Você está na página 1de 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Preeklamsia merupakan penyebab utama angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada maternal dan janin pada 6-8% dari seluruh kehamilan . Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke-3, tetapi dapat juga terjadi sebelumnya, misalnya mola hidatidosa. Gejala khas dari preeklamsia dikenal dengan trias preeklamsia, yaitu hipertensi, proteinuria, dan oedem (1,2,3). Akan tetapi pada beberapa kasus, juga ditemukan kelainan pada sistem saraf pusat, liver, ginjal yang berakhir pada kegagalan multiorgan pada maternal (4). Angka kejadian preeklamsia di negara maju adalah 3-10% kehamilan dan menyebabkan 8.370.000 kasus pertahun di seluruh dunia. Di Indonesia, angka kejadian preeklamsia tahun 1970-1980, mencapai 5%. Pada tahun 1990-2000 angka kejadiannya meningkat menjadi 4,1%-14,3% (5). Angka morbiditas preeklamsia 5 % di seluruh dunia dan menjadi penyebab utama 150.000 kasus kematian ibu hamil (4). Preeklamsia dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu berat dan ringan. Preeklamsia dikatakan berat jika ditemukan gejala sebagai berikut: tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih dan atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih, dengan atau tanpa proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam (3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif), dengan atau tanpa oliguria (urine kurang dari 400 ml),

dengan atau tanpa keluhan serebral, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, edema-edema paru ataupun sianosis (1,6). Patofisiologi dari preeklamsia berhubungan erat dengan kegagalan sitotrofoblas menembus jaringan desidua dan intramyometrium untuk membentuk arteri spiralis (6). Kegagalan ini menyebabkan arteri spiralis pada preeklamsia memiliki jumlah otot polos yang lebih banyak daripada kehamilan normal. Otot polos ini membuat arteri spiralis bersifat kaku dan berlumen yang sempit yang menurunkan perfusi pada fetus dan placenta. Keadaan ini menyebabkan hipoksia transient pada keduanya, dan berakhir pada stres oksidatif (6,7,8). Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara jumlah oksidan dan antioksidan dalam tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan xantin oksidase yang distimulusi oleh hipoksia. Xantin oksidase merupakan unsur penting pembentuk superoksida yang banyak terdapat pada sitotrophoblas,

sincitiotrophoblas, sel stromal villi(9). Jauniaux et al (6), melaporkan bahwa pada preeklamsia terjadi peningkatan lipid peroksidase yang terbentuk dari superoksida dan LDL. Peningkatan lipid peroksida yang berlebihan pada preeklamsia dapat menginduksi disfungsi endotel melalui peningkatan produksi tromboksan A2 dan faktor-faktor aggregasi di daerah uteroplacental maupun pembuluh perifer maternal (7). Pada dasarnya, disfungsi endotel di dalam tubuh disebabkan penebalan matrik subendotel misalnya pada atherosklerosis. Selain itu, disfungsi endotel juga dapat disebabkan oleh hilangnya atau terkelupasnya endotel pada pembuluh darah akibat radikal superoksid atau radikal lainnya (10).

Penelitian ilmiah tentang hubungan stress oksidatif dan preeklamsia telah banyak dilakukan Vsrhelyi et al (4) dan Raijmakers et al (9) menyatakan bahwa terjadi kerusakan dan disfungsi endotel yang terkait dengan stres oksidatif pada preeklamsia. Namun, penelitian tentang kerusakan endotel dengan pengukuran indeks peningkatan Circulating Endotel Cells (CEC) pada preeklamsia berat belum banyak dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui indeks peningkatan Circulating Endothel Cells (CEC) pada preeklamsia berat.

B. Rumusan Masalah Apakah terdapat peningkatan jumlah Circulating Endotel Cell (CEC) pada pasien preklamsia, khususnya di Bagian Obstetri-Ginekologi Rumah Sakit Ratu Zaleha Martapura
dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda Martapura ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini mengetahui Circulating Endotel Cells (CEC)

pada pasien

preklamsia, khususnya di Bagian Obstetri-Ginekologi Rumah Sakit Ratu Zaleha Martapura dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda Martapura.
Tujuan khusus penelitian ini mengukur jumlah Circulating Endotel Cells (CEC)

pada

pasien preklamsia, khususnya di Bagian Obstetri-Ginekologi Rumah Sakit Ratu Zaleha


Martapura dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda Martapura , dan membandingkannya dengan pasien kehamilan normal

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan keilmuan terutama tentang keadaan stres oksidatif pada preeklamsia, khususnya disfungsi endotel pada preeklamsia dan dapat dijadikan dasar bagi penelitianpenelitian selanjutnya.

Você também pode gostar