Você está na página 1de 15

ARTIKEL ILMIAH

POTENSI TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP PERFORMAN BROILER JANTAN

Oleh : RENNY AGUSTIN HARDIYANTI 060610206

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010

THE POTENTION OF FERMENTATION RECYCLE FLOUR SOYBEAN FERMENTED CAKE (TEMPE) AS CORN SUBSTITUTION TO PERFORMANCE OF MALE BROILER
1)
1)

Anwar Maruf,

2)

Renny Agustin Hardyanti,

3)

Mirni Lamid

Departemen Kedokteran Dasar Veteriner, 2)Mahasiswa, 3) Departemen Ilmu Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Abstract
The aim of this experiment was to know the potention of fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to body weight and feed convertion ratio of broiler. This study used 24 samples of male broiler and it was treated by fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe). The samples was classified into four groups and six replications. This research used Completely Randomized Design method. P0 as a control, did not use recycle flour soybean fermented cake (tempe), P1 was used 5%, P2 used 10% and P3 used 15%. The time of this experiment was two weeks. The data obtained were analyzed by variance analysis and the difference between treatments by Duncans test with five percent significantcy. The result of this research showed that the use of fermentation recycle flour soybean fermented cake (tempe) as corn substitution to body weight and feed convertion ratio of broiler was not different significantly with control. The conclution of this research was recycle flour soybean fermented cake (tempe) could use as substitution of corn on maximal percentage (15 %) mixed broiler feed. Key word : soybean fermentation, corn substitution, performance, body weight, feed
convertion ratio, broiler.

Menyetujui untuk dipublikasikan Surabaya, 2 Agustus 2010 Mahasiswa Menyetujui Dosen Pembimbing I Menyetujui Dosen Pembimbing II

(Renny Agustin H.) NIM. 060610206 Menyetujui Dosen Terkait I

(Dr. Anwar Maruf, M. Kes, drh.) NIP. 196509051993031004 Menyetujui Dosen Terkait II

(Dr. Mirni Lamid, M. P, drh.) NIP. 196201161992032001 Menyetujui Dosen Terkait III

(Herman Setyono, MS., drh (Prof. Dr. Koesnoto S. P. M. S, NIP. 130 687 608 drh.)

(Retno Sri Wahyuni, MS.,drh. NIP. 195606031985032001

NIP. 195005251979011001

POTENSI TEPUNG LIMBAH TEMPE FERMENTASI SEBAGAI SUBSTITUSI JAGUNG TERHADAP PERFORMAN BROILER JANTAN
1)

Anwar Maruf,

2)

Renny Agustin Hardiyanti,

3)

Mirni Lamid

1)

Departemen Kedokteran Dasar Veteriner, 2)Mahasiswa, 3) Departemen Ilmu Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap performan broiler jantan. Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam broiler. Percobaan terbagi menjadi empat perlakuan yang terdiri dari enam ulangan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data dianalisis dengan menggunakan Anova, apabila terdapat perbedaan diantara perlakuan yang diberikan maka akan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan dengan signifikansi 5 %. P0 sebagai kontrol atau tanpa substitusi jagung oleh limbah tempe fermentasi, P1 disubstitusi tepung limbah tempe fermentasi sebesar 5 %, P2 sebesar 10 % dan P3 sebesar 15 %. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada penggunaan tepung limbah tempe fermentasi sebagai substitusi jagung terhadap berat badan dan konversi pakan ayam broiler jantan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda dengan perlakuan tanpa subtitusi (kontrol). Kesimpulan penelitian ini adalah tepung limbah tempe fermentasi dapat digunakan sebagai substitusi jagung pada pakan ayam broiler sampai persentase tertinggi (15 %). Kata kunci : limbah tempe fermentasi, performan, pertambahan berat badan, nilai konversi pakan, ayam broiler.

Pendahuluan

Produk hasil peternakan seperti susu, daging dan telur merupakan sumber pangan berprotein tinggi yang sangat diminati oleh masyarakat. Konsumsi per kapita dan konsumsi secara total masyarakat meningkatnya terhadap daya daging beli ayam, naik seiring dengan tingginya

masyarakat

maupun

pertumbuhan

penduduk

(Kariyasa,

2003).

