Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Thomas Willis pertama kali menggambarkan seorang pasien dengan MG pada tahun 1672. Dijelaskan ada banyak kasus jarang lainnya selama tahun tersebut dan pada tahun 1900, Campbell dan Bramwell mengumpulkan 60 kasus MG dari kepustakaan. Penyebab dari penyakit Myasthenia Gravis ini masih merupakan misteri, sampai pada tahun 1960 ketika Simpson mengemukakan bahwa Myasthenia Gravis disebabkan oleh antibody yg melawan reseptor asetilkolin. Pada tahun 1973 Patrick dan Lindstrom mengemukakan bahwa MG adalah murni autoimun, dengan memperlihatkan bahwa kelinci yang diimunisasi dengan torpedo reseptor asetilkolin menjadi mengalami Myasthenia. Jolly (1895) adalah yang pertama kali menggunakan nama Myasthenia Gravis, dimana ia menambahkan istilah pseudoparalitika untuk menunjukkan kekurangan dari perubahan struktur pada autopsi. Adalah Jolly juga yang semula mendemonstrasikan bahwa kelemahan Myasthenia dapat ditimbulkan kembali dengan stimulasi paradis yang berulangkali dari syaraf motor yang bersangkut paut dan bahwa kelelahan otot akan masih membalas kepada stimulasi galvanis. Dengan menarik, ia menganjurkan penggunaan dari physostigmin sebagai bentuk pengobatan, tetapi obat itu diberhentikan sampai Reman (1932) dan Walker (1934) mendemonstrasikan nilai pengobatan dari obat tersebut. Campbell dan Bramwell (1900) dan Oppenheim (1901) masing-masing menganalisa lebih dari 60 kasus dan merealisasikan konsep klinis dari penyakit. Hubungan antara Myastenia Gravis dan tumor kelenjar tymus pertama kali dicatat oleh Laquer dan Weigert pada tahun 1901, dan pada tahun 1949 Castleman dan Norris menggambarkan secara terperinci perubahan patologis lain di dalam kelenjar. Pada tahun 1905 Buzzard mengumumkan seluk beluk analisa klinikopathologis dari penyakit, ia berkomentar atas dua hal yaitu kelainan pada thymis dan penyusupan dari lymphositis (disebut lymphorrhages) dalam otot. Ia mendalilkan bahwa sebuah agen beracun menyebabkan kelemahan otot, lymphorrhages, dan luka thymis. Ia juga mengomentari hubungan dekat dari Myasthenia Gravis dengan penyakit Graves dan penyakit Addison, yang juga sekarang betul-betul dipertimbangkan memiliki dasar autoimun. Pada tahun 1960, Simpson, Nastuk dan teman-teman sekerjanya berteori bahwa mekanisme autoimun pasti berlaku dalam Myasthenia Gravis. Akhirnya pada tahun 1973, sifat dasar autoimun dari Mysthenia Gravis diteguhkan melalui serangkaian penelitian oleh Patrick dan Lindstrom, Fambrough, Lennon, and Engel dan teman-teman sekerja mereka.
Sumber :
Principles of Neurology, Raymon D. Adams, Murice Victor dan Allan H. Ropper Yale Neuromuscular MDA/ALS Program. Myasthenia Gravis (www.myasthenia.org, 2001)
thymus. Umumnya tumor ini jinak, tapi bisa menjadi berbahaya. Hubungan antara kelenjar thymus dan Myasthenia Gravis masih belum sepenuhnya dimengerti. Para ilmuwan percaya bahwa kelenjar thymus mungkin memberikan instruksi yang salah mengenai produksi antibodi reseptor asetilkolin sehingga malah menyerang transmisi neuromuskular. Sumber :
MGFA, Inc. Facts About Autoimmune Myasthenia Gravis for Patients & Families (www.myasthenia.org, 2001) Office of Communications and Public Liaison National Institute of Neurological Disorders and Stroke National Institute of Health Bethesd a, Maryland.Loc.cit.
