Você está na página 1de 9

Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir

Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

ANALISA PENGARUH PA-231 SEBAGAI RACUN DALAM OPTIMISASI NEUTRONIK


DESAIN REAKTOR PWR DENGAN BAHAN BAKAR (TH,U)O2

Topan Setiadipura1, Zaki Su’ud2


1
Pusat Pengembangan Informatika Nuklir-BATAN
2.
Departemen Fisika-ITB

ABSTRAK

ANALISA PENGARUH PA-231 SEBAGAI RACUN DALAM OPTIMISASI NEUTRONIK


DESAIN REAKTOR PWR DENGAN BAHAN BAKAR (TH,U)O2. Studi neutronik desain reaktor
termal tipe PWR berbahan bakar (Th,U)O2 dengan daya kecil yang mampu beroperasi dengan
masa refueling 10 tahun telah dilakukan. Salah satu upaya optimisasi adalah dengan
menambahkan racun berupa aktinida (diantaranya Np dan Pa) yang diharapkan di awal dapat
berfungsi untuk memperkecil excess reactivity dan selanjutnya untuk menahan kritikalitas
reactor. Dilakukan optimisasi teras reaktor dengan merubah konfigurasi pengayaan pada teras
reaktor juga fraksi volum bahan bakar untuk memperkecil reactivity swing dari teras reaktor.
Selain itu optimisasi juga bertujuan untuk menghasilkan distribusi daya arah radial yang lebih
merata, dengan memperkecil parameter power peaking. Desain teras reaktor berbentuk silinder
dua dimensi R-Z (radial dan aksial) tipe tall dengan teras reaktor berbahan bakar thorium tipe
homogen, dengan pengayaan U-233 sebesar 7.5w/o-16%w/o dan daya reaktor 20 MWt.
Perhitungan netronik dalam optimisasi diatas dilakukan dengan SRAC menggunakan modul
CITATION setelah sebelumnya dilakukan perhitungan burn up pada level sel elemen bakar.
Data nuklida yang digunakan adalah JENDL-3.2 yang terdapat pada program tersebut. Konsep
lain yang digunakan untuk memperoleh design optimal adalah dengan fraksi bahan bakar yang
tinggi, serta pengayaan yang lebih rendah di tengah core. Dilakukan analisa terhadap hasil
perhitungan dari aspek neutronik berkaitan dengan nilai ekses reaktivitas, serta aspek distribusi
daya berkaitan dengan factor power peaking. Dengan adanya Pa-231 yang ditambahkan
sebagai racun diperoleh hasil yang lebih baik dimana nilai reaktivitas lebih turun dari 4.66%
∆k/k menjadi 0.7% ∆k/k. Teras optimum beroperasi secara kritis selama 10 tahun dengan rapat
daya 16.6 W/cc dan radius teras 100cm dan tinggi teras 200cm.
Kata Kunci : thorium, (Th,U)O2, PWR, ekses reaktivitas, distribusi daya radial, faktor power
peaking

ABSTRACT
ANALYSIS OF EFFECT PA-231 AS A BURNABLE POISSON IN THE NEUTRONIC DESIGN
OPTIMIZATION OF PWR WITH (TH,U)O2 FUEL. Neutronic design study of Pressurize Water
Reactor with (Th,U)O2 fuel and very low power which able to operate critically for 10 years
without refuelling is already done. One of the optimization strategy is by adding actinide (such
Np or Pa) as a burnable poisson. This burnable poisons are expected to reduce the excess
reactivity at the beginning of the cycle and at later cycle to keep the nuclear rector critically. The
optimization is worked by doing the the parametric survey of the core enrichment configuration
and also the fuel volume fraction to reduce the reactivity swing of the core. Another goal of the
optimization is to have a good radial power distribution by reducing the peaking power
parameter. The core design is a two dimension R-Z cylinder (radial and axial) with tall type and
homogenous thorium fuel type. The enrichment of U-233 ranges are 7.5w/o-16%w/o reactor
poser is 20 MWt. The neutronic calculation of the above optimization is run with SRAC
computer code package using the CITATION module after the burn up calculation on the cell
level is done using the PIJ module. Nuclide data used in the calculation is JENDL-3.2 on the
SRAC package. Another design concept of the optimization is by increase the fuel volume
fraction, and locating the lower enrichment in the deeper in the core. The neutronic aspect
parameter resulted from the calculation such as the excess reactivity and the power distribution
related to the power peaking factor are analyzed. By having PA-231 on the core as a burnable
poisson the reactivity is decrease from 4.66%∆k/k to 0.7% ∆k/k where the optimum design is
operate critically for ten years with power density 16.6 W/cc, where the core diameter s 100cm
and the core height is 200cm.
Key words : thorium, (Th,U)O2, PWR, excess reactivity, radial power distribution

