Você está na página 1de 3

FENOMENA PENYAKIT KURU-KURU

Mungkin hanya sedikit yang mengerti dengan kata kuru-kuru ini, namun untuk istilah kanibalisme pasti smua orang mengerti. Kuru-kuru sama halnya dengan kanibalisme yaitu suatu penyakit fatal yang dihasilkan oleh satu budaya yang menyerang otak dan system saraf yang di temukan di forew selatan penduduk pegunungan papua nugini bagian timur.bukti sekarng menunjukkan prion sebagai penyebabnya. Gejala-gejalanya termasuk kelumpuhan. Kontrksinya otot wajah dan kehilangan pengendalin motorik yang menghasilkan ketidak mampuan untuk berjalan dan makan. Korban penyakit kuru-kuru ini dapat menjadi kurus secara progresif. Penduduk fore selatan menyebut penyakit ini penyakit gemetaran ( trembling sickness) dan penyakit tertawa. Gambaran penykit ketawa karena ada buktinya yaitu berupa otot-otot wajah dari korban tertarik sehingga terlihat seperti suatu senyuman. Kematian hamper selalu terjadi 612 bulan sebagai onset gejala. Penyakit kuru-kuru pertama kali di dokumentasikan diantara penduduk fore selatan pada awal abad ke 20 dan secara progresif menjadi lazim pada 1950an. Puncaknya palng banyak menimpa wanita berumur 20an dan 30an. Ini menyebabkan masalahmasalah social. Normanya pria mempunyai beberapa istri dan anak-anak di rawat oleh wanita. Namun karena penyakit ini, terlalu sedikit wanita, jadi wanita dapat menikah lagi dan pria-pria di tinggal dengan kewajiban menjaga anaknya.para pri benci dan bingung dengan kenyataan ini, akhirnya penduduk fore selatan mempunyai suatu penjelasan sendiri untuk penykit ini.mereka secara logis maengasumsikan bahwa kuru adalah ulah penyihir yang menggunakan sihir menulara, jadi penduduk sangat berhati hati untuk membersihkan bagian-bagian rumahnya untuk meyakinkan bahwa penyihir tidak bias mendapatkan rambut, potongan kuku jari, feses atau kepunyaan pribadi dibelakang rumah. Wamita yang sakit kadang-kadang mengatalkan identitas penyerang mereka yang dikatakan dating ke mimpi, selain itu , kaum pria juga membuat suatu tes untuk menentukan identitas si penyihir mungkin tetangga dekat atau saudara. Perburuan penyihir di atur dan penyihir tadi di paksa mengakui dan kemudian di wajibkan mengikuti pemujaan anti sihir kepada suku mengusulkan agar mereka melaporkan kepada kepala pemerintah colonial bahwa ada orang yang sedang membunuh kaum wanita mereka, kemudian mereka menyarankan agar semua orang yang di ajak suatu tempat terpencil dan meniggalkan wanita-wanita itu beserta anak-anaknya setalah beberapa waktu mereka berada tempat terpencil tersebut mereka akan kembali melihat apakah kuru telah hilang atau tidak. Tidak ada satu pun dari langkah-langkah ini untuk memperlambat peningkatan jumlah korban kuru. Mereka melihat ada suatu masalah disini biasanya jika ada orang-orang marah hanya akan membunuh satu orang, menghancurkan anjingnya, atau memotong pohon-pohon pisangnya. Cukup satu hal yang dilakukan tetapi kuru menyerang secara berlebihan. Awal 1950an sebuah tim dokter australi mulai bekerja untuk menemukan apa yang menyebabkan kuru dengan harapan menemukan cara penyembuhan. Antropologis mencari jejak kasus-kasus penyakit d dalam garis keluarga untuk melihat jika itu adalah penyakit keturunan. Seorang dokter anak America bernama charlethon gaj dusek dating ke papua nugini untuk mencoba menyelesaikan masalah. Melalui pemeriksaan mikrokopis jaringan dari orang yang

