Você está na página 1de 8

ISOLASI SENYAWA PIPERIN DARI BUAH CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl)

ISOLATION PIPERINE FROM JAVA CHILIS FRUIT (Piper retrofractum Vahl)

S. Ningsih, S. Celcilia, K. Aprilia, F. A. Fadhlanisa, Friendly Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran JL Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 45363 Telp. 022 7996200, Fax 022 7796200 email : farmasiunpad_11@ymail.com ABSTRAK Senyawa piperin merupakan senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid pada Cabe Jawa (Retrofracti Fructus Vahl) yang dapat diketahui keberadaannya menggunakan Penapisan Fitokimia. Piperin seberat 0,2 gram dari berat simplisia 500 gram yakni 0,04% telah diisolasi dari buah Cabe Jawa (Retrofracti Fructus), berupa serbuk berwarna kuning dengan titik lelehnya 127129,50C. Isolasi senyawa ini diidentifikasi memakai metode kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Penelitian diawali dengan ekstraksi metode maserasi, selanjutnya dilakukan fraksinasi melalui metode ekstraksi cair-cair dengan nilai Rf sebesar 0,31 pada fraksi n-heksan. Identifikasi senyawa piperin dari fraksi n-heksan yang telah dikentalkan, dengan kromatografi kolom didapatkan 30 eluat dan diduga senyawa target terdapat pada eluat ke-5 dengan Rf 0,5 yang ditunjukkan pada kromatografi lapis tipis. Untuk lebih meyakinkan, identifikasi eluat ke-5 dilanjutkan menggunakan kromatografi lapis tipis dua arah dengan campuran pengembang nheksan : etil asetat ( 8 : 2 ) dan toluene : etil asetat ( 7 : 3 ). Didapatkan ketidakmurnian senyawa piperin pada eluat ke-5 dengan terbentuknya spot di plat silika yang tidak membulat sempurna dan adanya ekor pada spot. Kata Kunci : Piperin, Metabolit Sekunder, Isolasi, Identifikasi ABSTRACT The compound of piperine is secondary metabolite of alkaloid group in Cabe Jawa (Retrofracti Fructus Vahl) known to exist which can use a test screening of phytochemicals. Piperine weighing 0.2 grams from 500 grams of simplicia that 0.04% has been isolated from the fruit of Cabe Jawa (Retrofracti Fructus Vahl), that is a yellow powder with its melting point 127-129,50C. Isolation of these compounds were identified using thin-layer chromatography and column chromatography. Research begins with the extraction method of maceration, then performed fractionation by liquid-liquid extraction method with Rf value of 0.31 in n-hexane fraction. Identification piperine compound from n-hexane fraction which has been thickened, with a chromatographic method column found 30 eluates and allegedly target compounds contained in the 5th eluate with Rf 0.5 shown in thin layer chromatography. To be sure, the identification of 5th eluate followed using thin layer chromatography two dimension with a mixture of two developer n-heksan_etil acetate (8: 2) and toluene_etil acetate (7: 3). Obtained piperine compound impurities in the 5 theluate with spot formation of the silica plate is not perfectly rounded and the tail on the spot. Keyword : Piperine, Secondary Metabolite, Isolation, Identification

