Você está na página 1de 19

B A B IV G E R E J A : UMAT KRISTUS

1. PENGANTAR Banyak orang Kristen dewasa ini, khususnya di antara kaum muda, yang menaruh kepercayaan kepada Yesus, tetapi bersikap negatif terhadap Gereja. Film (bioskop), TV dan radio menyuguhkan kepada mereka seorang Yesus yang mereka kagumi: seorang manusia cinta damai, yang berbelas-kasih kepada orang yang menderita, sahabat kaum miskin dan kaum tertindas; seorang pahlawan yang menyerahkan hidupnya bagi orang lain; yang bangkit dari kubur dan telah membawa jutaan orang untuk percaya dan berharap kepada Allah. Akan tetapi, kalau sudah sampai pada institusi yang disebut Gereja, soalnya menjadi lain. Banyak yang melihat Gereja sebagai salah satu organisasi besar di samping organisai-organisasi lainnya, yang disertai dengan kuasa dan hasrat untuk mengontrol kehidupan orang lain. Mereka melihat struktur Gereja terlalu hierarkhis dan para pejabatnya terlalu menaruh perhatian pada doktrin-doktrin (ajaran) ketimbang memperhatikan kebutuhan hidup yang aktual. Mereka merasa tidak tersentuh (tergerak) dengan seruan-seruan otoritas Gereja, karena mereka hanya mau mengakui otoritas dari orang yang kemampuan dan kepemimpinannya mereka kagumi. Mereka benci kepada kecenderungankecenderungan perilaku yang menyerukan larangan-larangan ipse-dixit dan campurtangan-campurtangan dalam kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan mereka yang bersifat pribadi. Mereka juga merasakan liturgi dan khotbah-khotbah dalam gereja membosankan dan bahkan menyedihkan. Tidak dapat disangkal bahwa terdapat sejumlah kebenaran dalam keluhan-keluhan mereka itu. Dan ini telah menimbulkan pertanyaan: Dapatkah seseorang memiliki Kristus tanpa Gereja? Apakah ada hubungan yang esensial antara Yesus dan Gereja? Adakah Yesus sendiri mendirikan Gereja? Banyak pendapat berbeda dari para ahli (teologi, Kitab Suci) berkenaan dengan awal mula berdirinya Gereja. Akan tetapi, mereka sepakat untuk pokok-pokok berikut ini: (1) Yesus sendiri tidak bermaksud untuk mendirikan suatu komunitas agama baru yang berbeda dengan Israel, bahkan berbeda dengan komunitas dalam Israel. (2) Maksud Yesus yang sebenarnya adalah untuk membaharui Israel dan mempersiapkannya (Israel) bagi pertumbuhan Kerajaan Allah. Duabelas murid Ia pilih semata-mata melambangkan duabelas suku bangsa yang menjadi cikal bakal bangsa Israel. (3) Komunitas Gereja yang paling awal tidak melihat diri mereka sebagai komunitas yang terpisah dari Israel, tetapi sebagai Umat Allah jaman akhir, yang dipersiapkan untuk mempersatukan semua bangsa Israel dalam iman-kepercayaan akan Kristus dan pewartaanNya. (4) Hanya kemudian, setelah Israel menolak untuk percaya kepada Kristus, komunitas Gereja awal (Gereja perdana) mulai suatu proses untuk menegaskan identitas mereka sebagai Israel yang baru, yang terpisah dari yang lama. (5) Karena kesadaran akan komunitas yang baru ini berkembang secara bertahap, maka asal mula Gereja tidak dapat ditentukan secara tepat dalam kurun waktu tertentu. 69

Hanya Lukas yang kiranya secara sangat jelas menunjukkan bagaimana Gereja memisah diri dari Israel dalam proses sejarah secara bertahap. Proses itu berakar dalam Perjanjian Lama, yang menunjuk saat tertentu bagi Roh Kudus. Yohanes Pembaptis menunjuk suatu periode tertentu ketika Israel dipanggil untuk menerima Roh Kudus. Langkah berikutnya adalah ketika Yesus datang untuk mengumpulkan (mempersatukan) orang-orang untuk menjadi komunitas keselamatan dan membimbing mereka kepada Allah. Duabelas rasul melambangkan Israel yang baru. Meskipun misi Yesus berakhir dengan kemalangan, namun kematianNya bukanlah akhir, melainkan - sebagaimana ditunjukkan dalam kebangkitanNya - mengantar masuk menuju tahap akhir dari sejarah Israel di bawah pemerintahan (kuasa) Roh Kudus. Pada hari Pentekosta, komunitas orang-orang percaya dibaptis dengan Roh Kudus. Lalu Lukas mulai menggunakan kata " Gereja" hanya untuk maksud itu saja, ketika sudah menjadi jelas bahwa Gereja dan Israel adalah sama. Tujuan Israel yang sebenarnya menjadi jelas (disadari) ketika bangsa-bangsa dibimbing masuk ke dalam komunitas umat Allah, sebagai diungkapkan dalam kitab Amos (9:11-12): "Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangun kembali seperti di jaman dahulu kala, supaya mereka menguasai sisa-sisa bangsa Edom dan segala bangsa yang Kusebut milikKu. Demikianlah firman Tuhan yang melakukan hal ini". Adakah Yesus mendirikan Gereja? Menurut Lukas, jawabanya adalah tidak, jika yang dimaksudkan adalah Gereja sebagi suatu institusi (organisasi) yang ada di samping Israel. Tetapi jika yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Israel yang bersatu, lalu kita dapat mengatakan tentang Gereja yang didirikan melalui Yesus. Dengan perkataan lain, peranan Yesus adalah menentukan dalam proses pembentukan Gereja. Kadang-kadang Mt 16:18 ("Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu" ) dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus menetapkan (mendirikan) Gereja pada kurun waktu yang pasti. Namun, kalau kita memperhatikan kata-kata Yesus, "Aku akan mendirikan", dari sudut itu kita dapat menyimpulkan bahwa secara definitif Gereja baru didirikan di atas batu karang Petrus setelah kebangkitanNya. Sehingga dengan demikian, Matius juga mempunyai gagasan tentang pendirian Gereja sebagai suatu proses. 2. PERJALANAN HIDUP GEREJA Gereja bukanlah "kerangka" karya Roh Kudus, melainkan boleh disebut "hasil" karya Roh itu, yang hanya dapat dimengerti dalam kerangka dan proses karya keselamatan Allah. Sejarah Gereja sudah mulai dengan Perjanjian Lama, ketika Tuhan mengumpulkan umat Israel dan membuatnya menjadi bangsaNya yang terpilih. Langkah yang lebih jelas ke arah pembentukan Gereja adalah kedatangan Yesus dan penampilanNya di tengah-tengah bangsa Israel. Banyak orang menerima pewartaanNya dan menjadi pengikutNya; banyak pula yang menolakNya mentah-mentah. Kendati demikian, terbentuklah suatu kelompok khusus di sekitar Yesus. Inti kelompok itu mereka yang dikemudian hari "menjadi saksiNya bagi umat itu" (Kis 13:32), yaitu kelompok para rasul. Secara khusus mereka dididik dan digembleng oleh Yesus, dan Petrus diangkat menjadi pemimpin mereka (Mat 16:18; Luk 22:32; Yoh 21:15-17). Itu tidak berarti bahwa Petrus dan para rasul mengambil alih tugas dan perutusan Yesus. 70

