Você está na página 1de 11

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36.

Agustus 2010

ANALISIS PENGARUH PEMBEBANAN DINAMIS TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON Akhiruddin Pasdah
Dosen Teknik Mesin Universitas Muslim Indonesia, Makassar

Abstrak Kegagalan terjadi akibat gabungan beberapa penyebab yang saling berkaitan, ketika pemilihan bahan dilakukan maka salah satu penyebab kegagalan telah diketahui sehingga merupakan penentu dalam pemilihan bahan. Sebagai contoh dapat dikemukakan ketahanan terhadap korosi dari salah satu bahagian peralatan pabrik kimia. Hasil penelitian yang telah d ilakukan pada berbagai perlakuan terhadap material yang dilakukan dengan perlakuan rotary bending dan pengujian kekuatan tarik. - Pembabanan yang diberikan pada bahan 10, 15 dan 20 kg terhadap material - Perlakuan waktu : 3,6 dan 9 jam Kata kunci : Pembebanan, sifat mekanis, baja karbon I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya baik yang berhubungan langsung dengan teknologi maupun yang secara tidak langsung mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan perkembangan industri yang sedemikian maju dewasa ini terutama kontruksi dan rekayasa, maka teknik penyambungan dengan pengelasan yang digunakan secara meluas dan dalam penyambungan plat-plat pada kontruksi baja. Digunakan secara meluas karena penyambungan yang dilakukan dengan pengelasan mempunyai beberapa keuntungan yakni kontruksi menjadi lebih sederhana, sehingga biaya totalnya menjadi murah Selanjutnya dengan perkembangan industry dewasa seperti ini seperti industri konstruksi dan rekayasa maka peranan bahan-bahan logam, baik fero maupun non fero sangat dibutuhkan dari seluruh produksi industri logam dunia. Baja adalah yang terbanyak karena merupakan logam yang banyak dipergunakan dalam bidang teknik. bahan yang dibutuhkan menurut kualitas yang sesuai dengan penggunaannya yang menyangkut sifat-sifat yang diinginkan Seringkali kegagalan terjadi akibat gabungan beberapa penyebab yang saling berkaitan, ketika pemilihan bahan dilakukan maka salah satu penyebab kegagalan telah diketahui sehingga merupakan penentu dalam pemilihan bahan.Sebagai contoh dapat dikemukakan ketahanan terhadap korosi dari salah satu bahagian peralatan pabrik kimia atau ketahanan mulur komponen turbin gas. II. Tinjauan Pustaka logam adalah unsure-unsur yang mempunyai sifat kuat,liat, keras,getas dan penghantar listrik atau panas. karena sifat-sifat tersebut maka logam dipergunakan manusia untuk berbagai macam keperluannya sehingga kehidupan kini tidak bisa lepas dari logam. dalam bidang teknik, logam murni jarang dipergunakan, yang banyak dipakai adalah logam paduan, yaitu campuran antara dua unsur atau lebih, antara logam dengan logam lain atau logam metalloid. Sebagai akibat dari penggunaan logam timbul pengetahuan-pengetahuan mengenai logam yang semakin luas, mendalam dan semakin mengkhusus manusia telah berusaha mencari logamlogam baru untuk dapat memenuhi

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

persyaratan-persyaratan yang makin tinggi. Selain dari pada itu pengolahan logam serta paduannya muncul pula persoalan-persoalan sehingga pengolahan dan teknologi logam menjadi suatu bahan cabang yang luas. 2.1. Sifat-sifat Logam Dalam bidang teknik seorang perencana harus bertanggung jawab atas hasil ciptaannya, oleh karena itu dapat menggunakan bahan-bahan secara efisien , aman dan ekonomis, dari sifatsifat dan kemampuan tersebut. dalam bidang teknik mesin perlu memperhatikan sifat mekanik, sifat fisik dan sifat teknologi. 2.1.1 Sifat Mekanik Sifat-sifat mekanik logam merupakan perlakuan yang diberikan dari ketahanan logam terhadap beban-beban tarikan, puntiran, gesekan, tekanan, goresan, baik beban statis maupun beban dinamis pada temperatur biasa ataupun temperatur tinggi ataupun temperatur di bawah nol . Sedangkan sifat fisis dari logam adalah mempunyai massa jenis, titik cair, panas jenis, konduktivitas panas , koefisisen kumai dan tahanan listrik. Sedangkan sifat mekanik dari logam dapat diuji dengan menggunakan peralatan dan dievaluasi untuk menentukan kegunaan logam atau perlakuan panas yang tepat untuk menentukan terapan yang tepat. Sifat mekanik suatu logam meliputi kegetasan, elestisitas, plastisitas, ketangguhan tarikan, kekenyalan, keliatan, keuletan dan kekerasan. 2.1.2. Sifat Tekonologi Sifat teknologi suatu bahan di definisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk dibentuk. Sifat ini mencakup sifat mampu las, mampu tempa, mampu mesin dan sifat pengerjaan panas atau pengerjaan dingin 2.2. Baja Karbon Baja adalah istilah umum yang mempunyai referensi luas termasuk bajabaja lunak, beberapa diantaranya sangat keras dan lainnya sangat special untuk pembuatan perkakas pemotong. Baja

