Você está na página 1de 12

TUGAS 1 SISTEM ANGKUTAN UMUM (TSI 462)

Oleh : ANDREY PRASETIO BP. 1010923044

Dosen Mata Kuliah : YOSSYAFRA, ST, M.Eng, Sc, Ph.D

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013/2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1 I.2 BAB II Umum Identifikasi Masalah

i 1 1 1 2 2

ANGKUTAN UMUM II.1 Defenisi Angkutan Umum II.2 Jenis dan Klasifikasi Angkutan Umum Berdasarkan Peraturan yang Berlaku di Indonesia II.3 Klasifikasi Sistem dan Karakteristik Kendaraan Angkutan Umum II.4 Ciri-ciri Pelayanan Angkutan Umum

4 7 9 9

BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan DAFTAR KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Umum Angkutan umum berfungsi sebagai sarana transportasi alternatif pada kota-kota besar maupun kecil. Banyak sekali macam dan jenis angkutan umum yang masih di pertahankan di suatu kota, seperti bajai, walaupun angkutan tersebut sudah jarang di temui di perkotaan, namun kendaraan tersebut masih beroperasi pada pinggiran kota. Ataupun pada pedesaan masih terdapat becak, delman, dan alternatif kendaraan lainnya. Tidak bisa di pungkiri masih ada beberapa masyarakat yang masih membutuhkan transportasi tradisional tersebut.

Mayoritas penduduk di perkotaan maupun pedesaan, sudah memiliki kendaraan pribadi yang setia mengantarkan mereka ke tempat-tempat yang di inginkan. Sehingga kebanyakan dari angkutan umum yang ada sudah tidak di gunakan secara mayoritas lagi, disamping dengan berbagai alasan mantan pengguna angkutan umum, seperti sudah tidak nyaman dan amannya kendaraan umum yang tersedia maupun sarana dan prasarananya, kemudian pengiritan biaya juga praktisnya perjalanan mereka. Banyaknya pencopet, dan kotornya sarana dan prasarana yang tersedia, dan banyaknya pengemudi angkutan umum yang ugal-ugalan tidak memikirkan pengguna jalan lainnya, membuat masyarakat mulai enggan menggunakan transportasi umum, kehati-hatian yang lebih dibutuhkan jika masyarakat akan menggunakan angkutan umum.

1.2 Identifikasi Masalah 1. Jenis dan klasifikasi angkutan umum berdasarkan peraturan yang ada dan berlaku di Indonesia. 2. Klasifikasi sistem dan karakteristik kendaraan angkutan umum. 3. Ciri-ciri pelayanan angkutan umum.

BAB II ANGKUTAN UMUM

II.1 Defenisi Angkutan Umum Pengertian angkutan dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum adalah angkutan dari pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pengertiannya adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Sedangkan didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1993 menyebutkan bahwa, definisi dari angkutan umum adalah pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan untuk umum dengan dipungut bayaran. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum definisinya adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung.

II.2 Jenis dan Klasifikasi Angkutan Umum Berdasarkan Peraturan yang Berlaku di Indonesia Beberapa peraturan di Indonesia yang berkaitan tentang angkutan umum (mass transit), yaitu: Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 68 Tahun 1993 yang telah diperbaharui menjadi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 84 Tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum. Keputusan Mentri Perhubungan Nomor KM 35 tahun 2003, tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1993.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Menurut UU No. 22 tahun 2009 pasa 1 (21), perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum. Secara lengkap klasifikasi angkutan adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Klasifikasi Angkutan sesuai UU No. 22 Tahun 2009

Pada transportasi perkotaan sistem angkutan umum dikelompokkan menjadi angkutan umum penumpang dan angkutan umum barang. Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar, termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb.), kereta api, angkutan air dan angkutan udara (Suwardjoko Warpani, 1990:170). Selanjutnya system angkutan umum penumpang sendiri bias dikelompokkan menurut penggunaannya dan cara pengoperasiaannya (Vuchic, 1981), yaitu:

Angkutan pribadi, yaitu angkutan yang dimiliki dan dioperasikan oleh dan untuk keperluan pribadi pemilik dengan menggunakan prasarana baik pribadi juga maupun prasarana umum.

Angkutan umum, yaitu angkutan yang dimiliki oleh operator yang bias digunakan untuk umum dengan persyaratan tertentu.