meninggal karena kuru, dia menemukan bahaw penyakit di bawa ke darah dan di kosentrasikan ke jaringan otak. Transmisinya melalui kanibalisme penduduk fore selatan makan kerabat mereka yang meninggal, sedangkan wanita memotong jenazah dan sebagai kanibal utama. Priapria secara umum berfukir bahwa itu bukan kebiasaan seorang pria sehingga bisanya mereka makan babi. Awal tahun 1960an, kanibalisme merupakan pelanggaran hokum di papua nugini. Sejak itu, jumlah kuru telah turun secara signifikan tetapi belum begitu terlekat, karena kuru adalh penykit yang memerlukan massa inkubasi yang sangat panjang, antara 1960 dan 2004, 11 orang yang di diagnosis tampak mereka di lahirkan sebelum 1950 dan telah meginap kuru sebelum akhir kanibalisme. Ini berarti masa inkubasinya 34 sampai 41 tahun. Kebudayaan di balik penyakit kuru Sesungguhnya banyak dari korban kuru tidak mempunyai hubungan biologis secara dekat, tetapi merupakan kerabat non-biologis. Fore merupakan nama kelompok regional benar kepunyaan mereka, daerah pemerintah ini merupakan suatu kesatuan dengan sedikit perbedaan adat istiadat. Unit yang lebih kecil disebut jemaat, terdiri dari satu atau beberapa batas dusun-dusun kecil, anggota-anggotanya mempunyai kepentingan hokum atau hutan keramat. Idealnya, kesatuan ini bekerja sama untuk pertahanan dan menyelesaikan perselisihaninternal secara damai-subdivisi jemaat terkecil adalah louner, kaum suatu kelompok orang yang berpikir bahwa diri mereka sebagai keturunan dari suatu patrilineal nenek moyang, yang biasanya tinggal bersama dan menikah, dengan pilihan untuk mpria menikah dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya. Mereka juga ikut serta memasang harga pengantin dan member kerabat mereka yang tekah meniggal untuk di konsumsi ole kaum dari saudara laki-laki ibu mereka, memperkecil hokum adat mengenal pertukaran dari barang-barang bernilai lainnya. Antara kerabat yang dihubungkan dengan kekerabatan dan pernikahan. kesatuan dan keharmonisan yang ada begitu lemah. Kaum imigran membentuk kantungkantung dan menikmati keadilan sepanjang mereka berlanjut mengunjungi dan memelihara ketertarikan dengan kelompok asli ini. Penerimaan kelompok-kelompok imigran menyelesaikan masalah kolonisasi khususnya dengan penduduk fore pada waktu itu yaitu dengan pernikahan singkat dengan wanita. Beban pendatang baru untuk bergabung ke dalam kelompok ini tergantung pada rasa kesetiaan dan memiliki satu darah, rasa persatuan bagi yang bermukim dan bertindak secara bersama-sama dan juga rasa berbagi hakikat jasmaniah bagi orang-orang yang makan makanan yang tumbuh pada tanah mereka. Sesuai dengan jalannya waktu, invidu yang menunjukkan komitmen untuk beradaptasi dengan kelompok ini akan memiliki status kekerabatan. Hubungan ini di artikan dengan suatu status kekerabatan dan ditetapkannya suatu aturan moral untuk kehidupan, tetapi tetap tidak ada hubungan genetic.

Suatu hubungan kekerabatan lebih erat terjadi dengan pembuatan kekerabatan kagisa. Individu yang tidak diketahui hubungan kekerabatannya menukar makanan dan kekayan didalam suatu acara makan formal sepanjang kagine, ketika matahari berada diatas kepala langsung persetujuan dengan matahari, sebuah kosmik, dan disahkan dengan konsumsi makanan yang tuumbuh di sekitar rumah.ikatan ini juga membangun dasar kekerabatan. Kekerabatan kagisa penting untuk menciptakan kakak laki-laki dan ibu dengan suatu pilihan untuk para pria menikah anak perempuan dari kakak laki-laki ibu. Untuk menciptakan saudara perempuan yang dapat memberikan saudara laki-lakinya sumber makanan dan kasih sayang. Dan suatu bagian dari hadiah pernikahan ketika saudara perempuan kagisa menikah.

Você também pode gostar