Você está na página 1de 16

TUGAS ANAK ANEMIA

Disusun oleh : KELOMPOK 2 Semester Ganjil No. Nama Kelompok : 1. Endang Dwi Wulan 2. Oscar Disty Putra 3. Dwi Nifsiatul Afrida 4. Fenty Sulistyo Ertanti 5. Junaidi 6. Debi Setiyawan 7. Bram Ray L.D 8. Bakhrul Ilmi 9. Muhammad Lazuardi 10. Ulfah Rabiatunnisa NPM 08. 70. 009 08. 70. 071 08. 70. 107 08. 70. 109 08. 70. 155 08. 70. 183 08. 70. 237 08. 70. 275 08. 70. 279 08. 70. 304

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA Tahun Akademik 2011/2012

Daftar Isi
Daftar isi ...................................................................................................................... i ............................................................................................................ ii Kata Pengantar I . Pendahuluan A. Latar Belakang 1 II . Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi 2.2. Etiologi ... 2 . 2

2.3. Ptofisiologi 2 2.4. Anamnesis ... 3

2.5. Pemeriksaan Fisik . 3 2.6. Pemeriksaan Laboratorium .. 4 2.7. Pemeriksaan Penunjang .. 4

2.8. Indikasi rawat Inap .. 5 2.9. Diagnosis .. 5 2.10. Diagnosa Bandin .. 6

2.11. Penatalaksanaan .... 7 2.12. Evaluasi .. 8 2.13. Pencegahan 9 2.14. Prognosis .. 9

III. Penutup Kesimpulan VI. 10

Daftar Pustaka ..... 11

Kata Pengantar
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyakit Anak pada remedial cource. Serta membantu kami dalam memahami pembahasan mengenai gejala, evaluasi dan penatalaksanaan anemia defisiensi Fe. Sehingga akan dapat dilakukan penanganan yang paling tepat bagi kesembuhan pasien. Untuk itu sebagai seorang dokter harusnya mempunyai wawasan yang luas serta ketrampilan yang baik. Sehingga pelayanan yang akan diberikan pun merupakan pelayanan terbaik yang diterima oleh pasien. Didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saya menerima berbagai kritik dan saran dari para pembaca demi tercapai hasil yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Saya ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Surabaya, 27 Februari 2012

Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi (Fe) yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Defisiensi besi merupakan penyebab terbanyak dari anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30 % dari populasi dunia mengalami anemia akibat defisiensi besi. Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk eritrosit normal serta mengandung Hemoglobin dalam jumlah normal (MCV dan MCHC normal atau normal rendah), contohnya pada kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal. Anemia makrosistik normokrom, makrositik berarti ukuran eritrosit lebih besar dari normal dan normokrom berarti konsentrasi Hb normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi besi dan/atau asam folat. Anemia mikrositik hipokrom, mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung jumlah Hb kurang (MCV dan MCHC kurang), seperti pada anemia defisensi besi, keadaan sideroblastik, kehilangan darah kronik, dan pada talesemia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi : Anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.

2.2. ETIOLOGI
Terjadinya anemia defisiensi besi dangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diit yang mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang. Kebutuhan besi dapat disebabkan :
1.

Kebutuhan yang meningkat fisiologis : Pertumbuhan dan menstruasi Malabsorsi besi

2. Kurangnya zat besi yang diserap : Masukan zat besi dari makanan yang tidak adekuat dan

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Perdarahan Kehamilan Transfusi feto-maternal Hemoglobinuria Iatrogenic blood loss Idiopathic pulmonary hemosiderosis Latihan yang berlebihan

2.3.PATOFISIOLOGI Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb).Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb.Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit daripada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik. Anemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe yang berlangsung
lama. Bila keseimbangan besi ini menetap akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang.

