Você está na página 1de 29

IDENTIFIKASI DAN PREPARASI CAPLAK SAPI DENGAN METODE SLIDE

TUGAS AKHIR

NOOR IRSAN 10/307643/DKH/01688

PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

IDENTIFIKASI DAN PREPARASI CAPLAK SAPI DENGAN METODE SLIDE

Tugas Akhir Guna memenuhi sebagian syarat yang diperlukan Untuk memperoleh sebutan AHLI MADYA KESEHATAN HEWAN

Disusun Oleh : NOOR IRSAN 10/307643/DKH/01688

PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

PENGESAHAN

Telah dipertanggungjawabkan di hadapan dosen penguji Pada tanggal 25 Juni 2013 dan diterima Guna memenuhi sebagian syarat yang diperlukan Untuk memperoleh sebutan AHLI MADYA KESEHATAN HEWAN

Pada NOOR IRSAN 10/307643/01688/DKH

PROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Dosen pembimbing / penguji

Tanda tangan

1. drh. Ana Sahara, MSi

.........................

2. Prof. Dr. drh. Pudji Astuti, MP

.........................

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH S.W.T atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga sampai saat ini terus diberikan kemudahan dan kelancaran untuk menyelesaikan tugas ini yang merupakan tugas wajib guna memenuhi sebagian syarat untuk memenuhi sebutan Ahli Madya Kesehatan Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Judul dari Tugas Akhir ini adalah Identifikasi dan Preparasi Caplak Sapi dengan Metode Slide. Selanjutnya hingga tersusunnya tugas akhir ini, penyusun banyak memperoleh bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu tidak berlebihan apabila penyusun mengucapkan terimakasih kepada 1. Kedua orang tua yang tiada hentinya selalu mendukung, membimbing dan memberi doa restu untuk kesuksesan ananda. 2. drh. Ana Sahara, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan tugas akhir ini. 3. Dr. drh. Puji Astuti, MP yang telah berkenan menjadi dosen penguji dan memberi masukan demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini. 4. Prof. Dr. Drh. Ida Tjahajati, MP, selaku kepala Pengelola Program Studi Diploma III yang telah membantu selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

iii

5.

Pimpinan

dan

staff

karyawan

Bagian

Parasitologi

Fakultas

Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada atas kesediannya dalam menyediakan fasilitas bagi penulis. 6. Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung penulis sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini. 7. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Yogyakarta, Juni 2013

Penulis

iv

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... i ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii DAFTAR ISI .............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi INTISARI................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................. viii 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Tujuan ............................................................................................ 1.3 Manfaat .......................................................................................... 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Boophilus microplus ............................ 2.2 Siklus Hidup ................................................................................... 2.3 Gejala Klinis dan Dampak Umum Akibat Terkena Caplak ........... 2.4 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ........................................ 3. MATERI DAN METODE ................................................................... 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................. 3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 3.3.1 Pengambilan Sampel ................................................. 3.3.2 Pembuatan Slide Preparat ......................................... 1 1 2 3 5 5 6 8 9 10 10 10 11 11 11

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 12 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 16 5.1 Kesimpulan............................................................................... 16 5.2 Saran ......................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17 LAMPIRAN ............................................................................................... 18 v

DAFTAR GAMBAR No 1 2 3 4 5 Halaman Caplak Boophilus microplus .......................................................... Siklus Hidup Boophilus ................................................................. 4 7

Investasi caplak daerah leher (kiri) dan ambing (kanan) ............... 12 Contoh kandang sapi dengan pemeliharaan tradisional ................. 13 A. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah posterior dengan lekuk anal memudar, B. Palpus pendek, C. Hypostoma pendek, D. Feston tidak ada ................................... 14 Larva caplak dengan asam laktat (perbesaran 10x) ....................... 15 Larva caplak dengan KOH 10% (perbesaran 10x) ........................ 15