PENDAHULUAN Cabe jawa (Retrofracti Fructus Vahl.) adalah salah satu tanaman dari famili Piperaceae (Burkill, 1935; Heyne, 1987). Karakteristik morfologi tanaman cabe jawa mirip dengan tanaman lada. Tanaman cabe jawa mempunyai dua jenis akar, yaitu akar utama berada di dalam tanah yang berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, dan akar lekat yang berfungsi untuk melekatkan batang sehingga tanaman dapat memanjat. Cabe jawa mempunyai nama daerah campli puta (Aceh), lada panjang (Minang), cabe jamu/cabe sula (Jawa Barat), cabe jamo/cabe onggu (Madura), cabe (Jawa Tengah/Jawa Timur/umum) (Balitro, 2003). Buah cabe jawa mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N-isobutyl decatrans-2 trans-4 dienamida, sesamin, eikosadienamida, eikosatrienamida, guinensia, oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, kariofelina (Aliadi et al., 1996). Piperin adalah alkaloid yang dapat ditemukan pada tanaman cabe jawa yang termasuk golongan piridine dari famili piperaceae. Piperine adalah trans stereoisomer dari 1-piperoylpiperidine. Ini juga dikenal sebagai (E, E)-1piperoylpiperidine dan (E, E)-1- [5-(1, 3benzodioxol-5-yl)-1-oxo-2, 4-pentdienyl] piperidine. Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127129,50C, merupakan basa yang tidak optis aktif (Anwar, dkk., 1994). Senyawa amida (piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan pedas. Larut dalam etanol,

asam cuka, benzen, dan kloroform (Wiryowidagdo dan Sumaali, 2007). Cabe jawa merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang diketahui memiliki efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga meningkatkan stamina tubuh (Anwar, 2001). Cabe jawa berkhasiat sebagai obat masuk angin, gangguan pencernaan, penguat lambung, obat kumur, dan pereda kejang perut (Permadi, 2008). Buah cabe jawa bermanfaat untuk mengobati kejang perut, muntah-muntah, perut kembung, mulas, sukar buang air besar, disentri, diare, sakit kepala, sakit gigi, batuk, demam, sukar melahirkan, hidung berlendir, dan tekanan darah rendah. Bagian akar dari cabe jawa berfungsi untuk mengobati perut kembung, pencernaan terganggu, tidak dapat hamil karena rahim dingin, membersihkan rahim setelah melahirkan, badan terasa lemah, dan stroke. Bagian daun cabe jawa berfungsi untuk mengobati kejang perut dan sakit gigi (Yuniarti, 2008). Tanaman cabe jawa dapat tumbuh baik pada ketinggian 1-600 m dpl, dari daerah pantai sampai di kaki perbukitan. Suhu yang cocok berkisar antara 20C (minimum) dan 34C (maksimum). Kisaran suhu terbaik adalah 23-32C dengan suhu rata-rata siang hari 29C dan mempunyai derajat kelembaban dengan kisaran 60 80%. Cabe jawa menghendaki daerah dengan curah hujan antara 15003000 mm/tahun (Fitter dan Hay, 1998). Awalnya penanaman cabe jawa hanya terkonsentrasi di Jawa, namun saat ini tanaman cabe jawa banyak ditanam di berbagai daerah, di antaranya Jawa, Madura, Lampung, Sulawesi dan Ambon. Selain di Indonesia jenis tanaman ini dapat tumbuh di kawasan Indochina, Thailand sampai bagian Selatan Asia Tenggara (Rukmana, 2006).

METODE PENELITIAN Bahan Bahan uji yang digunakan adalah simplisia buah cabe jawa (Retrofracti Fructus). Sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah pereaksi aquades, Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi FeCl3 1%, lautan KOH 5%, larutan HCl, serbuk Mg, larutan vanilin 10%, pereaksi Liebermann Burchard, larutan H2SO4, etanol 90%, kertas saring whattman, kertas saring, silika gel, etil asetat, n-heksan, dan toluen. Alat Peralatan yang digunakan adalah mortir dan stamper, timbangan digital, sinar UV 254 nm dan 366 nm, botol vial, pipet, cawan, spatel, kapas, maserator, rotavapor, penangas air, alat Kromatografi kolom, corong pisah, chamber, pipa kapiler, dan plat KLT. Penapisan Simplisia Retrofracti Fructus diblender hingga terbentuk serbuk kasar, dilakukan penapisan terhadap serbuk kasar tersebut untuk mengetahui kandungan senyawanya. Ekstraksi Serbuk kasar simplisia Retrofracti Fructus (500 gr) diekstraksi dengan etanol 90% dengan metode maserasi pada suhu kamar (3x24 jam). Kemudian dipekatkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian dilakukan pemeriksaan parameter ekstrak untuk mengetatahui kualitas ekstrak dengan melihat sifat fisik dan kandungan kimianya. Pemeriksaan Parameter terdiri dari : Organoleptik Ekstrak, Rendemen Ekstrak, Bobot Jenis ekstrak, Kadar Air Ekstrak, Pola kromatografi lapis tipis, dan Pola dinamolisis. Fraksinasi Setelah didapatkan ekstrak, kemudian dilakukan fraksinasi dengan menggunakan pelarut air, nheksan, dan etil asetat dengan