karbon merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan dibidang teknik. Diantaranya konstruksi permesinan, perkapalan dan otomotif. Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur besi karbon serta unsur lainnya. Baja dapat dibentuk melalui pengecoran dan penempaan. karbon merupakan salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan keuletan baja. Dalam dunia teknik baja merupakan logam yang banyak digunakan seperti dalam bentuk plat, lembaran, batang profil dan lain sebagainya. Walaupun baja dapat didefinisikan sebagai campuran karbon dan besi, tetapi perlu diketahui bahwa tidak ada satu jenis baja yang hanya terdiri dari dua elemen itu. Karena proses pembuatan dan sifat-sifat alamiah dari bahan mentah yang digunakan, semua baja mengandung bahan-bahan lain yang tidak murni dalam jumlah kecil bervariasi. Baja karbon merupakan paduan antara besi (FE) dan karbon (C), Silicon (Si), Mangan (Mn), Fospor (P), dan unsurunsur Sulfur (S) sering pula ditambahkan unsur-unsur lain dalam jumlah relative sedikit ditambah dengan proses pembuatan dengan maksud mendapatkan sifat-sifat khusus dari baja karbon tersebut, Secara garis besarnya baja dapat dikelompokkan menurut kadar karbonnya sebagai berikut : a. Baja karbon rendah (0,10 0,30%) b. Baja karbon sedang ( 0,30 0,70%) c. Baja karbon tinggi (0,70 1,40%) Kegunaan dari macam-macam karbon tersebut adalah sebagai berikut : 1. Baja karbon rendah digunakan untuk ulir, kawat, baja profil, sekrup, baut 2. Baja karbon sedang digunakan untuk rel kereta api, as roda gigi, dan suku cadang yang memerlukan kekuatan tinggi

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

3. Baja karbon tinggi digunakan untuk perkakas potong seperti pisau,gurdi, tap dan bagian-bagian yang tahan gesekan Adapun pengaruh unsur-unsur yang terkandung dalam baja karbon sebagai berikut : 2.2.1. Karbon (C) Kekuatan dan kekerasan dari baja karbon biasanya meningkat sebanding dengan kandungan karbonnya tetapi keuletannya menurun akibat naiknya kadar karbon Presentase dan kandungan karbon baja dan juga akan memberikan beberapa sifat lain terhada baja karbon antara lain kemampuan untuk dilas dan sebagainya 2.2.2 Silikon (Si) silicon ditambah untuk memperbaiki homogenitas pada baja penambahan silicon juga dapat menaikkan tegangan tarik dan kecepatan pendingin kritis sehingga baja karbon lebih elastis dan cocok untuk bahan pegas. Silikon yang terdapat pada baja paduan lebih dari 0,4% 2.2.3. Mangan (Mn) Mangan berfungsi untuk menambah kekuatan dan ketahanan dari baja karbon. Kandungan mangan yang kurang dari 0,6% tidak dapat mempengaruhi sifat baja. Dengan bertambahnya kandungan mangan maka akan menurunkan kecepatan pendinginan kritis. 2.2.4. Sulfur (S) Penambahan sulfur untuk memperbaiki sifat mapu mesin sehingga akan mampu membuat materi Free Machining Steel. Hal ini terjadi bila ditambahkan sulfur sekitar 0,3% 2.2.5. Fosfor (P) Pospor berpengaruh terhadap impuritas dalam pengelasan sehingga dijaga seminimal mungkin. Material yang mengandung fospor diatas 0,4% mempunyai kecenderungan untuk menjadi getas dan mudah retak. Penambahan Fospor juga untuk memperoleh serpihan kecil pada saat

