Você está na página 1de 30

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Salah satu indikator kesehatan Indonesia suatu bangsa ialah derajat kesehatan anak, yang biasa diukur melalui angka kematian anak, berbagai masalah kesehatan anak dari berbagai aspek, masalah diare tentu menjadi fokus utama, disamping penyakit-penyakit lain seperti pneumonia, campak, malaria dan malnutrisi. Oleh sebab itu gejala penyakit dan cara penanganannya perlu dikenali. Penanganan juga bukan hanya membantu penyembuhan, namun juga dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih jauh (Depkes RI,2004). Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Penyakit diare merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas pendapatan rendah dan menengah negara. Di negara-negara, seperti penyakit membunuh 4,9 diperkirakan dari 1000 5 tahun lebih muda dari anak-anak. Menurut catatan Unicef, setiap 30 detik ada satu balita meninggal karena diare. (M.Bern, 2011) Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO dalam Nguendo Yongsi, 2009). Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Penyakit diare di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

Untuk skala nasional tahun 2008 penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka kematian 2.5%. (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008) Penyakit diare pada tahun 2006 tercatat sebanyak 173.359 kasus

dengan cakupan tertinggi di Kab. Enrekang (17,94 %), kota Palopo (15,45), kota Makassar (14,28 %), dan Kab. Soppeng (10,91 %). Jumlah kasus tertinggi berada pad kelompok umur > 5 thn (92.241 org) dgn kematian terbanyak pd kelompok umur 1-4 thn sebanyak 17 org. (Profil Kesehatan SulSel 2008). Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 pada bayi serta nomor 5 pada semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali per tahun. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare menempati urutan ke ketiga penyebab kematian bayi. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Berdasarkan data angka kesakitan penderita diare di Puskesmas Antang tahun 2007-2009 menunjukkan bahwa kejadian diare tahun 2007 sebesar 1.618 orang (5.50%), tahun 2008 sebesar 1.671 orang (5,45 %), dan pada tahun 2009 sebesar 1.185 orang (4,42 %). Berdasarkan hal tersebut dengan prevalensi kejadian diare yang cukup tinggi maka kegiatan surveilans penyakit diare sangat penting dilakukan sebagai langkah awal untuk melakukan pengidentifikasian adanya kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) tanpa disadari oleh petugas kesehatan di Puskesmas Antang. Dengan identifikasi dini tentang hal tersebut maka diharapkan tindakan preventif maupun promotif harus dilakukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan dapat menekan angka kejadian kasus Diare di masa yang akan datang.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan apa yang tlah dijelakan di latarbelakang, maka yang menjadi rumusan masalah adalah: bagaimana identifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di wilayah kerja Puskesmas Antang Tahun 2008-2012. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi kejadian luar biasa penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Antang Tahun 2008-2012 melalui metode pola minimalmaksimal. 2. Tujuan Khusus : a. Untuk melihat distribusi epidemiologi penyakit diare menurut orang, tempat, dan waktu di wilayah kerja Puskesmas Antang kota Makassar. b. Mengetahui kejadian luar biasa penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Antang tahun 2008-2012 melalui metode pola minimalmaksimal. D. MANFAAT Pelaksanaan Praktek Surveilans tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Manfaat praktis : yaitu dapat memberikan informasi bagi pihak instansi Dinas Kesehatan Kota Makassar, sebagai pedoman dalam memberikan proiritas perencanaan program dan menentukan arah kebijakan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan diare. 2. Bermanfaat bagi petugas Surveilans dan Puskesmas Antang pada khususnya dalam melakukan tindakan invetigasi KLB sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan kedepannya. 3. Manfaat bagi peneliti : aplikasi ilmu dan pengalaman berharga serta dapat menambah wawasan ilmiah bagi penulis untuk memahami proses penentuan KLB dengan pendekatan epidemiologi yakni pola maksimal dan minimal pada penyakit diare.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang KLB Kejadaian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/ kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu( Keputusan Dirjen PPM&PLP No.451I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB). Sumber data surveialns epidemiologi penyakit berpotensi KLB bisa didapatkan pada laporan KLB/wabah dan hasil penyelidikan KLB, ada, epidemiologi KLB dan upaya penanggulanggannya, surveilans terpadu penyakit berbasis KLB serta sistem peringatan dini KLB di rumah sakit. Batasan KLB meliputi arti yang luas : 1. Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit non infeksi. 2. Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya. 3. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun, desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi dan negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut. 4. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

Suatu keadaan dinyatakan luar biasa jika ada unsur sebagai berikut: 1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal. 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu). 3. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Suatu kejadian masalah kesehatan dikatakan KLB jika

penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat. Sedangkan dikatakan letusan (outbreak) jika kejadian tersebut terbatas dan dapat ditanggulangi sendiri oleh pemerintah daerah. Pihak yang menyatakan suatu kejadian merupakan KLB adalah pemerinatah daerah dalam hal ini Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Selain itu, sumber data lain dalam jaring-jaring surveilans

epidemiologi adalah: 1. Data surveilans terpadu penayakit 2. Data surveilans kasus penyakit berpotensi KLB 3. Data cakupan program 4. Data lingkungan pemukiman dan perilaku, pertanian, meteorologi dan geofisika. 5. Informasi masyarakat sebagai laporan kewaspadaan KLB 6. Data-data lain yang terkait Tujuan penyelidikan KLB/wabah 1. Tujuan umum penyelidikan KLB : penanggulangan dan pencegahan, surveilans (lokal, nasional, internasional), penelitian, pelatihan, menjawab keingintahuan masyarakat, pertimbangan program, kepentingan politik dan hukum serta kesadaran masyarakat.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

