Você está na página 1de 6

POLYGAMI, SUNAH ATAU HARAM

by Agam Rosyidi

29 Desember 2006
http://rosyidi.com/poligami-sunnah-atau-haram/, accesses on 4 Maret 2009

Poligami?? Apa yang terlintas dalam benak kita saat mendengar


‘poligami’? Sebenarnya, poligami bukanlah hal yang baru. Sudah lama
masalah poligami ini digunjingkan ke permukaan, namun baru mendapat
reaksi yang luar biasa setelah Aa´ Gym menyatakan bahwa ia telah
berpoligami. Ada yang merasa kecewa, terutama ibu-ibu yang memuja Aa´
Gym begitu hebatnya hingga merasa patah hati. Bahkan presiden RI pun
mempersoalkannya. Akibat Aa´ Gym berpoligami, nomor handphone
Presiden SBY dan Ibu Negara Anni Yudhoyono menjadi sasaran
kekecewaan kaum hawa. Ratusan pesan singkat (SMS) terkirim ke nomor
HP presiden dan ibu Negara. Isinya memprotes poligami Aa´ Gym.
Kebanyakan para istri itu khawatir bila suami mereka berpoligami.

Dalam Islam poligami harus dipraktekkan sebagai bagian dari


keimanan seseorang terhadap Islam. Jadi harus berdasar pada motif luhur
yang segaris dengan Islam. Penuh compassion dan intensi untuk
menaikkan harkat dan martabat wanita. Oleh karena itu poligami dalam
Islam merupakan suatu perkara yang serius, bukan suatu kegiatan
semacam rekreasi (seks). Bukan pula suatu kegiatan sembunyi-sembunyi,
melainkan suatu tindakan yang terkait langsung pada status dan tanggung
jawab seseorang sebagai muslim.

Sebagai konsekuensinya poligami dalam Islam harus berada dalam


ikatan pernikahan. Anehnya justru inilah yang mendapat tantangan keras
dari sebagian masyarakat. Sebaliknya mereka tidak keberatan dengan
perzinaan yang kian marak, hamil diluar nikah yang merjalela, serta
semakin banyaknya tempat-tempat lokalisasi. Saat ini, para ulama pun
banyak yang berbeda pendapat soal poligami. Sebagian menyatakan
sunnah, adapula yang mubah (boleh), dan bahkan ada pula yang haram.
Syahruddin.S, Ada Apa Dengan Polygami?, 2009
Disini akan kami memaparkan pendapat dan bantahan dari masing-
masing ulama.

Seorang ulama Al-Azhar kontemporer, Syekh Muhammad Abduh


yang melihat kondisi Mesir saat itu lebih memilih mengharamkan poligami.
Beliau mengungkapkan tiga alasan:

Pertama, syarat poligami adalah berbuat adil. Seperti yang


tertuang dalam QS. An Nisa´:3 yang artinya : “…..Kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja“. Syarat
ini sangat sulit dipenuhi dan hampir mustahil, sebab Allah sudah jelas
mengatakan bahwa lelaki tidak akan mungkin berbuat adil yaitu dalam
QS.4:129 yang artinya : “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku
adil di antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat
demikian”.

Kedua, buruknya perlakuan para suami berpoligami terhadap para


istrinya, karena mereka tidak dapat melaksanakan kewajiban untuk
memberi nafkah lahir batin secara baik dan adil.

Ketiga, dampak psikologis anak-anak dari hasil pernikahan


poligami. Mereka tumbuh dalam kebencian dan pertengkaran sebab ibu
mereka bertengkar baik dengan suami atau dengan istri yang lain.

