dapat semakin mengisolir diri. Tapi, bagaimanapun, perilaku kelompok ini
harus diamati dan dipantau secara berkala, agar setiap perubahan yang ada dapat
disadari sedini mungkin.

Tetapi jika kelompok ini mengancam konsensus masyarakat, pemerintah secara
tegas harus menerapkan norma-norma dasar masyarakat. Selain itu disarankan pula
untuk tidak terlalu menganggap serius kelompok ini, dan bersikap terbuka terhadap
mereka.

Jika mereka mulai membangun enklaf, harus segera dihancurkan secara konsekuen.
Ini dapat dilakukan dengan cara mendiskriminasi pimpinannya di mata anggotanya
berdasarkan prinsip kelompok mereka, dengan bersikap membuka diri terhadap
anggota-anggotanya (tidak mengucilkan mereka) dan mengganggu struktur internal
organisasi mereka.

Kelompok berada dalam tahap pencipta dunia
Yang perlu dilakukan di sini adalah menghentikan pembangunan enklaf yang sudah
terlanjur berjalan. Prinsip yang berlaku di sini adalah: tidak mengejar popularitas dan
memberi perlakuan yang sama. Kita tidak boleh membiarkan diri tergelincir ke dalam
peran sebagai pihak yang jahat sehingga justeru dapat memberi kesempatan
kepada kelompok tersebut untuk memperoleh citra yang baik dalam masyarakat.
Semua hal yang dapat menghambat pembangunan enklaf atau pemisahan kelompok
dari masyarakat umum perlu dikerahkan. Langkah ini terutama dengan memberikan
tawaran integrasi secara terus-menerus, atau dengan mencegah kelompok
fundamentalis dari dari gambaran sebagai musuh.

Strategi lain yang lebih maju adalah dengan meniru sepak-terjang mereka,
menyusup ke dalam kelompok mereka dan menghancurkannya dari dalam, serta
melakukan strategi disinformasi dan juga meniru pembentukan enklaf untuk
mengembangkan keraguan dan ketidak-percayaan internal.

562


Kelompok berada dalam tahap pengubah dunia
Strategi yang terbaik untuk mencegah munculnya kelompok ini adalah dengan
mengurangi kemudahan-kemudahan bagi kelompok masyarakat seperti Gereja,
perhimpunan-perhimpunan, perkumpulan, dsb. pada saat yang tepat. Pada
dasarnya, kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada sebuah kelompok adalah
bentuk diskriminasi terhadap semua orang yang tidak menjadi bagian dari kelompok
tersebut.

Kelompok fundamentalis yang berada dalam tahap pengubah dunia, berusaha
mengajukan tuntutan akan kemudahan-kemudahan yang dimiliki kelompok-
kelompok lainnya, dan karenanya mereka menginfiltrasi masyarakat atau lembaga-
lembaga masyarakat dengan merujuk pada persamaan hak. Organisasi-organisasi
sekolah, lembaga-lembaga pendidikan, lembaga pengawasan media, dsb.
memainkan peranan khusus di sini. Kelompok fundamentalis akan berusaha
mempengaruhi setiap jalur yang ada. Mereka memanfaatkan instrumen-instrumen
partisipasi dan pengaruh kekuatan legislatif, eksekutif serta yudikatif, dan seringkali
memperoleh dukungan kaum pluralis dalam proses ini.

Desentralisasi dapat membantu mencegah serangan kelompok fundamentalis
terhadap lembaga-lembaga sosial tertentu, dengan mengurangi peraturan,
pembentukan organisasi-organisasi masyarakat sipil, dsb.

Kelompok berada dalam tahap penakluk dunia
Apabila kelompok fundamentalis mengancam norma-norma yang termaktub dalam
konstitusi, dan apabila mereka menggunakan cara-cara kekerasan, pemerintah
harus memerangi gerakan ini secara konsisten dengan memanfaatkan sarana
kekuatan dan kekuasaan negara. Bagaimanapun, sedapat mungkin harus dihindari
terjadinya situasi di mana mereka meninggal sebagai martir, karena hal ini hanya
akan memicu aksi-aksi mereka berikutnya.

Strategi lainnya yang menjanjikan keberhasilan adalah mencegah terjadinya
perubahan-perubahan ekstrem sejak dini melalui integrasi dan pembentukan
jaringan regional dan global. Solidaritas internasional dan peradilan supra-nasional

563

mendukung negara-negara dan blok regional lainnya untuk bereaksi jika terjadi
perubahan ekstrem atau serangan terhadap konstitusi.

Kelompok telah mengambil-alih kekuasaan
Apabila sebuah kelompok fundamentalis telah berhasil mengambil-alih kekuasaan
seperti di Irak, Afghanistan dan negara-negara lainnya, kepada mereka yang
memerangi kaum fundamentalis tersebut dianjurkan untuk menerapkan strategi-
strategi yang digunakan oleh kelompok tersebut, tetapi ke arah sebaliknya:
membentuk perkumpulan masyarakat yang sependirian, pembentukan enklaf,
pembentukan jaringan antar-enklaf dan melakukan penyusupan atau penghancuran
kekuasaan negara, sampai perebutan kekuasaan kembali.

Sebagai kebalikan dari strategi-strategi yang diterapkan oleh kaum fundamentalis,
strategi kaum demokrat yang dilakukan di sebuah negara yang dipimpin oleh kaum
fundamentalis jauh lebih berbahaya dan mengandung risiko, karena para aktivis
demokrat ini tidak dapat mengandalkan sistem hukum.


564

2. STRATEGI MEMERANGI KORUPSI

2.1. Upaya membuat suatu definisi

Pertama-tama haruslah dipahami bahwa tidak ada definisi korupsi yang secara
umum diterima, dan bahwa korupsi didefinisikan secara berbeda-beda oleh
masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Suatu kasus yang
jelas-jelas disebut sebagai korupsi di masyarakat yang satu, di masyarakat lainnya
dapat dipandang sebagai pembayaran sah yang harus dilakukan.

Dalam ilmu politik, secara umum berlaku definisi ini:
"Korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan dalam pemerintah, bidang usaha atau
politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain untuk memperoleh
keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum,
perusahaan atau pribadi lainnya."

Ahli-ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret, yaitu:
"Korupsi merupakan pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dengan
kontraprestasi, imbalan materi atau non-materi) bagi para pihak yang terlibat, yang
terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku,
dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki
salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum atau swasta."

Korupsi bukanlah hal baru

Korupsi sudah dikenal sejak dahulu kala. Korupsi dapat ditelusuri jauh ke belakang,
sejak komunitas manusia mulai terorganisir. Bukti-bukti dari tahun 1000 sebelum
Masehi menunjukkan adanya praktek suap di kalangan pejabat tinggi, contohnya di
masyarakat Mesir kuno, Babilonia, Ibrani, India kuno dan Cina kuno.

Korupsi terdapat di mana-mana

Korupsi dapat ditemukan hampir di tiap sistem politik. Korupsi terutama berkembang
dalam masyarakat yang kondisi organisasi negaranya lemah atau tidak dibangun

565

dengan baik. Yang dimaksud dengan kondisi organisasi di sini adalah adanya
pembagian kekuasaan, berfungsinya putusan hukum, proses administrasi yang jelas,
dan terutama masyarakat sipil yang memiliki organisasinya sendiri seperti media,
serikat buruh, lembaga (perlindungan) konsumen, dsb. Tapi korupsi juga muncul di
negara-negara yang telah memiliki lembaga-lembaga sipil semacam itu. Korupsi
menjadi topik yang aktual saat ini, terkait dengan tindak kriminal yang terorganisir.
Laporan-laporan kasus di media, statistik kepolisian dan mobilisasi politik serta opini
publik menimbulkan kesan bahwa korupsi telah meningkat secara tajam dan menjadi
delik khas masa kini. Sebenarnya tidak demikian halnya. Kesan ini lebih disebabkan
oleh publikasi besar-besaran atas kasus-kasus korupsi tersebut.

Korupsi seringkali tidak dipandang sebagai kriminalitas

Dari segi bahasa, kita cenderung memandang kasus korupsi bukan sebagai tindak
kriminal atau menggolongkannya sebagai tindakan kriminal biasa. Terkadang, kita
cenderung menganggapnya sebagai skandal atau affair (Lockheed, Watergate,
skandal dana partai) serta sebagai bentuk ekspresi yang khas dari suatu budaya
politik yang telah "mengalami dekadensi." Tetapi wewenang yang dimiliki penguasa
sekarang ini jauh lebih tinggi dari masa sebelumnya, sehingga sikap atau perilaku
yang dulu tidak pernah dipersoalkan, sekarang ini bisa menjadi "skandal" yang
besar. Jika jaman dulu undangan makan atau minum kopi bersama tidak
menimbulkan kecurigaan, sekarang tidak demikian halnya.

Korupsi menghancurkan budaya politik

Di mata warga, korupsi menghancurkan kepercayaan terhadap integritas negara,
institusinya dan pemegang jabatannya. Korupsi membangkitkan kecemasan
terhadap kondisi kehidupan bernegara dan ia memberi peringatan kepada
masyarakat bahwa negara dan budaya politik sedang diuji. Seringkali mereka
didapati dalam kondisi yang tidak cukup bersih. Karena itu struktur kekuasaan
menjadi sangat mudah dikritik oleh kekuatan-kekuatan sosial atas tindak korupsi
yang terjadi, dan kasus itu tidak dianggap sebagai kesalahan individu seperti
misalnya tidak taat pajak atau penggelapan pajak meskipun kesalahan seperti ini

566

juga menimbulkan kerugian. Oleh karena itu korupsi seringkali dimanfaatkan oleh
kelompok fundamentalis untuk menyerang sistem kekuasaan.

Korupsi di dalam sistem pemerintahan administratif modern yang demokratis, taat
hukum dan berkeadilan sosial (dalam arti bertindak secara rasional, obyektif dan
tidak memihak partai mana pun) menjadi signifikan, karena ia tidak hanya merugikan
sumberdaya utama secara eksistensial, tetapi juga merusak kredibilitas dan
legitimasi kehidupan bernegara, terutama apabila elit pimpinan terlibat di dalamnya.

Korupsi sebagai konsep tidak berbentuk

Persoalan korupsi diperhadapkan dengan ketidakjelasan istilah dan tidak adanya
bentuk yang jelas tentang pengertian ini. Istilah ini secara nyata membuka ruang
bagi munculnya berbagai keresahan dengan beragam motivasi. Korupsi didesak ke
dalam grey area antara politik dan hukum, sehingga hanya kasus-kasus atau
kelompok kasus tertentu saja yang dapat menggegerkan masyarakat dan negara
secara berkesinambungan. Contohnya adalah korupsi yang dilakukan oleh para
menteri dan penyuapan terhadap anggota parlemen. Dalam kasus seperti ini,
biasanya tidak ada korban individu secara langsung, karena yang dirugikan biasanya
adalah anggaran negara atau badan usaha. Pengamatan dan pengungkapan kasus
ini tergantung pada struktur, intensitas dan pengawasan internal institusi yang
dirugikan, juga hukuman yang dijatuhkan. Oleh karena itu masih terus diperdebatkan
apakah kasus korupsi memang benar-benar meningkat atau apakah hal ini dirasakan
demikian karena kepekaan masyarakat umum telah berubah.