2. Tujuan khusus penyelidikan KLB a. Memastikan diagnosis b. Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah c. Mengidentifikasi penyebab KLB d. Mengidentifikasi sumber penyebab e. Rekomendasi : cepat dan tepat f. Mengetahui jumalah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta tempat terjadinya KLB (variabel orang, waktu, dan tempat) Faktor pendukung terjadinya KLB/wabah 1. Lemahnya sistem pencegahan dan penanggulangan KLB ataupun wabah akibat masalah ekonomim, pertukaran kebijakan atau perang saudara. 2. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular tidak efektif. 3. Perpindahan penyakit dari binatang ke manusia. 4. Meningkatnya resistensi antimikroba di masyarakat. 5. Pengungsian penduduk. Investigasi/penyelidikan KLB/wabah: 1. Persiapan, dikelompokkan dalam tiga kategori: a. Investigasi : pengetahuan ilmiah, perlengkapan, dan alat. b. Administrasi: prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan perjalanan. c. Konsultasi: peran masing-masing petugas yang turun ke lapanngan. 2. Memastikan adanya wabah a. Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yag diharapkan membandingkan jumlah saat ini dengan jumlah beberapa minggu atau bulan atau periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya. b. Sumber informasi: Catatan surveilans Catatan keluar, statistik, kematian dan register Data wilayah di dekatnya atau data wialayah nasional Survey

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

3. Memastikan diagnosis a. Pemastian diagnosis berkaitan erat dengan pemastian adanya wabah. b. Jika penyebab penyakit sudah diberitahukan oleh tenaga kesehatan setempat pemeriksaan kembali untuk meyakinkan diagnosis. c. Pemeriksaan laboratorium. d. Bial gejala sama dan 15% - 20% mendapatkan konfirmasi laboratorium tidak perlu pemeriksaan lab. 4. Membuat defenisi kasus a. Meliputi kriteria klinis yang dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang. b. Kriteria klinis adalah tanda yang sederhana dan objektif. c. Jenis dibagi menjadi tiga, yakni; pasti (confirmed), mungkin (probable), dan meragukan (possible). Untuk penyakit yang sudah jelas diagnosisnya, data yang harus diperoleh yaitu: masa inkubasi dan cara penularan. d. Bila penyakit yang belum diketahui diagnosisnya, maka: Ada dugaan tentang peristiwa penyebab wabah harus diterima akal sehat. Diperlukan kemampuan, kecerdasan serta kecermatan akal (common sense) dari penyelidik. Beberapa patokan dapat dipakai yaitu pencemaran air atau makanan gangguan pencernaan, penyakit-penyakit saluran

pernafasan, kulit, mata dan selaput lender dan luka atau lesi pada kuklit binatang dan serangga. 5. Menemukan dan menghitung kasus a. Kasus yang dilaporkan harus mewakili kasus yang sesungguhnya ada. b. Penyelidikan harus menggunakan sebanyak mungkin sumber yang ada untuk menemukan tambahan kasus. c. Sumber data: praktek dokter, rumah sakit dan laboratorium. d. Pada tempat terbatas survei dilakukan pada seluruh populasi.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

6. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, dan orang) a. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu curve epidemic. b. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat kejadian. c. Gambaran kejadian wabah berdasarkan ciri orang terserang. d. Gambaran distribusi penderita berdasarkan waktu timbulnya gejala penyakit. Kurva epidemik: Suatu kurva epidemi dapat memberikan gambaran yang tepat tentag suatu wabah sehingga kesimpulan dalam batas tertentu dapat ditarik. a. Bentuk histogram b. Dapat digunakan memperkirakan cara penularan penyakit c. Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit d. Informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masingmasing kasus e. Untuk masa inkubasi yang pendek jam timbulnya gejala f. Pilihan skala untuk aksis-X g. Masa prawabah h. Kurva epidemik dengan satu puncak (point soyrce epidemic) 7. Membuat hipotesis 8. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan kasus kontrol) 9. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan 10. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan 11. Menyampaikan hasil penyelidikan.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

B. Tinjauan Umun Penyakit Diare 1. Pengertian Diare a. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir. b. Syarat disebut diare kalau ada perubahan bentuk feses dan frekuensinya lebih dari 3 kali sehari. Kalau hanya salah satu, misalnya hanya tinjanya yang cair, belum bisa disebut diare. Penelitian menyebutkan bahwa berat feses (tinja) lebih dari 200 gram per hari boleh dibilang mengalami diare. 2. Klasifikasi Diare Diare terbagi menjadi akut dan kronik, kalau kurang dari 2 minggu dibilang diare akut, sedangkan lebih dari 2 minggu atau 3 minggu disebut kronik atau persisten. a) Diare Akut Secara operasional, diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari ) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangam ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan, yaitu : 1) Virus 2) Protozoa: giardia lamblia, entamoeba histolitica 3) Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S. Aureus, C. Perfingen, e.coli, V.Cholera) dan yang menimbulkan inflamasi usus ( shigella, salmonela sp, yersinia ). 4) Iskemiaintestinal 5) Inflamatory bowel desease 6) Kolitis radiasi

