Você está na página 1de 11

TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN METODA ELEKTROLISA

Sodikin Mandala Putra Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya


Kampus Unsri Inderalaya Jl. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya OI SUMSEL, 30662Telp. 0711-580137, Fax. 0711-580137

ABSTRACT Acid mine drainage is the liquid wastes mining industry that are acidic andcontain various heavy metals that are harmful to the environment. This is an issue for the mine industry because it must first waste water to be discharged into theenvironment. The treatment process is certainly costly, while the results of suchprocessing is not financially profitable for the company. Thus it is necessary at the concept or method of effective acid mine drainage treatment that can bring benefits to the company and not only as a waste that must be processed and discharged into the environment, but also becomes something of value for and bring financial benefits for the company. Electrolysis method is one alternative solution that can be used to treat acid mine drainage in order to take advantage of acid mine drainage into a useful product.using the principle of electrolysis, the electrolysis can separate the heavy metalscontained in acid mine drainage to be in the form of deposits or precipitates which have a high purity, as well as sulfuric acid can be utilized for the chemical industry and can be marketed. a company that uses electrolysis in acid mine water treatment, namely PT.Freeport Indonesia, which has acid mine water treatment plant where on actual operating conditions capable of cathode copper produced weighing 23-25 kg with apurity level that produced> 99.99%. Electrolysis method developed is a theoretical idea to be based on studies in the literature to solve the problems of acid mine water treatment. Various data support the notion is derived from the literature review of research journals, scientific atikel, andvarious books on mining and the environment. Keywords: acid mine water, electrolysis INTISARI Air asam tambang merupakan limbah cair industri pertambangan yang bersifat asam dan mengandung berbagai logam berat yang berbahaya bagi lingkungan. Hal ini merupakan suatu permasalahan bagi industri pertambangan karena harus terlebih dahulu mengolah limbah tersebut untuk dapat dibuang ke lingkungan. Proses pengolahan ini tentunya membutuhkan biaya yang besar sedangkan hasil dari pengolahan tersebut tidak mendatangkan keuntungan secara finansial bagi perusahaan. Maka dari pada itu diperlukan konsep atau metoda pengolahan air asam tambang yang efektif yang dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dan tidak hanya sebagai limbah yang harus diolah dan dibuang ke lingkungan namun menjadi sesuatu yang bernilai guna dan mendatangkan keuntungan finansial bagi perusahaan. Metoda elektrolisa merupakan salah satu solusi alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah air asam tambang agar dapat memanfaatkan air asam tambang menjadi produk yang berdaya guna. Dengan menggunakan prinsip elektrolisis, elektrolisa dapat memisahkan logam berat yang terkandung dalam air asam tambang menjadi dalam bentuk endapan atau presipitat yang memiliki kemurnian tinggi, serta asam sulfat dapat dimanfaatkan untuk industri kimia dan dapat dipasarkan. Salah satu perusahaan yang menggunakan elektrolisa dalam pengolahan air asam tambang yaitu PT. Freeport Indonesia yang telah memiliki