6 7

vi

INTISARI

IDENTIFIKASI DAN PREPARASI CAPLAK SAPI DENGAN METODE SLIDE

NOOR IRSAN 10/307643/01688/DKH Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi caplak, sekaligus mengenal cara pembuatan preparat slide dengan menggunakan asam laktat dan KOH 10% yang bertujuan agar lapisan khitine menipis. Pengambilan caplak dilakukan secara manual menggunakan pinset dan disimpan dalam tabung yang berisi kapas basah dan ditunggu sampai bertelur hingga menjadi larva dan dibuat preparat slide. Pembuatan preparat slide menggunakan alkohol bertingkat dan direndam dalam minyak cengkeh. Caplak diidentifikasi secara mikroskopik menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 40x, meliputi bentuk palpus, hypostoma, feston dan lekuk anal. Larva caplak mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti segitiga dengan bagian posterior sedikit membulat. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah posterior dengan lekuk anal memudar, Hypostoma dan Palpus pendek, Feston tidak ada, jumlah kaki 3 pasang dan koksa I dan II bifid. Berdasarkan identifikasi dapat disimpulkan bahwa caplak termasuk dalam genus Boophilus. Perbedaan preparasi menggunakan asam laktat dan KOH 10%, dengan menggunakan asam laktat lebih gelap dari pada yang menggunakan KOH 10%.

vii

ABSTRACT

IDENTIFICATION AND PREPARATION OF TICKS IN CATTLE WITH SLIDE METHOD

NOOR IRSAN 10/307643/01688/DKH This research aims to identify the ticks, at once was to know introduced making preparation used with lactic acid and KOH 10% . The ticks sample taken manually using tweezers and stored in a tube to lay their eggs to be larva and making slides preparat. Making slides preparation using multilevel alcohol and soaked in the clove oil. Tick identified microscopically using a binocular microscope with a magnification of 40x includes palpus, hypostome, feston, and anal groove. Larva tick has characteristics body shape like triangle with the posterior rounded. Anal groove around the anus posterior side with anal groove fading, Hypostoma and Palpus short, Feston absent, the number of three pairs of legs and coxa I-II bifid. Based on the results of the microscopic identification can be concluded that ticks included in the genus Boophilus. Difference preparat the used of lactic acid is darker than on the used of KOH 10%.

viii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan gizi terutama yang berasal dari komoditas ternak, selalu meningkat. Hal ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya permintaan produk-produk peternakan. Pola konsumsi masyarakat akan berubah seiring dengan berubahnya ekonomi masyarakat. Semakin baik pendapatan masyarakat, semakin meningkat permintaan. Permintaan produk peternakan yang berkualitas baik menjadi tuntutan utama. Salah satu hasil peternakan yang menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia adalah daging sapi. Kualitas daging yang bagus pastinya berasal dari manajemen peternakan yang baik. Dari sanitasi, pencegahan dan pengendalian penyakit yang dapat merugikan peternakan, sehingga menurunkan kualitas ternak itu sendiri, sebelum dipotong maupun sesudah dipotong untuk diambil karkasnya. Ada banyak hal yang dapat merugikan peternak, salah satu dari sekian banyak penyebab itu sendiri adalah infestasi ektoparasit yang tinggal di luar/permukaan tubuh induk semang. Ektoparasit yang sering dijumpai antara lain caplak, kutu, tungau dan pinjal. Caplak merupakan satu di antara ektoparasit yang berperan cukup besar sebagai vektor penular berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, rickettsia, protozoa dan lainlain (Levine 1994). Salah satu caplak yang sering ditemui dan mampu menurunkan kualitas maupun kuantitas, yaitu adanya infestasi caplak. Akibat dari serangan caplak, sapi mendapat banyak 1