proses permesinan. Dan masih banyak paduan-paduan baja yang dikembangkan dewasa ini untuk kebutuhan material yang sesuai dengan tuntutan dunia industri yang kuat dan ringan. Dengan sangat berperannya unsur-unsur yang terkandung didalam baja karbon ini maka tidak menutup kemungkinan bila unsur atau paduan dapat merusak sifat mekaniknyajika melebihi persen yang ditentukan 2.3. Pengujian Tarik Batang uji yang merupakan sebuah batang yang terbentuk bulat, dengan ujung-ujung yang besar untuk penanganan pada mesin uji tarik dan di tengah-tengah batangnya (batang yang lebih kecil) yaitu terdapat bagian pengukurannya dinyatakan dengan dua tanda pengenal. Panjang Lo dari ukuran daerah ini mempunyai perbandingan tertentu, dengan diameter dari batang uji itu.

Gambar 1.specimen uji tarik dengan standar DIN 50125 Bentuk batang uji yang banyak dipakai pada pemgujian tarik adalah perbandingan Lo/do = 5 atau 10 untuk pengujian yang pemyusun uji dipilih 10. Selain dari ukuran batang uji tersebut diatas juga masih ada yang lainnya. batan yang memenuhi syarat perbandingan-perbandingan tetap yang tersebut batang uji proporsional. Untuk melaksanakan pengujian tarik antara dua kepala pengikat baku tarik. Dengan memberikan gaya yang makin besar akan bertambah panjang dan bertambah kecil dan akhirnya putus Agar percobaan dapat dibandingkan dengan tegangan dapat diartikan gaya setiap satuan luas

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

Gaya Tegangan luas penampang semula F (N/mm2) A0


agar diperhatikan bahwa untuk luas penampang diambil luas penampang mula-mula, tegangan yang dihitung yaitu kita sebut tegangan normal. Sedangkan regangan diartikan sebagai perpanjangan yang dinyatakan dalam satuan persen. Untuk menghitung regangan, perpanjangan dibagi ukuran panjang yang semula dan angka ini dikalikan dengan persen (100%) Perpanjangan Re gangan x100% Panjang mula - mula L L1 L0 x 100 % LO L0 2.3.1. Modulus Elastis

Ao 2.3.3. Tegangan ultimate beban maksimum u Penampang semula P u u (kg / mm2 ) Ao Tegangan sesungguhnya dengan batng putus kita sebut dengan kekuatan patah (b)

Py

(kg / mm2 )

Pb (kg / mm2 ) Ao 2.3.4. Regangan Patah Perpanjangan batang pada percobaan ini setelah putus dinyatakan dalam persen dan dari panjang semula kita sebut regangan patah ( atau A)

mod ulus elastis tg

tegangan regangan

Besarnya sudut adalah ukuran untuk kekenyalan ini dinyatakan dalam modulus kenyal (E) yang sama dengan tg (dapat dilihat pada gambar ini). Dalam hal ini adalah perpanjangan yang dinyatakan dalam satuan persen.

E tg

Ini sama dengan jumlah regangan tetap atau regangan plastik 2.3.5. Reduksi Penampang Pengurangan terbats dari luas penampang setelah putus dinyatakan dengan persen (%) dari luas penampang semula. Kita sebut pengguntinagan (Z)

2.3.2. Tegangan Yielding beban saat yielding y Penampang semula

A1 A0 x 100% A0 2.4. Kelelahan Kegagalan lelah adalah hal yang sangat membahayakan, karena terjadi tanpa petunjuk awal. Kelelahan mengakibatkan patah yang terlihat rapuh tanpa deformasi pada patahan tersebut. Pada skala makroskopik, permukaan patahan biasanya dikenal dari bentuk bidang perpatahan, ada bagian yang z

