Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pada bab ini akan diuraikan konsep-konsep dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya yaitu sistem dinamik, nilai eigen, solusi sistem linear, linearisasi, kestabilan titik kesetimbangan, kriteria Routh Hurwitz, model matematika, pertumbuhan logistik, mekanisme Michaelis Menten, imunitas, virus, kemoterapi, dan immunoterapi. A. Sistem Dinamik Pada sistem dinamik, perubahan keadaan terjadi setiap saat. Perubahan-perubahan tersebut dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu. Dengan kata lain, sistem dinamik adalah sistem yang variabel-variabelnya berinteraksi untuk menstimulasi perubahan waktu. Sistem dinamik memberikan gambaran secara fungsional terhadap solusi masalah-masalah fisik atau model matematika yang menggambarkan masalah fisik. Sesuai kajian matematika, sistem dinamik merupakan suatu himpunan variabelvariabel yang berhubungan dengan perubahan waktu. Definisi 1 (Perko, 2001: 182) Suatu sistem dinamik pada E adalah suatu pemetaan
: E E
C1
( x)
(t , x) maka
memenuhi
i. ii.
( x) ( x)
x, x E
s
( x)
t s
( x),
s, t
dan x E
Keadaan setimbang dikenal dengan beberapa istilah, sesuai dengan wawasan yang dikaji. Pada bidang ekologi dan ekonomi istilah kesetimbangan (equilibrium) sangat umum dipakai untuk menggambarkan dinamika sistem yang tidak mengalami gejolak (Rudy C Tarumingkeng, 1994: 284). Apabila salah satu subsistem atau komponen suatu sistem yang berada dalam keadaan setimbang mengalami gangguan maka seluruh sistem akan berubah. Besarnya perubahan mungkin dalam kuantitas yang sangat kecil, tetapi setelah beberapa waktu gangguan ini dapat memberikan akibat yang mungkin tidak terduga sebelumnya. Definisi 2 (Wiggins, 1990: 5) Diberikan sistem persamaan diferensial berikut:
x f ( x), x
n
(2.1)
x
yang memenuhi
x1 x2
10 x1 5 x2
t
(2.2)
x0 dengan
e
t
10 t
0 e
5t
, x0
x10 x20
dan x t
10t
0 e 5t
x10 x20
0, 0 .
B. Nilai Eigen Nilai eigen digunakan untuk menentukan solusi sistem linear dari suatu sistem dinamik. Definisi 3 (Boelkins dkk, 2009: 86) Misalkan A adalah matriks n n , maka vektor taknol v dinamakan vektor eigen dari A jika dan hanya jika terdapat skalar sedemikian sehingga
Av
Skalar
Solusi dari masalah nilai eigen/eigen vektor dapat dituliskan secara ekivalen sebagai
(A I )v 0
dengan I menyatakan matriks identitas. Sistem dikatakan mempunyai solusi non trivial jika dan hanya jika
det( A I) 0 p ( ) yang
disebut polinom karakteristik dari A , dan persamaan p( ) 0 disebut persamaan karakteristik dari A . Contoh: Tentukan nilai eigen dari matriks A berikut ini.
3 0 2
1 0 2 0 . 0 2
3 det( A I) 0 2
2
2
1 2 0
0
0
0 0 2
3
3
2
2
3 dan
2.
C. Solusi Sistem Linear Sistem yang dibahas pada skripsi ini berbentuk non linear. Untuk mendapatkan solusi masalah yang berbentuk sistem non linear tidaklah mudah. Muncullah konsep solusi sistem linear berikut ini. Diberikan sistem linear:
Ax
9
(2.3)
dengan x
dx dt
dx1 dt dxn dt
x0 adalah
x(t ) e At x0
(2.4)
Bukti bahwa x(t ) e At x0 adalah solusi sistem (2.3) adalah sebagai berikut Bentuk e At adalah suatu fungsi matriks n n yang didefinisikan oleh deret Taylor (Perko, 2001: 1) sedemikian hingga
e At
I
n 1
Ant n n!