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

b) Diare Kronik ( Persisten ) Diare persisten adalah diare akut yang berlanjut sampai 14 hari atau lebih.Sesuai dengan batasan bahwa diare persisten adalah diare akut yang menetap dengan sendirinya etiologi diare sama dengan diare akut. Faktor risiko berlanjutnya diare akut menjadi diare persisten adalah: 1) Usia bayi kurang dari empat bulan 2) Tidak mendapat ASI 3) Kurang Energi Protein ( KEP ) 4) Diare akut dengan etiologi bakteri invasive 5) Tatalaksana diare akut yang tidak tepat 6) Pemakaian antibiotik yang tidak rasional 7) Pemuasaan penderita 3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi atau berhubungan dengan penyakit diare adalah 1) Perilaku/kebiasaan hidup bersih dan sehat Masyarakat pada umumnya 2) Perilaku Hygiene perorangan (personal hygiene). 3) Keadaan lingkungan hidup sekitar, dalam hal ini sanitasi lingkungan yang kurang baik seprti peneydiaan air minum, ketersediaan jamban, dan pengelolahan sampah. 4) Keadaan sosial ekonomi keluarga dalam hal ini pengetahuan dan mata pencaharian masyarakat. 5) Penyakit infeksi lainnya yang masih tinggi. 4. Gejala Diare Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: 1) Muntah 2) Badan lesu atau lemah 3) Panas 4) Tidak nafsu makan dan 5) Darah dan lendir dalam kotoran

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

10

Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejalgejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan shock. 5. Komplikasi Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi Komplikasi yang sering terjadi ialah : 1) Hipoglikemia Komplikasi ini lebih sering terjadi pada shigellosis dibanding penyebab disentri lain hipoglikemia sangat berperan dalam kelainan elektrolit .

menimbulkan kematian hipoglikemia terjadi karena gagalnya proses glukoneogenesis secara klasik menifestasi klinis hipoglikemia adalah kaki tangan berkeringat dingin, tachikardi dan letargik. Hipoglikemia berat dapat menimbulkan perubahan kesadaran dan kejang. Tetapi gejala ini akan tersamar kalau diketemukan komplikasi lain jadi pada tiap disentri dengan komplikasi harus diperiksa kadar glukosa darahnya Diagnosis ditegakkan melalui pengukuran kadar gula darah.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

11

2) Hiponatremia Komplikasi ini juga banyak terjadi pada Shigellosis dibanding penyebab lain.Hiponatremia muncul akibat gangguan reabsorpsi natrium di usus,kematian pasien dengan hipogelikemia sering dibanding hiponatremia.Manifesrasi klinis hiponatrea adalah hipotonia dan apati, Kalau berat dapat menimbulkan kejang. Tetapi gejala ini juga akan bersamar kalau diketemukan komplikasi lain, jadi pada tiapo disentri dengan komplikasi harus diperiksa kadar natrium

darahnya,Seyogyanya sekaligus diperiksa juga kadar kalium darah. 3) Sepsis Komplikasi ini paling sering menyebabkan kematian dibandingkan komplikasi lainnya data dari ICCDR menunjukkan 28,8 % dari 239 kasus kematian akibat Shigellosis meninggal karena sepsis. Pengertian sepsis saat ini telah berubah.dulu sepsid didefinisikan sebagai bakteriemia yang disertai gejala klinis, sekarang bakteriemia tidak lagi merupakan persyaratan diagnosis sepsis . Asalkan Ditemukan manifestasi umum infeksi yang disertai gangguan fungsi organ multipel sudah dianggap ada sepsis, gangguan fungsi organ multipel sudah dianggap ada sepsis, gangguan fungsi organ multipel dapat ditimbulkan mediator kimiawi, endotoksin, eksotoksin atau

septikemianya sendiri manifestasi umum/ganguan fungsi organ multipel ini dapat berupa hiperpireksi, cutis marmoratae (akibat distensi kapiler), menggigil, gaduh gelisah, proteinuria dan lain sebagainya. Yang paling menonjol terjadinya gangguan sirkulasi yang menimbulkan syok septik. Gangguan fungsi organ multipel ini akan berlanjut menjadi gagal organ multipel, syok menjadi ireversibel, Gagal organ multiple hampir selalu diikuti kematian, Syok septik sangat sulit diobati, jadi untuk mencegah kematia kita harus mengambil tindakan intensif pada tahap awal dimanabaru muncul tanda umum infeksi yang berat dan gangguan fungsi organ belum menonjol. Bakteriemia pada disentri dengan sepsis jarang yang