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

halus akibat, gesekan yang terjadi sewaktu retak merambat dan daerah kasar, perpatahan juga terjadi pada waktu penampang tidak dapat menerima beban. Seringkali perkembangan retakan ditandai oleh sejumlah cincin atau garis pantai (beach mark), bergerak kedalam dari titik dimana kegagalan mulai terjadi. Terdapat tiga faktor yang diperlukan agar terjadi kegagalan lelah. ketiga hal tersebut adalah : 1. Tegangan tarik maksimum yang cukup tinggi 2. Variasi atau Fluktuasi tegangan yang cukup besar 3. Siklus penerapan tegangan cukup besar selain itu, masih terdapat sejumlah variabel-variabel lain, yakni : konsentrasi tegangan korosi suhu, kelebihan bahan, struktur metalurgi, tegangan-tegangan sisa, dan tegangan kombinasi yang cenderung naik mengubah kondisi kelelahan. Karena belum memiliki pengetahuan dasar yang kuat mengenai sebab-sebab terjadinya kelelahan pada logam, maka diperlukan pembahasan mengenai faktor-faktor diatas dari segi empiris. Karena banyaknya data seperti ini, maka hanya terdapat kemungkinan untuk menggambarkan hubungan faktor tersebut diatas dengan kelelaha. 2.4.1. Siklus tegangan Sebagai langkah awal, sebaiknya diberikan definisi singkat mengenai tegangan berfluktuasi yang dapat menyebabkan kelelahan.

Gambar 3. siklus tegangan lelah. (a). Tegangan Balik, (b). Tegangan Berulang (c). Tegangan Acak atau tak teratur Gambar diatas menggambarkan jenisjenis siklus tegangan regangan yang dapat menyebabkan kelelahan. (Gambar a) menggambarkan suatu siklus tegangan lengkap yang berbentuk sinusoidal. Gambar tersebut adalah keadaan ideal yang dihasilkan oleh mesin fatik balok putar. R.R. Moore dianggap sebagai putaran poros dengan kecepatan konstan pada beban lebih. Untuk siklus tegangan demikian tegangan maksimum dan minimum sama besarnya. Dimana tegangan minimum adalah tegangan terendah aljabar pada suatu siklus. Tegangan tarik dianggap positif dan tegangan tekan dianggap negatif. (Gambar b) menggambarkan suatu siklus tegangan berulang, dengan tegangan maksimum maks dan tegangan minimum min tidak sama. Keduanya adalah tegangan tarik . Suatu siklus tegangan dapat terdiri dari tegangan maksimum dan minimum dengan tanda berbeda atau keduanyaberupa tekanan. (Gamabar c) menggambarkan suatu siklus tegangan yang rumit yang mungkin terdapat pada suatu bagian tertentu seperti pada sayap pesawat yang menerima beban berlebih periodik yang tak terduga besarnya disebabkan oleh hembusan udara yang keras. Siklus tegangan berfluktuasi, terdiri dari 2 komponen, tegangan ratarata atau tegangan tetap m, dengan tegangan bolak balik atau tegangan beragam a. Kita juga harus memperhatikan daerah tegangan r, seperti yang tampak pada gambar b, daerah tegangan adalah perbedaan aljabar antara tegangan maksimum dan tegangan minimum pada suatu siklus. r = maks - min Besarnya tegangan bolak balik adalah dari jangkauan tegangan min a r maks 2 2

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

Tegangan rata-rata adalah harga rata-rata aljabar tegangan maksimum dan minimum pada siklus min m maks 2 Untuk perbandingan data-data kelelahan digunakan dua buah besaran perbandingan yaitu :