gangguan. Gangguan yang paling ringan berupa rasa gatal pada kulit yang menyebabkan sapi terus menggosok-gosok badanya sehingga dapat menimbulkan luka pada kulit. Serangan caplak dalam jumlah banyak dapat menyebabkan sapi menderita anemia, sehingga produksi daging ataupun susu akan terganggu. Lebih parah lagi caplak sapi juga menyebarkan penyakit protozoa pada induk semangnya seperti Babesia bigemina (Subronto, 2008). Upaya penanggulangan caplak Boophilus microplus yang paling populer dan paling mudah dilakukan adalah dengan sanitasi lingkungan dan penggunaan bahan kimiawi (akarisida). Hal ini dikarenakan biaya yang diperlukan tidak terlalu banyak dan aplikasinya yang cukup mudah. Sebenarnya pencabutan caplak satupersatu secara manual juga sering dilakukan, namun hal ini dirasa kurang efektif karena tidak cukup efektif dan efisien apalagi bila infestasi caplak cukup banyak.

1.2 Tujuan Sebagai media pembelajaran cara pembuatan slide preparat yang baik dan untuk mengidentifikasi caplak pada sapi di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan dalam rangka upaya meningkatkan wawasan dan pengalaman tentang penanganan dan pengendalian caplak.

1.3 Manfaat Mengerti cara pembuatan slide preparat dan mendapatkan informasi mengenai jenis caplak yang ada di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Caplak pada galibnya tungau raksasa. Mereka membentuk sub ordo Ixodorina. Yang dewasa dan nimfa memiliki sepasang stigmata disebelah posterior atau lateral koksa. Hipostoma mengandung gigi yang melengkung ke belakang. Terdapat organ haller. Sub ordo tersebut dibagi menjadi dua familia atas dasar ada atau tidaknya skutum (perisai) pada punggung. Pada familia Argasidae (Argas, Ornithodoros, Otobius) tidak ada skutum pada stadium yang manapun. Familia ini terdapat kira-kira 85 jenis. Pada familia Ixodidae, yang terdiri dari semua caplak lainnya, terdapat skutum pada semua stadium. Caplak ini merupakan caplak sejati. Terdapat kirakira 11 genus yang mempunyai arti penting bagi kedokteran hewan. Semua stadium menempel pada hewan dan menghisap darah. Ada caplak berinduk semang satu, dua dan tiga, tergantung dari berapa kali mereka jatuh di tanah dan mencari induk semang baru untuk menyilih. Larva, nimfa dan dewasa dari caplak berinduk semang satu semuanya terdapat pada hewan yang sama, sedangkan dari caplak berinduk semang tiga terdapat pada hewan yang berbeda (yang kadangkadang dari jenis yang sama), dan dari caplak yang berinduk semang dua terdapat diantara kedua caplak terdahulu (Levine, 1994). Caplak Boophilus microplus (Gambar 1) yang terdapat luas di berbagai negara dapat menjadi vektor penyakit babesiosis, anaplasmosis. Bahkan di Bali Boophilus juga pernah di duga bertindak sebagai vektor penyakit Jembrana. 3

(Subronto, 2008). Caplak sapi adalah jenis caplak berkulit keras yang dianggap paling penting dalam dunia pertenakan sapi. Karena telah mendatangkan kerugian yang sangat besar bagi peternakan sapi.

Gambar 1. Caplak Boophilus microplus Sumber : Anonim, 1997 Dalam keadaan tidak menghisap darah caplak ini berukuran hanya sebesar biji mentimun dan berwarna coklat. Alat penghisap terletak di ujung yang berfungsi untuk menempel dan menghisap darah. Caplak sapi betina dapat mengembang 10-12 kali dari ukuran aslinya sesudah menghisap darah. Caplak sapi terkenal sebagai caplak satu induk yang berarti larva, nimfa, dapat di jumpai pada satu induk semang. Setelah kenyang menghisap darah akan menjatuhkan diri dari induk semang untuk bertelur. Telurnya sejumlah 3000-5000 butir yang di keluarkan sedikit demi sedikit setiap harinya. Dalam keadaan kelembaban tinggi dan suhu yang memadai telur akan menetas dalam waktu sekitar 14 hari. Larva yang berkaki 3 pasang segera naik ke daun-daun rumput untuk menunggu kesempatan menempel pada induk semang. Bila tidak cepat mendapat induk semang yang baru larva dapat menahan lapar untuk berminggu-minggu bahkan 4

sampai berbulan-bulan. Setelah berhasil mendapatkan induk semang dan menghisap darahnya, larva akan melepaskan diri dari induk semang untuk berganti kulit menjadi nimfa. Proses ini di ulangi lagi oleh nimfa untuk menjadi dewasa (Anonim, 2009). Perbedaan caplak keras dan caplak lunak : Caplak keras mempunyai skutum, gnatosoma ada di tepi anterior dari idiosoma

