Você está na página 1de 16

PRESENTASI JURNAL KEPERAWATAN GERONTIK Long Sleep Duration is Associated With Serum Cholesterol in the Elderly: The Rotterdam

Study

Oleh: Agus Jaipur 201210461011034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

ANALISA JURNAL
A. Analisa Jurnal (PICO) 1. Patient and Clinical Problem (P) : Penelitian ini dilakukan pada 768 lansia di Rotterdam, dengan usia 5797 tahun yang memiliki faktor risiko penyakit kronis. 2. Intervention (I) : Pengukuran kebiasaan durasi tidur panjang dan pendek dikaitkan dengan kolesterol total dan high density lipoprotein (HDL) kolesterol pada lansia. 3. Comparator (C) : Sejumlah penelitian sebelumnya melaporkan bahwa hubungan linear terbalik antara durasi tidur dan indeks massa tubuh (BMI) atau hubungan antara durasi tidur pendek dan obesitas. Beberapa penulis menemukan hubungan yang berbentuk, menunjukkan bahwa durasi tidur pendek maupun panjang terkait dengan peningkatan risiko BMI tinggi. Hanya beberapa studi telah meneliti hubungan antara parameter tidur dan tingkat kolesterol, dengan hasil yang bertentangan (Bjorvatn, et al ). Tidak menemukan hubungan antara durasi tidur dan kadar kolesterol total dalam rentang usia 40 sampai 45 tahun setelah disesuaikan dengan jenis kelamin, perilaku merokok, dan indeks massa tubuh. (Williams et al.) ditemukan penurunan kolesterol (high density lipoprotein) HDL dengan durasi tidur pendek dan panjang dengan tekanan darah normal, tapi tidak pada wanita hipertensi berusia 43 sampai 69 tahun dengan diabetes. Peneliti menggunakan data polysomnographic untuk menguji hubungan antara parameter tidur dan kadar kolesterol pada 24 orang dewasa muda dan menemukan bahwa waktu tidur total berhubungan dengan tingkat LDL /

HDL. Selain itu, mereka melaporkan bahwa pola tidur lebih lama berhubungan dengan total kolesterol dan lipid yang lebih tinggi. Sedangkan peneliti saat ini menyelidiki apakah durasi tidur, waktu di tempat tidur, dan gangguan tidur berpengaruh dengan kadar kolesterol, pada populasi masyarakat pada lansia. Metode penelitian cross-sectional dengan analisis regresi untuk menyelidiki mengukur hubungan TST actigraphically, TIB, dan indeks fragmentasi dengan kadar kolesterol, kadar kolesterol HDL, dan tingkat kolesterol total / HDL. 4. Outcome (O) : Durasi tidur yang lebih lama dapat meningkakan total kadar kolesterol dan rasio total / kolesterol HDL. Diharapkan lansia tidak tidur terlalu lama dan lebih sering beraktivitas.

B. Konten/Isi Jurnal 1. Abstrak Tujuan: Studi epidemiologis telah berulang kali menemukan angka kematian meningkat terkait dengan kedua kelompok yaitu kebiasaan durasi tidur lama dan sebentar. Mekanisme di balik asosiasi ini tidak jelas. Kami meneliti apakah obyektif mengukur durasi tidur, waktu di tempat tidur, dan gangguan tidur dikaitkan dengan kolesterol total dan (high density lipoprotein) HDL dalam kolesterol masyarakat lansia. Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di antara 768 lansia di Rotterdam, dengan usia 57-97 tahun. Parameter tidur dinilai dengan actigraphy, metode divalidasi yang menyimpulkan klien tidurnya terjaga dan bebas dari gerakan. Kadar kolesterol dalam serum ditentukan dalam sampel darah puasa. Semua analisis regresi yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, merokok, gejala depresi, dan gagal jantung. Hasil: durasi tidur lama positif berhubungan dengan tingkat kolesterol total: - 0,11 (tingkat kepercayaan 95%, interval - 0,03-0,18) mmol /jam tidur. Orang yang tidur lebih lama, dan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, juga memiliki rasio total / kolesterol HDL yang lebih tinggi. Seseorang yang kurang tidur terfragmentasi juga dikaitkan dengan total kolesterol yang lebih tinggi. Beberapa asosiasi menunjukkan interaksi yang signifikan dengan usia. Hubungan antara waktu di tempat tidur dan total / HDL rasio terutama didorong oleh orang-orang yang berusia <65, sedangkan hubungan antara durasi tidur lama dan kadar kolesterol total yang paling menonjol pada orang berusia 70. Kesimpulan: lama durasi tidur lebih panjang adalah berkaitan dengan total

