Você está na página 1de 10

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus Renungan ini kita saat ini diambil dari kitab

Musa yaitu kitab Imamant ataupun disebut sebagai kitab Imam-Imam yang mana isi dari kitab ini menjelaskan tentang pelayanan para imam pada saat itu. Setelah kita baca kitab Imamat ini yang berikan tentang perjalanan bangsa Israel didalam melaksanakan peringatan akan pembebasan. Perayaan ini disebut sebagai perayaan Tahun Yobel. Yobel artinya adalah sangkakala yang ditiup atau dibunyikan sebagai tanda dimulainya pembebasan. Memang kalau dilihat mungkin perlu dilakukan seperti ini pada kehidupan kita sehari-hari. Dimana pada suatu masa dilakukan perbuatan yang baik yang bersifat massal, seperti misalnya melakukan pembebasan untuk melakukan ibadah agama bagi setiap pemelukknya pada tahun itu tanpa memandang bulu. Hal ini dapat dipikirkan sekaligus dapat dilakukan asal ada kemauan dari setiap orang terlebih pemimpinnya, sehingga akan mendatangkan sorak-sorai dari setiap mulut yang bersukacita, tentunya ini menjadi doa kita masing-masing. Kembali ke Kitab Imamat bahwa pada saat ini setiap bangsa Israel melakukan pembebasan seperti pembebasan akan seluruh utang-utang, pembebasan terhadap perbudakan dan beberapa hal lainnya. Jadi pada masa Tahun Yobel ini dilaksanakan tentunya dilahirkan dari sesuatu pemikiran yang baik (seperti dalam introitus kita) dan didalam pelaksanaanya pasti terjadi kesukacitaan dari mulut-mulut yang bersukacita dengan melakukan sorak-sorai (seperti pada pembacaan alkitab yang pertama). Sama hal nya dengan saat ini, pembebasan itu sangat diperlukan dan bagaimana kita mengimani kebebasan itu dapat menjadi pembebasan bagi orang lain. Yang menjadi pertanyaan bagi kita Apakah kita sudah merasa dibebaskan ? Kemudian bila kita mengimani bahwa Kristus telah membebaskan kita, sudahkan perbuatan-perbuatan kita, sikap kita , cara bicara kita, pikiran-pikiran kita mencerminkan kepada jiwa pembebasan? Melalui renungan saat ini yang diaragkan melalui tema ini kita kembali diingatkan bahwa Kristuslah pembebas yang sejati, dan melalui teladanNya lah kita dimampukan untuk menjadi pembebas-pembebas yang sejati.

Berbicara Tahun Yobel tentu berbicara tentang keseimbangan dan keadilan ditengahtengah masyarakat. Sebuah upaya untuk memanusiakan manusia. Dan kalau kita lihat kondisi di negara kita Indonesia, keseimbangan tersebut semakin terkikis. Yang kaya bertambah kaya, yang miskin bertambah melarat. Menurut Sena : Tahun Yobel ini dilaksanakan didasaran atas UUD yang kongkrit

UUD kita tidak kongkrit makanya dapat ditafsirkan oleh banyak kalangan yang menyatakan benar berdasarkan keilmuannya. Kitab Imamat yang menjadi perenungan kita dalam Minggu Jubilate ini adalah kitab ketiga dari Taurat Musa. Disebut Imamat sebab hampir seluruh kitab ini memuat hal-hal yang berhubungan dengan tugas-tugas para imam. Dan khusus pasal 25:8-17 berkaitan seputar Tahun Yobel. Perayaan setiap tujuh tahun, dan terutama setiap 50 tahun, setelah 7 x 7 tahun. 1. Budak-budak Yahudi harus dibebaskan dan 2. Tanah-tanah yang tergadai dikembalikan. ( Selama tahun tersebut, tanah dikembalikan kepada pemilik semula 25:11, 13). Ini dilakukan supaya tiap suku Israel bisa mempertahankan tanah yang diberikan kepada mereka ketika pertama sekali memasuki Tanah Kanaan (Bil.34:1-29). 3. Selama tahun itu juga, utang harus dihapuskan dan 4. Tiap tanaman yang tumbuh sendiri dibiarkan untuk orang miskin (Ul.15:111). Hal ini merupakan gagasan ideal ketimbang praktek aktual, meskipun paling tidak, hal tersebut mencegah meluasnya perdagangan budak. Kata yobel berasal dari bahasa Ibrani yang berarti terompet. Nama Tahun Yobel itu diambil dari kebiasaan mengumumkan pembukaan tahun itu dengan membunyikan sangkakala yang disebut yobel. Tahun Yobel disinggung dalam Yes.61:1-2 yaitu menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tertawan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan.