Dengan jelas Yesus berjanji, "Aku akan datang kembali" (Yoh 14:3.28). Dan "sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus, maka Ia mengutus roh itu" ke dalam Gereja (Kis 2:33), sebagai tanda kehadiranNya di tengah-tengah mereka. Maka bukan hanya hubungan historis yang mengikat Gereja kepada Yesus, melainkan terutama kehadiran Tuhan yang mulia yang membuatnya bersatu-padu dengan Kristus, sehingga Paulus menyebut Gereja "tubuh Kristus" (Rom 12:5; 1Kor 12:13.27; Ef 1:23; 4:12). Gereja itu berkembang dalam peredaran jaman. Banyak dosa melekat padanya, tetapi dalam kelemahan dan perjuangan itu gereja tetap ditopang oleh Roh Kudus yang telah diberikan kepadanya. Roh itu pula yang membantu secara khusus mereka yang diberi tugas mempersatukan umat. Seluruh kehidupan Gereja, pewartaan, perayaan dan pelayanannya, digerakkan dan didorong oleh Roh yang sama. Struktur-struktur organisasi gereja tidak menjamin kegiatan dan kelestariannya, tetapi di dalam struktur-struktur itu karya Allah terwujudkan dan dilaksanakan, biarpun dalam bentuk yang sangat kurang sempurna. Itulah yang dimaksudkan dengan kepercayaan akan Gereja, yaitu keyakinan bahwa Allah berkarya dalam kekurangan dan keterbatasan kegiatan sekelompok manusia, yang terbentuk dalam sejarah Allah dengan manusia, khususnya sejak Yesus Kristus hidup dan berkarya. Namun karya Allah tidak terbatas pada Gereja, dan Kerajaan Allah tidak sama dengan Gereja. Kerajaan Allah dimaksudkan untuk seluruh dunia, khususnya untuk manusia yang melarat dan miskin, dan Gereja dipanggil untuk menjadi pewartanya. Di dalam Gereja panggilan Allah disuarakan lagi. Persekutuan umat merupakan awal dan dasar kesatuan seluruh umat manusia. Tujuan dan sasaran karya keselamatan Allah bukan Gereja melainkan dunia. Gereja hanyalah "tanda dan sarana" (LG 1). Semua itu bersama-sama ditambah dengan banyak unsur lain, membentuk yang disebut misteri Gereja. Kepercayaan akan Gereja adalah iman akan misteri itu, yang sekaligus tersembunyi dan tampak dalam tanda. 3. ARTI DAN MAKNA GEREJA Kata "Gereja" yang berasal dari kata "igreja" dibawa ke Indonesia oleh para misionaris Portugis. Kata tersebut adalah ejaan Portugis untuk kata Latin ecclesia, yang ternyata berasal dari bahasa Yunani, ekklesia. Kata Yunani itu sebetulnya berarti 'kumpulan' atau 'pertemuan', 'rapat'. Namun Gereja atau ekklesia bukan sembarang kumpulan, melainkan kelompok orang yang sangat khusus. Kata Yunani itu ('ekklesia') berasal dari kata yang berarti 'memanggil'. Maka Gereja adalah kumpulan (umat) yang dipanggil Tuhan. Inilah arti sesungguhnya kata Gereja. Kekhususan Gereja sebagai kumpulan orang, terletak pada kenyataan bahwa (1) Allah sendirilah yang mengumpulkan mereka sebagai suatu jemaat atau umat, (2) dengan tugas tertentu, yaitu memaklumkan secara terbuka iman kepercayaan akan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Gereja adalah komunitas (persekutuan) orang-orang yang dipanggil untuk mengenal dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Menjadi anggota Gereja merupakan suatu panggilan, anugerah Allah. Untuk memahami hakekat dan mengungkapkan kekayaan makna Gereja secara penuh, digunakan beberapa deskripsi menurut Kitab Suci dan ajaran Gereja, sebagai berikut: 3.1. Gereja sebagai Umat Allah Kata Umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian Lama (dalam Perjanjian Baru 71

dipakai terutama dalam kutipan dari PL). Yang paling menonjol dalam sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah (lih. 1Ptr 2:9). Oleh Konsili Vatikan II sebutan "Umat Allah" amat dipentingkan, khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiawi, melainkan perwujudan karya penyelamatan Allah secara kongkret. Tekanan ada pada pilihan dan kasih Allah. Memang kata "umat Allah" sedikit "kabur", tetapi kata ini dipakai agar Gereja tidak dilihat secara yuridis dan organisatoris melulu. Sebab Gereja muncul dan tumbuh dari sejarah keselamatan, yang sudah dimulai dengan panggilan Abraham. Dengan demikian, Konsili juga mau menekankan bahwa Gereja "mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya" (GS 1). Sekaligus jelas pula bahwa Gereja itu majemuk: "Dari bangsa Yahudi maupun kaum kafir Allah memanggil suatu bangsa, yang bersatu-padu bukan menurut daging, melainkan dalam Roh" (LG 9). Konsili Vatikan II melihat Gereja dalam rangka sejarah keselamatan, tetapi tidak berarti bahwa Gereja hanyalah lanjutan bangsa Israel saja. Sejarah keselamatan, yang dimulai dengan panggilah Abraham, berjalan terus dan mencapai puncaknya dalam wafat dan kebangkitan Kristus serta pengutusan Roh Kudus. Maka Gereja bukan hanya lanjutan umat Allah yang lama, terutama kepenuhannya, karena sejarah keselamatan Allah berjalan terus dan Allah memberikan diri dengan semakin sempurna (bdk. 1Kor 15:28). Kedatangan Kristus memberikan arti yang baru kepada umat Allah. Gereja sebagai umat Allah Perjanjian Baru adalah mereka yang dibaptis dan mengakui Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat. Misi Gereja sebagai Umat Allah adalah membawa terang Ilahi ke dalam dunia ini, membawa kegembiraan Injil bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Penyelamat dan bahwa Kerajaan Allah sudah ditegakkan di tengah-tengah kita. Kenyataan terakhir ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah Gereja sama dengan Kerajaan Allah yang dimaklumkan? Kerajaan Allah berbeda dengan Gereja. Yang termasuk Gereja hanyalah mereka yang telah dibaptis, sedangkan Kerajaan Allah lebih luas daripada Gereja. KA mencakup semua orang, semua bangsa dan segenap umat manusia yang harus diselamatkan, sejak jaman Adam sampai akhir jaman. Akan tetapi, antara Gereja dan KA terdapat hubungan yang sangat erat. Gereja adalah pertanda bahwa KA sedang bersemi/tumbuh. Dengan usaha nyata dan sadar, anggotaanggota Gereja bertindak atas nama Tuhan dan demi pertumbuhan KA itu. Gereja membantu mendorong pemenuhan KA itu dalam semua orang yang berkehendak baik. Inilah tugas istimewa orang Kristen: membantu memperkembangkan karya penyelamatan Allah bagi semua orang di manapun dan kapanpun juga. 3.2. Gereja sebagi Tubuh Kristus Sebutan yang lebih khas kristiani untuk Gereja adalah Tubuh Kristus. Istilah ini dapat ditelusuri pada Yesus dan Paulus. Yesus kerapkali mengidentifikasikan diriNya dengan pengikut-pengikutNya. Sebagai contoh, kepada mereka yang bertindak demi cinta kasih terhadap orang-orang kecil, Ia memaklumkan: "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mt 25:40). Dan Ia berkata kepada murid-muridNya: "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku" (Lk 10:16). Pada Perjamuan Malam Terakhir, Yesus berbicara mengenai kesatuan antara Dia

72

dan mereka yang menerimaNya dalam iman dan cinta kasish: "Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh 15:5). Sama halnya seperti pokok anggur dan cabang-cabangnya adalah satu kenyataan yang hidup, demikian pula dengan Kristus dan GerejaNya, Yesus dan muridmuridNya. Malahan, Santo Paulus menempatkan gambaran Tubuh Kristus sebagai pewartaan sentral. Gagasan "tubuh" mengingatkan akan suatu badan yang terdiri dari anggotaanggota badan dan organ-organnya serta dijiwai oleh suatu yang bersifat batiniah. Paulus menjelaskan maksud kiasan itu, sbb: "Sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak - segala anggota itu sekalipun banyak, merupakan satu tubuh - demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh" (1Kor 12:12-13). Dengan gambaran "tubuh", Paulus mau mengungkapkan kesatuan jemaat, kendatipun ada aneka karunia dan pelayanan (lih. ayat 7). Gereja itu satu. Ia menegaskan, bahwa "mata tidak dapat berkata kepada tangan: Aku tidak membutuhkan engkau. Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: Aku tidak membutuhkan engkau" (ay. 21). Sebab "tubuh tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota" (ay. 14). Maka ditarik kesimpulan: "Kamu semua adalah tubuh Kristus dan masing-masing adalah anggotanya" (ay. 27). Kristus adalah kepala tubuh, kita anggota-anggotanya. Kita dipersatukan di dalam tubuh itu melalui pembaptisan; Roh Kudus mempersatukan kita, anggota-anggotanaya, menjadi satu tubuh. Roh Kudus adalah jiwa Gereja. Gereja sebagai Tubuh Kristus juga menekankan pentingnya martabat masing-masing pribadi anggotanya, yaitu bahwa masingmasing anggota mempunyai kedudukan dan peranannya di dalam Gereja: rasul-rasul, nabi-nabi, guru, awam dsb, yang semuanya itu bermuara pada kesaksian akan Yesus Kristus. Tuhan yang bangkit mulia (segi batin) kini hadir di dunia melalui orangorang Kristen sebagai tanganNya, alat bicaraNya, sentuhan kasihNya, tatapanNya.
Body Building