dicapai dalam waktu 1 tahun pada 55 % dari kasus, dan dalam 5 tahun pada 85 % dari kasus. Aspek yang paling berbahaya dari Myasthenia Gravis disebut Myasthenia Krisis, yang memungkinkan diperlukannya ventilator pada beberapa kasus.
dari 5 menit. Test ini dapat dikombinasikan dengan pemeriksaan EMG. Test Tensilon sering digunakan untuk mendiagnosa MG. Enzim asetilkolineterase membongkar asetilkolin (ACh) setelah otot dirangsang, mencegah perpanjangan respon otot ke impul syaraf tunggal. Edrophonium chloride (Tensilon) adalah obat yang secara berkala merintangi aksi dari asetilkolineterase. Pada MG, ada sedikit penerima asetilkolin (AChR) pada otot dan asetilkoline dihancurkan sebelum bisa secara penuh menstimulasi otot, sehingga menghasilkan kelemahan otot. Dengan merintangi aksi dari asetilkolineterase, tensilon memperpanjang stimulasi otot dan secara berkala memperbaiki kekuatan. Pada test ini, tensilon diberikan melalui pembuluh darah (ke dalam urat darah halus) dan respon otot akan dievaluasi. Test Tensilon paling efektif ketika dapat dengan mudah terlihat kelemahan, dan sedikit kurang berguna untuk yang samar-samar atau keluhan yang turun naik. Efek samping dari test ini adalah secara temporer membuat irama jantung menjadi abnormal, seperti irama jantung yang lebih cepat (atrial fibrilasi) dan irama jantung yang lambat (bradicardia). Test Single Fiber Electromyography (EMG) Serabut otot dirangsang dengan impul elektrik, bisa juga mendeteksi gangguan syaraf ke transmisi otot. EMG mengukur potensi elektrik dari sel-sel otot. Serat-serat otot pada MG dan juga pada penyakit neuromuskular lainnya, tidak memberi respon yang baik pada rangsangan elektrik yang berulang-ulang dibanding dengan otot-otot pada individu yang normal. Test ini memiliki kesensitifan hingga 95 % secara sistem dan 84 % pada MG ocular, membuat test ini menjadi yang paling sensitif untuk penyakit ini. Test Darah Test darah dilakukan untuk menentukan tingkatan serum dari beberapa antibodi (seperti, AChRpengikat antibodi, AChR-modulasi antibodi, antitriasional antibodi). Tingkat yang tinggi dari antibodi-antibodi ini dapat mengindikasikan MG. 80 % dari semua pasien dengan MG memiliki peningkatan serum antibodi yang tidak normal. Tapi hasil test yang positif, mungkin kurang disukai oleh pasien dengan MG ocular murni. Peluang untuk menerima hasil test positif yang salah dari laboratorium yang ternama adalah kecil, akan tetapi garis batas test-test harus diulang-ulang. Computed Tomography Scan (CT Scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) Digunakan untuk mengidentifikasi kelenjar thymus yang tidak normal atau keberadaan dari thymoma. Pulmory Function Test (Test Fungsi Paru-Paru) Test mengukur kekuatan pernafasan untuk memprediksikan apakah pernafasan akan gagal dan membawa kepada krisis Myasthenia. Sumber :
4.
5.
6.
7.
Keesey, John. C dan Sonshine, Rena. A Practical Guide to Myasthenia Gravis (www.myasthenia.org, 2001) Adams, Raymon D; Victor, Maurice dan Ropper, Allan H. Op.cit.p.1470 Harsono. Op.cit.hlm.299-300 Yale Neuromuscular MDA/ALS Program.Loc.cit Office of Communications and Public Liaison National Institute of Neurological Disorders and Stroke National Institute of Health Bethesda, Maryland.Loc.cit.