instalasi pengolahan air asam tambang diamana pada kondisi operasi aktual katoda tembaga mampu dihasilkan seberat 23-25 kg dengan tingkat kemurnian yang dihasilkan > 99,99%. Metoda elektrolisa yang dikembangkan ini merupakan gagasan teoritis dengan didasarkan pada studi literatur untuk menyelesaikan permasalahan pada pengolahan air asam tambang. Berbagai macam data yang mendukung gagasan ini didapatkan dari telaah pustaka berupa jurnal penelitian, atikel ilmiah, dan berbagai buku mengenai pertambangan dan lingkungan. Kata Kunci : Air asam tambang, Elektrolisa 1. Latar Belakang Air asam tambang atau dikenal dalam bahasa inggris acid mine drainagemerupakan limbah cair industri pertambangan yang bersifat asam dan mengandung berbagai logam berat yang berbahaya bagi lingkungan. Air asam tambang terbentuk karena adanya kontak antara mineral sulfida dengan oksigen dan air yang menyebabkan terbentuknya reaksi kimia yang menghasilkan air asam dan air asam ini akan melarutkan logam-logam berat yang terkandung di batuan sekitar maupun dari alat-alat berat yang bersentuhan dengan air asam tersebut. Air asam tambang sangat berbahaya bagi lingkungan karena kondisi asamnya dan logam berat yang dimilikinya dapat merusak biota perairan yang ada di sungai, danau atau laut, serta dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit bagi manusia yang mengonsumsi air tersebut bahkan bisa menyebabkan keracunan yang berakhir pada kematian. Hal ini merupakan suatu permasalahan bagi industri pertambanganan karena harus terlebih dahulu mengolah limbah tersebut untuk dapat dibuang ke lingkungan. Proses pengolahan ini tentunya membutuhkan biaya yang besar sedangkan hasil dari pengolahan tersebut tidak mendatangkan keuntungan secara finansial untuk perusahaan. Pengolahan air asam tambang ini pun juga menjadi indicator responsibility perusahaan terhadap lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut berbagai metoda penanggulangan air asam tambang telah banyak digunakan di perusahaan-perusahaan tambang diantaranya penanggulangan secara aktif dan pasif serta pencegahan timbulnya air asam tambang. Namun penanggulangan ini hanya menitik beratkan bagaimana limbah yang tidak berguna tersebut dapat dibuang ke lingkungan dan tidak menghasilkan pencemaran. Selain itu penanggulangan tersebut membutuhkan biaya yang besar dan hasilnya pun bersifat sementara dan harus diolah secara terus menerus sampai berakhirnya kegiatan penambangan. Maka dari pada itu diperlukan metoda pengolahan air asam tambang yang efektif yang dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Metode elektrolisa dapat dijadikan solusi untuk mengolah air asam tambang yang mampu memisahkan logam berat yang terkandung dalam air asam tambang menjadi bentuk endapan yang dapat digunakan, serta asam sulfat yang dapat dimanfaatkan untuk industri-industri kimia. 2. Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage) Air asam tambang (Acid Mine Drainage) merupakan konsekuensi alami dari kegiatan pertambangan di mana penggalian deposit mineral (bijih logam atau batubara), di bawah lapisan air tanah, yang menyebabkan terpaparnya sulfur yang dapat bereaksi secara spontan dengan senyawa oksigen dan air. Perkembangan teknologi memungkinkan untuk dilakukan penambangan bijih tambang jauh di bawah lapisan air tanah. Ini merupakan sebuah masalah di mana air tanah tersebut akan mengalir di atas lapisan bijih yang terbuka dan bereaksi kimia dengan mineral sulfur yang akhirnya akan terbentuk larutan asam. Air asam tambang terbentuk karena adanya reaksi antara mineral sulfida, oksigen dan air. proses penambangan yang membuka lapisan tanah penutup suatu batuan yang mengandung mineral sulfida akan membuat mineral sulfida terpapar ke udara dan dengan mudahnya bereaksi dengan oksigen selain itu dengan adanya hujan atau air tanah yang mengalir pada lapisan batuan tersebut membuat okidasi mineral sulfida berjalan dengan baik