Caplak lunak : tidak punya skutum, gnatosoma di bagian ventro anterior (Cable, 1976). Perbedaan caplak jantan dan betina ; caplak jantan skutum menutupi seluruh bagian dorsal dan caplak betina skutum hanya menutupi sebagian kecil di belakang gnatosoma.

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Boophilus microplus


Menurut Canestrini, 1887 dalam Lapage, 1962. Caplak sapi (Boophilus

microplus) diklasifikasikan sebagai berikut : kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Arachnida, sub kelas Acari, ordo Ixodida, sub ordo Parasitiformes, super famili Ixodoidea, famili Ixodidae, genus Boophilus, spesies Boophilus microplus. Palpus Maksilaris dan Hipostomanya pendek, gepeng bagian dorsal dan lateralnya bergigi, Basis Kapituli bersegi enam disebelah dorsal. Skutum tidak berornamen dan sangat kecil pada yang betina. Mata ada, Koksa kaki ke-1 tidak memiliki taji panjang, pasangan Kaki ke-4 besarnya normal, spirakel bundar atau oval, caplak jantan berukuran kecil, memiliki Perisai Adanal dan Perisai Tambahan, Lengkung anal tidak ada pada caplak betina, ada pada caplak jantan mengelilingi anus disebelah posterior. Feston tidak ada dan kadang-kadang ditemukan penonjolan caudal (Whitlock, 1960). 5

2.2 Siklus Hidup Daur hidupnya diawali dari bentuk telur yang diletakkan induknya di tanah. Caplak dewasa setelah kawin akan menghisap darah sampai kenyang, lalu jatuh ke tanah dan disinilah akan bertelur. Larva yang baru menetas segera akan mencari inangnya dengan pertolongan benda-benda sekitarnya serta bantuan olfaktoriusnya. Setelah mendapatkan inangnya, ia akan menghisap darah inang darah hingga kenyang (enggorged) lalu akan jatuh ke tanah atau tetap tinggal pada tubuh inang tersebut dan segera menyilih (molting) menjadi nimfa. Nimfa menghisap darah kembali, setelah kenyang akan jatuh ke tanah dan molting menjadi capak dewasa. Satu siklus daur hidup berkisar antara 6 minggu sampai tiga tahun. Yang dewasa dapat bertelur sekitar 100-18.000 butir/caplak. Caplak sangat tahan terhadap perubahan fisik misalnya terendam air, kekeringan atau ketidakadaan makanan dalam waktu berbulan-bulan. Berdasarkan jumlah inang yang diperlukan caplak dalam melengkapi satu siklus daur hidupnya dikenal istilah caplak berumah satu, berumah dua dan berumah tiga (Levine 1994). Caplak berumah satu yaitu semua stadiumnya (larva, nimfa dan dewasa) tinggal dalam satu inang yang sama, begitu pula proses pergantian kulit (molting) dan perkawinan. Setelah caplak dewasa kenyang darah barulah ia menjatuhkan diri dan bertelur di tanah, menetas menjadi larva dan menunggu inangnya dipucuk daun atau rumput. contohnya caplak sapi Boophilus microplus.

