Você está na página 1de 4

Apa Sih Bedanya Praktik Kedokteran Islam (Sejak Masa Nabi Muhammad SAW Dulu sampai Sekarang) dengan

Praktik Kedokteran pada Umumnya?

Pendahuluan Berbeda dengan binatang yang hanya diberi insting, manusia sebagai khalifah di muka bumi dibekali insting (garizah) dan juga akal oleh Allah Taala. Insting menjadikan hewan hidup dengan terarah dan bersifat statis. Insting juga yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melestarikan hidupnya, seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam proses mencari tersebut, manusia mendapatkan banyak pengalaman baik maupun buruk dan dengan akalnyalah manusia dapat mengolah, meningkatkan serta mengembangkan pengalaman tersebut untuk mendapat hasil yang lebih baik. Karena itu, manusia selalu dalam proses mencari dan menyempurnakan, hingga selalu progresif. Akal yang membentuk serta membina kebudanyaan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya termasuk dalam bidang kesehatan. Kesehatan dipandang dalam Islam secara holistik dengan konsekuensi bahwa kedokteran Islam juga bersifat holistik. Salah satu nama Al-Quran adalah Asy-Syifa yang berarti sesuatu yang menyehatkan atau memulihkan kesehatan. Kaum muslim memahami kesehatan itu sebagai merujuk pada kesehatan spiritual, intelektual, psikologi dan fisik. Semua dimensi yang berbeda-beda dari kesehatan manusia ini terintegrasi dan tersatukan dalam pandangan dunia religius Islam. Dengan demikian tujuan kedokteran sangat selaras dengan pandangan Al-Quran tentang kesejahteraan manusia. Nabi Muhammad SAW diutus bukan untuk menjadi dokter. Namun nilai-nilai medis dari sabda-sabda beliau besar sekali pengaruhnya bagi perkembangan ilmu kedokteran Islam. Terbukti dalam sejarah kehidupan beliau yang berumur sampai 63 tahun, menurut Dr. Haikel dalam bukunya Hayatun Muhammad, Rasulullah SAW hanya menderita sakit dua kali. Pertama beliau sakit ketika kembali mengunjungi kuburan sahabatnya di Baqi, karena kuatnya tekanan panas (suhu gurun) beliau menderita sun stroke, kedua menjelang wafatnya, beliau menderita apa yang disebut bissahri wal hima, sulit tidur dan demam tinggi. (Muhammad Husain Haekal, 1996). Dari sini tergambar betapa beliau adalah manusia yang sangat memperhatikan masalah kesehatan. Kedokteran Islam memegang prinsip bahwa segala penyakit yang memberikan adalah Allah, bukan virus, bakteri, dan agen patologis lainnya. Segala penyakit juga disembuhkan oleh Allah, bukan dokter yang hebat, obat yang ampuh, dan juga gaya hidup yang sehat. Kita wajib melakukan usaha-usaha dalam menjaga kesehatan kita, tapi semuanya kembali kepada Allah. Praktik kedokteran Islam adalah segala macam upaya kesehatan yang dilakukan individu maupun kelompok yang tidak bertentangan dengan Alquran dan hadis. Sering kali pikiran kita tersempitkan dengan memandang kedokteran Islam hanya sekedar tibun Nabawi (pengobatan ala Nabi), madu, bekam, dan habutussauda (jintan hitam). Padahal kedokteran Islam tidak hanya sebatas itu. Jika kita merangkak dari definisi kedokteran Islam dapat kita dapatkan bahwa kedokteran Islam lebih dari itu. Pemerataan kesehatan, akses obat yang optimal, pengobatan bagi yang tidak mampu juga sesungguhnya merupakan bagian dari praktek kedokteran Islam itu sendiri. Model

