Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
GAMBARAN PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG BERSALIN RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012 Basmayus, P1, Jasa, Z, K2, Rahman, S3 1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2)Bagian Anastesi Fakultas KedokteranUniversitas Syiah Kuala; 3)Bagian Orthopedi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ABSTRAK Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses alami untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap sendiri ASI dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir di ruang bersalin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jenis dan rancangan yang digunakan adalah deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di ruang bersalin dan ruang rawat inap Seurune 3 (tiga) pada tanggal 1 Juni-30 Juni 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 36 responden. Gambaran pemberian inisiasi menyusu dini dilihat berdasarkan pengetahuan, pendidikan dan sikap yang didapat dari hasil wawancara kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 23 responden (63,8%) melakukan pemberian IMD pada bayi baru lahir dan 13 responden (36,2%) tidak melakukan IMD. Pengetahuan ibu post partum tentang pemberian IMD pada bayi baru lahir dengan kriteria baik yaitu 17 responden (47,2%) sedangkan 19 lainnya (52,8%) dengan pengetahuan cukup dan tidak terdapat responden dengan pengetahuan kurang. Pendidikan ibu post partum pada penelitian ini mempunyai tingkat pendidikan dengan kriteria pendidikan rendah yaitu sebesar 25%, menengah sebesar 52,7% dan pendidikan tinggi sebesar 22,3%. Sikap ibu post partum dari hasil penelitian, semua responden (100%) mempunyai sikap baik dalam pemberian IMD. Kata kunci : pemberian inisiasi menyusu dini, pengetahuan, pendidikan, sikap
ABSTRACT
Early initiation of breastfeeding (EIB) is a natural process for feeding, by allowing the baby to find and suck their own breast milk within the first hour of the beginning of life. The purpose of this study was to find a picture of early initiation of breastfeeding newborns in the delivery room dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. The type and design used is descriptive retrospective with cross-sectional approach and the sampling techniques in accidental sampling. The research was carried out in the delivery room and the inpatient Seurune 3 (three) on 1 June to 30 July 2012 with a total sample of 36 respondents. Provision of early initiation of breastfeeding picture seen by knowledge, education and attitudes gained from the interview questionnaire. Analysis of the data used in this study is the univariate analysis. This study shows that there are 23 respondents (63.8%) carry EIB in newborns and 13 respondents (36.2%) did not carry EIB. Postpartum maternal knowledge about giving EIB in newborns with good criteria are 17 respondents (47.2%), while the other 19 (52.8%) with sufficient knowledge and there is no respondents with less knowledge. The education of postpartum mothers in this study had a level of education with educational criteria low at 25%, secondary at 52.7% and higher education at 22.3%. The attitude from the results of the study, all respondents (100%) had a good attitude in the provision of IMD. Keywords: provision of early initiation of breastfeeding, knowledge, education, attitudes
1. Pendahuluan
Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggerakkan seluruh
masyarakat dalam upaya memberikan ASI eksklusif pada bayi selama 6 (enam) bulan. Untuk mendukung
pada
bayi
untuk
mencari
dan
menghisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya bayi disebut program dianjurkan WHO IMD. yang IMD merupakan gencar Indonesia. telah sebagai kehidupan,
sedang
maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (Roesli, 2008).
pemerintah dan
UNICEF IMD
merekomendasikan tindakan
penyelamatan
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Kematian bayi baru lahir yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah jika bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama setelah
karena IMD dapat menyelamatkan 22% nyawa bayi sebelum usia 28 hari. Untuk itu diharapkan semua tenaga kesehatan pelayanan maupun disemua kesehatan, tingkatan baik swasta dapat
masyarakat
mensosialisasikan dan melaksanakan suksesnya program tersebut (Depkes RI, 2008). Kebanyakan ibu tidak tahu
kelahirannya. Pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan bayi akan terlindung dari berbagai penyakit
bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah persalinan sangat bermanfaat. Proses yang hanya
memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup, dengan IMD bayi belajar beradaptasi dengan kelahirannya di dunia. Bayi yang baru saja keluar dari tempat ternyaman di dunia didalam rahim sang ibu, tentunya merasa trauma ketika harus berada di dunia
berbahaya pada masa paling rentan dalam hidupnya. Berdasarkan SDKI tahun 2002-2003 hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya (Ambarwani, 2008). Proses alami untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan
luar. Menurut Edmond (2006), IMD dapat mencegah 22% kematian bayi baru lahir di negara-negara berkembang. IMD saat bayi berusia 2 jam hingga 24 jam pertama setelah lahir dapat mencegah 16% kematian bayi di bawah usia 28 hari. Bayi yang diberikan kesempatan meyusu dini melalui kontak kulit ke kulit
menerima
informasi
sehingga
dia
dapat menentukan pilihan yang benar. Kesadaran akan pentingnya IMD ini juga akan mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian IMD (Notoatmodjo, 2003). METODE PENELITIAN Berdasarkan ruang lingkup
setidaknya selama 1 jam, akan 2 kali lebih lama disusui oleh ibunya
permasalahan dan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan desain penelitian dengan deskriptif rancangan retrospektif
cross-sectional.