Gambaran Gereja sebagai Umat Allah dan Tubuh Kristus menekankan pentingnya martabat dan masing-masing individu orang Kristen. Kita masingmasing bernilai (menjadi penting) karena Allah memanggil kita untuk melakukan (meneruskan) karya penyelamatanNya dengan satu dan lain cara yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Manakah sumbangan kita sebagai pribadi dalam "pembangunan tubuh" Kristus? Di manakah tempat kita yang khas dalam tubuh itu? Berikut ini diberikan sembilan keutamaan-keutamaan Kristiani yang dapat membantu pembangunan Tubuh Kristus. Pilihlah tiga yang paling sesuai dengan diri anda, dengan memberikan tanda pada pernyataanpernyataan di bawah ini: ___ Bijaksana (mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum melangkahatau mengambil suatu keputusan/tindakan) ___ Jujur (tiada tipu-daya dan kebohongan) ___ Dapat diandalkan (dapat diharapkan) 73

___ Sabar (tidak menuntut yang sempurna dari orang lain) ___ Mengampuni (tidak menaruh dendam) ___ Empati (dapat 'merasakan' orang lain) ___ Loyal (ketersediaan bagi orang lain) ___ Rendah hati (memuji orang lain dan tidak sombong) Pilihlah dua keutamaan yang anda yakini sebagai yang penting dalam membangun Tubuh Kristus, komunitas iman. Sebutkan masing-masing dan periksalah apakah keutamaan-keutamaan tersebut berlaku bagi anda. (1) ___________________________________________ ( (2) ___________________________________________ ( Deskripsikan suatu peristiwa/kejadian di mana anda memakai anda untuk melakukan karyaNya. ) )

merasa bahwa Allah

__________________________________________________________ __________________________________________________________ 3.3. Gereja sebagai Bait Roh Kudus Gambaran Gereja yang paling penting barangkali Gereja sebagai Bait Roh Kudus. Paulus berkata, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (1Kor 3:16' lih. 2Kor 6:16; Ef 2:21). Bait Allah berarti tempat pertemuan dengan Allah, dan menurut Perjanjian baru itu adalah Kristus (lih. Yoh 2:21; Rom 3:25). "Karena oleh Dia, dalam satu Roh, kita beroleh jalan masuk kepada Bapa" (Ef. 2:18; lih. 3:12). Di dalam Gereja orang diajak mengambil bagian dalam kehidupan Allah Tritunggal sendiri. Gereja itu Bait Allah bukan secara statis, melainkan dengan berpartisipasi dalam dinamika kehidupan Allah sendiri. Maka Konsili Vatikan II juga mendorong umat beriman agar dengan perayaan liturgi setiap hari membangun diri "menjadi bait suci dalam Tuhan, menjadi kediaman Allah dalam Roh, sampai mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus" (SC 2). Semua gambaran (deskripsi) biblis tersebut tidak cukup untuk merumuskan jati diri Gereja dengan tepat. Namun "melalui pelbagai gambaran" kita berusaha "menangkap makna Gereja yang mendalam" (LG 6). Oleh karena itu Gereja tidak hanya memakai gambaran yang diambil dari Kitab Suci. Usaha memahami makna Gereja yang terdalam dijalankan terus. Khususnya oleh Konsili Vatikan II Gereja dimengerti dengan gambaran yang lain, yakni sebagai misteri, sakramen, dan "communio". 3.4. Gereja sebagai Misteri dan Sakramen Dalam masa lampau, khususnya oleh Konsili Vatikan I dan juga masih dalam ensiklik Paus Pius XII, "Mystici Corporis" (1943), Gereja dilihat terutama sebagai organisasi dan lembaga yang didirikan oleh Kristus. Di dalam pandangan itu diberikan tempat yang amat penting kepada hierarki, paus, uskup dan imam, sebagai pengganti Kristus yang harus meneruskan tugasnya di dunia ini. Konsili Vatikan II tidak mau menonjolkan segi institusional Gereja ini, kendatipun juga tidak menyangkalnya. Konsili Vatikan II, khususnya dalam konstitusi Lumen Gentium, lebih menonjolkan

74

misteri Gereja, sebagai tempat pertemuan antara Allah dan manusia. Kata "misteri" ini tidak bisa dilepaskan dari kata "sakramen". Dan kedua kata ini bersama menunjukkan inti-pokok kehidupan Gereja. Kata "misteri" berasal dari bahasa Yunani: mysterion, sedangkan kata "sakramen" dari bahasa Latin: sacramentum. Sebetulnya kata Yunani mysterion sama dengan kata Latin sacramentum. Dalam Kitab Suci, kedua-duanya dipakai untuk rencana keselamatan Allah yang disingkapkan kepada manusia. Sebetulnya kedua kata itu sama artinya, hanya lain bahasanya. Tetapi dalam perkembangan teologi kata "misteri" dipakai terutama untuk menunjuk segi ilahi (dan tersembunyi) rencana dan karya Allah, sedangkan kata "sakramen" lebih menunjuk pada aspek insani (dan tampak). Maka kedua kata itu, yang sebetulnya sama artinya, dalam praktek menonjolkan aspek-aspek yang lain. Gereja disebut "misteri" karena hidup ilahinya, yang masih tersembunyi dan hanya dimengerti dalam iman; tetapi juga disebut "sakramen", karena misteri Allah itu justeru menjadi tampak di dalam Gereja. Gereja itu misteri dan sakramen sekaligus. Dari satu pihak, Gereja adalah "kelompok yang tampak", "dilengkapi dengan jabatan hierarkis", karena hidup "di dunia"; ini semua disebut "unsur manusiawi" dan ditunjuk dengan kata sakramen. Tetapi sekaligus Gereja itu bermakna "ilahi", karena merupakan "Tubuh Mistik Kristus" dan adalah "persekutuan rohani", "yang diperkaya dengan karunia-karunia surgawi"; itulah sebabnya disebut misteri. Tetapi misteri dan sakramen "janganlah dipandang sebagai dua hal". Misteri dan sakramen adalah dua aspek dari satu kenyataan, yang sekaligus ilahi dan insani, yang disebut "Gereja". Menyebut Gereja sebagai misteri sama dengan mengatakan bahwa "Allah yang tak kelihatan", yang Mahakuasa, sedang berkarya melalui "persekutuan orang beriman" ini. Gereja adalah "sakramen yang kelihatan, yang menandakan kesatuan yang menyelamatkan itu" (LG 9; lih. 48), "sakramen keselamatan bagi semua orang, yang menampilkan dan sekaligus mewujudkan misteri cinta kasih Allah terhadap manusia" (GS 45). Gereja tidak hanya menunjuk kepada keselamatan Allah sebagai suatu kenyataan di luar dirinya. Karya Allah, oleh Roh, sudah terwujud di dalam Gereja. Dari pihak lain "Gereja baru akan mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan di surga". Namun "pembaruan, janji yang didambakan, telah mulai dalam Kristus, digerakkan dengan perutusan Roh Kudus, dan karena Roh itu berlangsung terus di dalam Gereja" (LG 48). Menyebut Gereja sebagai Sakramen (Penyelamatan umat manusia) berarti Gereja merupakan "tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan segenap umat manusia" (LG 1). 4. KARAKTERISTIK (SIFAT) GEREJA Secara tradisional, Gereja memiliki empat ciri (sifat) untuk mengenal hakekatnya yang benar, yait: satu, kudus, katolik (universal) and apostolik. Ciri-ciri Gereja tersebut membantu meneguhkan iman Katolik dan dapat menarik perhatian bagi orang-orang bukan Katolik. Akan tetapi, tanda-tanda tersebut sifatnya paradoksal. Tanda-tanda itu menunjuk kepada unsur ilahi - Yesus Kristus dan Roh Kudus - yang berkarya dalam Gereja. Meskipun demikian, toh Gereja terdiri dari manusia sebagai anggotaanggotanya, yang kadang-kadang mengkhianati ciri-ciri Gereja tersebut yang seharusnya menunjuk kepada Yesus Tuhan. Sebagai contoh, Gereja adalah kudus, meskipun terdiri dari para pendosa. Gereja adalah satu, meskipun kesatuannya di antara berbagai kelompok-aliran (sekte) Kristen masih 'terluka'. Gereja adalah katolik 75