Perhatian kepada KA/KR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kepada guru-guru KAKR, Peralatan belajar mengajar KAKR, Ruangan KAKR, Orientasi Pelayan Anak dan Orangtua (OPAR), Pesta Iman Anak dan Remaja (PIARA), Christival KAKR, dlsb

KEBEASAN ROHANI Pembahasan ini dibatasi pada analisis terhadap dua jenis kebebasan: sosial dan rohani. Alasan Pembahasan ini terutama karena akar dari banyak masalah yang dihadapi manusia modern, antara lain, disebabkan oleh penekanan yang berlebih-lebihan pada kebebasan sosial dengan mengabaikan kebebasan rohani. Kebebasan, dalam konteks ini, terutama dalam pengertian tiadanya rintangan dalam perjalanan manusia menuju kesempurnaan. Manusia adalah makhluk yang khusus dan kompleks yang selain memiliki kehidupan pribadi, juga mempunyai apa yang disebut kehidupan sosial. Oleh karena itu, pembicaraan mengenai kebebasan dapat ditinjau dari aspek sosial maupun aspek individu. Kebebasan sosial, dalam hal ini, terutama dimaksudkan sebagai kebebasan yang dimiliki manusia dalam hubungannya dengan individu-individu lain dalam masyarakat, atau dengan perkataan lain, kebebasan dari segala bentuk keterikatan, penghambaan, perbudakan dan eksploitasi dari sesama manusia. Kebebasan rohani adalah kebebasan seseorang dari dirinya sendiri, diri yang dimaksud di sini adalah diri hewaniyah seseorang. Manusia memiliki dua diri atau ego: diri manusiawi dan diri hewani. Diri hewani manusia antara lain meliputi kecenderungan hawa nafsu manusia seperti keserakahan, kecintaan kepada harta benda dan egoisme. Kebebasan rohani dapat juga diartikan sebagai kebebasan diri manusiawi seseorang dari diri hewaninya (an nafs al ammara bis-sui: diri yg menyeru kpd keburukan). Penindasan dan eksploitasi terhadap sesama manusia, yang terjadi sepanjang sejarah, bukanlah disebabkan oleh kebodohan atau masih terbelakangnya institusi sosial di masa lalu. Dewasa ini, dengan pengetahuan dan institusi-institusi hukum yang semakin maju, sikap dan respek manusia terhadap hak-hak dan kebebasan sesama tidaklah serta merta berubah. Contoh yang paling gamblang adalah kasus Afrika Selatan, Bosnia (bbrp wkt yg lalu) dan Palestina di mana piagam deklarasi hak-hak manusia sedunia tidak digubris sama sekali. Praktek-praktek seperti ini juga terjadi di belahan dunia lainnya dalam bentuk-bentuk terselubung.

Bahkan tidak kurang kita temui bentuk-bentuk penindasan atas nama kemanusiaan. Kenyataan tersebut di atas, terutama disebabkan oleh sikap mementingkan diri dan ketamakan. Sebagai individu manusia berusaha hanya untuk memperoleh keuntungan maksimun bagi dirinya dengan berbagai cara. Manusia-manusia lain diperlakukan sebagai sarana dan memanfaatkan mereka sebagaimana memanfaatkan kayu, batu, besi dan binatang (I - It relationship not I - Thou relationship). Bahkan kemajuan Iptek dan kecanggihan institusi sosial dewasa ini dalam kenyataannya bukannya membawa umat manusia mencapai impian-impiannya: kesejahteraan, tuan yang mandiri dari kehidupannya dan pemerataan. Sebaliknya yang kita dapati adalah manusia-manusia yang mengalami dehumanisasi dan menjadi sekedar sekerup-sekerup dalam mesin birokrasi serta menjadi tawanan dari teknologi yang diciptakannya. Kegagalan manusia modern ini terutama karena mereka telah menjadi tawanan egonya sendiri. Keserakahan dan egoisme telah menjadi batu sendi peradaban industri, bersama sikap hedonisme telah menjadi premis psikologis utamanya. Hal ini, tidak lain dari menjadikan diri hewani manusia mengatasi diri manusiawinya. Mungkinkah seseorang yang telah diperbudak oleh dirinya dapat memberi kebebasan kepada yang lain. Mustahil! Kebebasan sosial akan kehilangan maknanya apabila tidak disertai kebebasan rohani. Hanya kebebasan rohanilah yang mampu, secara hakiki, mencegah seseorang yang berkuasa memanfaatkan kekuasaannya untuk menguasai dan memperbudak sesama manusia.