metode ekstraksi cair-cair. Kemudian fraksifraksi yang didapat dianalisis dengan metode kromatografi lapis tipis, menggunakan penjerap silika gel GF 254 dan fase gerak campuran pelarut n-heksan : etil asetat (8 : 2), hasil dari KLT dilihat dibawah sinar UV 366 nm. Isolasi Kemudian dilakukan isolasi dengan metode kromatografi kolom dengan menggunakan penjerap silica gel, eluen nheksan dan etil asetat. Kemudian dilakukan evaluasi isolat dengan kromatografi lapis tipis. Kemudian dilakukan KLT terhadap eluat yang didapat dari kromatografi kolom untuk menentukan keberadaan senyawa piperin ini . Pengembang yang digunakan adalah n heksan dan etil asetat. Eluat yang dilakukan KLT hanya eluat ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25, dan ke-30. Penjerap yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak merupakan campuran pelarut n-heksan : etil asetat ( 8 : 2 ). Hasil dari KLT dilihat dibawah sinar UV 366 nm. KLT 2 Dimensi Setelah itu dilanjutkan dengan KLT 2 dimensi pada fraksi vial ke-5 dengan menggunakan 2 perbandingan pengembang yang berbeda. Pengembang pertama digunakan campuran n-heksan : etil asetat ( 8 : 2 ) . Kemudian diamati hasil KLT dengan pengembang yang pertama (pola kromatogram ) di bawah sinar UV 366 nm. Jika pada saat dilihat di bawah lampu UV 366 nm terdapat hanya satu spot saja maka KLT dilanjutkan kembali, pelat silika diputar 90o. Lalu di celupkan ke dalam chamber yang telah berisi pengembang yang kedua campuran toluene : etil asetat ( 3 : 7 ) yang telah jenuh. Setelah naik sampai ke batas atas, pelat silika dikeluarkan dan kemudian dilihat lagi pada sinar UV 366 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum diisolasi, dilakukan skrining fitokimia dari Retrofracti Fructus. Skrining ini bertujuan untuk melihat kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam Retrofracti Fructus. Dari skrining yang dilakukan, Retrofracti Fructus menunjukkan hasil positif pada Alkaloid yakni dengan terbentuknya endapan putih dengan penambahan pereaksi Mayer dan endapan jingga coklat dengan penambahan pereaksi Dragendorf. Skrining juga menunjukkan hasil positif pada Monoterpen dan sesquiterpen, yakni dengan terbentuknya warna-warna dengan penambahan larutan Vanilin sulfat.

Gambar 1. Hasil Positif Alkaloid

Gambar 2. Hasil Positif Monoterpen dan Sesquiterpen

merupakan pelarut semipolar, yang dapat melarutkan senyawa polar dan senyawa nonpolar. Di dalam maserator, diberi kapas yang berfungsi untuk menyaring agar serbuk kasar simplisia tidak ikut masuk ke dalam penampung. Dari ekstrak yang didapat kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap parameter ekstrak. Pemeriksaan parameter terdiri dari pemeriksaan organoleptis, rendemen ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar air ekstrak dan pola dinamolisis. Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptis, ekstrak Retrofracti Fructus berwarna coklat dengan bau yang menyengat dan rasa yang pedas. Berat rendemen ekstrak yang didapat sebesar 12,4 % dan bobot jenis ekstrak 0,84833. Ekstrak Retrofracti Fructus juga mempunyai kadar air yang tinggi yakni sebesar 20 %. Dari pola dinamolisis, didapatkan 3 zona warna yang berbeda, yakni warna jingga, kuning dan bening. Pemeriksaan pola dinamolisis ini untuk melihat pemisahan warna-warna dari ekstrak, yang mana dapat berguna untuk melihat pemisahan warna pada saat isolasi dengan kromatografi kolom.

