Você está na página 1de 15

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dengue Haemorhagic fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yaitu virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Eedes Agypty dan Alborictus. DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa serta seringkali menyebabkan kematian bagi penderita. Penyakit dengue merupakan penyakit endemik di indonesia tetapi dalam jarak 5-10 tahun dapat timbul letusan epidemi. Dengue pertama kali di Indonesia dicurigai berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970. Di Indonesia pengaruh musim terhadap demam berdarah dengue tidak begitu jelas, tetapi dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita antara bulan Maret Mei. Secara keseluruhan tidak terdapat pada bedaan atara jenis kelamin penderita, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada perempuan dari pada laki-laki. Penderita DHF yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan akan menimbulkan dampak seperti perdarahan pada semua organ, ensepalopati dan penurunan kesadaran. Maka dari itu sangat diperlukan peran perawat, untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah komplikasi yang terjadi. Melihat fenomena diatas maka kelompok merasa tertarik untuk membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Anak dengan DHF B. Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF

b. Tujuan Khusus -Mampu mengidentifikasi pada klien dengan masalah DHF -Mampu membuat pengkajian pada anak dengan masalah DHF -Mampu membuat diagnosa sesuai dengan prioritas masalah pada anak dengan DHF -Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan masalah DHF -Mampu mengaplikasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat -Mampu membuat evaluasi dari asuhan yang telah dilakukan

c. Manfaat Penulisan Klompok berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada bagi dengan DHF khususnya bagi bidang keperawatan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pegertian Panyakit dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropod born virus)dan diturunkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albodictus da aedes agypty). (Perawatan Anak Sakit : Ngastiyah2002 : 341 ) dengue haenoragic feve adalah penyakit yang terdapat pada anan-anak dengan gejala demam, nyeri otot dan sendi dan memburuk setelah dua hari pertama. (Ilmu Penyakit dalam jilid 1, 1991 :417) 2. Etiologi Penyebab penyakit dengue haemoragic fever adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal dengan 4 tipe (I, II, III, 1V) termasuk grup B atrotipe borne viruses, keempat virus ini a) Aedes agypti Paling sering ditemukan Nyamuk yang hidup didaerah tropis terutama yang hidup dan berkembang biak di dalam rumah yaitu di tempat penampungan air jernih atau ditempat penampungan air disekitar rumah Nyamuk ini tampak seperti bintik-bintik putih Biasanya menggit pada siang hari. Jarak terbang 100 m. Tempat habitatnya ditampat air yang jernih biasanya disekitar rumah atau pohon-pohon dimana tertampung air hujan yang bersih, misalnya pohon pisang, kaleng bekas dll. Menggit pada siang hari arak terbang 50 m. dapat ditemukan di indonesia panyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes albovitas antara lain :

b) Aedes Albovitas

4 derajat DHF menurut WHO, yaitu : Derajat I : Derajat II : Derajat III: Demam mendadak 2-7 hari serta gejala tidak khas dan salah satunya manifestasi perdarahan yaitu uji turniket positif Gejala I disertai perdarahan spontan dikulit atai perdarahan lain Gejala derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lama, tekanan darah menurun dan disertai kulit yang dingin dan lembab dan penderita gelisah. Derajat IV: Gejala derajat III disertai dengan shock dengan tekanan darah yang tidak beratur, nadi tidak terasa dan disertai dengan penurunan kesadaran, soanosis dan sidosis. 4. PATOFISIOLOGI Setelah virus dengue lahir masuk kedalam tubuh yaitu melalui pembuluh darah, penderiata akan mengalami keluhan dengan gejala seperti : demam, nyeri otot dfan pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemudian virus ini mulai rusak pembulu darah dan mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang terjadi secara mendadak degan akibat terjadinya pembesaran plasma dan elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah masuk ke ruang interisial sehingga menyebabkan hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan ke rongga serosa. Pada penderita dengan renjatan (shock) berat maka olume plasma dapat berkurang sampai 30% dan berlangsung selama 24 jam samapai 48 jam rejatan penjajaran hipovolemi ila tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan anoksi jaringan, asidosis metabolic sehingga terjadi penggeseran ion kalium intra seluler ke ekstraseluler-metabolisme ini diikuti pula dengan penurunan kontraksi otot jantung sehinga akan memperberat rejatan. Terjadi perdarahan disebabkan oleh : a. trombositpemia yang hebat, dimana trombosit mulai menurun pada masa deman dan mencapai nilai terendah pada masa rejatan.

b. darah. c. d.

