Você está na página 1de 9

SOAL LATIHAN 1.Semua penderita obstruksi ringan-sedang diberi makanan roti kaya selulosa (rye bread).

Problem yang timbul adalah kentut-kentut (flatus). Yang terakhir ini diatasi dengan pemberian Lactobacilli. Orang coba dibagi menjadi 3 kelompok. a.Diberi RB b.Diberi RB + LB c.Kontrol (diberi roti biasa)

Tanggal lahir : 07 September 1991 Keterangan : tugas berdasarkan tanggal lahir yang seharusnya defekasinya sebanyak 9x tetapi karena dianggap defekasi selama 1 minggu itu sebanyak 7x. Maka untuk defekasi 2 diisi dengan data maksimum yaitu nilai 7.

Analisa data 1. Uji perbedaan dengan skala ordinal yakni defekasi dan flatus untuk 2 kelompok memakai Mann Whitney Test a. Melihat perbedaan pada kelompok 1 dan 2 berdasarkan defekasi 1 dan flatus 1 b. Melihat perbedaan pada kelompok 1 dan 2 berdasarkan defekasi 2 dan flatus 2 2. Uji perbedaan dengan skala ordinal yakni defekasi dan flatus untuk 3 kelompok memakai Kruskal Wallis Test (anova non parametric) a. Melihat perbedaan pada kelompok 1, 2, dan 3 berdasarkan defekasi 1 dan flatus 1 b. Melihat perbedaan pada kelompok 1, 2, dan 3 berdasarkan defekasi 2 dan flatus 2 3. Uji sebelum-sesudah dengan skala ordinal yakni defekasi dan flatus untuk 2 kali pengamatan memakai Wilcoxon signed rank test a. Melihat hasil sebelum-sesudah pada defekasi 2-defekasi 1 dan flatus 2-flatus 1

1. Uji perbedaan dengan skala ordinal yakni defekasi dan flatus untuk 2 kelompok memakai Mann Whitney Test a. Melihat perbedaan pada kelompok 1 dan 2 berdasarkan defekasi 1 dan flatus 1

ANALISA : Pada defekasi 1 terlihat mean rank 21,66 pada kelompok RB dan 12,23 pada kelompok RB + LB yang nilainya jauh berbeda sehingga memberi hasil pada Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,005 dan ini berarti H0 ditolak (ada apa-apanya). Hal ini berkebalikan pada flatus 1 terlihat mean rank 15,08 pada kelompok RB dan 20,57 pada kelompok RB+LB yang nilainya hampir berdekatan sehingga disimpulkan H0 diterima(tidak ada apa-apanya) yakni pada Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,054 dan ini menunjukkan besar peluang kebetulannya. Kesalahan alfa adalah menyatakan ada perbedaan padahal perbedaan tersebut tidak ada. Nilai yang biasa digunakan antara 0,01 sampai 0,05. Apabila d (penyimpangan) 5% atau 0,05 maka dapat dikatakan sebagai kesalahan . Bila diamati dengan seksama hal ini terlihat pada defekasi 1 sebesar 0,005 (H0 ditolak).

1.b. Melihat perbedaan pada kelompok 1 dan 2 berdasarkan defekasi 2 dan flatus 2

ANALISA : Pada defekasi 2 terdapat mean rank 19,74 pada kelompok 1 dan 14,67 pada kelompok 2 yang jaraknya berdekatan sehingga memberi hasil pada Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,111 yang berarti H0 diterima (tidak ada apa-apanya). Sedangkan pada flatus 2 mean rank yang terlihat 13,08 pada kelompok 1 dan 23,10 pada kelompok 2 yang jaraknya sangat jauh sehingga dapat dikatakan H0 ditolak (ada apa-apanya) dan ini terlihat jelas pada hasil tes statistik yakni Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,001.

Pada prinsipnya kesalahan memiliki makna tidak ada apa-apanya. Nilai yang biasa digunakan antara 0,01 sampai 0,05. Apabila d (penyimpangan) 5% atau 0,05 maka dapat dikatakan sebagai kesalahan alfa. Bila diamati dengan seksama hal ini terlihat pada flatus 2 sebesar 0,001 (H0 ditolak).

2.a. Melihat perbedaan pada kelompok 1, 2, dan 3 berdasarkan defekasi 1 dan flatus 1

ANALISA: Tujuan dari Kruskal-Wallis Test adalah untuk melihat uji perbedaan pada 3 kelompok dengan skala ordinal. Pada defekasi 1 atau defekasi awal yakni sebelum pemberian terapi terlihat mean rank masing-masing pada kelompok RB=28,87 , RB+LB=16,10 dan kontrol= 20,00 dengan hasil tes statistik Asymp. Sig yaitu 0,009 dapat memberi kesimpulan H0 ditolak (ada apaapanya) dan ini disebut sebagai kesalahan . Alasannya karena (penyimpangan) kurang dari 5% atau 0,05.

Pada flatus 1 terlihat mean rank masing-masing pada kelompok RB= 18,63 , RB+LB= 25,73 dan kontrol= 25,00 dengan hasil tes statistik Asymp. Sig yaitu 0,117 sehingga kesimpulannya H0 diterima (tidak ada apa-apanya) karena jarak mean rank berdekatan.

ANALISA : Pada defekasi 2 terlihat Asymp. Sig 0,000 artinya H0 ditolak karena d (penyimpangan) kurang dari 5% atau 0,05 walaupun tidak jelas asal perbedaan itu dari kelompok RB ke kontrol atau RB+LB ke kontrol. Alasannya karena jarak mean rank RB dan RB+LB berdekatan tetapi jarak kedua kelopok tersebut ke kontrol sangat jauh. Pada flatus 2 terlihat Asymp. Sig 0,003 artinya H0 ditolak karena d (penyimpangan) kurang dari 5% atau 0,05. Kesimpulannya defekasi 2 dan flatus 2 mengalami ada apa-apanya atau H0 ditolak.

3.a. Melihat hasil sebelum-sesudah pada defekasi 2-defekasi 1 dan flatus 2-flatus 1

ANALISA : Pada defekasi2-defekasi 1 total sampel ada 44 orang. Terdapat 4 orang yang mengalami defekasi yang lebih parah setelah mendapat intervensi pengobatan, 28 orang yang mengalami efek positif intervensi pengobatan yakni defekasinya berkurang, dan 12 orang diantaranya mengalami defekasi yang sama saja dari sebelumnya. Lalu hasil tes menunjukkan 0,000 artinya H0 ditolak (ada apa-apanya). Kesimpulannya intervensi pemberian RB maupun RB+LB mempunyai pengaruh terhadap masalah defekasi. Sedangkan pada flatus2-flatus 1 total sampel ada 44 orang, 5 diantaranya mengalami flatus yang lebih parah setelah mendapat intervensi pengobatan, 9 orang yang mengalami efek positif intervensi pengobatan yakni flatusnya berkurang , dan 30 orang diantaranya mengalami flatus yang sama saja dari sebelumnya. Lalu hasil tes menunjukkan 0,285 ini artinya H0 diterima (tidak ada apa-apanya). Kesimpulannya intervensi pemberian RB maupun RB+LB tidak mempunyai pengaruh terhadap masalah flatus pada penderita (sampel).

Você também pode gostar