Você está na página 1de 4

4. Fisiologi organ terkait pengaturan asam-basa. A. Pengaturan asam-basa oleh paru-paru. Ekspirasi metabolik.

. CO2 dibentuk terus menerus dalam tubuh melalui proses metabolisme intraseluler berdifusi kedalam cairan intertisisal dan darah aliran darah mentransfer CO2 ke paru-paru ditransfer ke atmosfir melalui ventilasi paru-paru. Bila kecepatan pembentukan CO2 meningkat, maka pCO2 pada CES juga meningkat pH menurun. Bila kecepatan pembentukan CO2 menurun, maka pCO2 pada CES akan menurun pH meningkat. Peningkatan ventilasi alveolus menurunkan konsentrasi ion hidrogen CES dan meningkatkan pH. Bila pembentukan CO2 metabolik tetap konstan factor lain yang mempengaruhi pCO2 adalah kecepatan ventilasi. Bila ventilasi alveolus meningkat pCO2 menurun. Bila ventilasi alveolus menurun pCO2 meningkat. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen merangsang ventilasi alveolus. Bila konsentrasi ion hidrogen meningkat diatas normal, system pernapasan dirangsang dan ventilasi alveolus meningkat menurunkan pCO2 CES dan mengurangi konsentrasi ion H+ kembali normal (pH meningkat) Bila konsentrasi ion H+ menurun dibawah normal, pusat pernapasan menjadi tertekan dan ventilasi alveolus menurun meningkatkan konsentrasi ion H+ kembali menuju normal (pH menurun). CO2 paru-paru mengimbangi pembentukan CO2

B. Pengaturan asam-basa oleh ginjal. Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan menyesuaikan 3 faktor yang saling berkaitan : Ekskresi ion hidrogen. Ginjal berfungsi untuk mengeliminasi H+ yang berasal dari asam yang tidak menguap seperti asam sulfat, fosfat, laktat dan asam lain yang terletak di ginjal. Hampir semua hidrogen yang diekskresikan memasuki urin melalui sekresi. Ginjal tidak dapat meningkatkan konsentrasi hidrogen plasma dengan mereabsorpsi H+ yang sudah difiltrasi karena tidak terdapat mekanisme reabsorpsi untuk H+. a. b. tubulus. c. tubulus. a. plasma. b. Penambahan HCO3 baru ke dalam plasma. Ekskesi bikarbonat. Ginjal mengatur konsentrasi HCO3 plasma melalui dua mekanisme yang saling berkaitan : Reabsorpsi HCO3

Proses sekresi H+ berawal di sel-sel tubulus dengan CO2 yang dating dari tiga sumber : CO2 yang berdifusi kedalam sel tubulus dari plasma. CO2 yang berdifusi kedalam sel tubulus dari cairan CO2 yang diproduksi secara metabolis didalam sel

yang difiltrasi kembali ke

a.

Apabila konsentrasi H+ plasma meningkat diatas normal selama asidosis, ginjal melakukan kompensasi dengan : Peningkatan sekresi dan ekskresi H+ di urin, sehingga kelebihan H+ dapat dieliminasi dan konsentrasi H+ di plasma menurun. b. Mereabsorpsi semua HCO3 yang difiltrasi, disertai penambahan HCO3 plasma meningkat.

baru ke plasma konsentrasi HCO3

dengan : a. b.

Jika selama alkalosis, ginjal melakukan kompensasi Penurunan sekresi dan ekskresi H+ di urin, sehingga terjadi penghematan H+ dan konsentrasi H+ plasma meningkat. Reabsorpsi tidak menyeluruh HCO3 , yang difiltrasi dan peningkatan ekskresi HCO3 konsentrasi HCO3 plasma menurun.

Menghilangkan

Peningkatan [H+] plasma (atau peningkatan [CO2] plasma)

Menyangga

Peningkatan sekresi H+

Peningkatan konservasi HCO3-

Peningkatan ekskresi H+

Penurunan ekskresi HCO3-

Penurunan [H+] plasma Sekresi amonia.

Peningkatan [HCO3-] plasma

Bikarbonat tidak dapat menyangga H+ urin seperti yang dilakukannya di CES, karena HCO3- tidak diekskresikan di urin secara simultan dengan H+.

a. b. tubulus. jenuh.

Ada dua penyangga urin yang penting : Penyangga fosfat (yang difiltrasi. Amonia yang disekresi. Dalam keadaan normal, H+ yang disekresikan pertamatama disangga oleh sitem penyangga fosfat, yang berada dicairan Jika terjadi asidosis, sel-sel tubulus mensekresikan NH 3 kedalam cairan tubulus setelah penyangga fosfat urin menjadi Keberadaan NH3 memungkinkan ginjal terus

mensekresikan tambahan ion H+ : NH3 + H+ NH4 (amonium) tubulus. tubulus. Kecepatan sekresi NH3 dikontrol oleh efek langsung jumlah kelebihan H+ yang akan diangkut di urin pada sel-sel NH3 disintesis dari asam amino glutamin didalam sel-sel

Você também pode gostar