Simplisia Retrofracti Fructrus dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 500 gram. Penghalusan ini bertujuan untuk mendapat serbuk kasar Retrofracti Fructus. Serbuk Retrofracti Fructus kemudian dimaserasi dengan menggunakan etanol 90% selama 3x24 jam. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi dikarenakan senyawa isolat piperin merupakan senyawa yang termolabil sehingga ekstraksi yang dilakukan pun secara dingin, yakni dengan maserasi. Maserasi menggunakan pelarut etanol karena etanol dapat melarutkan alkaloid. Selain itu, etanol

Gambar 3. Ekstrak Retrofracti Fructus

Gambar 4. Pola Dinamolisis Filtrat dari ekstraksi yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotatory evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental kemudian diuji menggunakan KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak n-heksan:etil asetat (7:3). KLT harus dilakukan dalam chamber yang telah jenuh dengan pengembang. Kejenuhan dapat ditentukan dari rasa hangat yang terasa didalam chamber. Hasil yang didapat dilihat dibawah sinar UV 366 nm yakni 3 buah spot yang berwarna biru dengan Rf 0,2875 ; 0,4125 ; dan 0,9125. Berdasarkan literatur, alkaloid piperin mempunya Rf 0,3. Dari hasil KLT, diduga spot yang mempunyai Rf 0,2875 merupakan alkaloid piperin karena nilai Rf nya mendekati nilai Rf literatur dan umumnya alkaloid piperin membentuk spot berwarna biru terang pada sinar UV 366nm.

Gambar 5. Hasil KLT Ekstrak

Ekstrak kental yang didapat kemudian di fraksinasi dengan Ekstraksi CairCair (ECC). Prinsip dari ECC adalah Like dissolved like, yaitu senyawa yang polar akan cenderung larut dengan pelarut yang polar, sedangkan senyawa yang nonpolar akan cenderung larut pada pelarut yang nonpolar. Pelarut yang digunakan adalah air sebagai pelarut polar, etil asetat sebagai pelarut semipolar, dan n-heksan sebagai pelarut nonpolar. Ekstrak kental yang didapat dilarutkan dalam sedikit etanol terlebih dahulu baru kemudian ditambah dengan pelarut air dan pelarut n-heksan. Setelah itu corong pisah dikocok sambil dibuka penutupnya untuk menghilangkan gas yang terbentuk. Kemudian di diamkan sampai terjadi pemisahan dan fraksi n-heksan yang berada pada fase bawah ditampung. Selanjutnya ditambah dengan pelarut etil asetat dan corong pisah dikocok kembali dan didiamkan sampai terjadi pemisahan lagi. Lalu fraksi etil asetat dan fraksi air masingmasing ditampung. Dari fraksinasi dengan ECC didapatkan 3 jenis fraksi, yakni fraksi nheksan, fraksi etil asetat dan fraksi air. Setiap fraksi ini di KLT dengan menggunakan penjerap silika gel GF 254 dan fase gerak campuran pelarut n-heksan : etil asetat (8 : 2). Hasil KLT dilihat dibawah sinar UV 366 nm dan terbentuk 2 spot, yakni pada fraksi nheksan dan fraksi etil asetat. Rf pada fraksi n-heksan sebesar 0,31, pada fraksi etil asetat sebesar 0,1. Senyawa isolat piperin diduga berada pada fraksi n-heksan karena spot yang terbentuk mempunyai Rf yang mendekati Rf piperin. Selain itu, piperin juga merupakan metabolit sekunder yang bersifar nonpolar yang larut dalam pelarut nonpolar. Pada fraksi air air tidak terbentuk spot, sehingga dapat dikatakn senyawa piperin tidak ada didalam fraksi air. Pada fraksi etil asetat terdapat spot, namun bukan merupakan piperin, sebab Rf pada fraksi etil

asetat jauh dari Rf pipierin berdasarkan literatur. Di duga pada fraksi etil asetat merupakan pengotor-pengotor.