2.4. ANAMNESIS : Gejala Anemia : Pusing , mudah kunang-kunang, lesu , aktivitas kurang , rasa mengantuk, sukar konsentrasi, cepat lelah, prestasi kerja/ fisik menurun. Kemungkinan komplikasi : tanda - tanda jantung Faktor resiko : Perdarahan waktu hamil, defisiensi Fe, asam folat, gangguan resorbsi, riwayat keluarga, infeksi, racun, obat, gejala keganasan. Gejala gejala khas masing masing anemia Perdarahan berulang atau kronik besi Ikterus , urin bewarna kuning tua/ coklat, perut merongkol, membuncit hemolitik Mudah infeksi anemia aplastik, anemia karena keganasan anemia anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi

2.5. PEMERIKSAAN FISIK

o Tanda tanda umum anemia

pucat, takikardi, pulsus celer, suara pembuluh darah

spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung o Manifestasi dari komplikasi o Manifestasi khusus pada anemia Defisiensi besi : spoon nail, glositis Defisiensi vit B12 : paresis, ulkus di tungkai Tanda tanda PEM & def. nutrisi lain Hemolitik : ikterus, splenomegali Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi gagal jantung, gangguan tumbang

o Penyakit primer yang menjadi penyebab : keganasan, tanda-tanda gagal ginjal, tanda hipotiroidisme

2.6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM o Kadar Hb atau Hct di bawah normal o Kelainan lab sederhana : ADB : mikrositosis, hipokromia, anulosit, pencil cell Anemia defisiensi folat/vit B12 : makro/megalotosis, granulosit berukuran besar , hipersegmentasi Anemia Hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek, (dan total ) naik, urobilirubinuria

Anemia aplastik : pansitopenia, sel patologik di darah tepi

o Kelainan lab khusus : ADB : SI menurun, kapasitas ikat besi laten meningkat, saturasi tranferin menurun, ferritin serum menurun, depot besi jangan menurun.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pada penderita anemia defisiensi Fe dapat ditemukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : 1. Hapusan darah tepi Gambaran morfologi darah tepi akan ditemukan keadaan hipokrom,

mikrositer, anisositosis, poikilositosis. 2. Leukosit : jumlahnya normal, pada anemia defisiensi Fe yang kronis dapat ditemukan granulositopenia ringan 3. Trombosit : meningkat 2 - 4 kali dari nilai normal 4. Hapusan sumsum tulang : hiperplasia sistem eritropoietik dan berkurangnya hemosiderin. 5. MCV, MCH, MCHC menurun 6. Kadar Fe serum 7. TIBC meningkat ( > 410 ug/dl) 8. Free Erythrocyte Protoporphyrin (FEP) > 100 ug/dl eritrosit 9. Kadar feritin : meningkat 10. Saturasi transferin

2.8. INDIKASI RAWAT INAP o Keluhan utama jelek, gagal jantung (mengancam), perdarahan

o Anemia berat : Hb<7 g% o Ada tanda tanda keganasan atau penyakit lain dengan indikasi perawatan o Diagnosis belum jelas, etiologi belum ditemukan o Perlu pemeriksaan dengan persiapan dengan persiapan khusus

Nilai normal MCV : 80-96 Fl Anemia mikrositik Anemia Normositik Anemia Makrositik MCV < 80Fl MCV 80-96 Fl MCV > 96 Fl

Nilai normal MCHC : 35% (33-38%) Anemia hipokromik Anemia normokromik MCHC < 35% MCHC > 35%

2.9. DIAGNOSIS
Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan suatu anemia defisiensi Fe : 1. Menurut WHO Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata <> Kadar Fe serum <> Saturasi transferin , 15 % (N : 20-50 %)

2. Menurut Cook dan Monsen Anemia hipokrom mikrositer Saturasi transferin <> Nilai FEP > 100 ug/dl eritrosit Kadar feritin serum <> Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria harus dipenuhi. 3. Menurut Lankowsky Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang dikonfirmasi dengan kadar MCV, MCH, dan MCHC yang menurun FEP meningkat Feritin serum menurun Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST <> Respon terhadap pemberian preparat besi o Retikulositosis mencapai puncak pada hari ke 5-10 setelah pemberian besi. o Kada Hb meningkat 0,25-0,4 g/dl atau PCV meningkat 1 %/hari Sumsum tulang o Tertundanya maturasi sitoplasma o Pada pewaranaan tidak ditemukan besi

2.10. DIAGNOSIS BANDING

Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya, seperti : 1. Thalasemia (khususnya thallasemia minor) :

Hb A2 meningkat Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.