yang akhirnya akan menghasilkan air asam. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci proses terbentuknya air asam tambang dalam beberapa tahap yang saling berkaitan dan tahap ini didasari dengan reaksi pembentukan air asam tambang. a. Oksidasi mineral sulfida Bahan galian atau bijih yang ingin diambil dalam penambangan tentunya tidak terdapat di permukaan namun terdapat dibawah berberapa lapisan batuan bahkan bijih itu terdapat pada salah satu dari lapisan batuan tersebut. maka untuk mendapatkan bijih tersebut harus dilakukan pengupasan lapisan-lapisan tanah atau batuan yang ada diatasnya sehingga bijih atau bahan galian tersebut dapat diambil dengan mudah. Pengupasan ini membuat lapisan batuan yang umumnya mengandung mineral sulfida terpapar keudara sehingga mineral sulfida ini akan mengalami oksidasi karena adanya air dan oksigen. Mineral-mineral sulfida yang umum terdapat pada batuan diantaranya pirit (FeS2), pirotit (FeS), markasit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2) dan arsenopirit (FeAsS). Kandungan sulfur yang terdapat pada mineral tersebutlah yang akan dioksidasi oleh oksigen dan air. Reaksi yang berlangsung merupakan reaksi pelapukan dari mineral sulfida disertai proses oksidasi. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat dan besi fero dilepaskan. Dari reaksi ini dihasilkan dua mol keasaman dari setiap mol pirit yang teroksidasi. 2 FeS2(s) + 7 O2(g) + 2 H2O(aq) 2 Fe2+(aq) + 4 SO42-(aq) + 4 H+(aq) Pyrite + Oxygen + Water Ferrous Iron + Sulfate + Acidity b. Konversi besi ferro menjadi besi ferri Tahap ini merupakan kelanjutan tahap pertama, hasil reaksi pada tahap pertama berupa larutan besi ferro dan ionisasi asam sulfat akan bereaksi dengan oksigen kembali sehingga besi ferro dan ion H+ akan membentuk besi ferri dan air. laju reaksi berjalan lambat. Dan pada tahap ini mulai terdapat bakteri oksidasi sulfur dan bakteri oksidasi besi yaitu bakteri thiobacilus yang akan mempercepat proses oksidasi. Pada tahap ini pH air asam ini berkisar di bawah 5. Berikut ini reaksi pada tahap ini. Fe2+ (aq) + O2 (g) + H+ (aq) Fe3+ (aq) + H2O (aq) Besi ferus + Oksigen + Asam Besi ferik + Air c. Hidrolisa besi Reaksi ketiga adalah hidrolisa dari besi. Hidrolisa adalah reaksi yang memisahkan molekul air. Tiga mol keasaman dihasilkan dari reaksi ini. Pembentukan presipitat ferri hidroksida tergantung pH, yaitu lebih banyak pada pH di atas 3,5. Fe3+ (aq) + 3H2O (aq) Fe(OH)3 (s) + 3H+ (aq) Besi ferik + Air Ferik hidroksida + Asam (endapan oranye) d. Oksidasi mineral sulfida lanjutan (Pyrite) Reaksi keempat adalah oksidasi lanjutan dari pirit oleh besi ferri. Ini adalah reaksi propagasi yang berlangsung sangat cepat dan akan berhenti jika pirit atau besi ferri habis. Agen pengoksidasi dalam reaksi ini adalah besi ferri. FeS2(aq) + 14 Fe3+(aq) + 8 H2O(aq) 15 Fe2+(aq) + 2 SO42-(aq) + 16 H+(aq) Pyrite + Ferric Iron + Water Ferrous Iron + Sulfate + Acidity Hasil akhir dari keempat tahapan tersebut adalah besi sulfat jika mineral sulfide yang teroksidasi merupakan mineral pyrite. Reaksi ini akan terus berlanjut jika keadaan terbentuknya air asam tambang terpenuhi. 3. Pemanfaatan Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage) Dengan Elektrolisa Sebuah terobosan baru di dunia pertambangan jika air asam tambang dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri lain maupun untuk perusahaan itu sendiri yang mendatangkan keuntungan secara finansial terhadap perusahaan dan mengatasi permasalahan lingkungan. Bahkan penanganan air asam tambang dijadikan sebagai indikator keberhasilan suatu perusahaan dalam menanggapi permasalahan lingkungan bahkan banyak

perusahaan tambang yang merugi akibat air asam tambang seperti PT Newmont yang memperkiraan nilai tanggung-gugat penutupan tambang-tambang Newmont secara global berada pada kisaran beberapa ratus juta dolar. Sebagian besar proporsinya terkait dengan upaya pencegahan air asam tambang dari fasilitas-fasilitas penyimpanan tailing, timbunantimbunan batuan sisa, dinding-dinding lubang galian tambang (pit) yang terpapar dan gangguan-gangguan lainnya. Sedangkan PT Newmont Australia memperkiraan biaya-biaya penutupan lokasi-lokasi di mana masih memiliki keuangan sekitar 150 juta dolar AS, dimana lebih dari 65 persennya digunakan untuk pengelolaan limbah.(Department Of Industry Tourism and Resources, 2007) Melihat besarnya biaya penanganan limbah maupun air asam tambang dari suatu perusahaan maka harus ada solusi bagi suatu perusahaan untuk menanggapi permasalahan ini serta mecari metoda baru penanganan air asam tambang sehingga dapat mendatangkan manfaat bagi suatu perusahaan salah satunya mengubah air asam tambang menjadi hasil yang dapat digunakan. Secara umum air asam tambang terdiri dari asam sulfat yang ber-pH 2-3, ion logam berat yang terlarut (Fe+2, Mn+, Cu+2, Al3+), serta bakteri pengoksida sulfur. Dari beberapa unsur ini yang dapat dimanfaatkan dan bernilai jual adalah asam sulfat dan logam berat seperti besi, mangan, tembaga, dan aluminium. Untuk menghasilkannya diperlukan suatu metoda yang dapat memisahkan antara asam sulfat yang melarutkan logam berat serta menghilangkan bakteri pengoksida sulfur, salah satu metoda yang dapat diterima adalah dengan elektrolisis, sebenarnya elektrolisis sudah digunakan di perusahaan tambang untuk pemurnian logam serta salah satu proses dari ekstraksi metalurgi yaitu elektrometallurgi. Dengan mengalirkan listrik pada larutan elektorlit maka ion positif akan menuju katoda dan akan membentuk endapan serta gelembung-gelembung yang menandakan pada anoda terdapat hidrogen yang bermuatan +1 dan logam berat berupa endapan. Sedangkan ion negative seperti SO42- akan menuju anoda dan akan memisahkan diri dari ion logam berat serta bereakasi dengan ion-ion hidrogen membentuk asam sulfat. Terpisahnya logam berat dari asam sulfat maka kedua unsur ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri lain maupun mencukupi kebutuhan perusahaan sendiri. PT Freeport Indonesia sebagai perusahaan internasional sudah menggunakan metoda ini dalam mengolah limbah cairnya, PT Freeport Indonesia telah memiliki instalasi pengolahan air asam tambang yang menerapkan 2 teknologi mutakhir dalam proses pemisahan yaitu menggunakan sistem pertukaran ion untuk pemekatan kadar tembaga menggunakan Molecular Recognition Technology (MRT) dan proses electrowinning dengan teknologi Elektrometal-Elektrowinning (EMEW). Teknologi MRT telah membuktikan kemampuannya dalam pengikatan tembaga dari air asam tambang hingga menyisakan tembaga dalam rafinatnya menjadi <10 ppm dan melepaskan kembali tembaga yang terikat di dalam resin melalui elusi untuk menghasilkan elektrolit kaya tembaga pada kisaran 3-5 gr/lt. kinerja sel EMEW yang telah menghasilkan katoda tembaga murni LME grade A (>99,99%Cu) pada efisiensi arus 95% serta pada kondisi actual katoda tembaga dipanen setiap 10 hari sekali dengan laju produksi sekitar 80100 sel perhari dengan berat per katoda antara 23-25 kg dan tingkat kemurnian >99,99%. (Hersubeno, 2001). a. Elektrolisa Air Asam Tambang Secara Teoritis Pada permasalahan ini penulis akan menjelaskan elektrolisa air asam tambang secara teroritis, dalam hal ini air asam tambang yang akan di elektrolisa adalah air asam tambang yang memiliki kandungan logam berat dominan besi dengan mineral yang teroksidasi adalah mineral piryt dibandingkan logam berat lain. Pada umumnya air asam tambang yang mengandung kandungan logam berat besi ditandai dengan air asam yang bewarna merah sedangkan untuk tembaga bewarna hijau. Hasil akan dapat dilihat dari reaksi air asam