Penelitian dilakukan di ruang bersalin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Pengambilan data dilaksanakan pada 0130 Juni 2012. Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu pemberian IMD pada bayi baru lahir. Variabel independen yaitu pengetahuan,
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan setelah kelahiran. Kontak kulit merupakan interaksi awal antara ibu dan bayinya yang mana sangat
bermanfaat bagi psikologis ibu dan bayi, dengan kontak kulit ini pula ibu dapat menyesuaikan suhu tubuhnya sesuai bayinya dengan yang dibutuhkan thermal
pendidikan, dan sikap yang diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua ibu post partum di ruang bersalin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini
(thermoregulation
banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD itu sendiri. Selain pengetahuan, mempengaruhi pendidikan seseorang juga dalam
bersalin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 01-30 Juni 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan cara total sampel
data yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Perolehan data disajikan dalam bentuk tabel dengan analisa univariat serta dilakukan distribusi
dilakukan sampling
dengan dari
perhitungan frekuensi.
dengan
HASIL PENELITIAN Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden menurut pemberian IMD di ruangbersalin RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh No 1 2 Pemberian IMD Dilakukan Tidak dilakukan Jumlah Frekuensi (n) 23 13 36 Presentase (%) 63,8 36,2 100
Tabel 4.2 Distribusi IMD menurut pengetahuan ibu di ruang bersalin RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh Pemberian IMD Pengetahuan n Baik Kurang Total 8 15 23 Ya % 53,3 71,4 n 7 6 13 Tidak % 46,7 28,6 n 15 21 36 Total % 100 100
Tabel 4.3 Distribusi pemberian IMD pada bayi baru lahir berdasarkan tingkat pendidikan ibu Pemberian IMD Pendidikan Ibu n Tinggi Menengah Rendah Total 6 10 7 23 Ya % 75 52.6 77,8 N 2 9 2 13 Tidak % 25 47,4 22,2 n 8 19 9 36 100 % 100 Total
Tabel 4.4 Distribusi IMD menurut sikap ibu di ruang bersalin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Pemberian IMD Total Sikap Ibu n Baik Kurang Total 13 10 23 Ya % 65 62,5 n 7 6 13 Tidak % 35 37,5 N 20 16 36 % 100 100
PEMBAHASAN Pemberian IMD Pada Bayi Baru Lahir Dari hasil penelitian yang
yang tidak melakukan IMD sesuai dengan penelitian yang yang didapatkan dilakukan pada oleh
dilakukan terhadap 36 responden, didapatkan bahwa responden yang melakukan IMD sebanyak 23
pemberian IMD. Masih banyaknya ibu yang tidak melakukan IMD dalam penelitian ini (36,2%) dapat dikarenakan oleh faktor ibu yang tidak mengetahui poin-poin
responden (63,8%) dan yang tidak berhasil IMD sebanyak 13 responden (36,2%). Masih banyaknya responden
penting tentang IMD itu sendiri, dimana dari data yang didapatkan di atas, banyak ibu yang tidak
pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya ASI untuk kesehatan anak, juga kurangnya akses informasi
mengetahui apa itu IMD, langkahlangkah IMD, juga manfaat IMD bagi diri ibu. IMD Menurut Pengetahuan Ibu Hasil penelitian dari 36
tentang IMD itu sendiri. IMD Menurut Pendidikan Ibu Pada penelitian ini didapatkan 8 orang ibu berpendidikan kategori
tinggi yang mana 6 (75%) diantaranya melakukan IMD dan 2 (25%) lainnya tidak melakukan IMD. Untuk kategori
responden didapatkan bahwa paling banyak responden mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang IMD
responden
berpendidikan