kadar kolesterol yang lebih tinggi dan rasio total / kolesterol HDL yang lebih tinggi pula. Dua mekanisme yang terpisah, waktu yang lebih lama di tempat tidur dan gangguan tidur, tampaknya menjelaskan asosiasi dalam kategori usia yang berbeda. Kata kunci: durasi tidur, gangguan tidur, actigraphy, kolesterol, lansia, epidemiologi. 2. Pendahuluan Studi epidemiologis telah berulang kali menemukan tingkat kematian yang lebih tinggi dan cepat, yaitu lama durasi tidur yang panjang, biasanya lebih dari 8 jam per malam, dan lama durasi tidur yang pendek, yaitu, kurang dari 7 jam per malam. Banyak penyakit yang akan ditimbulkan seperti penyakit jantung adalah penyebab utama kematian bagi pria dan wanita dewasa di negara maju, banyak studi telah meneliti hubungan antara durasi tidur dan penyakit kardiovaskular. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa hubungan linear terbalik antara durasi tidur dan indeks massa tubuh (BMI) atau hubungan antara durasi tidur pendek dan obesitas. Penelitian lain, terkait dengan jumlah waktu tidur terhadap hipertensi, metabolisme glukosa atau risiko diabetes. Untuk pengetahuan kita, hanya beberapa studi telah meneliti hubungan antara parameter tidur dan tingkat kolesterol, dengan hasil yang bertentangan (Bjorvatn, et al. ) tidak menemukan hubungan antara durasi tidur dan kadar kolesterol total dalam rentang usia 40 sampai 45 tahun setelah disesuaikan dengan jenis kelamin, perilaku merokok, dan indeks massa tubuh. Kami menyelidiki apakah durasi tidur, waktu di tempat tidur, dan gangguan tidur berpengaruh dengan kadar kolesterol, pada populasi

masyarakat lansia. Adanya hubungan antara perubahan kolesterol dan kesehatan dengan bertambahnya usia, kami juga meneliti efek kemungkinan interaksi tidur dengan usia. Semua parameter tidur diukur dengan actigraphy. Actigraphy adalah alat yang digunakan untuk merekam adanya pergerakan waktu tidur. Beberapa penulis telah menyimpulkan bahwa actigraphy merupakan metode yang dapat diandalkan untuk menilai pola tidur pada orang dewasa. 3. Metode a. Populasi Penelitian ini berada di Rotterdam, berdasarkan populasi kohort penelitian yang bertujuan menilai terjadinya faktor risiko penyakit kronis pada lansia. Desember 2004, diperoleh bantuan tenaga untuk melakukan studi actigraphy tambahan, saat ini dan seterusnya terdapat 1.515 lansia diminta untuk mengambil bagian dalam studi actigraphy, 1076 (71%) di antaranya setuju. Kita tidak bisa mencakup setiap orang yang mengunjungi pusat penelitian karena terbatasnya jumlah actigraphs. Data actigraphy berlaku setidaknya untuk dua malam dan data untuk kadar kolesterol yang tersedia untuk 986 responden. Responden yang menggunakan obat penurun kolesterol (n=218) dikeluarkan, sehingga didapatkan populasi penelitian 768 orang responden. Secara total, dari 4726 malam diukur dengan actigraphic (mean, 6,2 1.1) dicatat tiap responden. Komite Etika Medis Erasmus University Rotterdam menyetujui Studi Rotterdam dan informed consent tertulis disetujui oleh semua responden.