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

12

disebabkan langsung oleh shigella/kuman penyebab disentri lain, lebih banyak disebabkan invasi bakteri enterik. Jadi dalam memilih antibiotik disamping memberikan antibiotik yang dapat membunuh penyebab disentrinya, kita juga harus memberikan antibiotik yang dapat mengatasi bakteri enterik yang berinvasi ini Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis gejala umum infeksi serta gangguan fungsi organ multipel dibantu dengan temuan pemeriksaan penunjang leukopenia atau leukositosis, disertai hitung jenis yang bergeser ke kiri adanya granulasi toksi trombositepenia anemia dan CFP positif juga terjadi ganguan faktor pembekuan: penurunan kadar protrombin fibrinogen, faktor VIII, serta manifestasi disseminated intravascular coagulation ( DIC ) dan bakteriemia. 4) Kejang dan Ensefalopati Kejang yang muncul pada disentri tentu saja dapat berupa kejang deman sederhana (KDS), tetapi kejang dapat merupakan bagian dari ensefalopati, dengan kumpulan gejala hiperpireksi penurunan

kesadaran dan kejang yang dapat membedakannya dengan KDS , ensefalopati muncul akibat toksin Shiga/Sit diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis. 5) Sindrom Uremik Hemolitik Sindrom ini ditandai dengan trias anemi hemolitik akibat

mikroangiopati, gagal ginjal akut dan trombositopeni. Anemia hemolitik akut ditandai dengan ditemukannya fragmentosit pada sediaan hapus, Gagal ginjalakut ditandai oleh oliguria perubahan kesadaran dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin. Trombositopea dapat meninbulkan gejala perdarahan spotan. Manifestasi perdarahan juga dan disebabkan oleh mikroangiopati,yang dapat berlanjut menjadi Dissemination Intravasculair Coagulation (DIC) kematian dapat disebabkan oleh terjadinya gagal ginjal akut dan gagal jantung. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis yang memastikan adanya trombositopenia, anemia hemolitik akut, serta kreatinin.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

13

6) Pneumonia Komplikasi pneumoni bisa juga terjadi pada disentri terutama yang disebabkan oleh Shigella. Dari laporan ICDDR,B pada penderita yang meninggsl karena disentri, 32 % ditemukan pneumoni setelah dilakukan otopsi diagnosisditegakkan sesuai standar yang berlaku. 7) Kurang Energi Protein ( KEP ) Disentri terutama karena shigella bisa menyebabkan gangguan gizi atau kurang energi protein ( KEP ) pada anak yang belum baik baik gizinya, hal ini bisa terjadi karena asupan makanan yang kurang pemakaian kalori yang meningkat karena proses radang dan hilang nutrien, khususnya protein selama diare. Dipihak lain kurang energi protein ( KEP ) sendiri mempermudah terjadinya disentri . Desentri yang terjadi selama atau sesudah menderita campak sangat cepat menimbulkan KEP. Diagnosis ditegakkan sesuai standar. Pengukuran berat badan serta kadar albumen darah secara berkala dapat menggambarkan derajat progresi timbulnya kurang Energi Protein (KEP). 6. Upaya Penanggulangan Penderita Diare Pada prinsipnya penanganan penderila diare akut adaiah pemberian cairan dan makanan serta pengobatan medicamentosa yang hanya diberikan untuk kasus - kasus tertentu yang jelas penyebabnya. WHO telah menetapkan 4 (empat) unsur utama penanggulangan diare akut adalah : a) Pemberian cairan sebagai upaya rehidrasi oral untuk mencegah maupun mengobati dehidrasi. b) Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa terutama ASI selama diare dan dalam masa penyembuhan. c) Tidak menggunakan anti diare sementara, anti biotik, maupun anti mikroba hanya untuk kasus tersangka kolera disenteri dan amubiasis. d) Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarga tentang upaya rehidrasi oral ( URO ) dirumah.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

14

a. Mencegah Terjadinya Dehidrasi Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada : 1) Kebiasaan setempat dalam mengobati diare 2) Tersedianya cairan sari makanan yang cocok 3) Jangkauan pelayanan Kesehatan 4) Tersedianya oralit Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan , berikan air matang. b. Mengobati Dehidrasi Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapioral. Anak yang diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti cairan yang hilang melalui tinja dan muntah. Pemberian cairan yang tepat dengan jumlah memadai merupakan modal utama mencegah dehidrasi. Dehidrasi harus dicegah, pemberian cairan pada anak diare adalah inti dari terapi diare itu sendiri. Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi sesering mungkin. Tidak ada yang lebih utama dalam terapi diare selain pemberian cairan. Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang bersama cairan. Cairan yang biasa disebut sebagai cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada saat anak mulai diare. Berikan cairan dengan sendok, sesendok tiap 1-2 menit. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan minum langsung dari gelas/cangkir dengan tegukan yang sering. Jika terjadi muntah, ibu dapat

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

15

menghentikan pemberian cairan selama kurang lebih 10 menit, selanjutnya cairan diberikan perlahan-lahan (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit). Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. c. Memberi makanan 1) Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. 2) Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. 3) Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. 4) Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. 5) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak. d. Mengobati masalah lain Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap

mengutamakan rehidrasi.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

16

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI

A. VISI DAN MISI PUSKESMAS ANTANG 1. Visi Menjadi salah satu Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan dalam lingkungan sehat. 2. Misi a) Meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan tejangkau yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur secara bertahap, berkesinambungan dan terarah. b) Menyiapkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan, serta dedikasi yang tinggi. c) Memasyarakatkan sikap hidup sehat dengan menggunakan paradigm sehat sebagai landasan program kegiatan. B. KEADAAN GEOGRAFIS 1. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Antang a. Kondisi Geografis Puskemas Antang terletak di kelurahan Antang kecamatan Manggala kota Makassar dengan luas wilayah kerja 371 Ha. Wilayah kerjanya kelurahan Antang dengan jumlah RW sebanyak 11 dan 61 . Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Antang sebagai berikut: Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Manggala; Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Bangkala; Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Borong; Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Tello dan kecamatan Biringkanaya. Adapun gambar wilayah kerja Puskesmas Antang dapat dilihat pada peta wilayah kerja Puskesmas Antang pada gambar 1. adalah