DIBEBASKAN UNTUK MEMBEBASKAN Yeremia 31:7-9 Tiada Masa Depan Tanpa Kebebasan Dan Tiada Kebebasan Tanpa Pengampunan (No Future Without Freedom, No Freedom Without Forgiveness)

Saudaraku! Jalan panjang menuju kebebasan (The long way to freedom), bukan tanpa perjuangan, bukan sepi pengharapan, dan bukan hampa hati masuk dalam ranah doa batin. Segala kepedihan harus ditanggung sekalipun bukan pilihan; segala duka nestapa harus dipikul sekalipun hati menjerit; segala amarah, kebencian dan perlakuan kasar sang penguasa harus ditanggung sekalipun itu tidak manusiawi Hebatnya siksaan batin sungguh membuat jiwa tertekan, dan hati penuh sesak tiada tara merindukan sentuhan pembebasan. Dalam konteks berbangsa dan bernegara saat ini barangkali karya pembebasan itu hanya utopia, namun benih pengharapan yang tumbuh di dalam jiwa mendesak hati untuk tidak pernah berhenti berharap akan karya Allah sang pembebas abadi. Betapa hati ini sangat teriris ketika di Negara yang kaya sumber alam, subur tanahnya, maritimnya berlimpah harta, beragam agama dan suku, namun rakyatnya banyak dipertigaan lampu merah, kolong jembatan penuh sesak, gubuk reot menghias lintasan kereta api, kepak-kepak berjejer dipinggiran kali, IMB pembangunan rumah ibadah sangat sulit dan dipersulit. Hingga sekarang Gereja HKBP Kaliabang Bekasi, HKBP Filadelfia Tambun Bekasi, GKI Yasmin Bogor, dan lainnya masih terus beribadah dipinggir jalan karena disegel. Kebebasan mereka menjalankan ibadah sebagai hak hakiki yang diterima dari TUhan, dan dijamin oleh UUD diberangus sang penguasa. Hmmm ternyata pembangunan diskotik, tempat-tempat hiburan lebih penting di Negara beragama ini. Memang the long way to freedom. Saudaraku! Pengharapan Kristiani tidaklah mengecewakan, namun pasti menuju kesempurnaan karena Tuhan adalah sempurna di dalam tindakanNya dan karya pembebasan yang dimilikiNya adalah sempurna juga. Tidak mungkin karya yang sempurna itu dikotori tangan-tangan yang tidak sempurna. Saatnya sentuhan pembebasan itu dinobatkan setelah sekian lama umat Israel mengalami pahit getirnya kehidupan di negeri orang (Babel). Kepada umat Tuhan berfirman: Bersorak-sorailah, bersukarialah,

kabarkanlah, pujilah dan katakanlah TUHAN TELAH MENYELAMATKAN UMATNYA. Aku akan membawa, mengumpulkan, menghibur, memimpin umat-Ku, TUHAN TELAH MEMBEBASKAN DAN MENEBUS UMATNYA. Aku akan memuaskan jiwa umat-Ku, dan mereka akan kenyang dengan kebajikan-Ku. Inilah realisme pengharapan umat Kristiani dan menjadi obsesi ditengah dunia yang penuh rusuh ini. Pengharapan pembebasan Kristiani bukan terletak ditengah-tengah elok rupawan sang penguasa, bukan pula ditengah-tengah tebaran senyum sang pengusaha, dan bukan pula ditengah-tengah rayuan sang politisi melalui janji-janji manis, namun berada dalam karya kreatif Kristus sang pembebasan Agung yang dikaryakan di dalam diri setiap orang tanpa perlakuan diskriminatif. Saudaraku! Tuhan telah menyelamatkan umat-Nya, Tuhan telah membebaskan dan menebus umatNya melalui anak-Nya Yesus Kristus. Karya Tuhan harta abadi kehidupan ini tentu akan kita teruskan dan maknai melalui desakan hati nurani menjamah kantongkantong yang sepi dan hampa kebebasan. Ada banyak anak-anak masa kini yang tertawan kenikmatan sesaat, para perempuan mengalami kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dipertontonkan tanpa malu. Sekolah dan kampus yang diharapkan sebagai sumber pendidikan pembangunan karakter, moralitas, dan etika sosial membangunan tatanan kehidupan sepertinya disusupi oleh roh kekerasan. Perang saudara di Negara Suriah terus berkecamuk dan menebarkan ketakutan global, semua ini membutuhkan peran setiap orang mengaktualisasikan diri dalam karya kreatif pembebasan masa kini. Tuhan telah memberi karunia pembebasan itu kepada kita, dan inilah hidup sorak-sorai bagi kita ketika setiap orang berperan dalam karya pembebasan itu sendiri. Karya pembebasan bukan menyalahkan orang terlebih mencari kambing hitam, namun memberi kontribusi, memperluas pengampunan. Biarlah setiap orang bersorak-sorai setelah melihat dirinya ada di dalam arak-arakan pembebasan itu. Kita sudah dibebaskan oleh Kristus, dan kebebasan itu akan sampai pada maksud dan tujuan Allah bila masingmasing orang memberi dirinya dalam karya membebaskan sesamanya, keluarganya, lingkungannya, dan alam ciptaan Tuhan. Dibebaskan supaya dan untuk membebaskan. Amin.

