Você está na página 1de 14

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan masa depan bangsa.

Merek merupakan sasaran dan pelaku yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan. Selain jumlahnya yang besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia, juga mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik (Depkes RI, 2008). Sejarah menunjukkan, gagal atau berhasilnya suatu bangsa dimasa depan tergantung dari bagaimana bangsa itu menghadapai masalah kesehatan anak. Kesadaran inilah yang melatarbelakangi dikembangkan upayan pembinaan kesehatan anak usia sekolah. Mengingat pentingnya anak sebagai aset terciptanya sumberdaya manusia yang lebih baik, maka perlu dikaji berbagai aspek yang salah satunya kesehatan. Dalam tujuan pembangunan nasional anaka merupakan harapan untuk memajukan bangsa dan sekolah merupakan tempat yang ideal dalam menciptakan kesadaran anak dalam menjaga kesehatannya karena sebgaian waktu anak dihabiskan di sekolah. Sekolah dapat dijadikan sarana untuk membekali diri dengan pengetahuan dan kemampuan dalam melindungi diri. Promosi kesehatan perlu diberikan dalam masyarakat khususnya usia dini terutama pada anak-anak usia sekolah. Materi promosi kesehatan yang yang diberikan bukan hanya teori tetapi juga keahlian dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Promosi kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Proses promosi kesehatan dalam mencapai tujuan melalui perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut diantaranya ialah materi atau pesan yang disampikan, alat bantu atau alat peraga pendidik yang dipakai, metode yang digunakan serta pendidik atau petugas yang melakukan promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Untuk mencapai perubahan perilaku dalam promosi

kesehatan dibengaruhi oleh berbagai faktor meliputi metode, materi atau pesan, pendidik dan alat peraga yang digunakan. Beberapa metode promosi kesehatan meliputi pendidikan individual, kelompok dan massa (publik). Metode pendidikan kelompok meruapakan metode yang harus sesuai dengan besar kelompok dan tingkat pendidikan sasaran. Metode kelompok besar merupakan metode penyuluhan > 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar adalah ceramah dan seminar. Metode kelompok kecil Peserta kegiatan < 15 orang, metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, Buzz group, bermain peran dan simulasi. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas tentang promosi kesehatan pada anak usia sekolah dengan metode simulasi. 1.1 Tujuan 1.1.1 Tujuan Umum : Menjelaskan promosi kesehatan pada anak usia sekolah dengan metode simulasi. 1.1.2 Tujuan Khusus : 1. Menjelaskan konsep promosi kesehatan 2. Menjelaskan konsep anak usia sekolah 3. Menjelaskan metode-metode dalam promosi kesehatan khususnya metode simulasi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Promosi Kesehatan 2.1.1 Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan sehingga masyarakat menerima atau membeli atau mengenal pesan-pesan tersebut yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2005). Menurut Ottawa Cherter 1986 dalam buku Notoatmodjo (2007) promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial. Maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannay (fisik, sosial budaya dan sebagainya). Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik dalam masyarakat sendiri atau organisasi dan lingkungannya (fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007). Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja tetapi meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik atau nonfisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan. Menurut Green (Notoatmodjo, 2005) promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,yaitu : 1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang. 2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undangundang, peraturan dan surat keputusan. 2.1.2 Visi dan Misi Promosi Kehatan Visi dalam promosi kesehtan adalah promosi kesehatan sebgai penunjang program-program kesehatan yang lain. Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari undang-undang kesehatan No. 23/ 1992 atau WHO yakni meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi atau sosial. Promosi kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan maupun program kesehatan lainnya bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik kesehatan individum kelompok atau masyarakat. Misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Misi promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi 3 butir meliputi advokat (advocate), menjembatani (mediate) dan memampukan (enable). 2.1.3 Strategi Promosi Kesehatan Strategi promosi kesehatan adalah cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien. 1. Strategi Global (Promosi Kesehatan) menurut WHO 1948 a. Advocacy (Advokasi) Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik dibidang kesehatan atau sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap publik. b. Dukungan sosial Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat baik formal atau informal yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama. Selanjutnya toma dan toga diharapkan dapat menjembatani anatara pengelola program kesehatan dengan masyarakat.