2.2. Faktor-faktor yang mendorong korupsi

Konstelasi yang cenderung mendukung terjadinya korupsi adalah:
1. Kedekatan sistemik dan kontak yang intensif antara kelompok pengusaha dan
pemerintah.
2. Arus informasi yang tidak terbuka dan disampaikan hanya kepada orang-orang
tertentu
3. Wewenang dan keleluasaan yang terlalu besar yang dipercayakan kepada
karyawan

567

4. Batasan yang kabur antara hal-hal yang dapat diterima masyarakat dan perbuatan
yang melanggar hukum
5. Kurangnya kesadaran korban (pihak yang dirugikan) bahwa mereka diperlakukan
tidak adil.

Tidak adanya kesadaran akan ketidakadilan ini dalam kasus-kasus pidana
sekalipun oleh beberapa pengamat dijadikan indikator mengenai penurunan
standar nilai yang dapat diamati di dalam masyarakat. Departemen-departemen
yang dianggap sebagai tempat utama terjadinya tindak korupsi adalah departemen
yang berhubungan dengan pengadaan tender, pemberian ijin serta pengadaan
barang.

Jelaslah bahwa, risiko korupsi meningkat di tempat-tempat di mana mekanisme
pengawasan di tingkat pemerintahan sangat terbatas atau tidak berfungsi sama
sekali. Lebih jauh dapat dipastikan bahwa korupsi sangat subur di tempat-tempat di
mana beredar sejumlah besar dana dan terdapat ketergantungan eskternal di sana.
Hal ini dapat terjadi, jika:
1. Direncanakan proyek besar yang terkait dengan modal yang besar;
2. Penyandang dana Internasional (IMF, Bank Dunia, Uni Eropa, dsb.) memulai
proyek-proyek pembangunan yang besar, sementara negara penerima belum siap;
3. Negara merupakan satu-satunya penerima atau konsumen produk tertentu,
misalnya perelengkapan militer.

Batasan antara korupsi dan perilaku yang dapat diterima masyarakat sangat tipis

Dalam konteks ini, rumusan yang terkandung dalam undang-undang pidana bisa
sangat bermasalah. Contohnya adalah, di berbagai negara, pendekatan langsung
kepada perusahaan tertentu untuk memberikan suatu tugas tertentu dapat diancam
hukum pidana, sementara pemberian insentif atau pembayaran di muka tidak
dianggap sebagai suatu kesalahan. Pemberian insentif di sini bisa berupa
pembayaran dalam berbagai bentuk tanpa ada kesepakatan bahwa pembayaran
itu dimaksudkan untuk imbalan atau kontraprestasi atas jasa yang telah diberikan
sebelumnya. Hal-hal semacam itu, yang dilakukan untuk memperoleh preferensi
pihak lain, seringkali menjadi awal korupsi yang sesungguhnya. Karena itu, batasan

568

antara tindakan-tindakan yang diancam hukum pidana dan yang tidak walaupun
seringkali tidak etis sangatlah tipis, sehingga pengawasan makin sulit dilakukan.
Termasuk di dalamnya praktik suap terhadap anggota parlemen, yang biasanya
diancam hukum pidana.

Praktik lobi, di lain pihak, tidak saja diijinkan secara resmi, tetapi bahkan disertai
dengan kemudahan-kemudahan tertentu (akses bertemu anggota parlemen
dipermudah, dsb.). Lobi adalah bentuk partisipasi dalam kegiatan politik sebuah
pemerintahan yang tidak diatur dalam konstitusi. Lobi dilakukan dengan cara
mempengaruhi pihak-pihak yang secara konstitusional memiliki wewenang untuk
turut menentukan kehendak politik serta menjalankan keputusan yang diambil.
Sekarang ini pelobi jarang sekali berasal dari warga biasa, tetapi pada umumnya
merupakan wakil-wakil institusi atau organisasi tertentu (kelompok kepentingan,
serikat buruh, gereja, yayasan, dan perusahaan-perusahaan besar). Para pelobi ini
biasanya melakukan pendekatan langsung kepada anggota-anggota parlemen,
pejabat pemerintah, hakim, dsb.

Praktik lobi dapat ditemui di setiap tingkatan di mana keputusan-keputusan politik
diambil dan suatu kebijakan akan diterapkan, yakni di tingkat pemerintahan lokal,
regional, nasional dan bahkan supra-nasional.

Lobi dapat ditemui dalam setiap sistem politik. Para pelobi yang berada dalam
sebuah sistem politik yang demokratis dan pluralistis biasanya bukan orang yang
termasuk dalam struktur aparat pemerintahan, sementara dalam sistem politik yang
otoriter, para pelobi biasanya adalah justru orang-orang yang menjadi bagian dari
hirarki dalam kekuasaan itu sendiri.

Para pelobi dapat memberikan pengaruh melalui pemberian uang (baik secara
langsung maupun tidak langsung), janji tertentu atau tekanan politik. Lobi biasanya
dilakukan di tempat-tempat yang dianggap sebagai pusat kekuasaan. Oleh karena
itu, lobi, misalnya, dapat bergeser dari parlemen ke birokrasi.

Praktik lobi bisa memiliki pengaruh yang terutama merusak, dan kedekatannya
dengan tindak korupsi lebih tampak pada negara-negara kesejahteraan. Berbeda

569

dengan negara minimal atau negara penjaga malam, yang tugasnya hanyalah
memastikan bahwa hukum ditegakkan, di negara-negara kesejahteraan, praktik lobi
bermuara pada terlibatnya negara di dalam perebutan alokasi-alokasi di dalam
masyarakat. Hal ini bisa melemahkan posisi pihak yang berwenang.

. Korupsi tidak terlalu setara dan bidang-bidang korupsi bisa sangat beragam

Praktik suap dan pemberian preferensi di kantor-kantor publik hampir dipastikan
merupakan tindak pidana. Tapi ada perbedaan yang serius dalam skala dan
jangkauan antara pemberian sejumlah kecil uang untuk memperlancar urusan
tertentu (misalnya saat memperpanjang paspor agar lebih cepat mendapat
pelayanan), dengan penyuapan partai secara besar-besaran atau penyogokan
pejabat negara. Oleh karena itu, jika sebuah kasus korupsi muncul ke permukaan,
akan dibedakan apakah kasus ini merupakan kasus korupsi ringan atau berat, dan
apakah kasus ini terjadi di bidang publik atau swasta atau yang disebut juga sebagai
korupsi di bidang ekonomi. Sejak kegiatan-kegiatan olahraga dikomersialkan pun,
tidaklah mengherankan jika kasus korupsi juga dapat ditemui di wilayah ini (FIFA,
UEFA, IOC, dsb.).

Di bidang politik, sebuah kasus digolongkan sebagai korupsi jika kasus tersebut
merupakan pelanggaran terhadap kepentingan umum yang dilakukan dalam sebuah
jabatan yang harus dipertanggungjawabkan secara publik. Dewasa ini, pelanggaran
semacam itu menjadi fokus utama dalam masalah korupsi. Pembatasan antara hal-
hal yang biasa dan pantas dilakukan (misalnya pemberian perhatian kepada rekan
bisnis) dengan hal-hal yang tergolong tindak pidana lebih sulit dilihat di bidang
swasta dibanding di bidang publik. Tingkat korupsi di bidang swasta masih
diperselisihkan, dan lebih jauh perlu dipertimbangkan, bahwa kasus korupsi di
bidang ini biasanya merupakan hubungan timbal-balik yang bersifat sukarela, dan
bukan sesuatu yang dipaksakan dengan menggunakan kekerasan. Meskipun begitu,
tetap ada kasus di mana hubungan ini berubah menjadi pemerasan dan tindak
kekerasan melalui kejahatan yang terorganisir.




570

2.3. Bidang-bidang yang memungkinkan perilaku korup

Korupsi di bidang administrasi publik tidak ditemukan dalam politik atau administrasi
itu sendiri, tetapi ada pada bidang perpotongan antara sektor swasta dan sektor
usaha. Kemunculan korupsi di bidang perpotongan ini sudah dapat diduga, sehingga
bidang-bidang perpotongan ini sebaiknya diperiksa lebih lanjut. Perilaku di sektor
publik dan sektor swasta dalam bidang-bidang ini sebaiknya juga ditelaah lebih
seksama.

Di sektor publik, pertama-tama kita perlu memperhatikan tiga penyangga kekuasaan
negara (eksekutif, legislatif, yudikatif). Ketiga penyangga ini berpotongan dengan
sektor swasta dalam berbagai bentuk, dan beragam jenis korupsi dapat terjadi di
setiap bentuk tersebut.

Kini mari kita tinjau pihak eksekutif terlebih dulu, karena pihak eksekutif inilah yang
paling banyak berhubungan dengan sektor swasta.
Bidang-bidang perpotongannya adalah sebagai berikut:
- Pihak eksekutif sebagai penyedia jasa
- Pihak eksekutif sebagai pembeli
- Pihak eksekutif sebagai pemberi kerja
- Pihak eksekutif sebagai penegak hukum
- Pihak eksekutif sebagai pemilik aset (barang, mesin), dan
- Pihak eksekutif sebagai badan yang mengeluarkan izin.
Contoh-contoh korupsi yang terjadi dalam bidang perpotongan pihak eksekutif:

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat
Pihak eksekutif sebagai
penyedia prestasi/jasa

Meminta bayaran. Jika
tidak, menolak untuk
memberikan prestasi
Tidak memberikan
perawatan di rumah
sakit, apabila pasien
tidak menyatakan
kesediaan menjadi
donor darah.
Orang-orang yang
bekerja di bagian
administrasi rumah sakit
Pasien atau keluarganya
Meminta bayaran. Jika
tidak, menolak untuk
memberikan prestasi
Tidak mau mengangkut
sampah
Pekerja dinas kebersihan
Pembayar iuran
Tidak mau
menyediakan formulir
Birokrat
Warga
Siswa hanya naik kelas
apabila disertai
pembayaran sejumlah
Guru
Orang tua

571

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat
uang
Manipulasi pajak Pajak akan diturunkan
apabila pejabat dinas
pajak memperoleh
bagian, pengalihan
pajak
Pegawai pajak
Pembayar pajak
Pihak eksekutif sebagai
pembeli

Meminta bayaran,
barang atau jasa, jika
tidak, tidak mau
membeli
Pembayaran sejumlah
uang dalam bentuk
tunai atau lainnya
Pembeli
Penjual
Sebagian barang yang
dibeli dikirim ke alamat
yang lain
Pembeli
Penjual
Jasa dalam bentuk lain Pembeli
Penjual
Penyedia jasa
Keuntungan bagi kedua
belah pihak berupa
uang
Kualitas pemberian jasa
atau spesifikasi barang
yang dibeli tidak diuji
Pembeli
Penjual
Pihak eksekutif sebagai
pemberi kerja

