Você está na página 1de 4

Anak berbicara gagap? Ini solusinya!

Kategori Sehat Bugar Berita tag terkait Masalah cinta bisa turunkan kekebalan tubuh manusia [Resep] Masker madu, cara atasi masalah kulit kering Ilustrasi anak kecil. 2013 Merdeka.com/Shutterstock/Andrea Slatter 0

Gagap atau gangguan bicara terbata-bata adalah masalah umum yang sering dialami anak-anak dewasa ini. Banyak dari mereka, yang berada antara usia 2 dan 5 tahun, mengalami kesulitan untuk mengulang kata-kata, frase atau kalimat tertentu. Namun, sebagian orang tua masih menganggap gagap sebagai hal sepele yang tidak perlu dipusingkan. Orang tua perlu mendeteksi gangguan ini sesegera mungkin untuk mencari solusi masalah tersebut. Untuk mengatasinya, orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan seorang ahli terapi bicara yang berpengalaman - yang dapat memandu mereka untuk melakukan metode atau teknik yang efektif. Bagi Anda yang tidak memiliki biaya untuk pergi ke ahli terapi bicara, berikut adalah beberapa tips sederhana untuk mengatasi masalah gagap pada anak, seperti dilansir Boldsky. 1. Yoga Yoga tidak hanya berguna untuk kesehatan mental dan fisik, tetapi juga dianjurkan untuk anakanak dan bahkan orang dewasa yang memiliki masalah gagap. Yoga membuat kesehatan mental seseorang dalam kondisi yang baik. Ketika anak-anak Anda merasa khawatir atau tegang, mereka mulai gagap karena takut. Yoga membantu mereka merasa lebih rileks, dan tetap dalam

suasana hati yang bahagia. 2. Praktik di depan cermin Ini adalah metode terbaik untuk mengatasi gagap. Buatlah anak Anda berdiri di depan cermin. Kemudian minta dia untuk membaca beberapa kalimat dengan keras. Teknik ini biasanya digunakan oleh banyak orang untuk mengatasi ketegangan di atas panggung. Berlatih teknik ini setiap hari juga akan membantu anak mengatasi masalah gagap. 3. Baca buku Anak-anak biasanya tidak suka membaca buku. Orangtua harus memastikan bahwa anak menanamkan kebiasaan membaca buku sejak dini. Latih anak Anda untuk membaca buku dengan suara keras. Teknik ini pada akhirnya akan mengajarkan anak Anda cara bernapas dengan baik. Bernapas saat membaca atau berbicara menjadi salah satu masalah besar pada anakanak yang mengalami gagap atau berbicara terbata-bata. Teknik ini akan membantu anak dengan masalah gagap dalam jangka panjang. 4. Bernapas dengan benar Seperti dituliskan sebelumnya, anak-anak yang menderita gagap mengalami masalah pernapasan saat membaca atau berbicara. Oleh karenanya, mereka perlu berlatih menghirup dan menghembuskan napas secara rutin. Teknik sederhana ini dapat membantu mereka berbicara dalam kecepatan yang sedang dan terarah. 5. Terapi pidato Dengan meningkatkan kepercayaan diri anak, ia dapat belajar untuk mengelola masalah gagapnya dan juga meningkatkan keterampilan berbahasanya. Ini adalah beberapa tips sederhana untuk mengatasi masalah gagap pada anak. Teknik ini sangat efektif untuk membantu anak keluar dari masalah berbicara terbata-bata.

Gangguan Artikulasi Pada Anak Anak-anak yang bicaranya tak jelas atau sulit ditangkap dalam istilah psikologi/psikiatri disebut mengalami gangguan artikulasi atau fonologis. Namun gangguan ini wajar terjadi karena tergolong gangguan perkembangan. Dengan bertambah usia, diharapkan gangguan ini bisa diatasi. Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata mobil disebut mobing atau lari dibilang lali. "Biasanya gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya dengan membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar," jelas Dra. Mayke S. Tedjasaputra. Hanya saja, untuk anak