Usaha

peternakan

unggas di Indonesia diharapkan mampu memenuhi kebutuhan daging ayam dan telur sebagai sumber protein hewani

(Tangendjaja, 2006). Salah satu kendala yang dihadapi peternak unggas yaitu dalam penyediaan bahan pakan, karena biaya bahan pakan merupakan bagian terbesar dari total produksi yaitu 65 % - 75 % (Santoso, 1999). Jagung merupakan sumber bahan pakan utama untuk unggas. Penggunaan jagung dalam pakan ayam broiler mencapai 50-60 % dari total pakan (Tangendjaja dan Wina, 2001). Laju peningkatan produksi jagung di Indonesia relatif masih lambat, di sisi lain kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri pakan dan industri pangan mengalami peningkatan lebih cepat. Jagung diperkirakan akan semakin sulit diperoleh dalam pasar dunia (Kariyasa, 2003). Banyaknya permintaan jagung dan kurangnya persediaan jagung dalam negeri menyebabkan Indonesia harus mengimpor dari negara lain, padahal Indonesia sebagai negara agraris yang menghasilkan produk pertanian, seharusnya dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak dalam negeri (Sari dan Purwadaria, 2004).

Menurut Murni (2008), hasil pertanian dan limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, karena merupakan bahan pakan yang murah, bernilai gizi dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satu alternatif limbah pertanian yang bisa dipakai adalah limbah dari biji-bijian. Kendala pemanfaatan limbah pertanian adalah pada umumnya memiliki kandungan protein kasar rendah dan kandungan serat kasar tinggi yang menyebabkan daya cerna menjadi rendah (Sukada dkk., 2007 ; Rokhmani, 2009). Menurut Kompiang dkk. (1994), perlu dilakukan suatu cara untuk meningkatkan nilai gizi bahan pakan dengan menurunkan kandungan serat kasar dan meningkatkan kandungan protein yakni melalui proses fermentasi. Fermentasi juga berfungsi sebagai salah satu cara pengolahan zat racun untuk yang pengawetan dikandung dan oleh cara suatu untuk bahan

mengurangi

(Rokhmani, 2009). Menurut Sari dan Purwadaria (2004), Aspergillus niger dapat digunakan untuk proses fermentasi karena merupakan salah satu jenis kapang yang dapat memproduksi enzim selulose dan enzim urease.
Miskiyah dkk. (2006) melaporkan bungkil kelapa yang

difermentasi dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar.

Salah satu jenis bakteri yang biasa dipakai untuk fermentasi guna menghasilkan asam laktat adalah genus Lactobacillus.

Lactobacillus sp. sebagai probiotik berfungsi sebagai penurun kolesterol (Yulinery dkk., 2006). Tempe adalah salah satu bahan makanan olahan dari kedelai yang di fermentasi dengan jamur Rhizopus oryzae. Tempe

merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, karena itu limbah yang dihasilkan industri pengolahan tempe banyak didapatkan dan belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan (Ustadzah, 2009). Hasil penelitian Hidanah dkk. (2009), melaporkan bahwa limbah tempe, yang telah difermentasi dengan jamur Aspergillus niger 0,5% dan bakteri Lactobacillus sp 3% berhasil meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12, 69% menjadi 15,2%. dan menurunkan kadar serat kasar dari 44, 61% menjadi 40,1 %.
Metode Penelitian Penelitian tahap persiapan dan pelaksanaan berturut-turut

dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan

dan

kandang

percobaan

Laboratorium

Produksi

Ternak

Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya mulai awal bulan Agustus sampai awal September 2009. Hewan coba adalah ayam pedaging jantan berumur dua minggu dengan Strain Arbor Acress merk dagang CP 707 sebanyak 24 ekor produksi Charoen Pokphan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan ayam pedaging fase finisher terdiri dari jagung, konsentrat dan bekatul, tepung limbah tempe, Lactobacillus sp. (106 - 108/cc) dan Aspergillus niger (106 108/cc) serta air. Tahap Fermentasi Tepung Limbah Tempe Limbah tempe dikukus, kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering (kadar air paling tidak sekitar 13-14 %). Setelah kering, digiling menjadi bentuk tepung. Aspergillus niger dan Lactobacillus sp. digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis masing-masing 0,5 % dan 3 % beserta air steril 30 % dari berat sampel, lalu disemprotkan ke tepung tersebut. Pencampuran dilakukan hingga bahan-bahan homogen, lalu dimasukkan ke kantong plastik yang ditusuk-tusuk dengan lidi bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi fakultatif aerob selama tujuh hari. Setelah selesai, plastik pembungkus dibuka dan isinya dianginanginkan, lalu dikeringkan dengan oven 60 0 C selama 48 jam (Hidanah dkk., 2009). Tahap Perlakuan pada Hewan Coba

Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam broiler jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dengan 6 ulangan. Penentuan ayam untuk masing-masing perlakuan dilakukan dengan pengacakan random sederhana. Sebelum diberi perlakuan, ayam diadaptasikan selama satu minggu di dalam kandang indukan. Kandang indukan berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas sekam 5 -10 cm dilapisi kertas koran, dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt sebagai pemanas. Satu minggu sebelum ayam datang, kandang dan peralatan dibersihkan. Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan Lysol 3 % dan fumigasi menggunakan KMnO 4 yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40 % dengan perbandingan 1:2. Pada saat ayam berumur tiga minggu, ayam dipindahkan dari kandang indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua minggu. Adapun perlakuan tersebut adalah : P0 : Diberi pakan tanpa substitusi jagung oleh tepung limbah tempe fermentasi (kontrol) P1 : Diberi pakan dengan substitusi jagung oleh tepung limbah tempe fermentasi sebanyak 5 % dari total ransum P2 : Diberi pakan dengan substitusi jagung oleh tepung limbah tempe fermentasi sebanyak 10 % dari total ransum P3 : Diberi pakan dengan substitusi jagung oleh tepung limbah tempe fermentasi sebanyak 15 % dari total ransum

Setiap perlakuan diberikan pakan dan minum secara ad libitum. Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas 24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm. Kandang baterai ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran pada bagian bawahnya. Pengamatan penelitian dilakukan terhadap pertambahan berat badan dan konversi pakan. Pertambahan berat badan dihitung dari berat akhir dikurangi berat awal dibagi jumlah hari selama penelitian (Rasyaf, 1994). Pengambilan data terhadap pertambahan berat badan dilakukan dengan menimbang berat badan ayam setiap minggunya, mulai dari sebelum dilakukan penelitian hingga di akhir penelitian. Rumusnya adalah sebagai berikut : Pertambahan berat badan = berat badan akhir berat badan awal waktu pemeliharaan Pengamatan terhadap nilai konversi pakan dilakukan dengan cara menghitung jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian

dibandingkan dengan pertambahan berat badan selama penelitian. Jumlah pakan yang dikonsumsi adalah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). masing-masing ayam ditimbang setiap minggunya. Sisa pakan Kemudian

mengurangkan antara pakan yang diberikan dengan sisanya. Berikut rumus untuk mencari jumlah konsumsi pakan dan nilai konversi pakan : Konsumsi pakan = jumlah pakan yang diberikan sisa pakan Konversi pakan = konsumsi pakan pertambahan berat badan .

Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anova apabila terdapat perbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan Uji Duncans dengan tingkat signifikan 5 % (Kusriningrum, 2008). Hasil dan Pembahasan Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (p > 0,05) dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian tepung limbah tempe fermentasi sampai 15 % sama baiknya dengan penggunaan jagung pada pakan terhadap pertambahan berat badan dan nilai konversi pakan ayam broiler jantan.

Tabel 4. 1. Rata-rata pertambahan berat badan kumulatif tiap ekor ayam broiler (gram)
Perlakuan P0 P1 P2 P3 X SD 638,33 41,31 636,00 38,47 663,33 38,37 644,17 48,4

Tabel 4. 2. Rata-rata konversi pakan kumulatif tiap ekor ayam broiler


Perlakuan P0 P1 P2 P3 X SD 2,07 0,12 2,20 0,11 2,10 0,24 2,18 0,25

Berat badan ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ayam (strain), jenis kelamin, cara pemeliharaan, berat hidup, konsumsi pakan dan nutrisi pakan (Rasyaf, 2002). Pertambahan berat badan ratarata pada perlakuan P0, P1, P2, dan P3 secara berurutan 638,33 gram, 636 gram, 663,33 gram dan 644,17 gram. Hal ini dapat disebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam tidak banyak berbeda dan karena kandungan sumber energi yaitu protein, karbohidrat, dan lemak dalam pakan perlakuan tidak banyak berbeda pula (Nasution, 2009). Konsumsi pakan pada perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 94,17; 98,81; 101,55 dan 100,24 gram. Menurut Rasyaf (1994), jumlah konsumsi pakan sangat ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum. Apabila kandungan energi dalam ransum tinggi maka konsumsi pakan akan turun begitu juga sebaliknya. Tingkat energi metabolisme dalam ransum perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 2.997,35; 2.953,61; 2.964,91; 2.920,49 Kkal/kg. Energi metabolisme menurut Wahyu (2004) selain digunakan untuk keperluan hidup pokok juga diperlukan untuk keperluan produksi sehingga dapat mempengaruhi pembentukan daging. Hasil analisis proksimat protein ransum perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 18,10; 18,37; 19,06 dan 18,91 %. Protein diperlukan ayam broiler untuk pertumbuhan terutama untuk membangun dan membentuk jaringan tubuh (Asmara dkk., 2009).