c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan ditujukan kepada masyarakat langsung sebagai sasaran primer. Tujuannya agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. 2.1.4 Sasaran Promosi Kesehatan 1. Sasaran Primer Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. 2. Sasaran Sekunder Para tokoh masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat. Sasaran sekunder memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok diharapkan selanjutnya kelompok akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sekitar. 3. Sasaran Tersier Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusai atau daerah adalah sasaran tersier promosi kesehatan. Upaya sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi. 2.2 Konsep Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6 tahun- 18 tahun mempunyai persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lain (Notoatmodjo, 2005) Tahap Perkembangan anak usia sekolah (Wong, 2001) a. Perkembangan Psikoseksual menurut (Sigmund Freud) Periode laten yaitu waktu tenang antara Odipus pada masa kanak-kanak awal dan oritisisme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas. b. Perkembangan Psikososial (Erikson)

Rasa industri atau tahap pencapaian, anak usia sekolah ingin sekalo mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan berguna secara sosial. c. Perkembangan Kognitif (Piaget) Operasional konkret, anak mampu menggunakan proses pikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan. Proses pikiran yang memungkinkan anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. d. Perkembangan moral (Kohlberg) Anak memiliki pola pikir yang logis, anak mempercayai bahwa standart perilaku berasal dari diri sendiri tetapi lebih mempercayai bahwa peraturan ditetapkan dan diatur oleh orang lain. 2.2.1 Usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) Usia Sekolah Dasar disebut juga periode intelektualitas, atau periode keserasian bersekolah. Pada umur 6-7 tahun seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode Sekolah Dasar terdiri dari periode kelas-kelas rendah, dan periode kelas tinggi. Pada kelas-kelas rendah (umur 6-9 tahun), seorang anak biasanya menunjukkan ciri (Depkes RI, 2008): a. Adanya korelasi positif yang cukup tinggi antara kondisi fisik dengan prestasi. b. Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang ada dalam dunianya. c. Cenderung memuji diri sendiri. d. Seringkali membandingkan dirinya dengan temannya. e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting. f. Pada periode ini (utamanya usia 6-8 tahun), seorang anak menghendaki nilai rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak. Adapun pada kelas-kelas yang lebih tinggi (10-12 tahun), seorang anak memiliki ciri : a. Punya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit. b. Realistik, ingin tahu dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir periode (lulus SD) mulai terlihat minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai tanda mulai menonjolnya bakatbakat khusus pada diri seorang anak. d. Sampai usia 11 tahun, seorang anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak mulai mempunyai keterampilan untuk menyelesaikan tugastugasnya tanpa tergantung bantuan orang lain. e. Anak memandang angka rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya. f. Mulai senang membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, sekaligus membuat peraturan sendiri, yang berbeda dari aturan yang sebelumnya. 2.2.2 Usia Sekolah Menengah Usia sekolah menengah bertepatan dengan dimasukinya periode remaja, yang terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu (Depkes RI, 2008): a. Periode remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif, dalam jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial. b. Periode remaja madya; yang ditandai tumbuhnya dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, serta mencari sesuatu yang dianggap bernilai tinggi, pantas dijunjung dan dipuja. c. Periode remaja akhir; adalah periode dimana remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, yang akan memberikan dasar baginya memasuki periode dewasa. Pada setiap periode perkembangan anak, paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: a) kondisi fisik, emosional, intelektual danketerampilan individu b) arah perkembangan, harapan dan cita-cita individu c) gangguan, ancaman dan hambatan yang terjadi. Apabila ditinjau secara komprehensif dan teoritis, seiring dengan bertambahnya umur seorang anak, seharusnya pengetahuannya tentang kesehatan semakin baik, dimana pengetahuan yang baik diikuti oleh gaya hidup dan motivasi untuk melindungi diri yang lebih baik (Depkes RI, 2008).

2.3 Metode Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebur maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan tersebut diharapkan membawa perubahan perilaku sasaran. Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Untuk mencapai perubahan perilaku dalam promosi kesehatan dibengaruhi oleh berbagai faktor meliputi metode, materi atau pesan, pendidik dan alat peraga yang digunakan. Beberapa metode promosi kesehatan meliputi pendidikan individual, kelompok dan massa (publik). 1. Metode pendidikan individual (perorangan) Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatau perubahan perilaku atau inovasi. Agar pendidik mengetahui tepat dan dapat membantunya, maka perlu menggunakan metode: a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance dan counceling) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannnya. b. Wawancara (interview) Cara ini bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas dengan klien untuk menggali informasi. 2. Metode Pendidikan Kelompok Metode pendidikan kelompok harus sesuai dengan besar kelompok dan tingkat pendidikan sasaran. a. Kelompok Besar Peserta penyuluhan > 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar adalah ceramah dan seminar 1. Ceramah Untuk sasaran yang berpendidikan tinggi atau rendah, hal yang perlu diperhatikan adalah: penceramah harus menguasai materi, mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