Caplak berumah dua yaitu larva dan nimfa tinggal dalam satu inang sedangkan dewasa tinggal dalam inang yang lain, jadi dalam melengkapi siklus hidupnya caplak memerlukan dua inang. Contohnya Haemaphysalis dan Hyalomma. Caplak 6

berumah tiga yaitu setiap stadium larva, nimfa, dan dewasa masing-masing memerlukan inang yang berbeda. Larva berada pada inang pertama sampai kenyang menghisap darah, setelah jatuh dan berganti kulit menjadi nimfa segera mencari inang kedua. Nimfa yang kenyang akan menjatuhkan diri dan berkembang menjadi caplak dewasa. Caplak dewasa makan dan kawin pada inang ketiga. Contohnya Amblyomma (Hadi dan Soviana, 2000).

Gambar 2. Siklus hidup Boophilus

(1) Telur menetas menjadi larva, (2) Larva menempel pada inang dan mengisap darah sampai jenuh dan menyilih menjadi nimfa, (3) Nimfa mengisap darah sampai jenuh minyilih menjadi caplak dewasa, (4) Caplak dewasa kawin, (5) Caplak betina jenuh darah jatuh ke tanah dan bertelur (Hall, 1985 dalam Aryani, 1994)

2.3 Gejala Kllinis dan Dampak Umum Akibat Terkena Caplak Caplak berperan dalam penularan dan pemindahan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, dan rickettsia; beberapa diantaranya bersifat zoonosis. Penyakit yang dapat ditularkan oleh caplak pada sapi antara lain anaplasmosis, babesiosis, theileriosis, ensefalitis, ehrlichiosis, dan lain-lain. Penyakit babesiosis yang ditularkan berbagai caplak dapat menyebabkan kematian 80-90% sapi dewasa yang tidak diobati dan 10-15% ternak muda umur satu sampai dua tahun. Babesia memakan sel eritrosit sehingga menyebabkan anemia hemolitika. Babesia bigemina menghasilkan enzim kallikrein yang meningkatkan permeabilitas dinding sel sehingga menyebabkan pembendungan dan shock. Kerugian lain yang timbul akibat penyakit ini adalah penurunan berat badan, penurunan produksi susu. Perubahan patologik klinik oleh ektoparasit caplak pada umumnya disebabkan oleh aktifitas mekanis dan atau efek toksik yang dihasilkan oleh parasit tersebut. Selain menyebabkan luka gigitan , parasit tersebut juga menghisap darah, hingga pada saat bersamaan dapat memindahkan agen penyakit ternak, baik virus, kuman, nematoda atau protozoa. Secara mekanis gigitan parasit akan diikuti oleh rasa nyeri, menimbulkan iritasi dan rasa gatal, dan untuk mengurangi rasa tersebut penderita mencoba menggigit, menggaruk, atau menggosok-gosokkan bagian yang sakit ke obyek-obyek keras, yang akibat selanjutnya menimbulkan kerusakan kulit atau rambut. Terjadinya luka abrasif (gesekan) menyebabkan infeksi sekunder oleh kuman, hingga terjadi radang infeksi. (Subronto, 2008) 8

2.4 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Pengendalian biasanya menggunakan bahan kimia dengan tepat, bisa di aplikasikan dengan cara pencelupan dan penyemprotan. Meskipun banyak bahan kimia yang berguna untuk ini, beberapa bahan kimia dapat meninggalkan residu yang tidak diinginkan dalam daging atau susu. Untuk pengendalian caplak dapat menggunakan akarisida pada daerah pagar tanaman, alur berumput, dan padang rumput kecil (Galloway, 1974).

BAB 3 MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Sampel caplak diambil dari salah satu peternak tradisional di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada tanggal 23 April 2013 dan sampel dimasukkan ke dalam tabung plastik yang berisi kapas basah, dipisahkan menurut besar kecilnya. Selanjutnya dikirim melalui jasa kurir ke Jogjakarta. Preparasi dilakukan di laboratorium parasitologi, FKH-UGM.

3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk mengkoleksi caplak di lapangan adalah tabung plastik dan pinset, sedangkan pada waktu pembuatan slide preparat peralatan yang digunakan adalah object glass, cover glass, dan mikroskop. Pembuatan slide preparat digunakan asam laktat dan KOH 10%, aquades, alkohol 70%, alkohol 85%, alkohol 95%, minyak cengkeh, entelan, dan xylol.