kedokteran Islam dapat dirumuskan sebagai berikut. Kedokteran Islam dibagi atas 5 aspek, yaitu: akidah, akhlak, fiqih, shirah, dan kafaah. Aspek akidah artinya kita berusaha meningkatkan pemahaman tauhid dan level keimanan melalui ilmu kedokteran. Melalui upaya mengungkap hikmah kesehatan dari setiap ibadah, mengkaji berbagai isyarat kedokteran dalam Quran dan Sunnah, dst. Aspek akhlak, kita mengkaji seperti apa seharusnya etika praktik kedokteran yang sesuai Islam itu dilakukan oleh para dokter muslim. Dalam aspek Fiqih, kita mengkaji hukum halal/haramnya suatu tindakan medis (kontemporer) dari kacamata syariah. Peningkatan Kompetensi Dari sisi shirah, kita belajar dan mengambil hikmah dari praktik pengobatan di masa Nabi dan para sahabat, serta periode emas kedokteran Islam, sehingga dapat kita terapkan di masa sekarang untuk kembali mencapai puncak kedokteran Islam. Dan, aspek kafaah, kita berupaya mendorong peningkatan kompetensi para dokter muslim, baik dari sisi medis dan nonmedis agar memiki kualifikasi yang mumpuni untuk melakukan praktik kedokteran secara maksimal. Ketika kita belajar Ilmu Kedokteran maka akan terlihat banyaknya bagian ilmu kedokteran yang sejalan dengan apa yang telah disebut di dalam Alquran. Manfaat lebah dalam dunia kesehatan, proses embriologi, dan masih banyak lagi. Begitu juga sebaliknya, kita dapat melihat apa yang terdapat dan disebutkan dalam Alquran memiliki manfaat yang sangat besar jika ditinjau dari segi medis. Contohnya, shalat lima waktu yang sekarang sudah tidak diragukan lagi manfaatnya dalam bidang kesehatan. Dalam aspek akhlak kita dapat mengkaji banyak hal. Sebagaimana kita ketahui bahwa permasalahan etika dalam dunia kedokteran itu sangat luas. Maka oleh karenanya dibutuhkan penemuan solusi melalui Alquran dan hadis. Selain dari pada itu kita juga dapat membuat etika khusus yang dapat dipegang oleh dokter meuslim. Salah satu permasalahan yang cukup besar dalam dunia kedokteran saat ini adalah bagaimana jika terdapat pasien wanita yang pergi berobat ke dokter pria. Hal-hal yang seperti ini yang harus dibahas lebih mendalam agar terciptanya simpulan seperti apa etika dokter muslim yang seharusnya. Melalui aspek fiqih kita dapat menentukan halal atau haramnya suatu makanan, obatobatan, bahkan juga tindakan. Seperti kita ketahui, misalnya, tidak semua makanan itu halal. Ada makanan yang haram. Selain itu, kita juga dapat melihat hukum dari suatu tindakan. Contoh tindakan tersebut adalah eutanasia, yang masih pro-kontra. Maka tugas kita adalah menentukan hukumnya dengan cara penalaran berdasarkan Alquran dan hadis. Sejarah kedokteran yang begitu luar biasa dalam dunia Islam telah membawa kedokteran hingga moder seperti saat ini. Para ilmuwan Islamlah yang pertama kali dapat menciptakan Ilmu Kedokteran yang logis dan rasional. Sejarah mengenal Ibnu Sina yang dalam dunia barat lebih dikenal dengan nama Avicenna. Alqanun (Canon of Medicine) merupakan masterpiece-nya. Ini semua dapat kita pelajari dalam aspek shirah.