2. Anemia kaena infeksi menahun :

Biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik. Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.

3. Keracunan timah hitam (Pb) :


Terdapat gejala lain keracunan P. Terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang.1 Anemia sideroblastik :

2.11. PENATALAKSANAAN Prinsip penatalaksanaan anemia defisiensi besi adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta memberi terapi penggantian dengan preparat besi. Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral. 1. Terapi Oral Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat, fumarat, dan suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kg/hari besi elemental diberikan dalam 2-3 dosis. Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi ini akan menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Efek samping yang dapat terjadi adalah iritasi gastrointestinal, yang dapat menyebabkan rasa terbakar, nausea dan diare. Oleh karena itu pemberian besi bisa saat makan

atau segera setelah makan, meskipun akan mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%. Preparat besi harus terus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi. 2. Terapi parental Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Kemampuan untuk meningkatkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Indikasi parenteral: Tidak dapat mentoleransi Fe oral Kehilangan Fe (darah) yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi dengan Fe oral. Gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan pemberian Fe oral (colitis ulserativa). Tidak dapat mengabsorpsi Fe melalui traktus gastrointestinal

Tidak dapat mempertahankan keseimbangan Fe pada hemodialisa Preparat yang sering diberikan adalah dekstran besi, larutan ini mengandung 50 mg besi/ml. Dosis dihitung berdasarkan : Dosis besi (mg)=BB(kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5 3. Terapi Transfusi Transfusi sel-sel darah merah atau darah lengkap, jarang diperlukan dalam penanganan anemia defisiensi Fe, kecuali bila terdapat pula perdarahan, anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Secara umum untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb <>

2.12. EVALUASI Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah : 1) 2) 3) 4) 5) Infeksi tidak terjadi. Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. Peningkatan perfusi jaringan. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

2.13.PENCEGAHAN Beberapa tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada awal kehidupan adalah sebagai berikut :
Meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun. Memberi bayi makanan yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat

(jus buah).
Memberi suplemen Fe pada bayi kurang bulan. Pemakaian PASI yang mengandung besi.

2.14. PROGNOSIS Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

ANEMIA didefinisikan sebagai penurunan volume/jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar Hemoglobin sampai dibawah rent Untuk penangan anemia diadasarkan dari penyakit yang menyebabkannya ang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL). Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah, gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa mulut dan konjungtiva). Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian : 1. Anemia defisiensi 2. Anemia aplastik 3. Anemia hemoragik 4. Anemia hemolitik

Anemia defisiensi dibedakan menjadi : 1. mikrositik hipokrom : defisiensi besi

2. makrositik normokrom : defisiensi asam folat dsn vitamin B12 3. anemia dimorfik

Anemia hemolitik dibedakan menjadi : 1. gangguan intakorpuskuler : kelainan struktur dinding eritrosit, defisiensi enzim, hemoglobinopatia 2. gangguan ektrakorpuskuler

Anemia post hemoragik bisa karena : 1. kehilangan darah mendadak 2. kehilangan darah menahun

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

1.

Raspati H., Reniarti L., Susanah S. Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak. Anemia. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005

2.

2. Sylvia A.P. PatofisiologiSel Darah Merah. Edisi 4. EGC;1994

3.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1 . Percetakan Info Medika. Jakarta. 2002

Você também pode gostar