tambang pada katoda dan anoda elektrolisis secara kimia dimana reaksi yang digunakan yaitu reaksi terakhir dari pembentukan air asam tambang. FeS2(aq) + 14 Fe3+(aq) + 8 H2O(aq) 15 Fe2+(aq) + 2 SO42-(aq) + 16 H+(aq) Pyrite + Ferric Iron + Water Ferrous Iron + Sulfate + Acidity Hasil yang ingin dicapai yaitu terjadinya pemisahan antara Fe berbentuk solid pada katoda dengan asam sulfat serta gas oksigen pada anoda. Logam berat yang ada pada air asam tambang akan dipisahkan dengan mengalirkan listrik pada katoda dan anoda pada reaktor elektrolisa. Larutan elektrolit yang akan digunakan dalam metode elektrolisa ini yaitu air asam tambang itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada air asam tambang sudah terdapat larutan yang ber-ion positif maupun negative (Fe2+, SO42-, serta H+). Elektroda yang digunakan pada metode elektroda ini merupakan elektroda inert atau yang tidak reaktif yaitu grafit atau carbon, namun penggunaan elektroda aktif seperti logam murni besi, mangan, tembaga, seng, dan lain-lain juga bisa digunakan pada proses elektrolisis ini. Namun dalam masalah ini digunakan elektroda karbon dengan pertimbangan logam berat dominan yang terkandung adalah besi. Jika yang ingin dihasilkan tembaga, mangan, atau aluminium maka elektroda yang digunakan berbeda lagi. Elektrolisa air asam tambang tidak akan terlepas dari reaksi ion positif dan negative pada elektroda. Pada air asam tambang terdapat reaksi akhir pembentukan seperti reaksi diatas. Reaksi disebelah kanan merupakan reaksi akhir dari pembentukan air asam tambang sedangkan reaksi kiri merupakan reaksi oksidasi piryt oleh air dan ion ferric atau disebut dengan reaksi pembentukan. Reaksi yang akan digunakan pada elektrolisis adalah reaksi kanan yang merupakan reaksi akhir. 15 Fe2+(aq) + 2 SO42-(aq) + 16 H+(aq) Terdapat dua ion positif pada reaksi tersebut yaitu Fe2+ dan H+ serta satu ion negatif SO42-, ion opsitif ini akan tertarik kearah katoda sedangkan ion negative akan tertarik ke anoda. pada katoda akan terjadi pengendapan karena reaksi yang akan terjadi pada katoda adalah reaksi reduksi logam sehingga logam yang awalnya berbentuk ion menjadi bentuk logam, berikut ini reaksi elektolisa yang terjadi pada proses elektrolisa air asam tambang FeS2(aq) + 14 Fe3+(aq) + 8 H2O(aq) 15 Fe2+(aq) + 2 SO42-(aq) + 16 H+(aq) Katoda(C) : 15 Fe2+(aq) + 30 e 7,5 Fe(s) Anoda(C) : 15 H2O(l) 30 e + 30 H+(aq) + 7,5 O2