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mencabut caplak pada beberapa regio tubuh sapi menggunakan pinset, kemudian dimasukkan ke dalam tabung plastik yang berisi kapas basah.

10

3.3.2 Pembuatan Slide Preparat Menyiapkan tempat yang berisi asam laktat dan KOH 10% dan caplak dimasukkan ke dalam tempat tersebut. Perlakuan ini bertujuan agar lapisan khitine caplak menipis. Perendaman caplak dalam larutan asam laktat dan KOH 10% berlangsung selama 24 jam. Setelah selesai, caplak lalu dibilas dengan air sampai bersih sebanyak empat kali. Jika dibandingkan abdomen menggembung maka bagian tersebut ditusuk dengan jarum atau ditekan perlahan supaya isi abdomen dapat dikeluarkan. Selanjutnya dilakukan dehidrasi secara bertahap dengan alkohol 70%, 80%, dan 95%. Dalam fase dehidratasi dibutuhkan waktu sekitar 10 menit tiap fasenya. Setelah itu clearing dapat dilakukan dengan merendam caplak selama 15-30 menit di dalam minyak cengkeh. Kemudian caplak dicuci dengan larutan xylol. Pencucian pertama kali terlihat berkabut, oleh karena itu larutan xylol dibuang lalu diganti dengan larutan baru. Spesimen yang telah bersih tersebut kemudian disimpan dalam object glass yang telah ditetesi medium entelant dan ditutup dengan cover glass (Hadi dan Soviana, 2000).

11

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Caplak diambil dari salah satu peternak dengan nama Bapak Denan yang berada di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Jumlah sapi yang dimiliki 5 ekor dengan ras sapi Bali, caplak yang diambil 7-15 caplak per sapi. Di ambil dari beberapa bagian tubuh, seperti sekitaran ambing, leher, paha dan perut. Di dapat beberapa caplak dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah disediakan yang selanjutnya di kirim ke Jogjakarta. Caplak betina lebih besar dari pada caplak jantan, dikarenakan pada caplak jantan memiliki skutum yang melindungi sebagian besar permukaan dorsal dan hanya melindungi bagian kecil didaerah kepala stadium larva, nimfa dan dewasa betina.

. Gambar 3. Investasi caplak daerah leher (kiri) dan ambing (kanan) Sanitasi kandang bisa dilakukan sebagai langkah awal pencegahan, dilakukan dengan cara pembersihan kandang setiap hari dengan menggunakan desinfektan. Hal ini dimaksudkan untuk membersihkan telur, larva, dan nimfa caplak yang ada di kandang. Untuk keberhasilan, hewan juga membutuhkan 12

kondisi tubuh yang sehat, dengan rutin memandikannya dan fisik yang sehat didapat dari makanan yang mengandung nutrisi tinggi. Letak kandang berada di belakang rumah dengan keadaan umum kandang yang sederhana dan cara pemeliharaan tradisional. Kandang kotor dan nampak tidak terawat, kondisi lingkungan sekitar panas dan lembab. Melihat dari kondisi lingkungan sangat memungkinkan adanya infestasi caplak, ditambah manajemen perawatan yang kurang baik dan perkandangan yang pastinya harus diperbaiki.

Gambar 4. Contoh kandang sapi dengan pemeliharaan tradisional Pengendalian dengan bahan kimia yang tepat, bisa di aplikasikan dengan cara pencelupan dan penyemprotan. Meskipun banyak bahan kimia yang berguna untuk ini, beberapa bahan kimia dapat meninggalkan residu yang tidak diinginkan dalam daging atau susu. Untuk pengendalian caplak dapat menggunakan akarisida pada daerah pagar tanaman, alur berumput, dan padang rumput kecil (Galloway, 1974). Tujuan pengobatan adalah untuk mengeliminasi caplak dewasa dari tubuh inang, dalam hal ini sapi. Sedangkan tujuan pengendalian adalah untuk memutus siklus hidup caplak serta mematikan caplak pra dewasa dan caplak dewasa yang 13