Gambar 6. Hasil KLT Fraksi

yang telah jenuh dengan pengembang. Hasil dari KLT dilihat dibawah sinar UV 366 nm dan terlihat bahwa pada eluat ke-5 terbentuk spot berwarna biru kehijauan dengan Rf 0,5. Kemudian pengujian KLT juga dilakukan pada eluat ke 1, 3, 5, 7, 9, untuk melihat apakah terdapat senyawa piperin di fraksi sebelum fraksi 5 dan sesudah fraksi 5, namun Rf yang di dapat semuanya kecil dan jauh dari Rf literatur piperin. Berdasarkan hasil KLT dapat disimpulkan bahwa senyawa isolat piperin berada dalam eluat ke-5.

Fraksi n-heksan kemudian diuapkan dengan rotatory evaporator untuk mendapatkan fraksi yang kental. Kemudian dari fraksi kental tersebut ditimbang sebanyak 1 gram. Fraksi kental yang ditimbang dikeringkan menggunakan silika gel dengan perbandingan 1 : 1. Selanjutnya dilakukan isolasi dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Kolom yang digunakan setinggi 30 cm. Penjerap yang digunakan adalah silika gel yang dibuat dalam bentuk bubur dan dimasukkan ke dalam kolom sampai setinggi 20 cm. Eluen yang digunakan adalah campuran pelarut nheksan : etil asetat ( 8 : 2 ). Setiap eluat yang keluar ditampung dalam botol vial. Isolasi dengan menggunakan metode kromatografi kolom ini menghasilkan 30 eluat di dalam botol vial dengan masing-masing eluat sebanyak 5 ml. Selanjutnya dari ke-30 eluat ini di ambil eluat ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25 dan ke-30 untuk dilakukan KLT. KLT ini bertujuan untuk melihat senyawa isolat piperin berada pada eluat ke berapa. Penjerap yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak merupakan campuran pelarut n-heksan : etil asetat ( 8 : 2 ). Pengembangan dilakukan dalam chamber

Gambar 7. Hasil KLT Eluat Selanjutnya dilakukan KLT 2 arah untuk melihat kemurnian dari isolat yang di dapat. Prinsipnya adalah dengan melihat spot yang terbentuk pada pelat silika dengan menggunakan 2 perbandingan pengembang yang berbeda. Dua sistem fase gerak yang sangat berbeda kepolarannya dapat digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda. Pengembang pertama yang digunakan adalah campuran n-heksan : etil asetat ( 8 : 2 ). Hasil KLT dengan pengembang pertama dilihat dibawah sinar UV 366 nm dan didapat 1 spot. Karena dengan pengembang pertama hanya di dapatkan 1 spot, maka KLT dilanjutkan dengan pengembang kedua yakni campuran toluen : etil asetat ( 7 : 3 ). Pemilihan pengembang kedua ini berdasarkan pengembang yang dianjurkan dalam Farmakope Herbal. Hasil dari KLT dengan