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

17

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Antang

b. Kondisi Demografi Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Antang pada tahun 2008 sebanyak 22.197 jiwa terdiri dari 11.399 jiwa laki-laki dan 10.798 jiwa perempuan dengan 5170 KK. Tabel 3.1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kecamatan Manggala Tahun 2011 JUMLAH KEPALA PENDUDUK KELUARGA 1 RW I 4043 1090 2 RW II 2681 334 3 RW III 1927 271 4 RW IV 2127 839 5 RW V 1548 475 6 RW VI 1663 446 7 RW VII 1409 234 8 RW VIII 981 181 9 RW IX 3762 236 10 RW X 1072 372 11 RW XI 984 687 Total 22197 5170 Sumber: Data sekunder, Profil Puskesmas Antang 2012 NO RW

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

18

Tabel 3.2. Jumlah Penduduk menurut Kelompok UmurDi Wilayah Kerja Puskesmas Antang Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12 Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 0-11 388 1,1 1 -4 1336 3,3 5-10 3.046 18,9 11-15 3.107 19,3 16-20 2.751 17,0 21-25 1.182 7,3 26-30 679 4,2 31-35 715 4,4 36-40 707 4,4 41 -45 734 4,6 46-50 777 4,8 51 -55 775 4,8 >56 945 5,9 Jumlah 22.197 100 Sumber : Profil Puskesmas Antang Tahun 2012

Adanya perberdaan jumlah penduduk dengan jumlah yang sebenamya disebabkan oleh adanya perpindahan penduduk. Adapun laju pertumbuhan penduduk diwilayah kerja Puskesmas Antang tahun 2011 adalah 2,25 %. C. KEPADATAN PENDUDUK Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahtraan rakyat khususnya anak dan masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena masalah faktor gizi yang berhubungan dengan lingkungan, perumahan, sanitasi yang kotor serta berbagai wabah penyakit menular. Disamping itu kepadatan penduduk merupakan lambing perkembangan suatu daerah. Untuk wilayah kerja penduduk adalah 22.197 jiwa/317Ha = 70 jiwa/Ha. Sedangkan jumlah KK sebanyak 3.357KK.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL Hasil pengumpulan data dari Puskesmas Antang Kota Makassar diperoleh data tentang distribusi Penderita penyakit Diare sebagai berikut: 1. Distribusi Penyakit Diare Menurut Orang (Umur) Distribusi Penderita Penyakit Diare menurut kelompok umur Puskesmas Antang pada tahun 2008-2012 dapat dilihat dan dicermati dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Ditribusi Penderita Penyakit Diare Menurut Kelompok Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar Tahun 2008-2012
Golongan Umur Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
07 Hr 828 Hr 1-11 Bln 1-4 Thn 5-9 Thn 10-14 Thn 15-19 Thn 20-44 Thn 45-54 Thn 55-59 Thn 60-69 Thn > 70 Thn

0 4 0 0 0

0 58 2 3 4

243 198 268 220 198

610 308 514 647 661

263 167 166 163 174

89 68 61 55 69

61 64 41 45 44

300 170 221 258 307

43 93 51 52 62

15 23 19 15 17

29 24 22 33 29

18 8 14 14 12

Grafik 4.1. Penyakit Diare Menurut Kelompok Umur Di Puskesmas Antang Kota Makassar Tahun 2008-2012
700 600 500 400 300 200 100 0 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

20

Berdasarkan tabel dan grafik 4.1. kelompok umur yang paling banyak menderita diare adalah umur 1-4 tahun dimana jumlah penderita 610 orang untuk tahun 2008, 308 orang tahun 2009, 514 orang tahun 2010, untuk tahun 2011 sebanyak 647 orang dan 661 orang untuk tahun 2012. Dapat dilihat juga bahwa kasus penderita diare tinggi pada kelompok umur 20-44 tahun. Dimana kasus tertinggi terdapat pada tahun 2008 kasusnya mencapai 300 orang penderita (17,95%) dan pada tahun 2012 dengan jumlah penderita mencapai 307 orang (19,46%) serta untuk kasus terendah terjadi pada tahun 2009 dengan 170 penderita (14,43%). Sedangkan untuk penderita diare terendah di setiap tahunnya terdapat pada golongan umur > 70 tahun. Dimana masingmasing penderita setiap tahunnya 18 orang pada tahun 2008, 8 orang pada tahun 2009, 14 orang pada tahun 2010 dan 2011, serta 12 orang pada tahun 2012. 2. Distribusi Penyakit Diare Menurut Waktu (Bulan) Distribusi Penderita Penyakit Diare menurut bulan selama tahun 20082012 di Puskesmas Antang dapat dilihat dan dicermati dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Ditribusi JumlahPenderita Penyakit Diare Menurut Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar Tahun 2008-2012
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2010 107 75 11 129 156 121 85 101 142 142 115 99 1283

