Você está na página 1de 6

Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA

(Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang bersama Bp. Heman Elia, M. Psi., beliau adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang; kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Anak dan Temannya, kami percaya acara ini pasti sangat bermanfaat bagi kita sekalian. Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti. GS : Pak Heman, ada satu pengalaman saya yang agak kurang menyenangkan waktu itu adalah saya sudah mempersiapkan anak saya sedemikian baik, mencoba sedemikian baik di dalam pergaulan, dalam tutur kata dan sebagainya. Tetapi tibatiba suatu saat saya dikejutkan ketika dia memaki dengan perkataan yang menurut saya itu sudah agak kelewatan sehingga pada waktu itu saya tanyakan "lho kamu tahu dari mana kata-kata seperti itu?" Dan dia katakan "itu driver (karena diantar jemput) driver itu suka mengatakan itu kalau marah" lalu dia juga melampiaskan kemarahannya dengan cara seperti itu Pak Heman. Nah, pada satu sisi saya sebenarnya merasa percuma atau sia-sia, sekian tahun saya sudah mendampingi dan mengarahkan dia, nyatanya kata-kata yang seperti itu tercetus juga, nah ini bagaimana Pak Heman? HE : Kekecewaan Pak Gunawan dapat saya maklumi dan saya kira ini bukan sesuatu hal yang istimewa atau perkecualian di dalam salah satu keluarga. Keluarga saya juga pernah mengalami hal seperti ini. Dan ini terjadi karena anak mudah sekali meniru kebiasaan-kebiasaan lingkungannya, tetapi di dalam hal ini saya kira Pak Gunawan juga mengalami ini tapi tidak akan berlangsung seterusnya, kalau misalnya anak-anak ini sudah mempunyai kebiasaan yang baik di rumah. Jadi dia akan kembali lagi pada kebiasaan lamanya yang baik yang telah dilakukan, dipupuk di rumah. GS : Ya, saya tahu bahwa dia tidak sungguh-sungguh mengucapkan atau bahkan tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Ketika saya tanyakan: "Kamu mengerti atau tidak apa yang kamu katakan?" Dia katakan "tidak!" Cuma kalau orang marah, (drivernya yang marah itu) suka berbicara seperti itu, jadi dia hanya meniru Pak, apa itu yang terjadi? HE : Ya, jadi dia mungkin melihat bahwa drivernya itu berbicara begitu dan ternyata menimbulkan reaksi tertentu dari orang lain. Dan kalau dia ingin menimbulkan reaksi kejengkelan atau menarik perhatian seseorang, maka dia keluarkan kata-kata seperti itu. Kadang-kadang ini betul seperti yang Pak Gunawan katakan, anak tidak mengerti betul apa arti kata-kata yang dia lontarkan itu, nah di dalam keadaan seperti ini kita tidak perlu langsung gusar, kalau kita tahu bahwa anak belum tentu mengerti akan apa yang dia katakan. Ya kita tanyakan saja dengan tenang tetapi tegas, "Apakah kamu tahu arti kata-kata itu? Coba Papa atau Mama ingin tahu, apa yang kamu katakan tadi artinya apa?" Kalau misalnya dia tidak tahu artinya, kemudian kita mengetahui artinya kita boleh memberi tahu dan yang penting adalah kita beritahu kepada dia bahwa itu adalah kata-kata yang tidak baik, bisa menyakitkan hati orang dan membuat orang tidak suka dengan kamu. Dan dengan tegas kita harus larang mereka menggunakan kata-kata itu lagi di manapun juga dan terutama di rumah.