Kolusi dan nepotisme Mempekerjakan sanak
saudara dan kenalan
Bagian personalia atau
pimpinan
Keluarga/teman
Jasa tambahan secara
sukarela atau dengan
paksaan
Naik pangkat setelah
memberikan bayaran
atau jasa
Bagian personalia
Karyawan
Diterima bekerja
dengan memberikan
bayaran atau jasa
Bagian personalia
Pencari kerja
Transfer dana umum ke
dalam kas pribadi
Mempekerjakan pekerja
bayangan (yang
sebenarnya tidak ada)
Bagian personalia
Penerima
Menggunakan tenaga
kerja yang ada untuk
urusan pribadi
Pimpinan
Pekerja
Pihak eksekutif sebagai
penegak hukum

Pembayaran tambahan
ilegal yang dipaksakan
Membayar sejumlah
uang agar dibebaskan
dari tuduhan palsu yang
dilontarkan polisi
Polisi
Warga
Perlindungan preventif
dari ancaman setelah
membayar sejumlah
uang
Pembayaran uang
keamanan kepada polisi
Pembayaran tambahan
ilegal secara sukarela
Bebas dari pemeriksaan
setelah membayar
sejumlah uang
Polisi, Bea cukai,
Pengawas, Warga
Pihak eksekutif sebagai
pemilik barang dan
mesin
Pemanfaatan barang
milik negara untuk
kegunaan pribadi
Pemanfaatan barang
dan mesin untuk
keuntungan pribadi
Pimpinan
Penanggung jawab
barang dan mesin
Pengguna
Penjualan harta benda
secara ilegal
Menjual harta benda
dibawah harga yang
pantas
Pihak yang bertugas
untuk menjual
Pembeli
Pihak eksekutif sebagai
badan yang
mengeluarkan izin.

Penolakan pemberian
izin yang dilakukan
secara ilegal
Menolak untuk
mengeluarkan SIM
apabila tidak disertai
pembayaran
Penguji SIM
Guru mengemudi
Peserta sekolah
mengemudi
Pemberian izin secara
ilegal
Memberi izin ekspor
barang yang
seharusnya tidak
Pekerja di bidang yang
bersangkutan
Warga

572

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat
diperbolehkan, setelah
menerima pembayaran

Pemberian preferensi
dalam memberikan izin
atau lokasi
Memperoleh lokasi
penjualan yang lebih
baik di pasar setelah
membayar sejumlah
uang
Pengawas pasar
Calon penjual
Memperoleh sebuah
lisensi setelah
membayar sejumlah
uang
Pemberi lisensi
Penerima lisensi

Pihak legislatif juga memiliki bidang perpotongan dengan sektor publik, baik yang
berbeda maupun yang serupa dengan yang telah disebutkan di atas.
- Pihak legislatif sebagai pembuat undang-undang
- Pihak legislatif sebagai mitra pihak eksekutif
- Pihak legislatif sebagai pemberi kerja
- Pihak legislatif sebagai perkumpulan politisi yang dipilih
- Pihak legislatif sebagai pengesah anggaran

Contoh korupsi yang terjadi dalam bidang perpotongan pihak legislatif:

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat
Pihak legislatif sebagai
pembuat peraturan

Memberikan pengaruh
melalui pemberian
prestasi tertentu
Memberikan sejumlah
uang atau jasa lainnya
untuk mempengaruhi
pengambilan suara
Anggota parlemen
Pelobi
Memberi pengaruh
dengan cara memeras
Memberi tekanan untuk
mengubah pengambilan
suara
Anggota parlemen
Pemeras
Kelompok minat
Pihak legislatif sebagai
mitra pihak eksekutif

Memberi pengaruh
melalui pihak eksekutif
Memberi tekanan atau
bujukan melalui pihak
eksekutif untuk
mengubah pengambilan
suara
Anggota parlemen
Wakil pihak eksekutif
Bujukan untuk
mengabaikan fungsi
kontrol
Anggota parlemen
Wakil pihak eksekutif
Pihak legislatif sebagai
pemberi kerja

(Lihat eksekutif) (Lihat eksekutif) Anggota parlemen,
(selain itu lihat eksekutif)
Pihak legislatif sebagai
perkumpulan politisi
yang akan dipilih

Menjanjikan suatu
prestasi kepada para
pemilih
Janji pemilu yang
menawarkan
keuntungan materiil
Kandidat
Pemilih
Praktek pembelian
suara
Kandidat
Pemilih
Pihak legislatif sebagai
pengesah anggaran

Memberikan pengaruh
melalui pemberian
sejumlah uang atau
Mempengaruhi diskusi
dan pengambilan suara
yang akan berdampak
Anggota parlemen
Pelobi
Pihak eksekutif

573

prestasi tertentu pada jatah pengeluaran
pihak eksekutif


Bahkan pihak yudikatif pun memiliki bidang perpotongan dengan sektor swasta.
Bidang-bidang perpotongannya adalah seperti berikut:
- Pengadilan sebagai lembaga yurisdiksi dalam masalah pidana dan perdata
- Pengadilan sebagai lembaga yurisdiksi dalam masalah perpajakan, administratif,
pemilu dan konstitusi
- Hakim sebagai pribadi yang perlu ditunjuk atau dipilih

Contoh korupsi yang terjadi di bidang perpotongan pihak yudikatif

Bidang perpotongan Bentuk korupsi Tampak dalam bentuk Pihak yang terlibat
Pengadilan sebagai
organ yurisdiksi dalam
masalah pidana dan
perdata

Memberikan pengaruh
melalui pemberian
prestasi tertentu
Membayar sejumlah
uang atau memberikan
jasa tertentu untuk
mengubah putusan
yang dijatuhkan
Hakim
Dewan juri
Partai-partai yang bertikai
Pelaku
Memberi pengaruh
melalui ancaman atau
pemerasan
Memberi tekanan untuk
mengubah putusan
Hakim
Dewan juri
Partai-partai yang bertikai
Pelaku
Pengadilan sebagai
organ yurisdiksi dalam
masalah pajak,
administrasi, pemilu dan
konstitusi

Memberi pengaruh
melalui pemberian
prestasi
Menjanjikan suatu karir
apabila putusan yang
dijatuhkan, diubah
Hakim
Eksekutif
Legislatif
Partai-partai yang bertikai
Memberi pengaruh
melalui ancaman atau
pemerasan
Memberi tekanan untuk
mengubah putusan
Hakim
Eksekutuf
Legislatif
Partai-partai yang bertikai
Hakim sebagai pribadi
yang perlu diangkat
atau dipilih

Memberikan janji akan
suatu prestasi tertentu
kepada pemilih atau
pelantik
Janji pemilu yang
berhubungan dengan
karir
Hakim
Pemilih atau
Pelantik lainnya


2. 4. Sumber penyebab perilaku korup

Korupsi hanya merupakan manifestasi dari kehancuran sebuah institusi. Daftar
perilaku yang korup mencakup hal-hal seperti suap, pemerasan, jual-beli pengaruh,
nepotisme, penipuan, uang panas, ketidaksetiaan, dan sebagainya. Meskipun kita
selalu beranggapan bahwa korupsi merupakan tindakan yang dilakukan oleh

574

pemerintah atau sektor publik, tetapi tentu saja sektor swasta juga ikut berperan di
dalamnya.

Korupsi terjadi menurut rumus berikut ini:
C = M + D A
149


Tingkat korupsi (C) adalah sama dengan tingkat monopoli (M) ditambah dengan
banyaknya kebijakan/aturan serta luasnya ruang pengambilan keputusan (D)
dikurangi tanggung jawab (A). Ini artinya:

1. Sumber utama penyebab korupsi adalah karena monopoli yang dimiliki negara
terlalu luas, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa negara terlalu mengurusi
banyak hal.
2. Terlalu banyak kebijakan atau aturan, sehingga kurang ada transparansi.
3. Ruang pengambilan keputusan dan kebijakan terlalu luas, sehingga proses
pengambilan keputusan tidak jelas atau sama sekali tidak ada aturan, atau
keputusan-keputusan yang diambil tidak dapat diverifikasi.
4. Kurangnya tanggung jawab, sehingga risiko yang dipikul tidak terlalu tinggi dan
keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tanggung jawabnya.

Selain rumus dasar di atas, masih ada dua sumber penyebab korupsi lainnya:
1. Untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah
2. Untuk menghemat biaya

Pada saat melakukan diagnosa terhadap kasus korupsi yang sesungguhnya, kita
sering mendapati penyebab-penyebab di bawah ini, yang dapat dipandang sebagai
penyebab lain yang lebih rinci:

1. Kurangnya tanggung jawab dan transparansi
Jika setiap orang tahu bahwa ia tidak harus mempertanggungjawabkan
sikapnya yang korup, tak seorang pun akan merasa terdesak untuk tidak
melakukan tindak korupsi. Jika tidak ada transparansi yang digalakkan melalui

149
Rumusan ini dibuat oleh Robert Klitgaard dan dimuat dalam bukunya "Controlling Corruption"
(Mengawasi Korupsi), Berkeley, University of California Press, 1988.

575

sebuah pengawasan dan kontrol yang efektif misalnya oleh pengadilan,
Badan Pemeriksa Keuangan atau publikasi yang luas, maka akan ada banyak
orang yang memanfaatkan ketertutupan ini untuk mengambil keuntungan bagi
dirinya.
2. Sentralisasi pemerintahan yang berlebihan
Semakin banyak tugas yang diambil negara, semakin besar pula bidang
perpotongan antara sektor publik dengan sektor swasta atau sektor usaha.
Lebih dari itu, semakin besar bidang perpotongannya, semakin besar pulalah
peluang untuk melakukan tindak korupsi. Jika proses pengambilan keputusan
banyak dibuat oleh pusat, maka instansi pemerintahan yang terlibat di dalam
proses pembuatan keputusan tersebut juga semakin banyak, dan karenanya
potensi untuk korupsi juga akan semakin meningkat.
3. Intervensi melalui peraturan yang berlebihan atau perpotongan lain oleh
pemerintah
Semakin banyak peraturan, berarti semakin banyak pula izin yang diperlukan.
Seringnya kontak yang dilakukan dengan instansi pemerintah akan semakin
meningkatkan peluang untuk berperilaku korup.
4. Penghasilan/gaji pegawai pemerintah terlalu kecil
Jika pegawai pemerintah mendapat gaji yang terlalu kecil, mereka cenderung
akan berusaha meningkatkan penghasilan dari pemasukan sampingan yang
diperoleh melalui pengambilan keputusan atau kebijakan yang mereka buat.
5. Kurangnya komitmen dan tanggung jawab moral
Jika pimpinan politik dan pejabat publik lainnya menunjukkan komitmen yang
rendah dalam memerangi korupsi, para pelaku korupsi yang potensial akan
merasa aman dalam menjalankan praktik korupsinya.
6. Penegakan hukum dan peraturan yang tidak efektif
Semakin sedikit hukum dan peraturan yang diberlakukan dan ditegakkan,
dan pelaksanaannya tidak mendapat pengawasan memadai, perilaku
korupsi akan semakin meluas dan akan menjadi sesuatu yang dianggap
lazim terutama karena ia bahkan bisa merasuk ke dalam hukum atau
peraturan yang baru dikeluarkan.