2. Seminar Metode ini cocok untuk kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian dari satu ahli atau beberapa ahli tentang topik yang dianggap penting dan hangat dimasyarakat. b. Kelompok Kecil Peserta kegiatan < 15 orang, metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain: 1. Diskusi kelompok Pemimpin diskusi memberikan pancingan-pancingan berupa pertanyaan sehubungan topik yang dibahas. Pemimpin mengarahkan dan mengatur jalan diskusi sehingga semua anggota dapat kesempatan berbicara. 2. Curah Pendapat (Brain storming) Prinsip sama dengan diskusi kelompok tapi tiap anggota kelompok memberikan tanggapan. Tanggapan tersebut ditampung dan ditulis dalam Flipchart. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapat tidak boleh komentar. 3. Bola Salju Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaanatau masalah. Setelah 5 menit maka tiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulan. Kemudian tiap pasangan yang beranggotakan 4 orang bergabung lagi dengan pasangan lainnya sehingga akhirnya terjadi diskusi seluruh anggota kelompok. 4. Kelompok-kelompok kecil (Buzz group) Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (Buzz group) yang kemudian diberi suatu masalah yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil

dari

tiap

kelompok

didiskusikan

kembali

dan

dicari

kesimpulannya. 5. Memainkan Peran Dalam metode ini beberapa anggota ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peran. 6. Permainan Simulasi Metode ini gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah) dan papan main. Beberapa orang jadi pemain dan sebagian sebagai narasumber. 3. Metode Pendidikan Massa Metode ini cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan bersifat umum yang tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan. Pesan yang disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa. Metode yang cocok utnuk pendekatan massa. a. Ceramah umum b. Pidato-pidato melalui media elektronik baik TV atau radio. c. Simulasi d. Tulisan-tulisa di majalh atau koran dalam bentuk artikel. e. Poster, spanduk. 2.3.1 Metode Simulasi Simulasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tanggung jawabnya. Dapat dikatakan pula bahwa simulasi diartikan sebagai satu kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari

atau yang berkaitan dengan tugas-tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya jika kelak pembelajar sudah bekerja. Tujuan metode simulasi adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan akselarasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik pembelajar, kemampuan pembelajar ditingkatkan dalam keterampilan berkomunikasi sederhana dan kepekaan terhadap aksi orang lain agar terbentuk sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya. 2. Menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkan. 3. Menggunakan pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. 4. Memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami perasaan kejiwaan dan batin tertentu. 5. Menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati. 6. Memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan, sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya. Kelebihan dan kekurangan dari metode simulasi adalah sebagai berikut: A. Kelebihan: 1. Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan tanpa menanggung kerugian. 2. Melibatkan pembelajar secara aktif; dan memberikan kesempatan kepada pembelajar secar langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam lingkungan yang sesungguhnya. 3. Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. 4. Belajar mengalami suatu kegiatan tertentu. 5. Dapat meningkatkan motivasi pembelajar 6. Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek tidak memadai.

7. Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata. 8. Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul. 9. Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian. B. Kekurangan: 1. Kurang efektif menyampaikan informasi umum. 2. Kurang efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya akan lebih efektif bila dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil; 3. Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan, karena diperlukan banyak alat bantu. 4. Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya. 5. Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan situasi sebelumnya, baik dalam hal kecanggihan alat, lingkungan dan sebagainya. 6. Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak (Syaefuddin, 2002).

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja tetapi meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik atau nonfisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan. 2. Apabila ditinjau secara komprehensif dan teoritis, seiring dengan bertambahnya umur seorang anak, seharusnya pengetahuannya tentang kesehatan semakin baik, dimana pengetahuan yang baik diikuti oleh gaya hidup dan motivasi untuk melindungi diri yang lebih baik. 3. Simulasi merupakan kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada pembelajar untuk meniru satu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tugastugas yang akan menjadi tanggung jawabnya. 3.2 Saran Mengingat pentingnya anak sebagai aset terciptanya sumberdaya manusia yang lebih baik, maka perlu dikaji berbagai aspek yang salah satunya kesehatan. Dalam tujuan pembangunan nasional anak merupakan harapan untuk memajukan bangsa dan sekolah merupakan tempat yang ideal dalam menciptakan kesadaran anak dalam menjaga kesehatannya.