2008 163 93 117 131 144 0 189 122 114 162 205 141

2009 61 56 69 139 147 136 55 57 57 49 159 182 1167

2011 79 83 61 83 131 136 119 102 176 178 205 161 1514

2012 457 388 487 108 110 102 135 127 151 142 176 112 2495

1581 Jumlah Sumber : Data Sekunder

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

21

Dari tabel.4.2 dilihat bahwa pada tahun 2008 penderita kasus diare mengalami fluktiasi pada bulan Juli (0 menjadi 189 kasus) dan mencapai puncaknya pada bulan November dengan (205 kasus) kemudian munurun stabil sampai bulan Februari 2009. Untuk tahun 2009 sendiri tingginya angka kejadian diare terjadi pada akhir tahun 2009 (182 kasus) kemudian insiden menurun kembali hingga pada bulan maret 2010 dan merupakan kasus terendah diare pada tahun yang sama (11 kasus). Pada tahun 2011 kembali mencapai puncaknya pada bulan November 2011 (205 kasus) dan terus meningkat sampai bulan Maret 2012 dengan angka kejadian tertinggi yakni 487 insiden. Sementara untuk distribusi penderita penyakit diare selanjutnya juga digambarkan secara rinci pada grafik 1 sebagai berikut: Grafik 4.2. Grafik Penyakit Diare Menurut Bulan Di Puskesmas Antang Kota Makassar Tahun 2008-2012
600 500 Tahun Jumalah Kasus 400 2008 300 200 100 0 2009 2010 2011 2012

Berdasarkan grafik 4.2 dapat dilihat bahwa kasus penderita penyakit diare tertinggi di puskesmas Antang selama (2008-2012) terdapat pada tahun 2012 dimana terjadi peningkatan kasus diare perbulannya yakni pada Bulan Januari Maret 2012 dengan jumlah penderita diare mencapai 457 vs 487 orang (19,45%) dan terendah pada Tahun 2009 dengan total kejadian 1283 kasus.
Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012 22

3. Distribusi Penyakit Menurut Tempat Distribusi penyakit diare menurut tempat di lokasi studi, tidak tersedia karcna format pengumpulan data scsuai ketentuan dari Dinas Kesehatan Kota Makassar tidak mencantumkan data tempat tinggal penderita. 4. Perbandingan Pola Maksimal Dan Minimal (Tahun 2008-2011) Dengan Tahun 2012 Salah satu cara untuk melihat terjadinya kejadian luar biasa penyakit (KLB) adalah dengan pola maksimal dan minimal. Data kejadian 5 (lima) tahun terakhir dikumpul dan dipilah menjadi dua kejadian penderita yaitu jumlah penderita paling tinggi dan paling kurang menurut bulan kejadian. Data tersebut selanjutnya dibandingkan dengan kejadian tahun terakhir Untuk perbandingan pola maksimal dan minimal penyakit diare di Puskesmas Pattingalloang tahun 2008 - 2012 selengkapnya dalam tabel berikut: Tabel 4.3.Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Pola Maksimal-Minimal (2008-2011) dan Menurut Tahun 2012 di Puskesmas Antang Kota Makassar
Tahun Minimal 2012 Bulan Kejadian Jan Feb Mar Apr Mei Jun 61 56 93 388 11 117 487 83 139 108 131 156 110 0 Jul 55 Agst Spt 57 122 127 57 176 151 Okt 49 178 142 Nov 115 205 176 Des 99 182 112

Maksimal 163 457

136 189 102 135

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada bulan Januari, Februari, Maret dan Agustus tahun 2012 diprediksi telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Antang Kota Makassar. Dimana jumlah kasus penderita diare tertitinggi terdapat pada bulan Maret dengan jumlah penderita sebesar 487 orang. Diikuti Jumlah penderita sebanyak 457 orang (kasus) atau 18,31% pada bulan Januari, 388 kasus (15,55%) bulan Februari, 127 orang (5,09%) pada bulan Agustus dari seluruh kejadian kasus diare selama tahun 2012.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

23

Untuk mengetahui dan membuktikan bahwa telah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Antang selama periode 2008-2012 dapat dilihat dari grafik pola minimum dan pola maksimum penyakit diare sebagai berikut: Grafik 4.3. Pola Maksimal dan Minimal (2008-2011) dengan Tahun 2012 pada kejadian Diare di Puskesmas Antang Kota Makassar Tahun 2008-2012
600 500 Jumlah kasus 400 300 200 100 0 Minimal Maksimal 2012

Pada bulan Januari dan Maret selama tahun 2008 - 2011 jumlah penderita tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan 2010 dengan jumlah kasus untuk bulan Januari 2008 sebesar 163 orang sedangkan untuk 2010 hanya mencapai angka 107 orang (kasus), dan untuk bulan Maret 2010 jumlah kasus diare mencapai 111 penderita sedangkan kasus untuk tahun 2008 mencapai 117 orang. Melalui pola maksimal dan minimal dapat diketahui bahwa teryata pada tahun selam durasi 2008-2012 telah terjadi 4 (empat) kali kejadian luar biasa penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Antang yakni pada bulan Januari Februari, Maret, dan Agustus.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