GS : Ya mungkin itu masalahnya di dalam anak yang mempunyai teman lewat pergaulan mereka. Jadi di satu sisi sebenarnya kita sebagai orang tua juga ingin anak kita itu bisa bergaul dengan sebanyak mungkin orang, tetapi di sisi lain kita itu juga was-was nanti ada pengaruh-pengaruh yang buruk yang bisa mempengaruhi anak kita. Jadi ini dilematis Pak sebenarnya. HE : Betul, dilematis memang, dan memang kita harus mengajarkan kepada anak, sehingga anak nantinya bisa memilih-milih di mana atau dengan siapa dia harus bergaul. Pada mulanya memang agak sulit karena seperti itu tadi, anak memerlukan pergaulan dan kita juga perlu mendorong anak untuk bergaul. Tetapi pada suatu ketika, ketika anak memperoleh pengaruh-pengaruh yang negatif, di situ kita harus bereaksi untuk mencegah hal-hal yang buruk mempengaruhi anak kita. (1) GS : Ya itu bagaimana Pak Heman, apakah kita memberikan semacam kriteria kepada anak kita, kamu kalau bergaul dengan teman, carilah teman yang seperti ini, ini, ini atau bagaimana Pak? HE : Sebaiknya secara natural saja, dalam arti kita mengajarkan hal-hal yang baik di rumah. Dengan mengajarkan hal-hal yang baik di rumah, anak akan tahu bahwa temannya ini melakukan hal-hal yang tidak baik. Saya berikan contoh: pernah terjadi anak saya itu waktu dia di kelompok bermain, membawa pulang mainan yang ada di sekolah, kemudian dia membawa pulang itu dan mengeluarkan kemudian bermain pasang-pasangan itu, lego itu. Kemudian istri saya mengajarkan kepada dia: "Ini namanya mencuri, kamu tidak boleh mengambil begitu saja, ayo besok dikembalikan." Keesokan harinya anak ini diantar dan mengembalikan mainan itu dan dia mengaku bahwa teman-temannya melakukan hal yang sama dan tidak ada reaksi. Memang mungkin karena tidak ketahuan, dan sebetulnya bukan saja dia tidak melakukan itu lagi dia bisa menasihatkan teman-temannya untuk tidak berbuat demikian. Jadi saya kira kita perlu mengarahkan anak-anak di dalam bergaul dan ketika kebiasaan yang baik terbentuk di rumah, maka anak-anak ini akan mempengaruhi anak-anak yang lain. (2) GS : Ya itu memang sangat bijaksana tindakan seperti itu Pak Heman, tetapi kalau sampai tanpa sepengetahuan kita anak itu terlanjur berteman dengan teman yang kurang baik, kita sudah tahu bahwa ternyata mereka berteman. Nah kalau kita beritahu temanmu itu tidak baik, dia akan merasa sakit hati temannya kok dikatakan tidak baik tetapi kita ingin anak itu mengerti bahwa temannya itu tidak baik, itu bagaimana Pak? HE : Ini memang dilematis terutama pada anak-anak yang sudah lebih besar yang sudah relatif mempunyai kemandirian dan keinginannya sendiri, juga terutama pada remaja yang sering kali bereaksi untuk membela temannya ketika temannya itu dikritik atau dicela. Jadi sebaiknya kita sebagai orang tua jangan serta merta mencela atau melarang anak kita bergaul dengan teman mereka yang sebetulnya tidak kita sukai. Ada baiknya orang tua melakukan hal seperti ini, tidak mencela teman dari anak kita karena mereka akan bela mati-matian, tetapi sebaliknya kita memberikan peraturan yaitu peraturan mengenai bagaimana berteman, di dalam arti termasuk misalnya kapan boleh pergi ke rumah teman, kapan mengundang temannya ke rumah kita. Kemudian juga misalnya di dalam keluarga harus ada