Golongan I = Gejala-gejalanya hanya terdapatpada otot-otot ocular Golongan II A = Myasthenia Gravis umum ringan Golongan II B = Myasthenia Gravis umum berat Golongan III = Myasthenia Gravis akut yang berat, yang juga mengenai otot-otot pernafasan Golongan IV = Myasthenia Gravis kronik yang berat
Obat-obatan
A. Anticholinesterase Anticholinesterase (contohnya mestinon) memperkenankan asetilkolin untuk tinggal pada persimpangan neuromuskular lebih lama dari biasanya sehingga dengan begitu, lebih banyak tempat penerima yang bisa diaktifkan. Neostigmin dapat menginaktifkan atau menghancurkan kolinesterase sehingga asetilkolin tak segera dihancurkan. Akibatnya, aktivitas otot dapat dipulihkan mendekati normal, sedikitnya 80-90 % dari kekuatan dan daya tahan semula. Selain neostigmin (Prostigmin), dapat juga digunakan piridostigmin (Mestinon) dan ambenonium klorida (Mytelase), yang merupakan obat-obat analog sintetik lain dari fisostigmin (Eserine). Obat-obat ini tidak melakukan apapun untuk menyembuhkan MG, tapi obat-obatan ini dapat memberikan pertolongan sementara untuk menolong pasien menjadi lebih baik. Beberapa otot mungkin membaik untuk beberapa jam ketika yang lainnya mungkin tidak merespon atau bahkan bertambah lemah dengan obat-obatan ini.
B. Corticosteroid dan Immunosuppressant Kortikosteroid (contohnya prednisone) dan immunosupresan (contohnya imuran) bisa digunakan untuk menekan reaksi tidak normal dari sistem imun yang terjadi pada MG. Di antara preparat steroid, prednisone paling sesuai untuk Myasthenia Gravis, dan diberikan sekali sehari selang-seling untuk menghindari efek samping. Pada kasus yang berat, prednisone dapat diberikan dengan dosis awal yang tinggi, setiap hari, dengan memperhatikan efek samping yang mungkin ada. Hal ini untuk dapat segera memperoleh perbaikan klinis. Disarankan agar diberi tambahan preparat kalium. Apabila sudah ada perbaikan klinis, maka dosis diturunkan secara perlahan-lahan (5 mg/bulan) dengan tujuan memperoleh dosis minimal yang efektif. Perubahan pemberian prednisone secara mendadak harus dihindari.
C. Immunoglobulin Immunoglobulin (IVIg) dimasukkan ke dalam pembuluh darah terkadang digunakan juga untuk mempengaruhi fungsi atau produksi dari antibodi yang tidak normal. Penggunaan immunoglobulin melalui pembuluh darah, sama dengan pertukaran plasma, yakni untuk menghasilkan perbaikan yang lebih cepat untuk menolong pasien melalui periode sulit dari kelemahan Myasthenia atau sebelum menjalani pembedahan. Pengobatan ini memiliki keuntungan yaitu tidak memerlukan peralatan khusus untuk jalan masuk ke pembuluh darah. Dosis yang umum adalah 400 mg/kg per hari untuk 5 hari berturut-turut (total dosis = 2 g/kg). Perbaikan terjadi pada sekitar 70 % dari pasien, dimulai sekitar 4 sampai 5 hari setelah pengobatan dan dilanjutkan beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pengobatan ini tidak memiliki pengaruh yang konsisten pada nilai atau kadar sirkulasi antibodi AChR.