Gangguan funsi trombosit yaitu fungsi agregasi trombosit disebabkan proses monologi pada tropinya komplek imun dengan peredaran Kelainan system koagulan disebabkan karena adanya kerusakan hati yang fungsinya memang terganggu oleh aktivitas system koagulasi. Pembekuan intra vaskuler yang meluas disseminated intra vaskuler coagulatin (DIC). ID secara potensial dapat terjadi pada penderita DHF tanpa panjatan akan memperberat DIC sehingga perannya lebih menonjol (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, 1999)

5.

TANDA DAN GEJALA Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat BHV dengan masa inkubasi antara 3 5 biasanya mengalami deman akut, disertai menggil saat demam yang terjadi berupa perdarahan bawah kulit, hepitaksis, hematomesis melena keluhan pada seluran nafas seperti batuk, mual, muntah, tidak ada nafsu makan dan konstipasi. Sedangkan keluhan pada ystem tubuh lainnya nyeri, sakit kepala, nyeri hulu hati, kelainan hematorik.

6.

KOMPLIKASI DHF bias mengalami perdarahan pada seluruh organ tubuh disertai perdarahan ginjal, jantung, paru-paru, limpa dan hati karena pembuluh darah rusak dan bocor sehingga tubuh kehabisan darah serta menyebabkan kematian.

7. a. Urine

PEMERIKSAAN PENUNJANG Periksaan laboratorium

Pada pemeriksaan urine ditemukan albimenemia dan bila telah sampai pada derajat shock klien akan mengalami huliguria. Darah

Pada pemeriksaan darah ditemukan trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 150.000/mm, hematokrit meningkat lebih dari 20% hasil pemeriksaan darah menunjukkan hiponatrenia.

b.

Pemeriksaan diagnostic Photo thorax Pada pemeriksaan denagan photo thorax dijumpai adanya fluearal efussion Pemeriksaan USG Pada pemeriksaan USG ijumpai adanya hepatomegali dan spenomegali.

8. Tira baring Makan lunak

PENATALAKSANAAN

Bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum sebanyak 1,5 2 liter dalam 24 jam Pengobatan bersifat sistomatik golongan analgetik Terapi cairan diberikan bila ada tanda-tanda shock yaitu keadaan umum yang makin memburuk maka perdarahan yang menunjang tromasitopemia maka klien harus pasang infuse dan dimonitor tanda-tanda vital Hb, Ht tiap 6 jam perhari pertama. Transfuse darah Diberikan apabila terdapat gejala yang membahayakan seperti hematemasis melena, penurunan kadar Hb dan peningkatan Ht.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS I. a. b. Pengkajian Identitas klien Riwayat kesehatan 1) RKD Biasanya klien suka tidur siang dan digigit nyamuk aedes agypti 2) RKS Biasanya klien mengeluh sakit perut, demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala dan menurunkan nafsu makan,perdarahan pada gusi dan hidung, hematemesirvena, bintik-bintik merah pada kulit, dingin dan lembab serta ujung jari dan hidung dingin. 3) RKK Biasanya penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk. 4) Riwayat Kesehatan Lingkungan Biasanya terjadi pada lingkungan yang airnya tergenang, nyamuk berkembang pada lingkungan yang bersih. c. Pemeriksaan Fisik Data diperoleh dengan pemeriksaan seperti inspeksi palpasi, perkusi dan diproleh auskultasi, biasanya data yang muncul pada lien dengan DHF adalah : 1. Compos mentis kooperatif 2. Mata Biasanya mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis 7 Kesadaran

3. 4. pada hidung (epistaksis) 5. kering 6. 7.

Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga , tidak ada serumen pada telinga Hidung Biasanya hidung lengkap kiri dan kanan dan biasanya terdapat perdarahan

Mulut Biasanya terdapat perdaraha pada gusi, bibir dan lidah kotor, mulut dan bibir Leher Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening terasa nyeri saat menelan. Abdomen Biasanya nyeri tekan pada episgasrium, mual dan muntah , serta klien mengeluh tidak ada nafsu makan, berat badan menurun

8. 9. Biasanya tidak ada kelainan 10. biasanya terjadi melena 11. sendi dan otot d.