II.3 Klasifikasi Sistem dan Karakteristik Kendaraan Angkutan Umum Terdapat 2 (dua) sistem pemakai angkutan umum berdasarkan peraturan Direktorat jenderal Perhubungan Darat tahun 1994, yaitu sebagai berikut: a. Sistem sewa (demand responsive system), yaitu kendaraan yang bisa dioperasikan balk oleh operator maupun oleh penyewa. Dalam hal ini tidak ada rute dan jadwal tertentu yang hams diikuti oleh pemakal. Sisteminisering disebut sebagal demand responsive system, karena penggunaannya yang tergantung pada adanya permintaan. Contoh jenis ini adalah angkutan jenis taksi. b. Sistem penggunaan bersama (transit system), yaitu kendaraan dioperasikan oleh operator dengan rute dan jadwal yang tetap. Sistem inidikenal dengan transit system. Terdapat dua jenis transit, yaitu sebagai berikut: Para transit, yaitu tidak ada jadwal yang pasti dan kendaraan dapat berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di sepanjang rutenya. Contohnya adalah angkutan kota atau angkutan pedesaan; dan Mass transit, yaitu jadwal dan tempat hentinya Iebih pasti dan teratur. Contohnya adalah kereta api. Vuchic (1981) membagi karakteristik moda angkutan umum menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut: a. Karakteristik Right of way (ROW), b. Karakteristik Teknologi, dan c. Karakteristik Jenis pelayanan Right of way (ROW) Right of way adalah tingkat kemudahan suatu moda untuk beroperasi. Terdiri dari tiga tipe; tipe C, B, dan A.

Tingkat kemudahan suatu moda dalam beroperasi sangat terkait erat dengan tingkat eksklusifitas prasarana yang tersedia untuknya. Semakin eksklusif prasarana yang tersedia untuk suatu moda, maka semakin tinggi tingkat kemudahan dalam merancang karakteristik perjalanannya. Tipe ROW C dikategorikan sebagai moda transportasi yang tidak mampu mengontrol karakteristik parameter operasionalnya sendiri seperti kecepatan, waktu tempuh, dan jadwal. Tingkat kemampuan mengontrol sangat tergantung pada tingkat gangguan dari moda yang lain sehingga performance indicator (PI) sangat tergantung pada moda lain. Kondisi ini terjadi karena dalam pengoperasian moda transportasi ini menggunakan prasarana yang bercampur dengan moda lain. Moda angkutan umum perkotaan di Indonesia pada umumnya tergolong dalam ROW tipe C karena berjalan di atas jalan raya atau jalan rel yang digunakan secara bersama dengan moda transportasi lainnya. Pada kondisi lalu lintas yang bercampur (mixed traffic) distribusi kecepatan kendaraan secara keseluruhan sangat tergantung dari komposisi kendaraan dengan kecepatan terendah dan tingkat kerapatan kendaraan di jalan. Tipe ROW B adalah tipe moda transportasi yang memakai prasarana terpisah dengan moda lainnya baik dengan curb, pagar pemisah, atau elevasi yang berbeda, namun demikian masih menggunakan fasilitas yang sama dengan moda yang lain di persimpangan. Pada kategori ini moda angkutan umum tetap harus berhenti di persimpangan bersinyal ketika lampu merah, atau memperlambat bahkan mungkin harus berhenti pada persimpangan sebidang tanpa pengatur lampu lalu lintas. Performance indicator (PI) dari moda angkutan umum pada kategori ROW tipe B ini masih tergantung pada kondisi prasarana jalan di perkotaan, terutama pada jumlah simpang baik simpang bersinyal atau yang tidak berpengatur lampu lalu lintas bersinyal. Sekalipun dalam jalur geraknya tidak terganggu, tetapi pada simpang bersinyal kendaraan tetap harus berhenti di lampu merah. Demikian pula di persimpangan yang tidak bersinyal, apabila terjadi kemacetan yang menghalangi jalur gerak maka moda angkutan umum ini tetap harus berhenti kecuali ada penjaga atau petugas. Di Indonesia moda angkutan umum yang tergolong dalam ROW kategori B adalah Busway Trans Jakarta.

Moda angkutan umum dengan ROW kategori A adalah kondisi angkutan umum dengan prasarana yang terpisah dengan moda transportasi lainnya baik dalam penggunaan jalur pergerakannya maupun di persimpangan. Di persimpangan yang sebidang, kendaraan tetap mendapatkan prioritas dengan pintu hingga kendaraan lain tidak bisa menerobos. Untuk kategori ROW A, moda transportasinya dapat mengontrol karakteristik operasionalnya sendiri seperti kecepatan, waktu tempuh, dan jadwal. Tingkat kemampuan mengontrol sepenuhnya tergantung pada tingkat karakteristik moda tersebut. Kategori Teknologi Teknologi moda angkutan umum dapat digolongkan dengan mengacu pada bentuk mekanis kendaraan (mechanical feature) dan jalur lintasannya, yaitu: Suporting system. Suporting system yakni kontak antara sarana dan prasarana untuk mentransfer berat kendaraan. Bentuk yang umum adalah ban karet di atas aspal, beton, atau permukaan lainnya dan roda baja di atas rel. Bentuk lainnya adalah bodi kendaraan di atas air (perahu, kapal), dan pesawat di dalam udara. System Pengarah. Sistem Pengarah dimaksud sebagai pengarah kendaraan dalam arah lateral. Kendaraan di jalan raya memakai setir (steer) sebagai pengarah kendaraan dan gesekan roda dengan perkerasan sebagai penjaga stabilitas lateral. Sementara untuk kendaraan di jalan rel menggunakan sayap rel sebagai pengarah sekaligus sebagai suporting system. Sistem Penggerak. Sistem Penggerak adalah jenis penggerak dan cara transfer percepatan atau perlambatan. Jenis penggerak terdiri dari Internal Combustion Enginee (ICE), yakni mesin penggerak dalam/motor bakar seperti teknologi mobil pada umumnya dengan bahan bakar bensin atau solar, dan mesin dengan motor elektrik. Metoda transfer energi/tenaga, yakni dengan: gesekan/friksi, magnetik, kabel, dan propeller.

