Você está na página 1de 2

ANALISIS BIAYA PEMELIHARAAN DOMBA DENGAN COMPLETE FEED Sugiyane Mahaputra1, Pudji Kurniadhi2, Rokhman3, dan Kadiran4

akan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha ternak, karena keberhasilan usaha ternak sangat ditentukan oleh pakan yang diberikan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak peternak yang memberikan pakan tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas, dan teknik pemberiannya. Akibatnya, produktivitas ternak kurang optimal, bahkan banyak peternak mengalami kerugian akibat pemberian pakan yang kurang sempurna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% dari produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan 30% lainnya oleh faktor genetik. Di antara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh yang paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun potensi genetik ternak tinggi, tetapi bila pakan yang diberikan tidak memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas, maka produktivitas yang tinggi sulit untuk dicapai. Di samping mempengaruhi produktivitas ternak, pakan juga merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi, dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Dengan demikian, dalam memproduksi pakan tidak hanya perlu memperhatikan kualitasnya saja, tetapi harga pakan juga harus ekonomis, murah, dan terjangkau oleh kemampuan peternak (Siregar, 1994).

jagung, jerami kedelai, tetes tebu, kulit kakao, kulit kopi, ampas tebu, pucuk tebu, tongkol jagung, bungkil biji kapuk, dedak padi, onggok kering, dan bungkil kopra. Pakan tersebut diformulasikan sedemikian rupa sehingga semua nutrisi kebutuhan ternak domba bisa terpenuhi. Meskipun sampai saat ini sumbangan daging domba terhadap total produksi daging yang berasal dari ruminansia baru mencapai 10% (Direktorat Jenderal Peternakan, 1995), pengembangan domba perlu digalakkan sebagai salah satu upaya mengurangi impor daging sapi. Selain untuk memenuhi substitusi kebutuhan daging sapi dalam negeri, usaha pengembangan ternak domba juga membuka peluang untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri (Praharani, 1999). Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemeliharaan domba tidak selalu harus mengandalkan rumput sebagai pakan, tetapi pakan tersebut bisa diganti dengan pakan alternatif antara lain pakan buatan pabrik yaitu Complete Feed . BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Desa Selopuro, Kecamatan Selopuro, Blitar, Jawa Timur pada bulan Februari 2002. Domba jantan bakalan yang digunakan berjumlah 100 ekor dengan umur 5-8 bulan dan bobot badan awal 15-20 kg. Pada umur 5 bulan, kadang-kadang bobot badan domba sudah mencapai 15 kg. Domba dipelihara dalam kandang berukuran 1 m x 1,20 m untuk setiap 3 ekor domba. Domba sengaja ditempatkan agak berdesakan agar tidak banyak kalori yang terbuang. Tempat pakan yang terbuat dari papan diletakkan di depan kandang dan tempat minum yang terbuat dari paralon besar diletakkan di belakang kandang. Domba diberi obat cacing Calbasen cair S/G dengan dosis 4 ml/ekor melalui mulut. Pakan yang diberikan adalah Complete Feed tanpa ditambah rumput. Rata-rata takaran pemberian pakan pada bulan pertama adalah 0,8 kg, bulan kedua 1 kg, bulan ketiga 1,2 kg, dan bulan keempat 1,3 kg/ ekor/hari. Pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari, sedangkan air minum diberikan terus menerus (adlibitum). Pakan dicampur dengan Prima Joss dengan dosis 25 ml/ekor/hari yang berfungsi untuk menambah nafsu makan 47

Kebutuhan akan energi dan protein untuk domba di daerah beriklim sejuk telah banyak dilaporkan, antara lain oleh Van de Wiel et al . (1976), Doney (1979), dan Russel (1979). Namun, informasi mengenai kebutuhan energi dan protein domba di daerah tropika basah, seperti domba lokal Indonesia relatif terbatas (Mathius, 1999). Pakan domba dapat berupa pakan hijauan seperti rumput maupun pakan buatan. Complete Feed merupakan pakan yang dibuat dari limbah pertanian seperti kulit kacang, tumpi