tegangannya yang bersifat elastik tetapi logam akan berdeformasi secara plastik setidak-tidaknya apabila ada daerah yang sempit. Pada tegangan tinggi dengan cepat ketahanan lelah (fatigue life) turun, tetapi deformasi plastik keseluruhan mempersulit penafsiran dengan menggunakan besaran tegangan. untuk daerah kelelahan siklus rendah (N<104 maks Perbanding an tegangan R atau 105) pengujiannya dilakukan min dengan pengendalian siklus elastis a 1 ditambah R regangan plastik. Perbanding an Amplitude A Dari gambar diatas terlihat bahwa m 1 R jumlah siklus tegangan yang logamnya 2.4.2. Kurva S N dapat bertahan sebelum mengalami Metode dasar dalam penyajian data kelelahan, akan bertambah jika kelelahan rekayasa adalah menggunakan tegangannya turun. N adalah jumlah kurva S-N, yakni pemetaan tegangan S siklus tegangan yang menyebalkan terhadap jumlah siklus hingga terjadi terjadinya patah sempurna benda uji. Uji kegagalan N. Untuk skala N, hampir kelelahan pada tegangan rendah untuk selalu digunakan skala log. Tegangan logam-logam bukan besi, biasanya yang didapatkan dengan berupa a, maks dilakukan untuk 107 dan kadang-kadang atau min. Nilai tegangan tersebut hingga 5 x 108 siklus. Untuk beberapa biasanya adalah tegangan nominalnya, bahan teknik yang penting , seperti baja dengan demikian tidak terdapat dan titanium, Kurva S N untuk daerah penyusuaian untuk konsentrasi tegangan. tegangan batas, yang dinamakan batas Hubungan S-N ditentukan bagi nilailelah,atau batas ketahanan, nampaknya nilai m,R, atau A tertentu. Hampir bahan tahan siklus pembebanan dengan semua cara-cara penentuan sifat-sifat jumlahnya tak terhingga, tanpa terjadi lelah suatu bahan diperoleh dengan cara kegagalan. sebagian besar logam bukan lenturan balik lengkap, dimana tegangan besi, seperti aluminium, magnesium, dan rata-ratanya bernilai nol. paduan tembaga memiliki kurva S-N dengan gradien yang turun sedikit demi sedikit sejalan dengan bertambahnya jumlah siklus. Bahan-bahan demikian tidak mempunyai batas lelah yang sejati, karena kurva S-N tidaak pernah menjadi horizontal. pada keadaan tersebut, umumnya sifat lelah suatu barang diberikan oleh kekuatan patah pada siklus tertentu, misalnya 108 siklus. Kurva S-N didaerah siklus tinggi digambarkan dengan persamaan basquin : Gambar diatas menunjukkan kurva S-N P N a C yang diperoleh dari uji balok putar. perlu Dalam hal ini a adalah tegangan diketahui bahwa kurva S-N diatas, amplitude dan p serta C adalah konstanta terutama berkaitan dengan kegagalan empiris. lelah pada jumlah siklus yang besar (N>105 siklus). Pada keadaan demikian

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

prosedur yang biasa digunakan untuk menentukan kurva S-N adalah menguji benda uji pada tegangan tinggi, disini diharapkan terjadi kegagalan pada siklus sebesar 2/3 kekuatan tarik bahan. kemudian tegangan uji diturunkan untuk benda uji berikutnya hingga 1 atau 2 benda uji tidak rusak pada siklus pembebanan tertentu, biasanya disekitar 107. Tegangan tertinggi pada saat tidak terjadi kegagalan dianggap sebagai batas lelah. Untuk bahan-bahan yang tidak mempunyai batas lelah, biasanya pengujian dihentikan berdasarkan pertimbangan praktis, pada tegangan rendah kira-kira pada siklus pembebanan 108 atau 5x108 siklus. Kurva S-N umumnya ditentukan dengan menggunakan benda uji sekitar 8 12 buah. Biasaya terdapat penyimpangan data yang cukup besar, walaupun dapat digambarkan suatu kurva yang baik tanpa memenuhi kesulitan. Akan tetapi, jika beberapa benda uji diuji pada tegangan yang sama maka terdapat penyimpangan nilai yang cukup besar pada nilai siklus tertentu dimana terjadi kegagalan. Selisih antara siklus minimum dan maksimum dapat mencapai satu siklus log. Selain itu telah terbukti bahwa bats lelah baja yang mengalami variasi cukup besar, oleh karena itu penentuan batas lelah dengan cara-cara yang lelah dijelaskan diatas dapat menghasilkan kesalahan yang cukup besar. III. Metode Penelitian 3.1 Bahan Penelitian Bahan atau specimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah HQ 760 dengan bentuk batang yang berdiameter 25,4 mm (1inch) dengan panjang 200 mm sebanyak sepuluh (10) buah 3.2 waktu dan tempat penelitian penelitian dilaksanakan pada bulan januari 2006 bertempat pada :

1. Lab. Ilmu Logam Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia 2. Balai Latihan Kerja (BLK) Makassar Adapun langkah-langkah yaitu : 1. Spesimen uji tarik Spesimen uji tarik dibuat dengan standar Ducth Industrie Norm (DIN 50125) Gambar : 5

2. Pengujian Tarik Pengujian tarik ini dilakukan setelah proses Rotari Bending dengan variasi waktu dan beban, tujuan dari pengujian tarik yaitu untuk mengetahui sifat mekanik dari baja HQ 760 setelah mengalami pembebanan dinamis 3.3 Tahapan penelitian