(universal), terbuka bagi semua orang, meskipun masih terdapat prasangka-prasangka terhadap orang-orang lain. Tanda-tanda (ciri-ciri) tersebut perlu mendapat penjelasan. 4.1. Gereja adalah Satu Ada tiga bentuk ke-satu-an dalam Gereja Katolik Roma: Satu dalam Iman (Credo) . Credo (pengakuan iman) merupakan bagian pokok dari kepercayaan Gereja Katolik. Sebagai contoh, Credo Nicea yang diungkapkan (sebagai pernyataan iman) pada setiap Perayaan Ekaristi (Hari Minggu). Credo merupakan pengakuan iman resmi yang diajarkan oleh Magisterium (Kuasa Mengajar Gereja), dan iman-kepercayaan semua orang Katolik dipersatukan dalam credo ini. Di antara agama-agama dunia, ajaran Gereja Katolik adalah khas karena kejelasan dan kelengkapannya (kepenuhannya). Satu dalam Ajaran Moral (Code) . "Moral Teaching" (Code) menunjuk kepada ajaran moral Gereja dan aplikasinya terhadap masalah-masalah kongkrit-aktual. Dalam mencari terus-menerus kehendak Allah, Gereja Katolik mempunyai satu pandangan dan pemecahan atas masalah-masalah moral. Petunjuk-petunjuk moral dari Gereja membentuk kesadaran moral (suara hati) dalam bertindak. Satu dalam Ibadat (Liturgi) . Ibadat merupakan suatu cara atau sarana untuk memuliakan Tuhan. Liturgi suci - Perayaan Ekaristi, Misa Kudus - merupakan perayaan dan menjadi sumber kesatuan bagi ibadat Katolik selama berabad-abad. Cara-cara lain, seperti doa-doa: rosario, novena, devosi dsb, juga merupakan sarana yang mempersatukan orang-orang Katolik dalam perjalanan menuju Bapa. Meskipun Gereja Katolik mempunyai iman yang sama ( Credo) dan petunjukpetunjuk moral yang sama serta liturgi yang sama pula, masih ada 'tempat' bagi penyesuaian dengan adat-istiadat setempat. Sebagai contoh, tidak lagi digunakan bahasa Latin sebagai kewajiban dalam Misa Kudus. Bahasa nasional/daerah setempat boleh digunakan, dan ini tidak berarti memecah persatuan, tetapi tetap merupakan Misa yang sama. Merayakan Ekaristi dalam bahasa nasional/daerah berarti mengakui perbedaan yang sehat di antara manusia dan mengakui hak-hak mereka untuk mengerti makna Misa dalam bahasa mereka. Apabila timbul konflik karena perbedaan-perbedaan tersebut, maka Gereja Katolik berkiblat kepada Paus. Ia adalah lambang dan pelayan kesatuan. 4.2. Gereja adalah Kudus Yesus Kristus, 'pendiri' Gereja, adalah model kekudusan di dalam Gereja. Ia dan Bapa mengutus Roh Kudus ke dalam Gereja, memenuhinya dan mempersatukannya. Allah adalah sumber utama kekudusan dalam Gereja, dalam arti bahwa hanya Allahlah yang kudus. Karena Roh Kudus berdiam di dalam Gereja, kita dapat menyebut Gereja sebagai kudus. Gereja merupakan tanda (khusus) kehadiran Yesus Kristu, Tuhan yang bangkit. Allah menghendaki agar kita semua berkembang secara penuh sebagai pribadi dan sebagai komunitas. Untuk mencapai kepenuhan pribadi, Gereja memiliki caracara (sarana) yang sedemikian dan khusus, yakni: Firman Tuhan yang ditemukan dalam Kitab Suci, tradisi rasuli, tulisan-tulisan para santo/a dan para teolog, serta dalam ajaran resmi Gereja. Juga dalam kehidupan liturgi Gereja, termasuk sakramen-sakramen dan khususnya Sakramen Ekaristi, serta dalam berbagai praksis

76

doa yang dijalankan oleh Gereja Katolik selama berabad-abad lamanya. Meskipun orang-orang Kristen (sebagai Gereja) baik secara individual maupun sebagai komunitas tidak menampakkan kekudusan itu, namun Tuhan senantiasa mengutus orang-orang yang sanggup memperlihatkan hidup kepahlawanan dengan memberikan kesaksian akan Yesus Kristus dan InjilNya. 4.3. Gereja adalah Katolik Kata katolik berarti "umum" atau "universal". St. Ignatius dari Antiokia, seorang martir Kristen, yang banyak menulis buku dalam permulaan abad kedua, adalah orang pertama yang menerapkan sifat ini bagi Gereja. Gereja adalah katolik dalam tiga hal. Pertama, dengan mengikuti perintah Yesus untuk mengajar semua bangsa (Mt 28: 16-20), Gereja telah mencakup semua orang dalam segala jaman dan tempat. Kaya-miskin, terpelajar-tak terpelajar, semua orang di manapun juga, dipanggil untuk menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus. Kedua, Gereja adalah katolik dalam arti bahwa Gereja meneruskan ajaran Kristus kepada semua orang. Hakekat iman dan ibadat yang sama tetap dijalankan oleh semua anggota Gereja walaupun terpisah secara geografis, kultural, historis selama hampir 2000 tahun. Ini merupakan suatu yang khas di antara agama-agama dunia. Akhirnya, katolik menunjuk kepada kepenuhan. Kita sebagai anggota Gereja sudah memasuki kepenuhan dalam hubungan iman dengan Yesus Kristus. Dalam arti tertentu hal ini benar, karena tersedianya tujuh sakramen Gereja, terutama Ekaristi Kudus. 4.4. Gereja adalah Apostolik Kepemimpinan (hierarkhi) Gereja Katolik yang sekarang berasal dari para rasul (apostles). Yesus Kristus mendirikan Gereja atas dasar (iman) para rasul, yang selanjutnya menunjuk para penggantinya. Hierarkhi Gereja adalah pengganti langsung para rasul. Gereja juga bersifat apostolik dalam arti bahwa Gereja mengakui ajaran yang sama dan cara hidup Kristen yang diajarkan oleh para rasul . Gereja Katolik tetap memelihara, mempertahankan Khabar Gembira Injil Yesus Kristus dan tidak mengubah hal-hal esensial dalam pengajarannya. Gereja, dengan perkataan lain, didasarkan pada iman para rasul dan meneruskan iman-kepercayaan yang sama.
Refleksikan

A. Tanda otentik: Keempat ciri Gereja tersebut menunjuk kepada kehadiran Tuhan dalam Gereja. Namun, kadang-kadang Gereja tidak secara jelas memperlihatkan cahaya Kristus menyinari dunia. Diskusikan: manakah aktivitas-aktivitas dan praksis-praksis Gereja (baik secara individual maupun organisatoris) yang harus dihindarkan agar Gereja tetap menampakkan diri sebagai yang satu, kudus, katolik dan apostolik? B. Beberapa gambaran (model) Gereja diberikan di bawah ini. Berilah urutannya menurut penting dan kurang pentingnya sesuai dengan penangkapan anda. Kemudian pilihlah salah satu model, yang dapat anda kembangkan dengan menambah informasi selengkap mungkin. Sebuah contoh diberikan pada model yang terakhir (Gereja sebagai Lembaga ).

77

MODEL* LEMBAGA PERSEKUTUAN MISTIK SAKRAMEN PEWARTA PELAYAN


*

URUTA N

KEGIATAN PRIBADI Membaca Berita Paroki, dsb.

Deskripsi masing-masing model Gereja tersebut dapat dibaca pada buku Kuliah Agama Katolik Pada Perguruan Tinggi Umum (karangan I. Ismartono, SJ), halaman 153 dst.