b. Pengukuran Tingkat Kolesterol Kolesterol total dan konsentrasi kolesterol HDL dalam serum ditentukan dalam waktu 2 minggu setelah pengambilan sampel dengan prosedur enzimatik otomatis dalam sampel darah puasa yang dilakukan di pusat penelitian. c. Parameter Tidur Untuk mendapatkan parameter tidur secara obyektif, kami

menggunakan model Actiwatch AW4 (Cambridge Neurotechnology Ltd), sebuah actigraph yang bisa dipakai seperti jam tangan dan dilengkapi dengan tombol penanda tidur. Responden diminta untuk memakai actigraph terus menerus selama 5-7 hari berturut-turut, pada pergelangan tangan yang dominan. d. Analisis statistik Metode penelitian cross-sectional dengan analisis regresi untuk menyelidiki mengukur hubungan TST actigraphically, TIB, dan indeks fragmentasi dengan kadar kolesterol, kadar kolesterol HDL, dan tingkat kolesterol total / HDL. Data yang ada dianalisis kembali dengan kriteria eksklusi kemungkinan responden dengan sleep apnea, analisis tambahan dilakukan untuk lebih mengeksplorasi hubungan yang bermakna. Semua analisis dilakukan dengan SPSS versi 11.0 (SPSS Inc, Chicago, IL). 4. Hasil a. Karakteristik populasi penelitian Karakteristik populasi penelitian ini berdasarkan usia, rata-rata adalah 68,5 tahun (kisaran, 57-97) dan 52,9% adalah perempuan. Sebuah analisis

nonresponse menunjukkan bahwa tidak menanggapi, yang mengunjungi pusat penelitian, tetapi menolak untuk berpartisipasi dalam studi actigraphy (n=439) dengan rata-rata 1,9 tahun lebih tua dari responden (p < 0,001) Dan mayoritas perempuan (28,7% vs 22,0%, p=0,004). Penolakan untuk berpartisipasi itu tidak terkait dengan rata-rata durasi tidur yang dilaporkan dalam wawancara di rumah, atau dengan kadar kolesterol.

b. Durasi Tidur Rata-rata populasi penelitian kami, awal tidur 06:32 (SD=0:50) jam per malam, dari jam 08:19 (SD=0:47) mereka habiskan di tempat tidur. TST dan TIB yang terkait satu sama lain: koefisien korelasi Pearson antara TST dan TIB adalah 0,68 (p <0.001). Korelasi ini tidak berbeda antara kelompok umur.

c. Tingkat Kolesterol Dalam analisa menunjukkan bahwa orang-orang dengan TST tinggi memiliki kadar kolesterol total yang lebih tinggi (0,11 mmol / l per jam TST, tingkat kepercayaan 95% (CI): 0,03-0,18). R2 dari model keseluruhan, yaitu hubungan linier antara TST actigraphic dan kolesterol total dengan penyesuaian untuk usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, perilaku merokok, gejala depresi, dan gagal jantung, adalah 0,12. R 2 dari model dengan hanya TST actigraphic sebagai variabel independen adalah 0,02. TST juga berkaitan dengan rasio yang lebih tinggi, yaitu kurang menguntungkan, total / HDL (=0,12; 95% CI, 0,02-0,22). R2 dari model ini adalah 0,09, dari model disesuaikan 0,00.

d. Hubungan Durasi Tidur dan Tingkat Kolesterol Hasil analisis parameter tidur, dilakukan pada 714 peserta dengan tanggapan yang valid pada kedua PPD dan TIB. Ada hubungan linear antara kedua TST dilaporkan dan HDL-kolesterol ( = -0,04; 95% CI, 0,06 sampai -0,02; p=0,001), dan antara yang dilaporkan TST dan rasio

total / HDL ( = 0,09, 95% CI, 0,02-0,16, p=0,01). Hubungan antara TIB dan HDL-kolesterol juga signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa TST terkait dengan tingkat HDL-kolesterol dan rasio total / HDL yang lebih tinggi, yang sejalan dengan hasil dari data actigraphic. Namun, berbeda dengan hasil dengan TST actigraphic, tidak ada hubungan antara dilaporkan sendiri TST atau TIB dan tingkat kolesterol total. Kecuali untuk hubungan antara TST dan tingkat kolesterol HDL, semua hubungan yang kuat dengan data actigraphic dibandingkan dengan laporan dari data.