Sebaliknya, Asy-Syaikh Ahmad Syakir, seorang ulama salaf mesir


dan pakar hadist dan juga beberapa ulama salaf lainnya. Beliau
berpendapat bahwa :

Yang pertama kali dilakukan oleh manusia-manusia anti poligami ini


adalah berlagak prihatin dengan keutuhan keluarga, terutama anak-anak.
Mereka menuduh poligami sebagai penyebab meningkatnya jumlah anak-
anak terlantar, terlebih lagi kondisi kebanyakan kaum bapak yang pas-
pasan, kemudian menikahi lebih dari seorang istri. Mereka adalah para

Syahruddin.S, Ada Apa Dengan Polygami?, 2009


pendusta, bahkan sensus yang mereka buat yang mendustakan mereka
sendiri. Lantas mereka ingin menetapkan undang-undang yang
mengharamkan poligami bagi laki-laki yang fakir, dan mengidzinkan hanya
kepada laki-laki yang kaya dan berkecukupan!! Ini adalah keburukan di
antara sederet keburukan yang lainnya yaitu menjadikan syariat Islam
yang mulia ini terbatas bagi orang-orang kaya. Kemudian ketika upaya
yang mereka lakukan tidak mendapat sambutan, mereka beranjak kepada
langkah berikutnya, yaitu mempermainkan ayat-ayat Al Qur´an tentang
poligami.

Mereka berdusta bahwa bolehnya poligami bersyarat, yaitu


syaratnya adil. Mereka mengambil QS. An Nisa´:3 yang artinya : “…..
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja”. Mereka campakkan firman Allah di awal ayat QS. An Nisa´
:3 yang artinya : “Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka
kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga, atau
empat….” Jadi, sebenarnya pada ayat ini tidak ada yang menjelaskan
bahwa syarat poligami adalah berlaku adil. Karena jika kita simak dengan
cermat, kedua-duanya memiliki sebuah frase yang sama yaitu “jika kamu
takut tidak dapat berlaku adil”.

Selain membubuhi dengan syarat adil, mereka juga mengabarkan


bahwa berbuat adil adalah mustahil. Ini yang menjadi sandaran haramnya
poligami menurut mereka akibat pendalilan sempit yang mereka lakukan,
berdalil dengan sebagian ayat dan meninggalkan sebagian lainnya. Dalil
mereka adalah firman Allah Swt, "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat
berlaku adil di antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin
berbuat demikian” (Qs. An-Nisaa´; 129) dan mereka campakkan firman-
Nya yang berbunyi, “karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada
yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung“
(Qs. An-Nisaa´; 129). Keadaan mereka seperti orang-orang yang beriman
dengan sebagian Al Kitab dan meninggalkan sebagian yang lain!
Syahruddin.S, Ada Apa Dengan Polygami?, 2009
Diantara permainan mereka, mereka berdalil dengan kisah Ali bin
Abi Thalib RA ketika melamar anak perempuan Abu Jahl di masa hidup
Fathimah binti Rasulullah Saw. Dan ketika Rasulullah Saw dimintai idzin
dalam hal ini, beliau berkata, “Saya tidak mengidzinkan, tidak
mengidzinkan, tidak mengidzinkan, kecuali apabila Ibnu Abi Thalib ingin
menceraikan anakku kemudian menikahi anak mereka, karena
sesungguhnya dia (Fathimah —red) adalah bagian dariku
menggundahkanku apa-apa yang menggundahkannya dan menyakitiku
apa-apa yang menyakitinya".

Mereka tidak membawakan hadist lengkap dengan lafalnya akan


tetapi merangkum kisah dengan rangkuman yang buruk untuk dipakai dalil
bahwa Nabi Saw melarang poligami, bahkan sebagian mereka terang-
terangan berdalil dengan kisah ini untuk mengharamkan poligami!
Mempermainkan agama dan berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya.

Lantas mereka meninggalkan kelanjutan kisah yang di sana


terdapat bantahan atas kedustaan mereka —saya tidak katakan
pendalilan mereka- yaitu perkataan Rasulullah Saw pada kejadian yang
sama, "Dan saya bukannya mengharamkan yang halal dan tidak
menghalalkan yang haram, akan tetapi demi Allah tidak akan bersatu anak
Rasulullah SAW dengan anak musuh Allah disatu tempat selama-
lamanya.