GKJB PALEMBANG

KEBEBASAN YANG MEMBELENGGU

(Diambil dari Renungan Truth Rehobot Ministry) Proses mengalihkan diri dari hamba kuasa kegelapan menjadi hamba Tuhan bukan sesuatu yang mudah. Orang yang menganggapnya mudah pasti tidak memahami fenomena ini, sebab ia tidak pernah mengalami dan tidak pernah bergumul untuk keluar dari cengkeraman kuasa kegelapan ke dalam cengkeraman kendali kuasa Roh Kudus. Selama ini dikesankan oleh banyak pengkhotbah, bahwa setelah Tuhan Yesus membebaskan kita dari cengkeraman Iblis, berarti semua sudah selesai. Sekarang kita sudah bebas, semua beban kehidupan sudah terlepas. Tidak perlu bersusah-susah lagi, mari kita rayakan dengan puji-pujian saja. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Setelah Tuhan membebaskan kita, kita masuk dalam pergumulan baru, yaitu pergumulan untuk masuk dalam cengkeraman, belenggu dan penjara Tuhan. Ini adalah pergumulan hidup wajar atau normal yang harus dialami setiap orang percaya normal tetapi sukar.

Bila seseorang keluar dari dari cengkeraman kuasa kegelapan, maka ia harus masuk ke dalam cengkeraman kuasa Tuhan; kalau seseorang keluar dari belenggu Iblis, maka ia harus masuk ke dalam cengkeraman Tuhan. Ini bukan sesuatu yang sederhana dan mudah, sebab orang yang sudah terbiasa hidup dalam cengkeraman, belenggu dan penjara setan, maka sulit sekali untuk masuk dalam cengkeraman, belenggu dan penjara Tuhan. Ilustrasinya, bagi seorang remaja atau pemuda yang biasa hidup bebas di luar rumah dan tidak dikontrol oleh orang tua, betapa sulitnya menjadi anak manis yang betah tinggal di rumah. Kebebasan melakukan apa saja, suka-suka sendiri merupakan belenggu yang membuat seseorang tidak bisa dikendalikan atau diatur lagi oleh orang lain. Jadi hidup di dalam kebebasan yang salah yang dimiliki seseorang bisa merupakan belenggu. Orang yang terlalu lama hidup di luar kehendak Tuhan dan hidup suka-suka sendiri akan sulit untuk hidup sesuai kehendak Tuhan. Setelah Tuhan Yesus menebus dan memerdekakan kita, kita harus mengisi kemerdekaan itu untuk membiasakan diri hidup dalam belenggu Tuhan. Hidup dalam belenggu Tuhan artinya hidup dalam kendali atau penguasaanNya. Inilah yang dimaksud dengan tawanan Roh (kisah 20:22). Menjadi tawanan Roh seperti Paulus adalah ciri dari kehidupan orang percaya yang benar-benar bebas dari penjara iblis. Selama seseorang belum menjadi tawanan Tuhan, masih akan sangat gampang masuk dalam penjara setan. Oleh sebab itu pengiringan kepada Tuhan adalah usaha untuk menjadi terbiasa hidup dalam cengkeraman, belenggu dan penjara Tuhan

10

Você também pode gostar