Reaksi Sel : AAT + 2H2O(l) 7,5 Fe(s) + 2 SO42-(aq)+ 30 H+(aq)+ 7,5 O2(g) Reaksi yang dihasilkan pada elektrolisis air asam tambang diatas yaitu logam besi serta ion-ion SO42- dan H+ , kedua ion tersebut merupakan ionisasi dari asam sulfat H2SO4. Sehingga sudah dapat dipisahkan antara logam berat dengan asam sulfat dari proses tersebut. Tentu saja untuk dapat menghasilkan asam sulfat perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut dari hasil elektrolisa tersebut. 4. Keuntungan Metode Elektrolisa Penanganan air asam tambang dengan menggunakan elektrolisa memiliki berbagai keuntungan dibandingkan dengan metoda penanganan lainya. Elektrolisa air asam tambang akan memberikan pendapatan baru bagi perusahaan yaitu pendapatan dari logam berat dan asam sulfat selain itu air asam tambang tidak perlu di netralkan dan dicegah proses terbentuknya. Proses pengolahan dengan elektrolisa akan menghasilkan endapan logam berat pada katoda, asam sulfat serta air yang berguna untuk perusahaan tersebut maupun kepentingan lainya dan dalam pengolahan ini tidak terdapat limbah dari reaksi elektrolisa semua hasil dapat dimanfaatkan.

Tentu saja keuntungan tersebut dapat tercapai jika memenuhi criteria-kriteria sebagai berikut: a. Kandungan logam pada air asam tambang Kandungan logam yang terdapat pada air asam tambang tergantung pada mineral sulfida yang dioksidasi oleh air dan oksigen. Jika mineral sulfida tersebut banyak mengandung logam berat seperti besi, mangan, aluminium, dan tembaga maka logam yang akan terlarut akan semakin tinggi di dalam air asam tambang tersebut. Besar kecilnya kandungan logam pada air asam tambang mempengaruhirecorvery dari metode elektrolisa dalam mengolah air asam tamabang semakin besar logam yang terlarut maka recorvery yang dihasilkan semakin besar dan sebaliknya. b. Ketersedian air asam tambang Air asam tambang yang terdapat pada main sump terbentuk dalam waktu yang lama bisa perbulan maupun pertahun tergantung pada ketersediaan sumber-sumber yang membentuk air asam tambang. Jika sumber yang membentuknya seperti mineral sulfide terdapat banyak serta iklim yang mendukung seperti musim penghujan maka pembentukan air asam tambang dapat terjadi secara berkala atau kontinu. Ketersediaan air asam tambang mempengaruhi efektifitas dari metode elektrolisa karena semakin banyak air asam tambang yang terbentuk maka elektrolisis dapat dilakukan secara terus menerus dan akan menghasilkan recorvery yang besar bagi perusahaan. Air asam tambang yang bagus untuk diolah yaitu air asam tambang yang sudah mengalami reaksi sampai ke tahap empat pada reaksi pembentukan air asam tambang yang ditandai dengan warna merah untuk logam besi, dan hijau untuk logam tembaga. c. Ketersedian sumber listrik Ketersedian sumber listrik merupakan faktor yang mempengaruhi keuntungan metode elektrolisa. Jika pasokan listrik tidak menjadi kendala maka pengoperasian teknologi elektrolisa dapat dijalankan dengan lancar maka efektifitas dan produktifitas pengolahan air asam tambang dengan teknologi elektrolisa tinggi. Selain itu pengeluaran akibat penggunaan listrik diharapkan jauh dibawah hasil yang didapatkan dari proses pengolahan air asam tambang dengan metoda elektrolisa 5. Penutup Pengolahan air asam tambang dengan menggunakan elektrolisa secara teoritis dapat dilakukan hal ini berdasarkan tinjauan terhadap reaksi elektrolisis pada air asam tambang yang mengandung logam berat terbanyak berupa besi, hasil yang didapatkan dari reaksi tersebut berupa logam berat (besi), asam sulfat, air, serta gas oksigen. Hasil yang didapatkan ini merupakan keuntungan dari pengolahan air asam tambang dengan elektrolisa karena akan mendatangkan keuntungan secara finansial bagi perusahaan yang memiliki air asam tambang tersebut. Tentu saja keuntungan ini terpenuhi jika kandungan logam berat yang terdapat pada air asam tambang tersebut tinggi, ketersediaan dari air asam tambang yang besar, serta ketersedian dan penguluaran dari penggunaan listrik untuk proses elektrolisa. Metoda ini tentunya akan bearti jika dilakukan percobaan secara langsung dalam pengolahan air asam tambang dan terus dikembangkan dalam hal reaktor elektrolisa yang digunakan, perlu dikembangkan dan dipertimbangkan sel elektorlisis yang efektif, perlu diteliti keberadaan bakteri oksidasi sulfida setelah elektorolisa, perlu diteliti kandungan logam didalam satu liter air asam tambang di berbagai perusahaan tambang yang memiliki air asam tambang. perlu dipertimbangkan elektroda yang digunakan dalam mengelktrolisa air asam tambang menjadi produk yang berdaya guna. Penulis berharap metoda ini dapat dikembangkan dan direalisasikan oleh para peneliti dan akademisi yang tertarik mengenai masalah lingkungan pertambangan khususnya kasus