576

2.5. Pengaruh korupsi

Korupsi memiliki berbagai dampak yang berbeda. Pertama-tama korupsi akan
menimbulkan kerugian yang ditanggung oleh masyarakat umum maupun individu.
Kerugian ini biasanya berupa kerugian material, misalnya dalam kasus penggelapan
uang, penggelapan barang, dsb. Korupsi sangat merugikan masyarakat dan
seringkali menjadi sumber penyebab terhambatnya pembangunan, atau terjadinya
pembangunan yang salah arah.

Korupsi yang terjadi di tingkat menengah dan di tingkat bawah menyebabkan
rusaknya pengaruh hukum, peraturan dan prosedur, serta menyebabkan kerugian
atas keputusan yang diambil. Di sini pun, perekonomian masyarakat secara umum
ikut dirugikan.

Semua bentuk korupsi, bagaimanapun, memberikan dampak dalam penghancuran
budaya politik, lembaga-lembaga politik, dan kepercayaan warga terhadap pimpinan
dan pemerintah.

2.6. Pendekatan strategis dalam memerangi korupsi

Pendekatan umum

Jika definisi yang dibuat Klitgaard benar, bahwa tingkat korupsi sama dengan tingkat
monopoli ditambah dengan banyaknya kebijakan/peraturan dikurangi tanggung
jawab, maka langkah strategis untuk mengatasi persoalan ini juga dapat ditarik dari
rumus ini.

Berdasarkan rumus ini, monopoli perlu dibatasi, transparansi perlu diterapkan,
kebijakan dan peraturan harus dikurangi, dan kemungkinan untuk meminta
pertanggungjawaban baik secara politis maupun hukum harus diperkuat.

Sikap berbagai negara dalam menghadapi korupsi biasanya tidak terlalu berbeda.
Yang berbeda biasanya justru ukuran yang dimiliki pejabat pemerintah dalam
menjalankan fungsinya. Di banyak negara, pihak legislatif, yudikatif, pelayanan

577

umum dan sistem pemilunya tidak berkembang atau bahkan sangat ketinggalan.
Badan legislatif dan yudikatif perlu diperkuat untuk menjamin kemandirian mereka
dari pihak eksekutif. Seringkali cabang-cabang kekuasaan ini terikat pada satu partai
tertentu, sehingga kredibilitas dan kejujuran mereka sangat diragukan.

Ada banyak negara yang tidak memiliki sistem pembagian kekuasaan yang jelas,
terutama negara yang tidak memiliki batasan efektif antara eksekutif dan legislatif.
Dalam sistem presidensial khususnya, wewenang eksekutif jauh melampaui
wewenang legislatif, sehingga kontrol pihak legislatif atas eksekutif tidak mungkin
lagi efektif. Kepala pemerintahan memiliki kontrol hampir atas semua hal: militer,
institusi pendidikan, pelayanan umum, bahkan juga lembaga yurisdiksi dan tak
jarang juga media.

Sistem semacam ini tidak menyediakan ruang bagi tanggung jawab para politisi dan
pejabat pemerintah. Oleh karena itu, perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan
konstitusional yang dapat menggerakkan sebuah perang terhadap korupsi secara
efektif.

2.6.1. Checks and balances: mekanisme untuk memastikan
pertanggungjawaban

Fokus utama dalam memerangi korupsi pertama-tama perlu diarahkan pada kritik
terhadap institusi-institusi nasional. Struktur-struktur ini mencakup peradilan yang
independen, parlemen yang berfungsi dengan benar dan bebas dari pengaruh luar
serta dari tekanan pihak eksekutif dan partai yang berkuasa, pers yang independen
dan kritis, dan komitmen dari penguasa yang bertanggungjawab. Mekanisme ini
mendudukkan aktivitas dinas pelayanan umum berada di bawah pengawasan
eksternal, agar pada saat yang bersamaan aktivitas mereka dapat diukur
berdasarkan efektivitas (pertanggungjawaban politik) atau ketentuan yang berlaku
sehingga langkah ini diharapkan dapat melekat pada pejabat pemerintah.





578

Pertanggungjawaban politik

Bentuk pengawasan pertanggungjawaban politik sangat beragam. Bentuk yang
paling lazim digunakan untuk membuat seseorang bertanggungjawab adalah melalui
mekanisme pemilu. Dalam sebuah negara demokratis yang menerapkan pemilu,
warga memiliki mekanisme reguler dan terbuka untuk memberi hukuman atau
penghargaan kepada mereka yang menduduki jabatan publik. Seberapa hebat pun
sebuah teknik anti-korupsi dibuat, teknik ini hanya akan efektif selama mekanisme
pertanggungjawaban dapat berjalan dengan benar. Bagaimanapun, urgensi
memuaskan kehendak satu kelompok pemilih merupakan suatu instrumen yang
terlalu tumpul untuk dapat dimanfaatkan sendiri secara terpisah. Pada saat yang
bersamaan, tak seorang pun yakin bahwa para wakil yang baru terpilih tidak akan
terlibat dalam tindakan korupsi.

Suatu instrumen yang jauh lebih baik adalah memiliki dua cabang yang harus saling
mengawasi satu sama lain. Tetapi, di berbagai negara, kekuasaan eksekutif dan
legislatif seringkali tidak dibedakan atau tidak diatur secara hirarkis. Dalam kasus
semacam ini, tidak terjadi pengurangan konsentrasi kekuasaan, yang menurut
Klitgaard berperan cukup besar dalam masalah korupsi. Prinsip yang diterapkan di
sini adalah bahwa kedua kekuasaan harus saling diperhadapkan, sehingga
persaingan dan konflik yang setara dipastikan akan melahirkan suatu pengawasan
yang setara pula.

Pemisahan antara lembaga yang menyediakan uang dan merencanakan anggaran
belanja dengan lembaga yang membelanjakan uang, membantu menjamin
kepentingan publik. Ada beragam metode di mana pemerintah memberikan laporan
kepada parlemen dan setiap laporan harus diawasi melalui sesi tanya jawab hingga
komite pemeriksaan di parlemen. Dengan demikian, pihak eksekutif sadar bahwa
perilaku mereka sehari-hari senantiasa berada di bawah pengawasan sebuah
institusi yang memiliki kapasitas dan perangkat yang memadai untuk melakukan
pemeriksaan secara seksama, dan bukan sekedar berada di bawah pengawasan
periodik para pemilih yang tidak mungkin mengawasi perilaku para pejabat sehari-
hari. Bentuk kompetisi semacam ini juga mendorong pihak eksekutif berusaha

579

menjelaskan bilamana anggota parlemen mulai menyimpang dari jalan yang benar
dan membiarkan mereka terlibat dalam kasus korupsi melalui penyuapan pasif.

Konflik institusional semacam itu, di mana lembaga eksekutif dan legislatif saling
mengawasi, menuntut lebih dari sekedar kesepakatan kedua belah pihak.
Peraturannya harus tertulis dalam konstitusi yang menetapkan tugas dan tanggung
jawab kedua lembaga tersebut. Untuk itu, tidak boleh ada salah satu lembaga yang
berada dalam posisi yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Pertanggungjawaban hukum

Dalam sebuah negara yang memiliki konstitusi, konstitusi inilah yang akan mengatur
kegiatan-kegiatan korporasi dan institusi, menyediakan kerangka hukum untuk
undang-undang dan urusan pemerintahan. Oleh karena itu, tidak ada seorang
pejabat pemerintah pun yang boleh melanggar ketentuan konstitusi ini, atau
melanggar peraturan yang dibuat berdasarkan konstitusi tersebut. Konstitusi ini
menetapkan standar pertanggungjawaban yang jelas, meskipun penerapan standar
ini tergantung pada kapasitas putusan peradilan.

Ada tiga faktor yang dapat menghambat efektivitas pengawasan hukum:
1. Kurangnya independensi peradilan dalam mengambil keputusan. Jika lembaga ini
tidak benar-benar independen, maka anggota badan eksekutif pada khususnya, tidak
akan menganggap serius dan akan menggerogoti tanggung jawab hukum yang
seharusnya mereka pikul. Hakim harus berani mengambil keputusan, sekalipun yang
menentang anggota badan eksekutif, tanpa perasaan takut maupun bermurah hati.
Mekanisme seperti jabatan seumur hidup, jaminan gaji yang tetap jumlahnya dan
tidak dapat dipotong atau ditahan, merupakan bagian penting untuk menjamin
independensi peradilan.
2. Persoalan kedua adalah korupsi yang muncul dalam pengambilan keputusan dan
korupsi yang terjadi antara pihak yudikatif dan eksekutif. Oleh karena itu, peradilan
juga harus diawasi secara ketat, baik melalui proses berlapis atau melalui badan
disiplin internal.
3. Permasalahan ketiga dapat disebabkan oleh kurangnya penghargaan terhadap
putusan peradilan, baik dari pihak eksekutif maupun legislatif, tetapi tak jarang pula

580

dari masyarakat secara keseluruhan. Karena pengadilan tidak memiliki polisi atau
pasukan militer sendiri, eksekusi putusan pengadilan hanya dapat diterapkan jika
pihak-pihak eksekutif tunduk pada putusan pengadilan tersebut.

2.6.2. Pembatasan dan desentralisasi kekuasaan pusat

Metode yang penting untuk mengatasi korupsi dalam sebuah pemerintahan adalah
dengan membatasi wewenang pemerintah. Peluang untuk melakukan korupsi akan
semakin besar jika keputusan pembagian barang persediaan publik hanya terpusat
di satu instansi dan stok persediaan barang mulai menipis. Oleh karena itu perlu
dipastikan bahwa barang persediaan publik selalu tersedia bagi semua orang.
Langkah yang paling baik dilakukan adalah melalui desentralisasi wewenang dan
pembagian tugas yang jelas antara kekuasaan pusat dan pengemban tugas di
tingkat daerah. Dengan demikian, eksistensi pemerintah daerah dan partisipasi serta
pengawasan parlemen lokal menjadi langkah penting dalam penghapusan korupsi
yang dilakukan pemerintah.

2.6.3. Mekanisme pengawasan eksternal

Keberhasilan pelaksanaan tanggung jawab politik dan hukum membutuhkan
dukungan dan pengawasan dari orang-orang di luar aparat pemerintahan. Selain itu
dibutuhkan akses untuk mendapatkan informasi dan pertukaran pikiran secara
terbuka. Transparansi dan kebebasan berbicara merupakan dua syarat yang prinsipil
untuk memerangi korupsi.