(2.5)
d At e dt
An t n 1 1 ( n 1)!
A I
n 1
An t n n!
Ae At
Ketika t
0 memenuhi kondisi
e At
t 0
10
Kemudian mengidentifikasi e At dengan matriks fundamental masalah nilai awal yang sama sebagai e At yaitu:
'
yang memenuhi
A ,
(0)
Hasil dari interpretasi fungsi matriks eksponensial e At , dapat dituliskan solusi sistem linear dari:
x
adalah dalam bentuk
Ax ,
x(0)
x0
x(t ) e At x0
Terdapat tiga kasus, antara lain: 1. Menurut (Perko, 2001: 7), jika A mempunyai nilai eigen real dan berbeda, bentuk
e At menjadi
e At P diag e
jt
diag
A PDP
maka
e At
e
At
I
PP
At
1
( At )2 2!
PDP
1
( At )3 ( At ) n ... 3! n! 2 1 PD P t 2 PD3 P t 2! 3!
t3
...
PD n P n!
tn
11
PP P( I
PDtP Dt
jt
PD 2t 2 P 2! ...) P
1
...
PD nt n P n!
Pdiag e
D 2t 2 2! P1
P 1 x0
(2.6)
2. Menurut (Perko, 2001: 33), jika A mempunyai nilai eigen real dan kembar, bentuk e At menjadi
e At P diag e
jt
Nt ...
N k 1t k 1 (k 1)!
A S N
dengan N adalah matriks berukuran n n . Matriks N berukuran n n dikatakan nilpotent orde k jika N k
P 1SP
1
0 dan N k
0 serta P 1SP
diag
diag
A N P
D
D
D P 1 NP P D P 1 NP P
1
P 1 A P 1N P
P 1 AP P P 1 AP P 1
A
A
PD NP P
PDP
1
maka 12
e At
e
At
I
PP
PP
At
1
( At )2 2!
PDP
PDP
1
( At )3 ( At ) n ... 3! n!
PDP N t
N t
1
N
1
t2
PDP
t3 ...
PD3 P
1
2!
PD 2 P 2 PDP 1 N 2!
1
3!
N 2 t2
3PD 2 P 1 N 3!
3PDP 1 N 2
N 3 t3 ...
PP
PDtP
PD 2t 2 P 2!
PD3t 3 P 3!
... PDNt 2 P
PD 2 Nt 3 P 2!
PDN 2t 3 P 2!
... Nt
N 2t 2 2!
...
P I
Dt
D 2t 2 2!
D 2t 2 2! D 2t 2 2!
D 3t 3 3!
... P
PDt 2 P 1 N
D2t 3 1 P N 2!
Dt 3 1 2 P N ... Nt 2!
N 2t 2 2!
N 2t 2 2!
...
P I
Dt
... P
PDt 2 P 1 N
D2t 3 1 P N 2!
Dt 3 1 2 P N ... PP 1 Nt PP 2!
...
P I
Dt
... P
Nt ...
N k 1t k 1 (k 1)!
2 2 1 t
1 P 0 1 0
0 0 0
0 0 1
1t 2t
0 0 0
0 0
nt
2!
2
0 t 2!
2 2
0 0
1
... P
Nt ...
N k 1t k 1 (k 1)!
0
1 P 0
e P 0 0
jt
1t
t 2!
2 2
1t
2 2 1 t
2!
0 0 t 2!
2 2
P
n
Nt ...
N k 1t k 1 (k 1)!
0
0 0 e
nt
nt
Nt ...
N k 1t k 1 (k 1)!
P diag e
Nt ...
N k 1t k 1 . (k 1)!
13
Nt ...
N k 1t k 1 x0 (k 1)!