Aspek kafaah dapat dipenuhi dengan cara tarbiyah. Kaderisasi berjenjang merupakaan cara yang baik dalam menciptakan dokter-dokter yang berbasis Islam. Tarbiyah yang baik dapat dilakukan mulai dari jenjang mahasiswa dan berlanjut seumur hidup. Banyaknya LDF (lembaga dakwah fakultas) di tiap-tiap fakultas kedokteran sekarang yang menyediakan sarana tarbiyah merupakan langkah awal yang cukup baik dalam mencetak para dokter muslim. Penerapan Sistem kedokteran Islam, sesudah masa Rasulullah SAW sampai masa perkembangan emasnya telah memperlihatkan sintesisnya yang hebat. Kedokteran Nabi mampu memperlihatkan sifat fleksibel dan dinamisnya, beradaptasi dengan perubahan tanpa hilang jati dirinya. Dengan karakter ilmiahnya, dia memiliki kemampuan untuk menyerap doktrin-doktrin dalam penyempurnaannya dalam berakulturasi dengan zaman, menyerap metode-metode dan teknikteknik terbaik dari berbagai sistim medis tradisional yang pernah ada, dan merekonstruksi perubahan zaman dengan baik, tanpa meninggalkan hirarki keIlahiannya. Pokok kajian ilmu kedokteran (Islam), seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Sina dalam maha karyanya The Canon of Medicine yang dijadikan rujukan ensiklopedia kedokteran dan bertahan selama delapan abad menyebutkan, ilmu kedokteran adalah cabang ilmu yang membahas tentang keadaan-keadaan sehat dan sakit tubuh manusia dengan tujuan mendapatkan cara yang sesuai untuk menjaga atau mempertahankan kesehatan. Tujuan ilmu kesehatan (kedokteran) menurut dokter-dokter muslim adalah untuk menjaga dan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai, yang, dengan izin Allah, membantu memulihkan atau mempertahankan kesehatan tubuh manusia. Keadaan normal tubuh manusia adalah sehat. Dalam keadaan ini semua fungsi tubuh berjalan secara normal, dan dicirikan oleh keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan semua unsur dan sistim tubuh. Sakit disebabkan karena adanya gangguan pada keharmonisan dan keseimbangan ini ketika satu atau lebih dari fungsi atau bentuk organ-organ tubuh mengalami kerusakan. Dari semua ilmu dan seni praktis yang dikembangkan oleh orang Islam, tak ada yang menempati posisi lebih mulia dan dihargai daripada kedokteran. Banyak diantara tokoh religius dan kedokteran Islam memandang seni dan praktik kedokteran sebagai perbuatan religius yang utama karena ia membantu laki-laki dan perempuan untuk membantu orang lain menjaga dan memulihkan kesehatan mereka. Pengakuan religius yang diberikan kepada ilmu kedokteran, membuat dokter-dokter muslim mendapat kedudukan yang sangat berpengaruh dan dihormati dalam masyarakat, karena mereka menegakkan dan meninggikan nilai ilmu kesehatan (kedokteran) dan profesi dokter. Dan sampai hari ini, perkembangan kedokteran konvensional tidak bisa dilepaskan dari peranan dokter-dokter muslim yang mengembangkan kedokteran Nabi hingga hari ini kita merasakan manfaatnya semua. Wallahu alam bissawab. Permasalahan lain adalah bagaimana sistem kedokteran Islam ini diterapkan. Hingga saat ini implementasi kedokteran Islam hanya terbatas pada ranah individu ataupun kelompok saja (rumah sakit). Maka perlu jugalah diterapkan sistem kedokteran Islam ini pada ranah sistem kesehatan di Indonesia, yang implementasinya terbagi atas enam subsistem, yaitu: Upaya kesehatan; Pembiayaan

kesehatan; Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan; Farmasi, Alat, dan Makanan; Pemberdayaan Masyarakat, dan; Manajemen kesehatan dan Informasi. Jika keenam subsistem tersebut diterapkan dengan baik dengan prinsip-prinsip dari kedokteran Islam, maka diharapkan meningkatnya sistem kesehatan kita dan tersedianya akses pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Alquran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. 22:54) Terkait masalah ini, Rasulullah saw bersabda: Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan pengetahuan mereka. Adakah kalian suka jika Allah dan Rasul-Nya didustakan? (HR. Bukhari). Dalam hadis yang lain, Rasulullah juga bersabda: Tiap-tiap diri dimudahkan mengerjakan sebagaimana dia telah diciptakan untuk amal tersebut. (HR. Bukhari). Untuk menciptakan peradaban, bukanlah seperti membalikkan telapak tangan, namun dengan upaya yang luar biasa berat yang dimulai daripada diri sendiri. Oleh karena itu prinsip-prinsip yang penulis terapkan di atas haruslah dapat diimplementasikan oleh semua muslim dengan baik, sesuai dengan potensi masing-masing demi kemajuan peradaban Islam. Semoga! Daftar Pustaka 1. Diakses dari http://aceh.tribunnews.com/2012/06/09/quo-vadis-kedokteran-islam pada tanggal 31 Juli 2012. 2. Dr. Dirwan Suryo Soularto. 2007. Pandangan Islam Terhadap Pengobatan Tradisional dan Moderen. Yogyakarta: UMY. 3. Muh. Khidri Alwi., Numan. 2008. Kedokteran di Zaman Nabi Muhammad SAW, Implikasinya Terhadap Nilai-nilai Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat., Fakultas Agama. Universitas Muslim Indonesia Makassar. (Jurnal Kesehatan Masyarakat Madani, ISSN.19792287,Vol.01 No.01, Tahun 2008)

Você também pode gostar