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 288


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

PENDAHULUAN

Dengan bertambahnya populasi manusia disertai semakin berkembangnya aktivitas


industri, energi yang diperlukan untuk menopang semua itu tentu semakin besar. Untuk
semakin memperbesar kontribusi energi nuklir sebagai sumber energi bagi kesejahteraan
manusia maka sebuah system reactor nuklir yang berukuran kecil baik dari segi daya yang
dihasilkan maupun ukuran fisik perlu secara intensif dikembangkan. Kebutuhan energi di
daerah-daerah terpencil pun semakin besar, bila kebutuhan tersebut akan dipenuhi dengan
reactor nuklir maka transportasi bahan nuklir akan semakin meningkat. Hal ini dapat dikurangi
dengan memperpanjang umur operasi dari reactor nuklir. Dengan memperhatikan hal-hal diatas
suatu system reactor nuklir dengan kapasitas daya (juga geometri) yang kecil dengan umur
operasi panjang penting untuk dikembangkan. Khususnya di Indonesia system reactor nuklr ini
berpotensi besar untuk memenuhi kebutuhan listrik daerah di luar Jawa-Bali.
Untuk mendesain teras reactor yang dapat beroperasi secara kritis dengan waktu lama
maka digunakan bahan bakar berbasis Thorium yang memiliki factor konversi yang lebih besar
daripada Uranium. Juga dengan menerapkan strategi-strategi lain terkait dengan konfigurasi
pengayaan U-233 serta ukuran teras untuk dapat menekan nilai reaktivitas lebih sekecil
mungkin. Studi awal mengenai sistem reactor nuklir diatas telah mulai dilakukan.1,2,3,4 Dipilih
jenis reactor PWR yang merupakan tipe yang paling banyak diaplikasikan sekarang ini.

KONSEP DESAIN

Konsep yang digunakan dalam PWR kecil berumur panjang ini yang paling utama
adalah penggunaan Thorium (Th-232) sebagai bahan bakar, dengan penambahan U-233
karena Th-232 bersifat fertile. Konsep lainnya adalah dengan tight-lattice concept yaitu dengan
memperbesar perbandingan bahan bakar terhadap pendingin atau moderator. Konfigurasi teras
dimana bahan bakar dengan pengayaan U-233 lebih besar di tempatkan semakin dalam juga
diterapkan untuk memperoleh aspek thermal yang lebih baik. Juga penambahan inti lain, Pa-
231 atau Np-237 yang diharapkan dapat berfungsi sebagai burnable poissons diawal siklus
teras, dan memberi suplai inti fissile untuk mempertahankan kekritikalitasan teras pada siklus
selanjutnya. Fungsi diatas diharapkan dapat diperoleh karena Pa-231 memiliki penampang
lintang penangkapan yang besar, yaitu 200 barn, yang lebih besar dua orde dari penampang
lintang penangkapan U-238 yaitu 2.7 barn. Pa-231 yang merupakan inti fertile awalnya
dikonversi ke U-232 melalui reaksi (n,γ) dan juga peluruhan beta, yang lalu dengan reaksi (n,γ)
menjadi U-233 yang merupakan inti fissile. Konversi ini ditunjukkan dalam Gambar 1.

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 289


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Gambar1. Konversi produksi fisille dari Pa-231

METODA PERHITUNGAN

Perhitungan pada penelitian ini dilakukan dengan paket program SRAC. Pertama
dilakukan dengan modul PIJ pada level sel, dengan modul ini dilakukan burn up selama 15
tahun ( meskipun target penelitian dan tinjauan kita adalah untuk umur teras reactor 10 tahun)
dengan perioda setahun untuk tiap langkah burn up. Perhitungan burn up yang pada paket
program SRAC ini menggunakan rantai burn up untuk siklus Thorium seperti Gambar.2. Level
sel ini dihitung untuk bahan bakar dengan berbagai variasi pengayaan. Penghitungan dengan
modul PIJ ini menggunakan sumber data nuklida JENDL.3.2 yang terdapat dalam paket
program SRAC. Penghitungan awal ini menghasilkan nuklida selama burn up yang digunakan
pada perhitungan selanjutnya pada level teras menggunakan modul CITATION. Pada
perhitungan teras ini dengan geometri silinder R-Z ini perhitungan difusi multigrup dilakukan tiap
tahun. Diagram perhitungan ditunjukkan dalam Gambar 3.