5. TUGAS GEREJA Telah kita bicarakan bagaimana Tuhan menghendaki agar setiap orng yang menjadi anggota TubuhNya memaklumkan Khabar Sukacita Injil, membangun komunitas umat beriman kristen dan melayani sesama. Pewartaan, persekutuan dan pelayanan merupakan ringkasan misi Gereja. Inilah yang menjadi tugas Gerja, yaitu sebagai Nabi, Iman, dan Raja. Setiap orang Kristen mempunyai tugas sebagai nabi, imam dan raja. Akan tetapi, Gereja juga - sebagai suatu institusi/lembaga - didirikan (diorganisir) untuk melaksanakan karya ilahi. Fungsi utama dari sebuah organisasi adalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kerjasama para anggotanya, dengan memberikan peranperan tertentu sedemikian rupa sehingga tugas-tugas tertentu dapat dilaksanakan. Dalam bagian ini, kita akan melihat Gereja sebagai suatu organisasi yang mempunyai kewajiban untuk meneruskan peranannya sebagai nabi, iman dan raja, yang berasal dari Yesus sendiri. 5.1. Tugas Gereja sebagai Nabi Seorang nabi bertugas menyuarakan firman Allah. Setiap anggota Gereja mengambil bagian dalam tugas kenabian Yesus Kristus. Sebagai contoh, orang tua mempunyai hak dan kewajiban untuk membagikan ( mensharingkan ) imannya kepada anak-anak mereka. Oleh karena kita semua telah dibaptis dalam keluarga Allah, maka Yesus menghendaki dan menuntut kita untuk memberikan kesaksian akan kebenaranNya. Kita menyatakan dan mewujudkannya dalam perkataan dan perbuatan. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mt 5:16). Dari awal berdirinya, selama berabad-abad, Gereja memaklumkan Khabar Sukacita bahwa Allah mengundang semua orang untuk memperoleh hidup yang penuh. Sejumlah orang belum pernah mendengar Khabat Sukacita ini; sementara yang lain hanya mendengar secara samar-samar. Oleh sebab itu, misi utama Gereja adalah mewartakan Khabar Gembira cinta kasih Allah dalam Kristus. Yesus sendiri

78

menyuruh murid-muridNya untuk melaksanakan misi Gereja ini dengan berkata: "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu" (Yoh 20:21). Inti Khabar Gembira ini ditemukan dalam kerygma, pewartaan sentral Injil yang dimaklumkan oleh para rasul. Petrus meringkaskan dengan amat baik kerygma ini dalam khotbahnya pada hari Minggu Pentekosta (Kis 2:14-41). Petrus mengungkapkan kembali pokok-pokok penting kehidupan Yesus, kematian dan kebangkitanNya. Petrus memaklumkan bahwa Yesus adalah Tuhan, pintu menuju misteri kehidupan. Petrus mengundang semua orang untuk berpaling dari dosa-dosa mereka dan menerima Yesus dalam iman dan memberikan diri untuk dibaptis dengan air dalam Roh Kudus. Gereja harus meneruskan mewartakan Khabat Sukacita ini kepada semua orang di manapun juga. Dengan demikian, Gereja membantu mengarahkan orang-orang kepada Tuhan Yesus. Lebih dari berabad-abad lamanya Gereja telah dianugerahi dengan pahlawanpahlawan kristen yang dengan gagah berani memberikan kesaksian Injil. Mereka telah menyatakan iman kristennya dan telah membangunkan Gereja untuk meluruskan misinya. Santo Fransiskus Asisi mengingatkan orang-orang sejamannya bahwa Kerajaan Allah terbuka/tersedia bagi mereka yang miskin dalam roh. Santa Katharina dari Siena mengingatkan pemimpin-pemimpin Gereja bahwa polemik yang berkepanjangan dan tak-ada-arti akan menghancurkan kesatuan Tubuh Kristus. Dan dalam jaman kita sekarang ini, Ibu Theresa dari Calcuta membuka mata kita kepada Yesus yang hadir pada orang miskin dan menderita. Pertanyaan refleksi: Bagaimana Gereja (sebagai Institusi/Jemaat maupun Anda sebagai anggota Gereja) dapat tampil sebagai nabi dalam jaman sekarang? Peranan khusus Gereja sebagai Institusi Gereja sebagai institusi (lembaga/organisasi) juga diberi kuasa kenabian. Yesus mempercayakan kepada GerejaNya tugas mewartakan secara murni ( otentik) dan benar sabda Tuhan sebagaimana terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi. Ajaran Gereja, praktek kehidupan Gereja dan ibadatnya sebagaimana telah dilakukan sejak para rasul sampai dewasa ini, semua itu menjadi tradisi Gereja. Gereja Katolik mengakui bahwa pengganti St. Petrus, yaitu Paus, mempunyai peranan khusus di dalam Gereja. Bersama dewan para Uskup dan sebagai kepala para Uskup, Paus mempunyai kuasa tertinggi atas seluruh Gereja. Pengakuan ini didasarkan pada ajaran Kristus: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akat terlepas di sorga" (Mt 16:17-19). Paus dan para Uskup membentuk suatu kesatuan tunggal yang disebut kolegialitas (dewan) para Uskup. Para Uskup dalam kesatuan satu sama lain dalam kesatuan dengan Paus mempunyai kuasa mengajar ( Magisterium) dalam kebenaran. Hal ini terjadi apabila mereka berkumpul dan bersidang dalam suatu konsili ekumenis (worldly). Peranan Paus yang khusus adalah menjadi tanda kesatuan. Sebagai Uskup 79

Roma, pengganti St. Petrus, Paus mempunyai tanggung jawab khusus untuk menjadi tanda yang hidup akan persatuan di dalam Yesus Kristus bagi Gereja universal. Ia adalah kepada Gereja (Katolik) seluruh dunia. Dalam kesatuan dengan para Uskup, Paus berbicara sebagai suara Kristus yang hidup di dalam Gereja. Berdasarkan janji Tuhan Yesus bahwa Gereja tidak dapat sesat karena Ia senantiasa hadir di sana, orang Katolik mengakui bahwa dalam hal iman dan moral Gereja bersifat infallible. Infalibilitas menunjuk kepada pengakuan akan ajaran yang bebas dari kesesatan. Dewan para Uskup dalam kesatuannya dengan Paus, mengajar secara infallible apabila mereka mengajarkan atau mempertahan Wahyu Allah dalam Kristus yang berkenaan dengan iman dan susila. Meskipun secara individual mereka (para Uskup) tidak infallible, namun secara kolektif ( kolegial, bersama) mereka memaklumkan ajaran Kristus secara infallible. Demikian juga, meskipun mereka itu tersebar di seluruh dunia, mereka mewartakan ajaran Kristus tanpa dapat salah, asalkan mereka tetap mempertahankan hubungan komunikasi satu sama lain dan dengan Paus, tetap mengajarkan secara otentik hal iman dan moral, sepakat mengenai satu paham yang harus dipertahankan secara definitif ( Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini , n. 25). Infalibilitas Paus Paus mempunyai wewenang mengajar secara infallible apabila ia berbicara " ex cathedra", yaitu dalam kondisi-kondisi sebagai berikut: apabila ia mengajar sebagai Pemimpin tertinggi Gereja; kepada semua orang Katolik; dalam hal iman dan moral (susila); sesuai dengan wewenang tertingginya (maksud yang dikemukakannya) terhadap suatu keputusan yang tak dapat diubah (suatu faham yang harus dipertahankan secara definitif).

Sifat ajaran semacam ini memang jarang terjadi. Dalam seratus tahun terakhir ini, hanya satu kali Paus mengeluarkan ajaran yang bersifat infallible. Pada tahun 1950 Paus Pius XII mengeluarkan dogma tentang Maria diangkat ke sorga . Infalibilitas Paus semata-mata didasarkan pada rahmat (kuasa) khusus yang dijanjikan kepadanya sebagai pengganti St. Petrus untuk mengjarkan wahyu ilahi terutama apabila wahyu ilahi tersebut mendapat serangan atau bahkan ditolak sehingga membingungkan iman Umat Allah. Sama halnya seperti setiap orang, pendapat Paus juga dapat keliru (salah), misalnya dalam bidang politik, ilmu pengetahuan atau olahraga. Karena Paus adalah juga seorang manusia, maka ia pun dapat salah dan berdosa, bahkan dalam cara ia menjalankan pemerintahan Gereja. Begitu pula, setiap anugerah Roh Kudus, anugerah infalibilitas, selalu terarah kepada pembangunan Tubuh Kristus. Roh Kudus membantu kita sampai kepada kebenaran Kristus. Pada umumnya, Paus bersama dengan dewan para Uskup mengeluarkan ajarannya melalui kuasa mengajar Gereja (Magisterium) yang biasa. Magisterium menunjuk kepada wewenang (kuasa) mengajar dalam Gereja yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada para rasul dan pengganti-penggantinya. Ajaran-ajaran seperti ini dapat ditemukan dalam ensiklik-ensiklik, surat-surat pastoral, surat gembala dsb. Ajaran-ajaran semacam ini membantu mengajarkan Injil secara benar, membangun cinta kasih dan pelayanan kristiani, dan penerimaan sakramen-sakramen dsb. Semua orang Katolik mengakui wewenang Paus, para Uskup, dan para imam untuk 80

