Você está na página 1de 2

PELAKSANAAN OTONOMI DESA BERDASARKAN UU NO 5/1979 (STUDI KASUS DI KABUPATEN DATI II BANGKA DAN KODAYA DATI II PANGKAL PINANG)

A. FIKRY RACHMAN

: 352.009 272 598161 Rac p : Desa air itam dan Desa Tua Tunu Kodya Dati II Pangkalpinang dan Desa Dul dan Desa Karang Asem Kabupaten Dati II Bangka JANGKA WAKTU PENELITIAN : 6 Bulan PEMBIAYAAN : Rp. 1.500.000,-

NOMOR KLASIFIKASI LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini berangkat dari konsep yang menyatakan bahwa ada tiga cirri yang harus dimiliki suatu daerah otonom, yaitu: 1. Adanya urusan-urusan yang pengaturan dan pengurusannya dilakukan atas inisiatif dan dilaksanakan atas kebijaksanaan sendiri. 2. Adanya aparatur untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan tersebut. 3. Adanya sumber keuangan sendiri untuk membiayai pelaksanaan urusan-urusan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan data bahwa baik desa-desa di Kodya Pangkalpinang maupun di Kabupaten Bangka memiliki cirri-ciri daerah otonom sebagai diuraikan di atas, dengan julah dan macam urusan serta tingkat kemampuan otonomi yang berbeda. Desa-desa di Kodya Pangkalpinang memiliki 10 macam urusan, sedangkan Kabupaten Bangka 14 macam urusan. Perbedaan juga terjadi pada aparatur desa baik yang menyangkut aspek struktur organisaskan maupun umur. Struktur organisasi pemerintahan desa di Kodya Pangkalpinang lebih ter-defferensiasi dibandingkan dengan kabupaten Bangka. Kodya Pangkalpinang ada 5 Kepala urusan dalam struktur organisasi pemerintahannya, sedang di kabupaten BAngka hanya ada 3 Kepala Urusan. Demikian juga jumlah dan struktur organisasi LMD didesa desa Kodya Pangkalpinang anggota LMD berjumlah 17 orang sedangkan di Kabupaten Bangka bervariasi 5-17 orang. Dalam pada itu, pada LMD di desa-desa dalam wilayah Kodya Pangkalpinang struktur organisasinya dibagi ke dalam 3 bidang, yaitu pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, sedang di Kabupaten Bangka hanya satu desa yang LMD-nya struktur organisasi dibagi ke dalam 3 bidang seperti di Kodya Pangkalpinang. Kemudian tingkat pendidikan aparatur desa di Kodya Pangkalpinang rata-rata tamat SD dengan usia antara 35-46 tahun pada desa di Kodya Pangkalpinang dan rata-rata 46 tahun keatas di kabupaten Bangka. Demikian juga halnya dengan sumber PAD berbeda antara desa di Kodya PangkalPinang dengan Kabupaten Bangka baik yang menyangkut jumlah maupun macamnya. Desa-desa di Kodya Pangkalpinang memiliki 9-13 macam sumber PAD, sedang di Kabupaten Bangka 2-8 macam. Begitu pula desa-desa di Kodya Pangkalpinang memiliki APPKD, sedang di Kabupaten Bangka hanya satu desa (desa Dul) yang memiliki APKD. Konstribusi PAD trhadap totalitas

APPKD sangat kecil, 5,87% (Desa Tua Tunu), 37 % (Desa Air Itam), dan 40,13% (Desa Dul). Konsekuensinya, kemampuan desa di kedua daerah melaksanakan urusan otonominya sangat rendah, karena itu tidak mengherankan bila data menunjukkan bahwa hanya urusan umum dan pekerjaan umum saja yang dikerjakan desa sepanjang tahun. Temuan lain ialah hokum adapt dalam aspek-aspek tertentu masih diberlakukan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di kabupaten Bangka, sedangkan di Kodya Pangkalpinang tidak peranah diberlakukan lagi. Pengisian 17 buku administrasi desa berjalan baik di desa-desa di kodya Pangkalpinang, tetapi tidak demikian halnya di Kabupaten Bangka. Melihat data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan UU No 5/1979 di Kodya Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka, baik yang menyangkut aspek urusan dan tingkat kemampuan otonomi, tingkat kualits aparatur dan struktur organisasi pemerintahannya. Effektivitas pelaksanaan UU No 5/1979 nampaknya berjalan lebih baik di Kodya Pangkalpinang. Hal ini karena perbedaan sifat dan corak masyarakat, factor geograpis dan demograpis serta potensi ekonomi masyarakat desa di kedua DAti II tersebut. Karenanya perlu dilakukan penelitian selanjutnya yang menyeluruh terhadap otonomi desa di Propinsi Sumatera Selatan.

Refrensi yang digunakan sebanyak 7 judul

Você também pode gostar