(2.7)
3. Menurut (Perko, 2001: 28), jika A mempunyai nilai eigen kompleks, bentuk e At menjadi
e At
Bukti:
P diag e
a jt
cos b j t sin b j t
sin b j t P cos b j t
diag
aj bj
bj aj
P 1 AP D A PDP 1
maka
e At
e
At
I
PP
At
1
( At )2 2!
PDP
1
PP P( I
PDtP Dt
t3
...
D 2t 2 2!
14
1 0 P
0 1 1 0 0 1
a1t b1t
b1t a1t an t bn t bn t an t
a1 b1
b1 a1 2!
t2
... P an bn bn an 2!
2
t2
1 a1t b1t P
b1t 1 a1t
a1b1t 2
a12b1t 3 2!
a1b1t 2
anbnt 2
an 2 bn 2 t 2 2!
Baris 1 kolom 1:
a12 b12 t 2 2!
a12t 2 2! a12t 2 2! ...
1 a1t
a13 3a1b12 t 3 3!
a14
6a12b12 b14 4!
... b14t 4 4! ...
...
1 a1t
1 a1t
b1t a1b1t 2
15
1 a1t
a12t 2 2!
a13t 3 3!
...
b1t
b13t 3 3!
...
ea1t
sin b1t
Baris 2 kolom 1:
2a1b1t 2 2! 3a12b1 b13 t 3 3! b13t 3 3! 4a13b1 4a1b13 t 4 4! a1b13t 4 3!
...
b1t
...
b1t a1b1t 2
1 a1t
a12b1t 3 2! 2 2 a1 t a13t 3 2! 3!
...
1 a1t
a13 3a1b12 t 3 3!
a14
6a12b12 b14 4!
... b14t 4 4! ...
...
1 a1t
1 a1t
ea1t cos b1t ea1t sin b1t ea1t sin b1t ea1t cos b1t e At eant cos bnt eant sin bnt eant sin bnt e ant cos bnt P
1
e At
P diag e
a jt
cos b j t sin b j t
sin b j t P cos b j t
16
x t
P diag e
a jt
cos b j t sin b j t
sin b j t P 1 x0 cos b j t
(2.8)
D. Linearisasi Perilaku sistem non linear dapat diselidiki melalui perilaku linearisasi jika nilai eigen pada bagian real dari matriks linearisasinya tidak ada yang bernilai nol. Oleh karena itu, linearisasi dilakukan dengan menganalisa perilaku sistem di sekitar titik kesetimbangan. Diberikan sistem non linear:
x1 x2 xn
(2.9)
f1 x1 , x 2 ,..., x n
fungsi
f 2 x1 , x 2 ,..., xn
f n x1 , x 2 ,..., xn
0.
Pendekatan diperoleh
f1 x1 , x2 ,..., xn , f 2 x1 , x2 ,..., xn ,,
f n x1 , x2 ,..., xn
f1
f2
(2.10)
f n x1, x2 ,..., xn
f n x1, x 2 ,..., xn
x1 x1
xn
x2
fn
17
f2
(2.11)
xn
x1
x1
x2
x2
xn
xn
fn
dengan
f1
,,
fn
,,
fn
mendekati nol.
x1 x2 xn
x1 x1 x2 xn x2 xn
(2.12)
Misalkan y1
x1 x1 , y2
x2
x2 ,, yn
xn
xn maka diperoleh:
f1 x1 , x 2 ,..., xn xn f2 x1 , x 2 ,..., x n xn fn x1 , x 2 ,..., xn xn
y1 y2 yn
y1 y2 yn
(2.13)
18
f1 x1 , x 2 ,..., x n x1
dengan
f2 x1 , x 2 ,..., xn x1 fn x1 , x 2 ,..., xn x1
sebagai matriks Jacobian pada titik kesetimbangan x1 , x 2 ,..., x n . Apabila J tidak mempunyai nilai eigen yang bernilai nol pada bagian realnya maka sifat kestabilan sistem (2.9) dapat dilihat dari
y J y
(2.14)
Sistem (2.14) kemudian disebut sebagai hasil linearisasi sistem (2.9). E. Kestabilan Titik Kesetimbangan Suatu titik kesetimbangan dapat dikatakan stabil, stabil asimtotik atau tidak stabil, diperlukan definisi dan teorema berikut ini. Definisi 5 (Wiggins, 1990: 7) Titik kesetimbangan x t dikatakan stabil jika diberikan
0 , terdapat
dari (2.1)
n
dengan
t0 , t0
maka
untuk t
Titik
kesetimbangan
x t
kesetimbangannya stabil dan untuk solusi yang lain y t dari (2.1), terdapat suatu 19
bilangan konstan b
lim x t
t
x t0
y t0
b maka
y t
0.
