Você está na página 1de 4

Akhir-akhir ini pengamat-pengamat banyak membahas mengenai keterlambatan kemajuan perokonomian Indonesia, mengapa Indonesia dengan begitu banyak

sumber daya alamnya masih terpuruk ditangga perekonomian dunia?,mengapa japan,korea selatan,singapura dan negara-negara eropa barat lainnya dengan sedikit sumber daya alam tapi mereka dapat menguasai pasar-pasar dunia. Sebuah permasalahan yang sangat riskan untuk dilewati begitu saja. Negara-negara yang memiliki SDA melimpah cenderung tersungkur di perekonomian dunia. Sedangkan negara yang miskin akan SDA justru menguasai perekonomian dunia,mengapa hal ini bisa terjadi? Apa saja factor yang menyebabkan nya? Jika kita berfikir secara ilmiah permasalahan ini adalah permasalahan yang mustahil terjadi, karena salah satu factor yang menunjang daya fikir seseorang adalah kualitas makanannya,dengan SDA yang melimpah,hal ini sangat sulit untuk terjadi. Dalam hal ini saya akan memisalkan negara yang kaya akan SDA adalah negara I, dan negara yang miskin SDA adalah negara A. Jika kita berfikirlebih dalam lagi,maka kita akan menemukan lingkungan sebagai factor terkuat yang mempengaruhi daya fikir dan budaya sekelompok manusia, seseorang yang hidup di negara yang mempunyai SDA melimpah memiliki budaya yang cenderung untuk bermalasmalasan. Sedangkan seseorang yang hidup dinegara yang miskin SDA memiliki budaya yang giat bekerja, mengapa hal ini bisa terjadi? Untuk memenuhi kebutuhannya,manusia akan melakukan apapunyang bisa ia lakukan ,dalam konteks ini kebutuhan yang paling mempengaruhi adalah makanan, nanti saya jelaskan mengapa saya sampai pada kesimpulan tersebut, cara mendapatkannya ini yang mungkin mempengaruhi daya fikir dan tingkat intelegensi manusia tersebut, seseorang yang hidup di negara I, akan mendapatkan dengan mudah kebutuhannya,sehingga manusia tersebut memiliki daya fikir yang rendah karena rendahnya tantangan yang dihadapi. Alam disekitar mereka yang mereka anggap sebagai berkah justru memberikan efek negative kepada tingkat intelengensi mereka . Sedangkan seseorang yang hidup di negara A dituntut untuk berusaha keras agar memenuhi kebutuhannya,meraka akan di tempa oleh lingkunganya,mereka membutuhkan daya fikir ekstra untuk mendapatkannya,jika orang yang hidup di negara I akan berfikir bagaimana bisa mengambil ubi di depan mata. Orang yang hidup di negara A akan berfikir bagaimana cara membodohi orang di negara I untuk memberikan ubi tersebut,meraka juga akan memikirkan mengenai transportasi untuk mengirimkan ubi,memikirkan cara agar ubi tersebut tidak busuk, jika mereka tidak bisa mendapatkan cara itu,mereka akan terseleksi oleh alam,hanya yang bisa beradaptasi yang bertahan hidup maka dari itu mereka memiliki tingkat intelejensi yang tinggi. Untuk memperjelas masalah diatas,mari kita ambil contoh konkrit dikehidupan nyata, daerah aceh memiliki SDA yang sangat melimpah, gas alamnya yang banyak,minyaknya yang melimpah, tanahnya yang kaya akan unsur hara,kaya akan barang tambang, tapi justru terseokseok di kancah perekonomian nasional, bandingkan dengan daerah Jakarta(terlepas dari perannya sebagai ibukota), yang hanya memiliki sedikit SDA, memiliki tanah yang sangat terbatas, bahkan jika seluruh orang aceh kencing dikota Jakarta,mungkin jakarta hanya tinggal nama sekarang, tapi lihat sekarang mereka menjadi kuat,tahan banting dan memiliki sumber daya manusia yang hebat ,lingkungan mereka dengan sendirinya menyeleksi manusia-manusia disana agar dapat