Masyarakat sipil

Mekanisme untuk menetapkan tanggung jawab hukum menuntut adanya masyarakat
sipil yang aktif yang beranggotakan pribadi-pribadi, asosiasi, perhimpunan, serikat
buruh dan kelompok-kelompok lainnya. Negara harus menjamin adanya hak untuk
berkumpul dan berserikat, kebebasan berbicara dan kebebasan pers. Kondisi
masyarakat sipil yang kondusif, keberanian untuk tampil sebagai "anjing penjaga"
(watchdog) dan ketidak-taatan sipil seringkali lebih jitu dalam mencegah terjadinya
korupsi dibandingkan undang-undang.

581


Media yang independen dan pers yang bebas

Akses memperoleh informasi dan sikap kritis terhadap informasi tersebut merupakan
prasyarat bagi media yang terbuka yang berfungsi sebagai penjaga tanggung
jawab pihak penguasa dan pihak-pihak yang memerangi korupsi. Langkah-langkah
di bawah ini bisa membantu menjamin pers yang bebas:
1. Undang-undang yang menjamin kemudahan dan keterbukaan informasi.
2. Penyesuaian pasal-pasal dalam undang-undang yang menyangkut pencemaran
nama baik dan penghinaan, untuk melindungi pers dan masyarakat umum.
3. Meniadakan sensor politik .
4. Standar profesional yang lebih tinggi bagi para wartawan.
5. Mengakhiri diskriminasi melalui pelarangan dan manipulasi jika muncul kritik
terorganisir terhadap pemerintah atau partai yang berkuasa.
6. Penetapan standar profesional, independensi dan tanggung jawab karyawan yang
bekerja di media pemerintah.

Semua tindakan yang diambil untuk memperkuat kebebasan pers bermanfaat untuk
meningkatkan transparansi dan meningkatkan peluang untuk mengambil tindakan
yang arif.

582

3. STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK

3.1. Definisi konflik

Konflik adalah pertentangan dua atau lebih posisi yang berbeda yang dialami
seseorang (pertentangan internal berkenaan dengan motif, keinginan, ambisi dan
nilai-nilai etika) atau yang terjadi antara beberapa pihak atau antar kelompok, negara
dan komunitas lainnya.

Ada beragam teori mengenai terjadinya konflik :
1. Peneliti perilaku biologis (K. Lorenz
150
) berangkat dari asumsi mengenai dorongan
biologis manusia yang selalu muncul. Ia juga mengasumsikan adanya potensi umum
untuk melakukan tindakan agresif, dan dengan demikian menyimpulkan bahwa
konflik merupakan suatu peristiwa sosial yang alami.
2. Dari sudut pandang psikologi sosial, konflik berasal dari pertentangan antara
dorongan dan motivasi psikologi manusia di satu sisi dan tuntutan norma masyarakat
di sisi lain.
3. Dahrendorf
151
memandang masyarakat terbentuk dan tetap terjaga
keberadaannya bukan berdasarkan kesepakatan melainkan berdasarkan keharusan.
Karena itu, di mana pun manusia membentuk suatu ikatan sosial, di situ akan terjadi
konflik.
4. Dari sisi Marxisme, konflik disebabkan oleh (perbedaan dalam) kepemilikan.

3.2. Pengelolaan konflik

Pengelolaan konflik mencakup:
- Mengenali situasi
- Asimilasi
- Penyelesaian konflik
- Akibat dari konflik.

Pengelolaan konflik bertujuan mengurangi perbedaan yang menjadi dasar motivasi
konflik tersebut. Ini berarti bahwa, pengelolaan konflik sebisa mungkin didasari pada
akar penyebab konflik itu sendiri.


150
Konrad Lorenz, peneliti perilaku, 1903-1989.
151
Prof. Ralf Dahrendorf, ahli sosiologi dan politisi, *1929.

583

Untuk mengelola konflik, ada dua strategi dasar:
- Strategi asosiatif
- Strategi disosiatif

Dalam strategi asosiatif, dua kubu yang berkonflik digerakkan untuk saling mendekati
satu sama lain dan saling mengerti tuntutan masing-masing untuk menemukan
kompromi. Sementara dalam strategi disosiatif, pihak-pihak yang bertikai diupayakan
untuk terpisah satu sama lain, dan segala bentuk kontak antar pihak dicegah.

Strategi asosiatif menggunakan instrumen-instrumen seperti berikut:
- Penghapusan gangguan-gangguan komunikasi
- Membangun kesepakatan
- Kompromi melalui mediasi
- Strategi win-win
- Mentransformasi posisi menjadi kebutuhan
- Pendelegasian kepada hakim (arbitrasi)
- Membangun adanya saling ketergantungan

Instrumen yang tersedia untuk strategi disosiatif adalah:
- Keputusan berdasarkan suara mayoritas
- Tidak ada campur tangan
- Perceraian
- Pemisahan geografis
- Pembagian wewenang
- Ancaman kekerasan
- Perang, perlawanan

Akibat konflik dapat berupa :
- Kekacauan
- Hancurnya salah satu pihak
- Kesepakatan atau kompromi
- Melanjutkan konflik



584

3.2.1. Pengelolaan konflik individual

Pengelolaan konflik jenis ini sebenarnya tidak terlalu terkait dengan perencanaan
strategi dan lebih pada persoalan psikologi. Tetapi karena konflik ini seringkali
muncul dalam perencanaan karir politisi dan dapat diamati dalam perilaku para
politisi, pemahaman akan konflik ini juga penting untuk keperluan konsultasi
strategis. Resolusi konflik di sini, tentu saja tetap menjadi tugas psikolog. Dalam
psikologi ada beragam pendekatan untuk penanganan konflik, dan berbagai mazhab
pemikiran tentang teori-teori konflik.

Teori penyelesaian konflik

Menurut teori ini, konflik muncul jika ada sebuah kekuatan yang bersaing untuk
memperjuangkan keinginan, tujuan dan tuntutan (bidang-bidang konflik). Di sini ada
beberapa jenis konflik:

Konflik pendekatan-pendekatan
Di sini seseorang harus memilih satu dari dua alternatif positif. Pada umumnya, pihak
yang berkonflik cenderung mengambil keputusan akhir berdasarkan preferensi
subyektif.

Sebagai contoh, ada pilihan antara menerima posisi sebagai pejabat pemerintah atau
menduduki posisi pimpinan di dunia bisnis. Intinya, ada keinginan untuk membangun
sebuah karir sendiri. Keinginan ini bisa dipenuhi oleh kedua tawaran tersebut antara
menjadi pejabat pemerintah atau menduduki suatu posisi di sebuah perusahaan. Pihak
yang bersangkutan mengambil keputusan secara subyektif, berdasarkan posisi mana yang
lebih menguntungkan bagi dirinya. Dalam keputusan ini, aspek-aspek seperti tuntutan
partai akan keberlanjutan atau tanggung jawab terhadap pemilih seringkali diabaikan.

Konflik penghindaran-penghindaran

585

Di sini seseorang harus memilih satu dari dua alternatif yang sama-sama tidak enak.
Pertama-tama pihak yang menghadapi konflik ini akan berusaha mengelak atau
menghindari pilihan ini. Jika cara itu tidak dimungkinkan dan ia harus mengambil
keputusan, yang bersangkutan akan memilih alternatif yang paling ringan tingkat
ketidaknyamanannya (menurut pandangan subyektifnya).

Untuk mencapai suatu tujuan, seorang politisi harus pindah dari tempat
tinggalnya dan terpisah dari keluarganya atau akan mengalami kerugian
finansial dalam jumlah besar. Politisi ini pertama-tama akan berusaha
mencapai tujuannya tanpa memilih salah satu dari dua opsi tersebut. Jika
hal itu tidak dimungkinkan, bagaimanapun ia akan memilih opsi yang
secara subyektif ia nilai paling ringan tingkat ketidaknyamanannya.

Konflik pendekatan-penghindaran
Ini adalah konflik untuk mencapai suatu tujuan yang mengandung keuntungan
maupun kerugian. Dalam situasi seperti ini, pihak-pihak yang berkonflik dihadapkan
pada sebuah keputusan yang sangat tidak meyakinkan.

Sebuah keputusan harus diambil untuk menerima sebuah jabatan tinggi
dalam pemerintahan. Keuntungan yang diperoleh dari jabatan ini misalnya
adalah, memiliki kekuasaan yang lebih besar. Sementara kerugiannya,
posisi ini berisiko tinggi terhadap keamanan diri dan bisa menimbulkan
masalah keluarga. Dalam situasi seperti ini akan timbul ketidakyakinan,
yakni pengambilan keputusan yang menyiksa.

Teori disonansi kognitif (Leon Festinger
152
)

Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa konflik terjadi jika terdapat disonansi
antara keyakinan dan tindakan seseorang. Orang tersebut kemudian
mengembangkan strategi untuk menyelesaikan kontradikisi ini. Arah dari strategi
tersebut bersifat terbuka.


152
Leon Festinger, psikolog, 1919-1989.

586

Misalnya, seseorang yang mengalami konflik tentang persepsinya
terhadap dunia dengan realita cenderung memahami realita secara
berbeda dari yang sebenarnya. Bukan saja terjadi pergeseran realitas tapi
sebagian juga dipahami sebagai kebalikan dari yang sebenarnya
(disonansi kognitif).

Model konflik psikoanalitis (Sigmund Freud
153
)

Menurut model konflik psikoanalitik, kebutuhan dan dorongan-dorongan yang
ditentukan oleh prinsip kesenangan menuntut pemuasan segera, sementara
lingkungan (masyarakat) menuntut orang untuk tidak mengikuti dorongan-dorongan
tersebut atau mengikuti bentuk-bentuk pemuasan yang telah ditentukan.
Ketidaksesuaian ini menimbulkan tekanan dan konflik internal. Solusi untuk orang
yang bersangkutan adalah berkompromi. Kompromi-kompromi ini dapat berupa:
- Menunda dorongan atau keinginan
- Meningkatkan toleransi terhadap rasa frustasi
- Bentuk-bentuk pemuasan baru

Apabila "Aku" tidak siap untuk melakukan kompromi, konflik neurotis dapat
berkembang.

Komunikasi antar-pribadi dan pengelolaan konflik

Menurut Watzlawick
154
semua sikap dan tindakan manusia merupakan pesan dalam
sebuah proses komunikasi. Oleh karena itu, konflik makin menguat atau mereda
selama berjalannya proses komunikasi, dan dapat pula hanya teratasi melalui
komunikasi itu sendiri. Komunikasi mencakup aspek isi dan hubungan. Kedua aspek
tersebut mengirim informasi yang kemudian diinterpretasikan. Analisis diperlukan
untuk mengevaluasi komunikasi tersebut dan situasi konfliknya (analisa transaksi
dan analisa penghargaan diri).

