Você está na página 1de 10

OPINI WANITA USIA SUBUR TERHADAP KEGIATAN PENYULUHAN JAMINAN PERSALINAN DI SURABAYA

Oleh: Gianita Rezki Amalia (070810144) geabarbie@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini berfokus untuk mendeskripsikan opini wanita usia subur terhadap penyuluhan Jaminan Persalinan (Jampersal) di kota Surabaya enelitian ini menarik untuk diteliti karena walaupun pihak Dinkes Surabaya telah melakukan penyuluhan tetapi angka pengguna Jampersal di kota Surabaya masih minim. Program Jampersal sendiri merupakan program baru pemerintah di bidang kesehatan yang berfokus pada penanganan persalinan dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan tipe penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan jumlah responden sebanyak 100 orang yang didapatkan dengan sistem pengambilan multistage cluster random sampling. Penelitian ini menunjukkan bahwa opini wanita usia subur terhadap komunikator dan pesan penyuluhan adalah positif. Namun terdapat opini negatif yaitu pada aspek media penyuluhan. Selain itu metode penyuluhan secara personal dinilai lebih efektif karena memperoleh respon yang positif dari responden. Kata kunci: Opini, Penyuluhan Jampersal, Wanita Usia Subur

PENDAHULUAN
Penelitian ini membahas tentang opini wanita usia subur terhadap kegiatan penyuluhan program jaminan persalinan (Jampersal) di Surabaya. Program Jampersal merupakan program baru pemerintah di bidang kesehatan yang berfokus pada penanganan persalinan dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi 1. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena walaupun pihak Dinkes kota Surabaya sudah melakukan penyuluhan program Jampersal namun pemanfaatan program Jampersal di Surabaya belum maksimal 2. Sehingga menjadi menarik untuk mengetahui bagaimana opini masyarakat khususnya wanita usia subur yang telah mendapatkan penyuluhan Jampersal ini. Diharapkan dengan adanya opini dari mereka maka akan menjadi masukan untuk Dinkes dalam melakukan penyuluhan yang lebih optimal kepada masyarakat.
1 2

Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2012 www.surabayapost.co.id

Teori yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam penelitian opini wanita usia subur terhadap penyuluhan Jampersal di Surabaya. Pertama, teori mengenai opini. Teori ini dipakai sebagai dasar penelitian yang menganggap bahwa individu memberi respon (tanggapan) kepada stimulus (rangsangan) berupa pertanyaan yang diajukan (Susanto, 1975). Peneliti juga menggunakan model komunikasi S-O-R, selain itu, peneliti juga menambahkan penjelasan mengenai kegiatan penyuluhan kesehatan sebagai obyek penelitian. Opini sendiri adalah sikap dan pendapat seseorang terhadap suatu masalah tertentu. Hal ini dapat merupakan akibat/hasil yang diperoleh dari komunikasi (Widjaja, 2000). Model komunikasi yang berkaitan dengan penelitian ini yakni S-O-R (Stimulus-OrganismResponse). Menurut teori S-O-R, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur-unsur dalam model ini adalah stimulus berupa pesan, Organism yaitu responden/komunikan, dan response berupa efek (Uchjana, 2003). Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari komunikasi yang dititik beratkan pada isu kesehatan. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan bisa dalam bentuk verbal atau non verbal, oral atau tulisan, personal atau impersonal hanya membicarakan isu yang sedang berkembang atau membicarakan hal lain yang berkaitan dengan isu yang ada (Northouse, 1998). Menurut Nasrul Effendy, keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluh (komunikator), dan proses penyuluhan yang meliputi pesan, metode, media dan penyelenggaraan (Effendy, 1998). Hafid Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mengungkapkan bahwa komunikator memegang peranan yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi (Cangara, 2008). Menurut Cangara, seorang komunikator juga harus memiliki kepercayaan (credibility), dan daya tarik (attractive) (Cangara, 2008). Mengenai pesan penyuluhan, menurut Nasrul Effendy dalam bukunya dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya (Effendy, 1998). Metode penyuluhan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode penyuluhan antara lain metode penyuluhan personal dan metode penyuluhan ceramah. Selain itu menurut Notoatmodjo, media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2007). Subyek pada penelitian ini adalah wanita usia subur yaitu usia 15-49 tahun. Dipilihnya wanita usia subur sebagai subyek penelitian dikarenakan sebenarnya sasaran untuk penyuluhan itu sendiri bukan pada ibu hamilnya, melainkan pada perempuanperempuan yang nantinya akan hamil sehingga mereka sudah mengetahui informasi mengenai Jampersal ketika hamil dan melahirkan nanti3. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik sampling probabilitas sebagai cara penentuan sampel yang obyektif karena memperhitungkan besarnya variasi populasi yang dapat menjadi sumber kekeliruan dalam penarikan sampel (Nawawi, 1991). Disini peneliti menggunakan multistage cluster random sampling, yaitu teknik sampling dengan menyeleksi dan mengelompokkan populasi atau sampel ke dalam beberapa kelompok atau kategori dan dibagi berdasarkan wilayah (Sedamayanti, 2002). Hal ini dikarenakan lokasi penelitian di Surabaya yang memungkinkan terbaginya sampel dalam wilayah-wilayah tertentu. Surabaya terdiri dari lima bagian wilayah yaitu Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, Surabaya Barat, dan Surabaya Pusat yang dapat dikelompokkan menjadi cluster-cluster. Kelima wilayah tersebut kemudian diacak dengan sistem undian dan terpilih dua wilayah Surabaya, yaitu Surabaya Selatan dan Surabaya Timur sebagai bentuk representasi populasi di Surabaya. Selanjutnya, peneliti kembali mengacak secara random dua kecamatan dari masingmasing wilayah bagian tersebut. Hasilnya, untuk wilayah bagian Surabaya Selatan didapatkan kecamatan Wonocolo dan kecamatan Wonokromo. Sedangkan, wilayah
3

Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2012

Surabaya Timur didapatkan hasil yaitu kecamatan Gubeng dan kecamatan Rungkut. Kemudian, untuk mendapatkan kelurahan-kelurahan sebagai sampel, maka semua kelurahan dari masing-masing kecamatan diacak lagi. Hasilnya, kelurahan yang terpilih sebagai sampel dari kecamatan Gubeng meliputi kelurahan Gubeng dan kelurahan Pucang Sewu. Untuk kecamatan Rungkut yang terpilih meliputi kelurahan Kalirungkut dan kelurahan Wonorejo. Untuk kecamatan Wonokromo meliputi kelurahan Jagir dan kelurahan Wonokromo. Dan terakhir kecamatan Wonocolo yang terpilih meliputi kelurahan Margorejo dan kelurahan Bendul Merisi. Untuk mendapatkan jumlah sampel tiap kelurahan, peneliti menggunakan rumus: n1= N1 N Keterangan: n1= Jumlah sampel tiap kelurahan N1= Jumlah populasi dalam setiap kelurahan (wanita usia produktif) N= Jumlah populasi seluruh kelurahan n= Jumlah sampel minimal (Nazir, 2005) Setelah diketahui sampel tiap kelurahan, maka, untuk mendapatkan sampel individu tiap cluster kelurahan peneliti menggunakan cara undian untuk menentukan RT dan RW berapa yang terpilih di tiap-tiap kelurahan. Setelah RT dan RW terpilih maka kemudian setiap nomor rumah di RT dan RW tersebut diacak lagi secara random. PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah survey. Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah individu-individu perempuan berusia 15-49 tahun di Surabaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang menghasilkan data primer. Data yang diperoleh langsung dari sumber asli di lapangan menggunakan kuesioner yang akan disebar pada responden yang telah ditentukan. Untuk mempermudah analisis data maka peneliti juga melakukan wawancara kepada bidan koordinator puskesmas. Xn

Operasionalisasi konsep dalam penelitian ini adalah opini wanita usia subur terhadap kegiatan penyuluhan Jampersal di Surabaya. Opini terhadap kegiatan penyuluhan Jampersal adalah tanggapan atau pendapat individu terhadap aspek-aspek yang ada dalam kegiatan penyuluhan. Wanita usia subur di Surabaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang berumur 15-49 tahun, berdomisili di Surabaya dan pernah mendapatkan penyuluhan mengenai Jampersal. Penyuluhan dalam penelitian ini adalah penyuluhan sebagai suatu kegiatan. Penyuluhan dioperasionalisasikan menjadi komunikator (penyuluh) yang memiliki kredibilitas dan daya tarik, dan proses penyuluhan yang meliputi pesan, metode,media dan penyelenggaraan. Penelitian ini menggunakan skala pengukuran berupa skala likert. Riduwan (2010) menerangkan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel dalam penelitian ini akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikatorindikator yang diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden (Riduwan, 2010). Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan :
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju =1 =2 =3 =4