air asam tambang, semoga makalah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedepan.

6. Daftar Pustaka 1. J.B. Hersubeno dan Haryo Kuncoko, Instalasi Pengolahan Air Asam Tambang PT. Freeport Indonesia, Jurnal Energi No.10 2001, Halaman 23-27. 2. Immanuel Ginting dan Sumantri Sastrawiguna, Tinjauan Dampak Pencemaran Tailing Flotasi Bijih Tembaga, Jurnal Metalurgi, Volume 14, No 1, Juni 1999, Halaman 11-16. 3. Praswasti PDK Wulan, dkk., Peningkatan Efisiensi Penggunaan Koagulan Pada Unit Pengolahan Air Limbah Batubara, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok. 4. Rudy Sayoga G., dan Ginting Jalu K., Kajian Awal Potensi Air Asam Tambang Dalam Kaitannya Dengan Cekungan Pengendapan Batubara, Teknik Pertambangan, ITB, Bandung. 5. Dyah Marganingrum dan Rhazista Noviardi, Pencemaran Air dan Tanah di Kawasan Pertambangan Batubara di PT. Berau Coal Kalimantan Timur, Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, Vol 20, No 1, 2010, Halaman 11-20. 6. Hidir Tresnadi, Karakteristik Air Asam Tambang di Lingkungan Tambang Pit 1 Bangko Barat Tanjung Enim Sumatera Selatan, Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 9, No. 3, Halaman 314-319, Jakarta, September 2008. 7. Aris Mukimin, Pengolahan Limbah Industri Berbasis Logam Dengan Teknologi Elektrokoagulasi Flotasi, Tesis Pascasarjana Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2006. IDENTITAS PENULIS Nama : Sodikin Mandala Putra Tempat, tanggal lahir : Kungkai, 10 Juli 1990 Alamat Asal : Desa Kungkai, Bangko, Merangin, Jambi Riwayat Pendidikan : SD N 5 Kungkai SMP N 1 Bangko SMA N 1 Merangin S1 Teknik Pertambangan Universitas Srwijaya Alamat Sekarang : Inderalaya No. Telp/HP : 081367063826 Email : sodikinmandala@yahoo.co.id Prestasi : 1. Juara 1 LCC SMA Tingkat Kabupaten Merangin 2. Juara 2 Lomba Essay Energi Se-Sumbagsel BEM Universitas Sriwijaya arya Tulis : 1. Biomassa Sebagai Sumber Energi Masa Depan Indonesia (Essay LRPTN ITB) 2. Peternakan dan Global Warming (Lomba Artikel Parade Tambang Permata) 3. Peran MICT (Moral, Information, Comunication, and Technology) dalam Mengoptimalkan Pengembangan KTSP (LKTI IPB) 4. Biomassa Energi Masa Depan Indonesia (Essay BEM Unsri) 5. Rancangan Teknologi Pemanfaatan Biomassa (Essay BEM Unsri) 6. Pemanfaatan Sampah Organik dan Anroganik untuk menghasilkan Briket, asap cair, dan pembangkit tenaga listrik (PKM-GT Dikti) 7. Studi Pemanfaatan Air Asam Tambang Untuk Menghasilkan Kosentrat Logam berat dan Asam Sulfat dengan Menggunakan Metoda Electrometalurgy Acid Mine Drainage (LKTM Teknik Unsri dan Pemilihan Mapres Teknik Unsri).