Konflik seperti itu dapat berupa:

153
Sigmund Freud, doktor ahli syaraf Austria, 1856-1939.
154
Paul Watzlawick, Ahli Psikoterapi dari Austria, *1921

587

- Konflik antar pasangan
- Konflik antar rekan sekerja dalam pertentangan kelompok dan dalam
pertentangan hirarkis

Yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik pada tataran isi adalah:
- Wacana yang rasional
- Melakukan kompromi dengan mengidentifikasi tujuan-tujuan baru
- Melibatkan otoritas arbitrase

Yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik pada tataran hubungan adalah:
- Melakukan restruksturisasi
- Membubarkan hubungan tersebut

Menurut A. Rapoport,
155
perkelahian, permainan dan perdebatan digunakan selama
konflik tersebut. Perkelahian merupakan upaya untuk menundukkan atau
menghancurkan pasangan konflik. Permainan merupakan upaya untuk bekerjasama
dengan peraturan-peraturan, meskipun tipu-muslihat pun digunakan untuk
mengalahkan pihak lain. Sedangkan perdebatan merupakan pertukaran argumen.

3.2.2. Konflik peranan

Kita membedakan antara konflik inter-peranan (konflik yang terjadi dalam satu
peranan karena adanya perbedaan ekspektasi), misalnya ekspektasi yang dimiliki
warga terhadap politisi yang dipilih dan ekspektasi yang dimiliki partai terhadap
politisi yang bersangkutan, serta konflik antar-peranan (konflik yang terjadi antar
peran-peran yang berbeda), misalnya antara peran keluarga dan peran karir.

Pengelolaan konflik dapat dilakukan di tingkat pribadi maupun di tingkat sosial.
Di tingkat pribadi dapat dilakukan oleh:
- Memilih sebuah peran
- Menerima ketegangan-ketegangan
- Mengambil jarak dengan peranan (menarik komitmen/keterlibatan)

155
Anatol Rapoport, lihat juga catatan kaki no. 42 mengenai dilema tahanan.

588


Di tingkat sosial oleh:
- Toleransi terhadap sikap ambigu orang
- Mengubah deskripsi peranan

3.2.3. Konflik antar-kelompok

Konflik kelompok dapat diakibatkan oleh kurangnya komunikasi di tingkat substansi
dan tingkat hubungan, dan dapat pula menjadi konflik peranan dan ritualisasinya.
Ritualisasi seringkali terjadi antar fraksi-fraksi dalam parlemen, atau antara
pemerintah dan oposisi. Ritualisasi juga menyangkut perkembangan perasaan akan
Kita, yang dianggap penting dari perspektif dinamika kelompok dan untuk
menampilkan perbedaan-perbedaan dengan kelompok-kelompok lain.

Perkembangan-perkembangan ini dapat tapi tidak selalu memicu permusuhan,
dan menjadi signifikan apabila kelompok-kelompok yang ada saling bersaing dan
kelompok yang satu bisa menang hanya jika pihak lainnya kalah. Contohnya adalah
pertandingan sepakbola atau olahraga kelompok (tim) lainnya. Ketika pertandingan
sepakbola dikelola dan dibatasi dengan aturan-aturan dan perwasitan, tidak
demikian halnya dengan kelompok penggemar sepak bola yang tidak terikat pada
peraturan apa pun, dan keadaan ini kerap memicu konflik masif. Konflik kelompok
semacam ini dapat diselesaikan dengan mudah melalui demarkasi zona tempat
duduk dan peraturan-peraturan (undang-undang) lainnya.

3.2.4. Konflik sosial

Strategi untuk resolusi konflik sosial sebagian besar tergantung pada pandangan
masyarakat tentang sosio-filosofis .

Th. Hobbes
156
percaya bahwa perang 'semua melawan semua' merupakan kondisi
sifat manusia. Untuk resolusi konflik, ia menyarankan bahwa:
- Negara harus memiliki otoritas untuk mengendalikan konflik,
- Negara harus memiliki monopoli kekuasaan (polisi, militer),

156
Thomas Hobbes, seorang filsuf Inggris, 1588 1679.

589

- Negara harus bertanggungjawab dalam hal legislasi (perundang-undangan) dan
menyeleranggarakan peradilan.

Menurut Karl Marx, konflik muncul sebagai akibat dari perebutan alokasi yang terus
meningkat antara kelas penguasa dan kelas berpunya di satu sisi, dengan kelas
miskin dan tertindas di sisi lainnya. Oleh karena itu, menurut Marx, cara untuk
menyelesaikan konflik ini adalah dengan membentuk masyarakat tanpa kelas.

Hobbes dan Marx memandang konflik sebagai hal negatif yang perlu diatasi. Di lain
pihak, Dahrendorf merujuk pada sisi positif sebuah konflik. Menurut Dahrendorf,
hidup berdampingan secara damai ditandai oleh adanya paksaan dan kekuasaan.
Sementara paksaan dan kekuasaan dapat menangani konflik-konflik tertentu, tapi
keduanya juga memicu timbulnya konflik baru. Dahrendorf memandang kemampuan
mayarakat dalam menghadapi konflik sebagai simbol dan tolok ukur kapabilitas
sebuah sistem sosial untuk memodernisir dirinya sendiri.

Sistem-sistem yang kaku memindahkan konflik ke luar (misalnya mencari kambing
hitam atau musuh bayangan, bahkan bisa memuncak sampai pada peperangan).
Sistem yang terbuka dan bergerak akan berubah diri seiring dengan konflik. Konflik
sosial biasanya tidak dapat diatasi sepenuhnya, melainkan hanya dapat dikurangi ke
tingkat minimum. Instrumen-instrumen seperti penggeseran konflik dan pengaburan
konflik diterapkan di sini.

Dua strategi tipikal untuk proses politis adalah:
- Pencapaian kompromi (asosiatif) dan
- Tidak ditemukan sebuah solusi (solusi disosiatif), karena kontradiksinya terlalu
besar

Strategi mobilisasi dalam bentuk-bentuk demonstrasi, aksi mogok atau bentuk
perlawanan lainnya digunakan dalam penyelesaian kasus semacam itu.





590

3.2.5. Konflik internasional

Berbeda dengan konflik pribadi atau konflik sosial, dalam konflik internasional
biasanya tidak ada instansi tingkat tinggi yang dapat menengahi atau meredam
konflik. Bangsa-bangsa yang berada di dalam "tatanan kekuasaan anarkis"
berkepentingan untuk dilindungi atau perlu untuk (tetap) diselenggarakan. Untuk itu
dapat digunakan strategi defensif maupun ofensif.

Sikap defensif menyangkut:
- Pendirian kukuh (Israel terhadap negara-negara Arab) dan tidak mau
menyesuaikan diri (Tibet terhadap Cina)

Sikap ofensif menyangkut:
- Perluasan wilayah (Jerman pada masa perang dunia kedua)
- Perluasan daerah kekuasaan (Argentina pada masa perang Falkland)
- Perluasan bidang pengaruh (berbagai intervensi Amerika Serikat di Amerika
Tengah, seperti Republik Dominika, Nikaragua, Panama, dan sebagainya).

Konflik internasional yang menyangkut teritori biasanya berlangsung dengan
menggunakan kekerasan. Fakta-fakta di bawah ini penting diperhatikan:
- Konflik teritori merupakan "permainan jumlah nol"
- Negara kebangsaan menetapkan eksistensi melalui hak kepemilikan teritorial
- Dalam era pra-industri, kepemilikan teritori secara langsung merefleksikan
kekayaan dan kekuasaan negara.

3.2.6. Strategi untuk mengurangi penggunaan kekerasan dalam konflik
internasional

Berbagai strategi telah dikembangkan untuk mencegah munculnya kekerasan secara
spontan dalam konflik internasional, yakni:
- Negara yang berkuasa mendeklarasikan dirinya sebagai wasit atau polisi dunia
untuk tatanan perdamaian regional atau global (Pax Romana, Pax Americana)
- Menciptakan sebuah bentuk pemerintahan dunia yang supra-nasional (Liga
Bangsa-Bangsa, PBB, tapi juga WTO dan sebagainya).

591

- Menciptakan bentuk penyelesaian konflik tanpa kekerasan, seperti
1. Menciptakan saling ketergantungan, seperti integrasi Uni-Eropa atau asosiasi
regional lainnya.
2. Intimidasi melalui ancaman kekerasan (perang dingin, keputusan untuk
melengkapi persenjataan, dsb.).
3. Kerjasama antagonis (Perjanjian INF, perjanjian perlucutan senjata, KSZE-OSZE,
pembentukan kepercayaan)
4. Strategi disosiatif dalam konflik Utara-Selatan, seperti misalnya non-intervensi
atau membangun kekuatan sendiri.
5. Penetapan hukum internasional dan undang-undang perang internasional.

3.3. Prinsip-prinsip dasar resolusi konflik

Solusi konflik ada yang baik dan ada yang buruk. Solusi konflik yang dianggap baik
oleh satu partai seringkali sdianggap buruk oleh parai lainnya. Dua kriteria utama
yang dapat digunakan untuk menilai manfaat solusi sebuah konflik adalah:
1. kualitas (kriteria logis)
2. akseptabilitas/dapat diterimanya solusi (kriteria psikhologis)

Resolusi konflik akan semakin berguna jika sebanyak mungkin ia dapat memenuhi
tuntutan logis dan rasional, misalnya yang berkaitan dengan biaya yang timbul, dan
jika solusi ini dapat diterima tanpa syarat oleh semua yang terlibat.

Kesimpulan ini hanya merupakan sebagian dari beberapa temuan yang didapat dari
riset tentang konflik. Pemutusan konflik merupakan salah satu dari sub-bidang yang
penting dari temuan-temuan tersebut. Untuk menilai pencapaian dari pemutusan
konflik, ada dua aspek yang sangat penting yang dapat digunakan:
1. Proses resolusi konflik dengan berbagai tahapannya
2. Berbagai hasil yang mungkin diperoleh dari resolusi konflik

Proses resolusi konflik pada dasarnya ditentukan oleh dua variabel: pertama, melalui
kategori nilai, yaitu nilai material atau non-material dari kebaikan yang menjadi tujuan
resolusi konflik. Kedua, melalui kemungkinan penyeimbangan kepentingan, baik

592

yang ada maupun yang tidak. Skema berikut ini menunjukkan proses resolusi konflik
dari sudut pandang kedua variabel ini.

Kemungkinan penyeimbangan kepentingan
tidak ada .ada
Tingkat nilai Perlu ada kesepakatan
Tidak perlu ada
kesepakatan

Tinggi
Instansi tingkat tinggi
(kemenangan/kekalahan)
Mundur, keluar
meninggalkan
medan
Mencari solusi bersama
Menengah
Hakim bijaksana,
mediator
Pembagian
kompetensi
Tawar-menawar
(menerima/memberi)
Rendah Undian/kebetulan
Fiksi mengenai tidak
adanya konflik
Koeksistensi yang
damai

Skema ini menunjukkan hasil pengamatan yang nyata terhadap perilaku pihak-pihak
yang berkonflik dalam mencari solusi.