mengajar atas nama Kristus. Kita semua hendaknya bersikap mendengarkan dengan kesungguhan dan menaatinya dengan keikhlasan hati. 5.2. Tugas Gereja sebagai Imam Ajaran resmi Gereja (Magisterium) tentu saja penting. Akan tetapi, tujuan utama Gereja adalah mengarahkan umat beriman kepada kekudusan. Yesus datang untuk menjadikan kita kudus, yaitu menghantar kita menuju persatuan dalam persahabatan dengan Bapa. Ia memberikan kepada kita kehidupan kasih dan kekudusan. Ia menghendaki kita menjadi imam-imamnya , sehingga semua orang dapat berhubungan dengan tindakan penyelamatanNya melalui sengsara, wafat, kebangkitan dan kemuliaanNya - tindakan yang membebaskan dan menjadi seluruh bumi kudus. Imam adalah seorang yang menjadi perantara Allah dan manusia. Panggilan kristiani adalah membantu orang lain sampai kepada Kristus. Banyak cara menuju kepada kekudusan. Sebagai contoh, Gereja mempunyai kuasa mengajar dan memimpin dengan tujuan membawa umat beriman kepada sumber kebenaran dan kekudusan: Yesus Kristus. Akan tetapi, mengajar dan memimpin bukanlah satu-satunya cara pengudusan yang diberikan oleh Yesus Kristus. Yesus mengintruksikan kepada murid-muridNya untuk membaptis, memecahkan roti atas namaNya (merayakan Ekaristi), untuk berdoa, membantu orang lain, mengampuni dosa. Semua orang Kristen mengambil bagian dalam imamat Yesus Kristus ( imamat umum yang melekat berkat baptisan): "Tetapi kamulah bangsa terpilih, imamat yang rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan, kepada terangNya yang ajaib" (1Ptr 2:9). Ada orang dipanggil untuk diserahi tugas resmi mengajar dalam Gereja; yang lain dalam merayakan Ekaristi dan pengampunan dosa. Para imam secara khusus dipanggil untuk melayani dan dengan suatu cara tertentu membimbing semua orang Kristen menuju kepada kekudusan. Imamat khusus ini ( imamat jabatan ) tidak bertujuan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi kebaikan semua orang. Meskipun hanya sebagian orang yang dipanggil untuk menjadi imam dalam Gereja, namun semua orang di dalam Gereja dipanggil untuk menjadi kudus (sempurna), baik imam maupun awam. Ukuran kebesaran pribadi di hadapan Tuhan bukanlah rahmat khusus yang telah diberikanNya kepada kita, melainkan terlebih dalamnya (intensitas) cinta kasih kita kepada Allah dan sesama. Pertanyaan refleksi: Bagaimana Gereja (sebagai Institusi/Jemaat maupun Anda sebagai anggota Gereja) dapat tampil sebagai imam dalam jaman sekarang? 5.3. Tugas Gereja sebagai Raja Kalau kita berbicara mengenai raja, kita berpikir tentang seorang penguasa, yang memerintah dan berkuasa. Tetapi Yesus mengingatkan kita bahwa segala kuasa berdiam dalam diriNya: "KepadaKu talah diberikan segala kuasa di bumi dan di sorga" (Mt 28:18). Dan Yesus telah menyerahkan kuasa mengajar kepada Paus, para Uskup dan imam. Ia juga menyerahkan kuasa memimpin kepada mereka. Semua 81

institusi (lembaga, tugasnya.

organisasi) membutuhkan suatu struktur dalam menjalankan

Kuasa memimpin ('memerintah') dalam Gereja mempunyai satu tujuan: bertumbuh dalam iman dan kekudusan. Hukum Gereja, yang juga disebut hukum kanon mencakup perintah dan aturan yang mengatur kehidupan komunitas Gereja. Hukum Gereja diadakan demi Umat Allah itu sendiri dan menuntut ketaatan kepadanya. Peraturan Gereja (hukum kanon) hendaknya dilaksanakan dengan kerendahan hati dan cinta kasih. Ukuran atau standar Gereja hendaknya memiliki sifat-sifat yang dikehendaki Kristus Tuhan kita, dan tidak pernah didasarkan pada ukuran-ukuran duniawi: Yesus memanggil mereka, lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintahpemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba-hambamu: sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mt 20:25-28). Model Gereja sebagai raja harus merupakan seorang raja yang melayani. Sebagai peringatan dan peneguhan atas kebenaran ini, Paus telah memilih motto untuk dirinya: Servus Servorum, hamba dari sekalian hamba. Tugas ini disebut diakonia, yang berarti melayani. Gambaran sebagai seorang hamba (abdi) menjelaskan dengan baik maksud tersebut. Yesus menunjukkan cara kepada kita ketika Ia - raja segala raja - melepaskan mantelNya dan membasuh kaki murid-muridNya pada Perjamuan Malam Terakhir. Mencuci kaki adalah pekerjaan yang amat kasar, yang tak pernah dilakukan oleh seorang budak sekalipun. Tetapi Yesus justeru mencuci kaki murid-muridNya untuk memperlihatkan bahwa untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Allah, orang harus menjadi hamba bagi yang lain. Seorang kristiani haruslah menjadi seorang pelayan. Seorang pengikut Yesus harus menjadi pelayan bagi orang lain. Gereja harus menjadi saksi cinta kasih Allah dengan 'membahasakan' sabda cinta kasihNya ke dalam perbuatan-perbuatan yang kongkrit bagi semua orang, khususnya kaum miskin, yang sebatang kara, yang dipenjara, yang sakit dan menderita. Perbuatan berbicara lebih luas daripada katakata. Gereja yang memaklumkan cinta kasih Allah harus menuruti warta tersebut dan menjadikannya kongrit melalui perbuatan-perbuatan yang dinyatakan kepada orang lain. Sebagai kesimpulan, Gereja adalah sungguh Sakramen Yesus Kristus (Sakramen Penyelamatan)tanda kehadiranNya dalam duniaapabila Gereja memaklumkan Khabar Gembira Cinta kasih Allah dalam Yesus Kristus, membangun persekutuan umat Kristen, melayani semua orang, terutama mereka yang lemah dan miskin. Pertanyaan refleksi: Bagaimana Gereja (sebagai Institusi/Jemaat maupun Anda sebagai anggota Gereja) dapat tampil sebagai raja atau gembala dalam jaman sekarang? 6. GEREJA KRISTUS DALAM DUNIA DEWASA INI

82

Gereja Kristus adalah Ilahi Gereja berada sebagai pelayan umat manusia, terutama dengan menciptakan persaudaraan sejati bagi semua orang. "Gereja tidak sedikitpun tergerakkan oleh ambisi duniawi; melainkan hanya satulah maksudnya: yakni, dengan bimbingan Roh Penghibur melangsungkan karya Kristus sendiri, yang datang ke dunia untuk memberi kesaksian akan kebenaran; untuk menyelamatkan, bukan untuk mengadili; untuk melayani, bukan untuk dilayani. (Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, n.3). Gereja adalah ilahi dan kudus, meskipun terdiri dari orang-orang berdosa dan tidak sempurna. Namu Kristus hadir dalam GerejaNya, menyatukan kita dengan diriNya, memilih orang-orang yang menjadi alatNya untuk menghantar kita kepada keselamatan. Ia mengajar kita dengan kuasaNya dan secara istimewa melalui paus dan para uskup. Ia menyampaikan rahmatNya terutama melalui orang-orang yang dipilihNya sebagai tangan-tanganNya. Gereja adalah ilahi dan kudus, karena Kristus adalah kepala Gereja, dibimbing oleh Roh Kudus, dan memiliki fasilitas (bantuan) yang diperlukan bagi kita untuk menjadi kudus. Sudah barangtentu, tidak semua orang Kristen adalah kudus, namun Gereja memiliki semua sarana yang dapat menghantar kita menuju kekudusan. Perayaan Ekaristi dan Sakramen-Sakramen lainnya, menjadi sarana yang paling baik untuk bertemu dengan Kristus pada saat-saat kritis hidup kita, dengan mana kita secara pasti dapat berhubungan dengan Allah; dan segala bentuk devosi serta sakramentalia lainnya untuk menghadirkan Allah dalam hidup kita. Begitu pula perintah Gereja membantu kita secara teratur memuliakan Allah dan memperbaiki hidup kita. Juga terdapat banyak kelompok doa dalam Gereja yang dapat membantu kita lebih dekat dengan Allah; serta jutaan orang di seluruh dunia yang telah mengabdikan dirinya sepenuhnya bagi Allah dan sesamanya. Dalam Gereja terdapat ribuan santo/a, yang secara luar biasa telah menjadi kudus. Dalam sejarah, tidak ada suatu kelompok (lembaga) apapun di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan Gereja yang telah menghasilkan begitu banyak orang kudus. Sepanjang sejarahnya, Gereja menaruh perhatian pada orang-orang miskin, yang terbelakang dan tersisih, serta meletakkan dasar bagi pendidikan dan kemanusiaan dalam kebudayaan Barat dan berpengaruh bagi kebudayaan-kebudayaan lainnya. Pendirian rumah sakit, rumah jompo, yatim-piatu, sekolah dsb. yang telah menjadi bagian hidup kita pada awalnya dimulai oleh Gereja. Gereja telah membawa pembaharuan ke dalam dunia: pandangan terhadap wanita, perkawinan dan kemurnian, serta mengajarkan kepada semua orang untuk menaruh perhatian kepada orang miskin, orang sakit, orang lanjut usia, yang kesemuanya itu demi martabat pribadi manusia. Dewasa ini banyak orang mencatat bahwa Gereja Katolik mempunyai daya tarik universal meskipun kesatuan Gereja masih terluka, yaitu bahwa Gereja Katolik dapat menjamu manusia dari berbagai lapisan budaya dan kelas sosial. Dengan demikian, Gereja pantas mengenakan istilah katolik. Perjuangan dan pengaruh Gereja selama hampir duapuluh abad dalam perlawanan dan penganiayaan serta skandal-skandal yang terjadi di dalam Gereja itu sendiri, memperlihatkan bahwa Gereja Katolik secara istimewa dibimbing oleh karya Allah, yakni Roh Kudus. Gereja Katolik dirintis oleh duabelas orang sederhana. Mereka mulai memberitakan suatu cara hidup yang menantang hampir setiap standar/ukuran yang