Titik kesetimbangan x
tersebut tidak stabil dan bergerak menjauhi titik kesetimbangannya seiring dengan bertambahnya t . Berikut ini interpretasi secara geometri terkait definisi di atas:
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa solusi y t tetap berada pada persekitaran dan mendekati titik kesetimbangan seiring dengan bertambahnya t . Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa solusi kesetimbangan seiring dengan bertambahnya t . 20
y t
,...,
, dengan memenuhi k
n.
i
0 untuk
i
i 1,..., k .
0 untuk beberapa
0.
Bukti: Perhatikan persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8), ketiga persamaan ini merupakan solusi persamaan (2.5) untuk semua kemungkinan nilai eigen dari A . Setiap xi mempunyai faktor e j , dengan a j terbatas sehingga: (a) Jika Re
j
at
Re
0,
1, 2,..., n
maka saat t
Re
x1 , x2 ,..., xn
menuju ke titik kesetimbangannya maka sistem dapat dikatakan stabil. (b) Jika ada j sehingga Re mengakibatkan x j
j
0 maka saat t
nilai e
Re
, yang
F. Kriteria Routh-Hurwitz
21
Nilai-nilai eigen dari suatu matriks A dapat ditentukan melalui persamaan karakteristiknya yaitu,
karakteristik tidak selalu mudah. Oleh sebab itu, diperlukan kriteria yang menjamin bahwa akar-akar persamaan karakteristik adalah negatif atau terdapat akar persamaan yang bernilai positif. Diberikan persamaan karakteristik nilai eigen dari suatu matriks A berukuran
n n
A I a0
n
a1
n 1
... an
an
dengan a0
a3 b2 c2
a5 b3 c3
dengan
b1 c1
22
Bagian real nilai-nilai eigen dari matriks A yang berukuran n n akan bernilai negatif jika dan hanya jika tabel Routh Hurwitz mengandung n 1 baris dan semua elemen pada kolom pertama dari tabel bertanda sama yaitu semua elemen pada kolom pertama bernilai positif atau negatif secara keseluruhan.
G. Model Matematika Model dapat dikatakan sebagai kata benda yang merupakan gambaran miniatur dari sesuatu, uraian atau analogi yang digunakan untuk membantu memvisualisasi segala sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung. Pemodelan matematika adalah suatu studi tentang konsep matematika dalam konteks dunia real dan pembentukan model-model dalam menggali dan memahami situasi masalah kompleks yang sesungguhnya. Fokus pada pemodelan matematika adalah mentransformasikan situasi dunia real ke dalam masalah matematika melalui penggunaan rangkaian simbol matematika, hubungan dan fungsi. Bagian ini memaparkan proses penyusunan fenomena dalam dunia nyata ke dalam bentuk model matematika. Langkah-langkah dalam menyusun model matematika dalam skripsi ini diilustrasikan dalam alur diagram berikut:
23
Masalah matematika
Membuat asumsi
Memformulasikan persamaan/pertidaksamaan
Interpretasi hasil
Menyelesaikan persamaan/pertidaksamaan
Gambar 3.
