Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pernikahan Usia Tua - Belum mendapat jodoh - Mengejar karier - Terlalu memilih pasangan baik dari segi pekerjaan maupun status sosial keluarga (kemapanan) - Merasa belum ada kesiapan
3. Dampak dan resiko pernikahan usia tua dan muda Dalam kesehatan seorang anak gadis (usia 12-17 ) tahun merupakan masa-masa aktif terjadinya perubahan sel di dalam mulut rahim. Dalam masa ini sel tersebut membelah secara aktif (metaflasi). Idealnya tidak terjadi kontak dan rangsangan apapun dari luar yaitu pada saat coitus dengan suaminya yang menyebabkan perkembangan sel dalam mulut rahim wanita pra 17 tahun merupakan abnormal (resikonya dapat terjadi luka yang mengakibatkan infeksi dalam rahim) sehingga mudah terjadi gangguan dalam mulut rahim tersebut dan peluang untuk terjadinya kanker mulut rahim atau serviks sangat besar. Kanker serviks tersebut akan menyerang alat kandungan perempuan yang berawal dari mulut rahim dan resiko menyebar ke vagina hingga keluar dari permukaan.
Perkawinan usia muda erat kaitannya dengan kehamilan pada usia muda, meskipun permasalahannya tidak persis sama. Perkawinan wanita pada usia muda merupakan masalah medis yang mempunyai efek sosial. Menurut penelitian, wanita yang menikah pada usia muda dan mempunyai anak lebih dari 5 orang, mempunyai latar belakang pendidikan pesantren atau dari kalangan keluarga pesantren & berlatar pendidikan non pesantren. Selanjutnya wanita-wanita tersebut dikelompok-kan dalam 3 golongan umur, yaitu kelompok umur 30-40, 4150 dan 50 tahun keatas. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran mengenai terjadinya geseran atau perubahan nilai dan persepsi tentang perkawinan usia muda dan kesehatan reproduksi dari setiap tahap umur wanita tersebut.
Saat ini UU Perkawinan yang berlaku belum mampu meningkatkan usia perkawinan, selain karena peranan orang tua yang mendominasi pencarian jodoh anaknya. Wanita yang menikah pada usia muda tersebut dalam merawat kesehatan reproduksinya mengacu pada kebiasaan orang tua mereka. Mengingat perkawinan usia muda tidak menguntungkan, terutama untuk kesehatan reproduksi sehingga pelaksanaan UU Perkawinan No. 1/1974 harus ditinjau dan dikaji ulang, antara lain untuk menaikkan batas umur minimum bagi wanita dari 16 tahun menjadi 20 tahun.
Di Indonesia sepertinya tidak ada lagi diskriminasi atas perempuan di tempat kerja mengingat mantan presiden Megawati adalah seorang perempuan & ada juga Menteri Negara Urusan Perberdayaan Perempuan. Tapi kenyataanya di koran-koran akan dengan mudah ditemukan iklan-iklan yang hanya mencari tenaga kerja khusus pria. Padahal dari segi pekerjaan sebenarnya tidak ada pekerjaan khusus untuk pria dan khusus untyuk wanita. Dan setelah diterima kerja, masih ada lagi diskriminasi terhadap perempuan antara lain perbedaan pendapatan dan jenjang karier. Salah satu kasus adalah di PT. Garuda Indonesia yang membedakan usia pensiun bagi awak kabin wanita dan pria. Jika awak kabin wanita pensiun pada usia 46 tahun, awak kabin pria pada usia 56. Padahal jenis pekerjaan dan kualifikasinya sama.
Ada juga komentar dari para ahli antara lain dari Prof. Dr. Mayling Oei-Gardiner, satu-satunya guru besar ekonomi perempuan di Universitas Indonesia. Massa di Indonesia masih massa laki-laki, jadi perempuan masih menghadapi diskriminasi katanya. Pelecehan seksual adalah salah satu bentuk diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja, seperti perbedaan upah, karier dan segrerasi jenis pekerjaan. Dalam berbagai studi lain juga tercatat bahwa tingkat keparahan seksual ini sedemikian buruk, sehingga pekerja perempuan pada abad 19 di Inggris misalnya, harus membekali diri mereka dengan sebilah pisau untuk melindungi diri dari kemungkinan serangan seksual di tempat mereka bekerja.
C. Incest
1. Pengertian Incest adalah hubungan perkawinan atau percintaan yang dilakukan antara seorang anak perempuan dengan ayah kandungnya dan dalam hal itu merupakan hubungan yang dilarang dalam agama, negara maupun unsur-unsur budaya. 2. Incest dalam kehidupan sehari-hari Terdapat salah satu kasus yang terjadi di negara Amerika. John seorang laki-laki yang telah berumur 61 tahun terlibat hubungan percintaan dengan Jenny berumur 31 tahun, yang mana Jenny adalah anak kandung dari John. Mereka bertemu setelah 13 tahun berpisah.
Pada saat bertemu dgn John (ayah kandungnya), Jenny merasa John bukanlah sosok seorang ayah, tetapi seorang laki-laki biasa yg bekerja di bar-bar kota. Mereka dipertemukan oleh ibu Jenny (mantan isteri John), kemudian John dan Jenny tinggal dalam satu rumah sebagai satu keluarga. Lambat laun, keduanya terlibat dalam suatu hubungan percintaan dan bukan hubungan seorang ayah & anak. Hingga pada akhirnya mereka menikah dan mempunyai anak yang bernama Calleste. Hubungan mereka tentu saja ditentang oleh berbagai pihak dan kelompok. Pemerintah setempat mengatakan hubungan mereka sebagai suatu tindakan pelecehan seksual seorang ayah terhadap anak, tetapi terdapat satu pihak yang menentang hal tersebut, karena menurutnya hal ini dilakukan atas dasar suka sama suka atau karena adanya ikatan percintaan antara
keduanya. Hingga saat ini mereka bisa menerima sebagai satu keluarga. Calleste bahkan tidak tahu harus memanggil John dengan sebutan ayah atau kakek.