yang tergolong "pemberontak" atau negativistiknya kuat, umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap memberitahu yang benar dengan mengulang kata yang dia ucapkan. Misal, "Ma, yuk, kita lali-lali!", segera timpali, "Oh, maksud Adik, lari-lari." Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau mengganti huruf dan suku kata. Misal, toko jadi toto atau stasiun jadi tatun. "Pengucapan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap orang lain," ujar pengajar di Fakultas Psikologi UI dan konsultan psikologi di LPT UI ini. PENYEBAB Gangguan fonologis bisa dikarenakan faktor usia yang mengakibatkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk berbicara (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; dari susunan gigi geligi, bentuk rahang, sampai lidah yang mungkin masih kaku. Beberapa kasus gangguan ini malah berkaitan dengan keterbelakangan mental. Anak yang kecerdasannya tak begitu baik, perkembangan bicaranya umumnya juga akan terganggu. Bila gangguan neurologis yang jadi penyebab, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan. Sebab lain, gangguan pendengaran. Bila anak tak bisa mendengar dengan jelas, otomatis perkembangan bicaranya terganggu. Tak kalah penting, faktor lingkungan, terutama bila anak tidak/kurang dilatih berbicara secara benar. TERAPI BICARA Bila penyebabnya kurang latihan atau stimulasi, akan lebih mudah dan relatif lebih cepat penyembuhannya asal mendapat penanganan yang baik. Namun bila dikarenakan gangguan neurologis, perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. Sementara jika berhubungan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih sulit karena tergantung tingkat keterbelakangan mentalnya. "Kalau masuk kategori terbelakang sedang, pengucapan kata-kata anak biasanya juga sulit ditangkap. Akan tetapi dengan pemberian terapi bicara, pengucapannya bisa agak jelas, meski ada juga beberapa yang masih sulit dicerna oleh orang yang mendengarkannya," jelas Mayke. Yang jelas, jika gangguannya masuk dalam taraf sulit, dianjurkan membawa anak berkonsultasi. Kriteria sulit: bila sudah mengganggu komunikasi atau kontak dengan orang lain, bahkan orang serumah pun tak mengerti apa yang dimaksudnya. Bila sudah ber"sekolah", gangguan ini bisa mempengaruhi prestasi. Misal, harus bernyanyi di depan kelas, tapi karena belum fasih membuatnya tak berani tampil. Jikapun berani, pengucapannya yang tak jelas akan memancing teman-teman mengolok-oloknya. Dibutuhkan bantuan ahli terapi bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si kecil mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa dilatih seperti halnya meniup lilin. Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk mengoreksi adanya gangguan pada organ-organ yang berhubungan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik, hingga terlalu pendek dan mempengaruhi kemampuan bicaranya. Cacat bawaan seperti sumbing juga bisa berpengaruh pada cara bicaranya, tapi gangguan ini bisa diatasi dengan operasi dan terapi bicara.

BAWA BERKONSULTASI Anak yang mengalami gangguan fonologis kriteria sedang hingga berat, biasanya terlambat pula perkembangan bicaranya. Misal, baru bisa bicara di usia 3 tahun, atau usia 2,5 tahun baru bisa menyebut Mama/Papa. Kemungkinan lain, meski sudah 2 tahun tapi kemampuan bicaranya masih tahap bubbling alias tanpa arti, seperti "ma...mapa...pa". Namun bahasa resetif atau penerimaannya cukup baik, hingga bila ia disuruh atau diajak bicara akan mengerti. Yang seperti ini pun, saran Mayke, sebaiknya dibawa berkonsultasi karena bila dibiarkan berlanjut, kemungkinan anak akan mengalami gangguan fonologis lebih parah. Itu sebab, bila sejak usia 10 bulan atau setahun, anak mulai dapat menyebut "Mama/Papa", tapi selepas 2 dua tahun tak bertambah, kita harus curiga dan cepat minta bantuan ahli. Terlebih bila kita sudah cukup banyak memberi stimulasi atau rangsangan. Bisa dengan membawanya ke psikolog/psikiater lebih dulu untuk mengetahui apakah ia mengalami gangguan fonologis karena keterbelakangan mental, gangguan neurologis, atau sebab lain. Bila masalahnya menyangkut gangguan yang tak bisa ditangani psikolog, sebaiknya anak dirujuk ke ahli lain, seperti neurolog atau ahli terapi bicara. Para ahli terapi bicara bisa ditemui di berbagai institusi yang melakukan terapi untuk anak autis atau anak yang mengalami gangguan perhatian. Mereka biasanya juga menangani anak yang mengalami gangguan bicara. Sedangkan lama penanganan tergantung beberapa hal. Seperti berat-ringan gangguan, upaya/kesediaan orang tua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur maupun melatihnya di rumah, serta kerjasama dari anak. Jadi, saran Mayke, kita jangan segan-segan menanyakan pada terapis apa yang perlu dilakukan di rumah untuk menangani anak. Harusnya terapis-terapis pun cukup terbuka untuk memberi saran atau masukan seperti itu. Keahlian terapis juga mempengaruhi tenggang waktu yang dibutuhkan untuk menangani gangguan anak. Begitu pula penguasaan/pendalaman terhadap masing-masing bentuk gangguan, tingkat kesulitan, dan cara penanganan yang tepat untuk tiap gangguan tadi. Selain, terapis juga harus bisa membina hubungan baik dengan anak, hingga anak merasa senang mengikuti program tersebut. Sebaliknya, akan jadi kendala bila si terapis kaku dan tak bisa membujuk anak Sumber : tabloid nakita (KG Group)

Você também pode gostar