pengembang kedua dilihat kembali dibawah sinar UV 366 nm dan didapat spot yang berwarna biru namun dengan bentuk yang tidak bulat sempurna. Berdasarkan hasil KLT 2 dimensi ini, dapat disimpulkan bahwa isolat senyawa piperin yang didapat tidak murni sempurna. Terdapat pengotor dalam isolat tersebut yang dapat diamati dari bentuk spot KLT 2 dimensi yang tidak bulat sempurna. Jika isolat piperin yang di dapat murni, maka seharusnya spot yang terbentuk saat KLT 2 dimensi berbentuk bulat sempurna. Selanjutnya juga dilakukan KLT 1 arah pada eluat ke-5 untuk melihat apakah Rf yang dihasilkan sama dengan Rf pada saat pemeriksaan KLT eluat ke-5. Hasil KLT 1 arah dilihat di sinar UV 366nm yang menunjukkan spot yang besar dan Rf-nya 0,8. Ini dikarenakan pipa kapiler yang digunakan berdiameter besar dan Rf-nya naik menjadi 0,8 diduga pipa kapiler yang digunakan tidak bersih.

Gambar 9. Hasil KLT 1 Arah

Eluat pada botol vial ke-5 kemudian diuapkan untuk menghilangkan pelarutpelarutnya dan selanjutnya ditimbang untuk mendapat rendemen isolat. Dari penguapan yang dilakukan, didapatkan senyawa isolat piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan berat rendemen isolatnya adalah sebesar 0,2 gram dari berat simplisia 500 gram yakni 0,04%. Ketidakmurnian isolat yang didapatkan ini disebabkan karena beberapa faktor. Misalnya, masih terdapatnya pengotor pada isolat. Adanya pengotor ini Gambar 8. mungkin disebabkan karena pemilihan Hasil KLT 2 Arah metode-metode dari cara isolasi yang kurang memberikan hasil yang maksimal. Pada fraksinasi digunakan cara ECC, yang lebih sederhana dan mudah, namun hasil fraksi yang di dapat tidak murni sempurna jika dibandingkan dengan fraksinasi dengan cara KCV. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Praktikum Faktor pendukung dari praktikum ini adalah ketersediaan pelarut dan simplisia yang memadai, sehingga tidak sulit untuk mencari pelarut yang akan digunakan. Sedangkan faktor penghambat yang terdapat dari percobaan ini adalah ketersediaan alat yang kurang memadai sehingga membuat percobaan menjadi lebih

lama. Upaya yang dapat dilakukan untuk mnegurangi faktor penghambat dalam praktikum ini adalah alat yang tersedia harus lebih lengkap sehingga percobaan dapat dilakukan dengan lebih maksimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Buah Cabe Jawa (Retrofracti Fructus) mengandung senyawa monoterpen dan sesquiterpen, serta golongan senyawa alkaloid yaitu piperin. Dari hasil isolasi didapatkan senyawa isolat piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan rendemen isolat sebesar 0,04% (0,2 gram). Saran Metode fraksinasi ECC yang digunakan diganti dengan metode fraksinasi KCV, karena hasil isolat yang didapat dengan metode fraksinasi KCV lebih murni. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Farmasi Unpad, Dosen Farmasi Unpad, Laboran, dan Asisten Laboratorium yang telah membantu dalam isolasi senyawa piperin dalam buah Cabe Jawa. DAFTAR PUSTAKA Aliadi, A et al., 1996. Tanaman Obat Pilihan. Jakarta: Yayasan Sidowayah. Anwar, Chairil, dkk., 1994. Pengantar Praktikum kimia Organik. Yogyakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan tenaga Guru. Anwar, N.S. 2001. Manfaat Obat Tradisional sebagai Afrodisiak serta Dampak Positifnya untuk Menjaga Stamina. Jakarta: Makalah Pada Seminar Setengah Hari Menguak Manfaat Herbal bagi Vitalitas Seksual. Balitro. 2003. Budidaya cabe jawa. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. Burkill, I.H. 1935. A Dictionary of the Economic Products of the Malay Peninsula. Volume I. London: Goverments of the Straits Settlements and Federated Malat States. Fitter, A.H., Hay, R.K.M. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan. Permadi, A. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Bunda. Rukmana, R. 2006. Cabai jawa: Potensi dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Media Pressindo.

Você também pode gostar