5. Pembahasan Dalam studi cross-sectional dari 768 masyarakat yang tinggal pada lansia, yang tidak menggunakan obat penurun kolesterol, durasi tidur yang lebih lama dibandingkan dengan tingkat kolesterol total dan kadar lipid yang lebih tinggi. Harus dicatat bahwa varians dijelaskan dari model regresi yang sederhana. Durasi tidur lebih lama adalah sangat terkait dengan waktu yang lebih lama di tempat tidur, penggunaan actigraphy memungkinkan perbedaan antara waktu di tempat tidur dan durasi tidur. Analisis kami menunjukkan bahwa hubungan antara durasi tidur dan kolesterol didorong oleh hubungan yang kuat antara waktu yang lebih lama di tempat tidur dan kadar kolesterol total yang lebih tinggi pada kelompok usia termuda < 65 tahun. Namun, pada

orang berusia 70 atau lebih, hubungan antara durasi tidur dan kolesterol tampaknya dijelaskan oleh gangguan tidur yang berhubungan dengan tingkat kolesterol total yang lebih rendah. Pada kelompok usia termuda orang berusia 59 sampai 64, baik PPD dan TIB dikaitkan dengan kolesterol total yang lebih tinggi, kolesterol HDL rendah, dan karena itu dengan rasio total / HDL yang lebih tinggi. Ini tidak terjadi pada orang berusia 65 tahun. Tampaknya, dalam karakteristik usia yang lebih muda, durasi tidur lebih lama berhubungan dengan profil lipid yang lebih tinggi. Dalam kelompok peserta di atas usia 70, orang-orang dengan fragmentasi tidur tinggi memiliki menurunkan kadar kolesterol total, sedangkan fragmentasi tidur tidak terkait dengan salah satu langkah kolesterol lain dalam kelompok usia lainnya.

C. Kritik Jurnal 1. Substansi Kelebihan Jurnal sangat berkontribusi dalam bidang keperawatan geriatrik terutama untuk menambah pengetahuan dalam penanganan lansia yang memiliki riwayat kolesterol supaya lebih menjaga kualitas tidurnya. Kekurangan Untuk mendapatkan parameter tidur secara obyektif, peneliti menggunakan model Actiwatch AW4 (Cambridge Neurotechnology Ltd), sebuah actigraph yang bisa dipakai seperti jam tangan dan dilengkapi dengan tombol penanda tidur. Alat ini yang akan menjadi kendala karena jumlah yang terbatas dan tidak semua instansi memiliki. 2. Teori Kelebihan Didalam setiap pembahasan peneliti menyertakan teori-teori yang mendukung sehingga memudahkan pembaca untuk menangkap semua hasil yang didapatkan. dijelaskan juga factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kolesterol yang diakibatkan oleh kualitas tidur. Kekurangan Ada beberapa teori yang kurang dalam jurnal ini seperti penjelasan tentang kualitas tidur, factor yang mempengaruhi kualitas tidur, patofisiologi kolesterol, penyebabnya yang sangat dibutuhkan oleh pembaca untuk pengetahuan tambahan.

3. Metodologi Kelebihan Metode penelitian yang digunakan sudah tepat yaitu cross-sectional dengan analisis regresi. Data yang ada dianalisis kembali dengan kriteria eksklusi untuk lebih mengeksplorasi hubungan yang bermakna. Semua analisis dilakukan dengan SPSS versi 11.0 (SPSS Inc, Chicago, IL). Parameter yang digunakan juga sudah sangat bagus yaitu untuk pengukuran tingkat kolesterol sampel diambil dengan prosedur enzimatik otomatis dalam sampel darah puasa yang dilakukan di pusat penelitian. Sedangkan untuk parameter tidur secara obyektif, peneliti menggunakan model Actiwatch AW4 (Cambridge Neurotechnology Ltd). Kekurangan 4. Interprestasi Kelebihan Penyajian data sudah disertakan tabel dan keterangannya. Tabel yang dibuat secara terpisah dari masing-masing variabel lebih memudahkan kita dalam mengetahui hasil penelitian. Kekurangan Penyampaian data masih kurang lengkat, tidak dijelaskan tahun dan tempat dimana penelitian dilakukan. Dan penyampaian data masih kurang dapat dipahami.