Kedua lafal diatas diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim.”


Karena masalahnya bukan sekedar boleh atau tidak boleh, sebagaimana
yang mereka samarkan kepada kalian. Melainkan ini adalah masalah
aqidah, apakah kalian tetap kokoh di atas keislaman kalian dan di atas
syari´at yang Allah Swt turunkan kepada kalian dan Dia perintahkan kalian
untuk mentaatinya seperti apapun keadaan kalian? Atau kalian malah
mencampakkannya -hanya kepada Allah kita mohon perlindungan-
sehingga kalian kembali kepada panasnya kekufuran dan kalian bersiap-

Syahruddin.S, Ada Apa Dengan Polygami?, 2009


siap menerima kemurkaan Allah dan rasul-Nya? Inilah kondisi yang
sebenarnya. Seandainya hukum ini akan berubah dengan
berkembangnya zaman —seperti yang dituduhkan orang-orang yang
menyelewengkan agama- tentu Dia akan jelaskan nashnya di dalam kitab-
Nya atau melalui sunnah rasul-Nya,“Katakanlah (kepada mereka):"Apakah
kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu
(keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui seagala sesuatu". (QS. Al
Hujurat: 16)

Dan tidak seorang pun berhak mengharamkan sesuatu yang telah


Allah halalkan dan tidak pula menghalalkan apa yang telah Allah
haramkan, tidak seorang khalifah, raja, presiden atau menteri. Bahkan
semua ummat ini tidak berhak akan yang demikian apakah berdasarkan
kesepakatan atau dengan perhitungan suara terbanyak. Yang wajib bagi
mereka semua adalah tunduk kepada hukum Allah, dengar kata dan taat.
Simaklah firman Allah Swt berikut,

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-


sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (itu adalah)
kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih. (QS. 16:
116-117)

Bagaimanapun juga, poligami adalah hak individu. Dan ingat, jika


anda tidak ingin atau tidak mampu melakukannya, sebaiknya jangan
melarang orang lain melakukannya. Ingatlah ayat diatas (16:116-117).
Jangan sampai kita mengharamkan sesuatu yang halal, begitu pula
sebaliknya.

Hendaknya setiap Mukmin yang menjadi penasehat bagi dirinya


dan antusias terhadap keselamatannya dari murka Allah dan laknatNya di
Syahruddin.S, Ada Apa Dengan Polygami?, 2009
dunia dan Akhirat berusaha keras di dalam merealisasikan ilmu dan iman,
menjadikan Allah semata sebagai Pemberi petunjuk, Penolong, Hakim
dan Pelindung, karena sesungguhnya Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong. Cukuplah Rabbmu sebagai Pemberi Petunjuk dan
Penolong serta berdo´alah selalu dengan do´a Nabi Shallallahu ´alaihi wa
sallam berikut ini, "Artinya : Ya, Allah, Rabb Jibril, Mikail, Israfil. Pencipta
lelangit dan bumi. Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib dan nyata.
Engkau memutuskan hal yang diperselisihkan di antara para hambaMu,
berilah petunjuk kepadaku terhadap kebenaran yang diperselisihkan
dengan idzinMu, sesungguhnya Engkau menunjuki orang yang Engkau
kehendaki ke jalan yang lurus" Hadist Imam Muslim di dalam shahihnya,
Kitab Shalah Al-Musafirin, No. 770. Wallahu a´lam bish-shawab

Penulis : Agam Rosyidi


URL :http://rosyidi.com/poligami-sunnah-atau-haram/
Referensi : www.kompas.com / www.ahlussunnah-jakarta.org
www.almanhaj.or.id
Selain dipublikasikan di www.rosyidi.com artikel ini juga telah dipublikasikan pada
buletinSKI FKG UNAIR.

Syahruddin.S, Ada Apa Dengan Polygami?, 2009

Você também pode gostar