Você está na página 1de 18

Visi: Mewujudkan Hindu Indonesia yang Shanti (Damai), Kertha (Berkeadilan) dan Jagadhita (Sejahtera) Melalui Gerakan Perjuangan,

Sosial dan Pemberdayaan Umat Dengan Melakukan Koordinasi dan Sinergi dengan Semua Komponen Hindu Indonesia Misi: 1. Membangun pusat-pusat koordinasi di seluruh wilayah keumatan sebagai tempat untuk umat kita dapat akses informasi dan layanan keumatan. 2. Mengembangkan sistem informasi keumatan dalam bentuk database umat yang akan memberikan data valid (sah) mengenai sumber daya keumatan. 3. Secara aktif memperjuangkan hak-hak warga Hindu sebagai bagian dari warga negara Republik Indonesia, apabila terjadi diskriminasi atau ketidakadilan dalam perlakuan hak asasi manusia dan hukum. 4. Membangun jaringan koordinasi aktif di seluruh Indonesia untuk memperkuat persatuan dan kesatuan umat untuk mendukung pembangunan manusia Indonesia yang bermoral, beretika dan bermental yang kuat. 5. Melakukan aktifitas sosial sebagi bentuk solidaritas dan kebersamaan sebagai warga Hindunesia dengan dukungan dan partisipasi aktif para relawan dharma. 6. Mengembangkan sistem ekonomi bersama dengan bentuk Koperasi yang diberi nama Koperasi Dharma Artha Jagadhita, untuk memperkuat fondasi ekonomi umat secara swadaya. 7. Melakukan koordinasi dan kerjasama sinergi dengan semua komponen keumatan yang benar-benar peduli dengan Hindu di Indonesia.

ANGGARAN DASAR Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia ( Puskor Hindunesia )

BAB I NAMA , WAKTU, KEDUDUKAN Pasal 1 NAMA Lembaga Swadaya Masyarakat ini bernama Pusat Koordinasi Hindu Indonesia disingkat Puskor Hindunesia.

Pasal 2 WAKTU Organisasi ini didirikan sejak 1 Januari 2013 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3 KEDUDUKAN Organisai Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) berkedudukan pusat di Kota Denpasar, Provinis Bali, Indonesia.

BAB II DASAR, TUJUAN DAN KEGIATAN ORGANISASI Pasal 4 DASAR

Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) berazaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945 serta berpedoman pada ajaran agama Hindu Panca Sradha (lima keyakinan dasar umat Hindu) dengan menekankan bhakti (pengabdian) dan seva (pelayanan) pada kepentingan umat Hindu sesuai dengan ajaran agama Hindu.

Pasal 5 MAKSUD DAN TUJUAN Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) didirikan dengan maksud turut berperan serta dalam upaya-upaya pembangunan bangsa terutama dalam hal pemberdayaan sumber daya manusia Indonesia khususnya umat Hindu, dengan aktif berkoordinasi dan bersinergi dengan berbagai komponen keumatan untuk membangun SDM Hindu Indonesia. Agar terwujud masyarakat Hindu yang terdidik, berkualitas, bermoral, beretika, terampil, dan mandiri serta memiliki kepekaan sosial dan kepedulian budaya religi Hindu yang tinggi yang sudah diwariskan oleh para pendahulu mereka di wilayah Indonesia. Pembentukan lembaga ini bertujuan agar seluruh insan Hindu Indonesia umumnya, dan insan Hindu di wilayah masing-masing koordinasi mendapatkan akses informasi dan pelayanan sosial serta mendapat perlakuan pemberdayaan yang sama dalam hak dan kewajiban sebagai warga negara Republik Indonesia dalam menjalankan ajaran agama dan mewarisi tradisi leluhur mereka.