sebanyak 15 responden, yang mana 8 (53,3%) diantaranya melakukan IMD dan 7 (46,7%) tidak melakukan IMD. Untuk yang berpengetahuan kurang terdapat 21 responden yang 15
melakukan IMD dan 9 (47,4%) lainnya tidak melakukan IMD. Dan untuk responden yang berpendidikan
(71,4%) diantaranya melakukan IMD dan 6 (28,6%) tidak melakukan IMD. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa penyebab ibu tidak melakukan IMD atau tidak berhasil dalam pemberian IMD antara lain penyebabnya adalah sebagian ibu tidak pernah mendengar apa itu IMD, atau tidak mengetahui apa IMD, itu dan IMD, juga
kategori rendah terdapat 9 responden yang mana 7 (77,8%) melakukan IMD dan 2 (22,2%) lainnya tidak
melakukan IMD. IMD Menurut Sikap Ibu Pada penelitian ini didapatkan 20 responden yang bersikap baik pada pemberian IMD yang mana 13 (65%) diantaranya melakukan IMD dan 7 (35%) lainnya tidak melakukan IMD. Sedangkan utuk responden yang
langkah-langkah
manfaat dari IMD itu sendiri. Roesli (2008) menyatakan bahwa permasalan ini disebabkan oleh kurangnya
melakukan IMD dan 6 (37,5%) lainnya tidak melakukan IMD. Dalam penelitian ini didapatkan ibu yang bersikap baik memeliki persentase yang lebih tinggi dalam keberhasilan pemberian IMD yaitu sebanyak 65% melakukan IMD. Kesimpulan 1. Dari 36 responden terdapat 23 (63,8%) responden melakukan IMD sedangkan 13 (36,2%) tidak
sikap kurang sebanyak 16 (44,4%) responden. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Rumah Sakit a. Perlu adanya penyuluhan tentang pemberian IMD pada bayi baru lahir melalui penyuluhan terpadu dan
akan pentingnya IMD pada bayi baru lahir melalui penyebaran brosur, poster, dan media informasi lainnya, sebagai bentuk dan upaya dalam peningkatan unit/instansi pelayanan rumah sakit. c. Tenaga kesehatan diharapkan agar mendukung dan menjelaskan tentang IMD pada setiap ibu dengan
tentang IMD pada bayi baru lahir, kriteria baik terdapat sebanyak 15 (41,6%) responden dan dengan kriteria kurang sebanyak 21
(58,4%) responden. 3. Pendidikan ibu post partum pada penelitian ini paling banyak dengan kriteria pendidikan menengah yaitu 19 (52,7%) , rendah sebanyak 9 (25%), dan tinggi sebanyak 8 (22,3%). 4. Sikap ibu post partum dari hasil penelitian ini yang mempunyai sikap baik sebanyak 20 (55,6%) responden dan yang mempunyai
persalinan spontan agar bayi dalam keadaan sehat. 2. Fakultas Kedokteran Peran mahasiswa juga sangat diperlukan dalam menyebarluaskan
bentuk sosialisasi ataupun melalui salebaran, poster, dan media cetak. 3. Untuk Penelitian Selanjutnya Penulis memandang perlu
4.
Edmond, K.
2006. Delayed
Breastfeeding Initiation Increases Risk of national mortality Seth, 26 September 2012. 5. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT.
adanya dilakukan penelitian tahap lanjutan yang berkesinambungan dan continue dengan keragaman variabel lainnya seperti melihat hubungan
Rineka Cipta. Jakarta. 6. Roesli, U. 2008. IMD plus ASI Ekslusif. Penerbit Pustaka Bunda, Jakarta. 17 Januari 2012. 7. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, Jakarta, 2007.
pengetahuan, pendidikan, dan sikap terhadap pemberian IMD DAFTAR PUSTAKA 1. Ambarwani. 2008. IMD dan Asi Eksklusif Rabbani. http://eprints.ums.ac.id/1531/1/5._ AMBARWANI.pdf. 2011. 2. Aprillia, Y. 2010. Hipnostetri: Rileks, Aman, Nyaman Saat Hamil dan Melahirkan. Gagas media, Jakarta. 3. Departemen Kesehatan RI. 2008. Pesan-pesan Tenaga Inisiasi 30 Mei Membentuk Generasi 8.
Menyusu Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif untuk Tenaga Kesehatan Indonesia. dan Keluarga Bina
Direktorat