Daftar Pustaka Depkes RI. 2008. Promosi Kesehatan di Sekolah. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi . Jakarta: Rineka Cipta. Syaefuddin. 2002. Pembelajaran Teknik Melatih Bagi Pelatih: Modul 2 Metode Pembelajaran. Jakarta: Pusdiklat Depkes RI. Wong. 2001. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC

Você também pode gostar

  • Pkrs Luka Bakar
    Pkrs Luka Bakar
    Documento8 páginas
    Pkrs Luka Bakar
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • UNTUK LOGIKA
    UNTUK LOGIKA
    Documento13 páginas
    UNTUK LOGIKA
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Bedah Dahlia
    Bedah Dahlia
    Documento10 páginas
    Bedah Dahlia
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Documento1 página
    Analisis Jurnal
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Contoh Lamaran
    Contoh Lamaran
    Documento2 páginas
    Contoh Lamaran
    fakrulnersmuda
    100% (1)
  • Woc Flu Babi
    Woc Flu Babi
    Documento1 página
    Woc Flu Babi
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Jiwa 6
    TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Jiwa 6
    Documento4 páginas
    TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Jiwa 6
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Pengumuman Cpns Walikota Surabaya 2013
    Pengumuman Cpns Walikota Surabaya 2013
    Documento5 páginas
    Pengumuman Cpns Walikota Surabaya 2013
    defri7m77putra
    Ainda não há avaliações
  • CPNS BNN 2013
    CPNS BNN 2013
    Documento17 páginas
    CPNS BNN 2013
    Prima Tour
    100% (1)
  • DPN
    DPN
    Documento1 página
    DPN
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Contoh Pernyataan
    Contoh Pernyataan
    Documento1 página
    Contoh Pernyataan
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Epilepsi Anak
    Epilepsi Anak
    Documento21 páginas
    Epilepsi Anak
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Rencana Intervensi Seminar Luka Bakar
    Rencana Intervensi Seminar Luka Bakar
    Documento7 páginas
    Rencana Intervensi Seminar Luka Bakar
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • 09 - Bab Iv
    09 - Bab Iv
    Documento11 páginas
    09 - Bab Iv
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Kanker Serviks
    Kanker Serviks
    Documento8 páginas
    Kanker Serviks
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Neuro
    Tugas Neuro
    Documento25 páginas
    Tugas Neuro
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Hadir Kegiatan Pkrs
    Daftar Hadir Kegiatan Pkrs
    Documento1 página
    Daftar Hadir Kegiatan Pkrs
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Penyuluhan Kesehatan
    Penyuluhan Kesehatan
    Documento4 páginas
    Penyuluhan Kesehatan
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Juknis - Kegiatan Promosi Kesehatan
    Juknis - Kegiatan Promosi Kesehatan
    Documento13 páginas
    Juknis - Kegiatan Promosi Kesehatan
    fakrulnersmuda
    0% (1)
  • Revisi
    Revisi
    Documento16 páginas
    Revisi
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Konsep Dasar Nifas
    Konsep Dasar Nifas
    Documento8 páginas
    Konsep Dasar Nifas
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Tabulasi Revisi
    Tabulasi Revisi
    Documento2 páginas
    Tabulasi Revisi
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • 19502690
    19502690
    Documento168 páginas
    19502690
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi Baru
    Daftar Isi Baru
    Documento5 páginas
    Daftar Isi Baru
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Ca Kulit PDF
    Ca Kulit PDF
    Documento12 páginas
    Ca Kulit PDF
    Yulianti Purnamasari
    Ainda não há avaliações
  • Chapter II PDF Usu
    Chapter II PDF Usu
    Documento21 páginas
    Chapter II PDF Usu
    Brian Boyd
    Ainda não há avaliações
  • EVALUASI
    EVALUASI
    Documento1 página
    EVALUASI
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Ronde Keperawatan KLP IV
    Proposal Ronde Keperawatan KLP IV
    Documento22 páginas
    Proposal Ronde Keperawatan KLP IV
    Anrifail
    Ainda não há avaliações
  • Sifat
    Sifat
    Documento4 páginas
    Sifat
    fakrulnersmuda
    Ainda não há avaliações
  • Appendicitis Perforasi
    Appendicitis Perforasi
    Documento24 páginas
    Appendicitis Perforasi
    buyung palala
    0% (2)