24

B. PEMBAHASAN 1. Pembahasan Distribusi Epidemiologi Penyakit Diare Berdasarkan Orang (Umur) Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi terjadi pada golongan umur 6-11 bulan (usia < 5 tahun) yaitu masa pemberian makanan pendamping ASI. Hal ini terjadi karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur dibawah 24 bulan. Berdasarkan tabel dan grafik 4.1. kejadian penderita diare paling tinggi dan meningkat pada usia balita dengan rata-rata usia < 5 tahun (0-7 hari, 8-28 hari, 1-11 bulan, hingga 1-4 tahun). Dimana pada tahun 2008

jumlah penderita diare mencapai 853 balita, 568 bbayi pada tahun 2009, 784 bayi pada tahun 2010, dan 870 bayi usia < 5 tahun yang mnederita diare pada tahun 2010. Menurut hasil kajian dan pencermatan penulis, tingginya jumlah penderita pada kelompok umur < 5 tahun dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor dari ibu mencakup pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu dan faktor dari anak mencakup status gizi dan pemberian asi eksklusif dan balita sangat rentan terkena diare karena pada kelompok umur ini merupakan kelompok umur pra-sekolah dimana aktifitas di luar rumah mulai meningkat, perilaku yang kurang hygienis, kemudian sistem kekebalan tubuh yang belum sempuma. Adapun Bayi dan balita sangat rentan pula terkena diare karena pada kelompok umur ini merupakan kelompok umur pra-sekolah dimana aktifitas di luar rumah mulai meningkat, perilaku yang kurang hygienis, kemudian sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna. Pada masa dua tahun pertama kehidupan balita mudah terinfeksi bakteri misalnya pada proses pengenalan makanan yang terpapar bakteri tinja, kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi merangkak. Selain itu karena masih tingginya perilaku hidup yang tidak sehat, rendahnya sanitasi lingkungan, kurangnya pengetahuan tentang

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

25

pencegahan diare oleh ibu-ibu serta semakin terperosoknya perekonomian rakyat, sehingga pemanfaatan pelayanan kesehatan dan usaha pencegahan terhadap penyakit semakin berkurang.( Notoatmodjo S) Selain itu, kebiasaan hidup anak juga juga perlu diperhatikan. Apakah anak tersebut selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan sebelum makan ataupun menggunting kuku. Karena jika hal sepele tersebut diabaikan maka kuman akan mudah masuk ke dalam tubuh terutama pada usia balita karena daya tahan tubuh mereka masih rendah. Dari hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa kasus penderita diare tinggi pada kelompok umur 20-44 tahun. Dimana kasus tertinggi terdapat pada tahun 2008 kasusnya mencapai 300 orang penderita (17,95%) dan pada tahun 2012 dengan jumlah penderita mencapai 307 orang (19,46%) serta untuk kasus terendah terjadi pada tahun 2009 dengan 170 penderita (14,43%). Umur 20-44 tahun menurut kajian penulis merupakan usia dewasa dan produktif. Dimana pola makan orang dewasa lebih tinggi daibanding dengan anak-anak seiring dengan kebutuhan metabolism tubuh orang dewasa dengan aktvitas yang lebih meningkat pula. Dari aktivitas. Diare pada orang dewasa biasanya disebabkan karena infeksi virus karena kerentanan imun tubuh yang menurun akibat aktivitas yang meningkat sehingga lebih gampang tertular virus, bakteri maupun parasit, dapat juga terjadi karena keracunan dan faktor alergi. Biasanya pencemaran terjadi secara oral karena makanan yang tidak hygienis atau kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan. 2. Distribusi Epidemiologi Penyakit Diare Berdasarkan Waktu (Bulan) Angka kejadian diare berfluktuasi sepanjang periode 2008-2012. Berdasarkan tabel.4.2 dilihat bahwa pada tahun 2008 penderita diare mengalami fluktiasi pada bulan Juli (0 menjadi 189 kasus) dan mencapai puncaknya pada bulan November dengan (205 kasus) kemudian munurun stabil sampai bulan Februari 2009. Untuk tahun 2009 sendiri tingginya angka kejadian diare terjadi pada akhir tahun 2009 (182 kasus) kemudian insiden menurun kembali hingga pada bulan maret 2010 dan merupakan

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

26

kasus terendah diare pada tahun yang sama (11 kasus). Pada tahun 2011 kembali mencapai puncaknya pada bulan November 2011 (205 kasus) dan terus meningkat sampai bulan Maret 2012 dengan angka kejadian tertinggi yakni 487 insiden. Angka penderita diare di Puskesmas Antang meningkat pada bulan Juni 2009 dan Januari-Maret 2012 diperkirakan ada hubungannya dengan peralihan musim. Diperkirakan musim Hujan di wilayah Antang terjadi antara bulan Januari-Juni dan musim kemarau terjadi antara bulan JuliDesember. Dimana musim penghujan yang mengakibatkan kondisi lingkungan berubah menjadi lebih buruk yang memicu timbulnya bibitbibit penyakit penyebab diare. Oleh karena itu, penduduk lebih mudah terserang penyakit diare akibat terkontaminasi bibit penyakit diare tersebut. Diare di Indonesia dapat ditemukan sepanjang tahun, namun dapat mengalami kenaikan frekuensi oleh pengaruh musim. Pada musim kemarau, sumber air bersih sangat terbatas dan sanitasi lingkungan sangat buruk hal ini merupakan salah satu faktor resiko terjadinya diare. Sementara, pada musim penghujan banyak sumber air yang tercemar oleh genangan air kotor dan keadaan udara menjadi sangat lembab sehingga dapat memicu pertumbuhan bakteri. 3. Kejadian Luar Biasa Penyakit Diare Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis dengan pendekatan pola maksimal dan minimal sesuai tabel dan grafik 4.4 menunjukkan bahwa telah terjadi 4 kali KLB diare di Puskesmas Antang kota Makassar pada bulan Januari, Februari, Maret dan Agustus 2012. Ini menunjukkan bahwa perlu kewaspadaan dan tindakan tanggap darurat menghadapi kasus tersebut sehingga kecenderungannya tidak mengalami peningkatan. Pencermatan lebih jauh menunjukkan bahwa hampir setiap tahun selama 2008-2012 jumlah penderita diare pada bulan-bulan tersebut selalu meningkat dan termasuk dalam kelompok 4 (tiga) besar jumlah kejadian diare berdasarkan bulan dalam tahun berjalan. Namun yang paling