Tanaman Fitoremediasi
Jenis-jenis tanaman yang sering digunakan untuk fitoremediasi adalah; Anturium Merah/Kuning, Alamanda Kuning/Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden Merah/Kuning/Putih, Dahlia, Dracenia Merah/Hijau, Heleconia Kuning/Merah, Jaka, Keladi Loreng/Sente/Hitam, Kenyeri Merah/Putih, Lotus Kuning/Merah, Onje Merah, Pacing Merah/Putih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili, dan lain-lain: Thiaspi caerulescens Thiasspi caerulescens Brassicacea / seruni ( bunga emas ) Alyssum sp Pteris Vitata Anturium Dracinea Papirus Akar wangi Alamanda Membersihkan Logam Berat dari Tanah dengan Sawi Tanaman sawi India yang telah dimodifikasi secara genetis, terbukti mampu menyerap kelebihan unsur logam berat selenium dari tanah. Ini adalah pertama kalinya dilakukan uji coba lapangan terhadap tanaman transgenik pengusir polusi logam Tanaman sawi India yang telah dimodifikasi secara genetis, terbukti mampu menyerap kelebihan unsur logam berat selenium dari tanah. Ini adalah pertama kalinya dilakukan uji coba lapangan terhadap tanaman transgenik pengusir polusi logam, dan diharapkan teknologi ini bisa membersihkan lahan di masa mendatang. Perlu diketahui, tanah-tanah pertanian di beberapa bagian California, AS, mengalami pencemaran logam berat akibat air yang mengandung selenium. Ketika air menguap dari tanah, maka konsentrasi selenium yang tertinggal menjadi terlalu tinggi, bahkan bagi tanaman. Namun sawi India (Brassica juncea) memiliki kekebalan alami terhadap unsur ini, dan mampu menyerapnya lewat akar. "Sawi India mampu tumbuh cepat walau berada di lingkungan yang penuh tekanan," kata Norman Terry, ahli biologi tumbuhan dari University of California, Berkeley, yang memimpin study ini. Karena kemampuan itu para ilmuwan memilihnya sebagai tanaman percobaan. Mereka meningkatkan kemampuan menyerap racun pada sawi dengan menambahkan gen ekstra yang menghasilkan enzim-enzim yang "lapar" akan selenium. Dalam uji cobanya, para peneliti menemukan bahwa tanaman transgenik mampu mengumpulkan sekitar 4,3 kali selenium dibanding tanaman sawi India biasa. Riset ini dipublikasikan secara online dalam Environmental Science & Technology. Untuk mencari strain terbaik, para ilmuwan menciptakan tiga jenis sawi transgenik berbeda, yang masing-masing menghasilkan enzim berbeda untuk menghilangkan selenium dari tanah. Ketiganya diuji pada lahan terkontaminasi selenium, bersama-sama dengan sawi liar.

Hasilnya, tanaman transgenik menunjukkan pertumbuhan 80 persen di tanah beracun, sedang sawi liar hanya bisa tumbuh setengah dari ukuran sebenarnya akibat selenium. Tanaman-tanaman ini dipanen setelah 45 hari, walau para peneliti yakin pertumbuhan yang lebih lama mampu membersihkan lebih banyak selenium dari tanah. Mereka memperkirakan tanaman secara efektif bisa menyerap sekitar 4,4 persen selenium di lapisan atas tanah setebal 25 cm. Selama ini penanganan bahan kimia beracun dalam tanah masih memanfaatkan proses berteknologi rendah. Kebanyakan orang hanya menggali lapisan beracun dan menimbunnya di tempat lain atau dengan cara mencuci tanah. Cara ini cenderung mahal dan kurang efektif. "Selain merusak lingkungan, tanah yang tertinggal juga berkualitas rendah," kata Clayton Rugh, ahli biologi dari Michigan State University di East Lansing. Nah, penggunaan tanaman untuk membersihkan bahan kimia yang tidak diinginkan dari tanah - dikenal sebagai phytoremediation - berpotensi jauh lebih murah, namun butuh waktu lama. Lamanya waktu itu bisa diakali dengan modifikasi genetis pada tanaman, walau sesungguhnya tanaman non-transgenik seperi paku-pakuan Cina (Pteris

vittata) sudah bisa dipakai membersihkan logam berat arsenikum dari tanah. Meski demikian, percampuran antara tanaman transgenik dengan tanaman pangan sebaiknya dihindarkan, karena kemampuannya menyerap racun akan berbahaya bila masuk dalam makanan. Artinya tanaman yang dipakai untuk membersihkan lahan sebaiknya tidak dijadikan bahan makanan. Tetapi dalam kasus tertentu, sawi India bisa diberikan pada ternak yang membutuhkan selenium dalam makanan mereka dalam batas-batas tertentu. Yang jelas para ilmuwan kini sedang berusaha meningkatkan kemampuan tanaman rekayasanya itu. "Kami ingin meningkatkan kemampuan membersihkan lahannya 10 hingga 100 kali tanaman aslinya," kata Terry. "Dan hasil yang kami capai sekarang merupakan permulaan yang baik." Diposkan oleh Setyo Budi di 21.29 Label: Tanaman Fitoremediasi