3.3.1. Diskusi tentang skema

Kasus yang paling sulit dipecahkan, tentu saja, adalah kasus yang memiliki tingkat
nilai yang tinggi di mata semua pihak yang terlibat, dan di mana tidak dapat dicapai
keseimbangan kepentingan, misalnya melalui jalan kompromi.

Jika tidak ada instansi yang lebih tinggi yang dapat menjadi wasit, konflik ini
biasanya mengarah pada penggunaan kekerasan dan diakhiri dalam kemenangan
atau kekalahan, atau dalam penerimaan instansi yang lebih tinggi sebagai
penengah, jika pihak-pihak yang berkonflik sudah sangat lelah.

Apabila ada instansi yang lebih tinggi, tentu bisa diminta untuk menjadi mediator dan
membuat keputusan. Jika konflik memiliki nilai yang tinggi bagi kedua belah pihak,
keputusan yang diambil harus menghasilkan kemenangan bagi pihak yang satu, dan
kekalahan bagi pihak lainnya. Kualitas keputusan ini akan bernilai tinggi, apabila
pihak yang kalah dapat menerimanya.

Apabila konflik memiliki nilai menengah bagi pihak-pihak yang terlibat, akan lebih
efektif jika diselesaikan dengan bantuan mediator. Tugas mediator adalah meneliti

593

dan mempertimbangkan kepentingan masing-masing pihak sedemikian rupa,
sehingga keputusan yang diambil sedapat mungkin memberi keuntungan kepada
kedua belah pihak (win-win solution). Atau, alternatif lain, dapat juga digunakan
"kurva kerugian minimum" untuk menemukan sebuah solusi.

Apabila sebuah kasus memiliki tingkat nilai rendah bagi para pihak yang berkonflik
dan perlu dicapai kesepakatan sementara penyeimbangan kepentingan tidak
dimungkinan, maka keputusan random (melalui undian) bisa dilakukan.

Pengambilan keputusan melalui random (dengan menggunakan koin, misalnya)
dapat dimungkinkan, dan dapat diterima, dalam menentukan sisi lapangan
sebelum pertandingan sepakbola dimulai. Tapi cara ini tidak mungkin digunakan
dalam tendangan penalti, karena nilai penalti terlalu tinggi bagi kedua belah
pihak.

Keputusan yang tidak memerlukan kesepakatan, agak berbeda bentuknya. Konflik
yang memiliki tingkat nilai yang tinggi dapat menyebabkan salah satu pihak
meninggalkan medan pertempuran atau bidang konflik, atau dikeluarkan
(dipecat) dari keterlibatannya. Apabila tingkat nilai konfliknya rendah, sebagai solusi,
konflik itu dianggap tidak ada (fiktif). Biasanya solusi seperti ini kurang memuaskan,
karena cepat atau lambat konflik itu bisa kembali muncul atau akan muncul dalam
bentuk/bidang lainnya.

Solusi yang sesungguhnya dapat terlihat dalam kasus-kasus lain di mana
dimungkinkan adanya penyeimbang kepentingan. Untuk konflik yang memiliki tingkat
nilai tinggi, pencarian solusi dapat dilakukan bersama-sama atau dengan bantuan
seorang mediator. Dalam konflik dengan tingkat nilai menengah, strategi win-win
dapat ditawarkan dan kesepakatan yang dihasilkan dapat bertahan lama. Sementara
itu, konflik dengan tingkat nilai rendah dapat diselesaikan dengan koeksistensi
damai. Koeksistensi damai ini juga dapat digunakan dalam kasus-kasus di mana
tingkat nilainya sangat tinggi dan tidak ada kemungkinan penyimbangan
kepentingan. Tapi solusi ini hanya dapat berjalan secara efektif sampai ada salah
satu pihak yang merasa berada pada posisi yang lebih kuat dan memiliki keuntungan
strategis.

594

3.4 Situasi-situasi paska konflik dan pencegahan konflik

Di dalam suatu situasi paska konflik kita harus beranggapan bahwa menurut kategori
pemikiran Clausewitz konflik tersebut dapat diselesaikan. Karena itu Clausewitz
berpendapat bahwa sebuah konflik berakhir dengan suatu kemenangan atau
kekalahan. Dengan suatu kemenangan lawan dipaksa untuk mengikuti keinginan
pemenang dan dengan demikian politik sang pemenang dipertahankan. Masalahnya
di dalam situasi pasca konflik dewasa ini yang terjadi adalah hampir tidak ada
kemenangan maupun kekalahan. Melalui intervensi internasional baik pada konflik
internasional maupun konflik nasional, regional dan etnis, kemungkinan
penyelesaian konflik (kemenangan dan kekalahan) dihentikan sebelum ada hasil
yang final. Sebuah kapitulasi tanpa syarat, seperti yang dilakukan Jerman setelah
Perang Dunia Kedua bukan lagi merupakan tujuan dari perselisihan yang bersifat
konflik. Penyelesaian konflik lebih banyak dihentikan dari luar melalui intervensi dan
mengakibatkan situasi yang tidak seimbang, alih-alih situasi yang membawa
kemenangan atau kekalahan. Maka terjadi sebuah akhir konflik yang sebenarnya
bersifat fiktif belaka, namun sesungguhnya tidak terjadi penyelesaian konflik.

Apabila kita menganggap pendapat ini benar adanya, maka hasilnya adalah, di
dalam sebuah situasi paska konflik, situasi asal yang menyebabkan konflik akan
muncul kembali. Kalimat yang berbunyi, "siapa yang ingin perdamaian, maka ia
harus mengerti perang" membuka akses menuju strategi paska konflik. Hal ini
berarti, bahwa harus diselidiki apa yang menjadi pemicu konflik atau lebih baik lagi
mencari alasan timbulnya konflik itu. Penyebab konflik ini harus diolah dan diteliti,
untuk menemukan penyelesaian konflik baik secara psikologis maupun logis.

Pendekatan yang mungkin dilakukan adalah upaya untuk menghindari konflik. Di
sini pendekatan strategisnya adalah mempengaruhi situasi, bahwa penyebab konflik
diatasi atau paling tidak diminimalisir.

Jika, misalnya, konflik tersulut karena akses untuk mendapatkan air, maka
permasalahan tentang air harus dikerjakan dan situasi diubah sedemikian rupa,
dengan demikian sikap dan pandangan pihak-pihak yang bertikai pun berubah.
Dalam kasus ini harus diupayakan agar air tambahan tersedia atau pengambilan air
diatur oleh kedua belah pihak. Dalam menyelidiki apa sebenarnya penyebab perang

595

dan konflik itu akan menjadi jelas bahwa penyebab terjadinya
konflik kebanyakan adalah masalah akses terhadap sumber
daya. Demikian juga diberitakan tentang situasi serupa, bahwa
konflik di Jugoslavia dipicu oleh pembagian energi yang
dianggap "tidak adil" bagi sebagian wilayah. Untuk pengamat
dari luar, mereka melihat bahwa konflik tersebut pecah lebih
disebabkan oleh masalah etnik dan agama.

Pendekatan kedua adalah pencegahan konflik. Dalam pendekatan ini sebuah
akibat atas pihak-pihak yang berkonflik ditarik dan diteliti untuk mengubah sikap dan
pandangan mereka. Ini terkait suatu proses atau pencegahan yang berorientasi
pelaku.

Perbedaan kedua bentuk manajemen konflik ini tampaknya masuk akal.
Pencegahan yang berorientasi pada penyebab ingin mendekati penyebab-penyebab
yang terletak jauh di dalam, struktur dan sarana pembiakan perkembangan yang
menyuburkan kekerasan dan ingin mencapai pembentukan stabilitas jangka panjang.
Sedangkan pencegahan yang berorientasi pada proses bersifat jangka pendek dan
menengah menciptakan pengaruh politik perdamaian terhadap sikap pelaku konflik
yang siap menyebarkan kekuatan di dalam situasi krisis. Dalam pendekatan ini
namun biasanya penyebab konflik sebenarnya tidak ditangani.

Konsep pencegahan berikutnya adalah model siklus yang dilontarkan oleh Uni
Eropa. Model ini melakukan pendekatan dengan tindakan-tindakan pencegahan atas
kontinuitas dari proses eskalasi dan de-eskalasi. Dampak jangka panjang dari model
siklus ini tampaknya diragukan, karena biasanya tindakan pencegahan dimulai
dengan perawatan dan pembangunan kembali setelah perselisihan penuh kekerasan
berakhir. Secara hal itu berjalan muncul kondisi-kondisi yang menguntungkan,
namun alasan yang terpenting adalah bahwa pihak-pihak yang bertikai merasa
sangat lelah.




596


Model siklus pencegahan dari Uni Eropa


597

Daftar Pustaka
Altendorfer, Otto; Wiedemann, Heinrich; Mayer, Hermann (Hsg): Der moderne
Medienwahlkampf, 2000 Media-Plus Verlag, Eichsttt, ISBN: 3-00-007039-7
Astafi ev, S.V./Shulman, G. L./Stanley, C.M./Snyder, A.Z./Van Essen, D.C./Corbetta,
M.:Functional Organization of Human Intraparietal and Frontal Cortex for Attending,
Looking, and Pointing. Journal of Neuroscience, June 1, 2003; 23(11), hal. 46894699
Bakunin, Mikhail, Letter to a Frenchman on the present Crisis, September 1870 dalam
Bakunin on Anarchy 1971
Barber, P. J./Cooper, S.: Poster Visibility. Technical Report for POSTAR UK Ltd., 1996
Bergsdorf ,Wolfgang: Probleme der Regierungskommunikation, dalam: Communications, 12
(1986) 3.
Buckley-Zistel, Susanne: Ethnographic Research after Violent Conflicts. Journal of Peace,
Conflict and Development (10), 2007
Tony Buzan, Barry Buzan: Das Mind Map Buch; Die Methode zur Steigerung des geistigen
Potentials, moderne Verlagsgesellschaft Mnchen.
Clausewitz, Carl von, Vom Kriege, 19. Auflage; Ferdinand Dmmlers Verlag, Bonn ISBN 3-
427-82019-X
Congleton, Roger: The Median Voter Model . In: Rowley, R. K.; Schneider, F. (Peny.): The
Encyclopedia of Public Choice. 2002.
Costy, Alexander dan Gilbert, Stefan: Conflict Prevention and the European Union. Mapping
the Actors, Instruments and Institutions, lonon, International alert, Juli 1998
Dalton, Russell J.: The Decline of Party Identifications In Parties without Partisans:
Political Change in Advanced Industrial Democracies, Oxford University Press, 2000
Diehl, Oliver, Muno, Wolfgang (Peny.): Venezuela unter Chvez Aufbruch oder
Niedergang? Vervuert 2005.
Dixit, Avinash K. dan Nalebuff, Barry J., Spieltheorie fr Einsteiger, Schaeffer Poschel
Verlag, Stuttgart 1995, ISBN 3-7910-0913-3
Ernst, Andreas M. dan Spada, Hans: kologisches Handeln im Konflikt. Die Allmende-
Klemme in P.Day, U.Fuhrer & U.Laucken (Hrsg.) Umwelt und Handeln (S. 63-85)
Tbingen.Attempto.
Gladwell, Malcolm, The Tipping Point. Wie kleine Dinge Groes bewirken knnen.
Burlington 2002, ISBN 978-3442-1278-01
Godin, Seth: Unleshing the Ideavirus. 2001 ISBN 978-0786887170
Grant, Robert M. (2002) Contemporary Strategy Analysis, concepts, Techniques,
Applications; 4th ed. Blackwell Publishers Inc, Oxford. ISBN 0-631-23135-8
Griffith, S.B., Sun Tzu, The Art of War, Oxford University Press, Oxford
Hahlberg, Werner (Peny.): Lehrmeister des kleinen Krieges. Von Clausewitz bis Mao tse
Tung und Che Guevara, 1968
Hardin, Garrett James, The tragedy of the commons, Science, 162, 1243-1248 (1968)
IBM: Unternehmensfhrung in einer komplexen Welt, 2010 www.ibm.com/ceostudy/de
Jackson, Richard: Writing the War on Terrorism. Language, Politics and Counter-Terrorism.
Manchester United Press, Manchester/New York 2005, ISBN 0-7190-7121-6
Kahneman, Daniel; Renshon Jonathan: Why Hawks win? in Foreign Policy Jan/Feb
2007, Washington
Kahney, Leander, Steve Jobs kleines Weibuch, 2008, Mnchen, ISBN 978-3-89879-351-3
judul asli Inside Steves Brain diterbitkan Portfolio ISBN 978-1-59184-198-2
Kaplan, Robert S.; Norton, David P.: The Balanced Scorecard - Measures that Drive
Performance. In: Harvard Business Review. 1992, January-February hal. 71-79.