Keterangan: a. Masalah matematika yaitu menyatakan masalah dunia nyata ke dalam pengertian matematika. Langkah ini meliputi identifikasi variabel-variabel dan membentuk beberapa hubungan antar variabel tersebut. Di samping itu, perlu memahami dan memperjelas permasalahan yang akan dirumuskan terutama mencari semua peubah yang kuantitatif dan antar relasinya sehingga dapat diterjemahkan ke dalam bahasa matematika. b. Membuat asumsi Asumsi ini mengibaratkan bagaimana proses berpikirnya agar model harus berjalan. Sama halnya, membuat asumsi agar mengarah pada situasi fisik yang kompleks menjadi masalah yang dapat diselesaikan. c. Memformulasikan persamaan/pertidaksamaan Melihat asumsi dan pemahaman hubungan antara variabel-variabel, memformulasikan sekumpulan persamaan/pertidaksamaan merupakan langkah 24
penting. Bahkan terkadang perlu menguji kembali asumsi-asumsi agar langkah memformulasi persamaan ini dapat diselesaikan dan realistik. d. Menyelesaikan persamaan/pertidaksamaan Setelah persamaan diperoleh, selanjutnya diselesaikan secara matematis dengan menggunakan sistem persamaan diferensial. Menyelesaikan persamaan diperlukan kehati-hatian dan fleksibilitas dalam proses pemodelan secara menyeluruh. e. Interpretasi hasil Interpretasi adalah langkah yang akan menghubungkan terakhir antara masalah matematika ke masalah dunia nyata. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti suatu grafik dapat digambarkan berdasarkan solusi yang diperoleh.
H. Pertumbuhan Logistik Sel tumor dan sel normal diasumsikan tumbuh mengikuti pertumbuhan logistik. Pertumbuhan logistik adalah model yang menggambarkan pertumbuhan populasi yang berkaitan dengan kapasitas lingkungan (carrying capacity) sebagai bentuk pengaruh dari persaingan. Menurut Arief Wahyullah, suatu populasi awalnya meningkat secara eksponensial kemudian akhirnya menurun hingga mendekati kapasitas lingkungannya karena sumber daya yang terbatas. Pertumbuhan populasi yang seperti ini dideskripsikan sebagai berikut:
25
dP dt
rP 1
P K
0 : laju pertumbuhan, K
(2.15)
0 : kapasitas
I. Mekanisme Michaelis Menten Kerja sistem imun pada model diasumsikan mengikuti bentuk Michaelis Menten. Bentuk ini biasanya digunakan pada model matematika terkait tumor yang mengandung komponen sistem imun karena memperbolehkan adanya pengaruh saturasi (kondisi jenuh). Mekanisme Michaelis Menten adalah mekanisme tentang kinetika enzim. Menurut mekanisme ini, enzim mengikat substrat membentuk kompleks substratenzim. Kemudian terurai menjadi produk dan enzim.
E S
k1 k
1
ES
k2
P E
Reaksi enzim tersebut dapat dimodelkan dalam sistem persamaan diferensial berikut:
ds dt k2c k1se
de dt
dc dt
(k2 k3 )c k1se
k1se (k2 dp dt
k3 )c
(2.16)
k3 c
26
dengan
e(t ) [ E ](t ) s(t ) [ S ](t ) c(t ) [ ES ](t ) p(t ) [ P](t )
konsentrasi enzim pada saat t konsentrasi substrat pada saat t konsentrasi kompleks substrat-enzim pada saat t konsentrasi produk pada saat t
Selanjutnya misalkan et menyatakan enzim total yaitu jumlah enzim bebas E dan enzim terikat ES maka
et e c c
e et
ketika sistem reaksi berada dalam keadaan seimbang maka kecepatan pembentukan ES sama dengan kecepatan penguraian ES .
k1se (k2 k3 )c
k1 (et c) s (k2 k 3 )c
(k2 k3 )c k3 )c
(k1s k2
k1et s (k1s k2 k3 )
et s s (k2 k3 ) / k1
(2.17)
dp dt
k3c diperoleh
27
dp dt
k3et s s (k2 k3 ) / k1
(2.18)
bila konsentrasi substrat cukup besar sehingga semua enzim terikat kepadanya yaitu dalam bentuk kompleks ES, maka akan didapatkan
dp maksimum yaitu dt
k3et
maks
k3et
(2.19)
dengan memisalkan km (k2 k3 ) / k1 dan mensubstitusikan persamaan (2.15) dalam persamaan (2.18) diperoleh:
dp dt s km s
max
(2.20)
Grafik hubungan antara laju reaksi enzim dan konsentrasi substrat Michaelis Menten dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.