Sebelum penyebaran kuesioner dilakukan maka lebih dulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 16. Uji validitas diperlukan terhadap kuesioner penelitian untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah tepat digunakan untuk mengukur apa yang ingin diukur. Apabila dalam penelitian digunakan kuesioner sebagai alat pengukur, maka pernyataan-pernyataan di dalamnya harus benar-benar mengukur variabel yang akan diukur (Singarimbun, 1995). Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa semua hasil korelasi antara masing-masing butir pertanyaan dengan butir pertanyaan

totalnya memiliki nilai probabilitas dibawah 0.05. Dengan demikian item-item pertanyaan di atas dapat dikatakan valid dan dapat menjadi alat ukur penelitian. Uji realibilitas diperlukan agar apabila instrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula. Penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian. Oleh karena nilai perhitungan Alpha Cronbach = 0,758 ternyata lebih besar dari r tabel = 0,2407, maka kuesioner yang diuji coba terbukti reliabel. Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian dikoding. Data tersebut diolah serta ditampilkan ke dalam bentuk tabel frekuensi yang kemudian dianalisis dan dihubungkan dengan teori. Selain itu, peneliti juga mengolah data dalam tabel silang yang di crosstabkan dengan identitas responden. Setelah itu untuk menghitung kecenderungan arah opini maka peneliti menjumlahkan skor dari masing-masing responden dengan skor yang telah ditentukan. Hasil skor yang telah dihitung tersebut akan dimasukkan ke dalam jenjang opini untuk mengetahui arah opini responden dengan menggunakan rumus: r = N . ti N . to n r N ti to n : jarak jenjang : jumlah item pernyataan : nilai tertinggi : nilai terendah : jumlah jenjang yang diinginkan (Kriyantono, 2006)

Hasil dari penelitian menemukan bahwa kecenderungan arah opini terhadap komunikator adalah positif, kecenderungan arah opini terhadap pesan penyuluhan adalah positif, kecenderungan arah opini terhadap metode penyuluhan secara personal adalah positif, kecenderungan arah opini terhadap media penyuluhan adalah negatif, dan kecenderungan arah opini terhadap penyelenggaraan penyuluhan adalah positif. Setelah arah kecenderungan opini diketahui kemudian data dianilisis dengan menggunakan teori. Mengaitkan data hasil penelitian dengan model komunikasi S-O-R (StimulusOrganism-Response) menunjukkan bahwa stimulus dalam penelitian ini adalah ketika komunikator memberikan pesan kepada komunikan. Kecenderungan opini responden yang

positif terhadap komunikator dan pesan menunjukkan bahwa stimulus yang diberikan diterima oleh responden. Ferguson menambahkan bahwa terdapat dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang komunikator yaitu dapat dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise) (Devito, 1997). Penampilan seorang komunikator pun turut mendukung terhadap keberhasilan penyuluhan karena daya tarik adalah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Mill dan Anderson (1965) mengemukakan bahwa komunikator yang memiliki fisik dan penampilan yang menarik lebih mudah menggugah pendapat dan sikap seseorang (Cangara, 2008). Kecenderungan opini yang positif menunjukkan bahwa komunikator selain memiliki kredibilitas juga memiliki daya tarik. Begitu pun hal nya dengan stimulus pesan yang disampaikan oleh komunikator juga diterima oleh responden dengan mendapat tanggapan yang positif. Menurut responden mereka telah mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator. Hal ini karena bahasa yang digunakan ketika menyampaikan pesan adalah bahasa sehari-hari mereka. Komunikator pun jarang menggunakan istilah-istilah kesehatan yang terdengar asing oleh responden. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Effendy bahwa materi yang disampaikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya dan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran (Effendy, 1998). Selain itu pesan yang disampaikan pun dianggap menarik oleh responden. Hal ini dikarenakan pesan yang disampaikan merupakan informasi yang mereka butuhkan. Menurut individual differences theory menyatakan bahwa khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya apabila bersangkutan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya (Uchjana, 2008). Penyuluhan Jampersal lebih banyak digunakan metode personal dengan suasana informal atau santai. Metode personal melibatkan komunikasi antara komunikator dan komunikan. Jenis komunikasi ini dianggap paling efektif dalam upaya membentuk sikap, pendapat, perilaku, dan hubungan-hubungan dikarenakan sifatnya yang dialogis berupa percakapan (Uchjana, 2008). Selain itu dalam kegiatan penyuluhan kesehatan tentunya ada media yang digunakan. Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih menarik. Media juga

dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah pengertian (Notoatmodjo, 2005). Namun hasil penelitian menemukan bahwa kecenderungan arah opini terhadap media penyuluhan adalah negatif. Hanya sedikit sekali responden yang mengetahui penyuluhan Jampersal melalui media elektronik. Walaupun sebenarnya iklan mengenai Jampersal telah ada di televisi namun ternyata hanya sedikit sekali responden yang mengetahui adanya iklan tersebut. Terdapat prinsip ekonomi yang berpengaruh terhadap penggunaan media seseorang. Prinsip ekonomi menjelaskan bahwa semakin tinggi penghasilan akan semakin tinggi pula tingkat penggunaan media (Rivers William, et al, 2008). Temuan data pada penelitian ini menunjukkan bahwa peminat Jampersal mayoritas berasal dari kalangan menengah ke bawah sehingga menyebabkan mereka jarang bersentuhan dengan media elektronik seperti televisi, internet, dan lain sebagainya. Begitu pun halnya dengan media cetak, sedikit sekali responden yang penah mendapatkan media cetak seperti booklet, leaflet, flyer (selebaran), brosur, flip chart (lembar balik) mengenai Jampersal. Sebagian besar responden hanya pernah melihat poster dan X-Banner saja. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Simnett dan Ewles (1994) bahwa media pembelajaran salah satunya seperti poster memang banyak digunakan dalam praktik promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Kecenderungan arah opini responden terhadap penyelenggaraan penyuluhan Jampersal adalah positif. Penyuluhan mayoritas dilaksanakan di dalam institusi pelayanan kesehatan yang sebagian besar letaknya dengan tempat tinggal responden. Selain itu responden beranggapan bahwa penyuluhan Jampersal penting untuk dilakukan agar lebih banyak lagi ibu-ibu hamil yang membutuhkan pelayanan Jampersal menjadi tahu akan adanya Jampersal.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Opini Wanita Subur terhadap Penyuluhan Jaminan Persalinan (Jampersal), peneliti dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut, opini wanita usia subur terhadap komunikator dan materi/pesan penyuluhan Jampersal adalah positif dimana komunikator dan materi/pesan penyuluhan berperan sebagai stimulus.

Stimulus terjadi ketika komunikator memberikan materi/pesan penyuluhan mengenai Jampersal kepada komunikan. Arah opini yang positif menunjukkan bahwa stimulus diterima oleh komunikan Opini wanita usia subur terhadap media penyuluhan Jampersal adalah negatif. Hal ini dikarenakan minimnya penggunaan media untuk penyuluhan Jampersal. Selain itu adanya iklan Jampersal di televisi juga dinilai belum efektif karena belum banyak masyarakat yang mengetahui adanya iklan tersebut. minimnya penggunaan media juga dikarenakan metode yang paling banyak digunakan dalam penyuluhan Jampersal adalah metode secara personal atau tatap muka langsung antara komunikator dan komunikan. Opini wanita usia subur terhadap penyelenggaraan penyuluhan Jampersal adalah positif karena semua responden berpendapat pentingnya diadakan penyuluhan Jampersal. Selain itu responden memiliki ketersediaan untuk mengikuti Jampersal setelah mendapatkan penyuluhan hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan selama penyuluhan Jampersal efektif. DAFTAR PUSTAKA Cangara, Hafied. 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Effendy, Uchjana Onong. 2008, Dinamika Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Devito, Joseph, A. 1997, The Interpersonal Communication Book, Harper Collins College Publisher, NewYork. Effendy, Nasrul. 1998, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta. Nawawi, H, Hadari. 1991, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Effendy, Uchjana Onong. 2003, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cet. Ke-2, Rineka Cipta, Jakarta. Northouse, L,L. & Northouse, P,G. 1998, An Introduction to Health Communication. Dalam: Health Communication. Strategies for Health Professionals, Appleton & Lange, America. Riduwan. 2010, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta, Bandung. Rivers, William L., Jensen Jay W. & Peterson, Theodore. 2008, media massa & masyarakat modern, edisi kedua, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Sedarmayanti & Hidayat, Syarifudin. (2002). Metodologi Penelitian. Bandung: Penerbit Mandar Maju. Singarimbun, Masri. & Sofian, Effendi. 1995, Metode Penelitian Survey, PT. Pustaka Susanto, Phill Astrid S. 1974, Komunikasi dalam Teori dan Praktek Jilid 1, Binacipta,
9

Bandung. Widjaja, H,A,W. 2000, Ilmu Komunikasi: Prngantar Studi, PT Rineka Cipta, Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2012 www.surabayapost.co.id

10

Você também pode gostar