bertahan hidup ,sehingga mereka yang tersisa adalah orang-orang yang telah teruji mampu beradaptasi sehingga secara sendirinya daya fikir mereka pun juga meningkat. Sekarang timbul masalah baru yang lebih spesifik , yaitu mengapa negara yang kaya akan SDA memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda ? contohnya negara Arab Saudi di bandingkan Brazil,mereka sama-sama memiliki SDA yang melimpah,tapi mengapa Arab Saudi lebih unggul dari Brazil? jika kita berfikir lebih, masalah ini bukanlah masalah yang kompleks , mereka memang sama-sama negara kaya akan SDA, tapi mereka memiliki tipe SDA yang jauh berbeda. Brazil kaya akan unsure tanahnya,sedangkan Arab Saudi kaya akan minyaknya.sehingga untuk memenuhi kebutuhan makan,orang arab bisa dapat dikategorikan sebagai negara A pada masalah sebelumnya.mereka akan berfikir bagaimana membodohi,transportasi dan lainya agar kebutuhan perut mereka terpenuhi, mereka tidak mungkin makan batu disana.hal inilah yang menyebabkan saya sampai pada kesimpulan bahwa makanan adalah factor terpenting kebutuhan manusia, Negara yang kaya akan tanahnya cenderung mengejar disektor primer(bahan baku),sedangkan negara yang miskin SDA cenderung mengejar disektor lainya kerena mereka tidak mungkin mengejar disektor primer juga. Jika kita melihat nilai ekonomi barang yang dihasilkan, permasalahan utama kita saat ini sudah terjawab. Jika negara I menghasilkan ubi 2 Kg, dan kemudian menjual ubi tersebut seharga 2 rb/Kg ,lalu negara A membelinya dengan harga 2 ribu per kilonya.mereka hanya akan mengeluarkan uang sebanyak 4 ribu. Lalu mereka mengolahnya menjadi bahan lain seperti singkong gaul,tepung tapioca, keripik ubi,nilai ekonomisnya sangat-sangat berbeda,mereka bisa juga hanya menambahkan plastic ke ubi tersebut atau menambahkan sedikit jasa dan menjualnya kembali di negara I ,dengan harga 2 sampai 3 x lipat, inilah salah satu factor penyebab kemerosotan ekonomi negara I. Jika kita berfikir mengenai Negara Indonesia,suatu permasalahan yang sangat-sangat kompleks terjadi di negara ini. Kita memiliki tanah yang baik untuk ditanami bahan makanan yang justru sangat luas ,memiliki Minyak dan gas alam yang melimpah,emas,perak dan timah yang sangat besar jumlahnya,bahkan kalau Pt Freeport di papua berhenti beroperasi selama 2 jam saja,harga emas didunia pasti akan terguncang hebat, Pt Freeport menghasilkan 110 ton emas pertahunya,sedangkan negara Indonesia hanya memiliki cadangan devisa sebanyak 11 ton emas. Dapatkah anda bayangkan? Indonesia mempunyai pabrik penghasil 110 ton emas pertahun tapi hanya mempunyai 11 ton emas yang disimpan dalam bentuk cadangan devisa? Kita juga penghasil timah terbesar didunia. Kita kaya akan tanah seperti brazilia kaya akan minyak seperti Arab Saudi, luas tanahnya seperti rusia ,kaya akan emas seperti Afrika Selatan tapi miskin perekonomian penduduknya seperti Zaire hanya bisa unggul sedikit diatas Zimbabwe dan timur leste namun tertinggal jauh oleh negara yang dulunya sangat membutuhkan tenaga pengajar dari Indonesia yaitu malingsya dan singapura. Sungguh perbandingan yang sangat aneh,tapi itulah kenyataannya. Keterlambatannya proses spesifikasi yang membuat Indonesia jatuh ke jurang kemiskinan, jika korea selatan fokus kepada home industry, japan fokus kepada industry mobil kalangan menengah ke bawah,inggris fokus ke industry mobil yang mahal, jerman dan amerika fokus ke industry militer dan pesawat terbangnya,Israel fokus kepada industry militernya,china fokus kepada barang-barang murah,singapura fokus kepada bisnis perbankannya,Arab Saudi ke minyaknya, Brunei ke gas alamnya,nah bagaimana dengan indonesia?