Kulit Biasanya pada kulit terdapat bintik-bintik merah (pteki) Genita urinaria Anus Ekstremitas Biasanya lengkap kiri dan kanan terasa dingin dan lembab pada ujung-ujung jari tangan dan terasa nyeri pada

Pemeriksaan Tumbuh Kembang Ada kalanya penderita / klien DHF akan mengalami tumbuh kembang, baik perkembangan motorik halus tidak bergairah maupun perkembangan proses berfikir

c.

Data Psikologis

1)

Psikologis anak selama dirumah sakit akan merasa tersiksa karena lingkungannya yang asing bagi dirinya dan baru, serta takut dengan tindakan pengobatan.

2) Psikologis orang tua selama anaknya dirawat sakit orang tua kien biasanya cemas dan takut serta sering menanyakan tentang keadaan anaknya.

d.

Data Sosial Ekonomi Penyakit DHF dapat mengenai semua tingkat ekonomi dan lapisan masyarakat baik tua maupun anak-anak. Data social yakni : jarak menguras bak mandi, membuang kaleng-kaleng bekas disembarangan tempat, kain ergantung tungkat pendidikanyang rendah.

e.

Data Laboratorium Data laboratorium pada penderita DHF meliputi pemeriksaan darah yang menunjukkan : 1) Trombositopenik 2) Nilai hematokrit meningkat 3) Hiponatemia 4) Hipoprotein 5) PH darah meningkat 6) Haemoglobin meningkat.

f.

Data penunjang Fhoto thorak terdapatnya effuse pleura dan pada pemeriksaan USG terdapatnya hipotomegali dan spenomegali

2. KEMUNGKINAN DIAGNOSA

a. Resiko terjadinya shock hipovolemik b/d peninkatan permeabilitas pembuluh darah (Eristantie effendi, S.Kp, 1995) b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang tidak adekuat (Maryline, Doengoes, 2000) c. Gangguan rasa nyaman gelisah b/d peningkatan suhu tubuh (Marylne, Doengoes, 2000) d. Resiko trjadinya perdarahan intra abdominal b/d penurunan jumlah trombosit e. Kecemasan orang tua tingkat sedang b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit anaknya.(DHF) (mijakin,1994) 3. INTERVENSI A. Resiko terjadinya shock hipovolemik b/d peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Tujuan : Hipovolemik tidak terjadi Intervensi : 1) Kaji keadaan umum klien, monitor TTV Rasional: Diharapkan dapat mengetahui keadaan mum dan perkembangan klien 2) Kolaborsi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen Rasional: Dengan pemberian oksigen diharaopkan dapat membantu oksigenisasi jaringan karena dengan terjadinya shock hipovolemik suplay oksigen ke jaringan terganggu. 3) Kolaborasi dengan pemberian cairan intravena sesuain dengan order dokter. Rasional : Pemberian cairan intravena sangat iperlukan untuk mengatasi cairan yang cepat wsehingga shock tidak terjadi. 4) Cek HB dan HT setiap 6 jam Rasional : Diharapkan dapat mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang jadi patokan darah melakukan tindakan selanjutnya. 5) Kolaborasi dalam pemberian transfuse darah atau trombosit Rasional ; Diharapkan dipemberian trasusi darah kekurangan darah atau plasma darah karena shock hipovolemik dapat terpenuhi

10

sedangkan dalam pemberian tombosit diharapkan trombosit tidak menurun lagi. 6) Monitor adanya tanda-tanda perdarahan Rasional : Adanya perdarahan lebih lanjut dapat membesar kehilangan cairan yang dapat memperoleh shock. 7) Monitor intake output Rasional : Diharapkan dapat mengetahui keseimbangan cairan yang dialami klien

B.

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang tidak adekuat Tujuan : Kebutuhan nutrisi kien terpenuhi Intervensi 1) kaji keluhan mual dan muntah serta sakit menelan yang sesuai yang dialami klien Rasional : Penurun nafsu makan yang dialami oleh klien akibat rasa mual dan muntah dan sakit menelan yang dialami klien sehingga dapat ditentukan tindakan untuk mengatasinya.

2) kolaborasi dengan tim keseharan lain : Ahli gisi dalam pemberian diit. Rasional : Ahli gisi dapat menentukan diit yang diberikan sehingga kebutuhan klien akan nutrisi dapat terpenuhi. 3) Berikan klien makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : Makan dalam porsi kecil dan sering dapat mengurangi rangsangan muntah. 4) Hindari makan yang dapat merangsang mual dan muntah. Rasional : Makanan yang dapat merangsang muasl dan muntah dapat merangsang peristaltic usus. 5) Catat jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan klien setiap hari Rasional : Untuk mengetahui seberapa jauh pemenuhan nutrisi klien. 6) Timbang BB klien setiap hari bila memungkinkan. 11

Rasional : Untuk mengetahui status gisi klien sehingga dapat ditentukan tindakan selanjutnya.