Kandungan serat kasar pada ransum perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 8,65; 8,21; 8,26 dan 8,88 %. Wahyu (2004) menyatakan bahwa ransum yang mengandung serat kasar tinggi seperti selulosa mempunyai energi yang rendah, sehingga hanya sedikit energi yang digunakan untuk pembentukan serta penimbunan lemak. Kandungan lemak dalam ransum perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 6,87; 6,10; 5,27 dan 5,02 %. Pemakaian lemak dalam ransum ayam pedaging perlu dibatasi sebab lemak yang

berlebihan tidak dapat dicerna sepenuhnya (Setyani, 2004). Besarnya nilai konversi pakan bergantung pada dua hal yaitu jumlah pakan yang di konsumsi dan pertambahan berat badan yang dihasilkan. Jumlah pakan yang dikonsumsi tergantung besar hewan, keaktifan, temperatur, lingkungan dan tingkat energi dalam pakan. Jika kebutuhan energi sudah terpenuhi secara naluriah, ayam akan berhenti makan. Nilai konversi pakan buruk atau tinggi berarti broiler

membutuhkan pakan lebih banyak untuk badan (Kuspartoyo, 1990).

pertambahan per kg bobot

Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan meliputi daya cerna ternak, kualitas pakan yang dikonsumsi, serta keserasian nilai nutrien yang dikandung pakan tersebut (Anggorodi, 1995). Hasil penelitian jumlah konsumsi pakan pada masing masing perlakuan tidak memberikan perbedaan yang signifikan dan pertambahan berat badan ayam pada masing-masing perlakuan juga tidak berbeda

nyata, sehingga didapatkan nilai konversi pakan yang tidak berbeda nyata pada masing-masing perlakuan. Kesimpulan Penggunaan tepung limbah tempe fermentasi yang di fermentasi Aspergillus niger dan Lactobacillus sp. sebagai substitusi jagung sampai persentase 15% dapat diberikan pada ransum ayam broiler karena tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan berat badan dan nilai konversi pakan ayam broiler. Daftar Pustaka Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Kemajuan Mutakhir. Universitas Indonesia Press. Jakarta Asmara, I. Y., Garnida. D., dan Tanwiriah. W. 2009. Penampilan Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar ( Ipomoea batatas) terhadap Karakteristik Karkas. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Hidanah, S., H. Setyono, D. S. Nazar, W. P. Lokapirnasari dan Pratisto. 2009. Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Kariyasa, K. 2003. Keterkaitan Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kartasudjana, R., dan Suprijatna,. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Kompiang. 1994. Nutrition Value of Protein Enriched Cassava : Cassapro. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Kuspartoyo. 1990. Broiler Jantan Lebih Menguntungkan. Swadaya Peternakan Indonesia Edisi Januari Hal.55-66. Kusriningrum. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya.

Megawati, L. D. P. 2010. Pemanfaatan Hasil Ikutan Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung Terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging Jantan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Miskiyah, I. Mulyawati, dan W. Haliza. 2006. Pemanfaatan Ampas Kelapa Limbah Pengolahan Minyak Kelapa Murni Menjadi Pakan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Murni. R., Suparjo, A. dan Ginting, B. L. 2008. Buku Ajar Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Nasution, E. Z. J. 2009. Pemanfaatan Tepung Isi Rumen Yang Difermentasi Dengan Probiotik sebagai Substitusi Bekatul terhadap Performan Ayam Pedaging. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Rasyaf, M. 1994. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan Ketiga. Kanisius. Yogyakarta. Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Rokhmani, S. I. W. 2009. Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan Dari Limbah Pertanian Melalui Fermentasi. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Santoso, U. 1999. Aplikasi teknologi Pembatasan Pakan Pada Industri Broiler. Poultry Indonesia. Sari, L. dan Purwadaria. 2004. Pengkajian Nilai Gizi Hasil Fermentasi Mutan Aspergillus niger pada Substrat Bungkil kelapa dan Bungkil Inti Sawit. Biodiversitas Vol. 5 No. 2 Hal.48-51. Setyani, E. 2004. Pengaruh Tepung Daun Pepaya ( Carica papaya) dalam Ransum terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging Jantan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Sukada, I. K., I. N. G. G. Bidura dan D. A. Warmadewi. 2007. Pengaruh Penggunaan Pollard, Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali Jantan. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana. Denpasar. Bali.

Tangendjaja, B. 2006. Inovasi Teknologi dan Pakan Menuju Kemandirian Usaha Ternak Unggas. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Tangendjaja B., dan E. Wina. 2001. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Ustadzah. 2009. Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung Terhadap Daya Cerna Serat Kasar Dan Bahan Organik Ayam Pedaging Jantan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yulinery T., E. Yulianto, dan N. Nurhidayat. 2006. Uji Fisiologis Probiotik Lactobacillus sp. Mar 8 yang Telah Dienkapsulasi dengan Menggunakan Spray Dryer untuk Menurunkan Kolesterol. Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor. Yuwanta,T. 2007. Beternak Ayam Buras. PT. Citra Adi Parama. Klaten.

Você também pode gostar