Gambar 2. Rantai burn up siklus Thorium

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 290


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

MULAI

SRAC PUBLIC PERHITUNGAN


LIBRARY JENDL-3.2 CELL & BURNUP

HOMOGENISA
SRAC USER SI
LIBRARY

PERHITUNGAN
TERAS

DATA HASIL
PERHITUNGAN

SELESAI
Gambar 3. Diagram Perhitungan menggunakan paket program SRAC.

HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Spesifikasi teras dan sel pada penelitian ini adalah sebagai berikut

Tabel 1. Spesifikasi teras

Parameter Spesifikasi
Daya (Thermal) 20 MWt
Periode Refueling 10 Year
Bahan Bakar (Th,U,Pa)O
2
Struktur Zircalloy (Zr)
Pendingin Light Water (H2O)
Pengayaan U-233 7.5w/o-16w/o U-233
Smear Density 90 %
Fuel Volume Fraction 60%
Pin Cell Type Rectangular Cell
Cladding thickness 0.07
Pin pitch 1,4

Ilustrasi untuk geometri teras dapat dilihat pada Gambar 4 berikut

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 291


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Gambar 4. Geomtri Teras Reaktor dan Pembagian Region pada Teras

Detail pembagian region teras ditunjukkan pada Tabel.2 berikut

Tabel.2 Konfigurasi teras

Teras
Arah Region Region Region Region Region Region Region Aktif
I II III IV V VI VII (cm)
Jumlah Mesh 7 7 7 7 7 7 3
Radial (r) 50
Lebar (cm) 10 10 7 7 6 5 5
Jumlah Mesh 7 7 7 7 7 7 3
Axial (z) 100
Lebar (cm) 25 20 20 10 10 10 5

Pertama kita lihat pengaruh penambahan Pa-231 pada beberapa pengayaan U-233 yang
sama
Enrichment U-233 13.75%

1.26
1.24
1.22
Pa231 9%
1.2
K-inf Pa231 10%
1.18
1.16 Pa231 12%
1.14 Pa231 15%
1.12
1.1
1.08
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tahun burn up

Gambar 5. Penambahan Pa-231 pada pengayaan U-233 13.75%

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 292


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Enrichment U-233 10%

1.1
1.08
1.06
1.04 Pa 231 9%
1.02
K-inf Pa231 10%
1 Pa231 12%
0.98 Pa231 15%
0.96
0.94
0.92
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tahun burn up

Gambar 6. Penambahan Pa-231 pada pengayaan U-233 10%

Enrichment U233 7.5%

1.2

0.8 Pa231 9%
K-inf Pa231 10%
0.6
Pa231 12%
0.4 Pa231 15%

0.2

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tahun burn up

Gambar 7. Penambahan Pa-231 pada pengayaan U-233 7.5%

Pada grafik-grafik di atas terlihat bahwa nilai k-inf menurun untuk pengayaan Pa-231
yang lebih besar, dan terlihat juga untuk penambahan Pa-231 yang lebih besar grafik k-inf
sepangjang burn up semakin mendatar bahkan pada beberapa nilainya malah bertambah
sepanjang siklus burn up. Maka hal ini mengisyaratkan perlunya pemilihan komposisi
penambahan Pa-231 pada pengayaan U-233 tertentu untuk memperoleh teras yang diinginkan.
Pemilihan komposisi yang optimal ini semakin menarik karena bila kita lakukan variasi
pengayaan U-233 untuk penambahan Pa-231 yang sama kita dapatkan bahwa penambahan
pengayaan U-233 membuat gradient k-inf terhadap waktu burn up semakin berkurang. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 8. berikut untuk penambahan Pa-231 9%.
Pada pengayaan 8% gradient nya adalah 0.0018 sedangkan pada 13.75% adalah -
0.0014.

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 293


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Pa231 9%

1.4

1.2
1 13.75%
k-inf 12%
0.8
10.00%
0.6
9.00%
0.4 8.00%
0.2

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tahun burn up

Gambar 8. Penambahan Pa-231 9%

Melalui parameter survey dengan merubah komposisi pengayaan U-233 dan


penambahan Pa-231 untuk tiap region teras sebagaimana digambarkan sebelumnya diperoleh
teras optimal dengan penambahan Pa-231 sebanyak 9%,10%,12% dan 15 % dimana semakin
besar penambahan Pa-231 diperlukan juga pengayaan U-233 yang semakin banyak. Hasilnya
dapat dilihat pada grafik berikut

K-eff untuk Teras Optimum

1.014
1.012
1.01
1.008
1.006 Pa231 9%
1.004 Pa 231 10%
K-eff

1.002 Pa231 12 %

1 Pa231 15%

0.998
0.996
0.994
0.992
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Burn Up Year

Gambar 9. Nilai k-eff untuk teras optimal.