Pasal 6 KEGIATAN ORGANISASI Untuk mencapai tujuan diatas, organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Membangun jaringan informasi keumatan secara swadaya di seluruh kantong-kantong umat Hindu di Indonesia dalam bentuk Pusat-Pusat Koordinasi, yang selanjutnya disingkat Puskor. 2. Berkoordinasi dan bersinergi dengan semua komponen keumatan Hindu yang ada di Indonesia untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan keumatan terutama dalam

bidang perjuangan keumatan (hukum dan HAM), SDM, sosial, pendidikan, keamanan dan ekonomi. 3. Memberikan peranan aktif dalam membina generasi muda Hindu melalui ceramah, sarasehan, seminar dan sejenisnya Agar terwujud masyarakat Hindu yang terdidik, berkualitas, bermoral, beretika, terampil, dan mandiri serta memiliki kepekaan sosial dan kepedulian budaya religi Hindu yang tinggi yang sudah diwariskan oleh para pendahulu mereka di wilayah Indonesia. 4. Mengadakan pelatihan-pelatihan ketenagakerjaan dan wirausaha di kalangan generasi muda untuk menumbuhkan kemandirian ekonomi. 5. Melakukan inventarisasi segala jenis sumber daya umat untuk dimanfaatkan maksimal dalam membangun bangsa dan negara. 6. Aktif melakukan pendekatan dengan berbagai pemegang kebijakan untuk melindungi aset-aset budaya Hindu yang sudah ada sejak dulu kala dan memperjuangkan untuk bisa menggunakan aset-aset spiritual Hindu itu untuk diaktifkan kembali sebagai tempat sembahyang umat Hindu. 7. Sosialisasi program kerja Puskor Hindunesia dan konsultasi tentang berbagai masalah keumatan. 8. Mendirikan dan menyelenggarakan Pusat Informasi Keumatan dengan nama Jaringan Informasi Umat (Jimat) yang merupakan basis data keumatan yang diwujudkan dalam sebuah pusat data (data center). 9. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan untuk memberdayakan usaha ekonomi kerakyatan berbasiskan umat Hindu.

BAB III SIFAT Pasal 7

Lembaga ini bersifat independen, swadaya, dinamis, fleksibel, sosial religi dan tidak mengejar keuntungan.

Lembaga ini lebih menekankan untuk kepentingan koordinasi umat Hindu di Indonesia yang bersifat terbuka, independen, serta menghindari sikap-sikap yang bertentangan dengan Dharma dan melakukan pembelaan terhadap hak asasi Hindu khususnya di Indonesia.

BAB IV KEKAYAAN Pasal 8 Kekayaan lembaga ini terdiri dari :

1. Iuran Anggota (Punia Tetap, Punia Umum dan Punia Khusus) 2. Penghasilan dari usaha-usaha lembaga yang dibentuk seperti Koperasi dan usaha
bersama.

3. Donatur-donatur tetap/tidak tetap lembaga. 4. Sumbangan atau bantuan badan nasional maupun internasional yang tidak
mengikat. Dana yang masuk ke lembaga disimpan disalah satu Bank atau lebih atas nama lembaga, atau dijalankan menurut cara yang ditentukan oleh Dewan Koordinasi Nasional atas persetujuan Dewan Pembina. Pengajuan dana sosial dari lembaga sosial lain ke lembaga ini harus mengajukan proposal, dan proposal tersebut diajukan ke rapat Dewan Koordinasi serta disetujui oleh Dewan Pendiri.

BAB V KEANGGOTAAN DEWAN PENDIRI DAN DEWAN KOORDINASI Pasal 9

Peraturan Keanggotaan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 10 DEWAN PENDIRI 1. Anggota Dewan Pendiri Lembaga ini tediri dari : a. Mereka yang mendirikan Lembaga ini; b. Seseorang yang atas usul dari seseorang anggota dewan pendiri yang hendak mengundurkan diri, telah disetujui oleh rapat anggota dewan pendiri untuk menjadi penggantinya. 2. Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan oleh rapat anggota Dewan Pendiri; 3. Pemberhentian baik lembaga. 4. Dewan pendiri berhak dan berkewajiban mengawasi jalannya lembaga swadaya ini. 5. Apabila dewan anggota Dewan Pendiri tidak aktif 6 (enam) tahun berturut-turut diharuskan mengundurkan diri dari keanggotaan Dewan Pendiri. 6. Apabila salah satu anggota Dewan Pendiri meninggal dunia atau mengundurkan diri maka penggantinya ditentukan oleh rapat anggota Dewan Pendiri. anggota Dewan Pendiri dilakukan karena meninggal dunia,

mengundurkan diri, melakukan tindakan yang menyimpang serta merusak visi, misi citra