598

Khoo, Kheng-Hor, Sun Tzu and Management, Pelanduk Publications, Petaling Jaya, Malaysia
ISBN 967-978-424-X
Khalizad, Zalmay M. dan Ochmanek, David A., Strategic appraisal 1997, Strategy and defense
planning for the 21st century, 1997, ISBN 0-8330-2456-6
Kirby, Justin; Marsden, Paul: Connected Marketing: The Viral Buzz and Word of Mouth
Revolution, 2005, New York, ISBN 978-0750-6663-43
Klein, Kim: Fundraising for Social Change, Inverness, CA, 1988.
Klitgaard, Robert: Controlling Corruption, University of California Press, 1988, ISBN 978-0-
520-07408-8
Knetsch, Jack L.: The Endowment Effect and Evidence of Nonreversible Indifference
Curves. In: The American Economic Review. Jilid. 79, No. 5 Dez. 1989, hal. 12771284
Kim,Minha: Cyberculture of Postmaterialism and political participation, Review of Korean
Studies, Volume 10 Number 4 (December 2007)
Knppel, Hartmut: Umweltpolitische Instrumente: Analyse der Bewertungskriterien und
Aspekte einer Bewertung, Nomos Verlagsgesellschaft, Baden-Baden, 1989
Kotler et al: The New Competition. Prentice Hall: New Jersey, Englewood Cliffs(1985)
Kotzur, Markus: "Krieg gegen den Terrorismus" politische Rhetorik oder neue Konturen
des "Kriegsbegriffs" im Vlkerrecht? Dalam: Archiv des Vlkerrechts (AVR). Jilid ke- 40,
2002, hal. 454-479.
Kress, Gunther R.: Literacy in the new media age. New York: Routledge. ISBN 0-415-25356-
X. (2003).
Labrousse, Alain: Die Tupamaros: Stadtguerilla in Uruguay. Mnchen: Hanser 1971. ISBN 3-
446-11419-X
Laughton, John Knox: The Defeat of the Spanish Armada 1588. State Papers, Suffolk 1987
Lazarsfeld et al.: The peoples choice, New York 1048
Leibenstein, Harvey: Bandwagon, Snob, and Veblen Effects in the Theory of Consumers
Demand, The Quarterly Journal of Economics (May 1950).
Loewenstein, Karl: Verfassungslehre . Cet. ke- 2. 1969, Tbingen, Mohr.
Luhmann, Niklas: Vertrauen. Ein Mechanismus der Reduktion sozialer Komplexitt. UTN,
Stuttgart 2000, ISBN 3825221857, S. 27
Mao tse Tung, Theorie des Guerilla-Krieges, 1967, rororo Taschenbuch 886
Machiavelli, Niccol, Der Frst; Alfred Krner Verlag, Stuttgart 1978 ISBN 3-520-23506-4
Machiavelli, Niccol, Politische Schriften, Fischer Taschenbuch-Verlag 1990 ISBN 3-596-
10248-0
Marty, Martin E; Appleby, R. Scott (Peny.):The fundamentalism project The University of
Chicago Press, Ltd., London.
Maslow, A. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review, 50, 370-396.
Maslow, A. (1954). Motivation and personality. New York: Harper.
Maslow, A. (1971). The farther reaches of human nature. New York: The Viking Press.
Mny, Yves / Sure, Yvesl (Peny.): Democracies and the Populist Challenge. Hounds-mill/New
York 2002.
Merz, Manuel: Wahlkampf im Internet, LIT-Verlag Berlin 2006, ISBN 3-8258-9262-X
Meyer, Thomas: Populismus und Medien. Dalam: Frank Decker (Pen.): Populismus in
Europa. VS-Verlag Wiesbaden. ISBN 3-89331-680-9 (2006)
Mintzberg, Henry, The rise and fall of strategic planning, The free press, New York ISBN 0-
02-921605-2
Musashi, Miyamoto: Das Buch der fnf Ringe, Piper-Verlag, Mnchen, ISBN 978-3-492-
04962-7
Neumann, W. Russell, The Threshold of Public Attention, Public Opinion Quarterly, 54
(1990).

599

Oesterreich, Rainer: Handlungsregulation und Kontrolle. Mnchen: Urban & Schwarzenberg
1981.
Peacock, W.E., Coporate Combat: Maple Vail, London
Pfertsch, Barbara: Themenkarrieren und politische Kommunikation, Aus Politik und
Zeitgeschichte B39/94, 30.9.94.
Priester, Karin: Populismus. Historische und aktuelle Erscheinungsformen, 228 S. Campus
Verlag, Frankfurt/New York 2007, ISBN 978-3-593-38342-2
Rapoport, Anatol dan Chamnah, Albert M.: Prisoners Dilemma, Michigan 1963, ISBN 978-
0-47206-165-5
Ronneberger, Franz: Die Rolle von Public Relations im politischen Entscheidungs-prozess, in
Frank E. Bckelmann (Peny.), Medienmacht und Politik, Berlin 1989, hal. 151.
Rosen, Emanuel: The Anatomy of Buzz: How to create Word of Mouth Marketing, 5005 New
York, ISBN 978-0385496681
Roth,Gerhard: Aus Sicht des Gehirns, suhrkamp, 2009, ISBN 978-3-518-29515-1
Roth,Gerhard: Das Gehirn und seine Wirklichkeit, suhrkamp, 1997, ISBN 3-518-28875-X
Roth, Gerhard: Persnlichkeit, Entscheidung und Verhalten. Warum es so schwierig ist, sich
und andere zu ndern. Klett-Cotta 2009, ISBN 978-3-608-94490-7
Schelling, Thomas: The Strategy of Conflict. Harvard University Press, Cambridge
1980, ISBN 9780674840317.
Sommer, Gert; Fuchs, Albert (Peny.): Krieg und Frieden. Handbuch der Konflikt- und
Friedenspsychologie. Weinheim 2004.
Spada, H. & Ernst A.M. : Wissen, Motivation und Verhalten in einem kologisch-sozialen
Dilemma. In K. Pawlik & K.-H. Stapf (Peny.), Umwelt und Verhalten. Bern: Huber, 1991.
Stahel, Albert A. Klassiker der Strategie Eine Bewertung (2004) vdf Hochschulverlag ETH
Zrich, ISBN 3-7281-2920-8
Sun Tzu, Wahrlich siegt, wer nicht kmpft: Die Kunst der richtigen Strategie. Verlag
Hermann Bauer KG, Freiburg. ISBN 3-7626-0384-7
Weber, Max: Wirtschaft und Gesellschaft, edisi baru 1985
Wee Chow Hou, Sun Tzu: War and Management, Addison Wesley Publishing Company
Singapore 1991 ISBN 0-201-50965-2
Wylie, J.C., Military Strategy: A General Theory of Power Control, Rutgers University Press,
USA
Yamamoto, Tsunetomo: Hagakure, Der Weg des Samurai, 2007, Piper-Verlag, Mnchen,
ISBN 978-3-8225-0644-8

600

Indeks
Ambient Media .......................................................................................................................... 362
Balanced Scorecard ................................................................................................................... 405
Besitztumseffekt ........................................................................................................................ 261
Blog ........................................................................................................................................... 365
Entscheidungsfindung ............................................................................................................... 260
Homo oeconomicus ................................................................................................................... 261
Internetforen .............................................................................................................................. 365
Klitgaard ...................................................................................................................................... 89
Komplexitt ............................................................................................................................... 281
Terrorismus ................................................................................................................................. 90
Vertrauen ................................................................................................................................... 281
Wahlentscheidungen ................................................................................................................. 260
Whlermarkt ................................................................................................................................ 90
Wahlsysteme ...................................................................................................................................
Quoten ........................................................................................................................................................................................ 505
Zugang zu Zielgruppen ...................................................................................................................
Soziale Netzwerke ....................................................................................................................................................................... 325




601

Peter Schrder, Konsultan Komunikasi dan Strategi Politik.
Setelah menamatkan kuliahnya di Christian Albrechts Universitt di Kiel, sejak tahun
1971 ia menjabat sebagai Manajer Utama Kantor Pusat FDP (Free Democratic
Party) di negara bagian Schleswig-Holstein. Setelah itu ia pindah ke kantor pusat
federal di Bonn dan menjabat sebagai Kepala Bagian "Komunikasi dan Jasa," dan
pindah lagi ke Friedrich-Naumann-Stiftung dan menjabat sebagai Kepala Bagian
"Program dan Pelatihan." Sejak tahun 1983 sampai 1987, ia menjadi mitra sebuah
agen marketing sosial di Bonn. Setelah itu ia berperan sebagai konsultan lepas di
bidang komunikasi dan strategi politik, dan menjabat sebagai Direktur Institut fr
Kommunikationsforschung e.V. (Institut Penelitian Komunikasi) di Sankt Agustin.

Peter Schrder adalah konsultan strategi kampanye, manajemen konflik, dan strategi
negosiasi serta proyek, yang bekerja untuk partai, pemerintah, walikota dan
organisasi non-pemerintah. Ia memiliki pengalaman di lebih dari 60 negara di seluruh
dunia.

Você também pode gostar