peraturan semua anggota keluarga termasuk ayah dan ibu kalau misalnya mau pergi ke mana dari jam berapa sampai jam berapa, itu harus diberitahukan kepada semua anggota yang lain, sehingga satu dengan yang lain itu bisa saling kontak. Dan untuk anak-anak ini masih harus ditambah dengan satu batasan yaitu mengenai permintaan ijin, pada anak-anak diharapkan minta ijin kepada orang tuanya kalau dia mau berkunjung ke rumah temannya. Nah, tujuan dari peraturan-peraturan ini adalah ketika ia bergaul dengan siapa kita bisa tahu itu dan kemudian kita bisa membuat suatu peraturan-peraturan, peraturan itu tidak ditujukan kepada temannya secara khusus tetapi peraturan ini berlaku secara umum dengan siapapun anak ini bergaul. Dan juga kenapa kita harus tahu ke mana dia pergi dan pada jam berapa dia pergi, kita perlu dan kita punya hak untuk melarang anak-anak ini untuk pergi ke suatu tempat-tempat yang mempunyai godaan yang terlalu besar, agar anak tidak jatuh ke dalam dosa. Jadi kita harus mencegah kalau misalnya anak akan pergi ke diskotik karena ini akan membuat pergaulan anak menjadi kacau balau. GS : Kadang-kadang anak itu juga agak ragu tentang temannya Pak, lalu dia tanyakan kepada kita "Menurut Papa atau Mama, kalau saya bergaul dengan dia bagaimana? Temanku itu bagaimana?" Itu kadang-kadang terlontar juga pertanyaan seperti itu. Bagaimana kita harus menyikapi itu, kadang-kadang kalau kita berbicara terlalu keras atau apa seolah-olah kok menghakimi orang lain dan sebagainya. Tapi anak ini membutuhkan suatu pendapat kita, itu bagaimana Pak? HE : Ini suatu pertanyaan yang baik sekali dan saya kira kalau misalnya di dalam keluarga ada komunikasi yang indah, yang baik antara orang tua dengan anak, halhal seperti ini akan terjadi dan hal ini sesungguhnya suatu hal yang baik sekali, di mana kita bisa langsung mempunyai kesempatan untuk berbincang dengan anak soal temannya tanpa anak merasa terlalu banyak bertahan atau defensif. Juga anak merasa tidak terlalu perlu untuk melindungi temannya ini, nah kalau misalnya anak bertanya kepada kita bagaimana pendapat kita tentang temannya, maka kita perlu katakan mungkin mulai dengan hal-hal yang positif dulu dan kemudian kita juga tanyakan kalau menurut kamu bagaimana, jadi anak juga berpendapat lalu kita juga menghargai temannya ini. Nah, pada saat tertentu misalnya anak bisa bertanya lagi, "tapi dia begini-begini" nah waktu kita tanggapi lagi misalnya anak ini mengatakan, "tapi dia suka mengadu-adu saya dengan teman saya, dengan sahabat saya." "Setiap orang memang mempunyai kekurangan, kalau kamu menjadi sahabat dari seseorang, kamu jangan mengadu-adu mengatakan hal-hal yang jelek mengenai temanmu yang lain dan sebagainya." Nah, dengan demikian kita bisa mengarahkan anak ini, tapi sekali lagi kalau bisa kita berbicara secara umum artinya sifat manusia yang secara umum bisa merusak persahabatan atau justru memupuk persahabatan, bukan tertuju kepada orang tertentu, karena kalau kita sudah menyerang orang tertentu apalagi yang akrab dengan anak kita maka kita akan cenderung memperoleh tanggapan atau pembelaan dari anak kita. GS : Sering kali yang kita saksikan atau yang kita alami, anak-anak ini untuk jangka waktu yang panjang perilaku, kata-katanya, atau tindakannya itu bisa berubah Pak. Jadi kadang-kadang mirip-mirip dengan temannya, apakah itu pengaruh seringnya mereka bergaul atau bagaimana Pak? HE : Lingkungan memang sangat besar pengaruhnya di dalam pembentukan pola