Ajun Teknisi Litkayasa Madya pada Loka Penelitian Sapi Potong, Jln. Pahlawan 5 Grati, Pasuruan 67184, Telp. (0343) 481131 2 Ajun Teknisi Litkayasa Madya pada Balai Penelitian Veteriner, Jln. R.E. Martadinata 30, Bogor 16144, Telp. (0251) 331048, Faks. (0251) 336425 3 Ajun Teknisi Litkayasa Madya pada Balai Penelitian Ternak, Kotak Pos 221 Ciawi, Bogor 16002, Telp. (0251) 321879 4 Ajun Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian Ternak
1

Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 2, 2003

dan mengurangi stres. Pengamatan dilakukan terhadap bobot badan domba dengan cara ditimbang pada awal dan akhir periode pemeliharaan.

nafsu makan, sehingga pertumbuhan domba dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

KESIMPULAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeliharaan domba tanpa rumput dan diganti dengan pakan buatan pabrik ( Complete Feed ) ternyata cukup menguntungkan dilihat dari segi biaya, tenaga, dan waktu. Dalam masa pemeliharaan 4 bulan, bobot badan domba dapat mencapai 35-40 kg. Analisis usaha pemeliharaan domba tanpa rumput untuk 100 ekor selama 4 bulan disajikan pada Tabel 1. Pemberian obat cacing dan penambah nafsu makan dimaksudkan untuk membunuh parasit dan meningkatkan
Tabel 1. Analisis usaha pemeliharaan domba dengan complete feed untuk 400 ekor selama masa pemeliharaan 4 bulan Biaya/keuntungan Pembuatan kandang dan peralatan masa penyusutan 4 tahun Biaya sarana produksi Sewa tanah 300 m 2 Pembelian 100 ekor domba bakalan x Rp 250.000 Pakan ( Complete Feed ) Prima Joss Obat cacing Upah tenaga kerja 1 orang Bunga modal 2%/bulan (Rp 7.000.000 + Rp 35.220.000) x 8% Penyusutan kandang (1 periode) To t a l Keluaran 100 ekor x 35 kg x Rp 14.000 Kompos 106 karung x Rp 3.000 Keuntungan Nilai (Rp) 7.000.000 + 7.000.000 200.000 25.000.000 7.740.000 1.200.000 80.000 1.000.000 + 35.220.000 3.377.000 584.000 + 39.180.000 49.000.000 318.000 + 49.318.000 10.138.000

Pemeliharaan domba dengan Complete Feed cukup menguntungkan, baik dari segi biaya, tenaga, dan waktu. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, bulu domba perlu dipotong untuk mempermudah pengontrolan pertumbuhan, menghilangkan kutu, dan mengurangi energi yang terbuang. Domba juga perlu dimandikan minimal 2 minggu sekali untuk menjaga kebersihan, meningkatkan nafsu makan, dan menjadi lebih tenang.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Peternakan. 1995. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. Doney, J.M. 1979. Nutrition and the reproductive function in female sheep. In The Management and Diseases of Sheep. The British Council, London. p. 150-160. Mathius, I W. 1999. Studi strategis kebutuhan energi protein untuk domba lokal atas dasar jumlah anak dan rekomendasi Kearl. Produksi. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian Peternakan, Bogor. hlm. 318. Praharani, L. 1999. Evaluasi produktivitas induk domba sebagai akibat seleksi laju produksi. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian Peternakan, Bogor. hlm. 200. Russel, A.J.F. 1979. The nutrition of the pregnant ewes. In The Management of the Diseases of Sheep. The British Council, London. p. 221-240. Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Van de Wiel, D.F.M., A.H. Visscher, and T.P. Dekker. 1976. Use or radio immunoassay of plasma progresteron for predicting litter size and subsequent adaptation of feeding level in sheep. Proc. Nuclear Technique in Animal Production and Health. IAEA, Viena. p. 547-553.

48

Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 2, 2003

Você também pode gostar