Subject:

fitoremediasi

Alt. Subject : Keyword:

Phytoremediation Fitoremediasi Logam berat Zn Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas) Agen Fitoremediator

Description:

Telah dilakukan penelitian tentang fitoremediasi menggunakan tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas) pada tanah tercemar logam berat Zn. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas) dalam meremediasi tanah tercemar logam berat Zn dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas). Pemberian perlakuan logam berat Zn dilakukan setelah proses aklimatisasi tanaman selama satu minggu. Logam berat Zn diberikan dalam empat konsentrasi yang berbeda yaitu 0 mg/l, 500 mg/l, 1500 mg/l dan 2500 mg/l selama 28 hari pemaparan. Parameter pertumbuhan dan analisis kandungan Zn dalam tumbuhan dan media dilakukan pada hari ke-7, 14, 21 dan 28. Data dianalisis dengan ANOVA, jika ada pengaruh perlakuan maka dilakukan uji lanjutan dengan uji Fishers dengan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat Zn berpengaruh terhadap tinggi, luas daun dan berat kering tanaman. Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) mempunyai kemampuan dalam mengakumulasi logam berat Zn. Akumulasi Zn pada bagian akar lebih tinggi daripada bagian non akar. Nilai Faktor Transfer (FT) tertinggi diperoleh pada konsentrasi 2500 mg/l sebesar 1,45. Secara keseluruhan tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas) berpotensi sebagai akumulator Zn (FT>1) tetapi kurang efektif dan ekonomis (FT<20) untuk diaplikasikan sebagai agen fitoremediator Zn.

Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg) Limbah Tailing Tambang Emas Menggunakan Lindernia crustacea, Digitaria radicosa, dan Cyperus rotundus Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung
Bonauli Christianoyd Siahaan, Sri Rahayu Utami, Eko Handayanto Amalgamasi merkuri (Hg) merupakan metode tradisional yang digunakan untuk mendapatkan emas. Sisa proses tradisional tersebut berupa limbah (berlumpur) yang mengandung merkuri dan berbagai logam berat lainnya dibuang di lahan pertanian sehingga mencemari lahan pertanian. Desa Pesanggaran, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan salah satu lokasi TESKA. Kadar logam berat pada lahan pertanian dapat dikurangi dan dinetralisir dengan metode yang murah, yang dikenal dengan fitoremediasi. Dalam upaya memanfaatkan tanaman untuk reklamasi tanah tercemar tailing, maka dilakukan percobaan dengan menggunakan Lindernia crustaceaLinn. (kerak nasi), Digitaria radicosa Presl. Miq.a (jampang pait), Cyperus rotundus L. (rumput teki) sebagai fitoekstaktor tanah yang tercemar oleh limbah tambang emas mengandung unsur Hg dengan penambahan bahan organik. Efektifitas tanaman fitoekstraktor tersebut, kemudian diuji dengan mengamati pertumbuhan tanaman jagung pasca fitoremidiasi. Penelitian dilakukan di Rumah kaca melalui percobaan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 faktor yang dikombinasi dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan tanah tercemar tailing 10% (T ) memiliki kandungan Hg dua kali lebih sedikit dibandingkan tanah tercemar tailing 20% (T ). Penambahan bahan organik dapat membantu dalam penyediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan kesuburan tanah, sehingga potensi serapan meningkat dan dapat menurunkan kandungan Hg pada tanah tercemar tailing. TumbuhanC. rotundus. berpotensi dalam menurunkan kandungan Hg lebih tinggi dibandingkan tumbuhan L. crustacea, D. radicosa. Penurunan kandungan Hg akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman selanjutnya yaitu jagung. Laju pertumbuhan tanaman jagung terbaik terdapat pada perlakuan yang memiliki kandungan Hg terendah yaitu tanah yang tercemar tailing 10% menggunakan penambahan bahan organik dan pada tahap fitoremediasi menggunakan tumbuhan C. rotundus. Kata kunci: Merkuri (Hg), Hiperakumulator, Fitoremediasi
1 2

One Response to Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg) Limbah Tailing Tambang Emas Menggunakan Lindernia crustacea, Digitaria radicosa, dan Cyperus rotundus Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung

Você também pode gostar