28
Persamaan Michaelis Menten di atas seringkali digunakan untuk menggambarkan laju pertumbuhan populasi yang bergantung pada konsentrasi nutrisi dan dapat mencapai kondisi jenuh saat konsentrasi nutrisi cukup besar atau melimpah. Misalkan konsentrasi dari nutrisi adalah s, maka laju pertumbuhan r(s) dinyatakan secara matematis berikut:
r ( s) s ,s 0 km s
max
(2.21)
dengan
max
Persamaan (2.21) dikenal sebagai fungsi pertumbuhan monod. Grafik dari r ( s ) akan mendekati nilai jenuh
max
km maka r ( s)
maks
Konstanta ini juga disebut sebagai tetapan Michaelis Menten (Claudia, 2004: 771774).
J. Imunitas Sistem imun merupakan fundamental untuk mengetahui perkembangan sel tumor dalam memilih pendekatan terapi yang tepat. Imunitas adalah sistem pertahanan tubuh sebagai bentuk perlindungan terhadap benda asing. Imunitas merupakan suatu daya ketahanan yang dinamis. Ketika terdapat hal-hal yang berbahaya bagi tubuh, maka timbul upaya untuk melawan. Reaksi tubuh yang demikian disebut reaksi atau respon imunologik. 29
Komponen respon imun: 1. Antigen, yaitu zat yang dapat bereaksi dengan antibodi. 2. Antibodi, yaitu protein yang diproduksi sebagai hasil interaksi dengan antigen. Terdapat 5 kelas antibodi yang disebut imunoglobin (A, D, E, G, M). 3. Imunoglobin G Menyusun pertahanan untuk melawan bakteri dan virus dalam aliran darah. Ini merupakan satu-satunya antibodi yang mampu melintasi plasenta. 4. Imunoglobin M Menghambat gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan dapat mengikat komplemen dengan kuat. 5. Imunoglobin A Melindungi membran mukosa dari serangan bakteri dan virus. 6. Imunoglobin E Bertindak sebagai reseptor untuk antigen. 7. Imunoglobin D Bertindak sebagai reseptor antigen ketika terdapat sel B dan menandai kematangan sel B. 1. Komponen Sistem Imun a. Fagosit Fagosit adalah sel darah putih yang melindungi dengan menelan benda asing berbahaya, bakteri dan sel-sel mati. Proses menelannya ini dinamakan fagositosis. 30
b. Makrofag Makrofag adalah sel penghasil fagosit yang berfungsi untuk menelan musuh seperti benda asing berbahaya, bakteri dan sel-sel mati sehingga tidak lagi menjadi suatu ancaman bagi tubuh. c. Sel B Sel B adalah sel-sel yang hanya mampu memproduksi antibodi sehingga berfungsi sebagai mediator imunitas humoral. d. Sel T Penolong Sebagai tanggapan terhadap rangsangan antigen, sel T penolong mensekresikan protein yang disebut sitokin, yang berfungsi untuk merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T itu sendiri, serta sel lainnya, termasuk sel B, makrofag, dan leukosit lainnya dan membunuh sel-sel yang menghasilkan antigen asing, seperti sel yang terinfeksi oleh virus dan mikroba intraseluler lainnya. e. Sel T Pembunuh Terlibat dalam kekebalan bawaan terhadap virus dan mikroba intraseluler lainnya. 2. Respon imun terhadap virus Sebenarnya di dalam tubuh terdapat sistem imun yang dapat menyerang virus yang masuk. Jika ada virus yang masuk, tubuh akan segera menyerangnya dengan cara sebagai berikut: a. Fagosit akan memakan dan merusak virus 31
b. Tubuh menghasilkan antibodi dan antigen. Jika antigen masuk ke dalam tubuh, maka tubuh terpicu memproduksi antibodi. Antibodi ini sangat spesifik dan hanya menyerang pada antigen yang memicunya (Koes Irianto: 2006, 207).