83

dipakai dunia sekitarnya. Yesus sendiri sudah meramalkan: Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu. (Yoh 5:20). Demikianlah yang terjadi dengan mereka (Gereja). Pertama, mereka dianiaya oleh para pemimpih Yahudi, bangsanya sendiri; kemudian, di bawah pemerintahan Romawi, Gereja mengalami penderitaan selama tiga abad dalam perlakuan kasar, penyiksaan, pemenjaraan, dan kematian. Selama kurun waktu itu, Gereja tidak boleh hidup, " Non licet esse vos! " -"It is not permitted you to exist! " oleh penguasa Romawi. Walaupun demikian, Gereja tidak mengubah prinsip-prinsip dasar ajarannya dalam menghadapi tekanan tersebut. Tidak seperti kerajaan-kerajaan lain di dunia ini, Gereja justeru berkembang karena kekudusan dan penderitaannya. Hampir tidak pernah Gereja mendapat pengakuan dari kekaisaran Roma, kecuali ketika terjadi invasi yang dilakukan oleh bangsa barbar dan terjadinya kemerosotan peradaban (moral). Tatkala itu, Gereja tampil untuk mengubah dan memberadabkan, sehingga Gereja pun menjadi pusat stabilitas dan edukasi (pembelajaran). Gereja menjadi jantung kebudayaan Barat pada abad pertengahan. Namun, terjadinya skandal, pertentangan, kemurtadan telah merongrongnya dari dalam. Bahkan seringkali mereka yang berada di dalamnya - pelayan-pelayan Sabda, para pengeran Gereja, para petugas Gereja itu sendiri - menjadi musuhnya yang terbesar karena kesombongan dan korupsi. Menurut aturan-aturan manusiawi, Gereja seharusnya sudah mati berkali-kali. Bahkan pernah terjadi ada dua Paus. Lalu datanglah jaman reformasi (pembaharuan) yang mengendalikan (mempengaruhi) Gereja, jaman Pencerahan yang menolak agama dan juga sebaliknya, yakni jaman keunggulan rasio, dan modern isme. Tidak ada masa dalam abad pertengahan, keculai sangat singkat, di mana Gereja dapat hidup berdampingan (harmonis) dengan dunia intelektual. Walaupun dalam kurun waktu tertentu Gereja mengalami kemunduran (keterbelakangan bahkan kematian), ternyata Gereja sampai kini tetap berpengaruh bagi ratusan juta orang. Gereja telah mengalami penganiayaan hampir dalam setiap bangsa modern. Ia berjuang untuk hidup dalam jaman Nazi dan berperang tak henti-hentinya melawan Komunisme yang selalu berusaha menutup Gereja dan sekolah-sekolahnya, memperlakukan Gereja secara kasar dan memenjarakan serta membunuh pengikutpengikutnya yang menyuarakan hak-hak azasi manusia atau dengan teguh memberi kesaksian iman. Paus Yohanes Paulus II sendiri pernah mengalami masa kekejaman Nazi di Polandia, dan selama tigapuluh lima tahun hidup dalam pemerintahan Komunis yang represif terhadap Gereja Katolik. Demikian pula di Amerika Latin, dewasa ini, golongan kelas atas yang berpihak pada kaum imperialis selalu berusaha menghancurkan atau meniadakan pengaruh Gereja yang menjadi kubu pertahanan terakhir kaum miskin dan tertindas. Oleh karena itu, bagi jutaan orang, satu-satunya penjelasan yang masuk akal bagi perjuangan dan pengaruh Gereja Katolik dewasa ini ialah bahwa ia (Gereja) - yang terdiri dari orang-orang lemah, kadang-kadang tidak mengenal kebenaran, dan seringkali berdosa - secara khusus dibimbing oleh Allah. Orang Katolik sungguh percaya bahwa Yesus Kristus hadir dalam Gereja dan secara istimewa menganugerahkan kepada GerejaNya kebenaran dan rahmatNya. Gereja - di bawah otoritas Paus dan para Uskup - dapat mengikuti jejak Kristus dan para rasul serta pokok-pokok ajarannya yang sama. Di bawah otoritas yang sama, ajaran tersebut (termasuk prinsip-prinsip moral dasar, liturgi) mencakup semua bangsa dan lapisan masyarakat. Orang-orang kudus yang tak terhitung jumlahnya, perjuangan dan pengaruh mereka selama hampir dua ribu tahun, memperlihatkan bahwa Gereja

84

mempunyai peranan yang istimewa di dunia ini. Dalam iman Katolik, Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus menggenapi (melaksanakan sepenuhnya) ajaran Kristus dan menyampaikan rahmatNya bagi dunia. Apa yang dilihat oleh orang Katolik sebagai yang istimewa dalam Gerejanya ialah bahwa adanya kesatuan-dalam-katolisitas, sebuah komunitas yang amat besar yang terdiri dari orang-orang yang tersebar di seluruh dunia, namun tetap terpelihara kesatuan mereka dalam visi spiritual dan idealismenya. Mereka (sebagai orang Katolik) menyadari pula bahwa mereka merupakan bagian dari suatu komunitas besar (Gereja) yang mempunyai komitmen untuk hidup menurut hukum cinta kasih, dalam keserupaan dengan Kristus (imitatio Christi). Peranan Paus sebagai pemimpin spiritual menjadi lambang tertinggi dari kesatuan, perdamaian dan cinta kasih umat manusia. Walaupun dalam hal-hal tertentu, di luar dogma-dogma pokok, mereka tidak setuju dengan pandangan Paus, namun mereka tetap menaruh hormat dan setia kepada ajaran-ajaran moral dari Paus. Ini menjadi tanda kelihatan bagi Gereja atas komitmennya untuk menciptakan dunia yang lebih baik kini dan seterusnya. Meskipun begitu, Gereja bukanlah suatu kelompok eksklusif bagi mereka yang mempunyai jalan pasti menuju keselamatan sebagai dipertentangkan dengan mereka yang tidak memiliki jalan itu. Sikap dan perilaku orang Katolik tidak pernah dapat dijadikan sebagai cara untuk berpuas diri. Sebab hanya karena kebaikan Allah seseorang dapat mempunyai apa yang ia miliki (Gereja). Apabila mereka tidak hidup menurut iman-kepercayaan mereka itu, maka mereka tidak memiliki apa-apa; mereka kehilangan anugerah itu. Mereka yang lebih mengetahui kebenaran, dituntut juga tanggung jawab yang lebih besar untuk hidup menurut kebenaran yang diyakini itu. Walaupun demikian, malahan mereka yang bukan Katolik sering mempermalukan kita dengan kesucian dan cinta kasih mereka. Menurut iman Katolik, dalam Gereja Katolik tersedia semua (sarana) yang telah diwahyukan Allah bagi umat manusia, yakni kepenuhan rahmat dan kebenaranNya, meskipun belum secara sangat baik dinyatakan; dan penyampaian rahmat itu bisa jadi tersembunyi/terselubungi oleh kelemahan-kelemahan manusiawi kita. Dan karena berbagai alasan, mungkin orang Katolik tidak menggunakan atau tidak dapat menggunakannya. Gereja menyadari pula bahwa Gereja yang dikenal lebih bersifat manusiawi daripada ilahi. Bisa terjadi pula bahwa orang Katolik mungkin dengan sengaja berpaling dari kebenaran dan rahmat Gereja. Orang yang tidak Katolik mungkin secara lebih baik menjalankan kebenaran dan rahmat itu, sehingga mereka menjadi lebih dekat dalam iman dan cinta kasih akan Allah dan sesamanya. Allah hadir melalui ciptaanNya, dan dengan berbagai cara menyampaikan kebenaran dan rahmatNya kepada manusia. Ia berkarya secara khusus melalui mereka yang telah menerima pembaptisan - Apabila dua atau tiga orang berkumpul atas namaKu, Aku hadir di tengah-tengah mereka (Mt 18:20). Walaupun demikian, setiap orang mempunyai akses kepada kebenaran dan rahmatNya. Untuk diselamatkan, kita harus bersatu dengan Kristus; namun banyak orang tidak menyadari kesatuannya dengan Kristus. Para pemimpin, para nabi, dan para rabi (guru kebijaksanaan), merupakan tangan-tangan (alat) Tuhan untuk menyampaikan kebenaran dan rahmatNya. Kristus adalah manusia yang unik, penyelamat ilahi dan guru; namun orang lain juga memperlihatkan dan menyatakan aspek-aspek Ilahi. Konsili Vatikan II juga mengarahkan perhatiannya kepada sebagian besar umat manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan GerejaNya, Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta GerejaNya, tetapi dengan hati tulus