Pasal 11 DEWAN KOORDINASI 1. Lembaga ini diurus oleh suatu Dewan Koordinasi dalam semua tingkatan dari Nasional sampai Kabupaten, yang terdiri dari seorang Ketua atau lebih, dibantu seorang Sekretaris atau lebih, seorang Bendahara atau lebih dan beberapa orang koordinator menurut bidang dan keahliannya di bawah pengawasan Dewan Pendiri. 2. Anggota Dewan Koordinasi dipilih dan diangkat dalam kedudukannya masing-masing serta ditentukan oleh Dewan Pendiri untuk 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk waktu yang sama. 3. Menyimpang dari waktu pengangkatannya, masing-masing anggota Dewan Koordinasi

sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh Dewan Pendiri dengan alasan-alasan tertentu dan yang bersangkutan harus dipanggil diminta keterangannya. 4. Dewan Pendiri dapat mengangkat beberapa Dewan Pakar, Penasehat atau Pelindung dan atau Pengawas. 5. Susunan Dewan Koordinasi di masing-masing Tingkat Koordinasi Puskor Hindunesia: Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Koordinator Bidang Agama & Budaya Koordinator Kerjasama & Sinergi

Koordinator Keorganisasian & Kaderisasi Koordinator Pendidikan & SDM Koordinator Bidang Hubungan International Koordinator Bidang Hukum & HAM Koordinator Bidang Sosial & Kemanusiaan
Koordinator Kewirausahaan & Koperasi

Koordinator Penggalian Dana Punia Koordinator Barisan Pembela Dharma Koordinator Bidang Lingkungan Hidup Koordinator Dokumentasi & Publikasi
Koordinator Konservasi & Penyelamatan Aset Hindu

Koordinator Pusat Data Hindunesia

BAB VI KEWAJIBAN DEWAN KOORDINASI DAN KEKUASAAN DEWAN KOORDINASI Pasal 12 KEWAJIBAN DEWAN KOORDINASI 1. Dewan Koordinasi di semua tingkatan koordinasi wajib menjunjung tinggi dan menjalankan peraturan-peraturan dalam Anggaran Dasar ini, serta melakukan upaya terwujudnya dan tujuan Lembaga. 2. Dewan Koordinasi disemua tingkatan koordinasi mengatur seperlunya dalam Anggaran Rumah tangga lembaga peraturan-peraturan pelaksanaan dari Anggaran Dasar ini dan membuat serta menyusun peraturan-peraturan yang dianggap perlu bagi lembaga dengan ketentuan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar. 3. Peraturan-peraturan yang dimaksud dalam ayat 2 diatas baru dianggap sah setelah memperoleh persetujuan dari Dewan Pendiri atau Dewan Pembina di masing-masing tingkatan koordinasi.

Pasal 13 KEKUASAAN DEWAN KOORDINASI Ketua, Sekretaris dan Bendahara mewakili Dewan Koordinasi dan karenannya mewakili Lembaga didalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan kejadian dengan hak untuk melakukan segala tindakan dan perbuatan, baik yang mengenai pengurus maupun pemilikan, menjalin kerjasama Lembaga ini dengan pihak lain maupun sebaliknya, akan tetapi dengan pembatasan, bahwa untuk : Meminjamkan atau meminjam uang untuk dan atas nama Lembaga. Membeli, menjual atau dengan cara lain melepaskan hak-hak atas kekayaan lembaga. Memberati Lembaga sebagai penanggung atau penjamin, diperlukan persetujuan tertulis dari Dewan Pendiri. Surat-surat keluar yang penting ditanda tangani oleh Ketua dan Sekretaris.