kebiasaan kita, kalau misalnya kita pindah dari Jawa Timur ke Jakarta, logat-logat kita pun akan berubah, kebiasaan-kebiasaan kita juga akan berubah. Tapi yang lebih penting dari kebiasaan-kebiasaan seperti itu adalah sebenarnya masalah moral, jadi kalau misalnya hanya sekadar masalah kebiasaan yang berbeda misalnya kebiasaan makan, tidur, cara belajar, minat, hobby dan sebagainya itu masih boleh kita tolerir, sampai sejauh mana batas kita bisa mentolerirnya. Tetapi kalau misalnya sudah menyangkut hal-hal yang moralitas, menyangkut dosa dan sebagainya kita sebaiknya tidak tolerir hal itu dan kita harus mencegah hal itu sebelum berlanjut. GS : Dalam hal ini Pak Heman, tentu yang sangat dibutuhkan oleh semua orang tua khususnya pada pendengar yang setia ini, mungkin Pak Heman bisa memberikan beberapa pedoman atau tips atau semacam arahan, apa sebetulnya yang bisa kita lakukan sebagai orang tua untuk mencegah pengaruh-pengaruh yang buruk terhadap anak kita. HE : Kalau bisa sebelum anak-anak terlanjur besar dan anak-anak ini sudah bisa memilih sarana-sarana pergaulannya sendiri, kita arahkan dulu dan kita sediakan alternatif-alternatif pergaulan yang sehat. Misalnya saja kita bawa mereka ke Sekolah Minggu atau ke persekutuan remaja atau pun gereja di mana orang tua di sana juga bisa bersekutu dengan baik juga dengan anak-anak. Dan kita perlu menyadarkan mereka bahwa ada teman-teman yang baik sekali secara umum, dan mereka dapat dijadikan sahabat, tetapi ada juga anak-anak atau teman-teman yang buruk yang bisa menjerumuskan dan membuat kita terseret di dalam kebiasaankebiasaan buruk mereka. Kemudian hal yang lain yang boleh kita usahakan adalah memperoleh atau mencari lingkungan sekolah yang baik bagi anak, karena lingkungan sekolah ini sering kali tidak ada pelajaran, kemudian anak-anaknya suka berkelahi dan sebagainya mempengaruhi pergaulan anak-anak kita, sehingga merusak kebiasaan baik yang telah dimiliki oleh anak kita. Kemudian hal lain lagi yang perlu sekali kita penuhi adalah kebutuhan psikologis anak-anak kita, dengan demikian anak-anak yang telah puas di rumah tidak akan mencari-cari di luar, apalagi berusaha menarik perhatian teman-temannya karena mereka sudah mempunyai kepercayaan diri yang baik. Sehingga dengan kepercayaan diri yang baik ini anak-anak juga mampu menolak pengaruh negatif teman-temannya dan yang penting lagi adalah kita perlu menciptakan suasana keluarga yang harmonis. Dengan adanya suasana harmonis anak tidak punya alasan untuk lari pada pergaulan yang tidak baik di luar rumah dan satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya kita harus mendoakan anak-anak kita senantiasa agar mereka terhindar dari jeratan pergaulan yang buruk. GS : Ya, dari sekian atau beberapa tips yang Pak Heman katakan untuk mencarikan pergaulan, anak biasanya sudah berkeliaran sendiri, mencari tempat bermain sendiri, teman-teman sendiri itu bagaimana Pak? HE : Ya, kalau misalnya sudah terlanjur memang ini lebih sulit diatasi. Kalau bisa kita siapkan dulu hal-hal ini sebelum anak beranjak dewasa, sebelum anak beranjak remaja. Memang ada beberapa hal yang tidak terlalu mudah dijawab karena biasanya anak-anak yang sudah terlibat dengan kelompok-kelompok "pembuat onar" itu biasanya mempunyai latar belakang yang kurang menguntungkan, salah satunya misalnya keluarga tidak berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan utama atau