3.4 Prosedur pelaksanaan penelitian Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon HQ 760 yang berbentuk bulat, kemudian material dibentuk menjadi specimen uji tarik dengan standar DIN 50125 sebanyak sepuluh buah dari sepuluh

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

specimen tersebut 1 (satu) specimen dilakukan uji tarik untuk mengetahui kekuatan tarik sebelum diberikan pembebanan, sedangkan 9 (Sembilan) specimen dilakukan Uji rotary bending kemudian dilanjutkandengan pengujian tarik. - Merek : Torse - Tipe : L30P - Beban Max : 30 Ton Langkah-langkah yang dilakukan dalam pegujian tarik adalah sebagai berikut : - Pemasangan benda uji pada ragum kerja - penyetelan jarum pada titik 0 kg pada beban tarik 30.000 kg @ 50 kg/strip - Pemasangan kertas millimeter pada grafik - pelaksanaan uji tarik dengan memutar beban uji perlahanlahan - Jarum berputar samapi titik luluh tercapai - Jarum menempuh titik maximum dengan beban penuh - Terjadi suatu titik penuh pada beban patah/puncak Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian rotari bending adalah sebagai berikut : - Timbang beban yang akan digunakan - Pasang benda uji pada penjepit - Gabungkan beban pada alat yang tersedia - Menjalankan mesin sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. IV. Analisa data dan Pembahsan 4.1. Analisa Data Data hasil pengujian yang diperoleh dari material baja karbon HQ 760, selanjutnya diolah dan dihitung berdasarkan persamaan-persamaan yang telah ada yang selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut 4.1.1 Pengujian rotari bending

sebelum dilakukan pengujian tarik, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian rotari bending dengan beban dan waktu yang telah ditentukan. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan perlakuan atau pembebanan dinamis terhadap material. Data dari mesin uji rotari bending adalah sebagai berikut - Data motor : 1 Hp - Putaran Maksimun (n) : 1450 rpm 4.1.2. Pengujian Tarik Menghitung kekuatan Dalam menghitung kekuatan bahan atau besarnya tegangan yang terjadi akibat penarikan digunakan rumus sebagai berikut: p A dalam hal ini digunakan A = Ao = luas penampang awal specimen sebagai luas penampang terbebani Karena tegangan terjadi ada beberapa yaitu tegangan yield, tegangan maksimum ataupun tegangan patah maka persamaan dapat ditulis : Py Tegangan yield ( ) (kg / mm2 ) A0 P Tegangan Maksimum( ) max (kg / mm2 ) A0

Tegangan Patah ( )
Contoh perhitungan Normal Regangan () L L o 1 x100% Lo

Ppatah

(kg / mm2 ) A0 untuk material

62 50 x100% 50 24% Reduksi Penampang (Ar) Ao Ap Ar x100% Ao

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

Ao Ap

xd o
2

3,14 x(10) 2 78,5 mm2 4

3,14 x(7) 2 38,5 mm2 4 4 78,5 38,5 Ar x100% 51% 78,5 Tegangan tarik maksimun (m) P 6000 m max 76,43 kg / mm2 Ao 78.5 xd p
2

Contoh Perhitungan untuk waktu 6 jam dengan beban 15 kg Regangan () L L o 1 x100% Lo


64 50 x100% 50 28% Reduksi Penampang (Ar) Ao Ap Ar x100% Ao 3,14 2 Ao xd o x(10) 2 78,5 mm2 4 4 3,14 2 Ap xd p x(7,2) 2 40,7 mm2 4 4 78,5 40,7 Ar x100% 48,2% 78,5 Tegangan tarik maksimun (m) P 5400 m max 68,79 kg / mm2 Ao 78.5

4.2. Pembahasan Secara umum dari hasil penelitian yang dilakukan, dalam hal ini grafik hubungan antara kekuatan tarik maksimum dengan beban dan waktu pembebanan terlihat bahwa terjadi penurunan kekuatan tarik yang sangat berarti untuk semua variable perlakuan. Untuk beban 10 kg dengan waktu 3,6 dan 9 jam penurunan kekuatan tarik dari kondisi normal sebesar 6-7 kg/mm2, untuk beban 15 kg dengan waktu 3 dan 6 jam penurunan berkisar antara 7-9 kg/mm2. Akan tetapi pada beban 15 dan 20 kg dengan waktu pembebanan selama 9 jam terjadi penurunan kekuatan tarik yang sangat berarti yakni sebesar 17 21 kg/mm2 penurunan kekuatan tarik yang sangat besar ini terjadi karena beban yang diberikan cukup besar dan waktu