Surat-surat yang mengenai penerimaan keuangan ditanda tangani oleh Ketua dan Bendahara.

BAB VII RAPAT-RAPAT DAN KEPUTUSAN-KEPUTUSAN Pasal 14 Dewan Koordinasi di semua tingkatan koordinasi wajib untuk mengadakan rapat sekurangkurangnya setahun sekali, atau setiap waktu jika dianggap perlu, didahului dengan undangan resmi dan keterangan singkat tentang hal-hal yang dibicarakan. Semua rapat Dewan Koordinasi dipimpin oleh Ketua, jika tidak hadir diwakili oleh Wakil Ketua atau Sekretaris atau Bendahara. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan lainnya dalam Anggaran Dasar ini, maka rapat anggota Dewan Koordinasi dianggap sah jikalau dihadiri sekurang-kurangnya setengah lebih satu dari jumlah anggota Dewan Koordinasi. Keputusan-keputusan rapat Dewan Koordinasi dianggap sah apabila disetujui sekurangkurangnya setengah lebih satu dari jumlah anggota yang hadir. Dalam rapat anggota Dewan Koordinasi, tiap-tiap anggota mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat. Apabila salah satu Dewan Koordinasi tidak hadir dalam rapat Dewan Koordinasi maka yang bersangkutan memberi kuasa kepada Dewan Koordinasi yang hadir.

PASAL 15 CABANG-CABANG Untuk mengembangkan organisasi dapat dibentuk Pusat-Pusat Koordinasi (Puskor) di setiap Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan di setiap Desa/Kelurahan yang disesuaikan dengan kode pos di wilayah tersebut. Cabang Puskor Hindunesia di setiap Provinsi disebut Puskor Provinsi. Cabang Puskor Hindunesia di Kabupaten/Kota dinamakan Puskor Kabupaten/Kota. Kecamatan dinamakan Puskor Kecamatan. Cabang Puskor di Sedangkan di setiap Desa/Kelurahan

dinamakan Puskor Desa/Kelurahan. Kepengurusan Puskor Hindunesia terdiri dari seorang Ketua, seorang sekretaris dan seorang bendahara yang dibantu beberapa orang ketua Bidang yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

BAB VIII TAHUN BUKU PASAL 16 Tahun buku Lembaga ini berjalan dari tanggal satu Januari sampai dengan tanggal tiga puluh satu Desember. Untuk pertama kalinya pada tahun buku ditutup pada bulan Desember tahun dua ribu tigabelas (2013), buku-buku Lembaga harus ditutup selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan setelah tutup buku, dari penutupan buku-buku tersebut oleh Dewan Koordinasi harus dibuat suatu perhitungan tentang penerimaan dan pengeluaran Lembaga selama 1 (satu) tahun. Perhitungan tersebut disertai pertanggung jawaban yang bersangkutan berikut laporan tahunan, harus disampaikan kepada rapat anggota Dewan Pendiri untuk dimintakan persetujuan dan pengesahan. Pengesahan dari pertanggung jawaban tersebut oleh Dewan Pendiri/Dewan Pembina, berarti memberikan pembenahan sepenuhnya kepada Dewan Koordinasi atas segala tindakan dan perbuatan terhadap Lembaga selama 1 (satu) tahun buku yang bersangkutan.

BAB IX PERUBAHAN, TAMBAHAN DAN PEMBUBARAN PASAL 17 Keputusan untuk merubah dan menambah peraturan Lembaga ini hanya sah jika diambil dalam suatu rapat anggota Dewan Pendiri sekurang-kurangnya lebih satu dari jumlah anggota yang hadir. Rapat yang dimaksud dalam ayat 1 diatas, dipimpin oleh seorang Ketua Dewan Pendiri,

apabila Ketua Dewan Pendiri tidak hadir maka rapat dipimpin oleh seorang yang dipilih dari anggota Dewan Pendiri yang hadir. Setiap mengadakan rapat anggota Dewan Pendiri harus melalui undangan secara tertulis dan dikirimkan maksimal 2 (dua) minggu sebelum hari H. Keputusan untuk membubarkan Lembaga ini hanya dapat dilaksanakan oleh rapat anggota Dewan Pendiri berdasarkan pertimbangan bahwa keadaan Lembaga tidak layak untuk operasional.