ada di sekitar lingkungan inang. Pendekatan pengendalian caplak yang terbaik adalah dengan menggabungkan tindakan sanitasi, fisik, dan kimia. Selanjutnya caplak diproses menjadi slide preparat, dalam hal ini yang diproses menjadi slide preparat adalah larva caplak. Ada beberapa kendala dalam pembuatan slide preparat antara lain pembuatan yang memang harus dilakukan dengan teliti, karena bentuk yang sangat kecil sehingga tubuh caplak mudah rusak, memposisikan caplak haruslah hati-hati dan pemberian entelant yang banyak dapat menimbulkan gelembung-gelembung udara. Selanjutnya identifikasi menggunakan kunci identifikasi Famili Ixodidae, menurut Soulsby (1982). Bentuk tubuh seperti segitiga dengan bagian posterior sedikit membulat. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah posterior dengan lekuk anal memudar, Hypostoma dan Palpus pendek, Feston tidak ada (Gambar 7) dan Skutum tidak berornamen, koksa kaki ke-1 bergabung (bifid), caplak jantan memiliki sepasang adanal dan perisai tambahan, pada bagian belakang ditemukan penonjolan dan koksa kaki ke-4 biasa (terlihat pada caplak dewasa).

Gambar 7. A. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah posterior dengan lekuk anal memudar, B. Palpus pendek, C. Hypostoma pendek, D. Feston tidak ada

14

Berdasarkan hasil identifikasi, caplak tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kunci identifikasi menurut soulsby (1982) dengan genus Boophilus.

Gambar 5. Larva caplak dengan KOH 10% (perbesaran 10x)

Gambar 6. Larva caplak dengan asam laktat (perbesaran 10x) Larva caplak secara mikroskopis pada gambar 5, dengan menggunakan KOH 10% dan gambar 6, dengan menggunakan asam laktat. Pada slide preparat yang menggunakan asam laktat lebih gelap dari pada yang menggunakan KOH 10%. Asam laktat bersifat menyerap air dan larut dalam alkohol, sehingga berpengaruh dalam proses preparasi, sedangkan KOH tidak, sehingga ketika proses perendaman dengan minyak cengkeh penyerapan masing-masing sampel beda dan menghasilkan warna yang lebih terang dengan menggunakan KOH 10% dan lebih gelap dengan asam laktat. 15

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil identifikasi caplak tersebut adalah genus Boophilus, mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti segitiga dengan bagian posterior sedikit membulat dan bagian lateral pipih. Lekuk anal mengelilingi anus disebalah posterior dengan lekuk anal memudar, Hypostoma dan Palpus pendek, Feston tidak ada. Pada penggunaan asam laktat preparat lebih gelap dari pada menggunakan KOH 10%. Untuk mencegah infestasi caplak itu sendiri maka diperlukan kesadaran dan kepedulian pemilik akan kebersihan dan perawatan yang baik sangat berpengaruh besar dengan kesehatan ternak sapi, dalam hal ini banyak tidaknya infestasi caplak. Kondisi kandang yang menyebabkan kebersihan kurang menyebabkan mudahnya infestasi caplak.

5.2 Saran Preparasi bisa saja menggunakan asam laktat dan KOH 10%, sesuai dengan keinginan. Sebagai saran bahwa perlunya meningkatkan kepedulian terhadap ternak, sehingga ternak sehat dan tidak mudah sakit atau parasit pembawa penyakit dalam hal ini caplak. Perlu adanya tindakan sanitasi, fisik, dan kimia yang lebih baik. Pengobatan untuk membasmi caplak sangat diperlukan.