Sistem Kontrol. Sistem Kontrol dimaksud sebagai sistem pengaturan kendaraan secara individu atau keseluruhan dalam sistem tranportasi. Hal yang paling penting di sini adalah upaya menjaga jarak antar kendaraan yang dapat dilakukan dengan cara: manual-visual, manual-signal, otomatis, atau semi otomatis.

Kategori Jenis Pelayanan Dalam melihat karakteristik pelayanan angkutan umum, deskripsi yang paling mudah adalah dengan membandingkan dengan pelayanan kendaraan pribadi.

Gambar 2 Karakteristik PelayananAngkutan Umum dibandingkan Kendaraan Pribadi

II.4 Ciri-ciri Pelayanan Angkutan Umum Tujuan mendasar dari keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik meliputi pelayanan yang aman, dapat dipercaya, teratur, cepat, murah, nyaman, mudah diperoleh, dan menyenangkan. Pelayanan angkutan umum secara fundamental terdiri dari tiga komponen aktivitas operasional atau tiga tahapan kegiatan (Wells, 1975:23), yaitu: 1. Tahap pengumpulan (collection) Pengumpulan penumpang merupakan proses awal dari akumulasi penumpang berada di kendaraan. Pada bagian ini diperlukan akses yang tinggi, melalui daerah tangkapan penduduk seperti perumahan.

2.

Tahap Pengangkutan (Line Haul) Pengangkutan adalah tahap membawa penumpang ketempat tujuan atau jalur pengangkutan. Karakteristik operasionalnya adalah bergerak dengan kecepatan relatif tinggi, sedapatnya melakukan perhentian sedikit mungkin. Apabila sering melakukan perhentian daya tarik dan efektivitas operasinya akan berkurang, meskipun tentu saja beberapa perhentian penting tetap dilakukan.

3.

Tahap Penyebaran (Distribution) Merupakan bagian penyebaran para penumpang di tempat tujuan masing-masing, yang merupakan kebalikan dari tahap pengumpulan penumpang. Karekteristik operasionya, melakukan perhentian tetapi tidak terlalu sering. Kepentingan yang diutamakan adalah berprestasi yang maksimal ke kawasan perbelanjaan dan tempat bekerja.

BAB III PENUTUP

III.1

Kesimpulan Angkutan umum berfungsi sebagai sarana transportasi alternatif pada kotakota besar maupun kecil. Angkutan umum memiliki peranan yang sangat signifikan karena kalau system angkutan umum suatu kota kurang baik maka akan menyebabkan turunnya efektifitas dan efesiensi system transportasi kota secara keseluruhan. Apabila berjalan dengan baik, angkutan umum bias berperan dalam mengalihkan kelompok masyarakat yang terbiasa menggunakan mobil pribadi beralih ke angkutan umum. System angkutan umum yang baik akan menyebabkan kehidupan kota yang baik pula dan kota berkembang dengan pesat, demikian sebaliknya. Agar system angkutan umum pada suatu daerah dapat berjalan dengan baik, diperlukan campur tangan dari pemerintah (regulator).

DAFTAR KEPUSTAKAAN

-----------, (2009). Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kementrian Hukum dan HAM Jakarta Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996, Vuchic, 1981, "Public Transport System Planning", MacGraw-Hill.co. Manajemen Lalu Lintas/Pengendalian Kendaraan Pribadi. http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Pengendalian_kendaraan_p ribadi. 22 Agustus 2013. Angkutan umum. http://id.wikipedia.org/wiki/Angkutan_umum. 22 Agustus 2013. Angkutan Umum. http://kardady.wordpress.com/angkutan-umum/. 25 Agustus 2013. http://hubdat.dephub.go.id/. 27 Agustus 2013.

Você também pode gostar