BAB X LIKUIDASI Pasal 18 Jikalau Lembaga ini dibubarkan, maka Dewan Koordinasi untuk menyelesaikan segala bentuk kewajiban Lembaga ini dibawah pengawasan Dewan Pendiri, dan jika ada hal-hal yang belum diselesaikan, maka akan ditentukan oleh Dewan Pendiri dengan memperhatikan maksud dan tujuan Lembaga.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar akan dalam Anggaran Rumah Tangga. Denpasar, 1 Januari 2013 Lembaga Swadaya Masyarakat - Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia)

Ketua

Sekretaris,

Ida Bagus Ketut Susena

Made Dana

ANGGARAN RUMAH TANGGA Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia ( Puskor Hindunesia )

BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Warga negara Republik Indonesia yang dapat diterima menjadi Anggota Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) harus mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Berumur antara 18 tahun sampai dengan 50 tahun. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) menerima dan memperjuangkan, menerima landasan perjuangan, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, program umum dan peraturan-peraturan organisasi. Menyatakan diri untuk menjadi anggota Organisasi Pusat Koordinasi Hindu

Indonesia (Puskor Hindunesia) melalui proses calon anggota. Diteliti dan disaring untuk kemudian ditetapkan oleh dewan pimpinan sesuai domisili calon berdasarkan peraturan Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) tentang keanggotaan

Pasal 2 Keanggotaan Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) terdiri atas : Pendiri Organisasi; yaitu orang-orang yang dalam akta pendirian dinyatakan sebagai pendiri Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia); Anggota Tetap (Koordinator) ; adalah orang-orang yang memiliki kepedulian tinggi dan bersedia berjuang secara aktif demi tercapainya tujuan Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia); Anggota Biasa (Relawan Dharma); adalah orang-orang yang simpati terhadap perjuangan Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) serta menyatakan diri untuk menjadi anggota; Anggota Luar Biasa; adalah orang-orang atau lembaga profesi yang karena mempunyai jasa yang luar biasa diminta sebagai anggota Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia); Anggota Kehormatan; adalah orang-orang karena jabatan dan pengaruh yang dimilikinya dinyatakan/diminta sebagai anggota.

BAB II KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

Pasal 3 Setiap anggota berkewajiban : Menghayati dan mengamalkan landasan perjuangan dan mematuhi AD/ART

organisasi. Mentaati keputusan-keputusan hasil musyawarah anggota. Melaksanakan dan mentaati semua keputusan organisasi. Membantu pimpinan dan melaksanakan tugas. Mencegah setiap usaha dan tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan organisasi. Menghadiri pertemuan dan rapat-rapat.

Pasal 4 Setiap anggota berhak : Memperoleh perlakuan yang sama dari Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia). Mengeluarkan pendapat dan usul-usul serta saran. Memilih dan dipilih sebagai pengurus. Memperoleh perlindungan, pembelaan, pendidikan, penataran, pelatihan, dan bimbingan sebagai kader. Setiap anggota memiliki hak konstituatif yang ditentukan dalam peraturan organisasi.

Pasal 5 Anggota berhenti karena : 1. Meninggal dunia; 2. Atas permintaan sendiri; 3. Diberhentikan; 4. Tata cara pemberhentian dan hak membela diri diatur dalam peraturan organisasi.