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Caplak Sapi atau Boophilus mikroplus. http://robertstynblog.wordpress.com/2009/09/17/caplak-sapi-atauboophilus-micropluss/ [ Tanggal 17 Mei 2013] Anonymous.1998.http://www.spc.int/lrd/ext/Disease_Manual_Final/cattle_tick.ml [ Tanggal 21 Mei 2013] Aryani, L. 1994. Caplak Keras (Acari: Ixodidae) pada Mamalia. Skripsi FKH IPB Cable, Raymond. M. 1976. An Illustrated Laboratory Manual of Parasitology. Burgess Publishing. Indiana. 91 Galloway, Joseph H, 1974. Farm Animal Health and Diseases Control. Lea & Febiger. Philadelphia. 78-79 Hadi, U.K dan S. Soviana. 2000. Ektoparasit: Pengenalan, Diagnosa, dan Pengendalian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 65-85 Lapage, G. 1962. Moonigs Veterinari Helminthology and Entomology. 4 ed. London. 408-412 Levine, N.D 1994. Parasitologi Veteriner. Gatut Ashadi, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Veterinary Parasitology. 312-324 Soulsby E. J. L. 1974. Helminth, Arthropods, and Protozoa of Domesticated animals. Ed ke-6. London: Monings Veterinary Helminthology and Entomology. 181-182 Subronto, 2003. Ilmu Penyakit Ternak (mamalia). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 458-459 Urquhart, G. M., J. Armour., J.L Duncan., A. M Dunn, dan F. W Jennings. 1990. Veterinary Parasitology. Glasgow: Longman Scientific and Technical. 181186 Whitlock. J. H. 1960. Diagnosis of Veterinary Parasitisms. Lea & Febiger. Philadelphia. 63-67

17

LAMPIRAN Lampiran 1. Kunci Determinasi famili Oxididae (Soulsby, 1982) 1 Lekuk disebelah anal (anal groove) mengelilingi anus

anterior

(Prostriata) Ixodes

.. Lekuk anal mengelilingi anus disebelah posterior 2 (Metastriata) pada Boophilus dan Margaropus lengkung anal memudar . 2 Hypostoma dan Palpus pendek ... Hypostoma dan Palpus panjang .. 3 4 8 3

Mata, tidak ada Haemaphysalis Mata, ada Feston, ada 4 5

Feston, tidak ada ...... 7

Jantan, koksa kaki ke-4 lebih besar dibandingkan ke-1 dan ke-3, Keping Ventral tidak ada 6

Jantan, pada koksa kaki ke-4 tidak lebih besar

18

dibandingkan ke-1 dan ke-3, Keping Adanal ada, Keping tambahan ada (spesies biasanya skutum tidak Rhipicephalus berornamen, basis kapituli umumnya bersegi enam disebelah atas) 6 Skutum berornamen, Basis kapituli bersegi empat disebelah ..... Skutum tidak berornamen, Basis kapituli bersegi enam dengan sudut yang jelas. Koksa kaki ke-4 pada yang Rhipicentor jantan memiliki dua duri (spine) panjang dorsal Dermacentor

.. 7 Skutum tidak berornamen, Koksa kaki ke-1 memiliki satu duri pendek. Caplak jantan memiliki perisai median menonjol ke belakang disekitar sisi anus dan memiliki penonjolan keluar disebelah kaudal ketika sudah menghisap darah. Koksa kaki ke-4 pada yang jantan melebar .. Skutum tidak berornamen, koksa kaki ke-1 bergabung (bifid), caplak jantan memiliki sepasang perisai Boophylus adanal dan perisai tambahan dan pada bagian belakang ditemukan penonjolan, Koksa kaki ke-4 Margarophus

biasa.
8

Mata, ada . 9 19

Mata, tidak ada atau mengalami rudimenter, spesies : Aponomma menginfeksi hospes yang khusus

..
9

Feston tidak ada atau ada, Caplak jantan memiliki Hyalomma sepasang perisai adanal dan dua penonjolan abdominal, perisai tambahan ada atau tidak

ada.. Skutum biasanya berornamen, Feston ada, caplak jantan tidak memiliki perisai adanal, Amblyomma

...

20

Você também pode gostar