5. Etika Kelebihan Dalam jurnal ini responden yang diteliti dirahasiakan. Setelah dapat persetujuan resmi maka peneliti akan melibatkan peserta dalam proses penelitian, tetapi peneliti sangat menghormati dan tidak memaksa responden yang tidak bersedia. Kekurangan _ 6. Gaya penulisan Kelebihan Dalam jurnal ini gaya penulisan sudah baik, terdapat keterangan tabel dan penjelasan dari masing-masing tabelnya, penampilan jurnal juga rapi. Lengkap dari abstrak sampai daftar pustaka. Kekurangan Peneliti tidak mencantumkan nama pengarang yang diambil pada teori-teori yang digunakan dalam penbahasan jurnalnya. Hanya mencantumkan nomor referensi yang sudah diurutkan dalam daftar pustaka saja. Hal ini lebih menyulitkan pembaca untuk mengetahui teori yang digunakan itu dari siapa.

D. Critical Thinking Durasi tidur yang lebih lama sangat berkaitan dengan total kadar kolesterol yang lebih tinggi dan rasio total / kolesterol HDL yang lebih tinggi pula. Hal ini disebabkan karena bila tidur lebih lama maka aktifitas fisik menjadi kurang. Aktifitas fisik yang kurang dapat menyebabkan peningkatan kolesterol. Karena olahraga dan aktifitas fisik juga dapat memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar kolesterol total, LDL kolesterol dan trigliserida. Bahkan yang paling baik adalah dapat memperbaiki HDL, yaitu suatu jenis kolesterol yang kadarnya sulit untuk dinaikkan. Di samping itu berbagai faktor risiko seperti hipertensi, obesitas dan diabetes mellitus dapat diturunkan dengan menjalankan olahraga yang tepat takaran, durasi dan frekwensinya (Almatsier, 2002). Dua mekanisme yang terpisah, waktu yang lebih lama di tempat tidur dan gangguan tidur, tampaknya menjelaskan asosiasi dalam kategori usia yang berbeda. Hubungan yang kuat antara waktu yang lebih lama di tempat tidur dan kadar kolesterol total yang lebih tinggi pada kelompok usia termuda < 65 tahun. Pada usia tersebut fungsi metabolisme masih belum mengalami penurunan secara berarti karena usia 55 64 tahun termasuk kelompok lansia dini yaitu merupakan kelompok yang baru memasuki lansia (Depkes dikutip dari Azis,1994). Sehingga membutuhkan aktufitas fisik yang cukup untuk menjaga metabolisme tubuh khususnya untuk menyetabilkan kadar kolesterol. Karena sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa aktifitas fisik yang kurang dapat menyebabkan peningkatan kolesterol. Namun, pada orang berusia 70 atau lebih, hubungan antara durasi tidur dan kolesterol tampaknya dijelaskan oleh gangguan tidur yang berhubungan dengan tingkat kolesterol total yang lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh

menurunnya metabolisme dalam tubuh. Karena pada usia 70 tahun termasuk kelompok lansia dengan resiko tinggi (Depkes dikutip dari Azis,1994). Sehingga meskipun waktu tidurnya lama atau aktifitas fisik yang kurang tidak begitu mempengaruhi peningkatan kadar kolesterol. Kadar kolesterol total yang rendah pada lansia dapat juga dipengaruhi oleh beberapa factor misalnya : insomnia, gangguan gerakan tungkai periodik, nokturia, nyeri, sakit, kebisingan lingkungan, atau mitra tidur mendengkur. Beberapa penyebab terutama penyakit, mungkin menjadi dasar umum untuk hubungan durasi tidur yang panjang dengan rendahnya tingkat kolesterol total. Kadar kolesterol yang rendah juga dapat menjadi penanda kesehatan yang buruk pada lansia.

Você também pode gostar