BAB III KADER Pasal 6 Kader Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) adalah tenaga inti penggerak organisasi disetiap tingkatan yang telah diteliti dan disaring berdasarkan kriteria : 1. Mental ideologi 2. Prestasi 3. Kepemimpinan 4. Kemampuan berdiri sendiri 5. Kemampuan pengembangan diri 6. Telah melalui proses pendidikan dan pelatihan 7. Ketentuan tentang jenjang kader diatur dalam peraturan organisasi

BAB IV IDENTITAS ORGANISASI Pasal 7 1. Organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) memiliki lambang, lagu, dan atribut-atribut organisasi lainnya. 2. Lambang Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) adalah

Pasal 8 Setiap simbol yang muncul dari lambang Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat

Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) mempunyai arti sebagai berikut : 1. Segi-8 (Asta Dala) dengan Tri Datu bermakna bahwa kerja para koordinator dengan direstui dan dilindungi oleh delapan kekuatan Dewa (8 arah mata angin) yang selalu menegakkan bersatunya kekuatan Tri Murti (Brahma, Wisnu & Iswara) di Nusantara tercinta. 2. Banyak tangan memegang dunia (dengan gambar latar kepulauan di Indonesia) memiliki makna kebersamaan dan solidaritas para relawan Hindu tanpa melihat perbedaan, mereka bersatu padu menjaga ajegnya Hindu Indonesia yang disimbolkan dengan gambar swastika. 3. Latar belakang bendera merah putih menandakan bahwa Puskor Hindunesia bekerja dalam wilayah NKRI, yang menjunjung nilai-nilai suci dan berani sebagai patriot bangsa. 4. Tulisan "PUSKOR" dengan warna dominan merah dengan outline putih, berarti berani memperjuangkan DHARMA dengan berdasarkan KESUCIAN pikiran. 5. HINDUNESIA, dengan warna hitam dengan outline putih, menjadi simbolis bahwa perbedaan yang ada di seluruh Nusantara akan menjadi kekuatan untuk membangun HINDUNESIA JAYA.

Pasal 9 Bendera Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) berwarna putih dengan logo organisasi di tengah-tengah.

BAB V HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI SOSIAL/ KEMASYARAKATAN, PROFESI/FUNGSIONAL Pasal 10 Hubungan kerjasama Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) dengan organisasi kemasyarakatan, dilakukan berdasarkan kesamaan visi, misi, dan dalam program perjuangan untuk membentuk, membina dan

membangun Sumber Daya Manusia Hindu yang terdidik, berkualitas, bermoral, beretika, terampil, dan mandiri serta memiliki kepekaan sosial dan budaya religi Hindu yang tinggi guna menjaga warisan leluhur Hindu Indonesia dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tata cara menjalin hubungan kerjasama diatur dalam peraturan organisasi.

BAB VI HAK SUARA DAN HAK BICARA Pasal 11 Hak bicara dan hak suara peserta musyawarah anggota dan rapat kerja diatur sebaga berikut : Hak bicara pada dasarnya menjadi hak perorangan yang penggunaannya diatur dalam peraturan organisasi. Hak suara yang dilakukan dalam pengambilan keputusan pada dasarnya dimiliki oleh anggota/peserta yang penggunaannya diatur dalam peraturan organisasi.

BAB VII KEUANGAN Pasal 12 Iuran anggota ditentukan oleh peraturan Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia). Hal-hal yang menyangkut pemasukan dan pengeluaran keuangan dari dan untuk Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) wajib dipertanggungjawabkan dalam forum yang ditentukan oleh peraturan organisasi. Khusus dalam penyelenggaraan musyawarah anggota dan rapat kerja, semua pemasukan dan pengeluaran keuangan harus dipertanggungjawabkan kepada dewan pimpinan yang setingkat melalui panitia verifikasi yang dibentuk untuk itu.

BAB VIII PENYEMPURNAAN Pasal 13 Penyempurnaan anggaran rumah tangga dapat dilakukan oleh rapat kerja Pengurus bersama dewan Pendiri yang khusus membicarakan hal tersebut, yang selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada musyawarah anggota berikutnya.

BAB X PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran rumah tangga diatur dalam peraturan organisasi oleh Dewan Koordinasi Nasional. Anggaran rumah tangga ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Denpasar, 1 Januari 2013 Lembaga Swadaya Masyarakat - Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia)

Ketua

Sekretaris,

Ida Bagus Ketut Susena

Made Dana

Você também pode gostar