Você está na página 1de 3

GAGASAN POKOK

Kemajuan zaman yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan membawa dampak yang sangat luar biasa bagi umat manusia di dunia terutama pada bidang kehidupan duniawi maupun bidang kehidupan keagamaan. Memang terkadang pengaruhnya tidak disadari tetapi pelan tapi pasti itu mulai memasuki dan meresapi kehidupan pribadi manusia dalam kehidupan sehari hari. Bidang kehidupan keagamaan mengalami tantangan yang cukup besar akibat kemajuan zaman ini. Perkembangan ilmu pengetahuan selain membuahkan penemuan penemuan yang luar biasa sekaligus membuat manusia semakin kritis menghadapi segala realitas yang ada di dunia. Manusia zaman sekarang mulai merasa yakin dengan kemampuan yang mereka miliki. Kesadaran tersebut membuatnya mau menangani, merawat serta memtukan masa depannya sendiri tanpa tergantung dengan realitas lain apa lagi yang tidak kelihatan seperti Tuhan. Agama "ditantang" untuk bisa hidup secara eksistensial. Agama pun diharapkan memiliki signifikansi moral dan kemanusiaan bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Secara realistik, tugas semacam itu masih dibenturkan dengan adanya kehadiran modernitas yang terus-menerus berubah dan menari-nari di atas pusaran dunia sehingga menimbulkan gesekan bagi agama. Dalam penampakan dunia yang sangat kompleks ini, peran agama tidak bisa dipandang sebelah mata. Kehidupan yang sangat dinamis ini merupakan realitas yang tidak bisa dihindarkan dan perlu direspon dalam konstruksi pemahaman agama yang dinamis pula. Tarik-menarik antara tradisi (agama) dan modernitas menjadi wacana yang masih hangat untuk selalu diperdebatkan. Ada kesan bahwa agama itu bertolak belakang dengan modernitas. Konsep Allah yang merupakan gambaran mapan dan diwariskan turun temurun oleh institusi agama mulai digugat dan dipertanyakan kembali. Mempertanyakan kembali berarti manusia meragukan, menggugat dan memperkarakan kembali Allah yang harus disembah, dipuji dan dimuliakan. Di sisi lain kegalauan hati tersebut memunculkan manusia membuat Tuhan Tuhan yang baru dimana mereka menggantungkan, mengarahkan dan memusatkan hidup mereka kepada hal tersebut.

REALITA
1. Perkembangan ilmu pengetahuan Kelahiran ilmu pengtahuan sangat sulit untuk dipastikan. Kelahiran ilmu pengetahuan dengan berbagai metode ilmiahnya seperti saat ini diawali dengan perubahan cara berpikir manusia terhadap dunia dan dirinya sendiri. Perubahan cara berpikir ini terjadi sewaktu manusia bergerak dari cara berpikir mitologi ke cara berpikir filosofis. Unutk mencari jawaban atas segala permasalan dan misteri hidup serta berbagai fenomena alam, manusia tidak lagi mencarinya pada cerita cerita mitos tentang dewa dewi, tetapi mencarinya dengan bertitik tolak pada kemampuan berpikirnya yakni akal budinya. Cara berpikir ini kemudian disebut filsafat. Pada abad ke 4 sebelum masehi ada seorang filsuf terkenal yaini Socrates. Ia rela mati demi memperjuangkan pemikiran dan keyakinannya bahwa filsafat merupakan jalan untuk menemukan kebenaran sejati. Namun pengorbanannya tidak sia sia karena setelah kematiannya ilmu filsafat berkembang begitu pesat dan membidani perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Perkembangan ilmu pengtahuan modern pada awal abad pertengahan memunculkan dampak bagi kehidupan beragama. Pada awal periode tersebut mulai timbul konflik antara para teolog dengan para ilmuwan baru. Iman yang merupakan inti dari agama dan akal budi yang merupakan sumber ilmu pengtahuan mulai dipertentangkan. Hal ini terjadi karena adanya pandangan keliru dari dua pihak. Para teolog melihat pengtahuan iman sebagai satu ideologi dan sumber wahyu dianggap mengandung jawaban untuk semua hal yang perlu diketahui termasuk rahasia seluruh alam semesta ini. Sebaliknya para ilmuwan berpendapat bahwa hanyalah pengetahuan yang benar dan bidang bidang yang dapat diuji dengan pasti seperti ilmu matematika dan ilmu alam lainnya. Akal budi mulai melepaskan diri dari iman. Begitu ilmu pengetahuan mampu menjelaskan banyak bidang, maka apa yang dikatakan oleh agama tentang dunia tidak lagi bermakna. Teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles R. Darwin adalah salah satu objek perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadi pertentangan antara kaum religious dan kaum ilmuwan. Dalam bukunya yang berjudul On the origin of species by means of natural selection, Darwin menguraikan bahwa semua organism di bumi berasal dari

organism yang sederhana, jadi bahwa pada permulaan hanya ada organism organism yang sederhana yang kemudian berkembang (evolusi) menjadi beraneka organism organism nabati dan hewani yang hamper tak terhingga, yang kita kenal sekarang. Yang secara khusus mengejutkan adalah sebuah kesimpulan yang sudah ditarik oleh Darwin sendiri, yaitu bahwa manusiapun merupakan salah satu hasil evolusi jenis jenis hidup itu. Jadi manusia tidak begitu saja muncul dari kekosongan atau dari manapun, seakan akan ia dari luar bumi ditempatkan ke dalamnya, malainkan ia adalah salah satu produk evolusi di bumi yang sudah berjalan sejak ratusan juta tahun. Dengan demikian manusia entah masih boleh disebutkan binatang atau tidak, yang jelas menurut ajaran evolusi ia berasal dari binatang, dan lebih tepatnya, manusia adalah saudara kandung simpanse dan gorilla. Secara popular : manusia berasal dari kera. Ajaran teori evolusi langsung terasa menantang iman orang orang beragama yang merasa menerima dari wahyu mereka (kitab suci mereka), bahwa Allah menciptakan seluruh bumi bersama isinya pada waktu hampir bersamaan dan sekaligus, jadi di dalam kitab suci mereka tidak ada sesuatu apa pun tentang evolusi. Bahkan di beberapa agama besar dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia pertama yakni Adam dan Hawa serta ditempatkan di Taman Firdaus. Bagaimana agama agama itu dapat menyesuaikan ajaran mereka tentang manusia pertama dengan ajaran evolusi? Apalagi, menurut pengertian evolusi sekarang manusia sekarang tidak berasal dari satu pasang pria dan wanita, melainkan dari segerombolan kera purba yang lama kelamaan, barangkali melalui ribuan tahun, menjadi semakin manusiawi. 2. Aliran aliran (isme isme) 3. Kurangnya toleransi antar agama Pemahaman yang rendah terhadap hakekat agama, kurangnya dialog dengan umat yang berbeda agama, dan pengaruh-pengaruh ajaran negatif baik dari dalam maupun luar menjadi kendala bagi toleransi beragama di Indonesia. Hal ini sering menyebabkan terjadinya berbagai antar umat beragama yang bisa berakibat fatal bagi kedua belah pihak.

Você também pode gostar