K. Virus Dalam skripsi ini, faktor yang dimaksudkan menyerang imun adalah virus. Virus adalah mikroorganisme berukuran sangat kecil yang mampu menginfeksi hampir semua jenis organisme. Virus juga dapat dikatakan sebagai makhluk peralihan antara hidup dan tak hidup. Hal ini disebabkan virus tidak mengalami pertumbuhan, tidak melakukan metabolisme dan tidak dapat berkembang biak dengan sendirinya.
L. Kemoterapi Pendekatan terapi yang digunakan untuk membasmi sel tumor, yaitu kemoterapi. Kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan zat-zat kimia yang bertujuan menghambat pertumbuhan sel tumor. Prinsip kerja obat kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau seluruh fase pada pembelahan mitosis pada sel-sel yang bereplikasi atau berkembang dengan cepat. Obat kemoterapi hampir tidak menimbulkan dampak pada sel yang sedang dalam masa beristirahat (tidak melakukan pembelahan), namun terkadang sel-sel rambut dan sel-sel yang sedang aktif membelah lainnya dapat terkena dampak obat ini apabila siklus mitosisnya
32
berada dalam target obat-obatan kemoterapi yang sedang digunakan. Menurut (Kianti Raisa Darusman, 2002: 6), sel tumor dapat berada dalam 3 keadaan yaitu: 1. Sel sedang melakukan pembelahan (siklus proliferatif). 2. Sel dalam keadaan istirahat (tidak melakukan pembelahan, G0). 3. Sel secara permanen tidak melakukan pembelahan. Sel tumor yang sedang melakukan pembelahan terdapat dalam beberapa fase yaitu: a. fase mitosis (M) b. fase pramitosis (G1) c. fase sintesis DNA (S) d. fase pascamitosis (G2) Bagan fase sel tumor adalah sebagai berikut:
Gambar 5.
Pada akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang merupakan saat terjadinya replikasi DNA. Setelah fase S berakhir sel masuk dalam fase pramitosis (G2) dengan ciri-ciri : a. sel berbentuk tetraploid 33
b. mengandung DNA lebih banyak daripada sel fase lain c. masih berlangsungnya sintesis RNA dan protein Sewaktu mitosis berlangsung (fase M) sintesis protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba, dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Setelah itu sel dapat memasuki interfase untuk kembali memasuki fase G1, saat sel berproliferasi atau memasuki fase istirahat (G0). Sel dalam fase G0 yang masih potensial untuk berproliferasi disebut sel induk (stem cell). Dengan demikian, sel dalam siklus proliferasi dan dalam fase G0 yang menambah jumlah sel tumor.
M. Immunoterapi Adanya sel tumor dan virus dapat menyebabkan sistem imun makin melemah, pendekatan terapi yang efektif untuk mengatasi hal itu adalah immunoterapi. Immunoterapi adalah pengobatan yang berfungsi untuk merangsang sistem imun untuk melawan tumor. Immunoterapi mengacu pada penggunaan sitokin yang biasanya bersama-sama dengan adoptive cellular immunotherapy (ACI). Sitokin adalah protein hormon yang diproduksi oleh sel sebagai respon terhadap rangsangan berfungsi meningkatkan respon imun dengan cara merekrut dan mengaktivasi sel serta mengatur aktivasi dan diferensiasi sel T dan B. Sitokin yang paling efektif untuk penanganan hal tersebut adalah Interleukin-2 (IL-2), karena yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel T.
34