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

pembebanan yang lama sehingga mengakibatkan material tersebut menjadi lelah sehingga terjadi penurunan kekuatan tarik Pengaruh pembebanan terhadap kekuatan tarik pada beberapa waktu pembebanan, dari grafik 4.1 terlihat : Waktu 3 jam Penurunan kekuatan dari kondisi normal sebesar 67,43 kg/mm2 menjadi 70,06 kg/mm2 untuk beban kg, untuk beban 15 kg, kekuatan tarik turun menjadi 67,52 kg/mm2 Waktu 6 jam Pada kondisi ini penurunan kekuatan tarik dari kondisi normal samapai sengan beban 20 kg penurunannya relative cukup kecil. Dimana pada kondisi normal kekuatan tarik sebesar 76,43 kg/mm2 sedangkan pada beban 20 kg kekuatan tarik turun menjadi 64,97 kg/mm2 (-11,58 kg/mm2) Waktu 9 jam Pada kondisi ini penurunan kekuatan tarik dari kondisi normal sampai beban 10 kg relative cukup kecil yakni 7,25 kg/mm2 akan tetapi pada beban 10 sampai 20 kg penurunan kekuatan tarik yang sangat besar terjadi di sebabkan karena pada pada waktu 9 jam dengan beban 15 20 kg material menjadi lelah sebagai akibat dari waktu yang cukup lama dan beban yang besar sehingga kekuatan material menjadi menurun. Penurunan kekuatan ini disebabkan karena adanya deformasi yang terjadi sebagai akibat pembebanan yang diberikan terhadap material Pembahasan Khusus Pada waktu 3 jam dengan beban 20 kg terjadi penurunan kekuatan tarik yang sangat besar sekali yakni dari kondisi normal 76,43 kg/mm2 menjadi 31,85 kg/mm2 (60%) penurunan yang sangat besar terjadi diduga diakibatkan karena adanya cacat pada material, hal ini dapat dilihat pada beberapa material

dengan beberapa perlakuan dimana penurunan kekuatan tarik cenderung hampir merat sekalipun ada beberapa perbedaan yang terjadi. V. Kesimpulan Dan Saran 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bernagai perlakuan terhadap material yang dilakukan dengan perlakuan rotary bending kemudian dilanjutkan dengan pengujian kekuatan tarik dan berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan : 1. Sebagai akibat dari pembebanan yang diberikan yakni beban 10, 15 dan 20 kg terhadap material maka akan terjadi penurunan kekuatan tarik tergantung besarnya penurunan kekuatan tarik tergantung besarnya beban yang diberikan 2. Dari tiga waktu pembebanan yang diberikan yakni 3, 6 dan 9 jam maka, waktu 9 jam memperlihatkan penurunan kekuatan tarik yang sangat besar DAFTAR PUSTAKA 1. Amstead.B.H, Philip. F, Ostwald, Myronl, Begeman, Manufacturing Processes, Seven edition & sons Inc Colorado, 1979, terjemahan, Sriati Djaprie, Teknologi mekanik, Erlangga, Jakarta, 1985 2. Anver, S.H. 1984, Introduction To Physical Metalurgi, Me. Graw Hill Kogakusha L.D. Tokyo 3. Suardi, Amin, Adyana,D .N. 1989, Pengetahuan Logam UPT LUK Metallurycal Transaction 4. R.E. Saliman,CBE,DSc, FRS, FREng, FIM, ;R.J. Bishop, PhD, CEng, MIM, 2000, Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material, Diterjemahkan oleh Ir. Sriati Djaprie , M.Met edisi keenam, Eralangga Jakarta. 5. Dieter, Geoege E, Mechanical Metalurgy, Third Edition, Mc Graw Hill Inc, 1989, Alih Bahasa, Sriati

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010

Djaprie, Metalurgy Mekanik jilid 1-2 Erlangga Jakarta 1988 6. Alexander WO, Essential Metalurgy for Engeneers, Alih Bahasa Sriati Djapri. Dasar Metalurgy Untuk Rekayasa, PT. Gramedia Jakarta 1991

Você também pode gostar