C.

Gangguan rasa nyaman gelisah b/d peningkatan suhu tubuh Tujuan : gangguan rasa nyaman gelisah teratasi Intervensi 1) Istirahatkan klien Rasional : Aktifitas yang tidak terkontol dapat menimbulkan perdarahan. 2) Monitor penurunan trombosit dan hemoglobin Rasional : Dapat diketahuai adanya perdarahan dini sehingga dapat diambil tindakan segera. 3) Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga untuk segera melaporkan terjadinya tanda-tanda perdarahan lebih lanjut seperti malena,epitaksis dan hematemasis. Rasional : Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan akan membantu pasien mendapatkan penanganan swedini mungkin. 4) Hindari tindakan infasis melalui rectal seperti clisma, rectal temperature. Rasional : Diharapkan dapat mencegah perlukaan pada klien yang dapat menimbulkan perdarahan.

D.

Kecemasan orang tua klien b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit anaknya(DHF) Tujuan : Kecemasan orang tua klien berkurang atau hilang. 1) Melakukan perawatan pada klien secara intensif Rasional : Membantu pemulihan keadaan klien dan mengetahui perkembangan klien. 2) Berikan dorongan dan kesempatan pada orang tua klien untuk mengungkapkan perasaannya 12

Rasional : Adanya perasaan terpendam akan meningkatkan kecemasan dan stress pada orang tua klien. 3) ini. Rasional : Diharapkan orang tua klien mampu memahami situasi dan masalah yang timbul sehingga akan membentuk pola koping yang sesuai mengurangi kecemasan 4) Pelihara sikap empati dan ingin menolong klien Rasional : Sikap empati akan membantu klien dan keluarga merasa diperhatikan sehingga mengurangi kecemasan 5) Libatkan orang tua dalam perawatan Rasional ; Diharapkan keluarga lebih kooperatif dalam pengobatan dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk merawat klien dan dapat memberikan kepuasan bagi keluarga. 4. IMPLEMENTASI Implemtasi dilaksanakan setelah direncanakan guna memenuhi bobot secara optimal, pelaksanaan ini dapat dilakukan secara langsung dalam melakukan keperawatan dan mengawasi, mendiskusikan serta memberi tahu klien tentang tindakan yang akan dilakkukan . 5. EVALUASI Evaluasi merupakan kegiatan akhir dari asuhan keperawatan dimana perawat melihat sejauh mana ia mampu menerapkan asuhan keperawatan dan mencapai kriteria yang telah ditetapkan dalam tujuan. Bantu orang tua untuk mengidentifikasikan masalah yang timbul saat

13

BAB III PENUTUP Kesimpulan DHF adalah penyakit yang banyak menyerang anak dan remaja dan sering kali menjadi penyebab kematian. Penderita yang mengalami DHF biasanya menunjukkan gejala klinis seperti panas tinggi 2-7 hari, tampak bintik-bintik merah dikulit. Mulai dari nyeri abdomen pada kondisi yang lebih lanjut seringkali penderita mengalami epistaksis, hematemesis, dan melena serta tak jarang pula penderita sampai mengalami DSS Tindakan yang harus segera dilakukan agar penderita tidak mengalami kondisi yang lebih buruk (setelah penetapan diagnosis terhadap DHF) yaitu : 1. Isitirahat penderita (tirah baring) 2. Pemberian cairan baik melalui intravena maupun oral 3. Atasi demam dengan pemberian kompres dan obat-obatan antipiretik Selama masa perawatan perlu dimonitor adanya perdarahan masif dan curiga adanya perdarahan intra abdomen terutama jika pemeriksaan Hb menunjukkan secara dratis dan abdomen tegang. Pada dasarnya pengobatan DHF hanya berupa pengobatan simtomatik dan suportif dimana pengertian cairan merupakan tindakan utama. B. Saran 14

1. Diharapkan mahasiswa atau perawat mampu melakukan dan menerapkan proses keperawatan pada anak dengan DHF 2. Agar perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional pada anak dengan DHF

15

Você também pode gostar