Você está na página 1de 2

OPISTHORCHIASIS

Opisthorchis felineus adalah trematoda parasit yang menginfeksi hati pada mamalia. Opisthorchis felineus pertama kali ditemukan pada tahun 1884 di liver kucing oleh Sebastiano Rivolta Italia. Pada tahun 1891, ilmuwan Rusia KN Vinogradov menemukan infeksi cacing ini pada manusia, dan diberinama parasit "Siberia cacing hati". Pada 1930, helminthologist Hans Vogel dari Hamburg menerbitkan sebuah artikel yang menjelaskan siklus hidup Opisthorchis felineus . Kucing, anjing dan manusia merupakan hospes penyakit ini. Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut opistorkiasis. Penyakit opistorkiasis dapat memberikan gangguan pada hati , pankreas , dan kandung empedu . Jika tidak diobati pada tahap awal, Penyakit opistorkiasis dapat menyebabkan sirosis pada hati dan peningkatan risiko kanker hati , kadang penyakit ini asimtomatik pada anak-anak. Parasit ini ditemukan di Eropa Tengah, Selatan dan Timur, Asia, Vietnam dan India. Cacing dewasa hidup dalam saluran empedu dan saluran pankreas. Cacing dewasa berukuran 7 12 mm, mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut. Bentuknya seperti lanset, pipih dorsoventral. Telur Opistorchis mirip telur C.sinensis, hanya bentuknya lebih langsing. Daur hidup Opisthorchis felineus melibatkan dua host intermediet. Yang pertama "host intermediate" parasit cacing ini adalah siput air tawar dari genus Bitinia yaitu Bitinia inflata (sinonim: Codiella inflata ), Bitinia troschelii dan Bitinia leachii . Yang kedua "host intermediate" adalah ikan air tawar, dan yang terakhir host mamalia seperti Kucing, anjing dan manusia. Telur cacing keluar bersama dengan tinja host akhir mencapai air dan jatuh ke bawah dan dimakan oleh siput genus Bitinia sebagai host intermediet yang pertama . Di dalam siput telur menetas keluar miracidium, meracidium yang akan berubah menjadi sporocyst, sporocysts dan berkembang biak secara aseksual menjadi serkaria. Serkaria meninggalkan siput dan berenang di air kemudian dimakan oleh ikan yang cocok sebagai hospes intermedier ke 2, serkaria akan menempel pada epithelium kulit ikan tersebut. Kemudian menanggalkan ekornya dan menempus kulit ikan dan membentuk cyste dibawah sisik ikan tersebut menjadi metacercaria. Infeksi terjadi dengan makan ikan

yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang matang. Hewan yang dapat terinfeksi C. sinensis ini adalah Manusia, rubah, anjing, kucing. Selanjutnya metaserkaria ini masuk keperut host mamalia, di perut host, cacing muda bermigrasi melalui saluran empedu ( ductus choledocus ) menuju ke hati, menjadi dewasa dan bertelur, selanjutnya telur dikeluarkan melalui saluran empedu ke dalam tinjaPeriode prepaten pada host mamalia berlangsung 2 sampai 4 minggu. Daerah endemi ditemukan di Muangthai. Karena tidak ada di Indonesia, maka cacing ini tidak akan dibahas secara terperinci. Morfologi dan daur hidup cacing ini mirip Opistorchis fenineus . Infeksi terjadi dengan makan ikan mentah yang mengandung metaserkaria. Di daerah Muangthai timur laut ditemukan banyak penderita kolangiokarsinoma dan hepatoma pada penderita opistorkiasis. Hal ini juga diduga karena ada peradangan kronik saluran empedu dan selain itu berhubungan juga dengan cara pengawetan ikan yang menjadi hospes perantara O.iverrini.

DAFTAR PUSTAKA
Gandahusada, Srisasi, dkk. 1996. Parasitologi Kedokteran. 2nd edition. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta Irianto Koes. 2009. Panduan Praktikum Parasitologi Dasar. Bandung : YramaWidya Parija SC. Textbook of Medical Parasitology. In: Protozoology and Helminthology. 4 ed. New Delhi: All India: Publishers and Distributers; 2013. Singh TS, Sugiyama H, Umehara A, Hiese S, Khalo K. Paragonimus heterotremus infection in Nagaland: A new focus of Paragonimiasis in India. Indian J Med Microbiol. Apr-Jun 2009;27(2):123-7. Lun ZR, Gasser RB, Lai DH, Li AX, Zhu XQ, Yu XB, et al. Clonorchiasis: a key foodborne zoonosis in China. Lancet Infect Dis. Jan 2005;5(1):31-41.

Você também pode gostar