85

mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal ( Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, n. 16). Allah tentu menyelamatkan mereka; juga mereka yang tidak mencapai pengenalan yang eksplisit tentang Dia, namun hidup baik dan bersyukur atas anugerahNya, akan diselamatkan. Beberapa deskripsi tentang Gereja menurut Kitab Suci dan ajaran Gereja di atas menunjuk juga pada model-model Gereja (lihat no. 4d di atas). Masing-masing model tersebut mempunyai kekuatan dan kelemahannya, seperti dikatakan oleh Avery Dulles (Models of the Church), each model... brings with it its own favorite set of images, its own rhetoric, its own values, certitudes, commitments, and priorities...[even its] particular set of preferred problems. Keberadaan Gereja di dunia adalah untuk memberi kesaksian dengan cara khusus akan kasih Allah kepada umat manusia. Melalui imannya, Gereja ingin menyampaikan kepada umat manusia bahwa Allah sudah datang di antara kita dan menyelamatkan kita, dan bahwa Ia mengasihi kita secara tidak terbatas serta menghendaki kita untuk mengasihi satu sama lain. Ini merupakan jalan keselamatan yang tidak berlaku untuk semua orang, melainkan bagi mereka yang telah dipilih untuk bekerja melalui cara komunal-kelihatan demi keselamatan semua orang, yakni suatu minoritas yang bertujuan untuk melayani mayoritas dalam menyatakan kasih Allah di dunia ini. Keanggotaan mereka sebagai Gereja adalah untuk memaklumkan - dengan segala kekurangannya - bahwa dunia telah diselamatkan dan dipenuhi dengan kasih Allah. Oleh karena itu, Gereja menjadi tanda pengharapan bagi umat manusia, tanda yang memberi keyakinan bahwa Allah dan kasihNya senantiasa beserta kita, sehingga semua orang secara bersama-sama akan berusaha berkembang dalam cinta kasih, dan tidak memilih cara-cara yang bertentangan dengan cinta kasih. Di situlah Gereja berada, untuk menyatakan bahwa tak satupun usaha kita, bahkan sekecil apapun, yang sia-sia dan tak berguna, melainkan membantu menghasilkan (menumbuhkan) keselamatan kekal, dunia yang sempurna. 7. REFLEKSI: 7.1. Mengapa anda bergabung dengan Gereja Katolik? Berilah skala 1 s/d 5 (angka 5 menunjuk pada alasan yang paling kuat, sedangkan angka 1 berarti sama sekali tidak mempengaruhi anda) pada pernyataan-pernyataan di bawah ini: Saya menjadi Katolik karena... ___ 1. Saya menemukan Yesus dalam Gereja Katolik ___ 2. Orang tuaku sudah terlebih dahulu beragama Katolik ___ 3. Terdapat rasa persaudaraan, perhatian dan persahabatan dalam Gereja Katolik. ___ 4. Sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan Tobat membantu saya menjadi lebih dekat dengan Tuhan. ___ 5. Saya tidak pernah memikirkannya secara serius. Saya rasa itu merupakan sesuatu yang sebaiknya dilakukan. ___ 6. Gereja Katolik membantu saya tetap percaya kepada Tuhan dan saya rasa Tuhan menghendaki saya menjadi seorang Katolik.

86

___ 7. Kekristenan (Kekatolik) merupakan sarana yang memungkinkan saya dapat berkembang dalam pelayanan cinta kasih terhadap sesama. 7.2. Adakah anda menjadi Katolik agar diselamatkan? Secara tradisional Gereja memberikan jawaban sebagai berikut: di luar Gereja tidak ada keselamatan. Jawaban ini membingungkan dan menganggap bahwa orangorang bukan Katolik tidak dapat diselamatkan. Akan tetapi, maksud pernyataan tersebut tidaklah demikian, meskipun banyak orang Katolik mengira demikian. Apa yang dimaksudkan bila dikatakan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan? Ini berarti bahwa Gereja itu perlu bagi keselamatan, sebab Yesus Kristus itu perlu bagi keselamatan. Yesus Kristus adalah Pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia; Ia satu-satunya yang menyelematakan. "Dan keselamatan itu tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehNya kita dapat diselamatkan" (Kis 4:12). Sejak kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dan kemuliaanNya dengan Bapa, Ia dapat ditemukan di dunia ini secara eksplisit hanya melalui TubuhNya, yaitu Gereja. Selama orang mencari keselamatan, ia akan ditarik kepada Kristus dan menjadi anggota TubuhNya. Meskipun dalam kenyataan banyak orang belum pernah mendengar Yesus Kristus. Ada orang yang hanya memiliki gambaran yang 'sepintas-lalu' tentang Kristus. Dapatkah orang-orang seperti itu diselamatkan? Jawaban Gereja adalah 'ya'. Mereka yang bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenal Yesus Kristus dan GerejaNya, merekapun tidak jauh dari rahmat keselamatan Allah. Karena Allah memberikan kepada semua orang: hidup, nafas dan segala-galanya (bdk. Kis 17:25-28), dan Allah Penyelamat menghendaki agar semua manusia selamat (bdk. 1Tim 2:4). Apa yang tidak mungkin bagi manusia, adalah mungkin bagi Allah. Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa Kerajaan Allah mencakup semua orang yang oleh dorongan Roh Kudus menarik mereka ke dalamnya untuk melaksanakan kehendak Allah secara berdaya-guna. Tugas mereka adalah mencari Kerajaan Allah dan hidup saling mengasihi satu sama lain. "Allah adalah Cintakasih, dan barangsiapa tinggal di dalam kasih, ia tinggal di dalam Allah dan Allah dalam dia" (1Yoh 4:16). Akan tetapi, apabila orang benar-benar mengenal dan menerima Injil Yesus Kristus, pasti juga ia mengakui dan menerima bahwa Gereja perlu bagi keselamatan. Dan sebaliknya juga, tidak diselamatkan orang-orang yang walaupun tahu Gereja Katolik didirikan oleh Allah dengan perantaraan Yesus Kristus, sebagai sesuatu yang diperlukan, tetapi toh tidak mau masuk ke dalamnya atau tidak mau bertahan di dalamnya (LG 14). "Barangsiapa mendengarkan kamu, mendengarkan Aku; barangsiapa menolak kamu, menolak Aku, dan mereka yang menolak Aku, menolak Dia yang mengutus Aku" (Lk 10:16).

87

Você também pode gostar