C. Plasmapheresis
Plasmapheresis atau pertukaran plasma mungkin juga berguna pada pengobatan MG. Cara ini memindahkan atau mengangkat antibodi tidak normal dari plasma darah. Kemajuan pada kekuatan otot mungkin terlihat jelas tetapi biasanya tidak bertahan lama karena produksi antibodi yang tidak normal masih terus berlanjut. Ketika plasmapheresis dilakukan, ini akan memerlukan pertukaran yang berulang-ulang. Pertukaran plasma mungkin khususnya berguna pada saat kelemahan MG yang sangat hebat atau sebelum menjalani pembedahan. Plasmapheresis (penarikan plasma) adalah sebuah pengobatan jangka pendek yang mahal, dimana beberapa liter dari darah diangkat dari pembuluh darah pasien, diolah dalam sebuah mesin, dan sel darah merah dikembalikan melalui pembuluh darah ke dalam plasma tiruan (albumin dan larutan garam). Plasmapheresis dilakukan berulang-ulang untuk 2 minggu ketika manfaat pengobatan jangka pendek sangat diperlukan bagi pasien, seperti ketika sedang mengalami krisis pernafasan atau sebelum menjalani pembedahan atau penyinaran. Beberapa pasien menjadi lebih kuat beberapa hari setelah menjalani proses ini, tapi manfaatnya hanya berlangsung beberapa minggu saja.
D. Thymectomy Thymectomy (pembedahan menghilangkan kelenjar thymus) adalah pengobatan lain yang digunakan pada sebagian pasien. Kelenjar thymus terletak di belakang tulang dada dan ini adalah bagian penting dari sistem imun. Ketika ada tumor pada kelenjar thymus (10-15 %), akan dilakukan pengangkatan dikarenakan resikonya yang berbahaya. Thymectomy seringkali mengurangi kehebatan dari kelemahan MG setelah beberapa bulan. Pada beberapa orang, kelemahan mungkin hilang sepenuhnya. Ini disebut masa remisi. Tingkat sampai dimana thymectomy bisa dikatakan menolong, adalah bervariasi pada setiap pasien. Dalam sebuah bukunya, Harrison mengatakan bahwa harus dibedakan antara pembedahan untuk menghilangkan thymoma, dengan thymectomy sebagai pengobatan bagi Myasthenia Gravis. Pembedahan untuk menghilangkan thymoma diperlukan karena adanya kemungkinan menyebarnya tumor lokal, walaupun banyak thymoma jinak. Dengan ketidak adaan tumor, fakta-fakta yang ada memperkirakan hingga 85 % pasien mengalami perbaikan setelah thymectomy, dan karena ini sekitar 35 % mencapai remisi bebas obat. Tetapi, perbaikan ini biasanya berjalan lambat hingga hitungan bulan atau tahun. Keuntungan dari thymectomy yaitu menawarkan manfaat jangka panjang, dalam beberapa kasus terjadi berkurangnya kebutuhan untuk meneruskan pengobatan medis. Dalam tinjauan dari potensi manfaat dan resiko, tidak berarti di tangan yang ahli, thymectomy memperoleh penerimaan yang cukup luas sebagai pengobatan bagi MG. Dengan kesepakatan bahwa thymectomy harus dilakukan pada pasien-pasien MG umum antara usia puber dan kurang dari 55 tahun, apakah thymectomy direkomendasikan untuk anak-anak dan orang dewasa diatas 55 tahun, dan apakah thymectomy juga perlu dilakukan pada pasien yang kelemahannya terbatas hanya pada mata saja, hal ini masih merupakan perkara yang diperdebatkan. Thymectomy harus dilakukan di rumah sakit yang sudah terbiasa melakukannya dan memiliki staf yang berpengalaman dalam proses sebelum dan sesudah pembedahan, pembiusan serta teknik pembedahan thymectomy.
Sumber :
Harrison. Priciple of Internal Medicine Fourteenth Edition (New York : McGraw-Hill, 1998), p 2472 Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine McCarty. Fisiologi Proses-Proses Penyakit (Clinical Concepts of Disease Processes) (Penerbit Buku Kedokteran EGC), p 1001-1002
MGFA, Inc. Facts About Autoimmune Myasthenia Gravis for Patients & Families (www.myasthenia.org, 2001) Harsono. Op.cit.hlm.297 & 301 Office of Communications and Public Liaison National Institute of Neurological Disorders and Stroke National Institute of Health Bethesda, Maryland.Loc.cit.