Dengan nilai untuk masing-masing sebagai berikut :

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 294


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Tabel 3. Harga K-eff untuk berbagai jumlah penambahan Pa-231

K-eff
Pa-231 9% Pa-231 10% Pa-231 12% Pa-231 15%
0 1.012683 1.010741 1.008916 1.007314
1 1.010939 1.009177 1.007525 1.006121
2 1.009798 1.008132 1.006739 1.005531
3 1.008678 1.007143 1.005349 1.005008
4 1.007548 1.006112 1.004984 1.004382
5 1.006425 1.005131 1.004149 1.003758
6 1.005319 1.004131 1.003328 1.003087
7 1.004213 1.003111 1.002496 1.00248
8 1.00313 1.002132 1.001744 1.001811
9 1.002039 1.001107 1.00082 1.001162
10 1.000927 1.000108 1.000054 1.000508

Nilai optimal diatas diperoleh dengan komposisi beragam untuk tiap region teras.
Dengan memperhatikan penomoran region teras berikut sebagaimana pada gambar 4, dan
detailnya pada tabel 2.
Tabel 4. Penomoran konfigurasi pengayaan teras

F1 F2 F3 F4 F5 F6 R

F2 F2 F3 F4 F5 F6 R

F3 F3 F3 F4 F5 F6 R

F4 F4 F4 F4 F5 F6 R

F5 F5 F5 F5 F5 F6 R

F6 F6 F6 F6 F6 F6 R

R R R R R R R

Konfigurasi pengayaan U-233 untuk tiap teras optimal dengan penambahan Pa-231
yang sama adalah

Pengayaan U-231 (%)


Pa-231 Pa-231 Pa-231 Pa-231
Region 9% 10% 12% 15%
F1 12.5 13.25 13.75 14.75
F2 12.75 13.25 14 14.75
F3 13.25 13.5 14.25 15
F4 13.5 13.75 14.25 15.25
F5 13.5 14 14.25 15.75
F6 13.5 14 14.75 15.75

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 295


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

KESIMPULAN

Penambahan Pa-231 dapat memberikan hasil yang lebih optimal terhadap desain
neutronik teras reactor dengan daya rendah berumur panjang dengan bahan bakar Thorium.
Hasil optimum yang diperoleh mengharuskan penambahan pengayaan U-233. Optimisasi teras
dengan memberikan tambahan Pa-231 ini memberikan hasil reaktivitas tambahan optimal 0.7%
Δk/k dengan daya 20 MWt atau rapat daya 3.24 kW/m yang masih lebih kecil dari rapat daya
PFPWR506 dengan rapat daya 9.1 kW/m.
Perlu dilakukan studi lanjut tentang kemungkinan pengaruh penambahan aktinida lain
pada teras reaktor, juga analisa dari kemampuan teras untuk membakar aktinida tersebut
dengan memperhatikan persentasi nuklida yang ditambahkan dengan sisa nuklida tersebut di
akhir siklus. Juga perlu diterapkan konsep-konsep baru untuk meningkatkan rapat daya teras
reactor.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuli Astuti and Zaki S : “Preliminary design study of 40-100MWth Small PWR Using
Thorium-Uranium Based Fuel”, Tokyo Tech COE INES – Indonesia International
Symposium, Bandung, Indonesia, March 2-4, 2005
2. Topan S. and Zaki S : “Neutronic Study Design of Very Small Long Life PWR with
(Th,U)U Fuel”, Tokyo Tech COE INES – Indonesia International Symposium, Bandung,
2

Indonesia, March 2-4, 2005


3. M. Nurul S . and Zaki S: “Design Study of Small Long Life Th-U Fueled PWR”, Tokyo
Tech COE INES – Indonesia International Symposium, Bandung, Indonesia, March 2-4,
2005
4. Topan S, Muh.Nurul S, Yuliastuti, Zaki Su’ud; ‘Neutronic Design Study of Small Long-
Live PWR with (Th,U)O2 Fuel. Proceedings of GLOBAL 2005, Paper No.510.
5. Imamura T, et.al : ‘Potential of Pa-231 for Gas Cooled Long-Life Core, Journal of Nuclear
Science and Technology,Vol.39,No.3.
6. Shimazu Y, Tanihira I, ‘Extending the Life of PWR with Coated Particle Fuel Using
Thorium and Plutonium.

Topan Setiadipura dkk., PPIN-BATAN 296

Você também pode gostar