Você está na página 1de 11

RESEP YANG DIANALISIS

ANALISIS RESEP
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai perundang-undangan yang berlaku. Resep dokter ditulis dalam blangko resep dengan ukuran ideal lebar 10-12 cm dan panjang 15-18 cm. resep yang telah dilayani diapotek sesuai dengan undangundang yang berlaku merupakan dokumen yang harus disimpan di apotek sekurangkurangnya selama 3 tahun. Ketentuan penulisan resep tiap negara hamper berbeda-beda dan punya tatanan sendiri. Sehingga tidak ada tatanan yang baku dalam taatnan penulisan resep yang benar secara internasional. Namun resep harus ditulis secara jelas dan mudah dibaca serta mengungkap dengan jelas apa yang ahrus diberikan, sesuai kaidah dan undurunsur resep yang lengkap sehingga memenuhi syarat untuk dilayani di apotek. Berikut ini adalah unsure-unsur resep yang esessial dan yang akan dianalisis meliputi :

1. Identitas Dokter
Terdiri dari nama, nomor surat ijin praktek dan rumah dokter penulis resep, nomor telepon, hari dan jam praktek . Kemudian juga perlu dicantumkan nama kota dan tanggal periksa. Analisis : Dalam resep yang diberikan tercantum nama dokter atas nama Mulia Hati dengan nomer SIP 123/778. Alamat rumah dan praktek sudah tercantum. Meski nomor telepon tidak tercantum namun alamat rumah atau praktek saja sudah cukup, namun telepon akan lebih mempermudah pasien maupun pihak apotek dalam menghubungi dokter jika ada suatu masalah atau sesuatu yang kurang jelas dalam resep nantinya. Tempat (kota) dan tangal periksa juga telah dicantumkan jelas.

2. Superscriptio
Bagian ini merupakan kelengkapan dari resep dokter. Ditulis dengan symbol R/ (recipe = harap diambil). Biasanya juga sudah tercetak dalam blangko resep, terletak disisi kiri atas dan hanya tercetak satu tanda R/. sehingga bila dalam pemberian lebih dari satu BSO/formula resep, maka diperlukan lagi penulisan R/ Analisis : Dalam resep tampak penulisan R/ di kiri untuk formula resep atas sudah tepat. Namun untuk penambahan formula resep yang kedua, tidak dituliskan kembali R/ yang mana seharusnya dicantumkan kembali. Kedua jenis obat adalah obat simtomatik, dan tidak ada masalah dalam urutan penulisan kedua jenis obat tersebut. Biasanya obat kausatif lebih didahulukan penulisannya daripada obat simtomatik.

3. Inscriptio
Bagian ini merupakan inti dari resep dokter, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat yang diperlukan serta ditulis secara jelas. Penulisan nama obat dapat menggunakan nama generic, nama standar, atau nama paten. Penulisan jumlah dan kekuatan obat dalam satuan obat atau volume dengan system metric(mg, g, ml,l) dan dengan angka arab(1,2,3,4, dst). Penulisan jumlah obta dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol, bungkus, dll) dengan menggunakan angka romawi (I, II, III, IV, dst) a. Penulisan satuan berat, volume, dan unit penulisan satuan obat atau volume dengan system metric (mg, g, ml, l). Analisis : Dalam kedua formula resep tersebut, satuan obat atau volume obat tertulis dalam bentuk satuan metric yaitu ml atau mg. berarti penulisan satuan dan volume obat dalam resep sudah tepat b. Penulisan angka

Penulisan angka dengan menggunakan angka arab(1, 2, 3, dst) Analisis : Dalam formula resep tampak penggunaan angka untuk satuan dan volume obat sudah tepat (60 ml) yakni dengan menggukan angka arab. c. Satuan biji/tablet/kapsul/botol Satuan biji/tablet/kapsul/botol ini berdasarkan sediaan yang ada Analisis : Dalam formula resep tertulis sediaan : Paracetamol syr yakni bentuk sediaan paracetamol dalam bentuk sirup, hal ini sudah tepat karena paracetamol memang tersedia dalam bentuk sirup dan bentuk sediaan sirup memang lebih cocok untuk pasien anak-anak Ibuprofen syr bentuk sediaan ibuprofen dalam sirup sudah tepat. d. Penggunaan kombinasi obat Obat golongan paracetamol dan ibuprofen adalah obat simtomatik sebagai antipiretik dan analgetik. Keduanya memuiliki efek yang sama namun digunakan secara bersamaan serta pemberian ibuprofen dalam dosis yang tidak tepat dan tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anak-anak usia dibawah 7 tahun, sehingga hal ini dirasa Kurang Tepat. e. Dosis individual, kesesuaian dengan usia pasien. Dosis individual tiap individu berbeda-beda tergantung usia, berat badan, dan ada atau tidaknya kelainan pada organ-organ tertentu yang dapat mempengaruhi keadaan farmakologis. Analisis : Probandus ananda Febri yang berusia 5 tahun dengan berat badan 22 kg :

Obat -

1. Paracetamol 10mg x 22kg x 3kali = 660mg per hari

Dosis seharusnya :(untuk anak) 10mg/kg BB/x Dosis dalam resep : 125mg/5ml (satu sendok teh 5ml) x 2 sendok teh = 220mg atau 10 ml 220mg x 3kali = 660mg per hari Berarti Dosis paracetamol yang tertulis dalam resep Sudah Tepat, karena rentang dosis yang dapat digunakan untuk anak adalah 10 mg/kg/x 2. Ibuprofen

Dosis seharusnya :(untuk anak) 20mg/kg BB/hari (terbagi dalam 3 atau 4 kali pemberian) 20mg x 22kg x 1hari = 440mg per hari

Dosis dalam resep : 200mg/5ml 200mg x 3kali = 600mg per hari Sehingga Dosis ibuprofen yang tertulis dalam resep Tidak Tepat (OD), rentang dosis yang dapat digunakan untuk anak adalah 20mg/kg/hari. Terlebih lagi anjuran penggunaan ibuprofen hanya untuk anak diatas 7 tahun. Sedangkan Ananda febri berusia 5 tahun jadi penggunaan ibuprofen untuk an.febri Tidak Cocok

f. Penggunaan tulisan singkatan obat Penulisan singkatan obat hanya diperbolehkan jika singkatan tersebut adalah singkatan resmi sesuai farmakope Indonesia atau nomenklatur internasional. Analisis : tidak terdapat singkatan obat dalam resep.

4. Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara penulisannya (dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang digunakan. Jumlah obat ditulis dengan angka romawi.

Ex : m.f.l.a pulv d.t.d no.xx campur dan buatlah dengan semestinya dalm bentuk puyer, diberikan sebanyak dosis tersebut, 20 (dua puluh) bungkus Analisis : Pada resep tersebut tidak tertulis subscriptionya dalam baris khusus karena bentuk sediaan obat tercantum bersama sediaan obatnya, bentuk sediaan obatnya adalah sirup. Penulisan jumlah obatnya juga sudah tepat yakni dengan angka romawi ( I )

5. SIGNATURA
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien yaitu yang meliputi frekuensi, jumlah obat dan waktu saat obat diminum, serta informasi lain yang mungkin diberikan. Symbol yang digunakan adalah S (signatura = tandailah). Walaupun aturan penggunaan sudah tertulis di dalam resep, namun dokter juga berkewajiban menyampaikan dan menjelaskan secara lisan kepada pasien saat menyerahkan resep. a. Jumlah Sediaan Obat Analisis : Paracetamol merupakan obat simtomatik untuk meredakan demam dan nyeri. Jumlah obat dalam resep tertulis 60 ml dan terdapat signature p.r.n yang berarti hanya dikonsumsi saat timbul gejala saja. Hal ini sudah tepat karena obat simtomatik hanya di konsumsi saat timbul gejala. Ibuprofen merupakan obat simtomatik untuk meredakan demam dan nyeri. Jumlah obat dalam resep tertulis 60 ml. namun tidak tertulis penggunaannya apakah terus menerus atau hanya saat ada gejala, padahal ibuprofen adalah golongan obat simtomatik yang hanya dikonsumsi saat timbul gejala. Dan diatas telah dibahas bahwa penggunaan ibuprofen untuk anak <7 tahun tidak dianjurkan.

b. Cara Pemakaian Analisis : Dalam formula resep tertulis : - Paracetamol 3 dd cth II 3 kali sehari 2 sendok teh (5ml) Berarti pemberian paracetamol sebanyak 2 x 5ml, dilakukan 3x sehari. - Ibuprofen 3 dd cth I 3x sehari 1 sendok teh (5ml) Berarti pemberian ibuprofen sebanyak 1 x 5ml, dilakukan 3x sehari. c. Lama Pemakaian Analisis : dalam formula resep tertulis masing-masing obat sejumlah 60 ml, hal ini berarti lama pemberian obat dilakukan : Paracetamol 60ML / (2 x 5ml x 3kali) = 3 hari Ibuprofen 60ml / (1 x 5ml x 3kali) = 4 hari

6. Resep Secara Umum


a. Paraf atau Tanda tangan, pemisah antar R/ Sebagai penutup dari bagian utama resep dokter adalah dengan ditulisnya tanda penutup dengan garis dan tanda tangan/ parafdokter penulis resep. Ini merupakan persyaratan bahwa resep sah untuk dilayani di apotek. Bila resep dokter mengandung psikotropika atau obat keras tertentu maka perlu dibubuhkan tanda tangan. Untuk obat dengan golongan lain cukup dengan paraf. Analisis : Dalam resep terdapat garis pemisah antar tiap formula namun tidak didapati adanya paraf dari dokter, hal ini tentu saja Tidak Tepat b. Identitas pasien Umumnya sudah tercetak dalam blangko resep (tulisan pro dan umur). Nama pasien ditulis pada bagian pro. Bila penderita anak-anak dan lansia perlu dituliskan umurnya. Sebaiknya juga perlu dituliskan berat badan pasien tersebut (agar control dosis oleh apotek lebih

akurat). Bila dokter juga mencantumkan alamat pasien pada bagian ini, akan menguntungkan/ memudahkanpihak apotek dalam penelusuran tempat tinggal pasien bila nantinya terjadi kesalahan dalam pelayanan. Analisis : Dalam resep sudah tercantum nama pasien, usia dan berat badan. Hal ini berarti Sudah Tepat 7. KEMUNGKINAN DIAGNOSIS Penggunaan paracetamol dan ibuprofen yang merupakan golongan obat simtomatik yang berfungsi sebagai antipiretik dan analgetik menunjukkan kemungkinan pasien mengalami demam, nyeri kepala/pusing dan nyeri bagian tubuh. Tidak adanya kombinasi dengan obat kausatif (seperti antibiotic) menunjukkan kemungkinan gejala-gejala tersebut (seperti demam, dll) disebakan oleh virus atau FUO (Fever of Unknown Origin).

RESEP YANG BENAR

PENUGASAN BLOK PENGOBATAN RASIONAL ANALISIS RESEP

Disusun Oleh : Nama Nim Tutorial Tutor : Erwin Aritama : 07711091 : 3 (Tiga) : dr. Diani

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2008

11

Você também pode gostar