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

27

menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya (2008-2011) adalah pada bulan Januari dan Maret. Kenaikan jumlah penderita diare pada bulan Januari dan Maret 2012 adalah yang tertinggi selama bulan teresebut dalam kurun waktu 20082012. Jumlah penderita menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dan melebihi jumlah dari yang biasanya. Sekalipun demikian pihak Puskesmas Antanag tidak mengetahui kalau hal tersebut termasuk kategori KLB. Hal ini terjadi karena masih rendahnya pemahaman petugas survailans dan menganggap bahwa pada bulan tersebut kasus sering tinggi. Karakteristik geografi wilayah kerja Puskesmas Antang yang terdiri dari dataran rendah dan faktor sosial ekonomi masyarakat, serta pengetahuan /kesadaran masyarakat tentang polah hidup bersih dan sehat masih kurang diduga menjadi faktor penyebab tingginya kasus diare setiap bulan. Sedianya penulis dapat melihat lebih jauh distribusi penyakit diare berdasarkan tempat termasuk wilayah pulau dan darat, namun karena sistim pencatatan di Puskesmas Antang yang belum memadai sehingga penulis sulit menemukan data yang diharapkan. Data yang ada adalah yang sesuai dengan format pelaporan yang baku dari Dinas Kesehatan Kota Makassar.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

28

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian data distribusi diare tahun 2008-2012 yang diperoleh pada studi di Puskesmas Antang, dapat disimpulkan bahwa: 1) Melalui pola maksimal dan minimal dapat diketahui bahwa teryata pada tahun 2012 terjadi 4 (empat) kali kejadian luar biasa penyakit diare di Wilayah Kerja Puskesmas Antang yakni pada bulan Januari Februari, Maret, dan Agustus. 2) Kejadian penderita diare paling tinggi dan meningkat pada usia balita dengan rata-rata usia < 5 tahun (0-7 hari, 8-28 hari, 1-11 bulan, hingga 1-4 tahun) dan usia 20-44 tahun karena pada kelompok umur < 5 merupakan kelompok umur pra-sekolah dimana aktifitas di luar rumah mulai meningkat, perilaku yang kurang hygienis, dan merupakan masa pemberian makanan pendamping ASI kemudian sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna pada usia itu. Sedang untuk Usia 20-44 tahun dikaitkan dengan kejadian diare dikarenakan peningkatan pola makan dan aktivitas bertambah. Biasanya jugapencemaran terjadi secara oral karena makanan yang tidak hygienis atau kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan juga disebabkan keracunan dan faktor alergi. 3) Kejadian diare di Puskesmas Antang meningkat pada bulan Juni 2009 diperkirakan ada hubungannya dengan peralihan musim. Diperkirakan musim Hujan di wilayah Antang terjadi antara bulan Januari-Juni dan musim kemarau terjadi antara bulan Juli-Desember. Dimana musim penghujan yang mengakibatkan kondisi lingkungan berubah menjadi lebih buruk yang memicu timbulnya bibit-bibit penyakit penyebab diare. Oleh karena itu, penduduk lebih mudah terserang penyakit diare akibat terkontaminasi bibit penyakit diare tersebut.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

29

B. SARAN 1. Mengingat diare lebih banyak menyerang bayi dan balita, maka perlu diadakan pencegahan berupa penyuluhan-penyuluhan bagi ibu dan anak mengenai perilaku hidup sehat, Hygiene individu, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, dan lain-lain. 2. Pemerintah agar lebih memperhatikan program kesehatan lingkungan melalui pembangunan jamban percontohan disertai sosialisasi tentang persyaratan sanitasi jamban kepada masyarakat sehingga masyarakat diharapkan dapat mengupayakan kondisi jamban yang memenuhi syarat. 3. Distribusi epidemiologi berdasarkan tempat ini perlu dilakukan untuk melihat daerah-daerah yang tingkat kejadiannya tinggi, agar fokus dapat dilakukan di daerah itu. Hal ini karena penyakit mempunyai kecenderungan ditemukan pada tempat-tempat tertentu. 4. Keterbatasan sumber daya manusia dalam hal pengolahan dan analisis data secara komputerisasi sebaiknya dilakukan pelatihan khusus dalam hal ini. 5. Format pelaporan penyakit agar dilengkapi lebih detail, sehingga bisa menghasilkan analisis yang lebih tajam untuk perbaikan pelayanan kesehatan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Pola Minimal dan Maksimal Penyakit Diare di Puskesmas Antang Tahun 2008-2012

30

Você também pode gostar