Indonesia sibuk mengurusi berbagai sumber daya alamnya tanpa mengolahnya, ibarat orang lapar yang sedang menjaga black forrest yang masih didalam kotak ,tanpa tahu cara membuka kotaknya. Sehingga makanan tersebut diambil atau ditukar dengan keripik singkong siap makan oleh orang lain. Standarisasi dalam berbagai bidang mungkin juga dapat dijadikan sebagai factor yang mempengaruhi keterlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia,jika beberapa tahun setelah amerika merdeka mereka langsung menyusun standarisasi ekonominya,Indonesia hanya bisa menjiplaknya dari amerika saja. Tampak jelas, budaya(dalam hal ini budaya menjiplak) berperan penuh terhadap perkembangan ekonomi suatu negara.bagaimana bisa jika kita ingin menguasai ekonomi kita sendiri tidak mempunyai acuan yang jelas yang sesuai dengan budaya local. Ibarat mau mengetahui panjang sebuah meja tanpa menggunakan alat ukur yang pasti. Jika banyak pengamat yang mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang besar adalah salah satu kunci kegagalan ekonomi suatu negara,disini saya akan mencoba berfikir lain, pertumbuhan penduduk bukanlah suatu momok yang harus ditakuti, bayangkan jika 8 juta penduduk brunei darusalam dapat menghasilkan 300.000 dolar pertahun, bayangkan berapa yang bisa dicapai Indonesia dengan 250 juta penduduknya. Apakah terdapat perbedaan brunei dengan Indonesia? Brunei mempunyai gas alam yang melimpah begitu juga dengan Indonesia,tapitingkat pendidikan dan tingkat intelegensinya yang berbeda. Mereka paham cara mengolahnya, sedangkan Indonesia hanya paham bagaimana cara menanam ubi. Dalam hal ini pertumbuhan penduduk yang tidak di ikuti dengan pendidikan yang maksimal lah yang mesti dihindari sebisa mungkin. Jadi apa yang mesti dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mengatasi krisis ini, suatu solusi yang efektif masih difikirkan oleh bangsa ini, jika saya melihat permasalahan ini saya teringat sebuah pepatah lama semakin tinggi pohon,semakin berat hembusan anginnyasemakin besar sukses yang ingin dicapai semakin besar pulalah resiko yang dihadapi. Pemerintah iran dengan program 1000 mahasiswanya.mereka menyebar 1000 pemudanya untuk menimba ilmu dinegara maju, lalu kembali ke iran dengan segudang ilmu sehingga mereka menjadi negara yang diperhitungkan sekarang akibat teknologi nulkirnya,kenapa Indonesia tidak melakukannya? Jika saja Indonesia sejak dulu mengirimkan 10 juta saja pemudanya keluar negera maju untuk menimba ilmu,sudah jadi apa negara kita ini? .terkendala dana? banyak sumber dana yang bisa digunakan,tapi inisiatif pemerintah yang tidak ada. Belum, bukan berarti mustahil dilakukan sekarang. Mungkin pemerintah Indonesia takut akan fakta bahwa,banyak pemuda-pemuda yang memiliki tingkat intelegensi tinggi tidak mau kembali ke negara Indonesia, tapi ingat sekali lagi, semakin tinggi pohon semakin berat hembusan anginya. Memiliki pemerintahan yang efektif dalam pengambilan kebijakan, dalam berbagai hal ekonomi nasional, pemerintahan mempunyai peranan yang strategis dalam pengambilan keputusan, tingkat pajak,biaya impor dan lainya adalah suatu hal yang sangat berpengaruh kepada perekonomian nasional yang dimana pemerintah adalah sumber kebijakan tersebut. Mengembalikan asset-aset strategis bangsa bangsa kita kepada negara. Walaupun ini tidak bisa dilakukan secara instan, mungkin tahap pertahap bisa dilakukan, missalnya mengembalikan asset Pt Freeport kepada negara kita lagi, walaupun negara kita terkendala mengenai teknologi Pt tersebut kita bisa membayar mahal karyawan negara lain, tapi ingat

membayar bukan berarti memberikan seluruhnya, maka dari itu pendidikan sangat dibutuhkan dalam hal ini,agar kita tidak terus-terusan membayar orang luar,suatu saat kita bisa memperkerjakan anak bangsa disana. Segera memfokuskan diri untuk memilih salah satu spesialisasi yang paling menguntungkan mungkin kita dapat memanfaatkan SDA kita,kita juga dapat memanfaatkan lokasi stratgis negara kita untuk hal ini,tapi jika kita telah menentukan spesialisasi bukan berarti yang lain ditinggalkan,mungkin hanya tidak diutamakan fungsinya,bisa juga menggunakan hal yang lain itu untuk memperkuat hal yang telah dispesialisaikan tersebut.misalnya kita memilih spesialisasi Pertanian, kita bisa menggunakan teknologi canggih yang berbahan bakar minyak dalam negeri, memberika bonus ke karyawan dalam bentuk emas agar giat bekerja. Bersikap tegas dan cepat . Bersikap tegas itu sangat dibutuhkan tapi ingat bersikap tegas dan cepat itu sangat mudah dimanfaatkan, kehati-hatian juga bukan berarti berlambat-lambat dalam mengerjakan sesuatu.bersikap tegas kepada para koruptor mungkin bisa memberika efek jera kepada koruptor lainya. Menerapkan program-program yang bisa menghilangkan atau mengikis sedikit-demi sedikit budaya malas,walaupun budaya malas sudah mengakar tapi apasalahnya kalau kita mencoba,ingat jika kita mencoba, kita mendapatkan satu peluang,jika tidak mencoba maka kita tidak mendapat peluang sedikitpun, sebagai contohnya program yang bisa dilakukan adalah jika ada gotong royong suatu desa,maka uang minumnya ditanggung pemerintah,walaupun terdengar sangat konyol, tapi hal ini dapat meningkatkan semangat kerja dari masyarakat sehingga masayarakat menjadi rajin bekerja.saya fikir masih banyak program-program bagus untuk diterapkan. Membiasakan diri untuk berbicara sesuai kapasitas ilmu masing-masing sehingga tidak terjadi kesalah pahaman yang bisa menimbulkan masalah lain seperti korupsi. Contohnya banyak pejabat pemerintahan yang bergelar macam-macam. Mungkin bisa memberikan syarat sesuai pendidikan.sehingga hasil kerja lebih efektif dan efisien.

Você também pode gostar