pemenuh kebutuhan psikologis utama bagi anak-anaknya. Dan anak-anak ini biasanya kekurangan dukungan sosial ekonomi, nah ini yang agak sulit. Tetapi bagaimanapun juga kalau misalnya kita bisa menyiapkan, kadang-kadang sebetulnya anak-anak ini bukan menolak apa yang dianjurkan orang tuanya, tetapi masalahnya mereka tidak tahu bagaimana memulainya. Jadi ada baiknya orang tua berusaha merancang misalnya ada pembesukan dari gereja, dari orang-orang tertentu dan berkenalan dengan anak ini secara wajar, secara alami kemudian mengajak anak ini bersama-sama, ada kemungkinan anak-anak ini dengan bangga akan terlibat dengan pergaulan yang lebih sehat. GS : Demikian juga dengan sekolah Pak Heman, kita itu memang ingin mengarahkan ke sekolah yang baik, tetapi anak-anak juga dipengaruhi oleh temantemannya ke mana teman-temannya melanjutkan studinya, kebanyakan dia akan mengikut ke situ Pak? HE : Ya kadang-kadang memang kita inginkan anak kita bisa sekolah di sekolah tertentu tetapi berhubung teman-temannya banyak ke sekolah lain dia ikut. Nah kalau bisa kita arahkan, misalnya sebelum kita mencari informasi tentang sekolah ini dan kemudian anak ini dibawa ke sekolah yang berbeda dan kemudian melihat lingkungannya, berbincang-bincang dengan 2 atau 3 murid di sana, berkenalan mungkin cari nomor teleponnya dan sebagainya. Nah dengan adanya beberapa pilihan sekolah kemungkinan anak juga mau mencoba. GS : Masalahnya mungkin ini Pak, kalau dia pindah ke suatu sekolah di mana teman-temannya tidak sekolah di situ dia enggan kalau harus mencari teman baru. HE : Ya, ini harus kita antisipasi mungkin jauh-jauh hari sebelumnya anak ini perlu diberi bekal, bagaimana supaya dia bisa menyesuaikan diri lebih cepat dengan lingkungan pergaulan baru. Di dalam hal ini yang bisa kita siapkan adalah anak ini diperkenalkan dengan berbagai lingkungan yang bervariasi dan dari yang tadinya asing, belum kenal kita dorong mereka, kita berikan keberanian kepada mereka, tantangan bahwa kamu kalau bisa memperoleh satu atau dua teman di situ di dalam jangka waktu sekian misalnya kamu berarti anak yang berani, anak yang bisa sukses nantinya sebagai bekal untuk menjadi pemimpin di masyarakat dan sebagainya. Nah, anak-anak diberi tantangan-tantangan yang seperti itu. GS : Tetapi kita melihat bahwa memang teman-teman anak-anak kita atau temanteman kita itu pengaruhnya luar biasa besarnya untuk masa depan dari si anak ini. Nah, dalam hal ini Pak Heman, apakah yang dikatakan oleh firman Tuhan sebagai suatu pedoman bagi kita untuk memberikan bimbingan pada anak-anak kita di dalam mencari teman? HE : Ada satu permohonan doa dari Daud, saya akan bacakan dari Mazmur 28 : 3, "Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik atau pun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman-temannya tetapi yang hatinya penuh kejahatan." Biarlah doa Daud ini juga menjadi doa kita dan semoga kita terus beroleh kekuatan untuk terus hidup kudus di tengah lingkungan yang tidak kudus sekalipun. GS : Saya rasa memang peranan doa ini luar biasa besarnya juga terhadap pengaruh anak-anak kita, kadang-kadang kita cuma memberikan kebutuhan-kebutuhan

psikologisnya, kebutuhan-kebutuhan jasmaninya, tapi ada suatu kebutuhan spiritual yang sebetulnya harus dipenuhi dan kita bisa membantu mereka di dalam doa. Dan apakah itu harus mereka ketahui Pak? HE : Ya, saya kira ada baiknya kalau misalnya ayat ini menjadi ayat hafalan dari kita dan anak kita. GS : Jadi kita bersama-sama menghafalkan ayat itu di dalam suasana makan atau suasana ibadah keluarga begitu Pak. HE : Betul, dan saya kira ini baik sekali untuk mengingatkan kepada anak-anak bahwa ada teman-teman yang bisa menjerumuskan. GS : Saya rasa orang tua juga harus lebih berhati-hati di dalam memilih temantemannya sendiri Pak karena itu akan menjadi suatu cermin, suatu teladan yang nampak nyata di dalam diri anak-anak ini. Mereka akan melihat siapa teman-teman papanya atau siapa teman-teman dari ibunya itu. Terima kasih sekali Pak Heman untuk perbincangan kali ini, dan saudara pendengar sekalian terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Heman Elia, M. Psi. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang anak dan temannya. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menghubungi kami lewat e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.

FPRIVATE "TYPE=PICT;ALT=Ke Atas" 2002 - 2007 Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) | E-mail: staf-telaga

telaga.org

Você também pode gostar